TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK ... 1 PB

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A
Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak
Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi

Email: [email protected]
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah
Abstrak –Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa Kelas VIIA
SMP Negeri 1 Tomini pada konsep gerak. Masalah yang diselidiki adalah rendahnya hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA Fisika. Pembelajaran kooperatif make a match diimplementasikan sebagai alternatif
pemecahan masalah. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus dan subjek penelitian Kelas VIIA yang
jumlah seluruhnya 32 orang. Penelitian ini menggunakan penilitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus dengan materi pokok tentang gerak. Setiap siklus meliputi 4 tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan
tindakan (iii) 0bservasi (iv) refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
make a match dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini. Untuk hasil
belajar siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 72% dan daya serap klasikal sebesar 72%.

Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 94% dan daya serap klasikal
sebesar 82%. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah melewati standar ketuntasan klasikal yang
dipersyaratkan. Untuk hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I berada pada kategori kurang dan
cukup, sedangkan pada siklus II berada pada kategori baik dan sangat baik.

Kata Kunci: Penerapan, Pembelajaran Kooperatif Make A Match, Hasil Belajar Siswa
I. PENDAHULUAN

pendidikan metode mengajar yang dimaksud

Pendidikan memegang peranan yang sangat

agar siswa dapat dengan mudah memahami

penting

dalam

kehidupan


manusia

karena

untuk mencetak kader-kader pemimpin dan

pelajaran yang diajarkan.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran

ilmuan-ilmuan yang profesional harus melalui

yang

program

tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

pendidikan.

Jadi


pada

hakekatnya

sangat

penting

agar mampu memecahkan masalah kehidupan

karena

oleh karena itu, perbaikan dan pengembangan-

matematika atau dengan kata lain siswa harus

pengembangan

dapat berhitung sehingga fisika dianggap tidak


mutu

menarik

pendidikan mutlak diperlukan [1].

didalamnya

dan

fisika

terasa

dari

Sering

terciptanya


bahwa

mulai

dunia pendidikan ini menyiapkan anak didik

demi

dikatakan

diajarkan

digunakan

membosankan.

sulit

sistem


Kenyataan

ini

ditunjang

adalah sebuah persepsi yang negatif terhadap

oleh kemampuan guru dalam mengajar. Dalam

fisika. Terhadap permasalahan tersebut maka

proses

harus

telah dilakukan berbagai cara mengatasinya,

yang


salah satunya adalah membuat kondisi yang

siswa.

mendukung perkembangan kematangan siswa

Keberhasilan

pendidikan

pengajaran

mengembangkan
mengarah

harus

seorang


strategi

keaktifan

guru

mengajar

optimal

belajar

Dengan demikian maka seorang guru tidak

mempelajari fisika.

hanya dituntut untuk mampu menguasai materi

Berdasarkan wawancara dengan salah satu


pelajaran saja, akan tetapi juga dituntut untuk

guru fisika di SMP Negeri 1 Tomini bahwa

mampu

rendahnya keaktifan dan motivasi belajar siswa

mengajar

mengembangkan
yang

sesuai

metode-metode
dengan

tujuan


dalam proses pembelajaran fisika telah lama
9

menjadi

permasalahan

pembelajaran.

Telah

dalam
berbagai

proses

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240
memberikan pengaruh yang besar untuk


strategi

menjaga kelangsungan belajar siswa dalam

pembelajaran model kelompok diterapkan dan

tingkat kesungguhan belajar yang tinggi.

dilakukan, namun proses pembelajaran hanya

Dengan

kondisi

seperti

di

atas,

pada

didominasi oleh siswa yang pandai, sementara

dokumen prestasi belajar fisika siswa kelas VIIA

siswa yang berkemampuan rendah dan sedang

di Negeri 1 Tomini beberapa tahun terakhir,

tidak

dalam

kelas yang jumlah siswanya 32 orang, hanya

pembelajaran, sehingga tidak terjadi interaksi

terdapat 11 orang yang mencapai Standar

dalam pembelajaran, terutama interaksi antara

Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM = 70) dan

siswa dengan siswa.

13

memperlihatkan

Dalam

kondisi

partisipasinya

seperti

itu,

tujuan

siswa

lainnya

ketuntasan

berada

belajar

di bawa

minimal.

standar

Kenyataan

ini

pembelajaran model kelompok tidak terwujud

menunjukkan bahwa para siswa tidak mampu

karena siswa tidak mampu bekerja sama, tidak

menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

mampu

dan

Rerata klasikal hanya mampu mencapai 60,4.

ini

Ini memberikan asumsi bahwa daya serap

proses

siswa secara klasikal hanya mencapai 61 %.

kecenderungan

Sungguh merupakan suatu masalah serius yang

menyampaikan

pendapat

menanggapi

pendapat

orang

lain.

merupakan

kegagalan

guru

dalam

pembelajaran.

Ada

Hal

pembelajaran terpusat kepada guru (teacher
centered). Tidak ada umpan balik (feedback
dari siswa sehingga proses pembelajaran tidak
bermutu. Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa

hasil

penilaian

proses

tidak

sesuai

dengan harapan.
Oleh

karena

itu,

untuk

meningkatkan

keaktifan dan motivasi siswa kelas VII di SMP

patut mendapat penanganan secara tepat.
Tabel 1 Data Nilai Semester IPA Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri
1 Tomini

No

Tahun
Ajaran/Semester
2011/2012
Ganjil
Genap

1

Guru

adalah

Nilai Rata-rata Kelas
Kelas
VIIA

Kelas
VIIB

Kelas
VIIC

Kelas
VIID

5,4
5,6

6,5
6,1

5,7
5,8

6,3
6,2

perencana,

pelaksana

dan

Negeri 1 Tomini dalam proses pembelajaran

pengembang kurikulum sehingga perlu untuk

fisika, perlu penggunaan model pembelajaran

meningkatkan aktivitas, kreativitas, kualitas,

yang tepat, yang dapat membangkitkan minat,

dan profesionalisme. Karena itu maka masalah

keaktifan, dan motivasi siswa dalam proses

rendahnya

pembelajaran.

disikapi dengan melakukan berbagai modifikasi

Pembelajaran

yang

terpusat

hasil

belajar

fisika

siswa

harus

kepada guru (teacher centered) harus diubah

penggunaan

menjadi pembelajaran yang terpusat kepada

keterlibatan penuh siswa, kerja sama murni,

siswa

Artinya,

variasi dan keragaman dalam metode belajar,

pembelajaran terfokus pada penguasaan siswa

motivasi internal, adanya kegembiraan dan

atas materi dan penciptaan suasana belajar

kesenangan dalam belajar, dan integrasi belajar

yang

yang

(student

efektif

dan

centered).

menyenangkan,

sehingga

memudahkan siswa memahami pelajaran yang

lebih

strategi

pembelajaran

menyeluruh

ke

dalam

melalui

segenap

pengorganisasian pembelajaran [2].

disajikan oleh guru. Keaktifan dan motivasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran akan
10

Sesuai

dengan

uraian

permasalahan

g)

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240
Siswa diminta mempertanggungjawabkan

tersebut, diterapkan suatu model pembelajaran

secara individual materi yang ditangani

yang dapat meningkatkan hasil belajar fisika

dalam kelompok kooperatif [3].

yaitu pembelajaran model kooperatif make a

2. Tipe make a match

match. Pembelajaran kooperatif make a match

Metode make a match merupakan metode

dipilih karena pendakatan ini dapat memotivasi

belajar mengajar mencari pasangan dimana

siswa untuk aktif dan kratif dalam menciptakan

siswa

karya tulis yang berkaitan dengan materi yang

mengenai

diajarkan.

suasana yang menyenangkan. Jumlah siswa

1. Pembelajaran Kooperatif

dalam satu kelompok tidak boleh terlalu besar,

Pembelajaran

suatu

konsep

sambil

atau

belajar

topik

dalam

yang terdiri dari 2 orang atau lebih. Hal ini

strategi belajar mengajar yang menekankan

dimaksud agar proses kerjasama antar siswa

pada

berjalan

atau

adalah

pasangan

suatu

sikap

kooperatif

mencari

perilaku

bersama

dalam

efektif,

bekerja atau membantu diantara sesama dalam

semua

struktur

pembelajaran

kerjasama

yang

teratur

dalam

siswa

sehingga

terlibat

memungkinkan

secara

untuk

aktif

dalam

membahas

dan

kelompok, yang terdiri atas dua orang atau

memecahkan masalah. Dalam kelompok kecil

lebih.

itu siswa belajar dan bekerjasama sampai pada

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif

bersifat pengalaman individual maupun kolektif

adalah sebagai berikut:
a)

Siswa

dalam

beranggapan

kelompoknya
bahwa

haruslah

mereka

sehidup

sepenanggungan bersama.
b)

Siswa

bertanggungjawab

atas

segala

sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri.
c)

Siswa

harusnya

anggota

didalam

pengalaman belajar yang maksimal, baik yang

melihat

bahwa

kelompoknya

semua
memiliki

sebagai

pencerminan

adanya

prinsip-prinsip

keaktifan siswa dalam pembelajaran.[4]
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah
penerapan

model

pembelajaran

Kooperatif

Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini
pada konsep gerak.
II. METODOLOGI PENELITIAN

tujuan yang sama.
d)

Siswa

harusnya

tanggung

jawab

membagi
yang

dan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

diantara

kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus.

tugas

sama

Masing-masing

anggota kelompoknya.
e)

f)

Siswa

akan

dikenakan

evaluasi

atau

perencanaan,

siklus
pelaksanaan,

melalui
observasi

tahap
dan

diberikan hadiah atau penghargaan yang

refleksi. Tahapan penelitian ini diadopsi dari

juga akan dikenakan untuk semua anggota

alur PTK model Kurt Lewin yang dikembangkan

kelompok.

oleh Mc. Taggart [5].

Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa

membutuhkan keterampilan untuk belajar

kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini yang terdaftar

bersama selama proses belajarnya.

pada semester genap tahun ajaran 2012/2013
11

yang berjumlah 32 orang siswa yang terdiri dari
16 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa
perempuan, metode pengumpulan data pada
penelitian ini, meliputi beberapa cara yaitu,
observasi menggunakan lembar observasi dan
tes hasil belajar. Faktor-faktor yang diteliti
dalam

penelitian

ini adalah aktivitas

guru,

aktivitas siswa, afektif siswa, psikomotor siswa,
dan hasil belajar siswa. Analisa data terbagi
menjadi

dua

kelompok

yaitu

analisa

data

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
persentase nilai rata-rata aktivitas siswa siklus
I pada pertemuan pertama berada pada
kategori kurang sedangkan pada pertemuan
kedua berada pada kategori cukup. Pada siklus
II persentase nilai rata-rata aktivitas siswa
pada pertemuan pertama berada pada kategori
baik sedangkan pada pertemuan kedua berada
pada kategori sangat baik.
Tabel 4 Hasil Analisis Penilaian Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus

Pertama
Kedua
Pertama
Kedua

Satu
Dua

kuantitatif dan data kualitatif.
Dari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data

hasil

analisis

penilaian

observasi

aktivitas guru siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada Tabel 2.

Satu
Dua

Dari

Pertemuan
Pertama
Kedua
Pertama
Kedua

Tabel

2

Rerata
Aktivitas
Guru (%)
75
79
88
92

dapat

Kategori
Cukup
Cukup
Baik
Sangat Baik

diketahui

bahwa

persentase nilai rata-rata aktivitas guru siklus I
pada pertemuan pertama berada pada kategori
cukup

sedangkan

pada

pertemuan

Tabel

4

dapat

persentase nilai rata-rata keberhasilan afektif
siswa pada pertemuan pertama berada pada
kategori

baik

pada

kedua

siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Penilaian Kelompok Siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus

Rerata
Kelompok
15
16
19
21

Pertemuan
Pertama
Kedua
Pertama
Kedua

Kategori
Cukup
Baik
Baik
Sangat Baik

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai

sedangkan pada pertemuan kedua berada pada

rata-rata

kategori sangat baik.

pertemuan

pertama

cukup

pertemuan

observasi

pertemuan

Data hasil analisis penilaian Kelompok siswa

persentase nilai rata-rata aktivitas guru pada
pertemuan pertama berada pada kategori baik

dan

berada pada kategori sangat baik.

Dua

penilaian

bahwa

pada kategori cukup dan pertemuan kedua

berada pada kategori cukup. Pada siklus II

analisis

diketahui

siswa siklus I pada pertemuan pertama berada

Satu

hasil

Cukup
Baik
Baik
Sangat Baik

persentase nilai rata-rata keberhasilan afektif

kedua

Data

Kategori

berada pada kategori baik. Pada siklus II

Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II

Siklus

Rerata penilaian
Sikap Siswa(%)
79
81
89
93

Pertemuan

kelompok

dan

siswa

siklus

berada
kedua

pada

I

pada

kategori

berada

pada

aktivitas siswa siklus I dan siklus II dapat

kategori baik. Pada siklus II nilai rata-rata

dilihat pada Tabel 3.

kelompok

Tabel 3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus
Satu
Dua

Pertemuan
Pertama
Kedua
Pertama
Kedua

Rerata
Aktivitas
Siswa (%)
67
79
88
92

Kategori
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik

siswa

berada pada

pada

kategori

pertemuan

pertama

baik dan pertemuan

kedua berada pada kategori sangat baik.
Data hasil belajar siswa siklus I dapat dilihat
pada Tabel 6.

12

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240

Tabel 6 Hasil Belajar Siswa Siklus I

1
2
3
4
5
6
7
8
9

12

Hasil
Siklus I
32
14
6
11
1,92
23
9
72%
72%

Aspek Perolehan
Jumlah siswa (n)
Skor tertinggi
Skor terendah
Skor rata-rata
Standar deviasi
Banyak siswa yang tuntas
Banyak siswa tidak tuntas
Ketuntasan blajar klasikal
Persentase nilai rata-rata

10

Jumlah

No

9

8

8

Siswa

5 5

6
4

3

2

2
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15

Skor Siswa
12

10

10

Jumlah

Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa

8

8

Siswa

6

3

4

4

ini menunjukan bahwa hasil belajar tertinggi

3
1

1 1

2

adalah 15 dan terendah adalah 9. Hasil belajar

1

rata-rata adalah 12 dengan standar deviasi

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15

1,55 dan persentase nilai rata-rata berkisar

Skor Siswa

82%.

Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa
pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6. Tabel
ini menunjukan bahwa hasil belajar tertinggi
adalah 14 dan terendah adalah 6. Hasil belajar
rata-rata adalah 11 dengan standar deviasi
1,92 dan persentase nilai rata-rata berkisar
72%.

Hal

ini

menunjukan

bahwa

tarap

keberhasilan berada pada kategori cukup.
Data hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Belajar Siswa Siklus II

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6. Tabel

Aspek Perolehan
Jumlah siswa (n)
Skor tertinggi
Skor terendah
Skor rata-rata
Standar deviasi
Banyak siswa yang tuntas
Banyak siswa tidak tuntas
Ketuntasan blajar klasikal
Persentase nilai rata-rata

Hal

menunjukan

bahwa

tarap

keberhasilan berada pada kategori baik.
Hasil analisis aktivitas siswa pada siklus I
untuk masing-masing pertemuan yaitu 67%
pertemuan

pertama

berada

dalam

kategori

kurang dan 79% pertemuan kedua berada
dalam kategori cukup juga. Sedangkan untuk
aktivitas guru diperoleh dari masing-masing
pertemuan adalah 75% pertemuan pertama
berada

dalam

kategori

cukup

dan

79%

pertemuan kedua berada dalam cukup.
Pada

Hasil
Siklus II
32
15
9
12
1,55
30
2
94%
82%

ini

penilaian

kegiatan

siswa

aktivitas

masih

siswa

belum

siklus

aktif

I,

secara

keseluruhan. Hal ini terlihat dari banyaknya
siswa

yang

belum

siap

mengikuti

model

pembelajaran kooperatif tipe make a match
karena

sebelumnya

telah

terbiasa

dengan

pembelajaran konvensional yang mana mereka
(siswa)

hanya

sebagai

pendengar

atau

cenderung pada pembelajaran yang terpusat
pada guru, siswa masih belum dapat berdiskusi
dan

bekerja

sama

secara

aktif

dengan

kelompok dalam mengisi dan menjawab serta
13

siswa

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240
diskusi mereka kepada kelompok lain, siswa

pendapatnya,

lebih percaya diri ketika menjelaskan di depan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis,

teman-temannya, siswa tidak ragu lagi dalam

kreatif dan kemampuan memecahkan masalah.

menyimpulkan hasil diskusi. Sedangkan untuk

menyelesaikan

LKS,

belum

mengemukakan

berani

sebagian

besar

Pada penilaian aktivitas guru siklus II telah
terjadi

peningkatan

Kenaikan

aktivitas

pertama

ke

karena

guru

aktivitas

guru

diperoleh

dari

pertemuan

pada

tiap

pertemuan.

pertama adalah 88% berada pada kategori baik

guru

dari

pertemuan

dan pertemuan kedua adalah 92% berada pada

kedua

disebabkan

kategori sangat baik. Berdasarkan persentase

pertemuan
terus

berusaha

untuk

nilai rata-rata, aktivitas guru dari siklus I ke

meningkatkan motivasi, arahan dan bimbingan

siklus II untuk pertemuan kedua menunjukkan

kepada siswa yang mendorong siswa untuk

kenaikan sebesar 14%. Kenaikan aktivitas guru

berperan aktif dalam pembelajaran.

dari siklus I ke siklus II disebabkan karena guru

Hasil analisis aktivitas siswa pada siklus II
untuk pertemuan pertama yaitu 88% berada

terus dan terus berusaha untuk meningkatkan
motivasi dan bimbingan kepada siswa.

dalam kategori baik dan pertemuan kedua yaitu
92%

berada

dalam

kategori

sangat

baik.

Penilaian

sikap

dilakukan

dan

pada

penilaian

saat

kelompok

tindakan

sedang

Peningkatan ini disebabkan karena siswa lebih

berlangsung.

termotivasi

keaktifan siswa masih belum nampak. Hal ini

dalam

proses

pembelajaran

terutama dalam memahami pelajaran fisika

disebabkan

dengan

dengan

konsep

gerak

melalui

model

Pada
karena

penerapan

awal

pembelajaran,

siswa

belum

model

terbiasa

pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe make a match.

kooperatif

Pada siklus sebelumnya siswa masih kurang

pertemuan berikutnya, siswa sudah mulai aktif

memahami

materi

yang

tentang

defenisi

gerak,

kelajuan

suatu

benda,

make

a

match.

Namun

pada

diajarkan,

yakni

dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan

menentukan

besar

karena telah terjadi saling berinteraksi antar

pengertian

GLB,

siswa

yang

menuntut

mereka

saling

menentukan besar kecepatan dan percepatan

menghargai pendapat, tidak merasa takut baik

yang dialami sebuah benda bergerak, dan

itu takut salah maupun takut ditertawakan atau

penerapan GLBB dalam kehidupan sehari-hari.

dianggap sepeleh oleh siswa lainnya. Siswa

Pada

mulai

siklus

ini,

peneliti

memperbaiki

pembelajaran yang masih kurang pada siklus
sebelumnya, sehingga

siswa

berani

mengemukakan

pertanyaan,

pendapat dan menjawab pertanyaan siswa lain.

sudah mampu

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, telah

mengembangkan kemampuan berpikir kritis,

diterapkan

kreatif, dan siswa lebih aktif dalam diskusi dan

make a match, digunakan alat bantu ajar

kerjasama dengan teman kelompoknya meliputi

berupa lembar kerja siswa dan kartu yang

keaktifan siswa dalam mengisi, menjawab serta

berisikan soal/jawaban sebagai panduan dalam

menyelesaikan

LKS

pelaksanakaan

siswa

berusaha

terlihat

bersama

kelompoknya,

memahami

model

pembelajaran

pembelajaran.

kooperatif

Lembar

kerja

materi

siswa tersebut digunakan untuk memudahkan

masing-masing karena mengetahui tanggung

siswa pada saat melakukan eksperimen dan hal

jawab masing-masing untuk menjelaskan hasil

ini

juga

mengajarkan

siswa

agar

dapat
14

menerapkan konsep yang dipelajari dengan

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240
sedangkan hasil daya serap klasikal mencapai

peristiwa nyata, yang biasanya terjadi dalam

82% dari daya serap klasikal minimal yaitu

kehidupan

80%.

sangat

sehari-hari.

membantu

kegiatan

Lembar

kelancaran

pembelajaran.

kerja

siswa

dalam

setiap

Untuk

Kartu

yang

Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar
pada

siklus

II

terlihat

bahwa

siswa

yang

berisikan soal/jawaban membantu siswa untuk

mendapatkan nilai terendah telah mengalami

memahami kembali materi yang di ajarkan dan

peningkatan yang maksimal, sisa 2 orang siswa

memotivasi siswa dalam belajar.

yang belum tuntas dan yang mendapatkan nilai

Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar
pada

siklus I

diperoleh ketuntasan belajar

tertinggi

tetap

pembelajaran

klasikal mencapai 72% dan daya serap klasikal

disebabkan

mecapai

72%

dinyatakan

dengan

tuntas

dinyatakan

dan

belum

mempertahankan

yang

telah

karena

siswa

dicapai.
lebih

hasil
Hal

ini

termotivasi

23

orang

siswa

dalam mengikuti proses KMB. Adanya alat

9

orang

siswa

bantu yang digunakan

Persentase

siswa dan kartu yang berisikan soal/jawaban

ketuntasan belajar klasikal dan daya serap

sangat membantu dalam proses pembelajaran

klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan

materi ajar yang berfungsi memudahkan siswa

yaitu sebesar 80%. Hal ini menunjukan bahwa

pada saat melakukan eksperimen dan hal ini

kedua persentase tersebut, siswa dikatakan

juga

belum

menerapkan konsep yang dipelajari dengan

tuntas

secara

tuntas.

berupa lembar kerja

klasikal

dan

kelas

dinyatakan belum tuntas.
serap

siswa

agar

dapat

peristiwa nyata, yang biasanya terjadi dalam

Rendahnya ketuntasan belajar klasikal dan
daya

mengajarkan

klasikal

disebabkan

karena

kehidupan sehari-hari.
Unsur

penerapannya

di

dalam

metode

sejumlah konsep yang diberikan masih belum

diskusi dan eksperimen pada proses belajar

dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Siswa

fisika yakni peneliti melakukan aktifitas tanya

juga masih belum terlalu aktif dalam melatih

jawab,

diri untuk belajar secara berkelompok, karena

pendapat dalam kelompok, mengontrol proses

pembelajaran yang dirasakan oleh siswa masih

belajar siswa, memberi penguatan, memberi

baru

kesempatan bertanya serta membimbing siswa

sehingga

butuh

penyesuaian

untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.
Pada

siklus

meminimalisir

II,

peneliti

memberi

untuk melakukan
berusaha

kelemahan-kelamahan

yang

kebebasan

kerja

untuk

berbeda

sama, menugaskan

kerja kelompok, mendiskusikan penyelesaian
masalah,

dan

mendorong

siswa

untuk

terdapat pada siklus I sehingga hasil yang

menemukan caranya sendiri dalam pemecahan

diperoleh pada siklus II meningkat dari siklus I.

suatu

Dengan

gagasannya

menggunakan

model

kooperatif make a match,

pembelajaran

hasil belajar siswa

dapat meningkat. Hal ini ditandai dengan sudah

masalah,
dan

untuk
melibatkan

mengungkapkan
siswa

dalam

menciptakan lingkungan belajar yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan

terpenuhinya indikator kinerja, dimana hasil

bahwa

ketuntasan belajar klasikal mencapai 94% dari

kooperatif make a match dapat memberikan

ketuntasan belajar klasikal minimal yaitu 80%,

pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga
15

penerapan

model

pembelajaran

apa yang diharapkan yaitu meningkatnya hasil

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 2 No. 2
ISSN 2338 3240

belajar fisika siswa dapat tercapai dengan baik.
Peningkatan

tersebut

menunjukkan

bahwa

tindakan penelitian ini berhasil.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
penelitian,

maka

hasil

dan

dapat

analisis

disimpulkan

data
bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini
pada konsep gerak. Untuk hasil belajar siswa
pada siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar
klasikal sebesar 72% dan daya serap klasikal
sebesar 72%. Sedangkan pada hasil belajar
siswa siklus II diperoleh nilai ketuntasan belajar
klasikal sebesar 94% dan daya serap klasikal
sebesar 82%. Hal ini menunjukan bahwa siswa
sudah melewati standar ketuntasan klasikal
yang

dipersyaratkan.

Untuk

hasil

observasi

aktivitas siswa dan guru pada siklus I berada
pada kategori kurang dan cukup, sedangkan
pada siklus II berada pada kategori baik dan
sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

Subana dan Sudrajat. 2001. Dasar-Dasar Penelitian
Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.

[2]

Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

[3]

Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung:
Rajawali Pers.

[4]

Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatif “make a
match”.Bandung.
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajar
an-make-a-match,diakses 15 Desember 2011

[5]

Depdiknas. (2004). Penelitian Tindakan
Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.

Kelas.

16