BIOGRAFI PARA FILSUF abad pertengahan

BIOGRAFI PARA FILSUF
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Muhajir SHI, MSI.

Oleh:

Salim Mufid Anwari
NIM : 01.10.00358

PROGRAM STUDI MUAMALAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAWAWI
PURWOREJO
2015

A. PEMBAHASAN
1. Ibnu Sina
Biografi Ibnu Sina. Tokoh satu ini saat terkenal dalam duani kedokteran karena
sumbangsihnya terhadap perkembangan ilmu kedokteran dan banyak tulisan-tulisannya
menjadi rujukan bagi sarjana-sarjana kedokteran barat. Berikut Profilnya Bernama

lengkap Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang
dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah
desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang
berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah
terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi
membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu
Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas
keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih
berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal,
sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387
hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawatdan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar.

1

Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku
yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum
pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat

membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku
menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.”
Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan
berbagai cabangnya. Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti
Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah
Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok
bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke
berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk,
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang
diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran
1 http://analisiskritisterhadappemikirantokoh.blogspot.co.id/2014/01/pemikiransuhrawardi-al-maqtul_4.html

atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus
bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam
penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis
perenungan agamanya dengan metode yang indah.2
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan
Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid
yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’
saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara

pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi
bahan telaah.

a) Sumbangan ibnu Sina dalam kedokteran
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi
kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu
kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan
penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode
pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitasuniversitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan.
Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah
ruangan hampa,cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.3
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De
Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal
nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan,
“Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar
bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari

2Dr. Amroeni Derajat, M. A, Shurawardi Kritik Filsafat Paripateti, (Yogyakarta: PT
LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2005), hlm 217
3 Ibid…hlm 218

jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan
melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras
dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan
sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori
matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof
tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat
secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan
Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran
Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles
sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca
syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim
sebelumnya.4
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode
pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini,
Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode

ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri
cenderung kepada pemikiran iluminasi.
b. Ibnu Sina dan Filsafat
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan
Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi.
Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang
tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di
bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa.
Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 12001280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat
Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang
mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan
pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina
adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh
para

pemikir

Barat.


Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah
4http://analisiskritisterhadappemikirantokoh.blogspot.co.id/2014/01/pemikiran

menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan
selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di
zamannya.

2. ABU YOUSUF YAQUB IBN ISHAQ AL-KINDI
lahir di Kufah sekitar 800 M. Ayahnya adalah seorang pejabat Haroon al-Rashid. AlKindi adalah kontemporer al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Mutawakkil dan berkembang
sebagian besar di Baghdad. Dia vas dipekerjakan secara formal oleh Mutawakkil sebagai
seorang kaligrafer. Karena pandangan filosofisnya, Mutawakkil kesal dengan dia dan menyita
semua buku-bukunya. Ini adalah, bagaimanapun, kembali di kemudian hari. Dia meninggal
pada 873 Masehi pada masa pemerintahan al-M’utamid.Al-Kindi adalah seorang filsuf,
matematikawan, fisikawan, astronom, dokter, geografi dan bahkan seorang ahli dalam musik.
Hal ini mengejutkan bahwa ia membuat kontribusi asli untuk semua bidang. Pada rekening
dari karyanya ia dikenal sebagai filsuf Arab.Dalam matematika, ia menulis empat buku
tentang sistem bilangan dan meletakkan dasar dari sebagian besar aritmatika modern. Tidak
diragukan sistem angka Arab sebagian besar dikembangkan oleh al-khawarizmi, tetapi alKindi juga membuat kontribusi yang kaya untuk itu. Dia juga memberikan kontribusi untuk
geometri bola untuk membantu dirinya dalam studi astronomi.5
Dalam kimia, ia menentang gagasan bahwa logam dasar bisa diubah menjadi logam

mulia. Berbeda dengan pandangan alkimia yang berlaku, ia tegas bahwa reaksi kimia tidak
bisa membawa transformasi elemen. Dalam fisika, ia membuat kontribusi kaya untuk optik
geometri dan menulis buku tentang itu. Buku ini kemudian dengan pedoman yang disediakan
dan inspirasi bagi ilmuwan terkemuka seperti Roger Bacon.Dalam pengobatan, kontribusi
utamanya terdiri dari fakta bahwa ia adalah orang pertama yang secara sistematis menentukan
dosis untuk administrasi yang terdaftar dari semua obat yang dikenal pada waktu itu. Hal ini
diselesaikan pandangan benturan-ting yang berlaku di antara dokter pada dosis yang
menyebabkan kesulitan dalam menulis resep.Sangat sedikit yang diketahui pada aspek ilmiah
musik di zamannya. Ia menunjukkan bahwa berbagai catatan yang bergabung untuk
menghasilkan harmoni, memiliki lapangan khusus masing-masing. Dengan demikian, catatan
5 https://ihsanmaulana.wordpress.com/2010/04/27/pemikiran-teosofis

dengan terlalu rendah atau terlalu tinggi pitch yang adalah non-pleatant. Tingkat harmoni
tergantung pada frekuensi catatan, dll Ia juga menunjukkan kenyataan bahwa ketika suara
diproduksi, itu menghasilkan gelombang di udara yang menyerang telinga-drum. Karyanya
berisi notasi dalam menentukan pitch.6
Dia adalah seorang penulis yang produktif, jumlah buku yang ditulis oleh dia adalah
241, yang menonjol antara yang dibagi sebagai berikut:Astronomi 16, Aritmatika 11,
Geometri 32, Kedokteran 22,Fisika 12, Filsafat 22, Logic 9, Psikologi 5, ar, d Music 7. Selain
itu, berbagai monografi yang ditulis oleh dia pasang surut perhatian, instrumen astronomi,

batu, batu mulia, dll Dia juga seorang penerjemah awal karya-karya Yunani ke dalam bahasa
Arab, tetapi fakta ini sebagian besar telah over-dibayangi oleh tulisan-tulisan banyak nya asli.
Sangat disayangkan bahwa sebagian besar buku-bukunya tidak lagi masih ada, tetapi mereka
ada berbicara sangat tinggi standar tentang beasiswa dan kontribusi. Dia dikenal sebagai
Alkindus dalam bahasa Latin dan sejumlah besar buku-bukunya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Gherard dari Cremona. Buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada abad pertengahan terdiri Risalah dar Tanjim, Ikhtiyarat al-Ayyam, Ilahyate-Aristu, al-Mosiqa, Mad-o-Jazr, dan Aduiyah Murakkaba.
pengaruh Al-Kindi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat signifikan
dalam kebangkitan ilmu pengetahuan dalam periode tersebut. Pada Abad Pertengahan,
Cardano menganggapnya sebagai salah satu dari dua belas pikiran terbesar. Karya-karyanya,
pada kenyataannya, menyebabkan perkembangan lebih lanjut dari berbagai subjek selama
berabad-abad, terutama fisika, matematika, kedokteran dan musik.

3. BIOGRAFI AL FARABI

6 Ibid hal 123

Al-Farabi mempunyai nama lain diantaranya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn
Thorkhan Ibn Al-Uzalagh Al-Farabi, dikalangan orang-orang latin abad pertengahan AlFarabi lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunasaer). Sebenarnya nama julukan Al-Farabi
diambil dari nama kota Farab, Beliau dilahirkan di desa Wasij di Distrik Farab (Utrar,

provinsi Transoxiana, Turkestan) pada tahun 257 H (870M), kadang-kadang Beliau mendapat
sebutan orang Turki, sebab ayahnya sebagai orang Iran menikah dengan wanita Turki.7
Sangat sedikit yang kita bias ketahui tentang Al-Farabi, kebanyakan infornasi
biografis tersebut tiga abad setelah wafatnya. Beberapa hal yang dapat kita ketahui tentang
latar belakang keluarga Al-farabi adalah bahwa ayahnya seorang Opsir tentara pada Dinasti
Samaniyyah yang menguasai wilayah Transoxiana wilayah otonom Bani Abbasyyah.
Keturunan Persia (kendatipun nama kakek dan kakek buyutnya jelas menunjukkan nama
Turki). Ayahnya mengabdi pada pangeran-pangeran Dinasti Samaniyyah. Al Farabi
meninggal di Damaskus pada bulan Rajab 339 H/Desember 950 M pada usia 80 tahun, dan
dimakamkan di luar gerbang kecil (al-bab al-saghir) kota bagian selatan

a) PENDIDIKAN AL FARABI

Sejak kecil Al-Farabi tekun dan rajin belajar, dalam olah kata, tutur bahasa ia
mempunyai kecakapan yang luar biasa. Penguasaan terhadap Iran, Turkistan dan Kurdistan
sangat dia pahami, justru bahasa Yunani dan Suryani sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan pada
masa itu belum dia kuasai. Pendidikan dasarnya ditempuh di Farab, yang penduduknya
bermazhab Syafii.
Untuk memulai karir dalam pengetahuannya, dia berhijrah dari negrinya ke kota
Bagdad pada tahun 922 M yang mana pada waktu itu disebut sebagai kota Ilmu pengetahuan.

Beliau belajar disana kurang lebih 10 tahun. Dengan berbekal ketajaman integensi sejak awal,
dan mendapat karunia besar untuk menguasai hamper semua pelajaran yang dipelajari, Ia
segera terkenal sebagai seorang filosof dan ilmuwan.] Beliau sangat menguasai semua cabang
filsafat, logika, fisika, ketuhanan, ilmu alam, kedokteran, kimia, ilmu perkotaan, ilmu
lingkungan, fiqih, ilmu militer, dan musik. Di Baghdad, Beliau berguru kepada Ibnu Suraj
untuk belajar tata bahasa Arab dan kepada Abu Bisyr Mattius Ibn Yunus untuk belajar filsafat
7 https://ihsanmaulana.wordpress.com/2010/04/27/pemikiran-teosofis

dan logika. Beliau juga belajar kepada seorang Kristen Nestorian, tokoh filsafat aliran
Alexandria yang banyak menterjemahkan filsafat Yunani, yaitu Yuhana Ibn Hailan yang
sekaligus mengajak Al Farabi pergi ke Konstantinopel dan tinggal di sana selama 8 tahun
guna mendalami filsafat. Sepulang dari Konstantinopel, Al Farabi mencurahkan diri dalam
belajar, mengajar, dan menulis filsafat.8

b) . KARIER AL FARABI

Al-Farabi dikenal sebagai filsuf besar memiliki keahlian dalam banyak bidang
keilmuan dan memandang filsafat secara utuh menyeluruh dan mengupasnya dengan
sempurna, sehingga filsuf yang datang seseudahnya seperti Ibn Sina dan Ibn Rusyd banyak
mengambil filsafatnya. Pandangan al-Farabi tentang filsafat terbukti dengan usahanya untuk

mengahiri kontradiksi antara pemikiran Plato dengan Aristoteles melalui risalahnya ‘AlJami’u baina ra’yay al-Hakimain Aflatun wa Aristhu’, pengetahuan yang mendalam tentang
filsafat Plato dan Aristoteles menyebabkan Al-Farabi dijuluki sebagai ‘Al-Mu’alim At-Tsani’
(Guru kedua) sedangkan Al-Mu’alim al-awal (Guru pertama) adalah Aristoteles.
Pada tahun 330 H (945 M) Beliau pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif
Al-Daulah Al-Hamdani, Sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Di tempat ini beliau bertemu
dengan para sastrawan, penyair, ahli bahasa, ahli fiqih, dan cendekiawan lainnya. Di
Damaskus Al Farabi bekerja di siang hari sebagai tukang kebun, dan pada malam hari belajar
teks-teks filsafat. Al Farabi terkenal sangat saleh dan zuhud. Kemudian sultan memberi
kedudukan kepada beliau sebagai ulama istana dengan imbalan yang besar sekali, tetapi AlFarabi lebih memilih hidup sederhana (zuhud) dan tidak tertarik kepada kemewahan dan
kekayaan. Al-Farabi hanya membutuhkan empat dirham untuk sekedar memenuhi kehidupan
sehari-hari. Sedangkan tunjangannya, Beliau bagikan kepada fakir-miskin dan amal sosial di
Aleppo dan Damaskus. Kurang lebih 10 tahun Al-Farabi hidup di dua kota tersebut secara
berpindah-pindah.

c) POKOK-POKOK PEMIKIRAN AL FARABI
8 Ibid hal 55

Pokok-pokok pemikiran filsafat filsuf Al Farabi yang akan kami bahas, antara lain:
1) Filsafat Al Farabi
Al Farabi mendefinisikan filsafat adalah: Al Ilmu Bilmaujudaat Bima Hiya Al
Maujudaat, yang berarti suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada
ini. Bagi al Farabi, tujuan filsafat dan agama sama, yaitu mengetahui semua wujud. Hanya
saja filsafat memakai dalil-dalil yang yakini dan ditujukan kepada golongan tertentu, sedang
agama memakai cara iqna’i (pemuasan perasaan), dan kiasan-kiasan, serta gambaran, dan
ditujukan kepada semua orang, bangsa, dan negara. Al Farabi berhasil meletakkan dasardasar filsafat ke dalam ajaran Islam. Dia juga berpendapat bahwa tidak ada pertentangan
antara filsafat Plato dan Aristoteles, sebab kelihatan berlainan pemikirannya tetapi hakikatnya
mereka bersatu dalam tujuannya.9

2) kemurnian jiwa
Al Farabi mendasarkan hidupnya atas kemurnian jiwa, bahwa kebersihan jiwa dari
kotoran-kotoran merupakan syarat pertama bagi pandangan filsafat dan buahnya. Al Farabi
mempunyai dasar berfilsafat adalah memperdalam ilmu dengan segala yang maujud hingga
membawa pengenalan Allah sebagai penciptanya. Dengan arah ke situ, maka filsafat adalah
ilmu satu-satunya yang dapat menghamparkan di depan kita dengan gambaran yang lengkap
mengenai cakrawala dengan segala cosmosnya (kaum). Menurut Al Farabi tujuan terpenting
dalam mempelajari filsafat ialah mengetahui Tuhan. Bahwa Ia Esa dan tidak bergerak, bahwa
Ia menjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada, bahwa Ia yang mengatur alam ini dengan
kemurahan, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya.

3) Filsafat Politik Al Farabi

Al Farabi berpendapat bahwa ilmu politik adalah ilmu yang meneliti berbagai bentuk
tindakan, cara, hidup, watak, disposisi positif, dan akhlak. Semua tindakan tersebut dapat
diteliti mengenai tujuannya, dan apa yang membuat manusia dapat melakukan seperti itu, dan
bagaimana yang mengatur, memelihara tindakan dengan cara yang baik dapat diteliti. Dengan
9 https://ihsanmaulana.wordpress.com/2010/04/27/pemikiran-teosofis

kata lain, politik adalah bentuk operasional dari pemerintah dan raja. Pemerintah, raja, atau
penguasa ini haruslah orang yang paling unggul, baik dalam bidang intelektual maupun
moralnya diantara yang ada. Adapun pemerintahan dapat menjadi benar-benar baik jika ada
teoritis dan praktis bagi pengelolannya.10

4) Definisi dan Esensi Jiwa

Al Farabi mendefinisikan jiwa sebagaimana definisi Aristoteles, yaitu ‘kesempurnaan
awal bagi fisik yang bersifat alamiah, mekanistik, dan memiliki kehidupan yang energik’.
Makna ‘jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi fisik’ adalah bahwa manusia dikatakan
menjadi sempurna ketika menjadi makhluk yang bertindak. Kemudian makna ‘mekanistik’
adalah bahwa badan menjalankan fungsinya melalui perantara alat-alat, yaitu anggota
tubuhnya yang beragam. Sedangkan makna ‘memiliki kehidupan energik’ adalah bahwa di
dalam dirinya terkandung kesiapan hidup dan persiapan untuk menerima jiwa.

5) Filsafat Kenabian Al Farabi

Persoalan kenabian ada pada agama, tetapi agama yang dimaksud adalah agama
samawi/langit, di mana secara esensial berasal dari pemberitahuan wahyu dan ilham
(inspirasi). Berdasarkan wahyu dan ilhamlah segala kaidah dan sendi-sendinya menjadi
tegak. Dalam ajaran Islam, wahyu merupakan sumber inspirasi yang pasti, yang harus
dijadikan pedoman baginya dalam operasionalisasi ajaran. Ciri khas seorang nabi bagi al
Farabi adalah mempunyai daya imaginasi yang kuat di mana obyek inderawi dari luar tidak
dapat mempengaruhinya. Ketika ia berhubungan dengan ‘Aql Fa’al ia dapat menerima fisi
dan kebenaran-kebenaran dalam bentuk wahyu. Wahyu adalah limpahan dari Tuhan melalui
‘Aql Fa’al yang dalam penjelasan al Farabi adalah Jibril. Wahyu mudah dan jelas diterima
oleh manusia, pertolongan Malaikat Jibril yang dapat mengubah bermacam-macam bentuk,
seperti malaikat-malaikat lain juga, bertugas sebagai penghubung antara Tuhan dengan nabinabi-Nya.

10 https://ihsanmaulana.wordpress.com/2010/04/27/pemikiran-teosofis

6) Teori Akal
Al Farabi mengelompokkan akal menjadi dua, yaitu:
Akal praktis, yaitu yang menyimpulkan apa yang mesti di kerjakan; dan teoritis, yaitu yang
membantu menyempurnakan jiwa. Akal teoritis ini di bagi lagi menjadi dua, yaitu:

1) Akal fisik (material), Akal fisik, atau sebagaimana sering di sebut Al Farabi sebagai
akal potensial, adalah jiwa atau bagian jiwa atau unsur yang mempunyai kekuatan
mengabstraksi dan menyerap esensi pada setiap hal yang ada tanpa disertai materinya. Akal
terbiasa/bakat (habitual), merupakan rasionalisasi dari akal fisik, ketika akal fisik telah
mengabtraksi maka dengan begitu seseorang kemudian akan mencari objek untuk
membuktikan fisik tersebut karena akal bakat/habitual/aktual akan menjadi aktif jika
disandarkan pada objek rasional yang dipikirkan oleh seseoarang sedangkan objek rasional
yang belum dipikirkan adalah potensi.
2) Akal diperoleh (acquired). Ketika akal aktual menghasilkan semua objek akal maka
seseorang akan menjadi manusia sejati dengan mengunkan realisasi akal yang telah
dikembangkan.

d) KARYA-KARYA AL FARABI

Al Farabi meninggalkan banyak karya tulis, yang secara garis besar bisa
dikelompokkan dalam bebrapa tema, seperti logika, fisika, metafisika, politik, astrologi,
music, dan beberapa tulisan yang berisi tentang sanggahan pandangan filosof tertentu. Karyakarya Al Farabi diantaranya adalah sebagai berikut:

i. Risalah Shudira Biha al Kitab (Risalah yang dengannya Kitab Berawal)
ii. Risalah fi Jawab Masa’il Su’ila ‘Anha (Risalah tentang Jawaban atas Pertanyaan yang
Diajukan tentang-Nya.
iii. Syarh Kitab al Sama’ al Tabi’I li Aristutalis (Komentar atas Fisika Aristoteles)
iv. Syarh Kitab al Sama’ wa al ‘Alam li Aristutalis (Bahasan atas Kitab Aristoteles tentang
Langit dan Alam Raya)
v. Al-Jami’u Baina Ra’yai Hakimain Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails 11

B. DAFTAR PUSTAKA

11 https://ihsanmaulana.wordpress.com/2010/04/27/pemikiran-teosofis

Dr. Amroeni Derajat, M. A, Shurawardi Kritik Filsafat Paripateti, (Yogyakarta: PT LKIS
Pelangi Aksara Yogyakarta, 2005), hlm 217
http://analisiskritisterhadappemikirantokoh.blogspot.co.id/2014/01/pemikiran
https://ihsanmaulana.wordpress.com/2010/04/27/pemikiran-teosofis