Appendisitis Akut dan perkembangannya Penangannya

Appendisitis Akut dan Penangannya
Caturya Windy Cita Maellya
102012054
F1
Kampus II Ukrida Fakultas Kedokteran
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Alamat e-mai: caturyawindy@ymail.com
Pendahuluan
Setiap manusia di dunia pasti pernah mengalami gangguan pada perutnya. Seperti sakit perut,
susah buang air besar, diare, dan lain-lain. Terutama untuk masalah sakit perut, setiap orang
punya cara berbeda menggambarkan rasa sakit yang mereka rasakan seperti sakitnya
terlokalisir,samar-samar atau hilang timbul. Begitupun dengan lokasi nyeri atau sakit perut
tersebut juga berda-beda sesuai dengan regio dan quadran pada perut. Nyeri atau sakit perut
(abdomen) dapat dibedakan menjadi akut dan kronik. Nyeri akut abdomen salah satu contoh nya
adalah appendicitis sebagian besar orang pasti pernah mengalami gannguan ini. Sedangkan yang
kronik gangguan pada abdomen seperti tumor atau kanker (kanker usus/colon, kanker gaster,
tumor pancreas, dll). Pada makalah ini dalam pembahasannya akan di bahas mengenai nyeri akut
abdomen yaitu apendisitis dan penangannya.
Pembahasan
Nyeri abdomen merupakan penyakit yang mengenai system gastrointestinal dan hati. Nyeri
abdomen bisa bermacam-macam dari ringan sampai dengan berat, begitupun juga dengan lokasi

nyerinya. Nyeri abdomen akut adalah nyeri yang sangat hebat, muncul tiba-tiba, lokasi di
abdomen yang apabila nyeri nya persiten bisa diindikasikan tindakan operasi. 1Pendekatan nyeri
abdomen harus dibedakan antara lain :2







Terlokalisisir atau generalisata
Mengenai reseptor visceral atau reseptor somatic
Gangguan fungsi saluran cerna yang terjadi
Organ yang terkena :
 Saluran cerna atas
 Saluran cerna bawah
 Hati
 Pankreatobilier
 Organ obstetric-ginekologi
 System urogenital

Etiologi nyeri
1



Perlu tidaknya intervensi bedah

Karakteristik nyeri
Di dalam rongga abdomen terdapat 3 jenis reseptor nyeri, yaitu:2






Reseptor visceral
Nyeri mengenai mukosa dan submukosa. Nyeri yang diarahkan ke permukaan kulit yang
bersifat difus dan sulit terlokalisir.
Reseptor peristaltik
Nyeri yang mengenai tunika muskularis. Nyeri ini bersifat kolik, yaitu nyeri yang tajam,

terlokalisir, meningkat hingga puncak nyeri dan kemudian reda.
Reseptor somatik
Nyeri yang mengenai lapisan serosa berasal dari peritoneum. Nyeri ini bersifat tajam,
jelas, dan terlokalisasi.

Gambar 1. Region dan Quadran pada Abdomen
Anatomi Appendix
Appendiks memiliki panjang yang bervariasi namun pada orang dewasa panjangnya sekitar 515cm. Pangkal appendiks keluar dari aspek posteromedial sekum. Tetapi arah appendiks tersebut
juga bervariasi. Pada sebagian besar sekitar 16% dewasa appendiks terletak di retrocecal namun
juga sering di temukan di posisi yang lain. Posisi apendiks terbanyak adalah Retrocaecal (74%)
lalu menyusul Pelvic (21%), Patileal(5%), Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).
Karakteristik appendiks adalah:3


Memiliki mesenterium kecil yang menurun di belakang ileum terminalis. Satu-satunya
pasokan darah appendiks adalah arteri appendikularis (merupakan cabang ileokolika)
yang berjalan dalam mesenterium. Pada kasus apendisitis apabila terjadi thrombosis arteri
appendikularis maka komplikasi gangrene dan perforasi tidak akan terlekkan.

2





Appendiks pada bayi lebar dan perlahan menyempit seiring bertambahnya usia dan
seringkali menghilang pada manula.
Teniae coli caecum mencapai pangkal appendiks.

Walaupun apendiks kurang memiliki fungsi, namun apendiks dapat berfungsi seperti organ
lainnya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml perhari. Lendir dicurahkan ke caecum. Jika terjadi
hambatan maka akan terjadi patogenesa apendisitis akut. GALT (Gut Associated Lymphoid
Tissue) yang terdapat pada apendiks menghasilkan Ig-A. Namun demikian, adanya
pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah
jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada
saluran cerna lain.3

Gambar 2. Anatomi Appendiks

Etiologi dan Epidemiologi apendisitis akut
Appendisitis akut adalah suatu radang yang terjadi pada appendix secara mendadak. Appedix

disebut juga dengan umbai cacing. Insiden appendisitis akut lebih sering terjadi pada Negara
maju daripada Negara berkembang. Namun kasus nya sekarang sudah mulai menurun yaitu dari
100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 kasus tiap 100.000 populasi. Hal tersebut bisa jadi
karena fartor perubahan gaya hidup (pola makan). Menurut data epidemiologi kasus appendisitis
akut ini jarang terjadi pada balita meningkat pada pubertas dan puncaknya pada saat remaja dan
awal 20-an dan angka tersebut menurun pada menjelang dewasa.
Pada masa pubertas antara perempuan dan laki-laki insindennya sama banyak. Ketika remaja
dan dewasa rationya menjadi 3:2.4
3

Pathogenesis
appendisitis merupakan radang bakteri yang dicetuskan oleh berbagai faktor. Diantaranya yaitu:5
1. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti
oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan lymphoid sub
mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1%
diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith
dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya ; fekalith ditemukan
40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut
ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan rupture.

2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat
infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur
didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan
E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96%
dan aerob10 ribu)

2 point

c. Vomitus

1 point

d.Anoreksia

1 point

e.Erbound Tendenees Fenomen


1 point

f.Degre of celsius (>37OC)

1 point

g.Observation of hemogram (segmen> 72%)

1 point

h. Abdominal migrate pain

1 point

Total point

10

8


Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:5





Diagnosa kelainan dari appendisitis berdasarkan klinis, sel darah putih hampir selalu
leukositosis, dan CRP biasanya meningkat, dan sangat membantu.
Ultrasonografi untuk melihat apakah ada massa di appendiks dan dilakukan jika masih
ada keraguan untuk menyingkarkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium).
Laparoscopi biasanya dilakukan untuk menyingkarkan adanya kelainan ovarium sebelum
akhirnya dilakukkan appendisektomi pada wanita muda.
CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimna penyebab lain masih mungkin.

Working diagnosis
Appendisitis akut
Differential diagnosis
1. Gastroenteritis


Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan terbatas
tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang menonjol
dibandingkan apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena hitung normal.5

2. Limfedenitis Mesenterika

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut,
terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama kanan.5

3. Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul
pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada gadis dapat dilakukan
pemeriksaan melalui dubur jika perlu untuk diagnosis banding. Rasa nyeri pada
pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.5
9

4. Kehamilan di luar kandungan


Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak menentu
Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan timbul nyeri
mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri dan penonjolan
rongga Douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan didapatkan pada
kuldosintesis.5
Tatalaksana Appendisitis
Terapi medis
Diberikan antibiotik kepada pasien yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah dan kepada
pasien yang memiliki resiko tinggi apabila di lakukan operasi. Namun menurut penelitian,
apabila penanganan nya hanya sebatas terapi medis maka dapat terjadi appendisitis rekuren
beberapa bulan kemudian.5
Terapi non-medis
Terapi bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Apendiktomi terbuka
merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks. Mencakup Mc Burney, Rocke-Davis atau
Fowler-Weir insisi. Dilakukan diseksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal
untuk membuat suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum
apendiks dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa yang terkena
dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan inversi pada ujungnya,
kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup. The Surgical Infection Society

menganjurkan pemberian antibiotik profilaks sebelum pembedahan dengan menggunakan
antibiotik spektrum luas kurang dari 24 jam untuk apendisitis non perforasi dan kurang dari 5
jam untuk apendisitis perforasi.5

10

Gambar 8. Perbedaan Bedah Insisi dengan Insisi Laparoscopy
Komplikasi Appendisitis
Komplikasi yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abses intra abdominal/pelvis,
sepsis, syok. Perforasi yang ditemukan baik perforasi bebas maupaun perforasi pada apendiks
yang telah mengalami pendindingan, sehingga membentuk massa yang terdiri dari kumpulan
apendiks, sekum dan keluk usus. Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama
adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intraabdomen.5,7

Prognosis Appendisitis
Bila ditangani dengan baik, prognosis apendiks adalah baik. Secara umum angka kematian
pasien apendiks akut adalah 0,2-0,8%, yang lebih berhubungan dengan komplikasi penyakitnya
daripada akibat intervensi tindakan.5,7
Kesimpulan
“seorang wanita berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat pada perut
kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluh sejak 3 hari yang lalu, ulu hati nya
terasa sakit disertai mual, akan tetapi keluhan tersebut tidak berkurang setelah pasien
mengkonsumsi obat maag. Pada pemerikaan fisik, keadaan umum sakit sedang, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik abdomen, terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas pada
kuadran kanan bawah”
11

Dari kasus di atas dan dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut
menderita appendisitis. Dan karena nyeri yang dirasa sudah 6 jam maka kasus tersebut perlu
mendapat tindakan pembedahan sebagai terapi nya.

Daftar Pustaka
1. Mitchel R N. Buku saku dasar patolgis robin dan cotran. Edisi 7. Jakarta :
EGC;2008.p.506.
2. Ndraha S. buku ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Bagian ilmu penyakit dalam
Fakultas Kedokteran UKRIDA;2013.p. 1-2.
3. Faiz O, Moffat D. Anatomy at the glance. Jakarta : Penerbit Erlangga;2004.p.39.
4. Weiss CR, Teytelboym OM, Aygun N, Eng . Manual of radiology acute problems
and

essential

procedures.

Edisi

2.

Philadelphia:

Lippincott-Raven

Publishers;2008.p.147.

5. Chapther II. Universitas Sumatra Utara http://repository.usu.ac.id/bitstream/pdf .
Diakses tanggal 18 Desember 2014.
6. Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A, Djimantoro B. Penuntun praktikum
patologi anatomi. Jakarta:EGC;2009.p.32.
7. Grace PA, Borley NR. At glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta :Erlangga;2007.
p.106-7.

12

13