INSTITUSI PROFESI INDONESIA LEMBAGA PEND

INSTITUSI PROFESI INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN PROFESI INDONESIA
MAKALAH
OTORITAS JASA KEUANGAN

Sebagai
Tugas Kuis Bank dan Lembaga Keuangan

Di susun oleh
Tuti Dwi Andani
No. reg. 30113020021

PROGRAM KEAHLIAN PROFESI 2 TAHUN
Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam
membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain: kewajiban pemenuhan

modal minimum bank, sistem informasi perbankan yang terpadu, kebijakan penerimaan dana
dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri, produk
perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya, penentuan institusi bank yang
masuk kategori systemically important bank dan data lain yang dikecualikan dari ketentuan
tentang kerahasiaan informasi.
Dalam hal Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya
memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu, Bank Indonesia dapat melakukan
pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis terlebih dahulu kepada OJK, akan tetapi tidak dapat memberikan penilaian terhadap
tingkat kesehatan bank dan laporan hasil pemeriksaan tersebut disampaikan kepada OJK
paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya hasil pemeriksaan. Jika OJK mengindikasikan
bank tertentu mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk,
OJK segera menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan langkah-langkah sesuai
dengan kewenangan Bank Indonesia
OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan mengenai bank
bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh OJK sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan. Lembaga Penjamin Simpanan dapat melakukan pemeriksaan
terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas dan wewenangnya, serta berkoordinasi
terlebih dahulu dengan OJK. OJK, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan wajib
membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.

Krisis moneter dan perbankan tahun 1998 dan likuidasinya 16 bank mengakibatkan
menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Pemerintah
mengeluarkan kebijakan memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank,
termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Blanket guarantee dapat menumbuhkan
kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Ruang lingkup penjaminan
yang terlalu luas sehingga perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas yaitu
LPS.

B.
1.
2.
3.

Maksud dan tujuan penulisan
untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah bank dan lembaga keuangan,
sebagai tugas pengganti kuis mata kuliah bank dan lembaga keuangan
untuk mengetahui kegunaan dari OJK dan LPS guna penerapan saat menjadi tenaga
penyuluh lapangan

C. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian utama dalam pembuatan suatu makalah. Dalam bab ini
dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat , serta sistematika penulisan makalah
BAB II
: PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian , fungsi, tugas OJK dan LPS, serta wewenang
dan tujuan OJK dan LPS.
BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan yang dihasilkan dari penyusunan makalah ini serta saran yang
diberikan penulis berdasarkan hasil kesimpulan yang dibuat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. otoritas jasa keuangan
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti
industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan
asuransi sudah harus terbentuk pada tahun 2010. Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai suatu lembaga pengawasan sektor keuangan di Indonesia yang perlu diperhatikan,

karena ini harus dipersiapkan dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK
tersebut.

Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan
tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai
jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan,
kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial
serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang
menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri, yaitu
Undang-Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana Pensiun, dan
peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa keuangan lainnya. Ada
beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya UU ini selain pertimbangan Undang-Undang
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali dirubah, yakni :
1. Sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi
intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional
merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasional.
2. Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di
bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan
yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik

dalam hal produk maupun kelembagaan.
3. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai
subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan
interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.
4. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi
tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan
terganggunya stabilitas sistem keuangan.
Harapan penataan melalui UU No.21 Tentang Otoritas Jasa Keuangan :
1. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih
efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan
sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan.

2. Agar pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan
tersebut harus dilakukan secara terintegrasi
1. Fungsi OJK
1. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan
2. Menjaga stabilitas sistem keuangan
3. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yang sama seperti sekarang
4. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh
lembaga baru

2. Tujuan dalam pembentukan OJK
1. Untuk mencapainya, BI dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, dan transparan dengan mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di
bidang perekonomian.
2. Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis.
3. Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber daya manusia dan
ahli yang mencukupi
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai wewenang:
1. Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank yang
meliputi :



Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana
kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan

akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan



Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan
aktivitas di bidang jasa;



Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan
bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem informasi
debitur; pengujian kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank;



Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian
uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan

pemeriksaan bank.



Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;



Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;



Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK



Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;




Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga
Jasa Keuangan;



Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan



Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.



Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;




Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;



Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan
jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan;



Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;



Melakukan penunjukan pengelola statuter;




Menetapkan penggunaan pengelola statuter;



Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan



Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha,
pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

2. Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :
3. Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :
Menurut para pakar ekonomi:
1.

Menkeu Agus Martowardojo: Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi

kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK
merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia.
2.

Fuad Rahmany: menyatakan bahwa OJK akan menghilangkan penyalahgunaan

kekuasaan (abuse of power) yang selama ini cenderung muncul. Sebab dalam OJK, fungsi
pengawasan dan pengaturan dibuat terpisah.

3.

Darmin Nasution: OJK adalah untuk mencari efisiensi di sektor perbankan, pasar

modal dan lembaga keuangan. Sebab, suatu perekonomian yang kuat, stabil, dan berdaya
saing membutuhkan dukungan dari sektor keuangan.
4.

Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad: terdapat empat pilar sektor keuangan global

yang menjadi agenda OJK. Pertama, kerangka kebijakan yang kuat untuk menanggulangi
krisis. Kedua, persiapan resolusi terhadap lembaga-lembaga keuangan yang ditengarai bisa
berdampak sistemik. Ketiga, lembaga keuangan membuat surat wasiat jika terjadi
kebangkrutan sewaktu-waktu dan keempat transparansi yang harus dijaga.

B. lembaga penjamin simpanan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang
berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia.
adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004.
Undang-undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak diundangkan sehingga pendirian dan
operasional LPS dimulai pada 22 September 2005.
1.

Badan ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004.

2. Undang-undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak diundangkan sehingga pendirian dan
operasional LPS dimulai pada 22 September 2005.
3. Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib menjadi
peserta penjaminan LPS.
Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannnya.
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.

2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal
yang tidak berdampak sistemik.
Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.
3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank,
dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka
4.
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sehubungan dengan perincian data diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi
sudah harus terbentuk pada tahun 2010. Sedangkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di
Indonesia yang fungsinya sebagai penjaga stabilitas sistem keuangan dan penjamin sekaligus
pengawas suatu keuangan yang ada di suatu Instansi atau perusahaan yang bergerak dibidang
jasa penyimpanan keuangan.
B. Saran
Untuk Pribadi
1. Semoga bisa lebiih baik lagi dalam pembuatan makalah mengena salah satu materi
perbankan yang kami buat untuk waktu selanjutnya.
2. Untuk bisa kongkrit lagi data yang diberikan
Untuk pihak lain
1. Semoga Fungsi OJK dan LPS bisa benar-benar diterapkan dalam kehidupan ekonomi suatu
instansi.
2. Untuk lebih memperhatikan secara keseluruhan, tidak hanya Bank Indinesia saja.