Artikel Tentang Obligasi l Tentang Obligasi

MAKALAH
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH
Tentang :
OBLIGASI (SUKUK)

Oleh
Kelompok V
Delli Ridha Hayati : 312.228
Erni Hasmita

: 312.249

Deskia Fresky

: 312.307

Robi Yunitriasdi

: 312.117

Adrianto


: 311.182

Dosen Pembimbing
HURIYATUL AKMAL.M.Si

JURUSAN EKONOMI ISLAM (EKI C)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN)
IAIN IMAM BONJOL PADANG
1436 H/2015 M

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita bisa menjalani
kehidupan ini sesuai dengan ridhonya.
Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada pemimpin umat

yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman
jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat
sekarang ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah membimbing dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih
banyak kesalahan dalam penulisan ataupun dalam presentasi.
Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun
sehingga penulis dapat memperbaikinya untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun kita semua.

2

BAB I
PENDAHULUAN
Obligai islam berbeda denganobligasi kovensional. Semenjak ada konvergensi
pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen bunga
(interset-bearing instrumens) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan
alternatif yang dinamakan obligasi syariah (sukuk)
Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, diaman umat islam mengguanaknnya

di dalam konteks perdagangan internasional
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang obligasi syariah (sukuk) , pemakalah akan
menguraikannya pada bab selanjutnya.

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan
kewajiban untuk membayar kepada pemegang saham sejumlah bunga tetap yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Menurut Drs BambangRiyanto, definisi obligasi adalah sebagai berikut:1
obligasi adalah suatupengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau persahaan
atau lembaga-lembaga lainnya sebagai pihak yang berhutang yang mempunyai nilai
nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodic atau dasar
persentase tertentu yang tetap
Secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utag jangka panjang yang
diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan waktu jatuh tempo tertentu.

Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun daerah.
Salah satu instrument investasi yang dikenal di pasar modal selama ini adalah obligasi.
Model investasi ini didefinisikan sebagai surat berharga jangka panjang yang bersifat utang
dan dikeluarkan oleh emiten dengan kewajiban membayar bunga untuk periode tertentu dan
melunasi pokoknya pada saat jatuh tempo kepada pemegang obligasi. Praktinya berbasis
utang dan bunga yang identik dengan riba sehingga diperlukan model investasi yang saling
menguntungkan dan sejalan dengan prinsip syariah.
Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk barasal dari bahasa
Arab“sak” (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note2.
Merujuk kepad Fatwa Syariah Nasional No:32/DSN-MUI/IX/2002, “obligasi syariah
adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
1 Marihot Manullang,dkk, Pengantar Manajemen Keuangan,( Yogyakarta: Andi,2005) hlm 162.
2 Adrian Sutedi,Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika,2011)hlm 110.

4

pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.3

Penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi
keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pension syariah, dan reksa dana syariah yang
membtuhkan alternatif penempatan investasi. Investor obligasi syariah tidak hanya berasal
dari institusi-institusi syariah saja, tetapi juga investor konvensional produk sayariah dapat
dinikmati dan digunakan siapapun, sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya member
manfaat kepada yang sudah seharusnya member manfaat. Investor konvensional akan tetap
bisa berpartisipasi dalam obigasi syariah.
Perbedaan Obligasi Konvensional dengan Obligasi Syariah atau sukuk yaitu:4
Deskripsi
Penerbit
Sifat Instrumen

Sukuk (obligasi sayriah)
Pemerintah,korporasi
Sertifikat

Obligasi konvensional
Pemerintah,korporasi
Instrument pengakuan utang


kepemilikan/penyertaan atas
Penghasilan
Jangka Waktu
Underlying asset
Pihak terkait
Price
Investor
Pembayaran pokok
Penggunaan hasil

suatu asset
Imbalan,bagi hasil,margin
Pendek,menengah
Perlu
Obligor,SPV,investor,trustee
Market price
Islam,konvesional
Bullet atau amortisasi
Harus sesuai islam


penerbitan
kepemilikan

atas nama (nama pemiliknya Atas unjuk atau obligasi yang
tertera disertifikat obligasi)

Bunga/kupon,capital gain
Menengah panjang
Tidak perlu
Obligor/issuer,investor
Market price
Konvensional
Bullet atau amortisasi
Bebas

pelunasannya
kepada

dilakukan


pembawanya

dan

siapa saja yang membawanya
dapat
Return

Bagi

mengaku

mengambang

dan

sewa ditentukan

bersifat


yang

tidak besarnya

ditentukan

sah

menjadi pemilik
bersifat Interest bersifat tetap, fixed

hasil
tetap

dan

diawal

lebih


dulu

[pada

saat

(hanya perjanjian dan sudah pasti

3 Nurul Huda, dkk, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Penada Media
Group,2010) 239.
4 op,cit Nrul Huda,dkk hlm.268

5

disepakati

proporsi dapat dihitung secara

pembahagian


hasil

memperoleh

keuntungan

dimasa datang.
Mudah diketahui,

Resiko

tingkat

Mekanisme jual beli

apabila Matematika

return

karena Sulit diketahui dan dibaca,
dangt jika terjadi default (gagal

dipengaruhi

kondisi serah)

perusahaan
Menggunakan

konsep Dapat

diperjual

belikan

hawalah (pengalihan hutang secara

langsung

karena

piutang kepada pihak lain siapapun
denga tanggungan bagi hasil)

berhak

yang
dan

membawa
sah

untuk

memillikinya.

Tidak semua emiten yang bisa menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan obligasi
syariah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Beberap persyaratan berikut yang
harus dipenuhi:5
1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan sustansi Fatwa
no. 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha
yang bertentangan dengan syariat islam diantaranya adalah:
 Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang


dilarang.
Usahan lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan



asuransi konvensional.
Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan



makanan dan minuman haram.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-

barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
2. Peringkat investment grade:
 Memiliki fundamental usaha yang kuat
 Memiliki fundamental keuangan yag kuat
 Memiliki citra yang baik bagi public.
3. Keuangan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic indeks.

5 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,(Jakarta:Kencana,2008) hlm 89-90

6

Adapun pihak ynag terkait dengan penerbitan sukuk:
1. Obligor,
Adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal
sukuk yang dietrbitkan sampai dengan sukuk ynag jatuh tempo. Dalam hal ini
sovereign (yanhg berkuasa) sukuk, obligornya dalah pemerintah.
2. Special Purpose Vehicle (SPV)
Adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi:
- Sebagai penerbit sukuk.
- Sebagai counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset.
- Bertindak sebagai wali amanat ( trustee) untyuk mewakili kepentingan
investor.
3. Investor
Adalah pemegang sukuk, yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai nominal
suku sesuai partisipasi masing-masing.

B. DASAR HUKUM SUKUK (OBLIGASI SYARIAH)
1) Al-Qur’an
Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun
sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:
Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah 1:
‫ي اا وا اي لقاهاا ل ال ل ادذي وان اءاامن قووا ا اووقفووا دبوالقعققوودد‬
Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu
Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ : 34:
‫اوا اووقفووا دبوالاعوهدد اد لان والاعوهاد اكاان اموسئقوول ل‬
”......dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”

7

Firman Q.S. al-Baqarah 275 :

‫أ‬
‫خب ب ه‬
‫ه‬
‫مططاَ ي خ ه‬
‫ن الررخبططاَ ل خ ي خ ه‬
‫ذيِ ي خت خ خ‬
‫م ابلطط ذ‬
‫ابلطط ذ‬
‫مططوُ خ‬
‫ن خيططأك ههلوُ خ‬
‫قططوُ ه‬
‫ططط ه‬
‫ن إ ذل ب ك خ خ‬
‫قوُ ه‬
‫ذي خ‬
‫طاَن من ال أمس ذ خل خ خ‬
‫خ‬
‫حط ب‬
‫مث أ ه‬
‫ال ب‬
‫ل‬
‫خ ر ذ‬
‫ماَ ال أب خأيطعه ذ‬
‫ل الررخبطاَ وخأ خ‬
‫م خقاَهلوُا أ إ ذن ب خ‬
‫ك ب ذأن بهه أ‬
‫شي أ خ ه ذ خ‬
َ‫مططا‬
‫عظ خ ة‬
‫موُأ ذ‬
‫من خ‬
‫ه ال أب خي أعخ وخ خ‬
‫حبر خ‬
‫ه خ‬
‫ى فخل خطط ه‬
‫ة ر‬
‫جاَءه ه خ‬
‫م الررخباَ فخ خ‬
‫الل ل ه‬
‫من برب رهذ فخططاَنت خهخ خ‬
‫عاَد فخأ هول خطططئ ذ خ خ‬
‫سل خ خ خ‬
َ‫م ذفيهخططا‬
‫حاَ ه‬
‫صطط خ‬
‫ن خ خ‬
‫خ‬
‫ب الن بططاَرذ ههطط أ‬
‫مهره ه إ ذخلى الل لهذ وخ خ‬
‫ف وخأ أ‬
‫كأ أ‬
‫أ‬
‫م أ‬
‫ن‬
‫خ‬
‫دو خ‬
‫خاَل ذ ه‬
“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” ( Al-Baqarah
275)

2) Hadits
Hadis Nabi SAW yang digunakan sebagai dalil dasar sukuk ini ialah hadits yang diriwayatkan
oleh ‘Amar bin ‘Auf,
‫ اللصولح جائز بين اولمسلمين ال صولحا حلرم حلل اأو اأحلل حراما‬: ‫عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول الله ص م‬
‫)واولمسلمون عالى شروطدهم إل شرطا حلرم حلل أو أحلل حراما )رواه امام الترمذى‬
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
Riwayat Imam Ibnu Maja, Al-Daruquthni, dan yang lain, dari Abu Sa’id al-khudri , Nabi saw
bersabda:
8

“tidak boleh memnahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain”

C. KAIDAH FIQIH
Terdapat lima kaidah yang digunakan, yaitu :6
1. Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. Kesulitan dapat menarik kemudahan.
3. Keperluan dapat menduduki posisi darurat.
4. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku
berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).
5. Pendapat para ulama tentang obligasi syariah meliputi obligasi yang menggunakan
prinsip mudharabah, murabahah, muyarakah, istishna, ijarah dan salam.

D. FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL
Untuk menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan harus dipenuhi, yakni aktivitas
utama (core business) yang halal, dan tidak bertentangan dengan substansi fatwa DSN.
Fatwa dewan syariah nasional No 32/DSN/IX/2002 tentang

Sukuk (Obligasi syari`ah)

adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikelurkan emitten
kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.7
 Ketentuan Umum
o Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.
o Obligasi yang dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang berdasarkan
prinsip syariah
o Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi

6 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2014) hlm.167
7 Op,cit, Ikatan Bankir Indonesia,hlm 167

9

syariah berupa bagi hasil, margin, fee, serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
 Ketentuan Khusus
o Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, antara lain:
- Mudharabah
- Musyarakah
- Murabahah
- Salam
- Istishna’
- Ijarah
o Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan
dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor
20/DSNMUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana
Syariah.
o Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan oleh emiten (mudharib) kepada
pemegang obligasi syariah mudharabah harus bersih dari unsure non halal.
 Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau terjadi perselisihan \, maka
penyelesaian dapat dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah musyawarah tidak
menghasilkan kesempatan.

E. PROSES PENERBITANOBIGASI SYARIAH
Penerbitan obligasi syariah dapat dilihat dari gambar dibawah ini:8

DOKUMEN
EMITEN

PENAWARAN
UNDER WRITER

DANA

INVESTOR

DANA

BAGI HASIL DAN PEMBAYARAN POKOK
8 Op.cit, Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution,) hlm 90-91

10

Berdasarkan gambar diatas, maka daapt dijelaskan langkah-langkah umum untuk
penerbitan obligasi syariah sebagai berikut:
1. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah
kepada underwriter (wakil dari emiten)
2. Underwriter melkukan penawaran kepada investor
3. Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui
underwriter
4. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok pada investor.
Pada obligasi syariah, selain proses diatas, maka sebelumnya harus dilakukan pula opini
syariah, yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nassional dengan tahapan sebagai berikut

UNDERWRITER

MUI

PRESENTASI BADAN
PELAKSANA HARIAN

DSN
(DEWAN

SYARIAH

NASIONAL)
OPINI SYARIAH

RAPAT TIM AHLI

Berdasarkan gambar dapat dijelaskan proses dari opini syariah:
1. Emiten melalui underwriter menyerahkan proposal atau surat pemberitahuan
penerbitan obligasi syariah kepada Majelis Ulama Indonesia.
2. Presentasi proposal diakukan di Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional
3. Dwan Syariah Nasional mengadakan rapat dengan tim ahli Dewan Pengawas Syariah
(DPS), hasil rapat akan menyatakan opini syariah terkait proposal yang diajukan.
Contoh obligasi
F. JENIS-JENIS OBLIGASI SYARIAH
Obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah,
musyarakah, ijarah, istisna, salam, dan murabahah. Tetapi diantara prinsip-prinsip instrumen

11

obligasi ini yang paling banyak dipergunakan adalah obligasi dengan insturmen prinsip
mudharabah dan ijarah.

Jenis-jenis obligasi Syariah yaitu:
1) Obligasi Syariah Mudharabah
yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah yang merupakan
satu bentuk kerjasama, yang satu pihak menyediakan modal (rabb al-mal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudarib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi
berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal.
Fatwa Dewan Syariah Nasinal Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002 tanggal 14 September 2002
tentang obligasi Syariah Mudharabah
 Ketentuan Umum
o Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah
kewajiban

membayar

pendapatan

berupa

bagihasil,

syariah dengan

margin,

fee,

serta

mengembalikan dana tersebut kepada para investornya pada saat jatuh tempo.
o Obligasi mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudharabah
dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah nasional Mui Nomor
7/DSN- MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah.
o Emiten obligasi syariah mudharabah bertindak sebagai mudharib, sedanhgkan
pemegang obligasi sebagai shahibul maa.
 Ketentuan khusus
o Akad yang digunakan dalam obligasi syariah mudharabah adalah akad
mudharabah
o Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten (mudharib) tidak boleh beretntangan
dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUINomor
20/DSNMUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk Reksa Dana
Syariah

12

o Penapatan (hasil) investasi yang dibagikan oleh emiten (mudharib) kepada
pemegang obligasi (shahibul maal) harus bersih dari unsure non halal.
o Nisab keuntungan dalam obligasi syariah mudharabah ditentukan sesuai
kesepakatan, sebelum emisi(penerbitan0 dilakukan
o Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilkaukan secara periodic sesuai kesepakatn
dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan
o Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional
MUI sejak proses emisi obligassi dimulai.
o Bila emiten (mudharib) lalai atau melanggar perjanjian, maka mudharib
berkewajiban menjamin pengembaliandana mudharabah. Shabibul maal dapat
meminta mudharib untuk membuat surat pengakuan utang.
o Jika emiten ( mudharib) diketahui lalai atau melanggar perjanjian kepada pihak
lain, maka pemegang obligasi (shahibul maal) dapat menarik dananya.
o Kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dialihkan keada pihaklain bila
disepakati dalam akad.
 Penyelesaian perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau terjadi perselisihan, maa
penyelesaian dapat silakuakan melalui BAdan Arbitrasi Syariah setelah musyawarah tidak
menghasilkan kesepakatan
2) Obligasi syariah ijarah
Adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemilik nya (investor) dan melambangkan
kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikikan manfaat dan
kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli denagn harapan mendapatkan keuntungan
dari hasil sewa yang berhasil direalisasikan berdasar transaksi ijarah.
Fatwa Dewan Syariah

Nasinal Nomor

41/DSN-MUI/III/2004 Tanggal 4 Maret @004

tentang Obigasi syariah Ijarah.
 Ketentuan umum
o Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagu hasil, margin, fee serta membayar
kembali dana oblilgasi syariah pada saat jatuh tempo.

13

o Oblligasi syariah ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah
dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah nasional MUI Nomor
09/DSN/MUI/IV/2000 tentang pembayaran ijarah
o Pemegang obligasi syariah ijarah (OSI) dapat bertindak sebagai musta’jir
(penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai mu’jir (pemberi sewa)
o Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil emegang OSI dapat menyewa
ataupun

sebagai

wakil

pemegang

OSI

dapat

menyewa

ataupun

penyewaaannya bertindak sebagai penyewa.
 Ketentuan khusus
o Akad yang digunakan dalam obligasi Syariah Ijarah adalah ijarah dengan
memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI /IV/2000 tentang Fatwa DSNMUI Nomor 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, terutama
mengenai rukun dan syarat akad
o Objek ijarah harus berupa manfaat yang dibolehkan
o Emiten dalam kedudukannya sebagai penerbit

oblligas

i

dapat

mengeluarkan OSI untuk asset yang telah ada ataupun asset yang akan
diadakan untuk disewakan.
o Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau
Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejaak
proses emisi OSI dimulai.
o Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahkan kepada pihak lain, selam
disepakati dalam akad.
 Penyelesaian perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan keajiban atau terjadi perselisihan, maka
penyelesaiannya dapat dilakuan melalui BAdan Arbitasi Syariah setelah musyawarah tiak
disepakati.
Sebagai contoh transaksi obligasi ijarah adalah pemegang obligasi memberi dana kepada
suatu perusahaan untuk menyewa sebuah ruangan guna keperluan ekspansi. Yang mempunyai
hak manfaat atas sewa ruangan adalah pemegang obligasi, tetapi ia menyewakan /
mengijarahkan kembali kepada perusahaan itu. Jadi perusahaan harus membayar kepada
pemegang obligasi sejumlah dana obligasi yang dikeluarkan ditambah return sewa yang telah
disepakati. Obligasi ijarah lebih diminati oleh investor, karena pendapatannya bersifat tetap.

14

Terutama investor yang paradigmanya masih konvensional konservatif dan lebih menyukai
fixed income.
3) Obligasi Musyarakah
Yaitu obliogasi yang diterbitkan berdasarkan pejnanjian atau akad musyarakah
dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun
proyek baru, mengembangkan proyek ynag telah ada, atau membiayai kegiatan usaha.
Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai jumalah partisipasi
modal masing-masing pihak.
4) Istisna’
Yaitu obligasi yang diterbitkan brdasarkan perjanjian atau akad istisna dimana
para pihak menye[pakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau
barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang, atau proyek
ditentukan terlebuih dahulu berdasarkan kesepakatan.
G. KINERJA OBLIGASI SYARIAH
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan ( financing) dan sekaligus investasi
(investmen) memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap
menghindarkan pada riba.
Oblligasi syariah harus memnuhi criteria sebagai instrument yang bisa dikategorikan
dalam pasar modal syariah. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002,
ada beberapa point yang harus diperhatikan dalam operasional obligasi syariah, diantaranya:9
a. Jenis usaha adalah halal yang tidak bertentangan dengan syariah halal yang tidak
bertentangan dengan syariah serta tetap memperhatikan sustansi fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia No.20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman
pelaksanaan investasi. Hal ini sangat sesuai dengan ajaran islam, yang menyuruh
umatnya untuk berusaha dan bekerja dalam ruang lingkup halal sekaligus baik, serta
menjauhi langkah-langkah syaitan.
b. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan haruss bersih dari unsure non halal.
Bahwa pendapatan atau (hasil) investasi yang dibagikan emiten (nudharib) kepada
pemegaang obligasi syariah mudharabah (shahibul maal) harus bersih dari unsur non
halal.
9 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah.( Malang: UIN Maliki Press,2010) 156-157

15

c. Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai dengan akad
yang digunakan.
d. Pemindahan kepemilikan obigasi syariah mengikuti akad-akad yang dignakan.
Adapum tujuan dari sukuk antara lain:






Memperluias basis sumber pembiayaan anggaran negara
Mendorong pengembangan pasar keuangan islam
Mengembangkan alternarif instrumen investasi
Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara
Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem perbankan
konvensional.

Keunggulan sukuk (obligasi syariah) dapat diidentifikasi antara lain:


Memberikan pengahasulan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif



dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.
Pembayaran imbalandan nilai nominal sampai dengan sukuk jatuh tempi dijamin oleh






pemerintah.
Dapat dijual belikan di pasar sekunder.
Memungkinkandiperolehnya tambahan penghasilan berupa margin atau kapital gain
Aman dan terbebas dari riba (usury).
Berinvestasi sambil emngikuti dan melaksanakan islam.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan
kewajiban untuk membayar kepada pemegang saham sejumlah bunga tetap yang telah
ditetapkan sebelumnya.
16

Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, antara lain:
-

Mudharabah
Musyarakah
Murabahah
Salam
Istishna’
Ijarah

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah menyadari masih terdapat
kekurangan dan kesalahan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang
pemakalah miliki. Oleh sebab itu, pemakalah meminta kritikan dan saran dari para
pembaca.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Huda,Nurul

dan

Mustafa

Edwin

Nasution.Investasi

pada

Pasar

Modal

Syariah.Jakarta.Kencana.2008.
Huda,Nurul dan Mohammad Heykal.Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan
Praktis.Jakarta.Kencana.2010.
Yuliana,Indah.Investasi Produk Keuangan Syariah.Malang.Uin–Maliki Press.2010.
17

Sutedi, Ardian. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta.Sinar Grafika.2009
Manulang marihot, Dearlina Sinaga,Pengantar Menajemen Keuangan,Yogyakarta.Andi.2005
Sutedi, Adrian, Pasar Modal Syariah.Jakarta, Sinar Grafika,2011.
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama,2014.
Soemitra,Andi,Bank dan Lembaga Keunagan Syariah. Jakarta, Kencana,2009.

18