Tata Cara Mengurus Surat Nikah dan Perce

JURNAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah: Hukum Perdata
Dosen: Bpk. Didi Sukardi

Disusun oleh:
Indra Purnomo
1415202042

MUAMALAH A
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NUR JATI CIREBON

P

Mau nikah? Terus cerai? Gampang!

Tata cara mengurus surat nikah dan perceraian di Indonesia
oleh: Indra Purnomo
erkawinan, diatur dalam buku 1 B.W. (KUHPdt) memuat ketentuan
manusia pribadi dan keluarga (perkawinan). di dalam Pasal 1 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan adalah

“ikatan lahir batin antara pria dan wanita dengan tujun membentuk

keluaga yang bahagia dan kekal berddasarkan tuhan yang maha esa. Salah satu
persiapan penting dalam proses pernikahan adalah mengurus surat nikah. Jika calon
pengantin ingin mengurus sendiri, ini caranya.
Di tengah persiapan mengurus catering, busana, sampai dekorasi, jangan sampai lupa
mengurus surat nikah. Surat nikah merupakan tanda bukti resmi kalau pernikahan Anda
dan pasangan telah sah dan dicatat oleh negara.
Memang banyak calon pengantin yang enggan mengurus sendiri surat nikah karena
kesibukan atau malas membayangkan prosesnya yang rumit. Biasanya mereka
menyerahkan hal tersebut kepada keluarga atau orang kepercayaan.
Nah, untuk yang ingin mengurus sendiri berikut tata caranya pengurusan surat nikah di
KUA untuk pasangan beragama Islam:

1. TENTUKAN TEMPAT MENIKAH
Sebelum mengurus surat nikah, tetapkan dulu dimana Anda akan menggelar akad nikad.
Lokasi akad nikah ini nantinya akan berpengaruh dalam pengurusan surat nikah. Jika
akad nikah akan digelar di area domisili calon pengantin wanita (CPW) maka nanti calon
pengantin pria perlu mengurus surat numpang nikah. Jika akad nikah digelar bukan di
area domisili CPW maupun calon pengantin pria (CPP) maka dua-duanya perlu mengurus

surat numpang nikah.

2. WAKTU MENGURUS SURAT NIKAH
Menurut keterangan di situs resmi KUA Pasar Minggu, Jakarta Timur, surat nikah wajib
diurus selambat-lambatnya 10 hari sebelum berlangsungnya akad nikah. Jika pernikahan
Anda sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, tak ada salahnya mulai mengurus dari 1-2
bulan sebelum pernikahan. Hal ini agar Anda bisa mendapat penghulu yang sesuai
dengan jam akad nikah yang Anda inginkan. Apalagi jika Anda menikah di waktu yang
ramai, ada kemungkinan jadwal para penghulu sudah mulai padat terisi.

3. SURAT-SURAT YANG PERLU DISIAPKAN
a. Foto Copy KTP, siapkan sekitar 4 lembar untuk masing-masing pengantin
b. Foto Copy Kartu Keluarga, siapkan sekitar 4 lembar untuk masing-masing pengantin
c. Pas Photo Calon Pengantin, berukuran 2×3 masing-masing 4 lembar & 3×4 masingmasing sekitar 4 lembar. Jika menikah beda pulau, siapkan paling tidak 10 lembar
d. Bagi yang berstatus duda/janda, lampirkan surat Talak/Akta Cerai dari Pengadilan
Agama/Negeri
e. Surat dispensasi dari Pengadilan Agama khusus untuk calon pengantin yang berusia
kurang dari 19 tahun (laki-laki), kurang dari 16 tahun (perempuan), atau laki-laki yang
akan berpoligami
f. Bagi anggota TNI/POLRI dan Sipil TNI/POLRI harus ada Izin Kawin dari Pejabat

Atasan/Komandan
g. Ijazah terakhir (ada beberapa KUA yang mensyaratkan, tergantung masing-masing
KUA)
h. Materai sekitar 6 lembar

4. PROSES PENGURUSAN SURAT NIKAH
Masing-masing pengantin harus mengurus surat nikah dengan proses sebagai berikut:
A. Menuju RT dan RW setempat untuk mengurus surat pengantar (dokumen: fotokopi
KTP 2 lembar)
B. Setelah mendapat surat pengantar, CPW dan CPP mengurus surat N1, N2, dan N4,
dan surat keterangan belum menikah ke kelurahan tempat tinggal masing-masing
(dokumen: pasfoto 3×4 = 2 lembar, fotokopi KTP CPW & CPP 2 lembar, fotokopi
KK CPP & CPW 2 lembar, surat pengantar RT/RW). Untuk dokumentasi sebaiknya
fotokopi surat N1, N2, N4, dan surat keterangan belum menikah.
C. Surat N1, N2 dan N4 kemudian dibawa ke KUA kecamatan masing-masing CPP
dan CPW untuk mengurus surat rekomendasi nikah. Jika CPP atau CPW tidak
melangsungkan pernikahan di KUA domisili maka perlu mengurus surat numpang
nikah.
D. Jika perlu mengurus surat numpang nikah, maka surat rekomendasi dari KUA
masing-masing CPP dan CPW setempat dibawa ke KUA kecamatan tempat Anda

menikah. Di situ Anda akan melakukan pendaftaran pernikahan, diberi tahu
ketersediaan penghulu yang akan menikahkan, serta diberi pembekalan tentang
pernikahan. (dokumen: surat rekomendasi nikah dari KUA domisili, pasfoto 2×3 =
4 lembar, dan surat-surat lain dari KUA setempat).
E. Setelah bertemu dengan penghulu yang akan menikahkan Anda, jangan lupa
meminta

nomor

telepon

dan

alamat

rumah

penghulu

tersebut


untuk

penjemputan. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi agar pernikahan Anda berjalan
lancar.
F.

Total pengurusan biaya surat nikah dari keluarahan sampai KUA sekitar kurang
lebih Rp. 200 ribu di luar biaya penghulu. Untuk biaya penghulu biasanya
disampaikan langsung oleh penghulu masing-masing. Jumlah tersebut sebaiknya

dibayar separuhnya sebelum nikah lalu dibayar sisanya usai akad nikahnya. Biaya
penghulu ini jumlahnya bervariasi mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 1,5 juta.
G. Sekitar satu minggu atau 3 hari sebelum waktu akad nikah, tak ada salahnya
menghubungi penghulu untuk mengingatkan.

5. SIMPAN RAPIH DOKUMENTASI
Kurang lebih, demikian proses mengurus surat nikah secara umum. Di beberapa tempat
mungkin ada beberapa aturan yang berbeda sedikit. Setelah proses mengurus surat
selesai, simpan rapih dokumentasi surat tersebut. Percayakan kepada salah satu anggota

keluarga atau teman dekat untuk berhubungan dengan penghulu di hari H. Anda sebagai
pengantin tentu tak mungkin sibuk mengurusnya. Jangan lupa ingatkan kepada orang
yang ditunjuk agar ia juga bertanggungjawab menyimpan buku nikah Anda usai akad
nikah.

P

erceraian, Menurut ketentuan pasal 38 UUP, perkawinan dapat diputus
karena; a) kematina, b) perceraian, dan c) atas putusan pengadilan.
Mengakhiri sebuah pernikahan tentu bukanlah hal yang mudah. Ada
begitu banyak aspek yang perlu diperhatikan. Namun, yang terpenting

adalah kesiapan dan kemantapan seseorang saat mengambil keputusan untuk bercerai.
Tak jarang, keputusan cerai diambil dengan tergesa-gesa dan penuh emosi. Rasa
menyesal pun hadir belakangan.

Banyak sekali pasangan yang mengurus sendiri perceraian mereka. Meskipun prosesnya
sedikit lebih rumit, namun hal ini tidak mustahil dilakukan. Kuncinya, bekali diri Anda
dengan pengetahuan yang cukup dan jangan malu bertanya.


Jika Anda memutuskan tidak menggunakan bantuan dari pengacara maupun LBH di
pengadilan, Anda tetap dapat berkonsultasi kepada mereka tentang tata cara perceraian.
Peran konsultan hukum juga akan sangat membantu, kalau Anda memutuskan mewakili
diri sendiri di depan hakim. Cara yang paling mudah adalah mendatangi pengadilan
agama atau pengadilan negeri di wilayah Anda, dan tanyakan tata cara mengurus
perceraian kepada petugas yang berjaga.

Sebagai panduan, inilah yang harus Anda lakukan jika hendak mengurus perceraian
sendiri:

* Menyiapkan surat-surat yang berhubungan dengan perkawinan.

*

Membuat

kronologis

permasalahan. Penggugat


menuliskan

kronologis

permasalahan rumah tangganya di kertas biasa. Kronologis ini berisi cerita lengkap
pernikahan pasangan yang hendak bercerai, dari awal pernikahan hingga penyebab
perselisihan sampai akhirnya memutuskan untuk bercerai. Cerita harus dibuat dengan
sebenar-benarnya dan detail. Ini untuk memudahkan penggugat dalam menyusun surat
gugatan nanti. Usahakan membuat alur cerita yang runtut dan jelas, sehingga hakim
juga dapat dengan mudah mengerti alasan-alasan Anda menggugat cerai.

* Membuat surat gugatan cerai. Dalam surat gugatan cerai, umumnya ada tiga poin
yang biasa digugat, yaitu status untuk bercerai, hak pemeliharaan anak, dan hak
mendapatkan harta gono-gini. Sebagai contoh, surat gugatan cerai biasanya berisi:

1. Identitas para pihak (Penggugat dan Tergugat)

Terdiri atas nama suami dan istri (beserta bin/binti), umur dan tempat tinggal. Identitas
para pihak juga disertai dengan informasi tentang agama, pekerjaan, dan status
kewarganegaraan. Hal ini diatur dalam pasal 67 (a) UU No. 7/1989.


2. Posita (dasar atau alasan gugat)

Atau istilah hukumnya adalah Fundamentum Petendi, berisi keterangan berupa
kronologis sejak mulai perkawinan Anda dengan suami, peristiwa hukum yang ada
(misal, lahirnya anak-anak), hingga munculnya ketidakcocokan antara pasangan yang
mendorong terjadinya perceraian. Alasan-alasan yang diajukan dan uraiannya kemudian
menjadi dasar tuntutan (petitum). Contoh posita misalnya:

1. Bahwa pada tanggal … telah dilangsungkan perkawinan antara penggugat dan
tergugat di….

2. Bahwa dari perkawinan itu telah lahir … orang anak, yang bernama …, lahir di….,
pada tanggal ….

3. Bahwa selama perkawinan antara tergugat sering melakukan tindakan kekerasan
seperti memukul, dan terjadi pada tanggal….

4. Bahwa… dst.


5. Bahwa berdasarkan alasan di atas cukup bagi penggugat mengajukan gugatan
perceraian.

3. Petitum (tuntutan hukum)

Yaitu tuntutan yang diminta oleh istri sebagai Penggugat agar dikabulkan oleh hakim.
Bentuk tuntutan itu misalnya:

Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka dengan ini Penggugat memohon kepada
Majelis Hakim berkenan memutus sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan perkawinan antara penggugat dan tergugat sah putus karena perceraian.

3. Menyatakan pihak Penggugat berhak atas hak pemeliharaan anak dan berhak nafkah
dari tergugat sejak tanggal… sebesar Rp… per bulan sampai Penggugat menikah lagi.

4. Mewajibkan pihak Tergugat membayar biaya pemeliharaan anak (jika anak belum
dewasa) terhitung sejak… sebesar Rp… per bulan sampai anak dewasa.


5. Menyatakan bahwa harta berupa… yang merupakan harta bersama (gono-gini)
menjadi hak Penggugat.

Setelah gugatan cerai selesai dibuat, fotokopi berkas tersebut sebanyak lima buah. Jadi
total Anda mempunyai enam buah berkas gugatan cerai yang nantinya diperlukan saat
mendaftar gugatan cerai. Keenam berkas tersebut akan dibagikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pengadilan nanti. Satu berkas akan dikirim oleh pengadilan
kepada si suami (Tergugat), tiga berkas untuk para hakim, satu berkas untuk panitera
pengadilan (pegawai yang bertugas mencatat jalannya sidang), dan satu berkas yang
tersisa menjadi pegangan milik Anda.

* Mempersiapkan biaya pendaftaran gugatan.

Siapkan biaya pendaftaran gugatan perkara sekitar Rp 500 ribu – Rp 700 ribu. Biaya
pendaftaran ini berbeda di setiap pengadilan, namun umumnya berkisar di angka itu.

* Mendaftarkan gugatan cerai di pengadilan yang berwenang.

Biasanya pendaftaran gugatan dilakukan di ruang administrasi oleh pegawai pengadilan
yang bertugas

untuk menerima gugatan.

Petugas

akan memberikan cap atau

pengesahan kepada keenam berkas yang diserahkan. Dengan begitu, surat gugatan
Anda sudah sah didaftarkan.

* Mempersiapkan saksi-saksi.

Setelah berkas gugatan resmi didaftarkan, pengadilan akan mengirimkan surat gugatan
cerai bersama surat panggilan untuk menghadiri sidang pertama kepada pihak suami.
Jadwal sidang pertama biasanya jatuh pada dua sampai empat minggu setelah tanggal
pendaftaran gugatan cerai.