TEORI SOSIOLOGI KLASIK dan modern

TEORI SOSIOLOGI KLASIK

KATA PENGANTAR
Buku ajar Teori Sosiologi Klasik adalah sebagai bahan bacaan atau
literatur mata kuliah Teori Sosiologi Klasik di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Dengan adanya buku ini
merupakan salah satu jalan dalam mempermudah mahasiswa untuk
mendapatkan literatur Teori Sosiologi Klasik.
Sebagai sebuah mata kuliah wajib jurusan, maka telaah dalam buku ini
dibuat secara simpel dan universal agar mahasiswa mampu menyerap
secara baik semua tema yang dipaparkan dalam buku ajar ini. Dan materi
yang menjadi kajian dalam buku ajar ini dibagi dalam delapan bab pokok
bahasan
Bab pertama membahas tentang Teori Sosiologi. Salah satu kesulitan
yang mungkin timbul bagi para peminat di bidang ilmu sosiologi adalah
kurangnya pemahaman tentang pengertian apa yang disebut dengan teori.
Bagaimana kedudukan teori sosiologi di dalam usahanya untuk memahami
kenyataan-kenyataan sosial. Oleh karena itu pada bab pertama ini akan
dijelaskan tentang teori dan teori sosiologi.
Bab kedua membahas tentang Filsafat Sosial sebagai Dasar Teori
Sosial. Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab kedua ini adalah

lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi ‘sufi’ di zamannya ini, akan dibahas
secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya hingga filsafat
sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi lahirnya teori-teori
sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi.
Bab ketiga membahas tentang Periode Transisi dan Pemikiran Filsafat
Ke Pemikiran Ilmu Pengetahuan. Pokok bahasan pada bab ini menguraikan
pemikiran sosial para tokoh masa transisi dari periode filsafat ke ilmu
pengetahuan yang ditandai besarnya kekuasaan gereja dalam kehidupan
kemasyarakatan dengan salah satu pelopornya adalah Thomas van Aquinas.
Bab ini juga menguraikan pemikiran para tokoh sosial masa revolusi industri
dan Renaissance dengan tokohnya F. Bacon, N. Machiavelli, Thomas Hobbes,
John Lock dan Vico.

Bab
keempat
membahas Lahirnya
Sosiologi
Sebagai
Ilmu

Pengetahuan. Uraian utama pada bab keempat ini adalah menjelaskan
sumbangan pemikiran sosial yang berguna bagi lahirnya sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan. Sumbangan pemikiran itu khususnya dari tokoh Saint
Simon, Auguste Compte dan Herbert Spencer. Ke tiga tokoh ini akan
diuraikan secara jelas mulai dari riwayat hidup hingga sumbangan pemikiran
mereka yang begitu berarti dan berperan dalam melahirkan sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan.

Pokok pembahasan yang akan diuraikan pada bab kelima ini adalah
sumbangan pemikiran dari Karl Marx terhadap Ilmu Sosiologi. Adapun
materi-materi yang akan dibahas adalah sejarah singkat riwayat hidup Karl
Marx serta menjelaskan pemikiran Karl Marx tentang materialisme historis,
model-model masyarakat,alinasi, kesadaran kelas dan perubahan sosial.
Bab keenam membahas tentang sumbangan pemikiran dari Emile
Durkheim terhadap Ilmu Sosiologi. Durkheim dapat dipandang sebagai salah
seorang yang meletakkan dasar-dasar sosiologi modern. Pada bab enam ini
akan dijelaskan tentang fakta sosial, karakteristik dan metode pengamatan
fakta sosial Durkheim. Menjelaskan juga tentang pengertian solidaritas sosial
dan
membedakan

jenis-jenis
solidaritas
social.
Menjelaskan
pengertian kesadaran kolektif Durkheim, teori bunuh diri dan jenis-jenis
bunuh diri, pengertian anomi, serta pengertian integrasi masyarakat
menurut Durkheim.
Bab ketujuh pokok bahasannya adalah menguraikan sumbangan
pemikiran Max Weber yang berguna bagi pemikiran dan perkembangan ilmu
sosiologi. Materi yang akan dijelaskan diantaranya sejarah singkat riwayat
hidup Max Weber, konsepsi tindakan sosial dan tipe-tipe tindakan sosial
menurut Weber, pengertian verstehende, serta penjelasan Etika Protestan
dan Spirit Kapitalisme Weber yang cukup menggemparkan dan menjadi
bahan pergunjingan yang kontroversial bagi kehidupan ilmiah.
Di penutup bab ini (bab kedelapan) akan dibahas tentang Paradigma
Sosiologi. Dalam perkambangan selanjutnya setelah terlepas dari pengaruh
filsafat dan psikologi, sosiologi mulai memasuki arena pergulatan pemikiran
yang bersifat interen di kalangan teoritisnya sendiri. Pergulatan yang bersifat
interen ini hingga sekarang masih saja berlangsung. Perkembangan sosiologi
ditandai dan tercermin dari adanya berbagai paradigma di dalamnya. Pada


bab kedelapan ini akan dijabarkan tentang pengertian paradigma sosiologi,
sebab timbulnya berbagai paradigma sosiologi. menjelaskan 3 paradigma
sosiologi yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, paradigma
perilaku sosial serta menjelaskan hubungan antara paradigma yang satu
dengan yang lainnya.
Akhirnya penulis berharap agar apa yang telah dipaparkan dalam
buku ini dapat dipahami oleh semua pembaca. Untuk itu kritik dan saran dari
mana dan dari siapapun jua datangnya dalam usaha penyempurnaan buku
ini, penulis sambut dengan senang hati dan ucapan terima kasih.
Bandar Lampung,
Juni 2011
Tim Penyusun

SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Taufik
dan Hidayah Nyalah penulis dapat menyelesaikan buku ini., yang mana
hasilnya masih jauh dari sempurna. Buku yang berada di hadapan para
pembaca ini adalah sebagai pelengkap dan sekaligus memperkaya bahan
bacaan atau literatur dalam mata kuliah Teori Sosiologi Klasik bagi

mahasiswa di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas lampung khususnya dan di perguruan Tinggi lainnya baik di
negeri maupun swasta di Propinsi Lampung ini.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa buku ini tidak akan
selesai andaikata tidak ada bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak
yang
telah
memberikan
bantuannya
kepada
penulis
khususnya kepada Hibah Peningkatan Mutu Buku Ajar Universitas
Lampung, yang telah memberi bantuan dana untuk proses pembuatan
buku ajar ini.

BAB I
TEORI SOSIOLOGI


A. PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Salah satu kesulitan yang mungkin timbul bagi para peminat di
bidang ilmu sosiologi adalah kurangnya pemahaman tentang
pengertian apa yang disebut dengan teori. Bagaimana kedudukan teori
sosiologi di dalam usahanya untuk memahami kenyataan-kemyataan
sosial. Kesulitan ini akan lebih mudah teratasi apabila sebelum orang
membicarakan teori-teori sosiologi, sudah terlebih dahulu memahami
bagaimana pengertian teori dan kedudukannya di dalam usaha untuk
memahami kenyataan sosial.

Tujuan khusus mempelajari teori sosiologi adalah menjelaskan
batasan yang disebut teori dan teori sosiologi, serta bagaimana
mempergunakan teori sosiologi tersebut di dalam usaha memahami
atau menganalisa kenyataan sosial.
Untuk itu setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari teori
sosiologi, mahasiswa diharapkan dapat :
1. menjelaskan manfaat teori dalam kehidupan sehari-hari.
2. menjelaskan peran teori dalam memecahkan problema teoritis.
3. menggunakan

menganalisa kenyataan

teori

sosiologi

dalam

usaha

memahami

dan

sosial.

A. TEORI
Sadar atau tidak, semua orang sebetulnya berteori. Orang yang paling
erat hubungannya dengan kegiatan praktek sekalipun, seperti seorang
pengacara yang membela perkara dan memperingati hakim supaya tetap

berpegang pada fakta, harus menginterpretasikan fakta sehingga relevan
baginya. Ini namanya proses berteori.
Berteori dengan jalan memberikan interpretasi itu sangatlah penting,
karena perlu untuk menjelaskan peristiwa. Betapapun lingkungan suasana
yang kita hadapi itu baik atau buruk, kita harus jelaskan kepada diri kita
sendiri dan kepada orang lain, mengapa demikian. Caranya adalah
dengan jalan menghubungkan situasi sekarang dengan pengalaman atau
keputusan keputusan yang sudah kita berikan dimasa lampau, pengaruhpengaruh sosial atau tekanan-tekanan dari orang lain, krisis-krisis yang
umumnya dihadapi pada waktu itu, atau hambatan-hambatan serta
kesempatan-kesempatan yang tersedia dalam lingkungan itu.

Orang
tua
berusaha
menjelaskan
mengapa
anak-anaknya
menanggung suatu akibat tertentu, mahasiswa berusaha menjelaskan
kepada dirinya sendiri mengapa mereka tidak lulus walaupun mereka
merasa bahwa tidak harus terjadi demikian, guru, polisi, para pemimpin

politik menjelaskan kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain,
mengapa dan apa yang mereka buat.
Merencanakan atau meramalkan masa depan menuntut kita untuk
melihat apa yang ada dibelakang fakta, dan berarti itu kita berteori. Tak
seorangpun dapat meramalkan masa depan dengan mutlak. Apa yang
kita buat adalah membuat dugaan-dugaan dan menyesuaikan perilaku
kita sekarang ini dalam hubungannya dengan harapan-harapan. Orang
muda yang memilih karir, orang tua yang menyesuaikan diri dengan
perilaku
anak-anaknya,
para
langganan
yang
merencanakan
pembelanjaannya yang penting, penjual yang mengembangkan taktiktaktik penjualan, pemimpin politik yang yang berdebat mengenai dilema
kebijaksanaan luar negeri, dan mahasiswa yang berspekulasi mengenai
kira-kira apa yang diberikan oleh profesor dalam ujian yang akan datang,
semua ini menunjukkan kepada kita akan adanya kebutuhan untuk bisa
melihat apa yang ada dibalik fakta yang ada sekarang, dan kita berteori.
Ada sikap yang umumnya dikemukakan orang dalam bentuk

pertanyaan “apa guna teori” dan mana faktanya. Kalau tidak ada fakta
yang kuat, ide seringkali menjadi tidak karuan karena apa artinya teori
tanpa fakta. Mahasiswa yang mempelajari sosiologi juga mempersoalkan
perlunya mempelajari ide-ide abstrak yang kelihatannya mempunyai
hubungan erat dengan dunia nyata. Asumsi bahwa kalau semua fakta
diketahui maka orang akan berbicara tentang fakta saja dan teori tidak
diperlukan lagi.
Tetapi tidak semua fakta yang kita butuhkan tersedia. Kalaupun
faktanya sudah ada, masih harus diinterpretasikan supaya fakta itu
mempunyai arti yang sesuai dengan kebutuhan dan rencana kita. Karena
arti fakta itu tidak selalu jelas dengan sendirinya, maka teorilah yang
dapat membantu kita untuk menginterpretasikan dan menilainya.
Suatu teori yang baik dapat membantu kita untuk memahami fakta,
menjelaskan, dan memberikan ramalan yang valid, hal ini sangat perlu
dalam suatu perencanaan untuk masa yang akan datang, baik yang

berhubungan dengan kehidupan pribadi kita sendiri maupun yang
berhubungan dengan perencanaan kebijaksanaan umum.
Para ahli ilmu sosial dan akademisi lainnya kadang-kadang dituduh
terlalu menjauhkan diri dari dunia nyata dan hidup dalam menara gading.

Teori-teori yang mereka berikan sering tidak praktis dan relevan.
Kenyataan kehidupan sehari-hari nampaknya menjadi kabur karena
mereka menjelaskannya dengan istilah-istilah tertentu yang hanya
dimengerti oleh kelompok-kelompok tertentu saja (jargon).
Meskipun penggunaan istilah khusus yang sangat abstrak itu dapat
merugikan, namun para spesialis dalam semua bidang ilmu pengetahuan,
mulai dari ahli fisika dan hakim sampai dengan pekerja-pekerja dibengkel
mobil dan konstruksi, memiliki perbendaharaan istilah sendiri. Hal ini
sangat membantu mereka untuk dapat berkomunikasi secara tepat,
memungkinkan mereka untuk dapat mengambil bagian dan mempertegas
ide-ide yang bersifat teknis, serta memungkinkan mereka untuk dapat
bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. Lebih berguna
lagi kiranya, bahwa dengan istilah-istilah itu, batas-batas suatu profesi
dapat ditarik, dan meningkatkan status para anggota profesi, serta
membedakannya dari mereka yang tidak termasuk dalam profesi itu.
Teori yang dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari biasanya
bersifat implisit, tidak eksplisit. Sering teori-teori dapat kita lihat dalam
tradisi dan dalam kebijaksanaan rakyat yang dapat diterima dengan akal
sehat. Asumsi-asumsi teoritis yang mendasar itu dapat kita lihat dalam
simbol-simbol kepercayaan yang sudah sangat berkambang mengenai
kodrat manusia atau masyarakat, seperti misalnya kepercayaan agama
yang mengatakan bahwa manusia memiliki satu keistimewaan tertentu
yang diperolehnya dari Allah, dan yang membedakan manusia dari
binatang-binatang lainnya, atau adannya kepercayaan bahwa dalam
jangka waktu yang panjang, orang yang berperilaku baik akan dihargai
dan yang berperilaku jahat atau buruk akan disiksa.
Teori-teori implisit itu mewarnai sikap kita pada umumnya terhadap
orang lain dan terhadap masyarakat. Kita semua tahu bahwa ada orang
yang sinis yang percaya bahwa manusia itu hanya tertarik pada
kesejahteraannya sendiri saja, dan ada manusia yang optimis yang terus
menerus menerus mencari sifat-sifat yang baik atau yang positif pada
orang lain dan sering melihatnya demikian, sedangkan orang lain tidak.

Karena banyak dari asumsi-asumsi ini bersifat implisit, maka orang lalu
tidak menjadi sadar kalau mereka tidak konsisten.
Bagi kebanyakan orang, teori-teorinya itu mungkin tetap bersifat
implisit, tetapi karena pelbagai alasan, orang lain menjadi lebih sadar
dimana segi-segi tertentu dari teori-teori mereka yang implisit itu menjadi
eksplisit dan tunduk pada analisa objektif atau analisa kritis. Proses ini
tidak harus berarti bahwa teori-teori implisit itu akan ditolak, sebaliknya
teori-teori itu mungkin mendapat dukungan. Bagaimanapun individu
menjadi sadar akan beberapaa dari asumsi-asumsi teoritis yang
mendasar dan rela mengujinya secara objektif, paling kurang dalam
tingkatan tertentu.
Umumnya kekuatan sesuatu teori terletak pada kemampuannya untuk
membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem
khusus. Teori demikian bisa menghasilkan dan mengandung ide-ide yang
siap dipakai pada suatu ketika. Sebuah teori mencoba memecahkan
sebuah problem teoritis ke dalam empat kategori yaitu .
1. Teori memungkinkan adanya ide-ide tambahan untuk pemecahan
beberapa problem teoritis yang ada.
2. Teori memungkinkan adanya model-model dari buah pikiran dan
dengan demikian menghasilkan suatu deskripsi skematis. Deskripsi itu
dapat dibayangkan sebagai suatu pola dan di dalam pola itu ide-ide
tersebut tersusun rapi dan serasi.
3. Model-model memungkinkan adanya teori-teori.
4. Teori memungkinkan adanya hipotesa-hipotesa.
1. Teori Memungkinkan adanya Ide-Ide
Sebuah
pendekatan
teoritis
terhadap
suatu
ide
secara
alamiah menyebabkan penciptaan ide-ide lain yang membantu untuk
menjelaskan yang satu dan mendefinisikan hubungannya dengan yang
lain.Contohnya: kelas sosial bisa dirasakan atau dialami tapi tidak ada arti
teoritis dalam batasan itu sendiri. Teori itu baru muncul kalau ide kelas
sosial tersebut diletakkan bersama-sama dengan ide-ide tambahan yang
ikut menerangkan hal-hal lainnya. Misalnya memahami kelas sosial harus
juga memahami arti struktur sosial, hak-hak istimewa, hubungan sosial,
kewajiban, otoritas, dan ide-ide lainnya. Jadi, pada prinsipnya sebuah ide

bisa dihasilkan dengan menguji sesuatu secara empiris, dan menjabarkan
ide ini ke dalam peta ide-ide yang disebut dengan teori.

2. Teori Memungkinkan adanya Model-Model
Teori dan model berbeda, kalau teori menerangkan sesuatu secara
langsung, sedangkan model menerangkan sesuatu dengan analogi. Suatu
model dari sesuatu hal bukanlah hal itu sendiri tapi suatu yang punya
sebuah persamaan dengan hal tersebut. Contohnya pesawat model dan
Boeing 747 tidaklah sama, tapi keduanya memiliki kesamaan yaitu
terbangnya pesawat model karena dilemparkan, namun bergeraknya
sayap-sayapnya di udara, bentuk dan struktur sayap-sayap dan
hubungan dengan struktur lainnya adalah analog dengan terbangnya
Boeing 747.
3. Model-Model Memungkinkan adanya Teori-teori
Sebuah teori bisa memprediksikan bahwa ada suatu hubungan
tertentu antara dua ide tetapi kurang membicarakan hubungan antara
ide-ide ini dengan ide-ide lainnya. Dengan menemukan suatu model yang
nampaknya mendekati hubungan antara ide-ide yang pertama, bisa
dengan analogi bahwa ada ide-ide lain yang memungkinkan terjadinya
hubungan itu oleh karena model itu memungkinkan tambahan-tambahan
untuk teori tersebut.
4. Teori-Teori Memungkinkan adanya Hipotesa-Hipotesa
Sebuah hipotesa adalah suatu pernyataan mengenai hubungan antara
dua atau lebih ide-ide atau kelas-kelas dari suatu hal. Dalam hubungan
yang paling kuat antar teori dan hipotesa adalah terjadi secara deduktif,
yaitu hipotesa-hipotesa itu mengikuti secara langsung dari generalisasi
dan konsep-konsep yang telah ditetapkan dalam sebuah teori. Sebuah
teori dapat menghasilkan hipotesa-hipotesa bila teori itu ditetapkan
dalam problem teoritis atau empiris tertentu. Contohnya teori solidaritas
sosial dan praktek-praktek keagamaan seperti yang dilakukan Emile
Durkheim dalam bukunya Suicide, kita bisa membuat hipotesa-hipotesa
atau pernyataan-pernyataan mengenai hubungan yang mungkin terjadi

antara praktek-praktek agama dan sosial tertentu seperti bunuh diri
misalnya
Salah satu cara untuk mengklasifikasikan teori adalah mengikat diri
dengan teori-teori itu menurut wilayah-wilayah di mana teori-teori itu
mula-mula diajukan atau digunakan untuk berbagai macam keperluan.
Cara lain ialah mengelompokkan teori-teori menurut wilayah di mana
teori-teori itu dilahirkan dan digunakan secara paling luas.
Ada satu lagi cara untuk mengklasifikasikan teori yang banyak
dianjurkan orang akhir-akhir ini, yaitu yang menekankan bahwa untuk
mendapatkan teori mengenai sesuatu , sesuatu itu harus pertama-tama
didefinisikan secara tepat dan kemudian sesuatu hal itu dapat
diperhitungkan.

B. TEORI SOSIOLOGI
Sosiologi adalah disiplin ilmu yang mencoba menjelaskan aspek-aspek
kehidupan manusia, maka sosiologi juga peka untuk melakukan
pembahasan tentang nilai dan moral yang terlibat dalam berteori. Pada
umumnya argumentasi kebebasan nilai dalam teori sosiologi telah
berjalan,
yang
mana
agar
dapat
ditemukan
sesuatu
dan
mengkonsepsikan sesuatu itu, para sosiolog perlu menghilangkan
prasangka pribadi mengenai hubungan sosial dalam studinya. Pernyataan
ini tidak berarti bahwa dia harus tidak menjadi seorang yang bermoral.
Tetapi untuk tujuan deskripsi dan teori ini bila seseorang ingin
mengetahui yang sebenarnya maka dia harus mengobservasikan,
menguraikan, dan menggunakan teori dengan tidak berat sebelah. Bila
kejujuran tidak dipakai sepenuhnya, apa yang dianggap seharusnya
terjadi dapat ia nyatakan sebagai sesuatu yang sesungguhnya, dogma
akan turut lebur dalam pemikirannya.
Sosiologi sejak awal perkembangannya dipermulaan abad 19 hingga
dewasa ini, telah mengalami perubahan yang terus menerus. Ilmu yang
oleh Auguste Compte disebut dengan “ Sosial Physics” , dikenal dengan
nama sosiologi, berkembang terus seiring perubahan yang timbul dalam
masyarakat. Adalah Compte, bapak pendiri sosiologi yang mengatakan
ada 2 cara untuk mempelajari suatu ilmu pengetahuan yaitu secara
dogmatis dan secara historis.

Mempelajari ilmu pengetahuan secara dogmatis akan membawa kita
pada pemahaman teori-teori ilmu yang bersangkutan, sedangkan
mempelajarinya secara historis memaksa kita menelusuri awal mula,
konteks situasi di mana teori itu lahir.
Pernyataan di atas ini sesungguhnya juga berawal dari banyak
pendapat para sarjana di lapangan ilmu pengetahuan sosial bahwa tujuan
yang fundamental dari ilmu-ilmu sosial termasuk sosiologi adalah
menerangkan tentang kenyataan-kenyataan perubahan sosial. Bahkan
khusus untuk sosiologi itu sendiri ada yang menyatakan ilmu ini adalah
ilmu tentang krisis sosial. Dinyatakan demikian karena pada
kenyataannya, sejak awal pertumbuhannya hingga perkembangannya
dewasa ini sosiologi cenderung memperoleh bentuk-bentuk baru selaras
dengan krisis sosial.
Charles A Ellwood, di dalam bukunya yang terkenal A History of Sosial
Philosophy menyebut adanya sebuah teori yang dikenal dengan “ the
crisis of thought” atau Teori Krisis Pemikiran. Menurut teori ini, orang
hanya akan berfikir bila mana timbul persoalan-persoalan, bila mana
kebiasaan-kebiasaan lama kita tidak lagi berfungsi dan kita membutuhkan
kebiasaan-kebiasaan baru. Sebagaimana akan diterangkan kemudian di
dalam buku ini, Charles Ellwood mengambil contoh krisis yang
menimbulkan
lahirnya
pemikiran-pemikiran
di
lapangan
ilmu
kemasyarakatan ketika Athena, negara kota di abad Hellenic yang angkuh
itu berantakan ketika dikalahkan oleh Sparta, suatu bangsa yang oleh
orang Athena dianggap bangsa yang terbelakang.
Jadi jelaslah bahwa sosiologi adalah merupakan refleksi dari keadaan
masyarakat yang sedang berubah dan teori-teori yang dihasilkannya
merupakan hasil dari keadaan masyarakat itu sendiri. Dan karena pada
kenyataannya tiada satupun masyarakat yang tidak mengalami
perubahan, maka sosiologi akan terus berkembang di dalam masyarakat.
Teori-teorinya akan terus berkembang dengan segala konsekuensinya,
yang mungkin akan terlempar dari peredaran atau mungkin juga akan
bertahan. Sementara itu pula akan muncul teori-teori baru yang
dihasilkan seiring dengan perubahan kemasyarakatan yang terjadi.
Untuk membuktikan hal itu mungkin kita bisa melacaknya jauh ke
belakang pada permulaan abad ke 19 dimana terjadi perubahan yang
sangat cepat dan hebat di dalam masyarakat akibat terjadinya revolusi

industri dan juga terjadinya revolusi sosial di Eropa. Sebuah perubahan
yang memperkenalkan kekuasaan masyarakat dan kekuasaan massa.
Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi pada masa itu telah
menghasilkan polarisasi yang sangat hebat antara kaum pemilik modal
dengan mereka yang tidak memiliki.
Berkembangnya
industri-industri
di
daerah
perkotaan
telah
mengakibatkan mengalirnya urbanisasi dari daerah pedesaan untuk
mencari kehidupan yang lebih baik di perkotaan. Tetapi kemudian
kenyataannya menunjukkan telah terjadi semacam penghisapan oleh
kaum majikan yakni para pemilik modal yang menguasai indusri-industri
tersebut terhadap para buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. Perubahan ini
kemudian menghasilkan berbagai krisis sosial dengan meningkatnya
kriminalitas dan kemiskinan rakyat jelata yang tidak punya modal. Di
dalam situasi sedemikian inilah sosiologi mencatat tampilnya teori-teori
yang membela kaum buruh yang tertindas yang dipelopori oleh Karl Marx
dan kawan-kawannya.
Demikian juga kalau kita ingin mencari bukti-bukti lain, misalnya pada
abad pertengahan. Di abad ini tidak terjadi perubahan yang berarti di
lapangan kemasyarakatan. Pada abad ini gereja merupakan pendukung
kebudayaan, merupakan tenaga yang menyatukan dan menguasai
masyarakat. Prinsip-prinsip kemasyarakatan dirumuskan oleh bapa-bapa
gereja seperti Santo Agustinus dan dan Thomas van Aquinas sebagai
pemuka-pemukanya. Dan sejarah mencatat dalam abad ini praktis tidak
ada perhatian tentang masalah-masalah sosial atau dengan kata lain
dalam periode ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat lambat di
lapangan ilmu pengetahuan sosial.
Sebaliknya pada akhir abad pertengahan, terjadi perubahanperubahan yang sangat cepat di dalam masyarakat. Tumbuhnya
nasionalisme yang mendesak feodalisme, berkembangnya perdagangan
dan tumbuhnya borjuis yang kemudian menjadi semakin berpengaruh. Di
dalam perode ini terjadi pertentangan yang memenuhi dunia dan
pertengahan yakni pertentangan antara raja dan paus untuk saling
berebut kekuasaan. Juga periode ini ditandai tumbuh dan berkembangnya
kota-kota dan mengalirnya penduduk desa ke kota yang kemudian
menghasilkan perubahan-perubahan terhadap tradisi adat kebiasaan dan
moral yang kemudian mulai menghilangnya yang mengikat masyarakat.
Timbullah dari keadaan ini pemikiran-pemikiran yang reflektif dan diskusi-

diskusi tentang apa yang disebut dengan problem-problem sosial. Abad
inilah yang mungkin dikenal dengan periode Renaissance, dimana muncul
kembali pemikiran-pemikiran Yunani dan Romawi abad ke 4 sebelum
masehi, yaitu periode Plato dan Aristoteles, ahli-ahli sejarah seperti
Herodotus, Tucydides, Polybos, dan juga Cicero yang dalam ilmu
pengetahuan diklasifikasikan sebagai ahli teori kemasyarakatan dari
abad Hellenic.
Abad Hellenic ini, seperti halnya abad modern sekarang ini adalah
suatu masa transisi yang mana terjadi disorganisasi sosial yaitu ketika
rejim Negara kota membuka jalan bagi tumbuhnya suatu negara
kekaisaran sesudah penaklukan Alexander atas negara-negara Yunani.
Dari uraian terdahulu, kembali kita melihat hubungan antara krisis
dengan munculnya teori-teori sosial sebagaimana dinyatakan oleh Teori
Krisis Pemikiran. Sehingga dapatlah dinyatakan pula bahwa suatu ilmu
sosial sesungguhnya pada suatu waktu dan tempat tertentu,
menggambarkan usaha para pemikir untuk dapat memahami keadaan
masyarakat di mana mereka hidup, terutama keadaan yang timbul dari
keadaan yang berubah baik untuk kepentingan para pemikir itu sendiri
maupun untuk kepentingan masyarakat.

RINGKASAN
Suatu teori yang baik dapat membantu kita untuk memahami fakta,
menjelaskan, dan memberikan ramalan yang valid, hal ini sangat perlu
dalam suatu perencanaan untuk masa yang akan datang, baik yang
berhubungan dengan kehidupan pribadi kita sendiri maupun yang
berhubungan dengan perencanaan kebujaksanaan umum.
Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya untuk
membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai satu problem
khusus atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui
pemikiran yang tidak sistematis dalam detail dan ketepatan untuk
pembentukan kosep yang berikutnya. Teori yang demikian itu bisa
menghasilkan dan mengandung ide-ide yang siap pakai pada suatu
ketika.
Sebuah teori mencoba memecahkan sebuah problem teoritis ke dalam
empat kategori yaitu

1.
Teori memungkinkan adanya ide-ide tambahan untuk pemecahan
beberapa problem teoritis yang ada.
2.
Teori memungkinkan adanya model-model dari buah pikiran dan
dengan demikian menghasilkan suatu deskripsi skematis. Deskripsi itu dapat
dibayangkan sebagai suatu pola dan di dalam pola itu ide-ide tersebut
tersusun rapi dan serasi.
3.

Model-model memungkinkan adanya teori-teori.

4.

Teori memungkinkan adanya hipotesa-hipotesa.
Sosiologi adalah merupakan refleksi dari keadaan masyarakat yang
sedang berubah dan teori-teori yang dihasilkannya merupakan hasil dari
keadaan masyarakat itu sendiri. Dan karena pada kenyataannya tiada
satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan , maka sosiologi
akan terus berkembang di dalam masyarakat. Teori-teorinya akan terus
berkembang dengan segala konsekuensinya, yang mungkin akan
terlempar dari peredaran atau mungkin juga akan bertahan. Sementara
itu pula akan muncul teori-teori baru yang dihasilkan seiring dengan
perubahan kemasyarakatan yang terjadi.

LATIHAN

1.

Jelaskan manfaat teori!

2.
Sebuah teori memecahkan problem toritis ke dalam 4 kategori,
sebutkan dan jelaskan!
3.
Para ahli ilmu sosial dan akademisi lainya kadang-kadang dituduh
terlalu menjauhkan diri dari dunia nyata dan hidup dalam menara gading,
apa maksudnya?
4.

Jelaskan latar belakang munculnya teori sosiologi dalam masyarakat!

TUGAS
Buatlah makalah sebagai tugas kelompok dengan mengkaji secara
sosiologis sebuah fenomena sosial yang ada di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Gramedia. Jakarta.
M. Siahaan, Hotman. 1986.Pengantar
Sosilogi. Erlangga. Jakarta.

Ke

Arah

Sejarah

dan

Teori

BAB II
FILSAFAT SOSIAL SEBAGAI DASAR TEORI SOSIAL

PENDAHULUAN
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Alam pikiran mengenai masyarakat sesungguhnya sama tuanya
dengan alam pikiran ilmiah itu sendiri. Masyarakat selalu dikenal dalam
pengalaman dan masyarakat selalu menghadapkan manusia pada
persoalan-persoalan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk
menjawabnya. Karena dia selalu menghadapkan manusia pada persoalanpersoalan dan masalah-masalah praktis inilah sebabnya masyarakat
menjadi buah pikiran.
Dalam alam pemikiran mengenai masyarakat tercerminlah masyarakat
itu sendiri sebagai yang dialami, yang dalam perkembangannya
melahirkan dua hal yaitu perkembangan dari kenyataan sosial yaitu
masyarakat itu sendiri dan perkembangan pemikiran ilmiah. Dan karena
pengetahuan yang paling tua adalah filsafat, maka di dalam filsafat itu
pastilah dibicarakan tentang masyarakat. Dan karena filsafat lahir di alam
pikiran Yunani maka yang pertama-tama perlu dibicarakan adalah alam
pikiran Yunani.
Pokok bahasan yang akan diuraikan pada bab dua ini adalah
lahirnya filsuf-filsuf yang terkenal di era Yunani yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Ke tiga tokoh yang menjadi ‘sufi’ di zamannya ini, akan
dibahas secara rinci mulai dari riwayat hidupnya, metode berfikirnya
hingga filsafat sosial yang dilahirkannya yang akan menjadi dasar bagi
lahirnya teori-teori sosial selanjutnya khususnya teori-teori sosiologi.

Setelah mempelajari uraian pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan
mampu
1.
Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat
sosial Socrates.
2.
Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat
sosial Plato.
3.
Menjelaskan tentang riwayat hidup, metode berfikir dan filsafat
sosial Aristoteles.
4.
Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Socrates
dengan Plato.
5.
Membandingkan metode berfikir dan filsafat sosial Aristoteles
dengan Plato/Socrates.

A. SOCRATES

1. Riwayat Hidup
Sufi terbesar ini lahir kira-kira 470 SM, dan meninggal pada tahun 399
SM. Dia berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang seniman
patung, dan banyak memberikan inspirasi pada cara berpikir Socrates.
Dia juga merupakan seorang prajurit pada angkatan perang Athena.
Pada suatu ketika, ia mendapat panggilan suci (devine commision)
untuk menunjukkan kearah mana kebenaran harus dikembangkan dan
bagaimana menghilangkan kebodohan sesama warga Negara Athena.
Sebagai prajurit dalam perang Peloponesus dia pergi dari satu barak ke
barak yang lain, dan kepada setiap orang yang dijumpainya dia selalu
menanyakan pendapanya mengenai masalah-masalah sosial dan politik.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya ia mengetahui bahwa ia
sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa, seperti orang lainpun tadak
mengetahui apa-apa pula. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa yang
diperlukan adalah sesuatu penyelidikan yang dapat dipercaya. Dengan

penyelidikan itu dicarilah hakekat kehidupan sosial politik yang kemudian
melahirkan pemikiran filsafatnya.
Ketika pada suatu hari Oracle Delphy menyatakan bahwa Socrates
adalah seorang yang paling bijaksana di Athena, maka dia menjawab:
“Hanya satu hal saja yang saya ketahui, ialah bahwa saya tidak tahu apaapa”. Dari pernyataan inilah Socrates memberi dasar metode berpikir
filsafatnya.
2.

Metode Berfikir
Socrates adalah orang pertama yang menggunakan cara berpikir untuk
meragukan sesuatu dan mengutamakan pentingnya definisi mengenai
sesuatu. Ia berpendapat bahwa langkah pertama untuk mendapatkan
pengetahuan adalah dengan lebih dahulu menjelaskan idea-idea dan
konsepsi-konsepsi. Definisi yang tepat mengenai istilah-istilah dan
konsepsi-konsepsi adalah paling sulit di dalam ilmu pengetahuan dan
filsafat. Akan tetapi definisi ini justru harus difahami lebih dahulu untuk
dapat menemukan kebenaran. Secara singkat Socrates berpendapat
bahwa definisi adalah merupakan langkah pertama di dalam ilmu
pengetahuan. Dari sudut ini Socrates dapat disebut sebagai orang yang
pertama menunjukkan perlunya logika sebagai dasar bagi ilmu
pengetahuan dan filsafat.

3.

Filsafat Sosial
Kita mengenal pemikiran Socrates hanya melalui tulisan-tulisan
Plato muridnya, dalam bentuk drama timbal cakap. Akan tetapi sesuatu
yang tidak perlu diragukan sebagai ajaran Socrates adalah pernyataan
bahwa ‘kecerdasan adalah merupakan dasar dari semua keutamaan’, di
dalam adat kebiasaan, di dalam lembaga-lembaga sosial dan di dalam
hubungan sosial manusia maupun di dalam kehidupan pribadi. Menurut
Socrates tabiat yang baik adalah sinonim dari kecerdasan, pengetahuan
menjadikan seseorang bijaksana.
Seseorang yang adil misalnya, harus mengetahui hukum dengan
sebaik-baiknya. Akan tetapi, Socrates menyatakan bahwa disamping
hukum-hukum manusia terdapat juga hukum Tuhan; dan keadaan adalah

kebijakan yang mengalir dari pengetahuan tentang hukum Tuhan.
Socrates mengajarkan bahwa kebajikan dalah sesuatu yang dapat dicapai
dengan kecerdasan manusia. Apabila kita hendak membangun
masyarakat dengan berhasil, maka kita harus membangun dengan
landasan ilmu pengetahuan.
Kritik yang pertama terhadap pemikiran Socrates adalah bahwa ia
terlalu intelektualistik. Kenyataannya, orang-orang cerdik pandai,
sekalipun mereka banyak mengetahui kebenaran akan tetapi mereka
banyak pula melakukan kesalahan. Tentang hal ini Socrates menjawab,
bahwa mereka memang tidak akan dapat mengetahui benar bagimana
mereka dapat mencapainya. Akan tetapi bilamana suatu pengetahuan
dilaksanakan, orang tidak akan melakukan kesalahan yang lebih jauh.

B. PLATO

1.

Riwayat Hidup
Plato dilahirkan kira-kira 427 SM. Dan meninggal pada tahun 347 SM.
Ia berasal dari keluarga bangsawan Athena yang sangat memuliakan
kaumnya.
Sesudah Socrates meninggal, Plato merantau ke berbagai negeri
seperti Mesir, Asia, Sisilia dan Italia bagian selatan, dimana dia kemudian
berkenalan dengan pemikiran Phythagoras. Pada tahun 387 SM, ia
kembali ke Athena dan mendirikan suatu sekolah yang terkenal dengan
nama ‘Academia’ yang karena banyak menarik pemuda-pemuda
terpelajar Yunani, dapat disebut sebagai Universitas pertama di Eropa

Terdapat tiga buah bukunya yang paling terkenal yaitu :
1.

The Republic.
The Republic merupakan usaha pertamanya yang besar untuk
menggambarkan suatu masyarakat ideal di mana keadilan dapat
diwujudkan.

2.
The Laws yang merupakan buku yang membuat garis besar konstitusi
sosial politik.
3.
The Statesman (Negarawan) yang membuat suatu diskusi tentang
konstitusi politik.

2.

Metode Berfikir
Dia mengembangkan metoda dialektika Socrates, dengan memulainya
dan menguji konsep-konsep pikiran. Kita dapat mengenal ‘manusia’
misalnya, melalui cara mengenal pengertian umum tentang manusia,
inilah yang disebut dengan ‘ Platonic idealism’, yang sebagai suatu
metoda berpikir biasa disebut ‘Conseptualism’, suatu doktrin yang
mengajarkan bahwa kebenaran harus diperoleh dengan menguji atau
membuktikan konsep-konsep. Metoda berpikir Plato ini (dan juga
Socrates), bertolak belakang dengan metoda yang dipergunakan oleh
ilmu-ilmu pengetahuan modern. Plato berpendapat bahwa kebenaran
universal tidak dapat dicapai melalui pengertian-pengertian tentang
gejala-gejala yang nampak.
Plato adalah pencipta ajaran ‘serbacita’ (ideenleer), karena itu
filsafatnya disebut ‘idealisme’. Diapun beranggapan bahwa pengetahuan
yang diperoleh melalui pengamatan atas gejala-gejala yang nampak,
adalah bersifat relatif. Kebajikan tidak mungkin ada tanpa memiliki
pengetahuan dan pengetahuan tidak dapat hanya terbatas pada
pengamatan saja. Sebab pengetahuan itu dilahirkan oleh ‘alam bukan
benda’, melainkan alam sebacita. Contohnya cita atau konsep tentang
kuda yang memiliki semua sifat kuda dalam bentuk yang murni, tidak
dapat diamati di dunia ini. Kuda kita lihat berbeda satu sama lain dalam
bentuk, warna, dan sifatnya. Kuda dalam bentuk yang murni dan
sempurna ada di idealisme pikiran manusia, sedangkan dalam
kenyataannya kuda dikenali dalam keadaan yang kurang sempurna di
dunia ini.
Jadi serbacita itu adalah pengertian-pengertian yang sudah ada pada
saat manusia lahir. Mencari pengetahuan berarti menimbulkan kembali
ingatan-ingatan dan tata tertib dari kerinduan jiwa kita akan dunia
sebacita, dimana jiwa kita dahulu berada.

3.

Filsafat Sosial

The Republic sebenarnya bernilai sebagai tulisan tentang etika sosial,
mengenai masyarakat ideal, The Republic itu sebagai tulisan pertama dan
terbesar yang bersifat sosiologis. Plato menganggap bahwa masyarakat
ideal adalah merupakan perluasan dari konsep tentang individu manusia.
Menurut Plato manusia pada dasarnya memiliki tiga sifat tingkatan
kegiatan yaitu
a.

The Appetites or the senses (nafsu atau perasaan-perasaan)

b.

The Spirit or the will (semangat atau kehendak-kehendak)

c.

Inteligence, reason, and judgment (kecedasan atau akal)
Berdasarkan tiga elemen aktivita individu tresebut plato kemudian
menyusun suatu masyarakat ideal di dalam tiga lapisan atau kelas yaitu :
a.

Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh
pemuasan nafsu dan perasaannya.

b.

Mereka yang mengabdikan hidupnya untuk memperoleh
penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi dari
pada spirit or will

c.

Mereka
yang
mempersembahkan
hidupnya
untuk
pemeliharaan akal atau kecerdasan untuk mengajar
kebenaran.

Berdasarkan tiga lapisan sosial Plato kemudian merumuskan tiga
kegiatan lapisan sosial. Ketiga aktivita lapisan sosial itu adalah :
1. Mereka yang mengabdikan hidupnya bagi pemenuhan
nafsu dan perasaan, bertugas untuk menghidupi atau
memelihara masyarakat. Mereka ini adalah kelas pekerja
(manual work), yang meliputi pekerja-pekerja di sektor
pertanian dan industri yang harus mendukung dan
menghidupi dua kelas yang lain. Kepada kelas inilah
didalam masyarakat ideal Plato, diberi hak-hak yang penuh
dan istimewa sebagai seorang warga negara yang
diperolehkan memiliki kekayaan pribadi, oleh karena

berfungsi menyediakan atau memprodusir barang-barang
kebutuhan hidup seluruh anggota masyarakat.
2. Mereka yang hidupnya diabdikan untuk memperoleh
penghormatan dan perbedaan sebagai manifestasi
dari spirit
or the will bertugas untuk melindungi
masyarakat dari serangan yang datang dari luar maupun
dari dalam masyarakat itu sendiri. Mereka ini adalah kelas
militer (a citizen soldier class). Mereka inilah warga negara
dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka adalah
gambaran dari masyarakat komunis yang sempurna dan
tidak memiliki kehidupan yang bebas dan ganjaran mereka
satu-satunya adalah penghormatan yang diberikan
masyarakat dan kemenangan-kemenangan perang.
3. Mereka
yang
mempersembahkan
hidupnya
untuk
memelihara akal atau kecerdasan bertugas untuk
memerintah dan memimpin masyarakat disebut sebagai
kelas penguasa (magistrates or guardian class). Kelas ini
terutama diangkat dari kelas militer melalui seleksi dalam
kemampuan dan kecerdasan otaknya. Mereka tidak hanya
menjadi filosof dan negarawan, tetapi lebih dari itu juga
seorang guru.
Meskipun Plato membagi masyarakat ke dalam 3 kelas sosial, tetapi
tidak berarti bahwa pembagian tersebut merupakan lapisan yang tertutup
setiap orang mempunyai kesempatan yang sama di dalam
masyarakat.Plato menghendaki masyarakat yang ideal itu yakni
aristokratis di bawah kaum intelek di mana kekuasaan dan pengawasan
akan dipegang oleh kelas yang berpendidikan dan berkecerdasan tinggi.
Yang terpenting bagi studi sosiologi dalam buku Plato The
Republic adalah konsepsinya tentang keadilan (justice). Hanya di dalam
masyarakat tertentu, Kata Plato, keadilan dapat direalisir. Orang yang adil
hanya dapat ada di dalam masyarakat adil. Dengan demikian konsepsi
Plato tentang keadilan adalah merupakan konsepsi sosial.
Dalam bukunya ’The Laws’ Plato hanya memuat garis besar konstitusi
politik. Di dalam buku ini tahap perkembangan sosial. Plato
mengemukakan perkembangan masyarakat melalui lima tahap yaitu :

a. Tahap kehidupan masyarakat yang terisolir di dalam
masyarakat pemburu dan yang hidup di padang-padang
rumput.
b. Masyarakat
tersusun ke
masyarakat
masyarakat

yang Patriarchal di mana keluarga-keluarga
dalam ikatan-ikatan klan dan suku-suku, tetapi
ini masih hidup di padang-padang sebagai
pemburu dan penggembala.

c. Masyarakat petani yang sudah mulai mendiami desa-desa
pertanian
d. Masyarakat yang hidup di kota-kota perdagangan
e. Masyarakat yang hidup di kota yang mapan seperti Sparta
atau Athena
Plato adalah pencipta pertama dari pada ide tentang komunisme, dia
hanya membatasi komunismenya pada dua lapisan atas dalam
masyarakat. Menurut pendapatnya terdapat banyak persamaan antara
ide komunisme Plato dengan komunisme Rusia, yaitu :
a. Keduanya membenci perdagangan dan ekonomi uang
b. Keduanya menaruh perhatian pada persoalan hak milik
sebagai satu-satunya sumber semua kejahatan dan
kebusukan
c. Keduanya menghendaki hapusnya kemakmuran dan hak
milik perseorangan
d. Keduanya menghendaki pengawasan kolektif bagi anakanak
e. Keduanya
menghendaki
pengawasan
semua
pengetahuan dan ideologi bagi kepentingan negara

ilmu

f. Keduanya memiliki ajaran dogmatis yang menghendaki
agama negara terhadap mana semua aktivitas harus disubordinasikan kepadanya.
Plato adalah pencipta pertama tentang kesamaan sosial yang mutlak
antara wanita dan laki-laki, dan perlunya pengawasan terhadap
perkawinan. Disamping itu Plato adalah orang pertama yang menghargai
ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa tidak saja
perlu adanya leadership yang cakap tetapi ia menunjukkan pula

keuntungan sosial dari pada pemerintah oleh orang-orang bijaksana (para
cendekiawan). Fasisme modern barang kali merupakan suatu bentuk
modern berdasarkan konsep plato. Hanya saja berbeda dari komunisme
Rusia Plato sebaliknya mengatakan bahwa setiap masyarakat harus selalu
terdapat susunan-susunan kelas yang bersifat natural.
Plato menekankan adanya perbedaan-perbedaan antara individuindividu dan kelas-kelas sosial ciptaannya terlampau kaku. Perbedaan
antara kelas-kelas tersebut lebih bersifat gradual dari pada bersifat
kualitatif.

C. ARISTOTELES

1.

Riwayat Hidup

Filsuf ini dilahirkan pada tahun 384 SM, di Stagira, dan meninggal pada
tahun 332 SM, pada usia 62 tahun. Ibu Aristoteles adalah seorang ahli
kesehatan dari Raja Amyntas II, dan ayahnya juga seorang ahli kesehatan,
penjinak binatang, dan pecinta alam yang pada akhirnya mempengaruhi
pemikiran Aristoteles yang bersifat naturalistik.

Setelah kematian ayahnya, Aristoteles pergi ke Athena pada usia 18 tahun
untuk belajar di academy dibawah asuhan Plato. Plato mengakui bahwa
Aristoteles adalah muridnya yang paling brilliant, karena ia mampu
mengembangkan pikirannya sendiri. Pada kematian Plato, Aristoteles
memiliki hak terbesar untuk memimpin Academia, sekalipun demikian
pimpinan jatuh ketangan kemenakan Plato. Aristoteles merasa perlu untuk
meninggalkan Athena, ia akhirnya mengungsi ke istana Hermias. Di sini ia
berdiam selama tiga tahun, kemudian ia menikahi anak angkat Hermias yang
cantik, bernama Pythias.

Tahun 342 SM Aristoteles dipanggil ke istana raja Philip II dari Mecodonia
untuk menjadi guru dari puteranya Alexander yang masih berusia 13 tahun.

Sesuia dengan ide-ide pendidikannya sendiri, Aristoteles tidak mendidik
Alexander sebagai murid privat, melainkan mendidiknya dalam satu sekolah
bagi anak bangsawan Mecedonia. Setelah Alexander diangkat menjadi raja,
Alexander memberikan bantuan kepada Aristoteles untuk membeli bukubuku guna mendirikan suatu perpustakaan dan sebuah museum serta
mengumpulkan informasi-informasi ilmiah. Itulah sebabnya Aristoteles dapat
mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara kota di jamannya. Hal itu
pula yang menyebabkan dia mampu melakukan studi induktif yang luas
berbagai masyarakat Yunani dan non Yunani.

Pada usianya yang ke 50 tahun Aristoteles kembali lagi ke Athena dengan
membawa serta perpustakaan dan museumnya. Kemudian dipanggil ke
istana raja Philip II dari Mecodonia untuk menjadi guru dari puteranya
Alexander Banyak diantara tulisan aristoteles merupakan catatan muridnya,
cara yang demikian merupakan dasar yang baik bagi pembentukan
pemikiran, karena muridnya merupakan kumpulan ingatan yang hidup.
Kemudian Aristoteles menyingkir ke Calcis sampai ia meninggal. Pikiran
Aristoteles bersifat ensiklopedis, adalah merupakan pembangunan banyak
ilmu pengetahuan dan disiplin filsafat.

2. Metode Berfikir

Aristoteles berbicara tentang filsafat dan dunia realita. Pemikiran Aristoteles
adalah objektif dan dan realitas, teorinya dibangun berlandaskan fakta-fakta,
ia menemukan sember kebenaran pada pengalaman. Aristoteles merupakan
orang pertama yang menggunakan metoda historis dalam mempelajari
kenyataan sosial. Dia adalah pembangun logika, yaitu suatu ilmu tentang
cara berpikir yang benar, ilmu pengetahuan menurutnya adalah bangunan
pengetahuan yang masuk akal. Jelaslah bahwa Aristoteles tidak pernah
memimpikan untuk memisahkan penyelidikannya tentang ‘apa yang ada’
dan ‘apa yang seharusnya ada’.

3.

Filsafat Sosial

a.

Ajaran Tentang Asal mula Masyarakat

Ada dua bentuk asosiasi manusia yang bersifat dasar dan essensial, yaitu
asosiasi antara laki-laki dan wanita untuk mendapatkan keturunan, dan
asosiasi antara penguasa dan yang dikuasai. Kedua asosiasi ini
bersifat naturalistic (tidak disengaja). Negara berasal dari perkumpulan
kampung/dusun, sedangkan dusun berasal dari kumpulan keluarga yang
terbentuk secara alamiah. Ciri-ciri negara : merdeka penuh ( full
independent), memenuhi kebutuhan sendiri ( self sufficiency) dan memiliki
pemerintahan sendiri (self government). Negara adalah suatu ‘natural
group’, dan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Masyarakat
manusia memiliki dasar kultur dan dasarnya yang alamiah.

b.

Ajaran Tentang Organisasi Sosial

Aristoteles membagi ilmu tentang keluarga kedalam empat bagian :
1.

Tentang hubungan antara tuan dengan budaknya.

2.

Tentang hubungan antara suami dengan istri.

3.

Tentang hubungan antara orangtua dengan anaknya.

4.

Tentang ilmu atau seni keuangan.

c.

Ajaran Tentang Organisasi Politik

Aristoteles mengemukakan pembagian fungsi pemerintahan kedalam fungsi
legislatif, eksekutif, dan judikatif, dengan maksud agar terdapat pengawasan
satu sama lain. Ada enam bentuk fundamental daripada negara, yaitu :
pemerintahan oleh seseorang disebut ‘Monarki’ apabila baik dan ‘Tyrani’
apabila buruk. Pemerintahan oleh sejumlah orang disebut ‘Aristokrasi’
apabila baik dan ‘Oligarkhi’ apabila buruk, pemerintahan oleh banyak orang
disebut ‘Demokrasi’ dalam bentuk baik maupun korup.

d.

Ajaran Tentang Sosial Development

Aristoteles mengemukakan bahwa monarki adalah merupakan bentuk
pemerintahan yang paling tua dan primitif, yang bersumber langsung dari
kekuasaan laki-laki dalam keluarga patriarchal. Aristokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang dipimpin oleh kaum bangsawan yang memerintah untuk
orang banyak. Dalam pikiran Aristoteles sebab-sebab daripada revolusi
adalah bersifat psikologis dan karenanya dapat dicegah.

e.

Ajaran Tentang Etika Sosial

Aristoteles menyatakan bahwa negara adalah suatu asosiasi yang tidak
semata-mata bertujuan untuk menyelenggarakan perlindungan bersama
atau mengusahakan kemakmuran komersial. Ada tiga kesejahteraan atau
kehidupan individu yang bahagia menurut Aristoteles, yaitu :
5.

External goods, or wealth (kekayaan).

6.

Good of the body, or health (kesejahteraan).

7.

Goods of the soul, or intelligence and character (kecerdasan atau
karakter).

Sistem sosial yang baik menurut Aristoteles adalah suatu sistem dimana
setiap orang dapat berbuat sebaik-baiknya dan hidup bahagia. Dengan
demikian idealisme Aristoteles tentang masyarakat adalah merupakan
idealisme seimbang antara kemakmuran material, kesehatan fisik,
kecerdasan yang tersebar, dan karakter yang merata.

f.

Ajaran Tentang Social Progress

Aristoteles memiliki pengajaran tentang perbaikan sosial, yaitu ajaran
tentang bagaimana membangun atau memelihara suatu masyarakat yang
ideal yaitu melalui pendidikan.Ada tiga jalan yang dapat membuat manusia
menjadi baik dan bijaksana, yaitu : Alam, habit dan akal atau pikiran.

Pendidikan mengandung dua hal, yaitu : ‘habituasi’ atau apa yang disebut
dengan latihan membiasakan diri, dan pendidikan kekuatan-kekuatan

rasional, yakni akal atau pikiran. Yang harus diperhatikan di dalam setiap
pendidikan adalah meningkatkan karakter atau moral warga negara, karena
karakter yang lebih tinggi akan menghasilkan tertib sosial yang tinggi pula.

RINGKASAN

Socrates, Plato dan Aristoteles adalah pemikir-pemikir sosial yang muncul di
zamannya yaitu di abad Yunani. Sebagai ‘sufi’ bagi masyarakat Yunani
ketika terjadi krisis besar dimasyarakatnya itu, dimana kebenaran dan
keadilan sulit didapat, yang ada hanya ketidakpastian. Khususnya krisis
terbesar ketika negara kecil Sparta mengalahkan Athena yang begitu kuat
sehingga membuat shock masyarakatnya. Persoalan yang dialami
masyarakat Yunani yang serba dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian
akhirnya melahirkan filsafat sosial dari Socrates bahwa’ kecerdasan sumber
keutamaan’. Dengan kecerdasan atau ilmu pengetahuan maka kebajikan
akan tercapai sehingga membangun masyarakat pun akan berhasil baik.
Metode berfikir dan filsafat sosial Socrates selanjutnya dikembangkan oleh
muridnya yaitu Plato yang terkenal dengan ajaran ‘idealismenya’. Dengan
menguraikan sketsa masyarakat idealnya yang merupakan pengembangan
sifat-sifat manusia dalam buku ‘ The Republic’nya. Plato adalah pencipta
pertama ide tentang komunisme. Aristoteles sebagai murid Plato ternyata
mampu mengembangkan arah pikirannya sendiri berbeda dengan gurunya.
Dengan membangun teori di atas landasan fakta-fakta meskipun masih
spekulatif, serta metode berfikir induktif berbeda dengan teori Plato/Socrates
yang dibangun berdasarkan dunia idea saja serta bersifat deduktif. Filsafat
sosial Aristoteles yang terkenal adalah bahwa manusia menurut kodratnya
adalah mahluk sosial (man is naturally a political animal ) atau “Zoon
politicon”. Oleh karena itu, Aristoteles di pandang sebagai pelopor dalam
ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Meskipun demikian, baik Aristoteles maupun
Plato dan Socrates sebagai filsuf besar yang namanya menembus zaman
sekalipun, tetap juga tidak luput dari berbagai kesalahan sebagaimana
lazimnya kehidupan dunia ilmu pengetahuan.

LATIHAN
1.

Jelaskan kritik sosial yang diberikan pada filsafat sosial Socrates!

2.

Jelaskan perbedaan metode berfikir antara Plato dengan Aristoteles !

3.

Coba jelaskan kembali menurut anda tentang “zoon politicon“ yang
dikemukakan oleh Aristoteles !

4.

Jelaskan 6 persamaan antara ide komunisme Plato dengan komunisme
Rusia!

5.

Mengapa sekolah yang didirikan oleh Aristoteles lebih dikenal dengan
nama Parepatetic school !

TUGAS

Buatlah makalah yang berisikan rangkuman kritik-kritik yang diberikan oleh
para ahli terhadap metode berfikir maupun filsafat sosial dari Socrates, Plato
dan Aristoteles, berdasarkan sumber rujukan yang diberikan dan yang anda
ketahui. Selanjutnya akan didiskusikan di kelas!

DAFTAR PUSTAKA

Bouman, P.J., 1956. Ilmu Masyarakat Umum. Terjemahan Sujono.