SOSIOLOGI PERTANIAN SOSIOLOGI PERTANIAN SOSIOLOGI PERTANIAN

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN LAPANG
SOSIOLOGI PERTANIAN
“Pasar Blimbing Kecamatan Blimbing Kota Malang”

Disusun Oleh Kelas K Kelompok 1 :
Afif Maysyaroh

(125040101111150)

Eka Indira Agustin

(125040101111158)

Ridhuwan Pratama

(125040101111164)

Basa Uli S.

(125040101111166)


Nurhasanah Margolang

(125040101111180)

Fauzul Muna A.

(125040101111181)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Sosiologi Pertanian ini dengan baik. Laporan ini disusun

guna memenuhi salah satu persyaratan praktikum Sosiologi
Pertanain Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Laporan ini
mengambil tema aspek-aspek sosiologis dalam pemasaran hasil
pertanian

di

Pasar

Belimbing,

Kecamatan

Belimbing,

Kota

Malang. Dengan adanya buku laporan ini, penulis mengharapkan
dapat menambah pengetahuan tentang Sosiologi Pertanian.
Dalam penyusunan buku laporan ini penulis dibantu oleh

beberapa pihak yang telah membimbing dan memberi masukan
guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pertanian yang telah
membimbing penulis
2.

Co-Ass

dan

Assisten

Sosiologi

Pertanian

membimbing dan membantu dalam

yang


telah

penyusunan buku

laporan ini
3. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan motivasi
serta pihak-pihak yang telah membantu demi terselesainya
buku laporan ini
Penulis menyadari bahwa buku laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna sempurnya baku laporan ini. Akhir kata
penulis mengharap buku laporan ini berguna bagi pembaca pada
umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Malang, 31 Desember 2012

2

Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..............................................................................................
i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................
.........ii
DAFTAR ISI
..............................................................................................
..........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar

Belakang.........................................................................................
..........1
1.2
Tujuan ............................................................................................

...................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1

Hasil

Wawancara

125040101111150)
2.2

Hasil

Afif

Maysyaroh

(NIM

:


..........3

Wawancara

125040101111158).

oleh
oleh

Eka

Indira

Agustin

(NIM

:


..........6

2.3 Hasil Wawancara oleh Ridhuan Pratama

3

(NIM

:

125040101111164) .......................................................................
.....11
2.4 Hasil Wawancara oleh Basa Uli Simanjuntak
(NIM

:

125040101111166) .................................................................
..........14
2.5 Hasil Wawancara oleh Nurhasanah Margolang

(NIM

:

125040101111180) ..................................................................
..........18
2.5 Hasil Wawancara oleh Fauzul Muna Alawiyah
(NIM

:

125040101111181) .......................................................................
....22
BAB III PENUTUP
4.1
Kesimpulan ....................................................................................
.....27
4.2
Saran .............................................................................................
.......28

LAMPIRAN

4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang secara

empiris mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik
antara

beragam

gejala

sosial


termasuk

organisasi,

kebudayaan, lembaga-lembaga sosial dan aspek perilaku lain.
Sehingga dari definisi di atas, sosiologi pertanian dapat
diartikan

sebagai

ilmu

yang

mendeskripsikan

atau

menggambarkan dan membahas hubungan antara manusia di
dalam

maupun

di

luar

kelompok-kelompok

sosial

serta

merupakan penerapan sosiologi umum di bidang pertanian
sebagai salah satu ilmu yaitu ilmu pertanian. Karakteristik dari
ilmu pertanian itu sendiri diantaranya adalah objek pertanian,
permasalahan pertanian, teori-teori pertanian dan metode
penelitian.
Dalam
untuk

halnya

berkumpul

perkumpulan

usaha,

masing-masing
hubungan

manusia
dalam

interaksi,

kecenderungan

kelompok-kelompok

sosial,

kelompok

mempunyai
dan

akan

termasuk

meliputi

kebudayaan. Di
terjadi

berbagai

masuknya

dalam
macam

pengaruh

dari

anggota yang dominan terhadap anggota yang lain atas
sikap-sikap tertentu. Hubungan interaksi seperti ini akan
mempengaruhi sikap penerimaan terhadap barang atau jasa.
Hal-hal tersebut akan mendorong adanya usaha untuk
menyelidiki peranan dari masing-masing peranan anggota
dalam kelompok. Oleh karena itu, setiap orang bertingkah
laku

sesuai

dengan

persepsi

mereka.

Sehingga

dapat

diutarakan bahwa pasar merupakan salah satu lembaga yang
berfungsi sebagai tempat penyebaran dan penyimpanan
barang, serta tempat berpindahnya komoditas dari satu orang
5

ke orang lain, dari satu tempat ke tempat lain dan dari
peranan satu ke peranan lain.
Berdasarkan hasil pengamatan kami di Pasar Belimbing,
yang merupakan salah satu pasar tradisional di kota Malang.
Kondisi Pasar Belimbing yang terorganisir baik dalam hal
penataan ruang jual beli, jenis-jenis barang yang dijual (baik
secara kualitas maupun kuantitas), maupun tersedianya
aneka

barang

untuk

memenuhi

kebutuhan

sebagian

penduduk kota. Selain itu, pasar merupakan institusi sosial
yang diatur dengan norma-norma dan sanksi yang dibentuk
melalui interaksi sosial. Di tempat inilah modal sosial dan
ruang

sosial

diaktifkan

untuk

menciptakan

hubungan-

hubungan sosial yang memungkinkan mudahnya transaksi
ekonomi. Maka dari itu terbangunlah warna sebuah interaksi
sosial ekonomi, yang di dalamnya terjadi sebuah persaingan,
maupun beradunya berbagai kepentingan.
Namun,

pada

era

globalisasi

ini

berkembangnya

investasi secara besar-besaran di dalam bentuk pusat-pusat
perbelanjaan
minimarket,

modern

seperti

hypermarket

yang

mall,

plaza,

menjadi

supermarket,

ancaman

akan

keberlangsungan nasib pasar-pasar tradisional. Perdagangan
di pasar desa maupun di pasar kota, mempunyai mekanisme
perdagangan yang sangat kompleks dalam kegiatan ekonomi.
Peranan pasar desa dapat dikatakan sebagai jembatan
perdagangan pasar-pasar di kota yang cukup efektif untuk
kelancaran perekonomian di kedua wilayah desa dan kota.
Misalnya, pedagang grosir buah sebelum barang-barang
dipasok ke pedagang grosir, ada komunikasi terlebih dahulu
melalui telepon.
Pada kesempatan ini terjadi hubungan timbal balik,
dalam arti jika barang yang dipasok laris dan stok sedikit,
biasanya para pedagang grosir menelepon terlebih dahulu ke
6

pasar pemasok untuk segera memasok barang dagangannya.
Jadi, pasar sebagai tempat yang mempunyai unsur-unsur
sosial,

ekonomis,

kebudayaan,

politis

dan

mekanisme

kegiatan pasar sangat diwarnai oleh arus barang yang
tersedia, dan menentukan karakteristik pasar itu sendiri.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu agar kita dapat
mengetahui dan memahami tentang hal-hal berikut.
1. Latar belakang kehidupan para pedagang di Pasar Belimbing.
2. Alasan pedagang di Pasar Belimbing memilih produk pertanian sebagai
bahan dagangannya.
3. Proses kegiatan pasar yang terjadi di Pasar Belimbing.
4. Situasi dan kondisi Pasar Belimbing dengan berkembangnya pasar-pasar
modern di kota Malang pada era globalisasi.
BAB II
ASPEK SOSIOLOGIS PEDAGANG
2.1 Hasil Wawancara Oleh Afif Maysyaroh (NIM : 125040101111150)
I. Deskripsi Identifikasi Pedagang
Berikut adalah identitas pedagang:.
Nama

: Ibu Rizky

Umur

: 20 tahun

Tingkat pendidikan formal

: SMP

Pekerjaan KK

: Pedagang (Utama)

Menjadi pedagang sejak

: tahun 2011

Jumlah anggota keluarga

:1 orang suami dan 1 orang anak, Mertua

Sarana transportasi yang dimiliki

: Sepeda motor

Ibu Rizky tinggal di Desa Tapang Kec. Mojolangon yang bekerja sebagai
pedagang dan ibu rumah tangga. Beliau memiliki 1 orang anak. Beliau yang
hanya lulusan SMP.

7

II. Asal Usul Menjadi Pedagang
Begitu lulus SMP, beliau menikah dengan suaminya. Setelah menikah yakni
pada tahun 2011, beliau bekerja sebagai pedagang buah-buahan yang dibantu oleh
suaminya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Adapun barang dagangan
tersebut adalah semangka, jeruk, apel, pir, mangga, melon, jambu, melon emas,
alpukat, belimbing, jeruk pongkang, apel fuji, dan sirsak. Ibu tersebut berdagang
di Pasar Blimbing Kec. Blimbing.
Setiap hari belum tentu barang dagangan tersebut terjual semua.
Peningkatan penjualan buah ibu dikarenakan banyaknya konsumen yang membeli
barang dagangan beliau. Sedangkan pada musim sekarang ini banyak pedagang
yang berjualan jus, dan itu menyebabkan keuntungan beliau sangat bagus.

III. Transaksi Jual Beli Hari Ini
Pada hari Senin (03/12-2012), Ibu Rizky berdagang produk pertanian
sebagai berikut.
Tabel 1 Barang Dagangan yang Dijual Tanggal 3 Desember 2012
Jenis produk diurut dari terbanyak ke tersedikit
Apel
TTH
Melon
Mangga
TTH
Sirsak
Jeruk
TTH
Belimbing
Jambu
TH
Semangka
Ket: TH, jika: terjual habis; TTH, jika: tidak terjual habis

TH
TH
TTH
TTH

Tidak selamanya barang dagangan Ibu Rizky habis terjual. Ada kalanya
barang yang dijual tidak terjual habis. Untuk barang yang tidak terjual habis,
dapat dijual keesokan harinya sampai laku namun dengan harga tetap. Walaupun
kualitas barang pasti sudah berkurang, Ibu Rizky tetap melakukan sortir dan tidak
menutup kemungkinan dijual dengan harga tetap karena apabila harga barang
diturunkan, maka beliau akan rugi. Keuntungan yang diambil dari tiap jenis
barang dagangan juga tidak banyak, beliau hanya berprinsip agar barang dagangan
dapat cepat habis terjual.

8

Ibu Rizky memilih untuk menjadi seorang pedagang produk pertanian
karena produk pertanian akan selalu ada dan merupakan kebutuhan sehari-hari
masyarakat. Jadi akan laku terjual setiap harinya, walaupun tidak terjual habis
seluruhnya. Alasan beliau memilih berdagang buah-buahan karena Indonesia
adalah negara iklim tropis yang menyebabkan melimpahnya produksi buah. Buah
juga dibutuhkan penjual eceran, penjual jus, konsumen rumah tangga. Ibu Rizky
memilih barang dagangannya dengan jumlah besar supaya untung yang diperoleh
itu jauh lebih banyak. Ibu Rizky sendiri menjual buah-buahan hampir 17 jenis dan
untung dalam penjualan buah tersebut adalah melon kuning karena sekarang
musim jualan jus.
Untuk keseluruhan barang yang dijual oleh Ibu Rizky diperoleh dari para
tengkulak yang ada di daerah Batu, karena di daerah Batu merupakan tempat
memproduksi komoditas pertanian. Barang tersebut dibeli dengan cara kiloan dan
dipilih langsung oleh pembeli. Beliau membawa barang dagangannya dengan cara
dikirim menggunakan box dari pengepulnya. Setelah sampai dipasar, kemudian
beliau memberikan perlakuan untuk beberapa barang dengan cara membersihkan.
Jika dicuci itu tidak memungkinkan karena akan merusak/ busuk terhadap kualitas
barang tersebut.
Setiap barang yang dijual memiliki nilai beli dan nilai jual. Berikut data
harga beli dan harga jual untuk komoditas pertanian yang dijual.
Tabel 2 Data Harga Beli dan Harga Jual Komoditas Pertanian
Jenis

Jumlah

Harga beli

Harga jual

komoditas

(kg)

(Rp)

(Rp)

Pertanian
Semangka
Melon
Jeruk
Apel
Blimbing
Mangga
Jambu
Sirsak

150
80
50
100
55
70
65
25

2.500/kg
3.500/kg
10.500/kg
9.500/kg
5.000/kg
3.500/kg
4.600/kg
7.500/kg

4.000/kg
6.000/kg
13.000/kg
12.000/kg
8.000/kg
6.000/kg
6.000/kg
10.000/kg

Dari kondisi ini semua, lokasi pasar mempengaruhi jumlah pembeli dan
penjualan karena apabila lokasinya kumuh dan kotor, maka pembeli akan sedikit.

9

Ibu Rizky memilih produk pertanian dalam jumlah kecil/eceran. Beberapa biaya
yang dikeluarkan untuk biaya retribusi Rp 2.000,00 biaya tenaga kerja pengangkat
Rp 5.000,00. Jadi, total biaya Rp 7.000,00 keuntungan yang diperoleh beliau Rp
500.000,00 sedangkan modal sehari-hari yang dapat beliau Rp 2.000.000,00 dan
itu sebagian dikembalikan ke modal. Ibu Rizky mempunyai modal sendiri.
IV. Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Menurut beliau, saat ini belum ada pengaruh banyaknya impor hasil
pertanian dan perkembangan supermarket di Malang khususnya di Jawa Timur
Hal ini dikarenakan jumlah pembeli masih tetap. Dan Ibu Rizky sendiri tidak
merasa terugikan dengan adanya supermarket, karena menurut beliau para
konsumen masih suka berbelanja di pasar, dan itu tidak mengurangi jumlah
konsumen masih setia berbelanja di dagangan Ibu Rizky.
V. Informasi Transaksi di Luar Hari Ini
Perkembangan produk pertanian juga tidak mempengaruhi komoditas yang
dijual oleh beliau. Komoditas yang dijual juga relatif sama mulai dari kemarin,
tapi dalam 1 minggu terakhir keadaan berbeda karena tanggal tua menyebabkan
pelanggan sepi dalam membeli produk beliau. Selama 2 minggu terakhir keadaan
sudah kembali pulih, 3 minggu terakhir, bahkan sebulan terakhir.
VI. Kesimpulan
Dalam usaha dagang banyak hal yang dibutuhkan, mulai dari modal hingga
alat transportasi untuk pembelian barang. Modal yang dibutuhkan dalam
pembelian awal barang juga cukup besar yang dapat diperoleh dari modal sendiri.
Selain itu, tempat juga mempengaruhi nilai jual produk. Saat musim hujan seperti
sekarang ini menyebabkan tempat jualan akan becek, dan konsumen malas untuk
berbelanja di pasar tersebut.
Selain modal dan lokasi juga dibutuhkan kerja sama dengan pihak-pihak
terkait untuk pengangkutan dan distribusi barang. Tenaga tersebut biasanya diberi
upah baik perhari maupun perbulan. Konsumen juga akan tertarik jika produk

10

penjualan dikemas dengan bagus, dan itu akan menambah nilai jual buah-buahan
tersebut.
2.2 Hasil Wawancara Oleh Eka Indira Agustin (NIM : 125040101111158)
I. Deskripsi Identifikasi Pedagang
Berikut adalah identitas pedagang:.
Nama

: Bapak Ridho

Umur

: 25 tahun

Tingkat pendidikan formal

: SMA

Pekerjaan KK

: Pedagang (Utama)

Menjadi pedagang sejak

: tahun 2007

Jumlah anggota keluarga

:1 istri dan 1 orang anak perempuan

Sarana transportasi yang dimiliki

: Sepeda motor.

Bapak Ridho tinggal di Jl. Letjen Parman 1 Kel. Purwantoro Kec.
Blimbimg. Beliau bekerja sebagai pedagang sayur dan kepala rumah tangga yang
dikaruniai seorang anak perempuan. Beliau lulusan SMA.
II. Asal Usul Menjadi Pedagang
Sejak lulus SMA, beliau pengangguran sampai menikah. Kemudian sekitar
tahun 2007 beliau memulai bekerja sebagai pedagang sayur-sayuran di pasar
Blimbing, Kec. Blimbing untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Adapaun produk
yang dijual adalah selada, kentang merah, brokoli, jagung manis, jamur,
kangkung, paprika, wortel manis, baby kul, dan cabe rawit.
Bapak Ridho memilih untuk menjadi seorang pedagang sayur-mayur karena
menurutnya produk tersebut merupakan kebutuhan masyarakat dan sebagian besar
masyarakat mengkonsumsi sayuran untuk memenuhi asupan gizi tubuh terutama
vitamin. Sayuran juga mengandung serat yang dapat melancarkan pencernaan
makanan.
Produk didapat dari Karang Ploso Batu karena di daerah Batu merupakan
tempat produksi produk komoditas pertanian. Barang tersebut dibeli dengan cara
kiloan dan dipilih langsung oleh pembeli. Beliau membeli dari petani kemudian

11

diangkut dengan menggunakan pick up. Sedangkan tempat penjualan menyewa
sebesar Rp 2.000.000,00/ tahun.
Tidak semua produk terjual habis setiap harinya. Namun perdagangan beliau
bisa dikatakan berkembang karena untung yang didapatkan tidak dibawah modal
yang dikeluarkan.
III. Transaksi Jual Beli Hari Ini
Pada hari Senin (03/12/2012), Bapak Ridho berdagang produk pertanian
sebagai berikut.
Tabel 3 Barang Dagangan yang Dijual pada Tanggal 03 Desember 2012
Jenis produk

Keterangan

Perlakuan

TTH

Dibungkus

Jagung manis

TH

Dikupas

Jamur

TH

Dibungkus plastik

Selada

TTH

Disortir

Pafrika

TTH

Disortir

Wortel manis

TTH

Dilap

Baby kul

TTH

Disortir

Cabe rawit

TTH

Disortir

Brokoli

TTH

Disortir

TH

Diikat

Kentang merah

Kangkung

Ket: TH, jika: terjual habis; TTH, jika: tidak terjual habis
Untuk barang yang tidak terjual habis, dijual kembali keesokan harinya
namun dengan menurunkan harga ± Rp 1.000,00 yang sebelumnya masih
dilakukan proses pemilahan produk yang masih layak atau tidak untuk dijual.
Namun ada juga produk yang tetap pada harga sebelumnya seperti wortel dan
kentang. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi terjadinya kerugian.
Dalam menentukan harga beli dan harga jual produk hasil pertanian ini,
yaitu dengan memandang pemasokan barang yang ada. Biasanya pemasokan
barang lama (sedikit) akan berpengaruh terhadap harga jual, yaitu harga melonjak
mahal, begitu pun sebaliknya.

12

Pedagang juga melakukan perlakuan terhadap beberapa produk seperti
selada, brokoli, kangkung yang dibersihkan terlebih dahulu, wortel manis dilap
dan ditata rapi, jamur dicuci kemudian dibungkus dalam plastik transparan dengan
isi tiap plastik 0,5 kg. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai jual.
Berikut data harga beli dan harga jual untuk komoditas pertanian yang dijual.
Tabel 4 Data Harga Beli dan Harga Jual Komoditas Pertanian
Jenis komoditas

Jumlah

Harga beli

Harga jual

pertanian
Kentang

(kg)
100

(Rp)
10.000/kg

(Rp)
14.000/kg

merah
Jagung manis

30

3000/kg

Jamur
Selada
Paprika
Wortel manis
Baby kul
Cabe rawit
Brokoli
Kangkung

25
15
10
10
10
10
5
5

9500/kg
10.000/kg
12.500/kg
100.000/kardus
3000/kg
7000/kg
8000/kg
3000/kg

Kupas : 5000/kg
Tidak dikupas :
4000/kg
2500/bungkus
13.000/kg
20.000/kg
14.000/kg
6000/kg
9000/kg
10.000/kg
5000/kg

Keuntungan yang diperoleh Bapak Ridho ± Rp 3.000.000,00/bulan atau Rp
100.000,00/hari. Modal awal yang digunakan merupakan modal milik sendiri
sehingga tidak mempunyai ketergantungan (tekanan) terhadap faktor lain untuk
mengganti modal. Bapak Ridho biasanya berdagang mulai pukul 04.00-11.00.
Harga jual produk yang bukan hasil sortir relatif tetap dalam rentan waktu
tersebut, antara pagi dan siang bahkan 3 hari sebelumnya. Meskipun beliau
memberikan harga yang sama keuntungan yang diharapkan dapat dicapai.
Nilai pembelian produk yang mengambil dari petani Rp 800.000,00,
biasanya stok habis dalam 5 hari. Sedangkan produk yang dijual hari ini Rp
400.000,00/hari, uang transport dari petani (Batu) ke rumah Bapak Ridho Rp
25.000,00 dengan menggunakan pick up, biaya transport dari rumah ke pasar Rp
10.000,00, biaya retribusi Rp 3.000,00, tenaga pengangkut (1 orang) barang ke
lokasi penjualan Rp 6.000,00. Total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 44.000,00
selain dari produk pembelian awal.

13

Dari kondisi ini semua, lokasi pasar, perlakuan produk, dan pelayanan
pedagang mempengaruhi jumlah penjualan terhadap konsumen. Pembeli produk
pertanian Bapak Ridho merupakan pembeli dalam skala kecil/eceran dan ada pula
dalam bentuk kg.

IV. Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Bapak Ridho mengatakan globalisasi juga mempengaruhi selera konsumen
karena menurut beliau, konsumen lebih tertarik dengan adanya pasar-pasar
modern misal, mengenai kriteria tempat, produk, dan pelayanan. Padahal pasar
tradisional seperti pasar Blimbing, produk tidak kalah bagusnya dari pasar
modern. Masalah dampak dari banyaknya impor hasil pertanian belum ada
pengaruh besar, hal ini dikarenakan jumlah konsumen masih normal.
V. Informasi Transaksi di Luar Hari Ini
Produk yang dijual relatif sama mulai dari 1 minggu terakhir, begitupun
mengenai harga yang ditawarkan, kecuali sisa sortiran produk yang belum habis
terjual hari sebelumnya diturunkan harga ± Rp 1.000,00.
VI. Kesimpulan
Teknik perlakuan penjualan terhadap produk yang dilakukan oleh Bapak
Ridho sangat berperan penting yaitu berpengaruh terhadap harga jual. Produk
pertanian sangat potensial terutama sayuran, karena sayuran merupakan makanan
yang berserat tinggi dan masyarakat mayoritas mengkonsumsi sayuran. Harga
yang ditawarkan tergantung pada telat atau tidaknya pemasokan produk.
Mengenai modal yang digunakan dengan memakai modal sendiri, sehingga tidak
ada keterikatan terhadap suatu lembaga atau perusahaan. Namun jika suatu
pedagang tidak ada modal sendiri, modal bisa meminjam dari bank maupun
tetangga.

14

Kondisi pasar memang tidak dapat diprediksi meningkat atau tidaknya,
karena harga itu bisa mengalami naik turun tergantung dari hasil produk. Misalnya
dari petani, jika cuaca memburuk maka akan menurunkan hasil produksi,
sehingga pedagang menaikkan harga karena keterbatasan stok.

2.3 Hasil Wawancara Oleh Ridhuwan Pratama (NIM : 125040101111164)
I. Deskripsi Identifikasi Pedagang
Berikut adalah identitas pedagang:.
Nama

: Ibu Sri

Umur

: 55 tahun

Tingkat pendidikan formal

:-

Pekerjaan KK

: Pedagang (Utama)

Menjadi pedagang sejak

: tahun 1982

Jumlah anggota keluarga

:1 orang suami dan 5 orang anak

Sarana transportasi yang dimiliki

: Sepeda motor

Ibu Sri tinggal di Desa Jarakan Kel. Donowari Kec. Karang Ploso yang
bekerja sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. Beliau memiliki 5 orang anak.
Beliau tidak memiliki pendidikan formal.
II.Asal Usul Menjadi Pedagang
Beliau tidak memiliki pendidikan formal, namun beliau pernah bekerja
sebagai penanam padi di sawah orang lain. Pada tahun 1982, beliau bekerja
sebagai pedagang sayur-sayuran untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Adapun
barang dagangan tersebut adalah sayur mayur, kenikir, lombok, cabai kriting,
tomat, bawang merah, bawang putih. Ibu tersebut berdagang di Pasar Blimbing
Kec. Blimbing.
III. Transaksi Jual Beli Hari Ini

15

Pada hari Senin (03/12-2012), Ibu Sri berdagang produk pertanian sebagai
berikut.
Tabel 5 Barang Dagangan yang Dijual pada Tanggal 3 Desember 2012
Jenis produk diurut dari terbanyak ke tersedikit
Lombok kecil
TTH
Lombok besar
TTH
Bawang merah
TTH
Bawang putih
TTH
Tomat
TTH
Bawang bombai
TTH
Ket: TH, jika: terjual habis; TTH, jika: tidak terjual habis
Tidak selamanya barang dagangan Ibu Sri habis terjual. Ada kalanya barang
yang dijual tidak terjual habis. Untuk barang yang tidak terjual habis, dapat dijual
keesokan harinya namun dengan harga tetap. Walaupun kualitas barang pasti
sudah berkurang tidak menutup kemungkinan dijual dengan harga tetap karena
apabila harga barang diturunkan, maka beliau akan rugi. Keuntungan yang
diperoleh dari tiap jenis barang dagangan juga tidak banyak, beliau hanya
berprinsip agar barang dagangan dapat cepat habis terjual.
Ibu Sri memilih untuk menjadi seorang pedagang produk pertanian karena
produk pertanian akan selalu ada dan merupakan kebutuhan sehari-hari
masyarakat. Jadi akan laku terjual setiap harinya yang walaupun tidak habis
seluruhnya. Ibu Sri memilih menjual barang dagangannya dengan jumlah tersebut
karena modal yang mencukupi hanya dapat membeli barang tersebut. Selain itu
produk pertanian yang dijual juga tidak tahan lama, jadi apabila tidak terjual
dengan batas waktu yang mencukupi maka akan busuk dan akan rugi.
Untuk keseluruhan barang yang dijual oleh Ibu Sri diperoleh dari para
tengkulak yang ada di daerah Karang Ploso karena di daerah tersebut merupakan
tempat memproduksi komoditas pertanian. Barang tersebut dibeli dengan cara
kiloan dan dipilih langsung oleh pembeli. Beliau membawa barang jualannya
dengan menggunakan ojek. Setelah sampai dipasar kemudian beliau memberikan
perlakuan untuk beberapa barang, seperti lombok kecil, lombok besar, bawang
putih, bawang merah, tomat, dan bawang bombai disorti. Setelah itu diletakkan di
wadah masing-masing. Hal ini dapat mempermudah nilai jual selanjutnya.

16

Setiap barang yang dijual memiliki nilai beli dan nilai jual yang pula.
Berikut data harga beli dan harga jual untuk komoditas pertanian yang dijual.
Tabel 6 Data Harga Beli dan Harga Jual Komoditas Pertanian
Jenis komoditas

Jumlah

Harga beli

Harga jual

pertanian
Lombok kecil
Lombok besar
Bawang putih
Bawang merah
Tomat
Bawang bombai

(kg)
12
12
20
20
50
15

(Rp)
72.000,00
72.000,00
240.000,00
200.000,00
50.000,00
360,000,00

(Rp)
8.000/kg
8.000/kg
14.000/kg
12.000/kg
2.000/kg
24.000/kg

Harga jual produk antara pagi dan siang bahkan sampai sore hari pun, harga
jual barang tetap sama pada seminggu terakhir. Beliau memberikan harga yang
sama untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Pembelian produk
pertanian yang dijual pada hari tersebut sebesar Rp 400.000,00 dengan modal Rp
500.000,00. Jadi, untung penjualan adalah Rp 350.000,00 dan untung ini ditabung
untuk kebutuhan selanjutnya karena beliau juga ingin mengembangkan usahanya.
Sedangkan modal awal beliau diperoleh dari modal sendiri.
Pada setiap penjualan barang ada biaya yang dikeluarkan, diantaranya
adalah biaya bensin untuk transport dari tempat pembelian ke pasar sebesar Rp
30.000,00, biaya retribusi Rp 15.000,00, tenaga pengangkat 1 orang sebesar Rp
15.000,00 sehingga toyal biayanya adalah Rp 60.000,00 per hari.
Dari kondisi ini semua, lokasi pasar mempengaruhi jumlah pembeli dan
penjualan karena apabila lokasinya kumuh dan kotor, maka pembeli akan sedikit.
Pembeli produk pertanian Ibu Sri merupakan pembeli dalam skala kecil/eceran.
IV. Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Menurut beliau, saat ini belum ada pengaruh banyaknya impor hasil
pertanian dan berkembangnya supermarket di Malang khususnya di Jawa Timur.
Hal ini dikarenakan jumlah pembeli masih tetap.
V. Informasi Transaksi di Luar Hari Ini

17

Perkembangan

juga tidak mempengaruhi komoditas yang dijual oleh

beliau. Komoditas yang dijual juga relatif sama mulai dari kemarin, 1 minggu
terakhir, 2 minggu terakhir, 3 minggu terakhir, bahkan sebulan terakhir.
VI. Kesimpulan
Dalam usaha dagang banyak hal yang dibutuhkan, mulai dari modal hingga
alat transportasi untuk pembelian barang. Modal yang dibutuhkan dalam
pembelian awal barang juga cukup besar yang dapat diperoleh dari modal sendiri.
Namun apabila tidak memiliki modal sendiri, modal dapat diperoleh dengan
pinjaman ke bank atau tetangga.
Selain modal juga diperlukan tenaga orang lain untuk pengangkutan barang.
Tenaga tersebut biasanya diberi upah baik perhari maupun perbulan. Pasar sudah
ada sejak dulu, seiring berjalannya waktu tentu saja pasar mengalami perubahan.
Tatanan yang dulunya hanya sekedar menjual langsung begitu dipanen sekarang
pemasarannya sudah dikemas terlebih dahulu untuk menambah nial jual, dan
banyak tengkulak yang langsung menawarkan barang produksi pertanian ke
pedagang pasar.
2.4 Hasil Wawancara Oleh Basa Uli Simanjuntak (NIM : 125040101111166)
I. Deskripsi Identifikasi Pedagang
Berikut adalah identitas pedagang:.
Nama

: Ibu Kris

Umur

: 33 tahun

Tingkat pendidikan formal

: SMK

Pekerjaan KK

: Pedagang (Utama)

Menjadi pedagang sejak

: tahun 2003

Jumlah anggota keluarga

:1 orang suami dan 2 orang anak perempuan

Sarana transportasi yang dimiliki

: Sepeda motor dan pick up

Ibu Kris tinggal di jalan Ikan Piranha Atas No. 21 A Kel. Tunjung Segar
Kec. Lowok Waru yang bekerja sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. Beliau
memiliki 2 orang anak. Beliau yang hanya lulusan SMK.

18

II. Asal Usul Menjadi Pedagang
Begitu lulus SMA, beliau bekerja sebagai SPG sampai sebelum beliau
menikah. Setelah menikah yakni pada tahun 2003, beliau bekerja sebagai
pedagang sayur-sayuran untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Adapun barang
dagangan tersebut adalah selada, kentang, brokoli, jagung manis, jamur,
kangkung, paprika, wortel, baby kol, cabai kriting, dan terong. Ibu tersebut
berdagang di Pasar Blimbing, Kec. Blimbing.
Setiap hari belum tentu barang dagangan tersebut terjual semua.
Perkembangan

usaha

beliau

selama

ini

cukup

berkembang.

Namun

perkembangannya tergolong lambat karena untung yang didapatkan setiap harinya
juga tidak banyak.
III. Transaksi Jual Beli Hari Ini
Pada hari Senin (03/12-2012), Ibu Kris berdagang produk pertanian sebagai
berikut.
Tabel 7 Barang Dagangan yang Dijual pada Tanggal 3 Desember 2012
Jenis produk diurut dari terbanyak ke tersedikit
Kentang
TTH
Baby kol
Jagung manis
TTH
Selada
Jamur
TTH
Brokoli
Paprika
TH
Wortel
Cabai kriting
TTH
Terong
Ket: TH, jika: terjual habis; TTH, jika: tidak terjual habis

TTH
TH
TH
TTH
TTH

Tidak selamanya barang dagangan Ibu Kris habis terjual. Ada kalanya
barang yang dijual tidak terjual habis. Untuk barang yang tidak terjual habis,
dapat dijual keesokan harinya namun dengan harga tetap. Walaupun kualitas
barang pasti sudah berkurang tidak menutup kemungkinan dijual dengan harga
tetap. Karena apabila harga barang diturunkan, maka beliau akan rugi.
Keuntungan yang diperoleh beliau untuk tiap jenis barang dagangan juga tidak
banyak, beliau hanya berprinsip agar barang dagangan dapat cepat habis terjual.
Ibu Kris memilih untuk menjadi seorang pedagang produk pertanian karena
produk pertanian akan selalu ada dan merupakan kebutuhan sehari-hari
masyarakat. Jadi akan laku terjual setiap harinya yang walaupun tidak habis
seluruhnya. Alasan beliau memilih berdagang sayuran adalah karena sayuran

19

dibutuhkan masyarakat setiap hari. Ibu Kris memilih menjual barang dagangannya
dengan jumlah tersebut karena modal yang mencukupi hanya dapat membeli
barang tersebut. Selain itu produk pertanian yang dijual juga tidak tahan lama, jadi
apabila tidak terjual dengan batas waktu yang mencukupi maka akan busuk dan
akan rugi.
Untuk keseluruhan barang yang dijual oleh Ibu Kris diperoleh dari para
tengkulak yang ada di daerah Batu karena di daerah Batu merupakan tempat
memproduksi komoditas pertanian. Barang tersebut dibeli dengan cara kiloan dan
dipilih langsung oleh pembeli. Beliau membawa barang jualannya dengan
menggunakan pick up yang dimiliki keluarga. Setelah sampai dipasar, kemudian
beliau memberikan perlakuan untuk beberapa barang, seperti selada dan brokoli
dibersihkan terlebih dahulu dengan mencuci, jamur dicuci kemudian dibungkus
dalam plastik transparan dengan isi tiap plastik adalah 0,25 kg. Hal ini dapat
meningkatkan nilai jual selanjutnya.
Setiap barang yang dijual memiliki nilai beli dan nilai jual yang pula.
Berikut data harga beli dan harga jual untuk komoditas pertanian yang dijual.
Tabel 8 Data Harga Beli dan Harga Jual Komoditas Pertanian
Jenis

Jumlah

Harga beli

Harga jual

komoditas

(kg)

(Rp)

(Rp)

pertanian
Kentang
Jagung manis
Terong
Jamur
Paprika
Cabai kriting
Selada
Brokoli
Wortel
Baby kol

15
100
8
30
25
10
10
10
10
10

3.000 kg
5.000/kg
2.000/kg
9.500/kg
12.500/kg
4.000/kg
3.000/kg
8.000/kg
100.000/kardus
3.000/kg

6.000/kg
8.000/kg
5.000/kg
3.500/bungkus
20.000/kg
8.000/kg
5.000/kg
12.000/kg
5.000/kg
6.000/kg

Harga jual produk antara pagi dan siang bahkan sampai sore hari pun, harga
jual barang tetap sama pada hari Senin kemarin. Beliau memberikan harga yang
sama agar keuntungan yang diharapkan dapat dicapai. Pembelian produk
pertanian yang dijual pada hari tersebut sebesr Rp 2.200.000,00 dengan modal Rp
2.000.000,00. Jadi, untung penjualan adalah Rp 1.200.000,00 dan untung ini
20

ditabung untuk kebutuhan selanjutnya karena beliau juga ingin mengembangkan
usahanya. Sedangkan modal awal beliau diperoleh dari modal sendiri.
Pada setiap penjualan barang ada biaya yang dikeluarkan, diantaranya
adalah biaya bensin untuk transport dari tempat pembelian ke pasar sebesar Rp
50.000,00, biaya retribusi Rp 3.000,00, tenaga pengangkat 1 orang sebesar Rp
25.000,00 sehingga toyal biayanya adalah Rp 78.000,00 per hari.
Dari kondisi ini semua, lokasi pasar mempengaruhi jumlah pembeli dan
penjualan karena apabila lokasinya kumuh dan kotor, maka pembeli akan sedikit.
Pembeli produk pertanian Ibu Kris merupakan pembeli dalam skala kecil/eceran.
IV. Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Menurut beliau, saat ini belum ada pengaruh banyaknya impor hasil
pertanian dan berkembangnya supermarket di Malang khususnya di Jawa Timur.
Hal ini dikarenakan jumlah pembeli masih tetap.
V. Informasi Transaksi di Luar Hari Ini
Perkembangan juga tidak mempengaruhi komoditas yang dijual oleh
beliau. Komoditas yang dijual juga relatif sama mulai dari kemarin, 1 minggu
terakhir, 2 minggu terakhir, 3 minggu terakhir, bahkan sebulan terakhir.
VI. Kesimpulan
Dalam usaha dagang banyak hal yang dibutuhkan, mulai dari modal hingga
alat transportasi untuk pembelian barang. Modal yang dibutuhkan dalam
pembelian awal barang juga cukup besar yang dapat diperoleh dari modal sendiri.
Namun apabila tidak memiliki modal sendiri, modal dapat diperoleh dengan
pinjaman ke bank atau tetangga. Namun modal yang diperoleh tidak dari bank
melainkan dari tetangganya sendiri.
Selain modal juga diperlukan tenaga orang lain untuk pengangkutan
barang. Tenaga tersebut biasanya diberi upah baik perhari maupun perbulan. Pasar
sudah ada sejak dulu ada, seiring berjalannya waktu tentu saja pasar mengalami
perubahan. Tatanan yang dulunya hanya sekedar menjual langsung begitu dipanen

21

sekarang pemasarannya sudah dikemas terlebih dahulu untuk menambah nilai
jual.
2.5 Hasil Wawancara Oleh (Nurhasanah Margolang 125040101111180)
I. Deskripsi Identifikasi Pedagang
Berikut adalah identitas pedagang:.
Nama

: Bapak Rudi Fuad

Umur

: 25 tahun

Tingkat pendidikan formal

: Madrasah Aliyah

Pekerjaan KK

: Pedagang (Utama)

Menjadi pedagang sejak

: tahun 2009

Jumlah anggota keluarga

:Ayah, ibu dan 2 orang adik

Sarana transportasi yang dimiliki

: Sepeda motor dan pick up

Bapak Rudi tinggal di Kel. Kemirahan Kec. Kunjung Sekar yang bekerja
sebagai pedagang dantulang punggung keluarga. Beliau memiliki 2 orang adik.
Beliau yang hanya lulusan Madrasah Aliyah.
II. Asal Usul Menjadi Pedagang
Begitu lulus Madrasah Aliyah, beliau bekerja dipasar hanya membantu
ayahnya sampai sekarang beliau belum menikah. Pada tahun 2003, beliau diberi
wewenang untuk melanjutkan usaha dagangan ayahnya, yaitu bekerja sebagai
pedagang buah-buahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Adapun barang
dagangan tersebut adalah jeruk, magga, apel, semangka, salak, dan melon. Bapak
tersebut berdagang di Pasar Blimbing Kec. Blimbing.
Setiap hari belum tentu barang dagangan tersebut terjual semua.
Perkembangan dagangan beliau bisa dikatakan berkembang karena barang
dagangannya habis skitar 6-7 hari telah habis terjual, dan Bapak Rudi memperoleh
keuntungan yang lumayan banyak per harinya.

22

III. Transaksi Jual Beli Hari Ini
Pada hari Senin (03/12-2012), Bapak Rudi berdagang produk pertanian
sebagai berikut.
Tabel barang dagangan yang dijual pada tanggal 3 Desember 2012
Jenis produk diurut dari terbanyak ke tersedikit
1. Apel
TTH
2. Jeruk
TTH
3. Semangka
TTH
4. Salak
TTH
5. Melon
TTH
6. Mangga
TTH
Ket: TH, jika: terjual habis; TTH, jika: tidak terjual habis
Tidak selamanya barang dagangan Bapak Rudi habis terjual. Ada kalanya
barang yang dijual tidak terjual habis. Untuk barang yang tidak terjual habis,
dapat dijual keesokan harinya barang dagangan disortir namun dengan harga
tetap. Walaupun kualitas barang pasti sudah berkurang tidak menutup
kemungkinan dijual dengan harga tetap. Karena apabila harga barang diturunkan,
maka beliau akan rugi. Keuntungan yang diperoleh dari tiap jenis barang
dagangan juga tidak banyak, beliau hanya berprinsip agar barang dagangan dapat
cepat habis terjual.
Bapak Rudi memilih untuk menjadi seorang pedagang produk pertanian
karena produk pertanian akan selalu ada dan merupakan kebutuhan sehari-hari
masyarakat. Jadi, akan terjual setiap harinya yang walaupun tidak habis
seluruhnya. Dan alasan beliau memilih berdagang buah-buahan adalah karena
buah-buahan dibutuhkan pedagang eceran buah-buahan dan penjual jus. Bapak
Rudi memilih menjual barang dagangannya dengan jumlah tersebut karena modal
yang mencukupi hanya dapat membeli barang tersebut. Selain itu ada jenis produk
pertanian yang dijual juga tidak tahan lama, jadi apabila tidak terjual dengan batas
waktu yang mencukupi maka akan busuk dan akan rugi.
Untuk keseluruhan barang yang dijual oleh Bapak Rudi diperoleh dari para
tengkulak yang ada di daerah Batu karena di daerah Batu merupakan tempat
memproduksi komoditas pertanian. Barang tersebut dibeli dengan cara kiloan dan
dipilih langsung oleh pembeli dan secara candak kulak (barang dibawa dulu oleh
pedagang dan dibayar pada tengkulak jika telah laku). Beliau tidak membawa

23

barang jualannya dengan menggunakan mobil yang dimiliki keluarga, melainkan
diantar lansung ke pasar oleh tengkulak. Setelah sampai di pasar kemudian beliau
diberi perlakuan untuk beberapa barang, seperti jeruk, mangga, dan apel disortir
terlebih dahulu, dicuci, kemudian dibungkus dalam net pembungkus dengan isi
tiap plastik adalah 5-8 kg (apel), semangka dan melon diikat dan digantung. Hal
ini dapat meningkatkan nilai jual selanjutnya.
Setiap barang yang dijual memiliki nilai beli dan nilai jual yang pula.
Berikut data harga beli dan harga jual untuk komoditas pertanian yang dijual.
Tabel data harga beli dan harga jual komoditas pertanian
Jenis komoditas
pertanian
1. Apel besar
2. Apel sedang
3. Apel kecil
4. Jeruk besar
5. Jeruk sedang
6. Jeruk kecil
7. Semangka

Jumlah

40 kg

Harga beli

Harga jual

(Rp)

(Rp)
20.000,00/kg
17.000,00/kg
16.000,00/kg

13.000,00/kg

3 kardus

13.000,00/kg

1,5 kuintal

2.500,00/kg

18.000,00/kg
17.000,00/kg
15.000,00/kg
5.000/kg

Harga jual produk antara pagi dan siang bahkan sampai sore hari pun, harga
jual barang tetap sama pada hari Senin kemarin. Beliau memberikan harga yang
sama agar keuntungan yang diharapkan dapat dicapai. Pembelian produk
pertanian yang dijual pada hari tersebut sebesar Rp 1.500.000,00 dengan modal
Rp 1.500.000. Keuntungan yang diperoleh penjualan adalah Rp 400.000,00/hari
dan untung ini ditabung untuk simpanan apabila terjadi kerugian dan kekurangan
modal usahanya. Sedangkan modal awal beliau diperoleh dari modal sendiri dan
barang yang diambil dahulu kemudian dibayar.
Pada setiap penjualan barang ada biaya yang dikeluarkan, diantaranya
adalah biaya sewa tempat jualan di pasar Rp 5.000,00, biaya retribusi Rp
3.000,00, tenaga pengangkat 1 keranjang Rp 5.000 sebesar Rp 15.000,00 sehingga
toyal biayanya adalah Rp 28.000,00 per hari.
Dari kondisi ini semua, lokasi pasar mempengaruhi jumlah pembeli dan
penjualan karena apabila lokasinya kumuh dan kotor, maka pembeli akan sedikit.
Pembeli produk pertanian Bapak Rudi merupakan pembeli dalam skala
24

kecil/eceran.
IV. Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Menurut beliau, saat ini belum ada pengaruh banyaknya impor hasil
pertanian dan berkembangnya supermarket di Malang khususnya di Jawa Timur.
Hal ini dikarenakan jumlah pembeli masih tetap.
V. Informasi Transaksi di Luar Hari Ini
Perkembangan juga tidak mempengaruhi komoditas yang dijual oleh
beliau. Komoditas yang dijual juga relatif sama mulai dari kemarin, 1 minggu
terakhir, 2 minggu terakhir, 3 minggu terakhir, bahkan sebulan terakhir.
VII. Kesimpulan
Dalam usaha dagang banyak hal yang dibutuhkan, mulai dari modal hingga
alat transportasi untuk pembelian barang dan modal sewa tempat yang bisa
dibayar perhari atau perbulan. Modal yang dibutuhkan dalam pembelian awal
barang juga cukup besar yang dapat diperoleh dari modal sendiri. Namun apabila
tdak memiliki modal sendiri, modal dapat diperoleh dengan pinjaman ke bank
atau tetangga. Namun modal ada barang produksi dibayar setelah habis terjual
atau laku
Selain modal juga diperlukan tenaga orang lain untuk pengangkutan
barang. Tenaga tersebut biasanya diberi upah baik perhari maupun perbulan. Pasar
sudah ada sejak dulu ada, seiring berjalannya waktu tentu saja pasar mengalami
perubahan. Banyak barang dagangan yang diberi perlakuan khusus agar
meningkatkan daya tarik pembeli dan nilai jual yang tinggi.

II.6

Hasil

Wawancara

Oleh

Fauzul

Muna

Alawiyah

(NIM

125040101111181)
I. Identifikasi Pedagang
Berikut adalah identitas pedagang:
25

Nama

: Ibu Khoirotun

Umur

: 50 tahun

Tingkat pendidikan formal

: SD

Pekerjaan KK

: Pedagang
Petani

(Utama)
(Sampingan)

Menjadi pedagang sejak

: tahun 1985

Jumlah anggota keluarga

: 5 orang

Sarana transportasi yang dimiliki

: Sepeda motor dan mobil

Ibu Khoirotun tinggal di desa Wates Rt. 12, Kecamatan Ponjokusumo
Kabupaten Malang. Pekerjaan utamanya yakni sebagai pedagang dan pekerjaan
sampingannya petani. Luas sawah yang dimilikinya hanya ¾ ha. Beliau memiliki
seorang suami, 2 orang anak dan satu orang menantu. Beliau hanya lulusan SD.
II. Asal Usul Menjadi Pedagang
Pekerjaan yang pertama kali beliau jalani yaitu sebagai petani. Karena sawah
yang dimiliki hanya sedikit, jadi beliau memutuskan untuk berdagang dan
memilih menjual sayur-sayuran. Beliau memulai berdagang sejak 27 tahun yang
lalu. Pertama kali berdagang di Pasar Ponjokusumo selama 2 tahun dan setelah itu
pindah ke Pasar Blimbing dan berdagang selama 25 tahun sampai sekarang.
Barang yang dijual pertama kali hanya jagung saja. Setelah pindah ke pasar
Blimbing beliau berdagang berbagai macam sayuran.
III. Transaksi Jual Beli Hari Ini
Volume seluruh barang yang diperdagangkan pada hari itu yaitu sekitar 1,5
kwintal. Beliau mendapatkan barang dagangannya dari pengepul di daerah Wajak
dan dikirim ke rumah beliau. Adapun barang dagangan tersebut adalah timun,
kacang panjang, sawi daging, tomat, terong lalapan, gambas, cabai, jagung,
kangkung, kol, jeruk pecel, dan tauge.
Tabel 11 Rincian Barang Dagangan yang Dijual Pada Tanggal 3 Desember 2012

26

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Jenis barang

Jumlah

dagangan
Tomat
Sawi daging
Kacang panjang
Jagung
Cabe besar
Gambas
Terong lalapan
Timun
Cabe keriting
Cace rawit
Tauge
Terong biasa
Sawi Putih

(kg)
25
22
17
15
10
10
10
10
10
7
5
10
5

Harga beli

Harga jual

1300/kg
1500/kg
3000/kg
2200/kg
6500/kg
4000/kg
2500/kg
1500/kg
7500/kg
7000/kg
4000/kg
2000/kg
2000/kg

2000/kg
4000/kg
5000/kg
4000/kg
9000/kg
5000/kg
4000/kg
2500/kg
10.000/kg
9000/kg
6000/kg
4000/kg
3000/kg

Keterangan

TTH

TH
TTH

Jika barang dagangan tersebut tidak habis pada hari tersebut maka akan
dijual keesokan harinya. Beliau memilih sayuran-sayuran tersebut, jika masih
bagus dan layak dijual maka akan dijual harga tetap. Namun jika barangnya
sudah jelek dan masih bisa dijual maka harganya akan diturunkan.
Beliau memilih menjadi pedagang karena ingin menambah penghasilan
untuk keluarga. Menurut beliau penghasilan dari sawah saja tidak akan mencukupi
kebutuhan keluarga karena sawah yang dimilikinya tidak terlalu luas. Sehingga
beliau memilih untuk berdagang dan dari hasil berdagang tersebut beliau dapat
menyekolahkan anaknya sampai bangku kuliah.
Produk pertanian berupa sayuran dipilih beliau untuk dijadikan sebagai
barang dagangan. Sayuran dipilih karena hampir setiap hari masyarakat
membutuhkan sayuran untuk dikonsumsi. Sehingga barang dagangan beliau setiap
hari laku terjual meskipun tidak semuanya habis.
Jumlah barang dagangan yang dijual tidak terlalu banyak karena beliau
khawatir jika banyak barang dagangan yang tidak habis maka akan mendapatkan
kerugian yang besar. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh modal yang ada. Modal
yang digunakan beliau tidak terlalu banyak sehingga hanya dapat menjual barang
dagangan yang tidak terlalu banyak pula.
Hampir keseluruhan barang yang diperoleh oleh Ibu Khoirotun berasal dari
daerah Wajak dengan cara beliau membeli barang dagangan (sayur) tersebut
secara kiloan. Sayuran tersebut dibeli beliau dari tengkulak di daerah Wajak yang

27

berasal dari petani di sekitar daerah tersebut dan dikirim ke rumah beliau tiap
pagi. Hanya tauge saja yang beliau beli dari penjual lain di Pasar Blimbing. Beliau
membawa barang dagangannya dengan naik angkot dari rumah beliau sampai
Pasar Blimbing kira-kira selama 1,5 jam.
Hampir semua barang dagangan beliau yang didapatkan dari tengkulak
tersebut disortir. Beliau tidak mencuci sayuran tersebut dikarenakan jika dicuci
akan banyak yang busuk, sehingga merugikan beliau. Jagung dikupas terlebih
dahulu sebelum dijual, karena akan meningkatkan harga jual dari jagung yang
dikupas dari pada jagung yang tidak dikupas.
Penetapan harga jual dipengaruhi oleh harga beli untuk mendapatkan laba.
Harga jual juga dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan terhadap sayuran
tersebut. Semakin banyak dan lama perlakuannya, maka harga jual akan semakin
tinggi meskipun harga belinya tidak terlalu tinggi. Seperti sawi daging, selisih
antara harga jual dan harga beli cukup jauh. Hal itu dikarenakan proses
membersihkannya yang cukup lama karena sawi daging masih terdapat akar.
Harga jual produk antara pagi dan siang sama saja. Nilai pembelian produk
pertanian yang dijual pada hari itu kira-kira Rp 500.000,00. Setiap hari beliau
mendapatkan keuntungan bersih kira-kira Rp 50.000,00 dan semua keuntungan
tersebut ditabung. Modal yang digunakan beliau pada hari itu sebesar Rp
400.000,00. Modal yang beliau gunakan menggunakan modal sendiri karena
beliau tidak mau meminjam dari orang lain.
Biaya transportasi dari rumah sampai ke pasar sebesar Rp 40.000,00 (pulang
pergi), biaya retribusi Rp 4.000,00, biaya tenaga pengangkat barang ke lokasi
tempat berjual sebesar Rp 5.000,00 dengan menggunakan becak. Sehingga total
seluruh biaya yaitu sebesar Rp 49.000.00/hari.
Lokasi pasar mempengaruhi jumlah pembeli dan jumlah penjualan produk
pertanian. Pasar yang kumuh dan kotor akan mendapatkan pembeli yang sedikit
karena pembeli tidak nyaman dengan tempatnya. Tempat berjualan Ibu Khoirotun
berada di deretan belakang, jadi sepi pembeli jika dibandingkan dengan kios yang
ada di deretan depan.

28

Pembeli barang dagangan Ibu Khoirotun biasanya dalam jumlah besar dan
kecil. Jumlah besar biasanya adalah pedagang kecil rumahan dan jumlah kecil
biasanya orang biasa yang membeli langsung ke pasar.
IV. Dampak Globalisasi terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Dampak negatif dari adanya impor hasil pertanian dan berkembangnya
supermarket di Malang menyebabkan perdagangan Ibu Khoirotun menjadi sepi
karena lebih banyak orang yang memilih belanja di supermarket. Sampai sekarang
tidak ada dampak positif yang dirasakan oleh Ibu Khoirotun dengan adanya impor
dan supermarket yang ada.
V. Informasi Transaksi di Luar Hari Ini
Kondisi jual beli produk pertanian yang dijual pada hari kemarin, satu
minggu terakhir, dua minggu terakhir, tiga minggu terakhir bahkan satu bulan
terakhir semua relatif sama . Jika harga pembelian naik turun itu bisa dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti cuaca. Cuaca yang buruk akan mengurangi stok
barang dagangan.
VI. Kesimpulan
Produk hasil pertanian masih menjadi minat utama para pedagang untuk
menjual komoditas pertanian. Hal itu terjadi karena produk pertanian merupakan
salah satu bahan makanan pokok. Sayuran merupakan salah satu contoh dari hasil
pertanian. Banyak orang mencari sayuran setiap hari untuk memenuhi asupan gizi
untuk tubuh mereka karena harga sayuran lebih murah dibandingkan dengan
produk pertanian lain seperti buah-buahan.
Perlakuan

yang

diberikan

oleh

pedagang

pada

produknya

akan

meningkatkan harga jual bagi barang tersebut. Sehingga meningkatkan laba
pedagang. Laba tersebut ditabungan atau mungkin digunakan untuk modal
penjualan selanjutnya.
2.7 Ringkasan
Sebagai pasar yang cukup dikenal masyarakat di Kota Malang, Pasar
Belimbing tentunya telah memiliki relasi dan jaringan kerja yang mantap dan luas.
29

Berbagai jenis produk pertanian yang dijual juga memiliki kualitas yang tidak
kalah dengan produk pertanian yang dijual di mall, supermarket, alfamart, dan
pasar modern lainnya yang merupakan dampak dari globalisasi. Barang-barang
tersebut dipasok dari daerah Batu atau pasar desa dengan melakukan transaksi
dengan para tengkulak maupun dengan para petani. Transaksi tersebut dilakukan
dengan berbagai cara seperti telepon, handphone, atau bertatap muka langsung.
Peran pasar ini tidak memudar walaupun mall, supermarket, alfamart, dan pasar
modern lainnya bermunculan di Kota Malang. Pasar ini tetap banyak dikunjungi
masyarakat sekitar yang lebih senang berbelanja di pasar tradisional karna
konsumen dapat melakukan tawar menawar untuk menentukan kesepakatan harga.

BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil data observasi langsung, pedagang di Pasar Belimbing
kebanyakan menjual barang dagangannya berupa komoditas pertanian yang
hingga sekarang masih memiliki peranan penting. Dari ke enam

pedagang

mayoritas membeli dari petani dan pedagang lain, dikarenakan tidak mempunyai
30

lahan pertanian sendiri, pedagang masih menggunakan penyewaan transportasi
dalam hal pengangkutan produk dari petani. Alasan mereka memilih berdagang
hasil produk pertanian karena Malang itu sendiri merupakan penghasil produk
pertanian yang melimpah seperti sayur dan buah-buahan yang mengandung gizi,
vitamin dan serat yang tinggi. Bagi mereka berdagang merupakan penyokong
peningkatan perekonomian keluarga mereka, karena mayoritas dari ke enam
pedagang, berdagang merupakan pekerjaan utama.
Dalam upaya peningkatan daya jual, mereka juga melakukan perlakuan
terhadap produk dagangannya misalnya seperti mensortir barang, membersihkan,
memotong dan lain-lain. Harga yang ditawarkan masih relatif harga standart,
namun dengan harga begitu pedagang masih dapat mengambil keuntungan.
Lokasi pasar Belimbing berpengaruh besar terhadap penjualan pedagang, dengan
letak lokasi yang strategis di kota. Karena banyaknya pemukiman penduduk dan
banyaknya warung atau tempat usaha lain sepertin warung nasi, jus dan lain-lain.
Lokasi pasarnya juga dapat dijangkau dengan mudah.
Dalam Era globalisasi ini juga mempengaruhi pedagang di pasar
Belimbing, dengan adanya pasar-pasar modern yang semakin menyebar luas di
kota Malang, khusunya si sekitar lokasi pasar Belimbing. Namun eksistensi dari
pasar Blimbing tidak pernah tergeser oleh pasar modern, karena harganya dapat
ditawar serta barang yang dijual beraneka ragam dan kualitas barangnya lebih
baik sehingga masyarakat banyak memilih pasar tradisional. Pedagang dalam
pasar tersebut dapat digolongkan dalam Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened
Social Stratification), stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat
besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial. Contoh: pada
usaha yang kecil akan menjadi besar karena hasil keuletan usahanya.
Pengembangan agribisnis bagi peningkatan ekonomi amat diperlukan,khususnya
untuk kepentingan kebutuhan pangan dan ekspor.
4.2 Saran
1.