329994377 Isi Makalah Tentang Teori Penawaran Agregat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1960an ahli-ahli ekonomi telah merasa puas dengan analisis
keseimbangan Makro Ekonomi, yaitu analisis yang mengabaikan aplikasi
perubahan harga ke atas keseimbangan tingkat kegiatan ekonomi dan yang
sangat menekankan segi permintaan dalam analisis penentuan tingkat kegiatan
ekonomi suatu negara. Peristiwa-peristiwa dalam kegiatan ekonomi berbagai
negara dalam tahun 1970an, yang pada umumnya menghadapi masalah inflasi
yang serius dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, menimbulkan
kesadaran bahwa analisis yang ada belum dapat memberikan gambaran yang
tepat

mengenai

peristiwa-peristiwa

yang

mungkin


berlaku

dalam

perekonomian.
Kelemahan ini telah mendorong kepada perkembangan model
penentuan keseimbangan kegiatan ekonomi negara yang ketiga, yang
menunjukkan

bagaimana

perubahan

harga-harga

akan

mempengaruhi

pertumbuhan, fluktuasi kegiatan ekonomi, dan kesempatan kerja. Analisis ini

memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih lengkap oleh karena
bukan saja dapat memberi gambaran tentang implikasi perubahan harga ke atas
tingkat pengeluaran dalam suatu perekonomian, tetapi juga menunjukkan
implikasi perubahan harga ke atas penawaran agregat yaitu jumlah barang dan
jasa yang akan diproduksikan dan ditawarkan dalam perekonomian pada
berbagai tingkat harga. Berdasarkan kepada sifat analisisnya ini, yaitu yang
memperhatikan segi permintaan dan segi penawaran, analisis keseimbangan
Makro Ekonomi ini lebih dikenal sebagai model permintaan dan penawaran
agregat (aggregate demand-supply model) atau analisis AD-AS.
Pemikiran Makro Ekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima
pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun

3

Keynes. Mereka menganggap keyakinan Klasik bahwa kesempatan kerja
penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu optimis. Sebaliknya
keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam
perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis Klasik Baru dan
Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut
dengan cara memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan

kegiatan ekonomi dengan menggunakan analisis AD-AS.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori penawaran agregat?
2. Bagaimana terkait dengan kurva AS menurut teori Klasik dan Keynes?
3. Bagaimana terkait dengan kurva AS menurut Klasik Baru dan Keynesian
Baru?
4. Apa yang menyebabkan pergeseran kurva penawaran agregat?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan bahan
presentasi dalam mata kuliah Makro Ekonomi 1 dari Dosen Ibu Dr. Hj.
Khairunnisa Musari, ST., M.MT dan juga bagi penulis maupun pembaca
makalah ini agar mengetahui serta memahami lebih mendalam tentang:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori penawaran agregat.
2. Mengetahui terkait dengan kurva AS menurut teori Klasik dan Keynes.
3. Mengetahui terkait dengan kurva AS menurut teori Klasik Baru dan
Keynesian Baru.
4. Mengetahui penyebab pergeseran kurva penawaran agregat.

BAB II
4


PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Penawaran Agregat
Seorang cendekiawan Muslim yang bernama Ibnu Khaldun mengakui
adanya pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga. Hal ini
sangat penting untuk diketahui karena peranan permintaan dan penawaran
terhadap penentuan harga tidak begitu baik dipahami di Dunia Barat. Beliau
menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan permintaan
menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya. Dia sangat percaya
bahwa akibat dari rendahnya harga yang terjadi sangat drastis akan merugikan
pengrajin dan pedagang serta mendorong mereka keluar pasar, sedangkan
akibat dari tingginya harga yang naik secara drastis sangat menyusahkan
terhadap konsumen.1
Menurut Ibnu Khaldun, faktor-faktor yang menentukan penawaran
adalah permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat usaha manusia,
besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki,

ketenangan


dan

keamanan,

serta

kemampuan

teknik

dan

perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Semua ini merupakan elemenelemen penting dari teori produksi, jika harga turun dan menyebabkan
kebangkrutan, modal menjadi hilang, sedangkan untuk penawaran yang
menurun dan mendorong munculnya resesi ekonomi (kemerosotan dalam
ekonomi).2
Sedangkan teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan
dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan
sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel,
dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn

mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka

1
2

Syamsul Hidayat, Ekonomi Makro, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), halaman 135.
Ibid.

5

definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variabel-variabel
dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.3
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang
pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks
diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda
dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara
"sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini
mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang
memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada

pembuktian dalam keilmuan matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula
teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem
dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan
pengetahuan tentang dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan
ideologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan
ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda.
Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori.
Contohnya adalah aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan
oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah
sebuah ideologi.4
Sedangkan penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin
tawarkan atau jual pada bebrbagai tingkat harga selama satu periode waktu
tertentu. Hukum penawaran menyatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu
barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah

3
4


Diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Teori.
Ibid.

6

barang tersebut yang ditawarkan.” Faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran antara lain:5
1. Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan
menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada
hukum dari penawaran itu sendiri.
2. Harga barang lain yang terkait
Apabila harga barang subtitusi (barang pengganti) naik, maka
penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan
untuk barang komplemen (barang pelengkap) dapat dinyatakan bahwa
apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang
berkurang atau sebaliknya.
3. Harga faktor produksi
Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan
memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap

yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan, sehingga produsen akan
pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penawaran
barang.
4. Biaya produksi
Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila
biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil
produksinya, berarti penawaran barang berkurang.

5

Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), halaman
32.

7

5. Teknologi produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi dan
menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam
penawaran barang.
6. Jumlah pedagang atau penjual

Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak,
maka penawaran barang tersebut akan bertambah.
7. Tujuan perusahaan
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba bagi hasil
produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan
kapasitas produksinya secara malksimum, tetapi akan menggunakannya
pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum.
8. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor
menyebabkan supply atau penawaran dan keperluan akan kebutuhan
tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningktakan penawaran.
Sedangkan agregat adalah jumlah kumpulan dan keseluruhan dari
variabel atau objek yang sedang diamati atau menjadi pokok pembahasan
dalam suatu permasalahan di berbagai bidang ilmu pengetahuan. 6 Jika
digabungkan dari ketiga istilah tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan
teori penawaran agregat (aggregate supply) adalah suatu teori atau pendapat
yang berkaitan dengan jumlah barang dan jasa akhir perekonomian yang dijual
atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat
harga yang berbeda. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa penawaran
agregat merupakan nilai total dari seluruh barang akhir dan jasa yang


6

Diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Agregat.

8

dihasilkan dalam perekonomian. Penawaran agregat di dalam suatu
perekonomian dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:7
1. Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).
2. Besarnya stok kapital atau stok modal (size of capital stock).
3. Keadaan atau tingkat teknologi (state of technology).
4. Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
5. Harga faktor-faktor produksi.
B. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik dan Keynes
1. Pengertian Kurva AS atau Aggregate Supply
Seperti yang kita ketahui di atas, maka yang dimaksud dengan teori
penawaran agregat (aggregate supply) yang sering disingkat dengan AS
adalah suatu teori atau pendapat yang berkaitan dengan jumlah barang dan
jasa akhir perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaanperusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga yang berbeda. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa penawaran agregat merupakan nilai total dari
seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian.
Kurva AS atau kurva Aggregate Supply atau kurva penawaran
agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara
tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau
output (pendapatan nasional rill) yang akan ditawarkan dan diproduksi
oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian. Karena perusahaan
yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka
panjang tetapi harga kaku dalam jangka pendek, maka hubungan
penawaran agregat penting untuk dibedakan, antara kurva penawaran
agregat jangka panjang (long-run aggregate supply atau LRAS) dan kurva
7

Muana Nanga, Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2005), halaman 133.

9

penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply atau
SRAS).8
Dua

faktor

yang

menentukan

penawaran

agregat,

yaitu

keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di
pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari
tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi
produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan
faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional. Secara
umum kurva penawaran agregat atau kurva AS dapat digambarkan sebagai
berikut:9

2. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik
Istilah Klasik di dalam ilmu ekonomi mula-mula diperkenalkan
oleh Karl Marx yang ditujukan untuk teori-teori dari para ahli mulai dari
Adam Smith, David Richardo, James Mill, dan para pendahulu mereka.
Pengertian klasik versi Karl Marx ini kemudian diperluas oleh John
8
9

Ardiansyah, Teori Makro Ekonomi, (Bandung: Graha Cipta, 2007), halaman 167.
Muana Nanga, op. cit., halaman 134-135.

10

Maynard Keynes. Gagasan atau pandangan kaum Klasik yang sangat
penting adalah yang mengatakan bahwa tingkat output dan harga
keseimbangan hanya bisa dicapai kalau perekonomian berada pada tingkat
kesempatan kerja penuh (full employment) dan keseimbangan dengan
tingkat kesempatan kerja penuh (equilibrium with full employment) itu
hanya bisa dicapai melalui bekerjanya mekanisme pasar bebas (free
operation of market mechanism). Berdasarkan teori ekonomi klasik, maka
perekonomian ditentukan oleh:10
a. Jumlah

barang

modal

yang

tersedia

dan

digunakan

dalam

perekonomian (C = Capital).
b. Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian
( L = Labor ).
c. Jumlah dan jenis kekayaan alam yang akan digunakan (Q = Quantity).
d. Tingkat teknologi yang digunakan (T = Technology).
Keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh tersebut menurut
kaum Klasik merupakan kondisi yang ideal atau normal dari suatu
perekonomian.

Keyakinan

dari

kaum

Klasik

bahwa

di

dalam

perekonomian akan selalu terwujud keadaan seimbang dengan tingkat
kesempatan kerja penuh itu dilatarbelakangi oleh keyakinan mereka akan
tiga hal berikut, yaitu:11
a. Bahwa perekonomian pasar bebas itu memiliki kekuatan yang dapat
diibaratkan sebagai suatu mekanisme yang memiliki kemampuan selfcorrecting atau self-regulating, yang dapat membawa perekonomian
tersebut kepada kondisi yang diinginkan, yaitu full employment
equilibrium.

10

11

Tommy Suhartono, Teori-Teori Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), halaman 312.
Diambil
dari:
http://arengiff.blogspot.co.id/2011/03/perdebatan-antara-klasik-dankeynes.html.

11

b. Hukum pasar dari J.B. Say yang mengatakan bahwa penawaran akan
menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demand),
selalu berlaku bagi perekonomian secara keseluruhan.
c. Bahwa tingkat harga dan upah di dalam perekonomian adalah cukup
fleksibel, artinya harga-harga barang dan upah tenaga kerja sewaktuwaktu dapat dengan cepat disesuaikan.
Pada intinya model makro ekonomi dari kaum Klasik memiliki
beberapa implikasi yang penting, yaitu:12
a. Kesempatan kerja penuh selalu terwujud.
b. Pergeseran permintaan agregat (aggregate demand atau AD) hanya
akan mempengaruhi tingkat harga (P), tetapi tidak mempengaruhi
tingkat output riil keseimbangan (Y) dan kesempatan kerja di dalam
perekonomian.
c. Penawaran merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan ekonomi,
menurut kaum klasik, stagnasi ekonomi yang terjadi merupakan akibat
dari kegagalan atau ketidakmampuan di dalam meningkatkan atau
mengembangkan input-input tersebut.
d. Inflasi yang terjadi akibat ketidakmampuan bank sentral. Menurut
kaum klasik, inflasi di dalam perekonomian timbul sebagai akibat
kegagalan dari pemerintah atau bank sentral untuk mengendalikan laju
pertumbuhan jumlah uang beredar.
Menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat
pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan
kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum Klasik hanya ada
satu kurva penawaran agregat yaitu kurva penawaran agregat yang tegak
lurus atau vertikal, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau
jasa yang sama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan
12

Tommy Suhartono, op. cit., halaman 315.

12

lain, jumlah output barang atau jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung
pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum Klasik didasarkan
pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada kseimbangan dengan
kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment.
Dalam pandangan klasik, kurva SRAS selalu bergerak ka arah tingkat
output full employment untuk berpotongan antara kurva LRAS.13
Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotongan
antara kurva permintaan agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat
jangka panjang (LRAS). Di dalam model makro ekonomi Klasik,
keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan
penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut
kaum Klasik hanya bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus
merupakan tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh (full
employment level of real GNP).14
3. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Keynes
Hal-hal yang dikemukakan oleh kaum Klasik tersebut di atas
ternyata mendapat tanggapan dan kritik keras dari John Maynard Keynes
yang juga dikenal sebagai bapak dari makro ekonomi modern. Salah satu
pendapat yang sangat penting dari Keynes adalah yang mengatakan bahwa
perekonomian swasta pada dasarnya adalah tidak stabil dan penuh dengan
ketidakpastian.
Selain

itu,

Keynes

mengatakan

bahwa

tidak

terdapat

kecenderungan secara alamiah bagi perekonomian yang bergerak ke arah
keseimbangan dengan kesempatan kerja penuh. Di dalam model makro
ekonominya Keynes, uang merupakan pengubah yang sangat penting dan
menentukan karena dapat mempengaruhi tingkat output dan kesempatan
kerja. 15
13
14

Muana Nanga, op. cit., halaman 147.
Ibid., halaman 148.

13

Keynes menciptakan suatu teori yang bersifat terpadu tentang
uang, output, kesempatan kerja, dan harga-harga. Sebagai kebalikan dari
teori klasik, Keynes mengemukakan suatu teori yang dikenal dengan
“two-worlds system”, dimana output riil dan kesempatan kerja ditentukan
oleh tingkat upah dan tingkat bunga, sementara jumlah uang beredar hanya
menentukan

tingkat

harga.

Pada

kesimpulannya

Keynes

tidak

mempercayai bahwa:16
a. Perekonomian akan selalu berada pada kondisi keseimbangan dengan
kesempatan kerja penuh.
b. Mekanisme pasar itu akan selalu dapat bekerja dengan baik, sehingga
menjamin perekonomian selalu dalam kondisi yang diharapkan.
c. Hukum pasar dari J.B. Say yang mengatakan penawaran menciptakan
permintaan sendiri akan selalu berlaku di dalam perekonomian secara
keseluruhan, sehingga menjamin bahwa penawaran agregat akan selalu
sama dengan permintaan agregat (AS=AD).
d. Tingkat harga dan upah bersifat fleksibel, tetapi sebaliknya Keynes
mengatakan bahwa harga dan upah itu cenderung untuk kaku.
J.M. Keynes sering dikatakan telah menciptakan suatu revolusi di
dalam pemikiran ekonomi, khususnya dalam ekonomi makro, yaitu
revolusi Keynesian. Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat,
Keynes dan pengikut-pengikutnya (Keynesian) mengatakan bahwa kurva
penawaran agregat jangka pendek (SRAS) adalah horizontal atau sejajar
atau datar (perfectly elastic), yang berarti bahwa suatu jumlah output riil
akan ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu. Dengan perkataan lain,
perusahaan akan menawarkan berapapun jumlah barang yang diminta pada
tingkat harga yang berlaku. Pemikiran yang melandasi kurva penawaran
agregat Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya
15

16

Roy Pranomo, Para Maestro Makro Ekonomi, (Yogyakarta: Adicita Group, 2002), halaman
123.
Ibid.

14

pengangguran, perusahaan dapat memperoleh sebanyak mungkin tenaga
kerja dengan tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi rata-rata mereka
karenanya diasumsikan tidak berubah walau terjadi perubahan dalam
tingkat outputnya.17
Para produsen menawarkan berapapun yang diminta pada tingkat
harga yang berlaku. Kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run
aggregate supply curve atau SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser
secara perlahan apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat
pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Pergeseran yang
lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek menurut Keynes
terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga yang lamban.
Menurut model Keynes, kalau jumlah pengangguran besar (berada di atas
natural rate), akan menyebabkan atau mendorong penyesuaian yang
sangat lambat di dalam upah relatif terhadap harga-harga. Hal yang sama
terjadi apabila jumlah pengangguran berada dibawah tingkat alamiah
dimana tekanan bagi upah untuk meningkatkan lebih cepat kecil sekali.18
Secara grafik, pandangan kaum klasik dan Keynes tentang
penawaran agregat dapat digambarkan sebagai berikut:19

C. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik Baru dan
Keynesian Baru
1. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Klasik Baru
17
18

19

Muana Nanga, op. cit., halaman 148-149.
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994),
halaman 231.
Tommy Suhartono, op. cit., halaman 317.

15

Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya
mengenai penawaran agregat dari aliran Klasik Baru, tokoh-tokoh tersebut
diantaranya adalah:
a. A.W. Phillips (18 November 1914 – 4 Maret 1975)
Nama lengkapnya adalah Alban William Housego Phillips yang
merupakan seorang ilmuwan ekonomi asal Islandia Baru, kurva
Phillips tentang penawaran agregat menggambarkan ciri perhubungan
diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran atau
diantara tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva
tersebut diambil dari orang yang pertama sekali membuat studi dalam
aspek tersebut. Pada tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada waktu itu
menjadi professor di London School of Economics, menerbitkan suatu
studi mengenai ciri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam
periode 1861-1957.20
Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat
pengangguran dan kenaikan tingkat upah. Kesimpulan dari studi
tersebut adalah terdapat suatu sifat hubungan yang negatif (berbalikan)
diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada
ketika tingkat pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah
adalah rendah dan apabila tingkat pengangguran rendah, persentasi
kenaikan tingkat upah adalah tinggi.21
Phillips menggunakan suatu kurva dalam menjelaskan tentang
teorinya berkaitan dengan penawaran agregat, contoh hipotetikal
sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar di bawah. Titik-titik
dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan
tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh
berikut: dalam tahun t0 yaitu tahun 1990, tingkat pengangguran adalah
m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0 sedangkan dalam tahun t1
20
21

Sadono Sukirno, op. cit., halaman 233.
Ibid.

16

yaitu tahun 1995, tingkat pengangguran adalah m 1 dan tingkat
kenaikan upah adalah DW1.22
Titik t0 dan t1 menggambarkan hubungan tersebut, maksudnya
adalah titik t0 menunjukkan pada tahun 1990 kenaikan upah adalah
DW0 dan pada waktu itu tingkat pengangguran adalah m 0 dan titik t1
menunjukkan pada tahun 1995 besarnya kenaikan upah adalah DW1
dan pada tahun yang sama tingkat pengangguran adalah m 1. Kurva
Phillips ditentukan (secara analisis statistik) berdasarkan kedudukan
titik-titik yang dicontohkan pada gambar di bawah ini.23 Walau
bagaimanapun kurva Phillip telah memberi gambaran yang berguna
mengenai pertalian diantara perubahan tingkat upah dan tingkat
pengangguran. Kurva itu dapat digunakan sebagai suatu titik tolak
untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran
agregat. Secara sederhana betuk grafik dari kurva Phillips adalah:24

Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva
penawaran agregat atau AS, dua langkah perlu dilakukan. Yang
pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan sifat
hubungan diantara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini
ditunjukkan oleh grafik pertama (a) pada gambar di bawah ini. Kedua,
berdasarkan sifat hubungan diantara tingkat upah dan tingkat
kesempatan kerja dalam grafik pertama (a) ini, selanjutnya ditentukan
22
23
24

Ibid., halaman 234.
Ibid.
Bayu Aditya, Pemikiran Makroekonomi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), halaman 201.

17

pula hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil.
Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam
perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik dari gambar kedua (b).
Kurva dari Phillips menunjukkan bahwa: semakin kecil tingkat
pengangguran, maka semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan
kata lain, peningkatan kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan
upah dan mempertinggi tingkat upah. Gambar dari grafik tersebut
secara sederhana adalah sebagai berikut:25

b. Robert Lucas (15 September 1937)
Nama lengkapnya adalah Robert Emerson Lucas Jr. yang
merupakan ilmuwan ekonomi asal Amerika Serikat. Kurva penawaran
agregat yang dianalisis dalam teori makro ekonomi pada saat ini selalu
dikaitkan kepada analisisnya dalam tulisannya: “The Role of Monetary
Policy” dalam The American Economic Review (Maret 1968). Pada
25

Ibid., halaman 202.

18

tahun 1973 Robert Lucas telah menyempurnakan analisis Friedman
dalam tulisannya: “Some International Evidence on Output – Inflation
Trade-offs” yang juga diterbitkan dalam The American Economic
Review. Teori penawaran agregat yang dikembangkan tersebut
dinamakan juga sebagai teori penawaran agregat Lucas.26
Teori penawaran agregat dari Lucas berdasarkan kepada
hubungan diantara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja yang
merupakan pengembangan dari teori Phillips dan berdasarkan sifat
hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil.
Hubungan tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam
perekonomian hingga saat ini, dikarenakan analisis Lucas yang
berdasarkan aliran Klasik Baru yang lebih mendalam terkait dengan
teorinya tentang penawaran agregat.27
Penentuan penawaran agregat seperti halnya yang diterangkan
oleh Lucas pada dasarnya merupakan modifikasi dari pembentukan
penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam modelnya, Lucas
memperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku
sebagai akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan
bahwa perubahan harga dan upah akan menimbulkan perubahan
terhadap permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan
menimbulkan perubahan terhadap penawaran agregat.28
Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan
tenaga kerja dan digambarkan sesuai dengan analisis dari Lucas terkait
teorinya tentang penawaran agregat. Misalkan pada mulanya keadaan
di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E yaitu tingkat upah riil
adalah W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah N0 yang akan
dimisalkan juga sebagai jumlah tenaga kerja pada kesempatan kerja
26
27
28

Ardiansyah, op. cit., halaman 233.
Ibid.
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),
halaman 179.

19

penuh yang melambangkan suatu keseimbangan. Titik E ini bertindih
dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W 2 dan
tingkat harga P1 di mana W2/P1 = W0/P0 dan dengan titik D yang
menggambarkan hubungan di antara upah W4 dengan tingkat harga P2
dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa upah riil
merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan
keadaan sebaliknya yaitu kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari
W0/P0). Secara grafik atau gambar, kurva Lucas tersebut dapat
digambarkan dengan:29

2. Kurva AS atau Aggregate Supply Menurut Teori Keynesian Baru
Menurut golongan Keynesian Baru, upah di dalam pasaran
ditentukan secara kontrak di antara pekerja dan majikan, dan tidak akan
dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja
yang berlaku. Dengan perkataan lain upah cenderung untuk bertahan pada
tingkat yang sudah disetujui oleh perjanjian di antara tenaga kerja dan
majikan. Pengurangan permintaan tenaga kerja tidak akan menurunkan
upah nominal dan sebaliknya pertambahan permintaan tenaga kerja tidak
akan secara tepat menaikan upah nominal.30
29
30

Roy Pranomo, op. cit., halaman 126.
Eugene Diulio, Teori Makroekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1993), halaman 120.

20

Berdasarkan kepada pandangan di atas maka pembentukan kurva
penawaran agregat dalam pendekatan golongan Keynesian Baru adalah
sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh golongan Klasik Baru.
Gambar grafik di bawah ini menunjukkan pendekatan golongan Keynesian
Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini
juga menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga
dan penawaran tenaga kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi
bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P0. Pada mulanya dimisalkan
permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva N D(P0) yaitu kurva
permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan
demikian keseimbangan pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0.
Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja diantara pekerja
dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W 0. Menurut
golongan Keynesian Baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga barang, selama kontrak
perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini tenaga kerja yang
digunakan adalah N0.31
Apabila berlaku kenaikan harga dari P 0 menjadi P1 akan berlaku
pergeseran ke atas kurva permintaan tenaga kerja, yaitu menjadi ND (P1).
Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap sebanyak W0)
keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E 1. Sebagai akibat N1
tenaga kerja akan digunakan dalam perekonomian dan akan meningkatkan
produksi nasional riil menjadi Y1. Grafik dari golongan Keynesian Baru
dapat digambarkan sebagai berikut:32

31
32

Ibid.
Ibid., halaman 121.

21

3. Perbedaan Kurva AS Aliran Klasik Baru dengan Golongan Keynesian
Baru
Untuk menunjukkan pembentukan kurva penawaran agregat
golongan Klasik Baru akan menggunakan pendekatan seperti yang
digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini. Kenaikan harga, dari
P0 menjadi P1 menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser
menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik
D yang menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan
kesempatan kerja menjadi N3. Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka
produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan hubungan di antara
tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh
titik D pada grafik bagian (d).33
Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya, yaitu apabila harga
turun dari P0 menjadi P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2)
dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E. Tingkat upah
nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan adalah
sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d)
menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P 2) dan
pendapatan nasional riil (Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik
Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva yang melalui titik E, A,
dan D yaitu kurva ASC. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva

33

Tommy Suhartono, op. cit., halaman 320.

22

penawaran agregat Klasik Baru (ASC) adalah lebih curam dari kurva
penawaran agregat Keynesian Baru (ASK).34

D. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi
sumber fluktuasi di dalam output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa
terjadi karena pergeseran di dalam kurva penawaran agregat atau AS. Kurva
penawaran agregat dapat bergeser karena faktor-faktor yang mempengaruhi
biaya produksi, sebagai berikut:35
1. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja
Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y
> Yn), maka kurva penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam
atau ke kiri atau ketika output agregat berada di bawah tingkat output
alamiah (Y