Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilita

Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilitasi Pendataan RTLH Tahun 2015
6 Oct 2015 02:36 am| 748 Pengunjung
Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 H Amandemen UUD 1945, rumah merupakan salah satu
hak dasar rakyat, oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk mendapatkan tempat tinggal dan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.Selain itu, rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia
dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan, dan penghidupan serta sebagai pencerminan
diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, pembentukan watak, karakter, dan kepribadian
bangsa.
Menurut data statistik sebagian besar masyarakat membangun rumahnya secara swadaya, artinya
perumahan swadaya menjadi tumpuan sebagian besar rakyat Indonesia. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 terdapat 7,9 juta unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang mana
sebanyak 2,9 juta unit berada di perkotaan dan 5 juta unit berada di perdesaan. Permasalahan
kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah yang sulit
dijangkau oleh Pemerintah, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak
memiliki akses prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan
dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.
Disisi lain, berbagai program terkait peningkatan kualitas rumah tidak layak huni dari beberapa
kementerian/lembaga (K/L) dan non KL pun seperti Program Quick Wins, Pandu Gerbang
Kampung-Menkokesra, Program PKH (Program Keluarga Harapan), Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), Program Pengembangan Desa Tertinggal, Program Aspirasi dan Program LVRI
telah marak dilaksanakan dengan berbagai sumber pendanaan. Namun dalam pelaksanaannya,

seringkali mengalami kendala yang muaranya adalah keterbatasan database RTLH yang menjadikan
pelaksanaan program-program tersebut tidak tepat sasaran, tidak tepat anggaran, tidak tepat waktu.
Perlu dipahami bahwa kondisi data Perumahan yang ada saat ini sebagian besar merupakan data
makro. Dalam konteks data kelompok sasaran dan objek RTLH, data makro merupakan data agregat
tentang jumlah dan persentase RTLH dan masyarakat miskin serta variabel lainnya pada tingkat
nasional dan wilayah (provinsi dan kabupaten/kota). Sumber data makro sebagian besar bersumber
dari BPS yang dalam hal ini BPS merupakan institusi yang menyediakan data dalam lingkup
nasional. Contoh data makro di antaranya adalah statistic perumahan dan permukiman tahun 2007
yang menyediaan data makro terkait perumahan dan permukiman dalam skala provinsi.
Sementara, untuk menjamin pelaksanaan program peningkatan kualitas hunian dan permukiman
untuk lebih layak huni lebih tepat sasaran, penggunaan, dan tepat waktu, maka dibutuhkan data
mikro yang lebih operasional. Data mikro yang idealnya mampu menyajikan informasi yang lebih
spesifik terkait kelompok sasaran MBR dan objek RTLH dan direkap dalam unit administrasi
terendah (misalnya RT/ RW atau desa/ kelurahan). Data ini yang bersifat mikro ini lebih operasional
dalam mengidentifikasi kelompok sasaran dan objek RTLH itu sendiri, yakni pemilik RTLH (seperti
nama KK, alamat dan jumlah penghasilan) serta karakter fisik dari RTLH itu sendiri (kualitas
bangunan, luas bangunan, ketersediaan sanitasi, dll).
Berdasarkan fakta diatas, bahwa dalam kegiatan penyediaan rumah layak huni, kebutuhan basis data
RTLH dalam skala mikro menjadi kebutuhan yang nyata dan perlu diprioritaskan ketersediaannya.
Sejumlah data yang memuat informasi mengenai data spasial/peta rumah yang tidak memenuhi

kriteria layak huni desa terdesa yang dapat digunakan sebagai acuan dalam berbagai program
peningkatan kualitas permukiman layak huni ditingkat kabupaten/ kota dengan sumber pendanaan
dari APBN/APBD (provinsi/kabupaten/kota) maupun bantuan pihak ketiga melalui Program CSR
dan atau PKBL BUMN.

Pada Hari Senin 10 Agustus 2015 dilaksanakan Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilitasi
Pendataan RTLH oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerjasama dengan
Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten bertempat di Hotel Le Dian Kota Serang
Provinsi Banten.

Pada acara tersebut di buka oleh Kepala Dinas Sumber
Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, Bapak Ir. H M Husni Hasan, CES. Dalam pembukaannya
beliau menekankan pada pentingnya akan kebutuhan data yang dimiliki dan sinkronisasi data antara
pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi, kota dan kabupaten.
Maksud kegiatan ini adalah menyediakan basis data RTLH yang valid dan up to date dalam skala
mikro (desa –per desa) dan skala makro (kabupaten/kota) untuk:
1. Memudahkan dan membantu pemerintah pusat-daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya (stakeholders), untuk dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam peningkatan kualitas
rumah dan permukiman termasuk RTLH di setiap kabupaten/kota secara optimal.
2. Landasan pelaksanaan upaya peningkatan kualitas rumah dan permukiman di tingkat

kabupaten/kotayang memerlukan peran serta dari berbagai lini dan lintas sektoral.

Tujuan dari pelaksanaan program pendataan RTLH ini adalah penyusunan profil database baik
deskriptif maupun spasial RTLH berupa data makro dan mikro RTLH yang mencakup:
1. Atlas. Dalam Atlas diuraikan tentang kondisi RTLH saat inidan indikator yang mempengaruhi.
Informasi yang relevan dikemas dan divisualisasikan dalam bentuk peta spasial, tabel, diagram dan
foto-foto pendukung. Data-data yang ada disusun sistematis dan disajikan sebagai dasar perumusan
program pembangunan komprehensif.
2. Agenda. Berdasarkan informasi dalam Atlas, maka dirumuskan arah, strategi dan rencana
peningkatan kualitas RTLH kedalam program-program (teknis-non teknis) menurut segmentasinya
(komponen lahan/rumah yang tidak memenuhi persyaratan Rumah Layak Huni, tingkat kerusakan,
dan kelompok sasaran). Program-program tersebut dipadukanbersinergi dan aspek pembiayaannya
dikaitkan dengan potensi-sumberdaya stakeholder.
3. Aturan main Aturan bersama yang menjadi strategi masyarakat dan perangkat kelurahan/desauntuk
melaksanakan AGENDA, diantaranya mulai dari penyusunan strategi kelembagaan, mobilisasi
pendanaan untuk paket/program investasi, prosedur pelaksanaan pembangunan fisik (rekontruksi,
rehabilitasi, pemberdayaan, bantuan alat kerja, PSU, penyediaan SDM, dll).

Selain itu, mengingat dalam pelaksanaan pendataan ini membutuhkan realisasi komitmen peran serta
dari pemerintah daerah dalam menjalankan urusan wajibnya di bidang Perumahan, dan peran serta

dari masyarakat untuk menjalankan pendataan RTLH di masing-masing wilayah Kelurahan/desanya,
maka di akhir kegiatan ini diharapkan tercapainya kondisi sebagai berikut :
1. Komitmen dan Kemampuan/kapasitas pemerintah daerah (provinsi-kabupaten/kota) dalam:
1. menyediakan basis data RTLH sebagai salahsatu urusan wajib Bidang Perumahan.
2. menyediakan-mengupdate database RTLH secara mandiri
2. Kemampuan masyarakat desa untuk melakukan pembaharuan data RTLH-PKP secara mandiri melalui
pemetaan swadaya dan Community Action Plan.

Sasaran Pelaksanaan kegiatan penyusunan database RTLH ini adalah agar pelaksanaan peningkatan
kualitas/perbaikan RTLH ini dapat tepat sasaran, penggunaan, anggaran dan waktu sehingga amanat
hak setiap masyarakat untuk memperoleh rumah dan permukiman yang layak huni dapat terpenuhi.
Pengertian Rumah Tidak Layak Huni Berdasarkan Permenpera RI No. 22/PERMEN/M/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Kab. /Kota yang
dimaksud dengan Rumah Layak Huni (RLH) adalah Rumah yang memenuhi persyaratan
keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.
Kriteria rumah layak huni ini tidak menghilangkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan
daerah setempat sesuai kearifan lokal daerah untuk menggunakan teknologi dan bahan bangunan
dalam membangun Rumah Layak Huni.
Kriteria Rumah Layak Huni ini tidak menghilangkan penggunaan teknologi dan bahan bangunan
daerah setempat sesuai kearifan lokal daerah untuk menggunakan teknologi dan bahan bangunan

dalam membangun rumah layak huni.
Beberapa perihal indikator Rumah Layak Huni adalah
1. SNI 03-1979-1990, Spesifikasi matra ruang untuk rumah dan gedung
2. SNI 03-1728-1989 (Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung)
3. UU No 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
4. Permenpera No 22 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Bidang Perumahan Rakyat
5. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 08/PERMEN/M/2007 tentang Pedoman
Pembangunan Perumahan Swadaya;
6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat).
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Udara dalam Ruang Rumah

Berikut adalah persyaratan teknis dari Rumah Layak Huni (RLH) yang mencakup aspek
keselamatan, aspek kesehatan, dan aspek kecukupan luas ruang minimum – serta komponen material
bangunan.
1. Aspek Keselamatan Bangunan mencakup persyaratan struktur bawah (pondasi), persyaratan struktur
tengan (kolom-balok) dan persyaratan atas (atap).

2. Aspek Kesehatan mencakup persyaratan pencahayaan, penghawaan, dan utilitas rumah.

3. Luas dan Kebutuhan Ruang mencakup ketentuan kecukupan luas, ketentuan organisasi ruang.
Ketentuan Organisasi Ruang, Organisasi ruang harus mengandung fungsi-fungsi untuk keluarga, yaitu
ruang keluarga, dapur, kamar mandi dan kakus, serta ruang tidur.
4. Komponen bahan bangunan sesuai konteks lokal. Teknologi dan bahan bangunan Rumah Layak Huni
yang sesuai dengan kearifan lokal disesuaikan dengan adat dan budaya daerah setempat.

Mengacu pada studi dalam Roadmap Reformasi Kebijakan Perumahan yang telah dilakukan oleh
Bappenas dengan dukungan teknis dari World Bank, Kriteria Penghasilan Masyarakat di Indonesia
dikelompokkan atas 10 desile.
Informasi susenas BPS menunjukkan bahwa 45% rumah yang ada saat ini, atau sebanyak 28,9 juta
unit, masih di bawah standar karena salah satu atau beberapa faktor berikut: ada satu bahan bangunan
yang tidak layak, tidak ada akses air dan sanitasi, atau terlalu padat. Jumlah ini berkisar dari 7,5 juta
unit yang dinilai terlalu padat, 22,3 juta unit tidak punya akses terhadap sanitasi yang lebih baik, 8,8
juta unit tanpa akses air yang aman, atau 6 juta unit tanpa atap, dinding atau lantai yang layak dan
memadai. Tabel berikut menunjukkan distribusi perumahan yang tidak layak diantara beberapa
karakteristik berdasarkan desil konsumsi rumah tangga.
Terdapat skenario penanganan yang berbeda-beda untuk setiap kelompok masyarakat. Agenda
pertama dalam Roadmap reformasi kebijakan perumahan adalah meningkatkan investasi disektor
perumahan dan menargetkan kebijakan perumahan kepada 40% populasi paling bawah melalui tiga
inisiatif besar berskala nasional, pada:

i.

Penanganan perumahan kumuh secara komprehensif;

ii.

Subsidi perumahan formal;

iii.

Perbaikan rumah secara bertahap.

Untuk mendapat gambaran umum mengenai Data Rumah Tidak Layak Huni di Indonesia serta
gambaran kemampuan masyarakatnya, Objek pendataan yang dijadikan target sasaran dalam
kegiatan pendataan ini meliputi semua masyarakat dari desile 1 hingga 4, yaitu masyarakat dengan
pengeluaran maksimum 2,6 juta rupiah setiap bulannya. Hal ini ditujukan agar data yang dihasilkan
tidak hanya dapat berguna dalam program/kebijakan perumahan swadaya, namun juga dapat menjadi
acuan dalam kebijakan perumahan secara menyeluruh baik di pusat, provinsi, dan kabupaten/Kota.

Pada Kegiatan Bimbingan Teknis dan Pembekalan Fasilitasi Pendataan RTLH para peserta

mendapatkan pelatihan pengisian data program online yang telah disediakan oleh kementrian,
Peningkatan Kemampuan Pemerintah ditingkatkan untuk mendapat menyediakan database PKP dan
updating berkala-mandiri dengan mengikut sertakan peran masyarakat untuk melakukan pendataan
(atlas) secara mandiri.
Dengan program ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan perumahan
dapat tepat sasaran, tepat penggunaan anggaran dan tepat waktu pelaksanaan pekerjaan. (Datin
SDAP Provinsi Banten)
KEMENTRIAN Perumahan Rakyat (Kemenpera), melalui Asisten Deputi Bidang Perumahan
Swadaya Dr. Ir. Eko D Heripoerwanto, MCP mengadakan Sosialisasi Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) kepada masyarakat di Kecamatan Halong.

Kepala Bappeda Kabupaten Balangan, Akhriani, S.Pd, M.AP dalam laporannya menyampaikan
bahwa pada tahun 2013 telah diajukan sejumlah 626 unit rumah untuk mendapatkan BSPS ke
Kemenpera, 282 dari Kecamatan Lampihong dan 344 dari Kecamatan Halong. Namun pada saat ini
baru mendapatkan SK sejumlah 169 unit rumah di Kecamatan Halong. Beliau berharap jumlah
usulan yang diajukan dapat terealisasi seluruhnya.
Penyerahan dana dalam bentuk buku tabungan BRI kepada masyarakat penerima bantuan diserahkan
secara simbolis oleh Bapak Bupati Balangan bersama Asisten Deputi Bidang Perumahan Swadaya.
Dan penyerahan kepada masyarakat seluruhnya dilaksanakan setelah acara sosialisasi selesai oleh
pihak BRI Unit Halong.

Sosialisasi yang berlangsung pada hari Rabu 11 Juni 2014 ini dibuka langsung oleh Bapak
Bupati Balangan, Ir. H. Sefek Effendie, ME dan dihadiri oleh para pejabat di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Balangan, Perwakilan Kejari Paringin, Unsur Muspika Kecamatan
Halong, Tim contoh lpj program rumah tidak layak huni (RTLH) 2015
LAPORAN KEGIATAN
PROGRAM PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI
“LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DESA NEGLASARI”
KECAMATAN PAKENJENG
PROVINSI JAWA BARAT

A.

PENDAHULUAN
Rehabilitasi rumah tidak layak huni adalah merupakan salah satu program

pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan penduduk di Desa Neglasari, Kecamatan
Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, kondisi rumah di Desa Neglasari,
sebagian belum memenuhi standarisasi rumah sehat dan bersih, maka dengan ini
sangatlah


diperlukan

Rehabilitasi

rumah

tidak

layak

huni

tersebut,

sehingga

masyarakat dapat merasakan dan meningkatkan taraf hidup yang layak, juga bisa
meningkatkan ekonomi. dan perlu diketahui bahwa kemampuan swadaya masyarakat
masih belum mencukupi untuk kepentingan yang dimaksud diatas, maka Kami sangat
mengharapkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.


B.

TUJUAN
Tujuan Rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) di Desa Neglasari, Kecamatan

Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat yaitu :
1.

Membantu dan meringankan beban keluarga tidak mampu.

2.

Menciptakan rumah sehat dan bersih.

3.

Menciptakan kesemangatan kegiatan rutinitas keluarga tidak mampu.

4.

Menciptakan rasa gotong royong.

C.

SASARAN KEGIATAN
Adapun sarana kegiatan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yaitu:

1.

menumbuh kembangkan gerakan swadaya masyarakat dalam kebersamaan.

2.

kemandirian dan peduli sosial yang didasarkan pada prinsif gotong royong sehingga
akan memiliki manfaat dan dampak positif bagi masyarakat.

3.

Meningkatkan perekonomian masyarakat tidak mampu.

4.

Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan di keluarga

D.

JENIS KEGIATAN
Kegiatan yang dilaksanakan adalah perbaikan dan rehab rumah-rumah tidak

layak huni diwilayah Desa Neglasari RW 01, agar menjadi rumah-rumah yang layak
untuk dihuni. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
1. Reahabilitasi Rumah Ahmad Soleh RT 02/01 Desa Neglasari
2. Reahabilitasi Rumah Lilis Komara RT 02/01 Desa Neglasari
3. Reahabilitasi Rumah Jajang Kurnia RT 02/01 Desa Neglasari
4. Reahabilitasi Rumah Yanti Lisnawati RT 02/01 Desa Neglasari
5. Reahabilitasi Rumah Romansyah Ismail RT 02/01 Desa Neglasari
6. Reahabilitasi Rumah Dedeh RT 02/01 Desa Neglasari
7. Reahabilitasi Rumah Mastoah RT 02/01 Desa Neglasari
8. Reahabilitasi Rumah Udi Maksudi RT 02/01 Desa Neglasari
9. Reahabilitasi Rumah Amat RT 02/01 Desa Neglasari
10. Reahabilitasi Rumah Siti Maspupah RT 02/01 Desa Neglasari
11. Reahabilitasi Rumah Asep RT 02/01 Desa Neglasari

12. Reahabilitasi Rumah Hadan RT 02/01 Desa Neglasari
13. Reahabilitasi Rumah Asep noris RT 02/01 Desa Neglasari
14. Reahabilitasi Rumah Ida Riva RT 02/01 Desa Neglasari
15. Reahabilitasi Rumah Ulul Azmi RT 02/01 Desa Neglasari
16. Reahabilitasi Rumah Nurhayati RT 02/01 Desa Neglasari
17. Reahabilitasi Rumah Husen Sarip RT 02/01 Desa Neglasari
18. Reahabilitasi Rumah Soleh RT 02/01 Desa Neglasari
19. Reahabilitasi Rumah Tajidin RT 02/01 Desa Neglasari
20. Reahabilitasi Rumah Jala RT 02/01 Desa Neglasari
Kegiatan tersebut telah kami laksanakan sesuai RAB terlampir.

E.

SWADAYA MASYARAKAT
Swadaya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam kegiatan rehabilitasi

rumah tidak layak huni di Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut
berupa tenaga gotong royong yang di pimpin langsung oleh ketua RT setempat.

F.

HASIL YANG DICAPAI
Program RTLH Tahun 2014 di Desa Neglasari berjalan dengan baik dan sesuia

dengan yang diharapkan, dan dalam kegiatan RTLH

ini Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) mendapat bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat
sebesar Rp. 200.000.000, ( Dua Ratus Juta Rupiah ) dengan hasil yang dicapai sesuai
yang dicantumkan dalam RAB yang terlampir yaitu:

1. Warga merasa nyaman menempati rumahnya.
2. Meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
4. Menggugah kembali sifat gotong royong warga masyarkat.
5. Memicu tumbuh kembangnya rasa peduli terhadap masyarkat miskin.

G.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
Pada dasarnya dalam pelaksanaan pengerjaan kegiatan RTLH Tahun 2014 ini

tidak terdapat permasalahan yang berat, namun dijumpai terdapat beberapa kendala
seperti:
1.

kurangnya tenaga tukang dilokasi pengerjaan RTLH.

2.

adanya ketidakseimbangan antara bantuan RTLH pada satu titik yang swadaya
masayarakatnya rendah dan kurangnya pemahaman yang baik terhadap masyarakat
akan fungsi bantuan yang bersifat Stimulan, sehingga banyak dari penerima bantuan
RTLH (yang sangat tidak mampu ) hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah saja
tidak ada dukungan swadaya masyarakat mampu sekitar lingkungannya.

3.

Kurangnya pemahaman Masyarakat yang mendapat bantuan terhadap fungsi bantuan
yang bersifat stimulan, sehingga masyarakat tersebut hanya meminta bantuan dalam
bentuk nominalnya saja bukan dalam bentuk rehabilitasinya.

H.

PEMECAHAN MASALAH
Segala permasalahan yang ada diselesaikan melalui musyawarah bersama

antara Pihak penerima bantuan dengan para pengurus wilayah setempat dan berbagai
kalangan tokoh masyarakat agar mendapatkan hasil Mufakat yang baik sehingga dapat
bermanfaat bagi penerima bantuan dan masyarakat dilingkungan sekitarnya.

I.

MANFAAT KEGIATAN
Diharapkan

Bantuan

tersebut

sangat

bermanfaat

khususnya

bagi

warga

penerima bantuan, sehingga dapat menumbuh kembangkan rutinitas kegiatan secara
positif yang berdampak pada pertumbuhan kesejahteraan masyarakat secara umum.

J.

PENUTUP
Demikian laporan kegiatan pelaksanaan Rehabilitasi rumah tidak layak huni di

Desa Neglasari, Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut dari APBD Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2014 kami buat untuk dijadikan bahan pemeriksaan terrealisasinya
program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni.

Garut, 15 Februari 2015
Sekretaris

Ketua LPM
Desa Neglasari

Siti Wida Widiana

Pendamping Masyarakat (TPM) serta masyarakat calon penerima bantuan BSPS. Dalam arahannya
beliau berharap masyarakat penerima bantuan dapat melaksanakan program ini dengan sebaik
mungkin, karena keberhasilan pogram ini akan menjadi tolak ukur bagi Kemenpera dalam
memberikan bantuan ke desa-desa yang lain di Kabupaten Balangan ke depannya. Dan kepada
semua aparat pemerintah di lingkungan Pemkab Balangan, beliau mengharapkan dapat membantu
dalam hal pengawasan dan pengamanan agar program BSPS ini dapat terlaksana dengan lancar dan
tepat waktu.
Asisten Deputi Bidang Perumahan Swadaya, dalam sosialisasinya menyampaikan, program BSPS
yang dilaksanakan Kemenpera ini diharapkan dapat membantu masyarakat miskin dan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) di Kabupaten Balangan, terutama di Kecamatan Halong.“Melalui
program BSPS ini, masyarakat berpenghasilan rendah akan dimotivasi untuk membangun maupun
merehabilitasi tempat tinggal mereka dari kategori tidak layak huni menjadi lebih layak huni,”
katanya. Lebih lanjut beliau menuturkan, bantuan dengan nominal Rp 7,5 juta sampai 15 juta per unit
rumah tersebut hanya boleh dipergunakan untuk membeli bahan material bangunan dan tidak boleh
untuk yang lainnya. “Sedangkan untuk pembangunan atau rehabnya dilakukan warga secara gotong
royong per kelompok. Setiap kelompok berjumlah 7 s.d 11 orang yang juga merupakan penerima
BSPS,”. Terkait realisasi pelaksanaannya, terlebih dahulu dilakukan rembug warga dengan TPM
untuk membentuk Kelompok Penerima Bantuan (KPB) dan menentukan Toko Bangunan yang akan
menyuply barang/material. Selanjutnya baru membuat daftar rencana pembelian bahan bangunan
(DRPB2) dan diajukan ke BRI untuk pencairan tahap I.
Masyarakat penerima bantuan sangat antusias menyambut pelaksanaan program BSPS ini dan sangat
berharap program ini dapat segera direalisasikan.
Semoga program BSPS ini dapat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan dan dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai peraturan yang berlaku.

CONTOH LAPORAN PELATIHAN
Posted on December 17, 2013
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Penyuluhan pertanian merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan
petani baik pengetahuan sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu dan berdaya serta
menetapkan keputusan sendiri terkait dengan usaha tani yang dilaksanakannya.
Salahsatu kegiatan yang dilakukan dalam penyuluhan adalah mengadakan pelatihan teknis bagi
petani. Kegiatan tersebut bertujuan agar petani belajar dengan melibatkan seluruh panca inderanya,
dengan harapan mau dan mampu mengadopsi suatu teknologi untuk kemajuan dan perubahan usaha
taninya.
Pelatihan yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria, seperti tersusunnya kegiatan pra
perencanaan, terwujudnya perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi yang
memenuhi syarat sebuah pelatihan yang baik. Berdasarkan hal tersebut, sebuah pelatihan hendaknya
harus
mengadopsi
unsur-unsur
manajemen
agar
terlaksana
sesuai
harapan.
Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik, yang dilaksanakan di Kelompok Tani Lembur
Warung, Desa Batu Lawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, juga telah
menerapkan berbagai prinsip pelatihan tersebut, sehingga pelatihan berjalan dengan baik dan lancar,
namun meski begitu, tetap saja memiliki berbagai kekurangan dalam beberapa segi dan akan
diuraikan dalam laporan akhir pelaksanaan pelatihan ini.
Tujuan
Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut:
Sebagai bentuk pertanggung jawaban atau akuntabilitas dari kegiatan pelatihan yang telah
dilaksanakan.
Memenuhi persyaratan pelaksanaan ujian akhir semester tujuh di Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian Bogor.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Pelatihan pembuatan pupuk organik dengan Promi dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 30
November 2013, pukul 13.300 sd 16.30. wib, di kelompok tani Lembur Warung, desa Batu Lawang,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan adalah anggota dan pengurus kelompok tani Desa Lembur Warung, tokoh
masyarakat, dan penyuluh pertanian setempat, rincian peserta yang hadir adalah sebagai berikut:
anggota kelompok tani berjumlah 15 orang, tokoh masyarakat sebanyak 3 orang, dan penyuluh
pertanian setempat sebanyak 2 orang (keterangan lebih lanjut ada dalam lampiran).
Materi Pelatihan
Materi pelatihan yang diberikan adalah Pembuatan Pupuk Organik (Kompos Jerami) dengan Promi.
Alasan Penentuan Materi
Promi adalah salahsatu bahan yang digunakan untuk membuat kompos jerami tanpa bantuan bahan
lain, caranya mudah dan praktis dan sangat aplicable bagi petani.
Metode Penyampaian Materi
Materi disampaikan dengan beberapa tahap, pertama sambutan dan pengenalan identitas mahasiswa,
kemudian dilanjutkan dengan pendahuluan materi yang berisi tentang pentingnya pupuk kompos
bagi tanah dan tanaman, setelah itu disampaikan alasan mengapa membuat kompos dengan Promi

serta langkah-langkah pembuatannya. Selanjutnya dilaksanakan praktek langsung pembuatan promi
sesuai dengan tahapan yang telah disampaikan.
Dalam tahap akhir pelatihan, disampaikan evaluasi langsung bagi petani, terkait materi dan praktek
yang telah dilaksanakan serta di beri dorongan agar petani dapat melaksanakan pembuatan pupuk
organik atau kompos sendiri, dengan memberi mereka Promi secara gratis berikut petunjuk
penggunaannya dalam folder yang telah dibuat sebelumnya.
Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan manajemen pelatihan pembuatan pupuk organik
dengan promi adalah sebagai berikut:
Alat
Alat yang digunakan adalah: Laptop, alat Tulis (ball point, pinsil dan spidol), Printer dan Kamera
Digital.
Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam pelatihan adalah: Kertas karton, Kertas HVS A4, Spanduk,
Bambu dan paku (oleh petani), Promi, Rafia, dan Plastik Pembungkus Jerami warna Hitam.
Sumber Dana
Dana bersumber dari anggaran APBN Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor sebesar Rp.
700.000
Tahapan Pelaksanaan Pelatihan
Tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam pelatihan adalah: Pra perencanaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan terkahir evaluasi serta pelaporan kegiatan.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kegiatan pelatihan didasarkan pada beberap aspek yaitu: tahapan kegiatan,
jumlah kehadiran peserta, ketepatan waktu, partisipasi peserta, penyampaian materi dalam kegiatan,
pengololaan anggaran dan sikap dan pengetahuan peserta pasca pelatihan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu, Kehadiran dan Partisipasi Peserta Pelatihan
Pelaksanaan kegiatan yang sejatinya dijadwalkan pada pukul 13.00 Wib, mundur menjadi pukul
13.45 Wib karena beberapa alasan, yaitu: banyak petani yang masih di sawah, ada kepentingan lain,
dan petani yang di amanahkan untuk membuat tempat (media pencetak) jerami belum menyelesaikan
tugasnya. Sedangkan untuk jumlah peserta ketika acara dimulai sebanyak 18 orang, belum termasuk
penyuluh setempat yang datang terlambat.
Sementara untuk partisipasi petani terhadap acara pelatihan kurang, karena sebelumnya mereka telah
memiliki pengalaman pembuatan pupuk organik menggunakan EM 4 dan tidak berhasil, alasan yang
mengemuka adalah, bahan untuk pembuatan dengan EM 4 terlalu banyak, butuh pembalikan, tidak
efektif dll.
Tahapan Kegiatan Pelatihan
Pra Perencanaan
Pelaksanaan kegiatan di awali dengan persiapan pra perencanaan terkait penetapan judul pelatihan,
dan pendekatan dan penentuan rancang bangun pelatihan serta survey pendahuluan yang dilakukan
ketua tim ke desa, ke kelompok tani dan ke Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipanas.
Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan terkait dengan beberapa kegiatan yaitu: penetapan waktu dan tempat
kegiatan, jumlah peserta, susunan panitia pelatihan, pembuatan undangan, materi, metode
penyampaian materi, jumlah materi dalam satuan mata pelatihan, kebutuhan alat dan bahan serta

penentuan jumlah anggaran yang dibutuhkan. Selain itu juga dipertimbangkan penggunaan
kendaraan dan waktu berangkat ke tempat pelatihan tersebut dilaksanakan.
Pelaksanaan
Tutor (Mahasiswa STPP Bogor) hadir di lokasi pada pukul 12.30, setelah sebelumnya bersilaturahmi
dengan ketua kelompok, langsung membantu pembuatan tempat cetak dari bambu yang dibuat oleh
petani, karena bahan tersebut belum selesai dibuat. Anggota tim lain dibagi tugas, untuk memasang
spanduk, menentukan tempat yang pas dan memasang peta singkap yang telah disiapkan serta
menentukan lokasi praktek pembuatan pupuk kompos jerami dan membantu mengumpulkan bahan
pupuk (jerami).
Dalam pelaksanaan kegiatan tim mendapat tugas masing-masing yang telah sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat dalam proses perencanaan, rincian tugas anggota tim dalam pelaksanaan
pelatihan pupuk kompos jerami dengan Promi adalah sebagai mana tertuand dalam tabel 1 berikut:
Rincian tugas tim pelatihan
Daseng A Samsudin (Ketua Tim)
Mengontak Penyuluh, menjadi leader dan pengawas jalannya kegiatan
Ajat Juhaedi (Sekretaris):
Mengurus administrasi pelatihan
Idrus M Mustofa (Bendahara)
Bertanggung jawab terhadap alat dan bahan pelatihan, bertanggung jawab terhadap urusaan
administrasi keunagan kegiatan
Anggota
Bertanggung jawab terhadap pemberian materi teori pembuatan pupuk kompos jerami termasuk
media yang digunakan yaitu peta singkap, dan membuat spanduk kegiatan.
Bertanggung jawab terhadap alat dan baha praktek serta memimpin kegiatan praktek pembuatan
pupuk kompos.
Bertanggung jawab terhadap dokumentasi kegiatan dan membantu administrasi dan pelaporan
kegiatan
Evaluasi dan Laporan
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi langsung materi pelatihan petani, dan evaluasi keseluruhan
tahapan kegiatan yang dilaksanakan oleh tim, sedangkan laporan disusun setelah tahapan kegiatan
evaluasi dilaksanakan.
Evaluasi terhadap pemberian materi
Evaluasi terhadap pemberian materi diberikan melalui pertanyaan langsung oleh pembawa materi
(Sdr. Matriman) setelah rangkaian teori dan praktek selesai. Pertanyaan yang diberikan terkait
dengan pemberian materi dan praktek yang dilaksanakan, beberapa pertanyaan yang diberikan antara
lain:
Apa pentingnya pupuk organik (kompos jerami) jerami bagi tanah?
Alasan penggunaan promi dibanding bahan lain seperti EM 4?
Berapa dosis promi?
Sebutkan langkah-langkah (secara umum) pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi?
Penutupan Acara Pelatihan
Kegiatan yang dilakukan selama penutupan acara adalah sebagai berikut: ucapan penutupan dan
permohonan maaf, pemberian folder pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi dan pemberian
Promi kepada anggota kelompok.
Evaluasi Terhadap Keseluruhan Kegiatan
Evaluasi terhadap keseluruhan kelompok dilakukan dalam dua tahap. Pertama dilakukan langsung

setelah acara selesai dan dilakukan di Asrama Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian oleh seluruh
anggota tim.
Indikator Keberhasilan Berdasarkan Beberapa Asumsi
Berdasarkan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan maka dapat disusun beberapa Indikator
keberhasilan kegiatan, yang disusun pada beberapa asumsi seperti, perencanaan, manajemen tim,
partisipasi peserta, penyampaian materi dalam kegiatan, pengololaan anggaran dan sikap dan
pengetahuan peserta pasca pelatihan.
Kelebihan, Kekurangan dan Permasalahan Pelatihan
Berdasarkan indikator dan asumsi keberhasilan pelatihan di atas, maka dapat diketahui beberapa
kelebihan yang mendukung keberhasilan pelatihan dan kekurangan serta masalah penghambat
keberhasilan pelaithan, yang diuraikan seperti dibawah ini:
Kelebihan
Kelebihan dari pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos jerami dengan Promi ini
adalah:
Pembagian tugas terperinci dan jelas
Anggota tim kompak
Alat dan bahan yang digunakan memadai
Pemateri memiliki kemampuan dan pengalaman dalam menyampaikan metaeri pelatihan
Kemampuan pengelolaan keuangan yang baik
Kekurangan
Karakter inti tani belum terlalu dikenal
Lokasi terlalu jauh
Adanya kegiatan pembuatan pupuk organik sebelumnya (menggunakan EM 4 ) dan gagal, membuat
antusiasme petani kurang
Permasalahan
Survey pendahuluan yang dilakukan oleh ketua tim, tidak langsung menyentuh keseluruhan atau
representasi anggota kelompok, tapi hanya kunjungan ke ketua kelompok, sehingga karakter
anggotan secara umum tidak diketahui akbiatnya, saat pelatihan dilaksanakan, terlihat antusiasme
petani kurang, terutama dalam kegiatan praktek, petani lebih banyak melihat dan kurang
berpartisipasi. Selain itu, jadwal kegiatan mundur beberapa jam karena banyak petani belum
mengetahui atau memiliki acara lain.
Jadwal pelaksanaan pendek, membuat tim tidak mampu berbuat banyak terutama dalam
melaksanakan kegiatan dinamika kelompok, padahal kegiatan ini sangat penting untuk membangun
suasana dan bridging menuju acara inti (preparation of learner circumstance) yang bisa menyebabkan
suasana dan antusiame peserta lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan laporan ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
Kegiatan secara umum berjalan dengan lancar, karena seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan dari pra
perencanaan sampai evaluasi pelatihan dilaksanakan dengan baik.
Jumlah anggaran yang terbatas dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menjadi masalah dalam
pelatihan
Pembagian tugas dalam tim jelas sehingga setiap anggotan tim memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas untuk dilaksanakan dan berdasarkan kompetensi yang dimiliko
Antusiasme dan partisipasi peserta kurang, diduga karena tidak adanya dinamika kelompok
Saran
Beberapa saran yang disampaikan baik bagi anggotan tim adalah sebagai berikut:

Survey pendahuluan yang dilakukan sebaiknya dilakukan lebih komperhensif, terutama terkait
dengan karakter anggota kelompok sebenarnya.
Penggunaan waktu yang disediakan lebih baik, sehingga beberapa kegiatan penting tidak terabaikan
Lampiran 1. Rincian Penggunaan Anggaran Pelatihan
Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan
Lampiran 4 Foto Kegiatan