Penyakit Stroke Definisi Penyebab Gejala

Penyakit Stroke - Definisi, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Penjelasan penyakit stroke - definisi, penyebab, gejala, dan cara pengobatannya Stroke adalah disfungsi atau gangguan otak yang terjadi secara mendadak, baik global
ataupun fokal. Hal ini dikarenakan adanya kelainan pada pembuluh darah otak dengan
defisit neurologis yang terjadi lebih dari 24 jam atau terjadi telah kematian. Bila
disfungsi serebral sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam maka ini
dinamakan TIA.

blood clot image

Penjelasan Penyakit Stroke dan Penanganannya
Faktor Risiko dan Penyebab Penyakit Stroke
Secara garis besar proses tercetusnya gangguan serebrovaskular dapat diakibatkan
oklusi oleh emboli atau trombus, ruptur pada dinding pembuluh darah, penyakit pada
dinding pembuluh darah, dan adanya kelainan darah. Selain itu, ada beberapa faktor
resiko terjadinya stroke, yaitu:
1. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor utama dalam perkembangan terjadinya infark trombosis
serebral dan pendarahan intrakranial. Hal ini sering menyebabkan gangguan pada
fungsi otak dan pengrusakan struktur otak manusia melalui mekanisme gangguan
vaskular. Infark maupun perdarahan otak merupakan stadium akhir akibat
memburuknya gangguan vaskular pada otak.

Efek patologis yang disebabkan hipertensi adalah :

 Aneurisma yang menyebabkan perdarahan intraserebral (dari pembuluh darah
yang perforsi),
 Percepatan ateroma dan pembentukan trombus, dan
 Hyalinosis dan endapan fibri.

2. Kelainan jantung
Kelainan jantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi otak melalui
empat cara, yaitu:
 Emboli yang berasal dari penyakit katup jantung, dinding jantung dan ruangan
jantung,
 Gangguan curah jantung karena kelainan ritme yang hebat atau dekompensasi
menyebabkan penurunan perfusi otak,
 Obat-obatan yang digunakan pada gangguan sirkulasi dapat menganggu fungsi
otak, dan
 Operasi jantung dapat menyebabkan kerusakan otak cepat atau lambat.

Poin 1 dan 4 lebih sering menyebabkan iskemia yang bersifat fokal, sedangkan 2 dan
3 lebih sering menyebabkan gangguan yang bersifat difus.

Kelainan jantung yang merupakan faktor resiko stroke adalah penyakit jantung
koroner, penyakit jantung kongestif, penyakit jantung rematik, endokarditis bakterialis
subakut, infark miokard akut, penyakit jantung congenital, pembesaran jantung,
gangguan konduksi intraventikuler, dan lain-lain.
3. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering ditemui bersamaan dengan penyakit
serebrovaskular, dan merupakan faktor resiko stroke meskipun kurang kuat
dibandingkan dengan hipertensi. Diabetes melitus berperan dalam proses
aterosklerosis pembuluh darah otak. Proses aterosklerosis pembuluh darah otak pada
diabetes mellitus melalui kelainan lipid yang multiple.

Pada diabetes mellitus terjadi :
 Peningkatan konsentrasi faktor von willibrand (glikoprotein) dalam plasma
yang mungkin berperan dalam penyakit vaskuler.
 Perubahan produksi prostasiklin mencerminkan kerusakan dinding pembuluh
darah yang terjadi akibat peningkatan fungsi trombosit dengan akibat
mikrotrombus.
 Aktivitas plasminogen akan menurun. Penurunan aktivasi plasminogen dalam
pembuluh darah akan memicu terjadinya trombus.


4. Hiperlipidemia
Abnormalitas serum lipid (trigliserida, kolesterol, LDL) adalah faktor risiko penyakit
jantung koroner daripada penyakit serebrovaskuler. Ada penelitian yang menunjukkan
bahwa pada populasi muda tidak terbukti adanya hubungan antara peningkatan
kolesterol dan stroke. Hal ini dijelaskan dengan kenyataan bahwa tidak semua stroke
berhubungan dengan aterosklerosis.
Penelitian lain menunjukkan bahwa HDL memiliki efek perlindungan terhadap stroke;
adanya hubungan antara penebalan atau plak karotis pada tunika intima dan fraksi
lipoprotein serta penurunan signifikan terhadap risiko stroke pada pasien yang diobati
dengan obat penurun kolesterol generasi terbaru yaitu statin.
Patofisiologi Dan Gejala Klinis Penyakit Stroke

gambar penyumbatan pembuluh darah

1. Stroke Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral ditandai dengan adaya perdarahan ke dalam parenkim otak
akibat pecahnya arteri penetrans. Arteri ini merupakan cabang dari pembuluh darah
superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya
berbentuk anyaman kapiler. Aterosklerosis yang terjadi dengan meningkatnya usia dan

adanya hipertensi kronik, maka sepanjang arteri penetrans ini terjadi mikroaneurisma
atau aneurisma kecil dengan diameter sekitar 1 mm yang disebut dengan
aneurismas Charcot-Bouchard.
Saat-saat tertentu aneurisma ini dapat pecah oleh peningkatan tekanan darah sehingga
terjadilah perdarahan ke dalam parenkim otak. Darah ini mendukung struktur otak dan
merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke ruangan
subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal (LCS) dan
merangsang lapisan meningens.
Onset terjadinya perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali terjadi saat
beraktivitas. Gejala yang timbul biasanya nyeri kepala berat, muntah dan penurunan
kesadaran, kadang-kadang juga disertai kejang. Distribusi umur biasanya pada usia
pertengahan hingga tua dan lebih sering dijumpai pada jenis kelamin laki-laki.
Gambaran klinis tergantung dari lokasi dan besarnya ukuran hematoma.
Karakteristiknya berupa sakit kepala, muntah-muntah dan bisa juga kejang pada saat
permulaan. Kesadaran dapat terganggu pada keadaan awal dan akan menjadi jelas
dalam waktu 24-48 jam pertama bila volume darah lebih dari 50 cc. Oleh karena
jaringan otak terdorong, maka timbul gejala defisit neurologik yang cepat menjadi
berat dalam beberapa jam.
2. Stroke Perdarahan Subarachnoid
Kondisi ini ditandai dengan adanya perdarahan yang masuk ke dalam rongga

subarachnoid. Onsetnya bersifat mendadak dan disertai nyeri kepala yang hebat,
penurunan kesadaran dan muntah. Distribusi usia penderita ini umumnya terjadi pada
umur muda dan lebih banyak pada wanita. Pada 10-15% kasus tidak diketahui
penyebabnya. Umumnya akibat rupture aneurisma, kadang-kadang juga karena
pecahnya malformasi arterivenosa, atau dalam terapi antikoagulan. Aneurisma
biasanya berlokasi di sirkulus Willisi dan percabangannya.
Gejala klinis perdarahan subarachnoid yaitu sakit kepala kronik akibat penekanan
aneurisma yang besar terhadap organ di sekitar otak. Oleh karena pecahnya aneurisma
mendadak, maka akan dirasakan sakit kepala hebat, muntah dan hingga penurunan
kesadaran. Biasanya ditemukan rangsang meningen positif berupa kaku kuduk akibat
darah dalam LCS dan Kernigs sign.

3. Penurunan Kesadaran Pada Penderita Stroke
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran pada
penderita stroke ( Warlo, 1996 ), yaitu :
 Lesi primer pada struktur subkortikal (talamus) atau ARAS (ascending
retikucular activating system) dalam batang otak,
 Lesi sekunder pada batang otak karena adanya herniasi transtentorial,
 Ko-eksistensi gangguan metabolik hipoglikemi, gagal hati, gagal ginjal, dan
 Obat-obatan.

Penurunan kesadaran pada perdarahan intrakranial biasanya terjadi sejak saat awitan
sedangkan pada infark otak pada hari ketiga sampai kelima dari awitan.
Pemeriksaan Fisik Pada Penderita Penyakit Stroke

a. Kesadaran
Sangatlah penting untuk menilai status kesadaran pada pasien stroke. Penurunan
kesadaran dapat karena tekanan tinggi intrakranial yang sangat hebat sehingga mampu
menekan bagian ARAS yang merupakan bagian pusat kesadaran. Penurunan
kesadaran dapat menjadi tolok ukur pada penentuan jenis stroke dengan menggunakan
skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-Score maupun Gajah Mada Stroke Score.
b. Tensi (Tekanan darah)

Salah satu faktor resiko mayor dari stroke adalah penyakit hipertensi. Pengukuran
tekanan darah sebaiknya dibandingkan antara kedua tangan. Apakah terdapat
perbedaan? Jika iya, maka kemungkinan terjadi kelainan pembuluh darah (arteritis)
c. Nadi
d. Heart Rate
Pengukuran ini sangat penting dan berbeda dengan pengukuran nadi. Hasil
pengukuran ini dapat dibandingkan dengan nadi yang diukur. Pulsus defisit terjadi jika
perbedaan denyut jantung dan nadi ≥ 20 x/mnt. Pulsus derfisit dapat ditemukan pada

artrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus stroke.
e. Pernafasan
f. Suhu
g. Turgor dan gizi.
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan
obesitas (faktor resiko minor), dan turgor apakah pada pasien tersebut terjadi dehidrasi
atau tidak .
Status interna yang penting, yaitu:
 Kepala : Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan
akibat kelainan jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.
 Leher : Apakah terdapat peningkatan JVP? Terdapat Bruit? Hal ini
menunjukkan terdapat gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat
menjadi faktor pencetus stroke (emboli).
 Paru-paru : Penting pada pasien stroke yang sedang dirawat, karena komplikasi
non-neurologis stroke salah satunya Pneumonia dan edema paru.
 Jantung : Apakah ada pembesaran jantung? Bunyi Murmur? Kelainan katup
jantung? (Penyakit Jantung merupakan faktor resiko mayor terjadinya stroke)

Stroke Score
Adalah panduan sederhana yang dapat digunakan untuk memilah jenis-jenis stroke.

1. Siriraj Stroke Score (SSS)

Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
diastolik) - (3 x atheroma) 12
Nilai SSS diagnosis
 > 1 Perdarahan otak
 < -1 Infark otak
 -1 < SSS < 1 Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan).

2. Skor Gajah Mada (SGM)
Menggunakan 3 variabel pemeriksaan yaitu:
 Penurunan Kesadaran
 Nyeri Kepala
 Refleks Babinski

Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Stroke
1. CT scan
CT scan merupakan pemeriksaan baku emas pada penyakit stroke. Pemeriksaan ini
untuk membedakan stroke karena infark atau perdarahan. Pada stroke karena infark,

gambaran CT scannya secara umum didapatkan gambaran yang hipodense sedangkan
pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran yang hiperdens.
2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.

4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial , menentukan
ada tidaknya stenosis arteri karotis.
5. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI. Pada stroke
perdarahan intraserebral didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau
berwarna kekuningan. Pada perdarahan subaraknoid didapatkan LCS yang gross
hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).
6. Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin, komponen kimia

darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit
darah, foto thoraks, EKG, echocardiografi.
Komplikasi dari Penyakit Stroke
1. Komplikasi neurologik:
a. Edema otak (herniasi otak)
Merupakan komplikasi yang penting akibat infark maupun karena perdarahan. Pada
kasus infark, edema terjadi secara vasogenik dan sitoksik, pada intra dan extraseluler.
Edema mencapai maksimum setelah 4-5 hari paska infark. dan diikuti dengan
mengaburnya alur gyrus kortikal dan terjadi pergeseran garis tengah otak (midline
shift).
b. Hidrosefalus
Jika sejumlah besar darah, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah, merembes ke
dalam sistem ventrikel atau membanjiri ruang subarachnoid bagaian basal, darah
tersebut akan memasuki foramen Luschka dan Magendie. Dimana pasien akan
mengalami penurunan kesadaran hingga pingsan sebagai akibat dari hidrosefalus akut.
d. Higroma
Terjadinya pengumpulan darah intraserebral di suatu tempat akibat kelainan osmotik.
2. Komplikasi non-neurologik (Akibat proses di otak) :
a. Akibat proses di otak :
a.1. Tekanan darah meninggi

Terjadinya peninggian tekanan darah pada fase akut merupakan respon fisiologis
terhadap iskemia otak, dan tekanan darah akan turun kembali setelah fungsi otak
membaik kembali.

a.2. Hiperglikemi
Pada stroke terjadi iskemi daerah hipothalamus sehingga terjadi reaksi hiperglikemi.
Kadar gula darah sampai 150-175 mg% pada fase akut yang tidak memerlukan
pengobatan.
a.3. Edema paru
Edema paru dapat terjadi pada penderita dengan perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Proses terjadinya edema paru akibat kelaianan susunan
saraf pusat yaitu secara langsung melalui sistem saraf otonom terutama mekanisme
vagal. Mekanisme lain disebutkan, bahwa edema paru merupakan akibat pelepasan
simpatis berlebihan disertai hipertensi sistemik dan hipertensi pulmonal
mengakibatkan peninggian permeabilitas vaskuler pada paru.
a.4. Kelainan jantung
Kelainan jantung berupa gangguan ritme jantung atau aritmia jantung, terjadi pada
strok fase akut.
a.5. Kelainan EKG
a.6. Inappropiate Anti Diuretic Hormon Syndrome (SIADH)
Rangsangan lesi pada daerah hipothalamus dapat menyebabkan diabetes insipidus
atau SIADH, dengan gejala sebagai berikut: Gejala intoksikasi air (anoreksia, mual,
muntah, letargi, hiperiritabilitas, delirium, bahkan koma).
b. Komplikasi non-neurologik (Akibat imobilisasi) :
b.1. Bronkopneumonia
Merupakan infeksi paru dan sebagai penyebab kematian tersering pada strok. Keadaan
ini sering terjadi pada penderita yang berbaring terus, terutama disertai gangguan
menelan, gangguan reflek muntah dan reflek batuk dan akibat gerakan paru yang
berkurang.
b.2. Tromboplebitis
Trombosis vena dalam menimbulkan gejala klinik berupa pembengkakan pada paha
dan betis, sering disertai pitting edem, nyeri lokal dengan peninggian suhu. Trombosis
vena dalam paha pada penderita strok sering terjadi pada tungkai yang lumpuh dan
sering bersifat subklinis. Akan tetapi, edem pada tungkai yang lumpuh dan disertai
nyeri belum tentu suatu trombosis vena dalam.
b.3. Emboli paru
b.4. Dekubitus

Dekubitus terjadi pada pasien yang berbaring lama.
b.5. Atrofi otot
Akibat pasien terlalu lama tidak menggunakan ototnya.
Baca bagian selanjutnya penyakit stroke bagian 2 di blog ini