KEBIJAKAN PRESIDEN NICOLAS SARKOZY TERHA

1
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

KEBIJAKAN PRESIDEN NICOLAS SARKOZY TERHADAP IMIGRAN
PERANCIS
Rahmat Syahid Suraya
Hubungan Internasional – 20120510242
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Email: rahmatsuraya1994@gmail.com
ABSTRACT
This journal will explain about the immigration policy of the France
Government that enact Immigration and Integration Law in the era of President
Nicolas Sarkozy who aim to tighten the entry of immigrants and reduce the number
of immigrants who lived in France. The policy is a response from the France
Government against various social problems that emerge are caused by immigrants
living in France, culminating in 2005 a large riot and it is the worst in the history of
the immigrants in France. Nicolas Sarkozy who became President of France in 2007
had the support of the party's right-wing UMP party who support his candidacy in
the presidential election in France. The UMP party is a right-wing ideology of the
representation using the issue against immigrants to get sympathy from French

society and the party won the election in 2007. As for the key points of the policy
France Immigration and Integration Law, namely (1) the selection of immigrants
(immigration choisie), (2) the integration of ' mandates ' (mandatory immigration),
(3) development (co-development).
Keywords: Immigration, Nicolas Sarkozy, France.

2
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

Pendahuluan
Sejak tahun 1999, Perancis menerima pendatang lebih banyak dari Negaranegara tetangga yaitu Eropa Timur (Bryant 2011). Negara tetangga ini sebenarnya
hanya menjadi pintu masuk para imigran dari Afrika dan Timur Tengah menuju
Perancis. Karena apabila diperhatikan berdasarkan letak geografis, Perancis
berbatasan langsung dengan Laut Mediterania dan Italia (Eropa Timur). Sebagian
besar imigran yang berasal dari Afrika, khususnya Tunisia dan Libya, Morocco
masuk ke Perancis melalui Italia dan juga Laut Mediterania.
Tercatat bahwa jumlah imigran di Perancis terus menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya hingga mencapai 11% dari total jumlah penduduk Perancis 60 juta
jiwa pada tahun 2007. Berdasarkan data yang diperoleh telah terjadi peningkatan
kriminalitas akibat imigran sebesar 10-15% setelah tahun 2000. (Sari 2013)

Perbedaan yang cukup mencolok tersebut memunculkan pengkotak-kotakan
masyarakat. Ada yang menerima dan menolak terhadap keberadaan imigran asal
Afrika Utara tersebut. Sehingga, asimilasi (pembauran) antara imigran dan warga
asli Perancis susah untuk di lakukan. Pada akhirnya, muncul banyak konflik yang di
latarbelakangi kecemburuan secara sosial maupun ekonomi. Pada November 2005
terjadi sebuah kerusuhan yang cukup besar sepanjang sejarah imigrasi Perancis.
Kerusuhan tersebut disebabkan oleh warga imigran yang tidak puas dengan
nasibnya. Kerusuhan tersebut pada awalnya terjadi di pinggiran kota Perancis dan
meluas sampai ke pusat kota. Kerusuhan tersebut menelan banyak korban jiwa,
kerugiaan materi mencapai 200.000 Euro dan banyak fasilitas umum yang rusak
akibat kerusuhan tersebut. Sebagai bentuk respon dari permasalahan yang muncul
tersebut, pada Maret 2006, Menteri Dalam Negeri Perancis Nicolas Sarkozy
berinisiasi untuk membuat sebuah skema kebijakan baru terkait imigrasi.

3
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

Nicholas Sarkozy mencoba mencari dukungan dari sayap kanan dalam
proses pencalonannya di tahun 2007, yang tak lain halnya memiliki kesamaan yaitu
sensitif dan tidak menyukai adanya imigran di Perancis. Hal ini pula dianggap

sebagai suatu hal baru oleh warga Perancis karena setelah sebelum-sebelumnya
presiden Perancis merupakan representatif dari sayap kiri.
Hasil dan Pembahasan
Kerusuhan tahun 2005 menggambarkan kuatnya sentimen antiorang asing di
Prancis. Kerusuhan kemudian menyebar ke hampir seluruh Prancis, sehingga
memaksa pemerintah memberlakukan keadaan darurat selama 3 minggu. Kerugian
materi mencapai 200.000 euro, belum termasuk kerugian yang ditimbulkan oleh
larangan mengunjungi Prancis yang dikeluarkan oleh beberapa negara.
Pemerintah Perancis dibawah Nicolas Sarkozy kemudian memberlakukan
France Immigration and Integration Law untuk memperketat masuknya imigran ke
Perancis karena kondisi politik domestic dengan alasan bahwa Imigran
menimbulkan berbagai permasalahan social di Perancis sehingga membuat Presiden
Nicolas Sarkozy membatasi jumlah imigran yang masuk dan hanya imigran yang
memiliki “High Qualification” yang dapat masuk ke negara Perancis. Selain itu juga
tekanan Partai UMP sebagai partai pemerintah pemenang pemilu yang beraliran
tengah kanan yang ingin negara Perancis perlu memiliki persyaratan yang ketat
untuk para calon imigran.
A. Isu Imigran Perancis selama dipimpin oleh presiden Nicolas Sarkozy
Bukan hanya bagi para imigran, namun juga bagi keturunannya yang telah
lahir dan mengenyam pendidikan di Prancis. Bahkan aksi rasisme di berbagai aspek

kehidupan yang dialami oleh seorang imigran dan/atau keturunannya juga disebut
sebagai masalah imigran. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy telah mengatakan

4
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

terlalu banyak orang asing di negaranya dan sistem untuk mengintegrasikan mereka
"bekerja lebih dan lebih buruk". Dalam sebuah debat televisi, Sarkozy
mempertahankan rencananya untuk mengurangi setengah jumlah pendatang baru
jika dia kembali terpilih kembali bulan depan. Presiden Perancis mengatakan, ketika
para imigran memberikan keuntungan bagi Perancis, butuh pengawasan yang ketat
dan aturan yang kuat bagi penduduk.
Permasalahan yang terjadi bagi imigran di Perancis adalah karena mereka
banyak yang tidak mampu lagi membayar pajak tempat tinggal, visa yang telah lama
habis tidak diperpanjang lagi, dan banyaknya pengangguran dari kalangan imigran.
Pemerintah Perancis seperti kewalahan mengatasi berbagai problema social tersebut
sementara jumlah para imigran terus berdatangan maupun para pencari suaka yang
datang dari laut mediterania.
Permasalahan seperti rendahnya pendidikan, rawannya keamanan di daerah
tempat tinggal imigran, dan kemiskinan merupakan hal-hal yang juga termasuk

dalam kategori masalah imigran. Terlihat bahwa walaupun di satu sisi keberadaan
imigran dibutuhkan untuk mengisi sektor-sektor pekerjaan tertentu atau untuk
memperbaiki situasi demografis Prancis, namun di sisi lain segala permasalahan
sosial yang muncul sebagai dampak logis proses migrasi sepenuhnya dibebankan
kepada para imigran. Sarkozy sering kali membuat pernyataan yang kontroversial
berkaitan dengan masalah ras dan imigrasi sehingga menyebabkan perbedaan
pendapat di Perancis. Pada 2005 lalu, sebelum kerusuhan Perancis, dia
menggambarkan penjahat muda di pinggiran Paris sebagai racaille, artinya rakyat
jelata.
Sebagai presiden, dia telah mendesak pembuatan aturan imigrasi yang baru,
termasuk pendeportasian masyarakat gipsi Roma yang kontroversial. Di era Sarkozy
Pemerintah Perancis mulai mendeportasi kaum gipsi asal Rumania atau Roma
sebagai bagian dari penggusuran pemukiman terlarang di negara itu (BBC Indonesia

5
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

- Dunia - Prancis deportasi kaum gipsi 2010). 79 orang gipsi yang setuju untuk
kembali ke rumah mereka secara sukarela akan mendapatkan uang senilai 300 euro
atau sekitar US$ 383, dan diterbangkan ke Rumania. Pemerintah Prancis

mengatakan rencana untuk menutup 300 pemukiman gipsi Roma akan berlangsung
selama tiga bulan.
Rencana kontroversi yang didukung Presiden Nicolas Sarkozy ini dilakukan
setelah bentrokan antara kaum pengelana ini dengan polisi di kawasan selatan kota
Grenoble. Pemerintah mengatakan pemukiman itu merupakan sumber perdagangan
manusia, standar kehidupan yang sangat rendah, eksploitasi anak untuk jadi
pengemis, prostitusi dan kejahatan. Sekitar 700 gipsi Roma ini akan diterbangkan
keluar Prancis pada akhir Agustus, dalam sebuah kebijakan yang dikritik tajam oleh
kelompok hak azasi manusia. Aksi ini mendapat protes dari masyarakat yang ada di
Perancis dengan cara melakukan demonstrasi di jalanan. Setidaknya 77 ribu orang
turun ke jalanan kota Paris dan beberapa kota lainnya, untuk memprotes kebijakan
pemerintah Perancis yang mengusir masyarakat etnik Roma di sana. (Darmawan 2010)

Rumania juga menyatakan kekhawatirannya atas operasi ini dengan mengatakan
bisa meningkatkan sentimen xenophobic atau takut pada orang asing. Aksi ini
mendapatkan tanggapan dari menteri luar negeri Rumania, bahwa kekhawatirannya
akan implikasi sosial bisa timbul dari tindakan penggusuran ini. Tetapi Prancis
bersikeras kalau penggusuran dan pengusiran sepenuhnya sesuai dengan peraturan
Eropa dan tidak dalam cara apapun untuk mempengaruhi kebebasan bergerak bagi
warga Uni Eropa, sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian.

B. Isu Imigran Perancis selama dipimpin oleh presiden Nicolas Sarkozy
Bukan hanya bagi para imigran, namun juga bagi keturunannya yang telah
lahir dan mengenyam pendidikan di Prancis. Bahkan aksi rasisme di berbagai aspek
kehidupan yang dialami oleh seorang imigran dan/atau keturunannya juga disebut

6
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

sebagai masalah imigran. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy telah mengatakan
terlalu banyak orang asing di negaranya dan sistem untuk mengintegrasikan mereka
"bekerja lebih dan lebih buruk". Dalam sebuah debat televisi, Sarkozy
mempertahankan rencananya untuk mengurangi setengah jumlah pendatang baru
jika dia kembali terpilih kembali bulan depan. Presiden Perancis mengatakan, ketika
para imigran memberikan keuntungan bagi Perancis, butuh pengawasan yang ketat
dan aturan yang kuat bagi penduduk.
Permasalahan yang terjadi bagi imigran di Perancis adalah karena mereka
banyak yang tidak mampu lagi membayar pajak tempat tinggal, visa yang telah lama
habis tidak diperpanjang lagi, dan banyaknya pengangguran dari kalangan imigran.
Pemerintah Perancis seperti kewalahan mengatasi berbagai problema sosial tersebut
sementara jumlah para imigran terus berdatangan maupun para pencari suaka yang

datang dari laut mediterania.
Permasalahan seperti rendahnya pendidikan, rawannya keamanan di daerah
tempat tinggal imigran, dan kemiskinan merupakan hal-hal yang juga termasuk
dalam kategori masalah imigran. Terlihat bahwa walaupun di satu sisi keberadaan
imigran dibutuhkan untuk mengisi sektor-sektor pekerjaan tertentu atau untuk
memperbaiki situasi demografis Prancis, namun di sisi lain segala permasalahan
sosial yang muncul sebagai dampak logis proses migrasi sepenuhnya dibebankan
kepada para imigran. Sarkozy sering kali membuat pernyataan yang kontroversial
berkaitan dengan masalah ras dan imigrasi sehingga menyebabkan perbedaan
pendapat di Perancis. Pada 2005 lalu, sebelum kerusuhan Perancis, dia
menggambarkan penjahat muda di pinggiran Paris sebagai racaille, artinya rakyat
jelata.
Sebagai presiden, dia telah mendesak pembuatan aturan imigrasi yang baru,
termasuk pendeportasian masyarakat gipsi Roma yang kontroversial. Di era Sarkozy
Pemerintah Perancis mulai mendeportasi kaum gipsi asal Rumania atau Roma

7
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

sebagai bagian dari penggusuran pemukiman terlarang di negara itu. (BBC

Indonesia - Dunia - Prancis deportasi kaum gipsi 2010) 79 orang gipsi yang setuju
untuk kembali ke rumah mereka secara sukarela akan mendapatkan uang senilai 300
ero atau sekitar US$ 383, dan diterbangkan ke Rumania. Pemerintah Prancis
mengatakan rencana untuk menutup 300 pemukiman gipsi Roma akan berlangsung
selama tiga bulan.
Rencana kontroversi yang didukung Presiden Nicolas Sarkozy ini dilakukan
setelah bentrokan antara kaum pengelana ini dengan polisi di kawasan selatan kota
Grenoble. Pemerintah mengatakan pemukiman itu merupakan sumber perdagangan
manusia, standar kehidupan yang sangat rendah, eksploitasi anak untuk jadi
pengemis, prostitusi dan kejahatan. Sekitar 700 gipsi Roma ini akan diterbangkan
keluar Prancis pada akhir Agustus, dalam sebuah kebijakan yang dikritik tajam oleh
kelompok hak azasi manusia. Aksi ini mendapat protes dari masyarakat yang ada di
Perancis dengan cara melakukan demonstrasi di jalanan. Setidaknya 77 ribu orang
turun ke jalanan kota Paris dan beberapa kota lainnya, untuk memprotes kebijakan
pemerintah Perancis yang mengusir masyarakat etnik Roma di sana. (Darmawan 2010)

Rumania juga menyatakan kekhawatirannya atas operasi ini dengan
mengatakan bisa meningkatkan sentimen xenophobic atau takut pada orang asing.
Aksi ini mendapatkan tanggapan dari menteri luar negeri Rumania, bahwa
kekhawatirannya akan implikasi sosial bisa timbul dari tindakan penggusuran ini.

Tetapi Prancis bersikeras kalau penggusuran dan pengusiran sepenuhnya sesuai
dengan peraturan Eropa dan tidak dalam cara apapun untuk mempengaruhi
kebebasan bergerak bagi warga Uni Eropa, sebagaimana yang tercantum dalam
perjanjian.
C. Kebijakan Imigran di Era Sarkozy

8
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

Sebelum Nicolas Sarkozy menjabat sebagai presiden Perancis, ia telah
merancang skema kebijakan imigrasi untuk Perancis. Melalui Skema kebijakan baru
tersebut kemudian pada Mei 2006 Pemerintah Mulai mengadposi kebijakan tersebut
untuk menjadi Undang-Undang. Melalui Skema Kebijakan Menteri Dalam Negeri
Perancis pada saat itu yaitu Nicolas Sarkozy Undang-Undang French Immigration
and Integration Law tersebut kemudian di berlakukan pada 25 Juli 2006 setelah
melalui serangkaian proses pembuatan. Seperti Skema yang di ajukan oleh Nicolas
Sarkozy Undang-Undang ini dimaksudkan untuk memilah imigran yang pantas
masuk ke wilayah Perancis.
Ada tiga poin penting yang terdapat pada French Immigration and
Integration Law yaitu (1) penyeleksian imigran (immigration choisie), (2) integrasi

„mandat‟ (mandatory immigration), (3) pembangunan (co-development). Poin
pertama ini dicetuskan untuk setiap individu yang ingin tinggal bahkan hidup di
wilayah Perancis.
Contohnya adalah ketika ada individu yang ingin membawa keluarganya ke
wilayah Perancis maka setidaknya individu tersebut telah tinggal selama minimal 18
bulan di Perancis dan sanak keluarganya yang akan dibawa harus direunifikasi oleh
pemerintah Perancis agar dapat masuk ke wilayah tersebut. Poin kedua dijelaskan
untuk menjadi warga negara Perancis maka setiap imigran harus melewati berbagai
proses yang telah dicanangkan oleh pemerintah Perancis yaitu kemauan dan
keinginan yang ditunjukkan dengan „mendemonstrasikan‟ dirinya terhadap publik
dengan sungguh–sungguh dan setelah itu menandatangani kontak perjanjian yang
dibuat oleh pemerintah Perancis. Poin ketiga dijelaskan bahwa imigran yang ingin
masuk ke wilayah Perancis berasal dari negara yang memiliki hubungan „baik‟
dengan Perancis. Baik disini dimaksudkan adalah negara asal memberi keuntungan
strategis baik itu ekonomi maupun politis terhadap negara Perancis.
D. Tekanan partai UMP untuk Sarkozy terhadap imigran

9
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

Menurut keterangan Komisi Uni Eropa setiap tahunnya 220 ribu orang
mengajukan permohonan suaka. Sekitar satu setengah hingga dua juta orang
bermigrasi secara legal dan diperkirakan ada sekitar satu setengah juta orang juga
yang tanpa ijin menetap di Uni Eropa (Welle, Kebijakan Imigrasi Baru untuk Eropa?
| dunia | DW.COM | 04.07.2008 2008). Masuknya imigran ke negara-negara anggota
Uni Eropa tersebut di sebabkan oleh berbagai macam faktor. Mulai dari faktor
ekonomi yakni untuk mencari kehidupan yang baru yang lebih layak, hingga faktor
keamanan di negara asal mereka. Hal ini membuat pemerintah Perancis berupaya
mengeluarkan kebijakan yang dinilai akan mampu menyelamatkan identitas nasional
Perancis dari para imigran.
Presiden Nicolas Sarkozy yang didukung oleh Partai UMP sebagai partai
mayoritas di parlemen seperti tidak mendapat hambatan yang cukup serius dalam
mengeluarkan kebijakan France Immigration and Integration Law berhubung
Perancis di tahun terpilihnya Sarkozy sebagai Presiden, Perancis juga sedang
mengalami permasalahan sosial yang berkaitan antara imigran dan warga asli
Perancis.
Dalam upaya memperoleh suara terbanyak dan untuk mempertahankan
eksistensinya sebagai partai pemerintah yang berkuasa sejak tahun 1995, Partai
Union for a Popular Movement (UMP) berusaha mengeluarkan program-program
kebijakan partai yang cenderung mendapat dukungan penuh dari rakyat Perancis
sewaktu kepemimpinan Presiden Nicolas Sarkozy. Salah satu program kebijakan
utama Partai Union for a Popular Movement adalah menolak referendum Konstitusi
Uni Eropa tanggal 29 Mei 2005 yang bertujuan untuk mengintegrasi secara penuh
negara Uni Eropa tersebut.
Partai UMP sangat menentang Konstitusi tersebut karena bertentangan
dengan keinginan rakyat Perancis. Partai UMP akan berjanji untuk merealisasikan
kebijakan itu apabila berhasil memenangkan pemilu. Perancis merupakan Negara

10
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

yang memiliki sikap etatisme yang sangat tinggi yaitu sikap yang mendahulukan
kepentingan Negara daripada kepentingan rakyatnya. Maka dari itu kebijakan untuk
melindungi kedaulatan Perancis dari para imigran dianggap perlu dibandingkan
melindungi rakyatnya.

Kesimpulan
Sikap Perancis yang memperketat masuknya imigran ke negara Perancis
merupakan aturan yang berasal dalam politik domestik Perancis itu sendiri.
Banyaknya permasalahan sosial yang terjadi di Perancis terkait dengan para imigran
ditambah lagi kerusuhan yang terjadi di tahun 2005 menggambarkan kuatnya
sentimen antiorang asing di Prancis, yang memaksa pemerintah memberlakukan
keadaan darurat selama 3 minggu. Akibatnya Perancis mengalami kerugian materi
mencapai 200.000 euro, belum termasuk kerugian yang ditimbulkan oleh larangan
mengunjungi Prancis yang dikeluarkan oleh beberapa negara.
Sebagai akibat dari berbagai permasalahan sosial tersebut membuat
pemerintah

Perancis

berinisiatif

untuk

memberlakukan

kebijakan

France

Immigration and Integration Law di era Presiden Nicolas Sarkozy yang tujuannya
untuk membatasi jumlah imigran masuk dan hanya imigran yang memiliki “High
Qualification” yang dapat masuk ke negara Perancis.
Tiga poin penting yang terdapat pada French Immigration and Integration
Law yaitu (1) penyeleksian imigran (immigration choisie), (2) integrasi „mandat‟
(mandatory immigration), (3) pembangunan (co-development). Poin pertama ini
dicetuskan untuk setiap individu yang ingin tinggal bahkan hidup di wilayah
Perancis haruslah minimal telah tinggal selama 18 bulan di Perancis dan apabila

11
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

ingin membawa sanak keluarganya maka harus melalui reunifikasi oleh pemerintah
Perancis. Pada poin kedua yaitu kemauan dan keinginan yang ditunjukkan dengan
„mendemonstrasikan‟ dirinya terhadap publik dengan sungguh–sungguh dan setelah
itu menandatangani kontak perjanjian yang dibuat oleh pemerintah Perancis seperti
perjanjian kontrak kerja. Pada poin ketiga bermaksud bahwa imigran yang datang ke
Perancis adalah berasal dari negara yang memberi keuntungan strategis baik itu
ekonomi maupun politis terhadap negara Perancis.

Bibliography
Buku:
Cipto, Bambang. "Prospek dan Tantangan Partai Politik." 21. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996.
Fudzcha Putri Jazilah, Djoko Susilo, Linda Dwi Eriyanti. "Kepentingan Nicolas Sarkozy Dalam
Pembuatan Kebijakan Imigrasi di Perancis." 2012: 1-7.
Kurniawan, Aji. "INTEGRASI IMIGRAN DI PERANCIS." Masalah Integrasi Perancis, 2010.
Sari, Ganes Nirwana Parapat. "Personalitas Presiden Nicholas Sarkozy dan Kebijakan
Terhadap Kaum Imigran di Perancis." S1-2013-266003-chapter1, 2013.
Sumantri, Mitha Putri Prawira. "Perubahan Kebijakan Perancis Terhadap Imigran Pada
Masa Pemerintahan Nicolas Sarkozy." Perubahan Kebijakan Perancis Terhadap Imigran
Pada Masa Pemerintahan Nicolas Sarkozy, June 2013.
BBC Indonesia - Dunia - Prancis deportasi kaum gipsi. August 19, 2010.
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2010/08/100819_francegypsi.shtml (accessed
November 25, 2015).
Bryant, Lisa. Immigration, Financial Crisis Cast Doubt on Border-Free Europe. September
26, 2011. http://www.voanews.com/content/immigration-financial-crisis-cast-doubt-onborder-free-europe-130645228/169310.html (accessed October 9, 2015).

12
Rahmat Suraya, Kebijakan Presiden Nicolas Sarkozy Terhadap Imigran Perancis

Darmawan, Indra. Warga Perancis Demo Pengusiran Kaum Gipsi - Dunia. September 5,
2010. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/176110-warga-perancis-demo-pengusirankaum-gypsi (accessed November 25, 2015).
France - The new immigration law. November 11, 2003.
http://www.meltingpot.org/France-The-new-immigration-law.html (accessed Oktober 2,
2015).
Nicolas Sarkozy - President (non-U.S.) - Biography.com. March 19, 2015.
http://www.biography.com/people/nicolas-sarkozy-37799 (accessed November 29, 2015).
Welle, Deutsche. Kebijakan Imigrasi Baru untuk Eropa? | dunia | DW.COM | 04.07.2008.
July 4, 2008. http://www.dw.de/dw/article/0,,3461933,00.html (accessed November 28,
2015).
—. Tajuk: Presiden Baru Perancis, Nicolas Sarkozy | Fokus | DW.COM | 07.05.2007. May 7,
2007. http://www.dw.com/id/tajuk-presiden-baru-perancis-nicolas-sarkozy/a-2932528
(accessed September 23, 2015).