Siti Khomsah, Andri Pramuntadi64stmikelrahma
ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI SURVEILANS
KESEHATAN-GIZI IBU DAN ANAK (SISKA – GIA)
Siti Khomsah 1) , Andri Pramuntadi 2)
Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Alma Ata Yogyakarta
e-mail: [email protected], [email protected]
Abstract
Alma Ata University's surveillance activities use CommCare applications to record survei data.
Problems in using this system that the surveyors can not make corrections / changes if the data sent there
error. Another problem is the internet connection and delayed data processing due to wait for error correction
of data submissions. How to develop a surveillance information system that can be used online or offline, while
also having data correction facility. So need analysis and design of new system as solution of old system. The
method used is 'structured approach' using data flow diagrams, relationships between tables and interface
design. The result of the research is the design of new application system which can further simplify the
management of maternal and child nutrition health surveillance data.
Keywoard : Surveilans, Commcare, Software Engineering
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegiatan surveilans kesehatan gizi ibu dan anak yang dilakukan Universitas Alma Ata
merupakan kerjasama dengan Kabupaten Bantul sejak tahun 2012. Tim survei menggunakan
aplikasi CommCare untuk merekam data surveilans sekaligus menyimpan data tersebut ke
server CommCareHQ. Ada beberapa kendala dalam penggunaan sistem ini yaitu petugas
survei tidak dapat melakukan koreksi/perubahan jika data yang dikirim ada kesalahan.
Kendala yang lain adalah terhambatnya proses survei jika tidak ada koneksi internet akibatnya
tertundanya pengolahan data karena menunggu koreksi kesalahan kiriman data yang akhirnya
berujung pada kesulitan dalam pembuatan laporan sehingga yang seharusnya segera diperoleh
akan tertunda.
2. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian tentang penggunaan CommCare untuk kegiatan surveilans
menunjukkan bahwa software ini sangat baik dalam mendukung kegiatan survei. Akan tetapi
kendala validasi dan koneksi menjadi kelemahannya. Penelitian yang dilakukan oleh Bogan
dkk menggunakan aplikasi mobile CommCare untuk pendataan pasien terkait penyakit
HIV, Tuberculosis dan penyakit kronis lainnya di Afrika. Di daerah terpencil terjadi kesulitan
teknis yaitu ketika tidak adanya koneksi internet. Petugas hanya dapat berhasil mengirim data
jika ada koneksi internet melalui jaringan GPRS [1]. Penelitian Sacks menggunakan aplikasi
CommCare untuk surveilans penyakit ebola di Guniea. Kendala koneksi internet di daerah
terpencil menyebabkan petugas harus mengkoleksi data secara manual mengunakan simcard
kemudian menggabungkan seluruh data secara manual [2]. Penelitian surveilans di Nepal
dilakukan oleh Style untuk mendapatkan data ibu hamil. Kendala yang dirasakan adalah tidak
dapat melakukan pengiriman data survei jika tidak ada koneksi internet. Jalan keluarnya
adalah pendataan dilakukan menggunakan spreadsheet (Microsoft Excel). Data dikirim
kemudian jika ada koneksi internet[3]. Penelitian Rahmanti juga memanfaatkan CommCare
untuk mendukung sistem surveilans pendataan penduduk di Kabupaten Sleman. Sistem
25
CommCare ini bergantung keberadaan internet yang terus menerus. tim survei ini juga
mengungkapkan bahwa sistem GPS pada CommCare ternyata kurang akurat ketika
memunculkan titik koordinat, terutama di daerah yang sinyalnya yang terbatas [4]. Demikian
juga
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian juga
memanfaatkan CommCare dalam kerjasama penelitiannya dengan ACAIR. Seperti halnya
dengan penelitian surveilans yang lain, persoalan perekaman data terjadi ketika tidak adanya
koneksi internet di daerah-daerah pelosok [5].
Ketiadaan jaringan internet membuat sebagian surveilans mengalihkan jalur
pengiriman data menggunakan SMS (Short Message Services). Hal ini dilakukan oleh
Harnaningrum dan kendala ketiadaan jaringan internet bisa diatasi hanya jika sinyal GSM
telepon seluler tersedia. Kelemahannya adalah pesan SMS hanya berukuran pendek dan tidak
ada jaminan diterima oleh server sehingga dapat mengurangi kesempurnaan pengiriman
data[6].
3. Landasan Teori
Untuk memecahkan permasalahan ini perlu mengetahui terlebih dahulu konsep
surveilans. Pengertian surveilans menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
adalah sebuah kegiatan untuk pengumpulan, menganalisis, dan menginterpretasikan data yang
specific sesuai kebutuhannya dan secara sistematis dan terus-menerus untuk melakukan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat, yang terintegrasi
dengan diseminasi data secara rutin kepada pihak-pihak yang membutuhkan [6]. Definisi
lainnya berdasarkan Epidemic Review oleh Thacker dan Berkleman dapat ditarik suatu definisi
yaitu surveilans kesehatan adalah sekumpulan orang atau organisasi yang melakukan
penelitian berkelanjutan atas sejumlah permasalahan kesehatan melalui pengumpulan data
yang sistematis, rapat konsolidasi, evaluasi laporan dan data lainnya yang relevan kemudian
melakukan diseminasi data untuk semua yang membutuhkan informasi tersebut. Kegiatan
surveilans kesehatan meliputi 1) pengumpulan data secara sistematis, 2) konsolidasi dan
evaluasi data, 3) diseminasi hasil secara cepat kepada mereka yang membutuhkan informasi,
terutama mereka yang bertindak sebagai pengambil keputusan [7]..
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan mendefinisikan bahwa
surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap
data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien [8].
4. Tujuan Penelitian
Solusi yang diusulkan dalam penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi
surveilans yang dapat digunakan untuk merekam data survei secara online maupun offline (jika
tidak tersedia koneksi internet), sekaligus mempunyai fasilitas perubahan/koreksi data. Sistem
baru hanya akan meng-upload/export data survei yang sudah benar ke server sehingga dapat
menampilkan laporan yang lebih up to date. Hasil penelitian tahap awal ini adalah rancangan
sistem aplikasi baru yang dapat lebih mempermudah pengelolaan data surveilans kesehatan
gizi ibu dan anak
Berdasarkan uraian kajian teori yang telah diuraikan di atas dikemukakan pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana menganalisis model sistem surveilans yang baru untuk merekam data
kesehatan gizi ibu dan anak yang lebih baik daripada sistem lama?
26
b. Bagaimana mendesain model sistem informasi surveilans yang baru tersebut.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah rekayasa perangkat lunak. Sedangkan objek penelitian
adalah sistem surveilan kesehatan gizi ibu dan anak yang dikembangkan oleh Universitas
Alma Ata. Pengumpulan data adalah kegiatan menggali data yang mendukung penelitian ini
dari berbagai pihak antara lain tim surveilan dan pengguna informasi surveilan. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan:
1. Forum Group Discussion (FGD)
2. Studi dokumen yaitu mempelajari dokumen terkait penelitian ini, antara lain dokuman
sistem surveilan kesehatan Gizi Ibu dan Anak yang dikembangkan oleh Universitas Alma
Ata dan dokumen, buku, artikel lain yang terkait.
3. Wawancara dengan narasumber yaitu tim surveilan di lapangan dan tim pengelola sistem
surveilan.
Metode pengembangan sistem informasi surveilan menggunakan pendekatan SDLC
(Sistem Development Life Cycle) dengan model waterfall. Tahapan model waterfall dijelaskan dalam
Gambar 1[9].
Analysis
Design
Developmen
t
Testing
Implementation
Maintenance
Gambar 1. Tahapan Waterfall [9]
Penjelasan setiap tahapan dalam Waterfall (Gambar 1.)
1. Analisis
Analisis adalah tahapan untuk mengkaji kebutuhan sistem yang akan dibangun, meliputi
kebutuhan input dan output, kebutuhan proses, kebutuhan hardware dan software.
2. Desain
Desain adalah tahapan perancangan dan permodelan arsitektur sistem yang berfokus
pada perancangan database atau struktur data, arsitektur software, tampilan antarmuka
pengguna, dan algoritma program. Tujuannya untuk lebih memahami gambaran besar
dari apa yang akan dikerjakan.
3. Development
27
Development merupakan tahapan penerjemahan rancangan kedalam kode program atau
bentuk/bahasa yang dapat dibaca oleh mesin dan bisa dioperasikan oleh pengguna
4. Testing
Testing adalah melakukan pengujian terhadap kode program dan fungsi setiap fitur yang
sudah dibuat. Tujuan pengujian untuk menemukan kesalahan yang mungkin terjadi untuk
nantinya diperbaiki. Pengujian ini disebut sebagai pengujian Whitebox dan Blackbox.
5. Implementation
Implementation merupakan tahapan implementasi software kepada user/ penguna. Pada
tahap ini, dilakukan implementasi software yang sudah selesai pada tim surveilan.
6. Maintenance
Maintenance adalah tahap pemeliharaan, dimana sistem setelah dipakai harus dijaga
supaya tetap bisa berjalan baik. Selain itu juga melakukan perbaikan software jika
ditemukan kesalahan, evaluasi software, dan pengembangan software berdasarkan umpan
balik yang diberikan agar sistem dapat tetap berjalan dan berkembang sesuai dengan
fungsinya.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Analisis Sistem
Hasil dari proses analisis sistem adalah daftar beberapa kebutuhan dari sistem. Sistem
yang hendak dibangun membutuhkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Sistem dapat menyimpan data pasien ke server dari perangkat mobile saat terkoneksi
jaringan internet. Apabila tidak terkoneksi maka data pasien dapat disimpan sementara di
device tersebut.
b. Sistem memungkinkan petugas survei mencari dan mengedit kembali data pasien yang
sudah tersimpan di server.
c. Sistem memiliki validasi yang baik sehingga data yang masuk benar-benar lengkap dan
terhindar dari noise.
Maka kebutuhan input sistem adalah sebagai berikut :
a. Data periode survei, karena survei terdiri atas beberapa gelombang maka satu periode
dicatat sebagai satu data survei.
b. Data petugas survei, dimana disini dicatat nama-nama petugas survei dan hak aksesnya.
c. Data kuesioner, yaitu data pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab saat wawancara oeh
pasien.
d. Data pasien, yaitu data jawaban pasien atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
Kebutuhan output sistem adalah sebagai berikut :
a. Sistem harus bisa meyajikan data pasien hasil wawancara dalam format tabel.
b. Data di atas disajikan per periode, per wilayah, atau sesuai kebutuhan laporan kepada
pimpinan.
Kebutuhan proses sistem adalah sebagai berikut
a. Proses pendataan periode survei
b. Proses pendataan petugas survei
c. Proses pendataan kuesioner
d. Proses survei dimana petuga ssurvei dapat melakukan entry data pasien baru, pencarian
data pasien untuk keperluan perbaikan data.
e. Proses pembuatan laporan survei
28
2.
Desain Sistem
Hasil analisis sistem dipakai untuk membuat desain sistem baru. Desain sistem baru
harus mengakomodasi semua kebutuhan-kebutuhan yang sudah dihasilkan dari proses
analisis sistem. Pengembangan model menggunakan teknik terstruktur. Salah satu alat untuk
membuat desain sistem secara terstuktur adalah data flow diagram (DFD). Orientasi diagram
ini adalah berfokus pada aliran data yang mengalir antara entitas, proses dan data store. DFD
Level 0 menggambarkan entitas dalam sistem serta data yang mengalir dari entitas luar
tersebut menuju atau dari sistem. DFD Level 0 ada pada Gambar 2.
Periode Survei
Login
Data Pasien Baru
Login
Key Pencarian Pasien
Petugas
Surveilans
Hasil Pencarian Pasien
SISKA GIA
Informasi
Pasien
Administrator
Kuesioner
Update Data Pasien
Data Kuesioner
Kuesioner
Data Petugas Surveilans
Gambar 2. DFD Level 0
Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa ada 2 (dua) buah entitas luar yaitu entitas
petugas surveilans dan entitas administrator. Administrator bertugas menentukan petugaspetugas surveilans yang dapat bekerja dalam tim survei. Administrator juga
menentukan/entry data kuesioner survei dan periode survei. Sedangan petugas surveilans
dapat mengirimkan data pasien baru, update pasien lama dan melakukan pencarian data
pasien. Langkah selanjutnya adalah menganalisa kebutuhan sub proses yang lebih mendetil
sehingga perlu untuk menjabarkan DFD level 0 tersebut menjadi DFD Level 1 sebagaimana
pada Gambar 3.
29
1
Login
Login
dtPetugas
dtPetugas
Login
2
Pendataan
Petugas
Petugas
Data
Petugas
Surveilans
6
Entry
Pasien
Baru
Data
Pasien
Baru
Informasi
Pasien
dtPasien
Petugas
Surveilans
Update
Data
Pasien
Administrator
8
Update
Pasien
9
Proses
Laporan
dtPasien
dtPasien
Key
Pencarian
Pasien
Pasien
Hasil
Data Pencarian
KuesionerPasien
7
Cari
Pasien
5
Tampil
Kuesioner
Periode
Survei
dtPasien
dtKuesioner
Kuesioner
dtPeriode
Survei
Periode
Survei
4
Kelola
Kuesioner
Kuesioner
dtKuesioner
dtPeriode
Survei
3
Kelola
Periode
Survei
Gambar 3. DFD Level 1
Berdasarkan pada DFD Level 1 terdapat beberapa sub proses yang harus ada dalam
sistem. Sub proses pertama adalah Login sistem. Sub proses Login lebih utama dipakai untuk
30
verifikasi login para petugas surveilans yang berhak mengakses sistem. Proses login
membutuhkan data petugas yang diisi oleh administrator pada proses kedua yaitu Pendataan
Petugas. Adapun contoh data petugas ada pada Tabel 1.
Username
Ahmad
Hendro96
Admin
…
Tabel 1. Data Petugas
Password
Nama
12345678
Ahmad Rifai
Merdeka
Hendri Wijoseno
Supervisor
Administrator
…
…
Jabatan
Petugas
Petugas
Administrator
…
Petugas surveilans akan melakukan proses login pada mobile device mereka. Petugas
akan memasukkan username dan password ke aplikasi mobile kemudian dicocokkan ke server.
Adapun antarmuka proses Login Sistem pada aplikasi mobile yang menjadi sarana masuknya
petugas dalam sistem ada pada Gambar 4. Jika login berhasil maka akan masuk ke menu
utama sistem.
SISKA – GIA
SISKA – GIA
ENTRY DATA PASIEN BARU
MENU UTAMA
Status : Online
Logo
Entry
Cari & Edit
Username
Password
Help
Log Out
Login
Gambar 4. Login dan Menu Utama dari Mobile Application
Proses ketiga adalah proses Kelola Periode Survei dimana petugas menentukan
periode-periode kegiatan survei yang belum atau akan berlangsung. Contoh data periode
survei yang diisikan oleh administrator ada pada Tabel 2. Data Periode Survei.
KodePeriode
001.2016
002.2016
003.2016
Tabel 2. Data Periode Survei
Tanggal
Tahun
Keterangan
1 Januari 2016
2016
Survei di Banguntapan Bantul Th 2016
4 April 2016
2016
Survei di Srandakan Bantul Th 2016
10
September 2016
Survei di Kasihan Bantul Th 2016
31
001.2017
…
2016
3 Pebruari 2017
…
2017
…
Survei di Bambanglipuro Bantul Th 2017
…
Dengan demikian dalam satu tahun dapat dilakukan beberapa periode survey, dan
setiap survey dapat memiliki kusioner dan petugas tersendiri sesuai kebutuhan.
Proses keempat adalah proses Kelola Kuesioner. Pada proses ini dilakukan
penambahan, edit dan hapus data kuesioner yang akan tampil di device para petugas
surveilans. Adapun contoh data kuesioner ada pada Tabel 3.
ID
1
2
3
…
201
NomorKues
001
002
003
…
008
…
…
Tabel 3. Data Kuesioner
KodePeriode
Pertanyaan
001.2016
Nomor ID : ?
001.2016
Nama Lengkap Ibu : ?
001.2016
Alamat Tempat Tinggal Ibu : ?
…
…
002.2016
Hingga saat ini sudah berapa kali ibu
memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan : ?
…
…
Kuesioner tersebut akan tampil pada aplikasi mobile di sisi petugas survei pada saat
petugas mengisikan data survei pada proses ke-5 yaitu Tampil Kuesioner. Pada saat ini
proses pengisian data survei dilakukan. Jika isian sudah lengkap maka data survei disimpan
melalui proses nomor 6 yaitu Entry Pasien Baru. Adapun data pasien baru disimpan pada
data store Pasien. Bentuk data Pasien yang disimpan ada pada Tabel 4.
ID
1
2
3
KodePasien
001
001
001
...
…
Tabel 4. Data Kuesioner
NomorKues KodePeriode
Jawaban
UsernamePetugas
001
001.2016
001
ahmad
002
001.2016
Jumilatun
ahmad
003
001.2016
Jl. Bantul Km 6 ahman
Pakel Kasihan
…
…
…
…
Bentuk antarmuka proses pengisian data pasien baru pada perangkat mobile ada pada
Gambar 5.
32
SISKA – GIA
SISKA – GIA
ENTRY DATA PASIEN BARU
CARI DAN EDIT DATA PASIEN
Pertanyaan
Jawab
Keyword
1.Pertanyaan 1
Cari..
2. Pertanyaan 2
3. Pertanyaan 3
Pertanyaan
4. Pertanyaan 4
5. Pertanyaan 5
2. Pertanyaan 2
...
3. Pertanyaan 3
...
4. Pertanyaan 4
...
5. Pertanyaan 5
...
...
Send
Jawab
1.Pertanyaan 1
Clear
Gambar 5. Entry Data Pasien dari Mobile
Application
Send
Clear
Gambar 6. Pencarian dan Perbaikan Data Pasien
dari Mobile Application
Proses nomor 7 dan 8 pada DFD Level 1 berfungsi untuk mencari data pasien yang
sudah pernah disimpan ke server kemudian memperbaikinya. Pencarian dapat menggunakan
keyword nama, nomor pasien ataupun alamat. Hasil pencarian berupa nama-nama yang mirip
dengan keyword dan petugas di lapangan bisa memilih salah satu nama yang hendak di-edit.
Kemudian akan ditampilkan pertanyaan kuesioner berikut semua jawaban yang sudah pernah
disimpan. Petugas berkesempatan meng-edit kembali jawaban-jawaban yang sudah
terseimpan terebut kemudian mengirimkan kembali ke server. Antarmuka pencarian dan
perbaikan data pasien yang sudah tersimpan ada pada Gambar 6.
Setelah memahami rancangan DFD level 0, DFD Level 1, kamus data dan desain
antarmuka di atas maka dilanjutkan dengan perancangan relasi antar tabel dalam database dan
perancangan arsitektur.
2. Desain Basis Data
Desain basis data berbentuk relasi antar tabel dan struktur tabel dalam basis data.
Relasi antar tabel dan struktur tabel yang merupakan hasil proses normalisasi kamus data ada
pada Gambar 7.
33
Periode Survey
Pasien
KodePeriode (Text 10)*
Tanggal(Date)
Tahun(Text 4)
Keterangan(Memo)
ID (Autonumber)*
KodePasien(Text 10)
NomorKues(Text 10)**
KodePeriode (Text 10)**
Jawaban(Memo)
UsernamePetugas(Text 10)**
Kuesioner
ID (Autonumber)*
NomorKues (Text 10)*
KodePeriode (Text 10)**
Pertanyaan(Memo)
Petugas
Username (Text 10)*
Password (Text 10)
Nama (Text 30)
Jabatan (Text 20)
Gambar 7. Struktur dan Relasi Antar Tabel
Terdapat dua buah tabel master yaitu Tabel Periode Survei dan Tabel Petugas. Tabel
Kuesioner menjadi detail bagi Tabel Periode Survei dan Tabel Pasien menjadi detail bagi
Tabel Kuesioner dan Tabel Petugas.
4. Arsitektur Sistem Baru
Arsitektur sistem baru menjelaskan bagaimana mekanisme interaksi antara
komponen-komponen hardware dan software dalam sistem surveilans yang diusulkan. Pada
arsitektur ini terdapat beberapa komponen yang saling terkait yaitu mobile device (dipakai oleh
petugas survei), jaringan internet, komputer server dan sebuah workstation yang dipakai oleh
administrator. Ada 4 buah skenario interaksi pada sistem baru yang merupakan perbaikan
sistem lama. Skenario pertama ada pada Gambar 8 yang menjelaskan kondisi saat aplikasi
mobile (sisi petugas survei) terkoneksi internet di awal pemberangkatan tim survei. Pada saat
itu terjadi sinkronisasi awal dimana data kuesioner survei dikirim dari server menuju semua
perangkat mobile. Data kuesioner disimpan dalam database local (dalam perangkat mobile
tersebut).
34
DB
SERVER
Data
Kuesionet
DB
Petugas Survey 1
DB
Data
Kuesioner
Data Kuesioner
INTERNET
Petugas Survey 2
DB
Data
Kuesioner
Petugas Survey 3
Administrator
Gambar 8. Interaksi Server dan Mobile Device Saat Awal Pemberangkatan Tim Survei. Terjadi
Pengiriman Data Kuesioner dari Server ke Mobile Device (client).
SERVER
DB
Petugas Survey 1
DB
DB
Skenario kedua adalah saat petugas berada di lapangan dan tanpa koneksi internet.
Pada saat ini petugas survei tetap bekerja menggunakan penyimpanan pada database lokal
(dalam perangkat mobile). Kuesioner dan data pasien disimpan pada database lokal. Bentuk
interaksi tersebut ada pada Gambar 9.
INTERNET
DB
Petugas Survey 2
Petugas Survey 3
Administrator
35
Gambar 9. Interaksi Server dan Mobile Device Saat Tidak Ada Koneksi Internet. Data
Kuesioner dan Data Pasien Disimpan Sementara dalam Mobile Device (client).
DB
Skenario ke-3 adalah saat koneksi internet ada dan data dalam mobile device dikirimkan
ke server. Pada saat ini data pada mobile device dikosongkan sehingga semua data terkumpul di
server untuk semua petugas surveilans. Interaksi ini ada pada Gambar 10.
Skenario ke-4 adalah saat dilakukan pencarian data Pasien (dari mobile device) yang
sudah disimpan ke server untuk diperbaiki kembali. Interaksi ini ada pada Gambar 11.
Pencarian dilakukan dengan mengirimpan perintah Query, hasil perintah akan mengembalikan
result metadata yang akan ditampilkan di mobile device.
Kelanjutan dari pencarian adalah perbaikan data. Proses perbaikan data ada pada
Skenario ke-5 dimana data yang sudah diperbaiki dikirimkan kembali ke server. Interaksi ini
ada pada Gambar 12.
SERVER
Data
Pasien
DB
Petugas Survey 1
DB
Data
Pasien
Data Pasien
INTERNET
Petugas Survey 2
DB
Data
Pasien
Petugas Survey 3
Administrator
Gambar 10. Interaksi Sistem Saat Ada Koneksi Internet. Data di Setiap Client Dikirim Ke
Server
36
SERVER
DB
SQL Query
DB
DB
Petugas Survey 1
Result
SQL Query
INTERNET
Result
DB
Petugas Survey 2
Administrator
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1
DB
Update Data
Pasien
SERVER
DB
DB
Gambar 11. Interaksi Sistem Saat Ada Pencarian Data dari Client ke Server. Mobile Device
(client) akan mengirimkan perintah Query ke Server dan Result yang Dihasilkan Akan Tampil
di Mobile Device
Update Data
Pasien
INTERNET
DB
Petugas Survey 2
Petugas Survey 3
Administrator
Gambar 12. Interaksi Arsitektur Sistem Saat Ada Update Data dari Client ke Server
5.Pengujian
37
Pengujian dilakukan dengan cara melakukan FGD untuk memaparkan hasil analisis
dan perancangan sistem kepada tim surveilans dan para stakeholder. Dari hasil FGD
diperoleh informasi bahwa :
a. Analisis sistem sudah sesuai kebutuhan perbaikan sistem surveilans yang lama, yaitu
dapat dioperasikan saat tidak ada koneksi internet, terdapat sarana untuk perbaikan data
dan juga dapat mempermudah proses rekap data menjadi lebih cepat.
b. Desain sistem baru juga sudah mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dari analisis sistem
sehingga antara analisis dan desain sistem sudah sesuai satu sama lain.
c. Diagram-diagram yang ada yaitu data flow diagram, struktur tabel dalam basis data dan
desain antarmuka juga sudah sesuai satu sama lain.
d. Arsitektur sistem sudah sesuai dengan kebutuhan dan skenario koneksi antar komponen
dalam arsitektur sistem sudah dapat menjawab permasalahan sistem lama.
D. KESIMPULAN
Analisis dan desain sistem surveilans telah berhasil dilakukan dan hasilnya sudah diuji
dan sesuai kebutuhan sistem. Development sistem dapat menggunakan data flow diagram (DFD),
struktur database, dan desain antar muka sebagai acuan dalam proses pembuatan aplikasi.
Arsitektur sistem dapat dipakai sebagai acuan dalam proses implementasi interaksi antar
komponen dalam sistem, misalnya dalam membuat database sementara dan database pusat
dan kemudian bagaimana mengarahkan perintah query saat penyimpanan data.
E. SARAN
Hasil analisis dan desain dapat diperbaiki lagi setelah tahap development dilakukan.
Tahap development akan diakhiri oleh testing dan evaluasi, dan hasil evaluasi selain untuk
memperbaiki proses development dapat juga untuk memperbaiki hasil analisis dan desain.
F. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bogan, M., Mushi, C., Esch, J. Van, Wakabi, T., Lesh, N., Derenzi, B., & Mitchell, M.
(2009). Improving Standards of Care with Mobile Applications in Tanzania. In The Role
of Mobile Technologies in Fostering Social and Economic Development in Africa.
[2] Sacks, J. A., Zehe, E., Redick, C., Bah, A., Cowger, K., Camara, M., … Liu, A. (2015).
Introduction of Mobile Health Tools to Support Ebola Surveillance and Contact
Tracing in Guinea. Global Health: Science and Practice, 3(4), 646–659.
https://doi.org/10.9745/GHSP-D-15-00207
[3] Style, S., Beard, B. J., Harris-fry, H., Sengupta, A., Jha, S., Shrestha, B. P., … Thondoo,
M. (2017). Experiences in Running A Complex Electronic Data Capture System Using
Mobile Phones in A Large- Sscale Population Trial in Southern Nepal. Global Health
Action, 10(1). https://doi.org/10.1080/16549716.2017.1330858
[4] Rahmanti, A., Lazuardi, L., Hariyanto, S., Dewi, F., Lestari, S., Susetyowati, Hartriyanti, Y.
(2015). Penerapan Teknologi Informasi dalam Sistem Surveillans di Kabupaten Sleman
(HDSS Sleman). In Buku Prosiding Forum Informatika Kesehatan Indonesia Ke-4 (pp.
171–172).ISSN:9772460262007
38
[5] PS, & AMK. (2017). Sharing Pengalaman Dalam Penggunaan Aplikasi Kuisioner Untuk
Pengumpulan
Data
Primer.
Retrieved
from
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-815-sharing-pengalaman-dalampenggunaan-aplikasi-kuisioner-untuk-pengumpulan-data-primer.html 1
[6] Harnaningrum, L. N., Anggoro, S., Prayitna, A., & Dewi, S. K. (2014). Implementasi
Sistem Informasi Bergerak Untuk Penguatan Surveilans Gizi di Puskesmas Banguntapan
II Kabupaten Bantul. Jurnal Buana Informatika, 5(2), 75–84. Retrieved from
http://ojs.uajy.ac.id/index.php/jbi/article/download/355/403
[7] Thacker, S. B., & Berkelman, R. L. (1988). Public Health Surveillance in The United
States.
Epidemic
Review,
10,
164–190.
Retrieved
from
http://epirev.oxfordjournals.org/
[8] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan. Kemenkes RI. https://doi.org/10.1024/0301-1526.32.1.54
[9] Balaji, S., & Murugaiyan, M. S. (2012). Waterfall vs V-Model vs Agile : A comparative
study on SDLC. International Journal of Information Technology and Business
Management, 2(1), 26–30. https://doi.org/10.1.1.695.9278
39
KESEHATAN-GIZI IBU DAN ANAK (SISKA – GIA)
Siti Khomsah 1) , Andri Pramuntadi 2)
Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Alma Ata Yogyakarta
e-mail: [email protected], [email protected]
Abstract
Alma Ata University's surveillance activities use CommCare applications to record survei data.
Problems in using this system that the surveyors can not make corrections / changes if the data sent there
error. Another problem is the internet connection and delayed data processing due to wait for error correction
of data submissions. How to develop a surveillance information system that can be used online or offline, while
also having data correction facility. So need analysis and design of new system as solution of old system. The
method used is 'structured approach' using data flow diagrams, relationships between tables and interface
design. The result of the research is the design of new application system which can further simplify the
management of maternal and child nutrition health surveillance data.
Keywoard : Surveilans, Commcare, Software Engineering
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegiatan surveilans kesehatan gizi ibu dan anak yang dilakukan Universitas Alma Ata
merupakan kerjasama dengan Kabupaten Bantul sejak tahun 2012. Tim survei menggunakan
aplikasi CommCare untuk merekam data surveilans sekaligus menyimpan data tersebut ke
server CommCareHQ. Ada beberapa kendala dalam penggunaan sistem ini yaitu petugas
survei tidak dapat melakukan koreksi/perubahan jika data yang dikirim ada kesalahan.
Kendala yang lain adalah terhambatnya proses survei jika tidak ada koneksi internet akibatnya
tertundanya pengolahan data karena menunggu koreksi kesalahan kiriman data yang akhirnya
berujung pada kesulitan dalam pembuatan laporan sehingga yang seharusnya segera diperoleh
akan tertunda.
2. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian tentang penggunaan CommCare untuk kegiatan surveilans
menunjukkan bahwa software ini sangat baik dalam mendukung kegiatan survei. Akan tetapi
kendala validasi dan koneksi menjadi kelemahannya. Penelitian yang dilakukan oleh Bogan
dkk menggunakan aplikasi mobile CommCare untuk pendataan pasien terkait penyakit
HIV, Tuberculosis dan penyakit kronis lainnya di Afrika. Di daerah terpencil terjadi kesulitan
teknis yaitu ketika tidak adanya koneksi internet. Petugas hanya dapat berhasil mengirim data
jika ada koneksi internet melalui jaringan GPRS [1]. Penelitian Sacks menggunakan aplikasi
CommCare untuk surveilans penyakit ebola di Guniea. Kendala koneksi internet di daerah
terpencil menyebabkan petugas harus mengkoleksi data secara manual mengunakan simcard
kemudian menggabungkan seluruh data secara manual [2]. Penelitian surveilans di Nepal
dilakukan oleh Style untuk mendapatkan data ibu hamil. Kendala yang dirasakan adalah tidak
dapat melakukan pengiriman data survei jika tidak ada koneksi internet. Jalan keluarnya
adalah pendataan dilakukan menggunakan spreadsheet (Microsoft Excel). Data dikirim
kemudian jika ada koneksi internet[3]. Penelitian Rahmanti juga memanfaatkan CommCare
untuk mendukung sistem surveilans pendataan penduduk di Kabupaten Sleman. Sistem
25
CommCare ini bergantung keberadaan internet yang terus menerus. tim survei ini juga
mengungkapkan bahwa sistem GPS pada CommCare ternyata kurang akurat ketika
memunculkan titik koordinat, terutama di daerah yang sinyalnya yang terbatas [4]. Demikian
juga
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian juga
memanfaatkan CommCare dalam kerjasama penelitiannya dengan ACAIR. Seperti halnya
dengan penelitian surveilans yang lain, persoalan perekaman data terjadi ketika tidak adanya
koneksi internet di daerah-daerah pelosok [5].
Ketiadaan jaringan internet membuat sebagian surveilans mengalihkan jalur
pengiriman data menggunakan SMS (Short Message Services). Hal ini dilakukan oleh
Harnaningrum dan kendala ketiadaan jaringan internet bisa diatasi hanya jika sinyal GSM
telepon seluler tersedia. Kelemahannya adalah pesan SMS hanya berukuran pendek dan tidak
ada jaminan diterima oleh server sehingga dapat mengurangi kesempurnaan pengiriman
data[6].
3. Landasan Teori
Untuk memecahkan permasalahan ini perlu mengetahui terlebih dahulu konsep
surveilans. Pengertian surveilans menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
adalah sebuah kegiatan untuk pengumpulan, menganalisis, dan menginterpretasikan data yang
specific sesuai kebutuhannya dan secara sistematis dan terus-menerus untuk melakukan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat, yang terintegrasi
dengan diseminasi data secara rutin kepada pihak-pihak yang membutuhkan [6]. Definisi
lainnya berdasarkan Epidemic Review oleh Thacker dan Berkleman dapat ditarik suatu definisi
yaitu surveilans kesehatan adalah sekumpulan orang atau organisasi yang melakukan
penelitian berkelanjutan atas sejumlah permasalahan kesehatan melalui pengumpulan data
yang sistematis, rapat konsolidasi, evaluasi laporan dan data lainnya yang relevan kemudian
melakukan diseminasi data untuk semua yang membutuhkan informasi tersebut. Kegiatan
surveilans kesehatan meliputi 1) pengumpulan data secara sistematis, 2) konsolidasi dan
evaluasi data, 3) diseminasi hasil secara cepat kepada mereka yang membutuhkan informasi,
terutama mereka yang bertindak sebagai pengambil keputusan [7]..
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan mendefinisikan bahwa
surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap
data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien [8].
4. Tujuan Penelitian
Solusi yang diusulkan dalam penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi
surveilans yang dapat digunakan untuk merekam data survei secara online maupun offline (jika
tidak tersedia koneksi internet), sekaligus mempunyai fasilitas perubahan/koreksi data. Sistem
baru hanya akan meng-upload/export data survei yang sudah benar ke server sehingga dapat
menampilkan laporan yang lebih up to date. Hasil penelitian tahap awal ini adalah rancangan
sistem aplikasi baru yang dapat lebih mempermudah pengelolaan data surveilans kesehatan
gizi ibu dan anak
Berdasarkan uraian kajian teori yang telah diuraikan di atas dikemukakan pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana menganalisis model sistem surveilans yang baru untuk merekam data
kesehatan gizi ibu dan anak yang lebih baik daripada sistem lama?
26
b. Bagaimana mendesain model sistem informasi surveilans yang baru tersebut.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah rekayasa perangkat lunak. Sedangkan objek penelitian
adalah sistem surveilan kesehatan gizi ibu dan anak yang dikembangkan oleh Universitas
Alma Ata. Pengumpulan data adalah kegiatan menggali data yang mendukung penelitian ini
dari berbagai pihak antara lain tim surveilan dan pengguna informasi surveilan. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan:
1. Forum Group Discussion (FGD)
2. Studi dokumen yaitu mempelajari dokumen terkait penelitian ini, antara lain dokuman
sistem surveilan kesehatan Gizi Ibu dan Anak yang dikembangkan oleh Universitas Alma
Ata dan dokumen, buku, artikel lain yang terkait.
3. Wawancara dengan narasumber yaitu tim surveilan di lapangan dan tim pengelola sistem
surveilan.
Metode pengembangan sistem informasi surveilan menggunakan pendekatan SDLC
(Sistem Development Life Cycle) dengan model waterfall. Tahapan model waterfall dijelaskan dalam
Gambar 1[9].
Analysis
Design
Developmen
t
Testing
Implementation
Maintenance
Gambar 1. Tahapan Waterfall [9]
Penjelasan setiap tahapan dalam Waterfall (Gambar 1.)
1. Analisis
Analisis adalah tahapan untuk mengkaji kebutuhan sistem yang akan dibangun, meliputi
kebutuhan input dan output, kebutuhan proses, kebutuhan hardware dan software.
2. Desain
Desain adalah tahapan perancangan dan permodelan arsitektur sistem yang berfokus
pada perancangan database atau struktur data, arsitektur software, tampilan antarmuka
pengguna, dan algoritma program. Tujuannya untuk lebih memahami gambaran besar
dari apa yang akan dikerjakan.
3. Development
27
Development merupakan tahapan penerjemahan rancangan kedalam kode program atau
bentuk/bahasa yang dapat dibaca oleh mesin dan bisa dioperasikan oleh pengguna
4. Testing
Testing adalah melakukan pengujian terhadap kode program dan fungsi setiap fitur yang
sudah dibuat. Tujuan pengujian untuk menemukan kesalahan yang mungkin terjadi untuk
nantinya diperbaiki. Pengujian ini disebut sebagai pengujian Whitebox dan Blackbox.
5. Implementation
Implementation merupakan tahapan implementasi software kepada user/ penguna. Pada
tahap ini, dilakukan implementasi software yang sudah selesai pada tim surveilan.
6. Maintenance
Maintenance adalah tahap pemeliharaan, dimana sistem setelah dipakai harus dijaga
supaya tetap bisa berjalan baik. Selain itu juga melakukan perbaikan software jika
ditemukan kesalahan, evaluasi software, dan pengembangan software berdasarkan umpan
balik yang diberikan agar sistem dapat tetap berjalan dan berkembang sesuai dengan
fungsinya.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Analisis Sistem
Hasil dari proses analisis sistem adalah daftar beberapa kebutuhan dari sistem. Sistem
yang hendak dibangun membutuhkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Sistem dapat menyimpan data pasien ke server dari perangkat mobile saat terkoneksi
jaringan internet. Apabila tidak terkoneksi maka data pasien dapat disimpan sementara di
device tersebut.
b. Sistem memungkinkan petugas survei mencari dan mengedit kembali data pasien yang
sudah tersimpan di server.
c. Sistem memiliki validasi yang baik sehingga data yang masuk benar-benar lengkap dan
terhindar dari noise.
Maka kebutuhan input sistem adalah sebagai berikut :
a. Data periode survei, karena survei terdiri atas beberapa gelombang maka satu periode
dicatat sebagai satu data survei.
b. Data petugas survei, dimana disini dicatat nama-nama petugas survei dan hak aksesnya.
c. Data kuesioner, yaitu data pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab saat wawancara oeh
pasien.
d. Data pasien, yaitu data jawaban pasien atas pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
Kebutuhan output sistem adalah sebagai berikut :
a. Sistem harus bisa meyajikan data pasien hasil wawancara dalam format tabel.
b. Data di atas disajikan per periode, per wilayah, atau sesuai kebutuhan laporan kepada
pimpinan.
Kebutuhan proses sistem adalah sebagai berikut
a. Proses pendataan periode survei
b. Proses pendataan petugas survei
c. Proses pendataan kuesioner
d. Proses survei dimana petuga ssurvei dapat melakukan entry data pasien baru, pencarian
data pasien untuk keperluan perbaikan data.
e. Proses pembuatan laporan survei
28
2.
Desain Sistem
Hasil analisis sistem dipakai untuk membuat desain sistem baru. Desain sistem baru
harus mengakomodasi semua kebutuhan-kebutuhan yang sudah dihasilkan dari proses
analisis sistem. Pengembangan model menggunakan teknik terstruktur. Salah satu alat untuk
membuat desain sistem secara terstuktur adalah data flow diagram (DFD). Orientasi diagram
ini adalah berfokus pada aliran data yang mengalir antara entitas, proses dan data store. DFD
Level 0 menggambarkan entitas dalam sistem serta data yang mengalir dari entitas luar
tersebut menuju atau dari sistem. DFD Level 0 ada pada Gambar 2.
Periode Survei
Login
Data Pasien Baru
Login
Key Pencarian Pasien
Petugas
Surveilans
Hasil Pencarian Pasien
SISKA GIA
Informasi
Pasien
Administrator
Kuesioner
Update Data Pasien
Data Kuesioner
Kuesioner
Data Petugas Surveilans
Gambar 2. DFD Level 0
Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa ada 2 (dua) buah entitas luar yaitu entitas
petugas surveilans dan entitas administrator. Administrator bertugas menentukan petugaspetugas surveilans yang dapat bekerja dalam tim survei. Administrator juga
menentukan/entry data kuesioner survei dan periode survei. Sedangan petugas surveilans
dapat mengirimkan data pasien baru, update pasien lama dan melakukan pencarian data
pasien. Langkah selanjutnya adalah menganalisa kebutuhan sub proses yang lebih mendetil
sehingga perlu untuk menjabarkan DFD level 0 tersebut menjadi DFD Level 1 sebagaimana
pada Gambar 3.
29
1
Login
Login
dtPetugas
dtPetugas
Login
2
Pendataan
Petugas
Petugas
Data
Petugas
Surveilans
6
Entry
Pasien
Baru
Data
Pasien
Baru
Informasi
Pasien
dtPasien
Petugas
Surveilans
Update
Data
Pasien
Administrator
8
Update
Pasien
9
Proses
Laporan
dtPasien
dtPasien
Key
Pencarian
Pasien
Pasien
Hasil
Data Pencarian
KuesionerPasien
7
Cari
Pasien
5
Tampil
Kuesioner
Periode
Survei
dtPasien
dtKuesioner
Kuesioner
dtPeriode
Survei
Periode
Survei
4
Kelola
Kuesioner
Kuesioner
dtKuesioner
dtPeriode
Survei
3
Kelola
Periode
Survei
Gambar 3. DFD Level 1
Berdasarkan pada DFD Level 1 terdapat beberapa sub proses yang harus ada dalam
sistem. Sub proses pertama adalah Login sistem. Sub proses Login lebih utama dipakai untuk
30
verifikasi login para petugas surveilans yang berhak mengakses sistem. Proses login
membutuhkan data petugas yang diisi oleh administrator pada proses kedua yaitu Pendataan
Petugas. Adapun contoh data petugas ada pada Tabel 1.
Username
Ahmad
Hendro96
Admin
…
Tabel 1. Data Petugas
Password
Nama
12345678
Ahmad Rifai
Merdeka
Hendri Wijoseno
Supervisor
Administrator
…
…
Jabatan
Petugas
Petugas
Administrator
…
Petugas surveilans akan melakukan proses login pada mobile device mereka. Petugas
akan memasukkan username dan password ke aplikasi mobile kemudian dicocokkan ke server.
Adapun antarmuka proses Login Sistem pada aplikasi mobile yang menjadi sarana masuknya
petugas dalam sistem ada pada Gambar 4. Jika login berhasil maka akan masuk ke menu
utama sistem.
SISKA – GIA
SISKA – GIA
ENTRY DATA PASIEN BARU
MENU UTAMA
Status : Online
Logo
Entry
Cari & Edit
Username
Password
Help
Log Out
Login
Gambar 4. Login dan Menu Utama dari Mobile Application
Proses ketiga adalah proses Kelola Periode Survei dimana petugas menentukan
periode-periode kegiatan survei yang belum atau akan berlangsung. Contoh data periode
survei yang diisikan oleh administrator ada pada Tabel 2. Data Periode Survei.
KodePeriode
001.2016
002.2016
003.2016
Tabel 2. Data Periode Survei
Tanggal
Tahun
Keterangan
1 Januari 2016
2016
Survei di Banguntapan Bantul Th 2016
4 April 2016
2016
Survei di Srandakan Bantul Th 2016
10
September 2016
Survei di Kasihan Bantul Th 2016
31
001.2017
…
2016
3 Pebruari 2017
…
2017
…
Survei di Bambanglipuro Bantul Th 2017
…
Dengan demikian dalam satu tahun dapat dilakukan beberapa periode survey, dan
setiap survey dapat memiliki kusioner dan petugas tersendiri sesuai kebutuhan.
Proses keempat adalah proses Kelola Kuesioner. Pada proses ini dilakukan
penambahan, edit dan hapus data kuesioner yang akan tampil di device para petugas
surveilans. Adapun contoh data kuesioner ada pada Tabel 3.
ID
1
2
3
…
201
NomorKues
001
002
003
…
008
…
…
Tabel 3. Data Kuesioner
KodePeriode
Pertanyaan
001.2016
Nomor ID : ?
001.2016
Nama Lengkap Ibu : ?
001.2016
Alamat Tempat Tinggal Ibu : ?
…
…
002.2016
Hingga saat ini sudah berapa kali ibu
memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan : ?
…
…
Kuesioner tersebut akan tampil pada aplikasi mobile di sisi petugas survei pada saat
petugas mengisikan data survei pada proses ke-5 yaitu Tampil Kuesioner. Pada saat ini
proses pengisian data survei dilakukan. Jika isian sudah lengkap maka data survei disimpan
melalui proses nomor 6 yaitu Entry Pasien Baru. Adapun data pasien baru disimpan pada
data store Pasien. Bentuk data Pasien yang disimpan ada pada Tabel 4.
ID
1
2
3
KodePasien
001
001
001
...
…
Tabel 4. Data Kuesioner
NomorKues KodePeriode
Jawaban
UsernamePetugas
001
001.2016
001
ahmad
002
001.2016
Jumilatun
ahmad
003
001.2016
Jl. Bantul Km 6 ahman
Pakel Kasihan
…
…
…
…
Bentuk antarmuka proses pengisian data pasien baru pada perangkat mobile ada pada
Gambar 5.
32
SISKA – GIA
SISKA – GIA
ENTRY DATA PASIEN BARU
CARI DAN EDIT DATA PASIEN
Pertanyaan
Jawab
Keyword
1.Pertanyaan 1
Cari..
2. Pertanyaan 2
3. Pertanyaan 3
Pertanyaan
4. Pertanyaan 4
5. Pertanyaan 5
2. Pertanyaan 2
...
3. Pertanyaan 3
...
4. Pertanyaan 4
...
5. Pertanyaan 5
...
...
Send
Jawab
1.Pertanyaan 1
Clear
Gambar 5. Entry Data Pasien dari Mobile
Application
Send
Clear
Gambar 6. Pencarian dan Perbaikan Data Pasien
dari Mobile Application
Proses nomor 7 dan 8 pada DFD Level 1 berfungsi untuk mencari data pasien yang
sudah pernah disimpan ke server kemudian memperbaikinya. Pencarian dapat menggunakan
keyword nama, nomor pasien ataupun alamat. Hasil pencarian berupa nama-nama yang mirip
dengan keyword dan petugas di lapangan bisa memilih salah satu nama yang hendak di-edit.
Kemudian akan ditampilkan pertanyaan kuesioner berikut semua jawaban yang sudah pernah
disimpan. Petugas berkesempatan meng-edit kembali jawaban-jawaban yang sudah
terseimpan terebut kemudian mengirimkan kembali ke server. Antarmuka pencarian dan
perbaikan data pasien yang sudah tersimpan ada pada Gambar 6.
Setelah memahami rancangan DFD level 0, DFD Level 1, kamus data dan desain
antarmuka di atas maka dilanjutkan dengan perancangan relasi antar tabel dalam database dan
perancangan arsitektur.
2. Desain Basis Data
Desain basis data berbentuk relasi antar tabel dan struktur tabel dalam basis data.
Relasi antar tabel dan struktur tabel yang merupakan hasil proses normalisasi kamus data ada
pada Gambar 7.
33
Periode Survey
Pasien
KodePeriode (Text 10)*
Tanggal(Date)
Tahun(Text 4)
Keterangan(Memo)
ID (Autonumber)*
KodePasien(Text 10)
NomorKues(Text 10)**
KodePeriode (Text 10)**
Jawaban(Memo)
UsernamePetugas(Text 10)**
Kuesioner
ID (Autonumber)*
NomorKues (Text 10)*
KodePeriode (Text 10)**
Pertanyaan(Memo)
Petugas
Username (Text 10)*
Password (Text 10)
Nama (Text 30)
Jabatan (Text 20)
Gambar 7. Struktur dan Relasi Antar Tabel
Terdapat dua buah tabel master yaitu Tabel Periode Survei dan Tabel Petugas. Tabel
Kuesioner menjadi detail bagi Tabel Periode Survei dan Tabel Pasien menjadi detail bagi
Tabel Kuesioner dan Tabel Petugas.
4. Arsitektur Sistem Baru
Arsitektur sistem baru menjelaskan bagaimana mekanisme interaksi antara
komponen-komponen hardware dan software dalam sistem surveilans yang diusulkan. Pada
arsitektur ini terdapat beberapa komponen yang saling terkait yaitu mobile device (dipakai oleh
petugas survei), jaringan internet, komputer server dan sebuah workstation yang dipakai oleh
administrator. Ada 4 buah skenario interaksi pada sistem baru yang merupakan perbaikan
sistem lama. Skenario pertama ada pada Gambar 8 yang menjelaskan kondisi saat aplikasi
mobile (sisi petugas survei) terkoneksi internet di awal pemberangkatan tim survei. Pada saat
itu terjadi sinkronisasi awal dimana data kuesioner survei dikirim dari server menuju semua
perangkat mobile. Data kuesioner disimpan dalam database local (dalam perangkat mobile
tersebut).
34
DB
SERVER
Data
Kuesionet
DB
Petugas Survey 1
DB
Data
Kuesioner
Data Kuesioner
INTERNET
Petugas Survey 2
DB
Data
Kuesioner
Petugas Survey 3
Administrator
Gambar 8. Interaksi Server dan Mobile Device Saat Awal Pemberangkatan Tim Survei. Terjadi
Pengiriman Data Kuesioner dari Server ke Mobile Device (client).
SERVER
DB
Petugas Survey 1
DB
DB
Skenario kedua adalah saat petugas berada di lapangan dan tanpa koneksi internet.
Pada saat ini petugas survei tetap bekerja menggunakan penyimpanan pada database lokal
(dalam perangkat mobile). Kuesioner dan data pasien disimpan pada database lokal. Bentuk
interaksi tersebut ada pada Gambar 9.
INTERNET
DB
Petugas Survey 2
Petugas Survey 3
Administrator
35
Gambar 9. Interaksi Server dan Mobile Device Saat Tidak Ada Koneksi Internet. Data
Kuesioner dan Data Pasien Disimpan Sementara dalam Mobile Device (client).
DB
Skenario ke-3 adalah saat koneksi internet ada dan data dalam mobile device dikirimkan
ke server. Pada saat ini data pada mobile device dikosongkan sehingga semua data terkumpul di
server untuk semua petugas surveilans. Interaksi ini ada pada Gambar 10.
Skenario ke-4 adalah saat dilakukan pencarian data Pasien (dari mobile device) yang
sudah disimpan ke server untuk diperbaiki kembali. Interaksi ini ada pada Gambar 11.
Pencarian dilakukan dengan mengirimpan perintah Query, hasil perintah akan mengembalikan
result metadata yang akan ditampilkan di mobile device.
Kelanjutan dari pencarian adalah perbaikan data. Proses perbaikan data ada pada
Skenario ke-5 dimana data yang sudah diperbaiki dikirimkan kembali ke server. Interaksi ini
ada pada Gambar 12.
SERVER
Data
Pasien
DB
Petugas Survey 1
DB
Data
Pasien
Data Pasien
INTERNET
Petugas Survey 2
DB
Data
Pasien
Petugas Survey 3
Administrator
Gambar 10. Interaksi Sistem Saat Ada Koneksi Internet. Data di Setiap Client Dikirim Ke
Server
36
SERVER
DB
SQL Query
DB
DB
Petugas Survey 1
Result
SQL Query
INTERNET
Result
DB
Petugas Survey 2
Administrator
Petugas Survey 3
Petugas Survey 1
DB
Update Data
Pasien
SERVER
DB
DB
Gambar 11. Interaksi Sistem Saat Ada Pencarian Data dari Client ke Server. Mobile Device
(client) akan mengirimkan perintah Query ke Server dan Result yang Dihasilkan Akan Tampil
di Mobile Device
Update Data
Pasien
INTERNET
DB
Petugas Survey 2
Petugas Survey 3
Administrator
Gambar 12. Interaksi Arsitektur Sistem Saat Ada Update Data dari Client ke Server
5.Pengujian
37
Pengujian dilakukan dengan cara melakukan FGD untuk memaparkan hasil analisis
dan perancangan sistem kepada tim surveilans dan para stakeholder. Dari hasil FGD
diperoleh informasi bahwa :
a. Analisis sistem sudah sesuai kebutuhan perbaikan sistem surveilans yang lama, yaitu
dapat dioperasikan saat tidak ada koneksi internet, terdapat sarana untuk perbaikan data
dan juga dapat mempermudah proses rekap data menjadi lebih cepat.
b. Desain sistem baru juga sudah mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dari analisis sistem
sehingga antara analisis dan desain sistem sudah sesuai satu sama lain.
c. Diagram-diagram yang ada yaitu data flow diagram, struktur tabel dalam basis data dan
desain antarmuka juga sudah sesuai satu sama lain.
d. Arsitektur sistem sudah sesuai dengan kebutuhan dan skenario koneksi antar komponen
dalam arsitektur sistem sudah dapat menjawab permasalahan sistem lama.
D. KESIMPULAN
Analisis dan desain sistem surveilans telah berhasil dilakukan dan hasilnya sudah diuji
dan sesuai kebutuhan sistem. Development sistem dapat menggunakan data flow diagram (DFD),
struktur database, dan desain antar muka sebagai acuan dalam proses pembuatan aplikasi.
Arsitektur sistem dapat dipakai sebagai acuan dalam proses implementasi interaksi antar
komponen dalam sistem, misalnya dalam membuat database sementara dan database pusat
dan kemudian bagaimana mengarahkan perintah query saat penyimpanan data.
E. SARAN
Hasil analisis dan desain dapat diperbaiki lagi setelah tahap development dilakukan.
Tahap development akan diakhiri oleh testing dan evaluasi, dan hasil evaluasi selain untuk
memperbaiki proses development dapat juga untuk memperbaiki hasil analisis dan desain.
F. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bogan, M., Mushi, C., Esch, J. Van, Wakabi, T., Lesh, N., Derenzi, B., & Mitchell, M.
(2009). Improving Standards of Care with Mobile Applications in Tanzania. In The Role
of Mobile Technologies in Fostering Social and Economic Development in Africa.
[2] Sacks, J. A., Zehe, E., Redick, C., Bah, A., Cowger, K., Camara, M., … Liu, A. (2015).
Introduction of Mobile Health Tools to Support Ebola Surveillance and Contact
Tracing in Guinea. Global Health: Science and Practice, 3(4), 646–659.
https://doi.org/10.9745/GHSP-D-15-00207
[3] Style, S., Beard, B. J., Harris-fry, H., Sengupta, A., Jha, S., Shrestha, B. P., … Thondoo,
M. (2017). Experiences in Running A Complex Electronic Data Capture System Using
Mobile Phones in A Large- Sscale Population Trial in Southern Nepal. Global Health
Action, 10(1). https://doi.org/10.1080/16549716.2017.1330858
[4] Rahmanti, A., Lazuardi, L., Hariyanto, S., Dewi, F., Lestari, S., Susetyowati, Hartriyanti, Y.
(2015). Penerapan Teknologi Informasi dalam Sistem Surveillans di Kabupaten Sleman
(HDSS Sleman). In Buku Prosiding Forum Informatika Kesehatan Indonesia Ke-4 (pp.
171–172).ISSN:9772460262007
38
[5] PS, & AMK. (2017). Sharing Pengalaman Dalam Penggunaan Aplikasi Kuisioner Untuk
Pengumpulan
Data
Primer.
Retrieved
from
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-815-sharing-pengalaman-dalampenggunaan-aplikasi-kuisioner-untuk-pengumpulan-data-primer.html 1
[6] Harnaningrum, L. N., Anggoro, S., Prayitna, A., & Dewi, S. K. (2014). Implementasi
Sistem Informasi Bergerak Untuk Penguatan Surveilans Gizi di Puskesmas Banguntapan
II Kabupaten Bantul. Jurnal Buana Informatika, 5(2), 75–84. Retrieved from
http://ojs.uajy.ac.id/index.php/jbi/article/download/355/403
[7] Thacker, S. B., & Berkelman, R. L. (1988). Public Health Surveillance in The United
States.
Epidemic
Review,
10,
164–190.
Retrieved
from
http://epirev.oxfordjournals.org/
[8] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan. Kemenkes RI. https://doi.org/10.1024/0301-1526.32.1.54
[9] Balaji, S., & Murugaiyan, M. S. (2012). Waterfall vs V-Model vs Agile : A comparative
study on SDLC. International Journal of Information Technology and Business
Management, 2(1), 26–30. https://doi.org/10.1.1.695.9278
39