Mengurai Modernisasi sampai Globalisasi docx

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disadari atau tidak, perubahan dalam masyarakat itu pasti terjadi. Meskipun
terkadang perunahan didalamnya tidak selamanya mencolok atau sangat berpengaruh
terhadap kehidupan luas. Ada perubahan yang bersifat cepat dan mencakup aspek-aspek
yang luas, ada pula yang berjalan sangat lambat. Perubahan tersebut akan terlihat dan
dapat ditemukan oleh seseorang yang mau meneliti susunan dan kehidupan suatu
masyarakat dalam kurun waktu tertentu dan dibandingkan dengan susunan dan kehidupan
masyarakat tersebut pada masa lampau.
Perubahan pada masyarakat di dunia ini meruoakan gejala yang normal, yang
pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain dari dunia, antara lain berkat
adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, terjadinya
revolusi, modernisasi dan seterusnya yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat
diketahui oleh masyarakat lain yang letaknya jauh dari tempat tersebut.
Pandangan sebagian masyarakat mengenai masyarakat pedesaan yang masih primitif
atau tertinggalitu adalah masyarakat yang statis, tidak maju, dan tidak berubah aadalah
pandangan yang kurang tepat. Pandangan tersebut muncul akibat pengamatan yang
dilakukan hanya sepintas saja, kurang mendalam, dan kurang teliti, karena tidak mungkin
ada suatu masyarakat yang tidak mengalami perubahan, hanya saja mungkin perubahan
yang berjalan relatif lambat atau mungkin sangat lambat. Intinya bahwa tidak ada suatu

masyarakat yang tidak mengalami perubahan.

Sebagai konsep tentang fenomena, globalisasi banyak menyimpan perdebatan dalam
kaitanya dengan kontradiksi konseptual yang melingkupinya. Sebagaimana diungkapkan
ilmuwan paling menonjol dalam studi ini, Antony Giddens, sebagian besar aspek
globalsasi diperdebatkan tidak hanya dalam hal bagaimana istilah itu seharusnya
dipahami, tetapi apakah juga istilah itu baru atau tidak serta konsekuensi-konsekuensi
logis apa yang menyertainya. Namun perubahan paling penting yang membedakan masa
kini dengan masa-masa sebelumnya, menurut Giddens, ialah diperluasnya peran pasar
keuangan dunia, yang beroperasi pada hitungan waktu real. Lebih dari triliunan dolar per
hati di jual dalam transaksi jual beli mata uang. Meski begitu, sebagai fenomena
globalisasi bagi Giddens bukan hanya atau bahkan tentang saling ketergantungan
ekonomi, tetapi tentang transformasi waktu dan ruang dalam kehidupan kita. Peristiwa di
suatu lokalitas yang jauh, entah yang berkaitan dengan ekonomi ataukah tidak,
mempengaruhi lokalitas yang lain secara lebih langsung dan lebih segera daripada yang
pernah terjadi sebelumnya.
Bila di kaitkan dengan agama misalkan, tentu fenomena globalisasi, perubahan sosial
jelas memiliki dampak yang signifikan terhadap agama itu sendiri. Agama sebagai bagian
dari sejarah yang berlangsung saat ini, tak luput dari pengaruh globalisasi dan perubahanperubahan yang ada. Maksud dari makalah ini sekiranya akan mengurai secara umum
garis-garis pengaruh dalam batasan apa saja globalisasi mempengaruhi agama. Tentu

agama dalam sudut pandang yang historis dan agama sebagai objek kajian ilmiah.

BAB 2
PEMBAHASAN
I.

Mengurai Konsep Modernisasi
Modernisasi sebagai bagian dari sejarah peradaban umat manusia, tentu tidak dapat

disangkal lagi. Dengan ciri perkembangan zaman yang di tandai dengan penemuanpenemuan teknologi mutakhir, penemuan konsep ekonomi dunia, perubahan budaya dan
paradigma sosial politik tidak dapat terelakkan lagi. Proses modernisasi itu sangat luas dan
kompleks. Hampir-hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkuo dan masalahnya.
Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi modernisasi di tahun
1059-an dan tahun 1960-an, didefinisikan setidaknya dalam tiga cara ; historis, relatif, dan
analisis. Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan westernisasi atau amerikanisasi.
Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju cita-cita masyarakat yang dijadikan model.
Menurut pengertian relatif, modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai
standar yang dianggap moderen baik oleh masyarakat banyak maupun oleh penguasa.
Definisi analisis berciri lebih khusus dari pada kedua definisi sebelumnya yakni melukiskan
dimensi masyarakat modern dengan maksud untuk ditanamkan dalam masyarakat tradisional

atau masyarakat pra-modern.1
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah perubahan ke arah yang
lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara
tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju, dimana dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.2

1 Sztompka, Piort, Sosiologi Perubahan Sosial, (Prenada, Jakarta, 2004), hlm 152-153.
2 Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori,dan Terapan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1994) hlm 176-177.

II.

Konsep Perubahan Sosial
Berbicara mengenai perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah

jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum
dan sesudah jangka waktu tertentu, untuk dapat mengetahui harus diketahui dengan cermat
meski terus berubah.3
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. MacIver membedakan antara utilitarian dengan

culture elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia primer dan
sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua
kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam
upaya menguasai kondisi kehidupanya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial.
Teknik dan alat-alat material.4
Rogers et.al. mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu proses yang
melahirkan perubahan-perubahan didalam struktur dan fungsi dari suatu sistem
kemasyarakatan.5 Sedangkan Selo Soemardi mengemukakan bahwa perubahan sosial
diartikan sebagai sesuatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi,
maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.6
Menurut Talcot Parsons, masyarakat akan mengalami perkembangan menuju
masyarakat transisional. Masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan utama yaitu
primitif, intermediat, dan modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parsons dikembangkan lagi ke
dalam subklasifikasi evolusi sosial sehingga menjadi 5 tingkatan yaitu primitif, advance
3 Sztompka, Piotr. Op. Cit. Hlm 3.
4 Soekanto, Sarjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994) hlm. 301
5 Sugihen, Bahrein T, Sosiologi Pedesaan (suatu pengantar), (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997) hlm 55.
6 Soekanto, Sarjono Op. Cit , hlm 333.


primitif and archaic, historis intermediat, seedbed sociates dan modern sociates. Parsons
meyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan keempat
unsur subsistem utama yaitu kultural (pendidikan), kehakiman (integrasi), pemerintahan
(pencapaian tujuan), dan ekonomi (adaptasi).7
Kiranya sulit untuk membayangkan bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi
pada salah satu lembaga kemasyarakatan, tidak akan menjalar ke lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainya. Walaupun hal itu mungkin terjadi , akan tetapi pada umumnya suatu
perubahan di bidang tertentu akan mempengaruhi bidang-bidang lainya. Masalah kemudian
adalah sampai seberapa jauh suatu lembaga masyarakat dapat mempengaruhi lembagalembaga lainya, atau sampai sejauh manakah suatu lembaga kemasyarakatan dapat bertahan
terhadap rangkaian perubahan-perubahan yang dialami lembaga kemasyarakatan lainya? 8
III.

Agama, Globalisasi dan Sekulerisasi
Agama pada kenyataanya di dasarkan pada anggapan dasar yang mutlak dan nilainya

universal dan abstrak, maka agama memiliki resistensi yang tinggi terhadap pengaruh yang
datang dari dalam dan luar. Pada masyarakat modern dengan perubahan yang amat cepat,
agama akan menjadi pegangan bagi mereka yang mengalami anomi. Lembaga agama
merupakan lembaga yang peling sublim dalam masyarakat yang modern. Perubahan sosial
yang terkait pada agama hanya menyentuh pada dimensi jasmanish saja. Sedangkan dimensi

bathiniyahnya tidak.
Globalisasi merupakan fenomena yang menunjuk pada meleburnya batas-batas
geografis negara, terutama dari sisi kultural. Suatu negara bisa jadi tidak dapat di intervensi
oleh negara lain secara politik, tetapi intrusi budaya tidak dapat lagi dibendung berkat
7 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm.
350
8 Ibid

kemajan teknologi . globalisasi meliputi hampir semua aspek kehidupan ekonomi, politik,
sosial, dan budaya.9
Peristiwa yang terjadi di suatu tempat tertentu dapat dengan mudah menjadi peristiwa
global. Demikian pula persoalan yang dihadapi komunitas tertentu dapat pula segera
menguras emosi global dan menjadi perhatian kalangan luas. Budaya yang berkembang si
suatu wilayah tertentu dengan mudah menjadi budaya global berkat kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi. Metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi ini
ialah kampung dunia (global village).
Globalisasi, kata ini biasanya diucapkan dengan nada optimisme oleh kebanyakan
orang. Bagi mereka, globalisasi adalah sebentuk kemajuan, kemutakhiran, serta kesempatan.
Kurang lebih, optimisme mereka terhadap istilah ini hampir serupa dengan optimisme orang
–orang di masa lalu ketika mendengar kata “modernisasi”. Tapi makhluk apakah sebenarnya

globalisasi itu? Secara umum, globalisasi biasanya dikaitkan dengan lima hal berikut, yaitu
internasionalisasi, liberalisasi, universalisasi, westrenisasi, dan suprateritorialitas. 10 Tapi
penjelasan itu sepenuhnya bersifat teknis. Gambaran yang lebih analitis, misalnya
dikemukakan oleh Joseph E. Stilitz, dimana ia menguraikan bahwa globalisasi adalah
“penghapusan berbagai hambatan perdagangan untuk mewujudkan perdagangan bebas yang
memperkuat integrasi ekonomi antarnegara”.11 Jadi secara ringkas dapat kita simpulkan
bahwa globalisasi ternyata ringkas saja: pasar bebas tunggal. Di lapangan politik, globalisasi
juga telah mengubah konsep mengenai kekuasaan negara. Faham mengenai negara yang
semula memiliki kedaulatan ekslusif dalam suatu eilayah tertentu sedang dan telah berubah.
Dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
9 Haryanto, Sindung, “Sosiologi Agama dari Klasik sampai Postmodern”, (Ar-ruzz Media Yogyakarta 2015) hlm.
257
10 Edy Suandi Hamid, “Globalisasi Ekonomi, Neoliberalisme, dan Perekonomian Indonesia”, dalam Media
Inovasi, No.2/Th. XVI, 2007, hlm. 71
11 Joseph, Stilitz, Washington Consensus: Arah Menuju Jurang Kemiskinan, (Jakarta: INFID,2002).

UGM, Mochtar Mas’oed menulis bahwa wewenang pemerintah nasional telah dibatasi oleh
institusi yang diciptakan oleh globalisasi, seperti Wold Bank, WTO, dan IMF.12
 Agama
Pemimpin agama lokal dalam konteks globalisasi berpotensi pula menjadi pemimpin

global. Fatwa dan diskursus agama yang sebelumnya hanya dikancah lokal, dalam globalisasi
dapat menjadi diskursus global. Organisasi keagamaan lokal juga dapat manjadi organisasi
tingkat global. Ikhwanul muslimin misalnya, yang merupakan gerakan Islam yang lahir di
Mesir dalam waktu singkat berkembang di negara-negara Timur Tengah lain. 13 Globalisasi
mempertanyakan identitas masyarakat dan individu dan membawa perbedaan peradaban ke
dalam arena publik, tradisi agama menjadi sumber yang powerfull bagi tatanan dunia yang
diidealkan. Dalam merespons goncangan perubahan global, banyak kelompok agama dan
gerakan agama kembali ke fundamental sebagai suatu cara kembali ke akar budaya agama
dan untuk membentuk tatanan dunia. Meskipun agama tidak menentukan arahglobalisasi,
agama membantu memengaruhi definisi mengenai situasi global.


Sekulerisasi

Oposisi biner sacred dan profan tidak identik dengan oposisi biner baik dan buruk. Suci
tidak identik dengan baik, sedangkan profan tidak sama dengan buruk. Sesuatu yang suci
mungkin saja dapat berbahaya, sedangkan sesuatu yang jahat mungkin saja bermanfaat
bagi manusia dan masyarakat. Secara etomologis, istilah sekulerisasi berasal dari bahasa
latin saeculum, yang berarti suatu abad (suatu era). Dalam perkembangan terakhir istilah
tersebut didenotasikan sebagai perluasan ide “semangat dari suatu abad”. Doa kaum

Nasrani sering terangkum dalam frasa dalam bahasa latin, yakni saecula saeculorum,
12 Mochtar, Mas’oed, “Tantangan Internasional dan Keterbatsan Nasional: Analisis Ekonomi Politik tentang
Globalisasi Neoliberal”, pidato pengukuhan sebagai guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, 19
oktober 2002.
13 Haryanto, Sindung, Op.Cit, hlm 262.

yang berarti ‘abadi’,sering pula diartikan ‘dunia tanpa akhir’ atau “forever and ever”.
Sejalan dengan itu, dalam agama Nasrani juga terdapat sebutran pendeta ‘sekuler’. Dalam
khazanah teori sosiologi agama, istilah sekuler diidentikan dengan profan (keduniaan)
yang merupakan antonim dari sacred. 14

14 Ibid 268.

 Kesimpulan
Secara umum dapat di lihat bahwa pergerakan modernisasi, globalisasi memiliki
dampak pada proses apa yang dinamakan sebagai sekulerisasi dalam konteks agama.
Agama pada posisi yang seperti ini akan terlihat semakin terpojokkan oleh karena
serangan globalisasi yang tak mengenal kompromi pada apapun.
Globalisasi pun nyatanya terlihat sebagai sebuah proses rasionaliasi sistem
ekonomi tingkat dunia, dengan ekonomi sebagai konsep pasar dunia maka akan ada

yang namanya sebuah pola supply and demand secara otomatis ada negara berkuasa
dan yang dikuasai. Bila melihat konteks keadaan sekarang maka jelaslah terlihat US
sangat mendominasi jalanya perekonomian dunia. Walau begitu Cina hadir sebagai
kekuatan baru yang sedang tumbuh dan mungkin kedepan akan sama dan seimbang
dengan amerika.
Kekuatan pasar bebas yang menjadi ciri dari sebuah globalisasi memiliki
dampak atau efek pada sebaga bidang sosial, dan tentu pola-pola hibungan sosial
kemasyarakatan pun akan terganggu. Begitulah pada tingkat analisa sosiologis.