EKONOMI MAKRO dan siklus (17)

1.RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO
Ekonomi

makro atau makro-ekonomi adalah

studi

tentang

ekonomi

secara keseluruhan. Makro-ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang
mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi
makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi
target-target

kebijaksanaan

harga, tenaga

kerja dan


seperti pertumbuhan

ekonomi, stabilitas

pencapaian keseimbangan

neraca yang

berkesinambungan.
Selain itu, model ekonomi makro yang ada beserta prediksi-prediksinya, pada umumnya
digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar untuk membantu pengembangan dan evaluasi
kebijakan ekonomi dan strategi bisnis.
Dengan demikian ilmu ekonomi makro menganalisis mengenai keseluruhan kegiatan dari
perekonomian yang sifatnya global dan tidak memperhatikan kegiatan perekonomian yang
dilakukan oleh unit-unit perekonomian kecil.
Tujuan dari ilmu ekonomi makro yaitu untuk dapat memahami peristiwa-peristiwa ekonomi dan
untuk memperbaiki kebijakan ekonomi pada suatu negara

2.PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO

a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan

Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk
miskin Indonesia sebesar 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh penduduk
Indonesia. Namun, sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan

tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar 47 juta jiwa
atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah
penduduk miskin turun sedikit menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah
seluruh

penduduk

Indonesia.

Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan.
Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya
Indonesia.
b. Krisis Nilai Tukar
Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997, akhirnya

menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS
secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian
yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah menghadapi
krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan
devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang
bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.
c. Masalah Utang Luar Negeri
Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum krisis ternyata menyimpan
kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar
ASyang relative tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak
dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi
dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada tahun1997, besarnya utang luar negeri
tercatat 63% dari PDB dan pada tahun 1998 melambung menjadi 152% dari PDB.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak
peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk
membantu menyelesaikan masalah ini.
d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet
Besarnya utang luar negeri mengakibatkan permasalahan selanjutnya pada system perbankan.
Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang mengakibatkan semakin banyaknya
kredit yang macet sehingga beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas

makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap sejumlah bank
sehingga

terjadi

penarikan

dana

oleh

masyarakat

secarabesar-besaran

(rush).

Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan yang lebih besar pada
system perbankan secara keseluruhan, sehingga perekonomian juga akan terseret ke jurang
kehancuran. Alasan-alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan

bank-bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas.
Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut
melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatnya suku bunga SBI.
Kebijakan ini kemudian menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga menyebabkan
beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di system perbankan
meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system perbankan mencoba
mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan meningkatkan suku bungan simpanan
melebihi suku bunga pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat pengikisan
modal yang mereka miliki.
e. Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai
tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi
Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik
sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas
melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter.
Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan mengancam
kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.
f. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari anjloknya daya
serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa lalu setiap 1% pertumbuhan

ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga 240 ribu maka pada 2005-2006 setiap
pertumbuhan ekonomi hanya mampu menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja. Berkurangnya
daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat pengangguran.
Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu menyelamatkan
industry-industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi petani.

3.PERANAN PEMERINTAH DI BIDANG
EKONOMI
Peranan pemerintah dalam suatu Negara sangat penting terutama dalam bidang ekonomi, karena
tidak ada satupun Negara yang menyelenggarakan kegiatan perekonomian tanpa melimbatkan
pemerintah. Kalau diibaratkan rumah tangga, maka pemerintah adalah kepala rumah tangga yang
berfungsi sebagai pemimpin yang melakukan upaya agar terjadi keseimbangan ekonomi
sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi didalamnya yang terdiri dari
produsen, konsumen dan lembaga penunjang lain.
Dalam ekonomi modern saat ini, peranan pemerintah perekonomian yaitu :
1. Menentukan dan menerapkan dasar hukum yang melandasi suatu sistem perekonomian
2. Menentukan besaran subsidi maupun pajak
3. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit,
lembaga penjamin simpanan atau asuransi
4. Membeli komoditas tertentu termasuk yang diproduksi oleh perusahaan swasta

5. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial seperti memelihara anak-anak terlantau atau
fakir miskin
6. Menentukan seberapa besar sumber daya yang dimiliki untuk digunakan memproduksi
barang-barang publik maupun barang-barang individu
7. Berperan sebagai stabilisator agar perekonomial berjalan normal dan stabil. Jika terjadi
permasalahan di satu sektor harus dijaga agar tidak merembet ke sektor lain.
8. Di sektor fiskal, pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk penggalangan sumber
dana dari dalam negeri terutama melalui kegiatan perpajakan.
9. Sedangkan di sektor moneter, pemerintah akan memelihara kebutuhan jumlah uang
beredar dipasaran dan juga menjaga jumlah cadangan devisa yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan impor dan lalu lintas pertukaran mata uang asing.

4.TUJUAN DAN INSTRUMEN EKONOMI
MAKRO
Tujuan dari kebijakan ekonomi makro diantaranya sebagai berikut ini:

2.




Tingkat dari pendapatan nasional dapat meningkat.



Untuk meningkatkan kapasitas produksi.



Keadaan dari perekonomian yang stabil.



Tingkat dari kesempatan kerja dapat meningkat.



Supaya distribusi dari pendapatan lebih merata.




Neraca pembayaran Internasional atau luar negri yang seimbang.



Supaya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.



Tingkat dari inflasi yang sangat rendah, dll.

Tujuan Akhir Kebijakan Ekonomi Makro
Tujuan akhir kebijakan ekonomi makro adalah : (1) price level stability, (2) high employment level, (3)
long-term economic growth, dan (4) exchange rate stability (Thomas, 1997:448). Empat variabel
ekonomi makro inilah yang paling berpengaruh terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan,
sehingga prilakunya perlu diamati dan dikendalikan. Di bawah ini diuraikan lebih rinci tentang variabelvariabel tersebut.

2.1.

Price Level Stability (Stabilitas Tingkat Harga Umum)
Hal-hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan inflasi:



Kenapa inflasi perlu dikendalikan



Apa penyebab inflasi



Bagaimana menghitung inflasi



Macam-macam inflasi



Dampak inflasi




Otoritas moneter dan inflasi



Inflation targeting



Mekanisme transmisi kebijakan moneter dan inflasi

2.2.



Kurva Phillips dan inflasi



Inflasi dan Fisher Equation



The cost of inflation



Inflasi dan IPM



Inflasi dan defisit APBN

 Pertumbuhan uang beredar, suku bunga dan inflasi
High Employment Level (Tingginya Tingkat Kesempatan Kerja)

Beberap hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan kesempatan kerja:

2.3.



Peran pemerintah dalam perluasan kesempatan kerja



Pendekatan demand dan supply of labor dalam perluasan kesempatan kerja



Pemberdayaan masyarakat desa dalam upaya perluasan kesempatan kerja



Human capital sebagai upaya efektif perluasan kerja



Keuangan negara dan kesempatan kerja



Kebijakan ketenagakerjaan



Serikat kerja



Hubungan industrial



Sistem ekonomi dan kesempatan kerja



Distribusi pendapatan fungsional dan kesempatan kerja



Laju pertumbuhan penduduk dan kesempatan kerja



Pandangan terhadap penduduk

 Elastisitas kesempatan kerja
Long-Term Economic Growth

Pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah: (1) berlangsung terus menerus, (2) disertai dengan terciptanya
lapangan kerja, (3) tidak merusak lingkungan, (4) lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk, (5)
disertai dengan distribusi pendapatan yang adil, (6) kontribusi sektoral yang merata, (7) tidak

meninggalkan sektor pertanian, (8) kenaikannya riil, (9) penyumbang terbesar PDB adalah warga
domestik, bukan asing, dan lainnya.

Perlu juga dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

2.4.



Kenapa laju pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan kebijakan ekonomi ?



Apa manfaat dihitungnya pendapatan nasional



Makna politis dari pendapatan nasional



Kinerja ekonomi dan PDB



Income percapita



Struktur ekonomi



Inflasi dan PDB

 Aggregate supply dan demand
Exchange Rate Stability

Nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang tinggi rendahnya berdampak pada berbagai
aspek ekonomi dan sosial lainnya, misalnya: (1) impor dan ekspor, (2) APBN dan APBD, (3) kesehatan dan
pendidikan, (4) transportasi, (5) industri dalam negeri, (6) politik, (7) daya beli masyarakat, (8) dunia
perbankan, (9) sektor pertanian, kelautan, peternakan dst, (10) sektor properti , dan sebagainya.

Perlu dijelaskan pula hal-hal sebagai berikut:


Nilai tukar nominal dan riil



Devaluasi, apresiasi dan depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing



Determinan nilai tukar



Cadangan devisa dan nilai tukar



Kebijakan nilai tukar



Sistem nilai tukar



Faktor politik, keamanan dan nilai tukar



Mekanisme transmisi kebijakan moneter dan nilai tukar (pass through effect)



Dll

5.PERMINTAAN DAN PENAWARAN
AGREGAT
Adapun yang dimaksud dengan penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah jumlah
seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh
perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga. Dengan perkataan lain, dapat
dikatakan bahwa penawaran agregat itu pada dasarnya merupakan nilai total dari seluruh barang
akhir dan jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian.
Penawaran agregat didalam suatu perekonomian di pengaruhi oleh beberapa factor sebagai
berikut :


Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).



Besarnya stok kapital (size of capital stock).



Keadaan atau tingkat teknologi (state of technology).



Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).



Harga faktor-faktor produksi.
Berkaitan dengan penawaran agregat ini barangkali penting untuk dibedakan antara
penawaran agregat jangka panjang (short-run aggregate supply,SRAS) dan penawaran
agregat jangka panjang (long-run aggregate supplay,LRAS).pengertian yang telah
dikemukakan di atas adalah dalam artian penawaran agregat jangka pendek (short-run
aggregate supply). Sedangkan penawaran agregat jangka panjang( lomg run aggregate
supply ) lebih menunjuk kepada jumlah output riil yang ditawarkan ketika upah dan
harga-harga telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga masing-masing perusahaan
memproduksi output yang memaksimumkan keuntunganya dan perekonomian berada
pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level).

1. Permintaan Agregat
Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam
suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregatif, diantaranya tingkat harga
secara umu, jumlah uang yang beredar nominal, jumlah obligasi pemerintah, defisit tertimbang
dan pemanfataan tenaga kerja secara penuh dan lain-lain.
Dalam pembahasan ini, akan menganalisis pengaruh perubahan harga secara umum terhadap
permintaan agregatif disini di tunjukkan oleh besarnya pendapatan nasional (Y).
Dengan demikian kurva permintaan agregatif dapat digunakan untuk melihat hubungan antara
tingkat harga dengan besarnya pendapatan nasional.
Perubahan tingkat harga akan mempengaruhi keseimbangan melalui pengaruhnya terhadap
penawaran uang riil. Jumlah penawaran uang riil adalah sebagai berikut :
M’s = Ms
P
Dimana Ms adalah penawaran uang mnominal dan p adalah tingkat harga. Jelas bahwa kenaikan
tingkat harga akan menurunkan penawaran uang riil dan penurunan tingkat harga umum akan
meningkatkan penawaran uang yang sesungguhnya. Pada ekonomi islam, peningkatan
penawaran uang riil karena penurunan tingka harga akan berakibat meningkatnya jumlah uang
tunai yang di pegang oleh perorangan maupun perusahaan. Oleh karena mereka berkepentingan
untuk mengurangi jumlah uang tunai agar zakat dab biaya lainya yang di kenakan atas penarikan
modalnya dapat di bayar dari keuntungan, bukan dari modal itu sendiri, maka mereka akan
mencairkan tabunganya.
Dengan begitu investasi berhubungan dengan tingkat keuntungan yang di harapkan, dan melalui
proses pengandaan akan meningkatkan pendapatan nasional. Sebagian dari uang yang diiaktifkan
itu mungkin diarahkan kepada peningkatan konsumsi dan ini juga akan menaikkan pendapatan
nasional.[2]
1. Keseimbangan Jangka Pendek Pada Keseimbangan Permintaan-Penawaran
Agregat
Keseimbangan jangka pendek antara penawaran agregat dan permintaan agregat ditunjukkan
dengan gambar sebagai berikut.
Dari gambar diatas terlihat bahwa keseimbangan antara AS dan AD dalam jangka pendek terjadi
pada titik E, yang merupakan titik per-potngan kedua kurva tersebut. Pada tingkat keseimbangan
itu, output = Y N dan tingkat harga =P0. Kalau pereknomian berada pada tingkat harga di atas
tingkat keseimbangan, misalnya P1, maka jumlah output yang ditawarkan pada titik D adalah
lebih besar dari pada output yang diminta pada titik A. Pada kondisi tersebut, artinya pada
tingkat harga P1, orang akan berlomba-lomba untuk menjual lebih banyak barang dan jasa
daripada apa yang ingin dibeli orang lain (dalam kondisi ini terjdi kelebihan penawaran atau
axcess supply), dan harga barang-barang dan jasa akan turun dan oleh karenanya tingkat harga
mencapai tingkat harga keseimbangan yaitu P 0 pada titik E.

Sebaliknya, apabila tingkat harga berada di bawah tingkat harga keseimbangan, misalnya P2,
maka disini akan terjadi ketidakseimbangan dimana jumlah output yang diminta adalah lebih
besar daripada jumlah output yang ditawarkan (artinya terjadi kelebihan permintaan atau Excess
demand).Dalam kondisi yang demikian, tingkat harga akan naik karena orang ingin untuk
membeli banyak barang daripada yang ditawarkan orang lain. Kenaikan harga ini akan terus
berlangsung sampai mencapai kembali tingkat harga keseimbangan (P0) di titik E.5
1. Keseimbangan Jangka Panjang Pada Keseimbangan PermintaanPenawaran
Agregat
Keseimbangan Jangka Panjang Pendek pada Keseimbangan Permintaan agregat (AD) dan
Penawaran Agregat (AS) ditunjukkan pada gambar berikut. Pada gambar 7.5.a, ditunjukkan
dimana keseimbangan mula-mula terjadi di atas tingkat output natural rate (above full
employment output), yaitu pada titik A, yang merupakan titik perpotongan antara SRAS0 dengan
AD. Karena tingkat output (Y0) keseimbangan lebih besar daripada tingkat output kesempatan
kerja penuh (natural rate,YN) maka pengangguran yang terjadi (actual) akan menjadi lebih kecil
daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate level) dan kekakuan berlebihan (ecxcessive
tightness) terjadi di pasar tenaga kerja. Kekakuan di pasar tenaga kerja tersebut akan mendorong
upah atau biaya tenaga kerja mengalami dan menggeser kurva SRAS ke dalam yaitu ke SRAS1.
Oleh karena itu, keseimbangan kini berada pada titik B dan output turun ke Y1. Karena output
agregat (Y) masih di atas tingkat alamiah yaitu Y1 > Y, maka upah teru menerus naik, yang pada
akhirnya menngeser kurva SRAS ke SRAS2. Keseimbangan tercapai di titik C yaitu pada garis
vertikal YN dan sekaligus merupakan titik keseimbangan jangka panjang. Karena output berada
pada tingkat alamiah, maka tidak akan terdapat tekanan lebih lanjut atas upah untuk naik dan
begitu juga kecenderungan lebih lanjut bagi kurva SRAS untuk bergeser.
Gambar 7.5.a. menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap pada tingkat output yang
lebih tinggi daripada tingkat alamiah (natural rate) sebab kurva SRAS akan bergeser ke dalam
(ke kiri), menaikkan tingkat harga, dan menyebabkan perekonomian bergerak ke atas sepanjang
kurva (AD) sampai mencapai titik C pada garis vertical pada tingkat output alamiah (YN), yang
tersebut menunjukkan jumlah output yang ditawarkan di dalam jangka panjang untuk setiap
harga, dan dapatkita sebut sebagai kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS).
Pada gambar 7.5.b, ditunjukkan dimana keseimbangan terjadi di bawah output tingkat alamiah
(below employment output). Karena penganguran actual lebih tinggi dari pada tingkat
penganguran alamiah (natural rate of employment), maka upah akan turun, yang selanjutnya
bergeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan sampai mencapai SRAS2. Perekonomian bergerak
turun sepanjang kurva AD sampai mencapai keseimbangan jangka panjangnya yaitu di titik
perpotongan antara kurva ADdan kurva LRAS pada YN. disini seperti halnya pada gambar 7.5.b,
perekonomian akan berhenti ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah (natural rate).
1. Permintaan-Penawaran agregat dalam pandangan klasik
Model klasik didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian beroperasi ibarat sebuah mekanisme
yang dapat melakukan pengaturan, penyesuain, atau koreksi secara otomatis (self-regulating,self
–adjusting, atau self- correcting), cenderung bergerak menuju kepada keseimbangan pada

tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level). Mengenai factor yang mempengaruhi
permintaan agregat (AD) menurut pandangan kaum klasik secara actual hanyalah faktor jumlah
uang beredar (money supply). Perubahan di dalam permintaan agregat.
Kebijakan fiskal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan atau pajak) menurut kaum
klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan output. Hal tersebut
disebabkan karena adanya crowding-outeffect dari ekspansi fikal terhadap investasi swasta.
Kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G) atau penurunan di dalam pajak (T) menurut
kaum Klasik akan menyebabkan tingkat bunga naik, yang pada gilirannya menurunkan investasi
swasta (I), dan bahkan juga pengeluaran konsumsi (C).
Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan antara
kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS).
Bagi kaum klasik hanya ada satu kurva penawaran agregat yaitu kurva peenawaran agregat yang
tegak lurus atau vertical, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau jasa yangsama
akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan lain, jumlah output barang atau jasa
yang ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum klasik
didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada kseimbangan dengan kesempatan
kerja (employment) berada dalam kondisi full employment. Dalam pandangan klasik, kurva
SRAS selaulu bergerak ka arah tingkat output full employment untuk berpotongan antara kurva
LRAS. Dengan perkataan lain, keseimbangan di tentukan oleh perpotongan antara kurva AD dan
kurva LRAS.
Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotonngan antara kurva permintaan
agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS). Di dalam model makro
ekonomi klasik, keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan penawaran
agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut kaum klasik hanya bergantung pada
tingkat teknologi dan sekaligus merupakan tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh
(full employment level of real GNP).
1. Permintaan-Penawaran agregat dalam pandangan Keynes
Di dalam model makro ekonomi Keynes, faktor paling penting yang menentukan tingkat
permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal policy). Sedangkan kebijakan moneter
atau perubahan dalam jumlah uang beredar (money supply) menurut Keynes pengaruhnya
terhadap permintaan agregat adalah lemah dan bahkan dapat dikatakan tidak ada. dalam model
Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar mempengaruhi permintaan agregat melalui
efeknya atas investasi. Pengaruh uang beredar terhadap investasi bersifat tidak langsung
(indirect), yaitu melalui tingkat bunga. Menurut Keynes, suatu kenaikan di dalam jumlah uang
beredar tidak mepunyai pengaruh yang berarti terhadap penurunan dalam tingkat bunga, dan
tingkat bunga itu sendiri menurut Keynes pengaruhnya terhadap investasi adalah lemah.
Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat, Keynes dan pengikut-pengikutnya (Keynesian)
mengatakan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) adalah horizontal (perfectly
elastic), yang berarti bahwa suatu jumlah output riil akan ditawarkan pada suatu tingkat harga
tertentu. Dengan perkataan lain, perusahaan akan menawarkan berapapun jumlah barang yang

diminta pada tingkat harga yang berlaku. Pemikiran yang melandasi kurva penawaran agregat
Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya penganguran, perusahaan
dapat memperoleh sebanyak mungkin tenaga kerja tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi
rata-rata mereka karenanya diasumsikan tidak berubah walau terjaddi perubahan dalam tingkat
outputnya. Mereka menawarkan berapapun yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva
penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply curve,SRAS) menurut Keynes
hanya akan bergeser secara perlahan apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat
pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Pergeseran yang lamban dari kurva
penawaran agregat jangka pendek menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan
upah dan harga yang lamban (ingat asumsi ‘sticky prices and wages’). Menurut model Keynes,
kalau jumlah pengangguran besar (berada di atas natural rate), akan menyebabkan atau
mendorong penyesuain yang sangat lambat di dalam upah relative terhadap harga-harga. Hal
yang sama terjadi apabila jumlah pengangguran berada dibawah tingkat alamiah dimana tekanan
bagi upah untuk meningkatkan lebih cepat kecil sekali.
Secara grafik, pandangan kaum klasik dan Keynes tentang penawaran agregat dan permintaan
agregat, dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari gambar A diatas ditunjukkan bahwa permintaan agregat klasik merupakan fungsi dari
jumlah uang beredar (Ms). Dengan perkataan lain, perubahan permintaan agregat (AD) hanya
terjadi perubahan di dalam peubah jumlah uang beredar (money supply). Only monetary factors
shift tha classical agregat demand cruve. sedangkan gambar yang B ditunjukkan bahwa
permintaan agregat (AD) tidak hanya dipengaruhi oleh peubah jumlah uang yang beredar (Ms),
tetapi juga dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (G0), investasi otonom (I0) dan pajak (T0).
Perbedaan factor penentu permintaan agregat di dalam model Klasik dan Keynes menghasilkan
perbedaan penting di dalam penjelasan mereka menyangkut sumber-sumber instabilitas di dalam
perekonomian dan jenis kebijakan stabilitas yang harus di ambil untuk mengatasi instabilitas
tersebut.
Keynes percaya bahwa instabilitas di dalam permintaaan investasi merupakan penyebab utama
dari fluktuasi siklis di dalam tingkat pendapatan. Perubahan otonom didalam permintaan
investasi yang di sebabkan oleh perubahan di dalam ekspektasi menyebabkan pergeseran di
dalam fungsi permintaan agregat, yang pada giliranya juga mempengaruhi instabilitas di dalam
tingkat harga dan output. Oleh karena itu, kebijakan fiscal menurut Keynes harus digunakan
untuk menciptakan stabilitas dalam permintaan agregat, meskipun permintaan investasi tidak
stabil.
1. Pergeseran Kurva Permintaan Dan Penawaran Agregat
2. Pergeseran Kurva Permintaan Agregat
Efek dari pergeseran ke luar (outward shift) di dalam kurva AD yang disebabkan antara lain oleh
kenaikan didalam jumlah uang beredar (Ms), kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G),
kenaikan di dalam ekspor netto (Xn), penurunan di dalam pajak (T), atau kenaikan di dalam
kemauan dari konsumen dan dunia bisnis untuk membelanjakan karena mereka menjadi lebih
optimistic (C,I). di tunjukkan oleh gambar 7.6.

2. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi di dalam output
agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di dalam kurva penawaran
agregat. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena factor-faktor yang mempengaruhi biaya
pruduksi, sebagai berikut :
1. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja
Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka kurva penawaran
agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri ; ketika output agregat berada di bawah
tingkat output alamiah (Y