Islam Normatif dan Historis (1)

Islam Normatif dan Historis
119. Yeni
Institusi Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara, Metro Lampung 341111
E-mail: [email protected]
A.

Pengertian Islam Normatif dan Historis
Islam dalam bahasa Arab yaitu aslama yang berarti damai, selamat, dan sentosa. Islam

mengajarkan banyak hal-hal nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Islam tidak pernah
memberatkan umatnya dalam segala hal, karena pada dasarnya Islam mengajarkan untuk
kesejahteraan, patuh, dan taat kepada Allah SWT. yang menciptakan seluruh alam semesta beserta
isinya. Islam bahwasanya mensejahterahkan, memuliakan, mamanusiakan dan masih banyak lagi
yang tentunya Islam menghiasi hal-hal yang berbaur kepositifan. Islam mengajarkan kebajikan dan
kebenaran yang sesungguhnya, selain itu Islam mengajarkan toleransi antar suku, bahasa, negara,
dan agama. Islam juga mengajarkan perdamaian diantara semua umat. Karena, pada dasarnya Islam
merupakan penyejuk dan penerang bagi semua umat. Salah, jika ada yang berpendapat Islam adalah
agama teroris, bahwasanya Islam merupakan agama yang penuh kedamaian dan nilai-nilai toleransi
ada di dalamnya.
Islam adalah penutup semua agama yang telah diturunkan, islma juga dapat dikatakan

sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya dengan cara mengimani Allah SWT.1 Islam
merupakan agama yang sangat luar biasa jika dikaji pada ranah yang konkrit. Dapat kita lihat dari
kuasa-kuasa Allah SWT yang telah menciptakan seisi jagat raya ini, patut untuk kita nikmati dan
kita syukuri. Karena Allah SWT merupakan Tuhan yang patut kita sembah, bukan benda-benda
mati. Dengan demikian berpikirlah secara rasional menggunakan akal dan pikiran yang jernih.
Bahwasanya Allah SWT yang patut kita puji dan kita agung-agungkan di muka bumi ini.
Islam juga disebut sebagai suatu sistem, yaitu sistem yang didalamnya akan mewujudkan
pendidikan yang Islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan begitu
mendukung untuk mewujudkan sosok muslim dan muslimah yang diidealkan. 2 Seoranng Muslim
dan muslimah yang ideal tentunya akan melahirkan sosok muslimah sejati yang didalamnya
terdapat unsur-unsur ataupun nilai-nilai yang positif yang dimilikinya. Islam merupakan agama
yang tidak pernah memberatkan umatnya, karena Islam merupakan agama yang sakral dan mutlak.

1

Dedi Wahyudi dan Rahayu Fitri AS, “Islam dan Dialog Antara Kebudayaan (Stadi Islam di Dunia Barat),”

Fikri 1, No. 2 (Desember 2016): h.268.
2


Edi Susanto, “Pendidikan Agama Islam : Antara Tekstualis Normatif dengan Kontekstualis Historis,” Tadris 04

No 02 (2009): h.173.

Ada banyak agama di muka bumi ini, namun mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama
Islam, dan sebagian kecilnya menganut agama selain Islam.
Islam sendiri tentunya memberikan petunjuk bagi umat seluruh alam, bahwasanya Islam
menganut ajaran agama yang begitu arif, bijaksana, dan tentunya menimbulkan nilai-nilai rohaniah
dan sangat positif untuk dijadikan acuan seseorang menuju jalan yang lurus dan benar. Selain itu,
Islam tidak pernah membuat seseorang umat tersesat di dalamnya, karena Islam berlandaskan
aturan hukum yang paling tinggi yaitu Al Qur'an dan setelah itu As Sunnah. Al Qur'an merupakan
kalamullah, bahwasanya seruan Allah SWT yang di turunkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW untuk di sebarluaskan kepada hamba-hamba Allah SWT. Sedangkan As Sunnah sendiri
merupakan perkataan ataupun perbuatan Baginda Nabi Muhammad SWA yang patut untuk kita
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita sebagai umat Islam seharusnya
dapat meniru apa yang sudah dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, dan menjadikan
suri tauladan bagi seluruh umat manusia yang ada dimuka bumi.
Islam juga merupakan suatu pendidikan. Pendidikan Islam tentunya bertujuan untuk mendidik
sesorang agar dapat berjiwa yang bersih dan suci, agar mampu menjalin hubungan yang baik secara
terus-menerus dengan Allah SWT, mengantar seseorang agar mencapai kematangan emosional,

mendidik seseorang agar dapat bertanggung jawab, serta menumbuhkan dalam diri seseorang rasa
keterkaitan dengan komunitasnya atau dengan lingkungan dalam bergaul. 3 Dengan demikian, ia
dapat memilih arah mana yang harus ia jalanin. Karena keterkaitan serta lingkungan dalam bergaul
sangatlah berpengaruh.
Kehidupan manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan tentunya membawa dampak yang
konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Bahwasanya manusia sendiri harus dapat mengseimbangakan
dengan orang lain, tentunya ia juga harus bisa bersosialisasi. Bahwasanya manusia merupakan
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan demikian, tidak cukup jika
manusia itu hanya mementingkn dirinya sendiri tanpa ia mementingkan orang sekitarnya. Adanya
orang lain ditengah-tengah kita tentunya membawa perubahan-perubahan yang baru, baik itu dari
segi mental ataupun kerohanian seseorang. Dengan begitu tentunya kita sebagai makhluk sosial
harus dapat menentukan dengan siapa kita bergaul. Karena dengan pergaulan dapat membawa
kepribadian dan kecerdasan seseorang akan terarah kemana nantinya.
Kecerdasan

seorang itu

sangatlah bermacam-macam

dan bukan hanya


terdapat satu

macam. Dengan begitu, memang tidaklah mudah dan cukup sulit untuk dapat memahami

3

Dedi Wahyudi, “Konsepsi Al Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi dalam Pendidikan Islam,” Hikmah XII, No. 2

(2016): h.251.

kecerdasan seseorang satu-persatu.4 Kecerdasan seseorang tentunya memang berbeda-beda dan
tentunya mempunyai kelebihan masing-masing, untuk dapat kita mengetahui kecerdasan yang mana
seseorang itu ditempatkan tentunya harus melalui tahapan-tahapan pendekatan atau bisa juga
melaukuakn suatu percobaan-percobaan yang mungkin nantinya akan membawa dampak yang
positif bagi perkembangan seseorang tersebut mengenai Islam. Karena pada hakikatnya Islam
sangatlah luas dan Islam tidak pernah memberatkan seseorang dalam mengikuti ajaran agama Islam
yang sesungguhnya islam sangat luar biasa indah.
Setiap seseorang tentunya memiliki kompetensi dasar yang dibawanya dari sejak ia lahir. 5
Dengan begitu kita tidak dapat memaksakan kehendak sendiri agar seseorang itu cepet untuk

memahami islam. Seseungguhnya islam itu sangatlah mudah untuk kita pahami dan aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Berikan pemahaman-pemahan yang mudah agar seseorang tersebut
tertarik dan kehausan akan islam yang ternyata menyimpan sejuta pesona yang sangat luar biasa
dahsyatnya. Dengan begitu jika ada yang mengatakan bahwa islam itu sulit, tandanya hanya orangorang yang merugi yang dapat mengatakan bahwa islam itu sulit. Tentunya orang-orang berimanlah
yang sanggup untuk selalu dan terus-menerus memahami islam dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tentunya seseorang tersebut memiliki akhlak dan kepribadian yang baik dan
sangat mengagungkan ke-Esaan Allah SWT.
Seorang dapat dikatakan berakhlak yang baik, jika ia mendasarkan perilakunya pada
ajaran agama Islam, yang tentunya bersumberkan pada wahyu yang diturunkan oleh Allah
SWT.6 Akhlak tersebut diperhatikan dengan secara seksama, akan tampak bahwa akhlak
memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, dikarenakan tujuan dari pendidikan Islam
tersebut merupakan suatu pembentukan akhlak mulia bagi seseorang muslim untuk mencapai
kehidupan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7 Dengan demikian seseorang yang mempunya
akhlak yang baik tentunya ia sadar akan apa yang telah Allah SWT berikan untuk dirinya, dan
tentunya ia akan menghargai islam sebagai salah satu petunjuk yang sangat lurus untuk semua
manusia yang ada dimuka bumi ini.
Islam normatif yaitu norm yang berarti suatu aturan, norma, acuan, baik buruknya suatu
ajaran yang boleh di ambil atau tidaknya. Sesuatu yang sudah ditetapkan dengan hukum Allah SWT
tentunya tidak boleh di ingkari, karena pada hakekatnya Allah SWT merupakan satu-satunya


4

Dedi Wahyudi dan Tuti Alafiah, “Studi Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences dalam

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,” Mudarrisa 8 No 2 (2016): h.259.
5

Dedi Wahyudi dan Habibatul Aziza, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Konsep Learning

Revolution,” Attabiyah 26 (2016): h.5.
6

Mustopa, “Akhlak Mulia dalam Pandangan Masyarakat,” Nadwa 8, No 2 (Oktober 2014): h.262.

7

Nurhayati, “akhlak dan hubungannya dengan akidah islam,” Mudarrisuna 4, No 2 (n.d.): h.294.

pencipta seluruh alam semesta beserta isinya. Islam normatif juga merupakan suatu dimensi ilmu
yang menyeluruh dan mutlak, dan kuat erat kaitannya dengan ketuhanan. Islam normatif juga tidak

terlepas dari apa yang dikaitkan dengan manusia itu sendiri berdasarkan pemeluknya. Erat
kaitannya dengan manusia itu sendiri tidak pernah terlepas dari apa yang sudah ditetapkan oleh
Allah SWT. karena sejatinya Islam normatif itu sendiri beranggapan bahwasanya segala sesuatu
berlandaskan pada Al Qur'an dan As Sunnah, dan menganggap bahwasanya segala sesuatu yang
berlandaskan pada Al Qur'an dan As sunnah berjalan sesuai struktur rencana Allah SWT.
Pandangan normatif mengenai Islam pada hakekatnya yaitu membawa ajaran-ajaran yang
bukan hanya mengenai satu segi. Akan tetapi, mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia.8 Pandangan Islam menurut normatif yaitu berpacu kepada ajaran-ajaran yang
bersumberkan kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Karena, dalam hal tersebut Islam normatif
berpendapat bahwasanya segala sesuatu itu ditujukan atas dasar ke Esaan Allah SWT. yang selalu
melimpahkan rahmatnya kepada seluruh umat manusia.
Bahkan al-Qur’an sendiri dengan segala konsekwensi bagi kaum muslimin dan muslimat
merupakan firman Allah SWT (kalam Allah SWT) yang terniscayakan.9 Kebenaran firman Allah
SWT (Al Qur’an) sangatlah terbukti dengan nyata dan benar-benar terjadi dalam muka bumi ini.
Dengan demikian janganlah sekali-kali untuk meragukan nyatanya Al Qur’an yang membawa
dampak baik bagi seseorang dan peringatan bagi orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islam.
Islam historis, historis sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu history yang berarti sejarah.
Dengan demikian dapat dikatakan dengan kejadian masa lampau yang memiliki manfaat dan dapat
dirasakan sampai sekarang. Islam historis juga merupakan kajian yang dapat berubah-ubah sesuai
dengan perubahan yang ada. Islam historis sendiri tentunya sangat diyakini oleh para pengikutpengikutnya bahwasanya pengetahuan para ulama yang baik bisa membuat peraturan ataupun

pembaharuan bagi apa yang mereka yakini. Islam historis sangat yakin dengan para ulama-ulama
yang dapat memperbaharui Islam itu sendiri sesuai dengan lingkungan sosial. Bahwasanya mereka
percaya apa yang dikatakan para ulama mengenai fenomena-fenomena sosial itu sendiri dapat
merubah suatu pola pikir yang baru. Dengan demikian, mereka yakin semua yang ada dimuka bumi
ini dapat berubah-ubah pengetahuan mengenai Islam sesuai dengan apa yang di benarkan oleh para
ulama sesuai dengan kondisi yang ada.
Islam historis dalam memahami ajaran agama Islam selalu meyakinkan atau selalu menyudut
pandangkan kepada ajaran Islam normatif yang universal dalam hal yaitu menyeluruh yang berasal
8

Ismah Tita Ruslin, “Eksistensi Negara dalam Islam (Tinjauan Normatif dan Historis),” Politik Profetik 6 No 2

(2015): h. 3-4.
9

Umar Latif, “Al Qur’an sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar (Syifa) bagu Manusia,” Al-Bayan 21 No 30

(Juli 2014): h.77.

dari Allah SWT dan diletakan kepada kebudayaan yang tentunya berasal dari manusia itu sendiri

tanpa melupakan identitasnya masing-masing. 10 Dengan demikian, Islam historis sendiri tentunya
sangat berpacuan kepada kajian-kajian yang diyakini dapat membenarkan apa yang telah diberikan
ataupun arahan dari ulama-ulama yang melihat tantangan-tantangan sosial yang dihadapi.
Dalam konteks tersebut Islam dimaknai atau dapat dipahami dalam kaitannya dengan suatu
peradaban manusia yaitu sesuai dengan perkembangan jaman kejaman saat ini yangmasih dapat kita
rasakan. Namun, Islam historis sendiri tidak pernah melupakan dasar suatu moral yang menjadi
tonggakan dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Bahkan dengan adanya dorongan
yang kuat lama kelamaan agama ini akan terciptanya suatu peradaban manusia dalam segala bentuk
dan berbagai aspeknya.11 Dengan demikian, suatu ajaran yang nantinya dapat dirasakan saat ini
pada perubahan setiap jaman yang ada tentunya akan membawa dampak bagi perkembangan dan
pertumbuhan suatu kaum.
Adapun hubungan dari keduanya yaitu saling berkaitan antara satu sama lainnya yaitu
membahas mengenai keIslaman. Selain itu, jika salah satu dari keduanya menyudut pandangkan
maka akan menimbulkan ketegangan diantara keduanya. akan tetapi jika keduanya berjalan sesuai
dengan apa yang mereka anut tanpa mengusik ketenangan jaminannya. Dengan begitu kita dapat
mengkondisikan dimanapun kita berada semua itu sudah ada ketentuannya dan pastinya saling
menghargai antara sesama itu akan jauh lebih baik ketimbang mengganggu satu sama lainnya.
Lebih-lebih pada perkembangan di jaman era modern dengan adanya globalisasinya,
kesadaran yang akan adanya perbedaan mestinya dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena
kesadaran tersebut, secara positif akan mendorong perbedaan pada kerja sama, yang nantinya

akan saling

mengisi

dan

membangun satu sama lainnya. Bukankah kita sendiri lahir dari

perbedaan, karena adanya perbedaan akan mengenali antara satu dengan yang lainnya sehingga
akan memahami apa yang seharusnya dilakukan dan diperbuat oleh seseorang. Karena baik
buruknya seseorang tersebut akan dilihat dari bagaimana ia bertingkah laku dan bersosialisasi
dengan lingkungannya. 12 Bukan hanya untuk melihat perkembangan ataupun apa yang nantinya
terjadi tetapi berikanlah pemahaman-pemahaman yang mudah dimengerti oleh generasi pemuda
penerus bangsa.

238.

10

Edi Susanto, “Pendidikan Agama Islam : Antara Tekstualis Normatif dengan Kontekstualis Historis,” h.182.


11

Ismah Tita Ruslin, “Eksistensi Negara dalam Islam (Tinjauan Normatif dan Historis),” h. 21.

12

Waryono (Abdul Ghafur), “Referensi Normatif dan Historis Bagi Pluralisme,” Dakwah XIII, No. 2 (2012): h.

Referensi
Dedi Wahyudi. “Konsepsi Al Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi dalam Pendidikan Islam.” Hikmah
XII, No. 2 (2016).
Dedi Wahyudi dan Habibatul Aziza. “Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Konsep
Learning Revolution.” Attabiyah 26 (2016): 3.
Dedi Wahyudi dan Rahayu Fitri AS. “Islam dan Dialog Antara Kebudayaan (Stadi Islam di Dunia
Barat).” Fikri 1, No. 2 (Desember 2016).
Dedi Wahyudi dan Tuti Alafiah. “Studi Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.” Mudarrisa 8 No 2 (2016).
Edi Susanto. “Pendidikan Agama Islam : Antara Tekstualis Normatif dengan Kontekstualis
Historis.” Tadris 04 No 02 (2009).
Ismah Tita Ruslin. “Eksistensi Negara dalam Islam (Tinjauan Normatif dan Historis).” Politik
Profetik 6 No 2 (2015).

Mustopa. “Akhlak Mulia dalam Pandangan Masyarakat.” Nadwa 8, No 2 (Oktober 2014).
Nurhayati. “akhlak dan hubungannya dengan akidah islam.” Mudarrisuna 4, No 2 (n.d.): Desember
2014).
Umar Latif. “Al Qur’an sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar (Syifa) bagu Manusia.” AlBayan 21 No 30 (Juli 2014).

Waryono (Abdul Ghafur). “Referensi Normatif dan Historis Bagi Pluralisme.” Dakwah XIII, No. 2
(2012).