Sumber Daya Air (2). docx

SUMBER DAYA AIR
A. Air Tawar
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau
potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di
bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan.
Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar. 97% air
di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per
tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang
tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah,
dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus
berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia
dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan
permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam
mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama
sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan
nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang
tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan
dengan ekosistem laut ataupun darat.
1) Air permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air

tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi
dan secara alami menghilang akibat aliran menuju lautan, penguapan, dan
penyerapan menuju ke bawah permukaan.
Meski satu-satunya sumber alami bagi perairan permukaan hanya
presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem dalam
suatu waktu bergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
termasuk kapasitas danau, rawa, dan reservoir buatan, permeabilitas tanah
di bawah reservoir, karakteristik aliran pada area tangkapan air, ketepatan
waktu presipitasi dan rata-rata evaporasi setempat. Semua faktor tersebut
juga memengaruhi besarnya air yang menghilang dari aliran permukaan.

1

Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan kadang-kadang
menghancurkan faktor-faktor tersebut. Manusia seringkali meningkatkan
kapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir
buatan, dan menguranginya dengan mengeringkan lahan basah. Manusia
juga sering meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan
dengan pembuatan sauran-saluran untuk berbagai keperluan,
misalnya irigasi.

Kuantitas total dari air yang tersedia pada suatu waktu adalah hal yang
penting. Sebagian manusia membutuhkan air pada saat-saat tertentu saja.
Misalnya petani membutuhkan banyak air ketika akan menanam padi dan
membutuhkan lebih sedikit air ketika menanam palawija. Untuk mensuplai
petani dengan air, sistem air permukaan membutuhkan kapasitas
penyimpanan yang besar untuk mengumpulkan air sepanjang tahun dan
melepaskannya pada suatu waktu tertentu. Sedangkan penggunaan air
lainnya membutuhkan air sepanjang waktu, misalnya pembangkit
listrik yang membutuhkan air untuk pendinginan, atau pembangkit listrik
tenaga air. Untuk mensuplainya, sistem perairan permukaan harus terisi
ketika aliran arus rata-rata lebih rendah dari kebutuhan pembangkit listrik.
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air
permukaan dari area tangkapan hujan lainnya dengankanal atau sistem
perpipaan. Dapat juga ditambahkan secara buatan dengan cara lainnya,
namun biasanya jumlahnya diabaikan karena terlalu kecil. Manusia dapat
menyebabkan hilangnya sumber air permukaan dengan menjadikannya
tidak lagi berguna, misalnya dengan cara polusi. Brazil adalah negara yang
diperkirakan memiliki suplai air tawar terbesar di dunia, diikuti
oleh Rusia, Kanada, dan Indonesia.
2) Aliran Sungai Bawah Tanah

Total volum air yang dialirkan dari daratan menuju lautan dapat berupa
kombinasi aliran air yang dapat terlihat dan aliran yang cukup besar di
bawah permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut
dengan zona hiporeik (hyporheic zone). Untuk beberapa sungai di lembahlembah yang besar, komponen aliran yang "tidak terlihat" mungkin cukup
2

besar dan melebihi aliran permukaan. Zona hiporeik seringkali
membentuk hubungan dinamis antara perairan permukaan dengan perairan
subpermukaan dengan saling memberi ketika salah satu bagian
kekurangan air. Hal ini terutama terjadi di area karst di mana lubang
tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah dan sungai
permukaan cukup banyak.
3) Air tanah
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah
dan bebatuan dalam. Air tanah juga berarti air yang mengalir di
lapisan aquifer di bawah water table. Terkadang berguna untuk membuat
perbedaan antara perairan di bawah permukaan yang berhubungan erat
dengan perairan permukaan dan perairan bawah tanah dalam di aquifer
(yang kadang-kadang disebut dengan air fosil).
Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan sistem

perairan permukaan dalam hal adanya input, output, dan penyimpanan.
Perbedaan yang paling mendasar adalah kecepatan dan kapasitasnya; air
tanah mengalir dengan kecepatan bervariasi, antara beberapa hari hingga
ribuan tahun untuk muncul kembali ke perairan permukaan dari wilayah
tangkapan hujan, dan air tanah memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh
lebih besar dari perairan permukaan.
Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan,
terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan output alaminya
adalah mata air dan serapan menuju lautan. Air tanah mengalami ancaman
berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk mengairi
lahan pertanian. Penggunaan secara belebihan di area pantai dapat
menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah, menyebabkan
air tanah dan tanah di atasnya menjadi asin (intrusi air laut. Selain itu,
manusia juga dapat menyebabkan air tanah terpolusi, sama halnya dengan
air permukaan yang menyebabkan air tanah tidak dapat digunakan.

3

4) Penggunaan air tawar
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan

konsumtif dan non-konsumtif. Air dikatakan digunakan secara konsumtif
jika air tidak dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya,
misalnya irigasi (di mana penguapan dan penyerapan ke dalam tanah serta
penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang
cukup besar). Jika air yang digunakan tidak mengalami kehilangan serta
dapat dikembalikan ke dalam sistem perairan permukaan (setelah diolah
jika air berbentuk limbah), maka air dikatakan digunakan secara nonkonsumtif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan lainnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
5) Pertanian
Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia untuk irigasi. Di
beberapa wilayah irigasi dilakukan terhadap semuatanaman pertanian,
sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman
pertanian yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil. Berbagai
metode irigasi melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air,
biaya produksi, penggunaan peralatan dan bangunan. Metode irigasi
seperti irigasi beralur (furrow) dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal
namun kurang efisien karena banyak air yang mengalami evaporasi,
mengalir atau terserap ke area di bawah atau di luar wilayah akar. Metode
irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir, dan irigasi sistem
sprinkler di mana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan

lebih efisien dan meminimalisasikan aliran air dan penguapan meski lebih
mahal. Setiap sistem yang tidak diatur dengan benar dapat menyia-nyiakan
sumber daya air, sedangkan setiap metode memiliki potensi untuk efisiensi
yang lebih tinggi pada kondisi tertentu di bawah pengaturan waktu dan
manajemen yang tepat.
Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan
pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan
untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit

4

air, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air
pertanian, tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.
6) Industri
Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan
untuk industri. Banyak pengguna industri yang menggunakan air, termasuk
pembangkit listrik yang menggunakan air untuk pendingin atau sumber
energi, pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan
air untuk proses kimia, hingga industri manufaktur yang menggunakan air
sebagai pelarut. Porsi penggunaan air untuk industri bervariasi di setiap

negara, namun selalu lebih rendah dibandingkan penggunaan untuk
pertanian.
Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik
tenaga air mendapatkan listrik dari air yang menggerakkan turbin air yang
dihubungkan dengan generator. Pembangkit listrik tenaga air adalah
pembangkit listrik yang rendah biaya produksi, tidak menghasilkan polusi,
dan dapat diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari;
matahari menguapkan air di permukaan, yang lalu
mengalami pengembunan di udara, turun sebagai hujan, dan air hujan
mensuplai air bagi sungai yang mengaliri pembangkit listrik tenaga
air. Bendungan Three Gorges merupakan bendungan pembangkit listrik
tenaga air terbesar di dunia.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas,
juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa
dilakukan pengolahan terlbih dahulu dapat disebut sebagai polusi. Polusi
meliputi pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa
penukaran panas (polusi termal). Industri membutuhkan air murni untuk
berbagai aplikasi dan menggunakan berbagai tehnik pemurnian untuk
suplai air maupun limbahnya.


5

B. Pencemaran Sungai
I. Pengertian Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur
hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat
mengganggu kesehatan manusia.
Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik,
radioaktif, dan asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal
manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial.
Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah.
Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols), adalah salah
satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan rumah
tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih
terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan
sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat
pembersih di rumah tangga.
II. Penyebab Pencemaran Sungai
Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah

tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu : bahanbahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak
membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari
industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak sedimen
(endapan), dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas.
Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan)
oleh para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar
penyakit lain secara berlabihan dapat mengakibatkan pencemaran air.
Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat pula menyebabkan
pencemeran. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut
dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh
bakteri pembusuk.
Pembuangan sampah organik maupun yang anorganik yang dibuang
kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini

6

akan menimbulkan banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air datang
seakan tidak terbendung lagi disetip musim hujan.
III. Dampak Pencemaran Air Sungai
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air

minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dan
sebagainya.
1. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara
lain :
air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan
tak dapat membersihkan diri
air sebagai media untuk hidup vector penyakit
2. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke
lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang
biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang
dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau
lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga
menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah
detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat
banyak. Sehingga dapat mengurangi nilai estetika lingkungan. Hal ini

dapat menyebabkan pula kelangkaan air bersih.

IV. Eutrofikasi
1) Definisi Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah proses pengayaan nutrien dan bahan organik
dalam jasad air. ini merupakan masalah yang dihadapi di seluruh dunia
yang terjadi di ekosistem air tawar maupun marin. Eutrofikasi memberi
kesan kepada ekologi dan pengurusan sistem akuatik yang mana selalu

7

disebabkan masuknya nutrient berlebih terutama pada buangan pertanian
dan buangan limbah rumah tangga. (Tusseau-Vuilleman, M.H. 2001).
2) Faktor Penyebab Eutrofikasi
Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di antaranya karena
ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Hampir 90 %
disebabkan oleh aktivitas manusia di bidang pertanian. Para petani
biasanya menggunakan pestisida atau insektisida untuk memberantas hama
tanaman agar tanaman tidak rusak. Akan tetapi botol – botol bekas
pestisida itu dibuang secara sembarangan baik di sekitar lahan pertanian
atau daerah irigasi. Hal inilah yang mengakibatkan pestisida dapat berada
di tempat lain yang jauh dari area pertanian karena mengikuti aliran air
hingga sampai ke sungai – sungai atau danau di sekitarnya.(Finli, 2007)
Emisi nutrien dari pertanian merupakan penyebab utama
eutrofikasi di berbagai belahan dunia. Rembesan phospor selain dari areal
pertanian juga datang dari peternakan, dan pemukiman atau rumah tangga.
Akumulasi phospor dalam tanah terjadi saat sejumlah besar kompos dan
pakan ternak digunakan secara besar-besaran untuk mengatur prosduksi
ternakbhewan (sharply et al, 1994).
Menurut Morse et. al. (1993) sumber fosfor penyebab eutrofikasi
10 % berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background
source), 7 % dari industri, 11 % dari detergen, 17 % dari pupuk pertanian,
23 % dari limbah manusia, dan yang terbesar, 32 %, dari limbah
peternakan. Paparan statistik di atas menunjukkan bagaimana besarnya
jumlah populasi dan beragamnya aktivitas masyarakat modern menjadi
penyumbang yang sangat besar bagi lepasnya fosfor ke lingkungan air.
Limbah kotoran ikan dan sisa pakan ikan yang mengandung unsur
hara fosfor dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau
alga dan meningkatkan produktivitas perairan. Sebaliknya, dalam keadaan
berlebihan akan memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan
kehidupan organisme yang ada dalam badan air, termasuk ikan yang

8

dibudidayakan di perairan danau. Penumpukan bahan nutrien ini akan
menjadi ancaman kehidupan ikan di badan danau pada saat musim
pancaroba. Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan sinar matahari,
dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya golakan air danau.
Hal ini menyebabkan arus naik dari dasar danau yang mengangkat masa
air yang mengendap. Masa air yang membawa senyawa beracun dari dasar
danau hingga mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang.
Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara
mendadak. (Anonim, 2010)
Pestisida, obat-obatan dan pakan ternak merupakan sumber elemen
P yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pestisida dapat hilang selama
penggunaan melalui penyemprotan yang tidak terarah, dan penguapan.
Pestisida lepas dari tanah melalui leaching ataupun pengaliran air. Pola
reaksi pelepasan pestisida seangat tergantung pada afinitas bahan kimia
yang digunakan tergadap tanah dan air, jumlah dan kecepatan hilangnya
pestisida dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan curah hujan, penggunaan,
jenis tanah dan sifat dari pestisidanya. Pestisida dapat mencapai badan air
jikatumpahan yang terjadi selama proses pengisian pencampuran
pencucian dan penggunaan, melalui aliran air, melalui pelepasan
(leaching) kedalam air permukaan yang berbahaya karena dapt mencemari
perairan jika tidak diperlakukan dengan hati-hati (anonym, 2004).

Beberapa detergen mengandung phospat, oleh karana itu deterjen
juga merupakan sumber pnyebab eutrofikasi yang perlu mendapatkan
perhatian khusus. Walaupun banyak undang-undang dan peratauran yang
membatasi atau melarang penggunaan detergen yang mengandung
phospat, namun sampai saat ini belum berdampak pada eliminasi masalah
eutrofikasi. Selain P (fosfor) senyawa lain yang harus di perhatiakan
adalah nitrogen. Distribusi penggunaan pupuk nitrogen terus meningkat
dar tahun ke tahun. Komponen nitrogen sangat mudah larut dan mudah
berpindah di dalam tanah, sedangkan tanaman kurang mampu menyerap

9

semua pupuk nitrogen. Sebagai akibatnya, rembesan nitrogen yang verasal
dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, rembesan nitrogen
yang berasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, tidak
terbatas pada area sandy soil. Sejumlah kelebihan nitrogen akan berakhir
di air tanah. Konsentrasi nitrogen dalam bentuk nitrat secara bertahap
meningkat di beberapa mata air di areal pertanian, yang akan
menyebabkan terganggunya kesehatan manusia yang mengkonsumsi air
tersebut sebagai air minum.
Dalam tanah, pupuk N akan dengan cepat melepas amonium dan
nitrat. Nitrat sangat mudah larut (kelarutannya tinggi) sehingga mudah
hilang melalui pelepasan. Hampir 30% N hilang melalui leaching
(pencucian). Nitrat masuk kedalam air permuakaan melalui aliran air
dibawah permukaan atau drainase dan masuk kedalam air tanah melalui
penapisan lapisan tanah sebelah bwah. Pada umumnya konsentrasi N di
perairan. Pada umumnya konsentrasi N di perairan meningkat (tinggi)
pada saat pemupukan, terutama setelah hujan. Nitrogen dapat pula hilang
sebagai amonia dari penggunaan sumber-sumber nutrien organik seperti
pupuk, pupuk cair (slury). Adanya amonia di perairan dapat menjadi
indikasi terjadinya kontaminasi oleh pemupukan yang berasal dari material
organik. N tinggi juga berasal dari peternakan terbuka. Dari laporan
penelitian di UK ditunjukkan bahwa area peternakan menghasilkan limbah
N lebih dari 600 kg/ha/hari dan yang hilang/lepas ketanah dapat mencapai
200 kg/ha.
3) Proses Eutrofikasi
Eutrofikasi merupakan proses alamiah dan dapat terjadi pada
berbagai perairan, tetapi bila terjadi kontaminasi bahan-bahan nitrat dan
fosfat akibat aktivitas manusia dan berlangsung terus menerus, maka
proses eutrofikasi akan lebih meningkat. Kejadian eutrofikasi seperti ini
merupakan masalah yang terbanyak ditemukan dalam danau dan waduk,
terutama bila danau atau waduk tersebut berdekatan dengan daerah urban
atau daerah pertanian.
10

Dilihat dari bahan pencemarannya eutrofikasi tergolong
pencemaran kimiawi. Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan
oleh munculnya nutrient yang berlebihan kedalam ekosistem perairan.
Eutrofikasi terjadi karena adanya kandungan bahan kimia yaitu fosfat
(PO3-). Suatu perairan disebut eutrofikasi jika konsentrasi total fosfat ke
dalam air berada pada kisaran 35-100µg/L. Eutrofikasi banyak terjadi di
perairan darat (danau, sungai, waduk, dll). Sebenarnya proses terjadinya
Eutrofikasi membutuhkan waktu yang sangat lama (ribuan tahun), namun
akibat perkembangan ilmu teknologi yang menyokong medernisasi dan
tidak diiringi dengan kearifan lingkungan maka hanya dalam hitungan
puluhan atau beberapa tahun saja sudah dapat terjadi Eutrofikasi.
4) Dampak Eutrofikasi
Kematian massal ikan akibat arus balik, eutrofikasi dan blooming
algae setiap tahun terjadi di perairan di Indonesia dengan kerugian yang
besar. Di Danau Maninjau pada Januari 2009 saja kerugian telah mencapai
Rp 150 miliar dan menyebabkan kredit macet Rp 3,6 miliar. Kerugian ini
akibat kematian ikan sekitar 13.413 ton dari 6.286 petak keramba jaring
apung (KJA) dan menyebabkan 3.143 tenaga.(anonim, 2010)
Konsekuansi lebih jauh dari aktivitas manusia yang melepaskan
fosfat dalam limbahnya adalah: penurunan kualitas air, estetika
lingkungan, dan masalah navigasi perairan dan penurunan
keanekaragaman organisme air. Senyawa produk yang dihasilkan bakteri
anaerob seperti H2S, amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang
mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap dan anyir. Selain itu telah
disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat
konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme
lain, termasuk manusia. Beberapa penyakit akut dapat disebabkan oleh
racun dari kelompok fitoplankton seperti Paralytic Shellfish Poisoning
(PSP), Amnesic Shellfish Poisoning (ASP), dan Diarrhetic Shellfish
Poisoning (DSP). Ketiga racun tersebut mampu melumpuhkan sistem
kerja otot, saraf, dan jantung biota perairan.
11

Dampak Eutrofikasi di Perairan yaitu Efek dari eutrofikasi moderat
pada perairan yang miskin nutrien tidak bersifat negatif. Peningkatan
pertumbuhan alga dan berbagai vegetasi dapat menguntungkan bagi
kehidupan fauna akuatik. Salah satu contoh adalah produksi ikan
meningkat. Jika eutrofikasi terus berlanjut, pertumbuhan plankton menjadi
sangat lebat, sehingga menutupi perairan. Proses ini akan mengakibatkan
gelap di bawah permukaan air, dan kondisi ini berbahaya bagi vegetasi
bentik. Problem yang serius akibat eutrofikasi ditimbulkan oleh
petumbuhan alga sel tunggal secara hebat, proses dekomposisi dari sel
yang mati akan mengurangi oksigen terlarut. Tanaman akuatik (termasuk
alga) akan mempengaruhi konsentrasi O2 dan pH perairan disekitarnya.
Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi pH dan
oksigen terlarut menjadi besar pula. Hal ini akan menyebabkan
terganggunya proses metabolik dalam organisme, yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian.
Di perairan yang sangat kaya akan nutrien, produksi plankton dapat
menjadi sangat berlebihan. Spesies plankton tertentu muncul secara
berkala dalam kuantitas yang sangat besar, yang sering dikenal sebagai
“algal bloom”. Beberapa alga tertentu dapat menimbulkan bau dan rasa
yang tidak sedap di perairan, dan mengakibatkan konsekuensi yang sama
jika perairan menerima material organik dari sumber-sumber pencemar,
yaitu sejumlah besar oksigen dalam air terkonsumsi ketika sejumlah besar
plankton yang mati berpindah ke dasar perairan dan terdegradasi.
Defisiensi oksigen dapat mengurangi kehiupan bentik dan ikan. Jika
perairan bentik menjadi de-oksigenasi, hidrogen sulfid (H2S) akan
meracuni semua bentuk kehidupan di perairan. Akhirnya eutrofikasi berat
dapat menimbulkan pengurangan sejumlah spesies tanama dan hewan di
perairan.
Secara singkat dampak eutrofikasi di perairan dapat dirangkum sebagai
berikut:

12



Rusaknya habitat untuk kehidupan berbagai spesies ikan dan
invertebrata. Kerusakan habitat akan menyebabkan berkurangnya
biodiversitas di habitat akuatik dan spesies lain dalam rantai



makanan.
Konsentrasi oksigen terlarut turun sehingga beberapa spesies ikan



dan kerang tidak toleran untuk hidup.
Rusaknya kualitas areal yang mempunyai nilai konservasi/ cagar



alam margasatwa.
Terjadinya “alga bloom” dan terproduksinya senyawa toksik yang
akan meracuni ikan dan kerang, sehingga tidak aman untuk
dikonsumsi masyarakat dan merusak industri perikanan. Pada masa
kini hubungan antara pengkayaan nutrien dengan adanya insiden



keracunan kerang di perairan pantai/laut meningkat
Produksi vegetasi meningkat sehingga penggunaan air untuk
navigasi maupun rekreasi menjadi terganggu. Hal ini berdampak
pada pariwisata dan industri pariwisata.

C. Penanggulangan dan Pengolahan Air yang Tercemar
Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka
pencegahan pencemaran lingkungan, yaitu:

1. Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif adalah
pencegahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan lingkungan
hidup. Contohnya adalah dengan keluarnya undang-undang tentang pokok-pokok
pengelolaan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh presiden Republik Indonesia
pada tanggal 11 Maret 1982. Dengan adanya AMDAL sebelum adanya proyek
pembangunan pabrik dan proyek yang lainnya.
2. Secara Teknologis

13

Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit
pengolahan limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik
wajib mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi lingkungan.
3. Secara Edukatif
Cara ini ditempuh dengan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan
pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran lingkungan. Selain itu,
dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-pendidikan formal atau sekolah.(Ahmad
Cecep Sofyan Hariri, 2010 Biologi).
I.

Menanggulangi Pencemaran Air
Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai cara penanggulangan
pencemaran air yaitu dengan:
1.

Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau
mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.

2.

Tidak membuang sampah ke sungai.

3.

Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.

4.

Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya
bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.

5.

Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air
bersih lainnya tidak tercemar.
Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melakukan

penanaman pohon. Pohon selain bisa mencegah longsor, diakui mampu
menyerap air dalam jumlah banyak. Itu sebabnya banyak bencana banjir
akibat penebangan pohon secara massal. Padahal, pohon merupakan penyerap
air paling efektif dan handal.

14

Bahkan, daerah resapan air pun dijadikan pemukiman dan pusat wisata.
Pohon sesungguhnya bisa menjadi sumber air sebab dengan banyaknya
pohon, semakin banyak pula sumber-sumber air potensial di bawahnya.
Dalam menyikapi permasalahan pencemaran air ini, Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat, menetapkan
beberapa cara penanggulangan pencemaran air yang bisa diterapkan oleh kita.
Beberapa cara penanggulangan pencemaran air tersebut di antaranya sebagai
berikut.
1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan


Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri dan
domestik.



Mengurangi beban emisi dari kendaraan bermotor dan industri.



Mengawasi pemanfaatan B3 dan pembuangan limbah B3.



Mengembangkan produksi yang lebih bersih (cleaner production)
dan EPCM (Environmental Pollution Control Manager).

2. Program Rehabilitasi dan Konservasi SDA dan Lingkungan Hidup


Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis.



Menanggulangi kerusakan lahan bekas pertambangan, TPA, dan
bencana.



Meningkatkan konservasi air bawah tanah.



Rehabilitasi dan konservasi keanekaragaman hayati.

Seharusnya, kita berperilaku terpuji dan santun terhadap lingkungan.
Memuliakan air adalah salah satu bentuk wujud nyata yang bisa kita lakukan
guna kelangsungan hidup bersama.

15

II. Penanggulangan dan Pencegahan Eutrofikasi
Dalam banyak hal, cara yang paling efektif untuk menangani eutrofikasi
yang disebabkan oleh kelebihan phospat adalah dengan memakai pendekatan
yang terintegrasi untuk mengatur dan mengontrol semua masukan nutrien,
sehingga konsentrasi nutrien dapat direduksi menjadi cukup rendah sehingga
tidak menyebabkan alga bloom. Pendekatan yang sama akan bermanfaat juga
untuk mengatasi masalah eutrofikasi yang disebabkan oleh nitrogen. Oleh
karena itu kontrol tersebut harus juga mengurangi kehilangan P dan N,
dengan demikian dari sudut ekologi juga akan mendatangkan keuntungan.
Jika meningkatnya jumlah P yang lepas/hilang berhubungan erat dengan erosi
dn hilangnya sedimen secara besar-besaran, maka dengan kontrol erosi
diharapkan dapat dicapai peningkatan kualitas melalui pengurangan dampak
negatif sedimen di sistem akuatik.
Perlakuan-perlakuan yang cukup signifikan untuk mengontrol eutrofikasi
adalah dengan melakukan perombakan phospat pada buangan kotoran,
pengontrolan phospat yang tersifusi dari pertanian, perombakan phospat dari
deterjen, pengalihan tempat pembuangan kotoran. Cara yang sukses untukk
mengontrol P akan membawa keuntungan bagi lingkungan. Salah satu cara
yang paling efisien untuk mengurangi dan mengontrol konsentrasi P di
perairan adalah dengan membatasi atau mengurangi beban nutrien dari
sumber utama dan meningkatkan teknologi perombakan nutrien dari buangan
kotoran (sewage). Jika pertanian adalah P yang signifikan, maka pengurangan
buangan P dipandang dari sudut kepraktisannya dan biayanya tidak efisien
dari tanah pertanian dan sangat sulit untuk menentukan faktor yang
mempengaruhinya. Faktor yang berpengaruh bervariasi dari sistem
pertaniannya, tipe tanah dan kondisi wilayahnya. Namun kehilangan P pada
hakekatnya dapat dikembalikan ke sistem pertanian, sedangkan yang lainnya
dapat dikontrol oleh petani sendiri misalnya dengan menyebar pupuk tiak
pada musim hujan.
Untuk mencegah dan mengeliminasi aliran nitrogen sangat sulit.
Sejumlah artificial wetland dapat dibuat sepanjang aliran air dan sungai di
16

areal pertanian untuk menangkap kandungan nitrogen dalam air yang akan
mengalir ke laut. Selain itu upaya lain yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan sistem pengolahan limbah domestik. Pada saat ini, pengolahan
limbah domestik di pesisir pantai dan kota besar harus melibatkan proses
pengurangan nitrogen secara biologi, karena perlakuan secara kimiawi hanya
mengurangi sejumlah kecil kandungan nitrogen dalam limbah cair. Pada
hakekatnya mengaurangi konsentrasi nutrien pada sumbernya meruapak
upaya yang sangat penting karena mengurangi input nutrien ke dalam lautan
seperti yang kita harapkan sangat sulit untuk dicapai.
Sebagian besar P terlarut dengan segera dipakai oleh kegiatan biologis. P
sedimen tidak segera tersedia tetapi menjadi sumber P untuk jangka waktu
yang lama bagi biota aquatik (Ekholm 1994). Untuk mereduksi lepasnya P
dari areal pertanian kedalam air, langkah yang harus dilakukan adalah
meningkatkan efisiensi penggunaan P dengan cara menyeimbangkan
masukan P (P input) dalam pakan dan pupuk deagn luaran P (P output) dalam
produksi tanaman dan hewan dan mengatur level P dalam tanah. Untuk
mereduksi lepasan P dalam aliran pertanian dapat dilakukan dengan cara
mengontrol sumber dan transportasinya. Lepasan P dari tanah pertanian yang
terbawa melalui aliran air permukaan dan erosi mungkin lebih mudah untuk
direduksi dan pada umumnya telah berhasil dilakukan, namun demikian
perhatian masih sangat kurang terhadap pengaturan sumber P di tanah.
Seperti kita ketahui bahwa sumber P tanah terutama berasal dari
pemupukan (pupuk kimia, organik, kompos, pupuk kandang) maka
pengaturan sistem pertanian yang ramah lingkuanga harus segera
dikembangkan. Untuk mengatur pengurangan dampak P terhadap lingkungan,
setidaknya ada dua faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu sumber Pdan
transportasinya. Timbulnya dampak P terhadap lingkungan tentunya karena
ada sumber P (tanah dengan konsentrasi P tinggi, penggunaan kompos, pupuk
kandang dan pupuk kimia) dan ada transportasi atau perpindahan P ke lokasi
yang rawan (rawan terhadap leaching, pengaliran, erosi). Masalah akan
muncul jika ada interaksi dari kedua faktor tersebut. Sumber yang tinggi

17

dengan kecilnya kemungkinan untuk perpindahan, mungkin tidak akan
berpengaruh bagi lingkungan. Demikian juga sebaliknya jika kemungkinan
terjadinya perpindahan tinggi namun sumbernya kecil maka juga tidak akan
berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu pengaturan harus
difokuskan pada area dimana kedua kondisi tersebut bertemu. Area tersebut
dikenal sebagai “critical source area”. Penentuan titik titik rawan tersebut
menjadi sangat penting dan harus segera dilakukan di kawasan Bopunjur
sehingga eutrofikasi dapat dicegah.
Langkah lain yang juga sangat penting untuk mencegah terjadinya
kurasakan lingkungan perairan pada umumnya, khususnya eutrofikasi adalah
kerusakan lingkungan perairan pada umumnya, khususnya eutrofikasi adalah
dengan mengurangi konsentrasi pencemar dalam limbah cair industri, dan
limbah domestik sampai ke tingkatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
sebelum limbah tersebut memasuki perairan umum. Untuk itu maka teknologi
pengolahan limbah yang efisien, dan secara ekonomi dan ekologi
menguntungkan sangat dibutuhkan.
III. Strategi Penanggulangan Eutrofikasi
Dewasa ini persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan
temporal, tetapi juga menjadi persoalan global yang rumit untuk diatasi
sehingga menuntut perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus.
Eutrofikasi merupakan contoh kasus dari problem yang menuntut pendekatan
lintas disiplin ilmu dan lintas sektoral.
Melihat dampak yang ditimbulkan dari eutrofikasi yang terjadi pada
danau-danau dan sungai-sungai, maka hal ini memerlukan perhatian yang
serius. Menurut Forsberg, yang utama adalah dibutuhkan kebijakan yang kuat
untuk mengontrol pertumbuhan penduduk (birth control). Karena sejalan
dengan populasi warga Bumi yang terus meningkat, berarti akan meningkat
pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air dari sumber-sumber
yang disebutkan di atas. Pemerintah juga harus mendorong para pengusaha
agar produk detergen tidak lagi mengandung fosfat. Begitu pula produk

18

makanan dan minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif
fosfat.
Di samping itu, dituntut pula peran pemerintah di sektor pertanian agar
penggunaan pupuk fosfat tidak berlebihan, serta perannya dalam pengelolaan
sektor peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke
lingkungan air. Bagi masyarakat dianjurkan untuk tidak berlebihan
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung aditif fosfat.
Dalam usaha penanggulangan eutrofikasi, ada dua cara yang perlu
dilakukan, yaitu sistem input dan sistem output. Sistem input dilakukan
dengan mencegah bahan pencemar masuk ke dalam perairan, sedangkan
sistem output dilakukan dengan pembersihan perairan yang terkena
eutrofikasi (Darmono. 2001).
1.

Sistem input
a. Menggunakan sarana pengolahan limbah yang baik dan memadai
yang dapat menyaring pospat dari aliran limbah industri atau
sarana pengolahan limbah lainnya sampai 90%, sebelum air
buangannya mengalir ke badan perairan.
b. Menentukan batas limit kandungan pospat yang diperbolehkan
dalam detergen yang digunakan dalam rumah tangga, dan bahan
pencuci lainnya untuk mengurangi jumlah pospat yang terbuang
dalam sarana pengolahan limbah.
c. Mengawasi penggunaan lahan, meningkatkan konservasi tanah,
pembersihan jalan – jalan secara teratur umtuk mengurangi
larutan tanah yang mengandung pupuk, kotoran hewan, dan tanah
tercemar yang terbawa arus air dan mengalir ke danau. Petani
diwajibkan menanam pepohonan di perbatasan antara tanahnya
dengan badan perairan untuk menahan larutan tanah dari lahan
mereka yang mengalir ke dalam danau.

19

d. Melindungi dan menjaga lahan sekitar pantai dan danau dengan
jalan menanam pohon bakau atau tanaman keras lainnya ntuk
menyaring bahan pencemar dari aliran air.
2.

Sistem output
a. Mengeruk sedimen dari dasar perairan untuk mengambil nutrisi
yang mengendap bersama algae yang tumbuh subur di atasnya.
Hal ini sulit dilakukan untuk perairan yang luas dan dalam. Hasil
kerukan mesti dibuang jauh dari lokasi pengerukan, dan cukup
menyulitkan karena akan mempengaruhi habitat lokasi buangan
kerukan itu.
b. Memanen atau mengambil tanaman air yang tumbuh di dalam
perairan. Hal ini dapat merusak suatu bentuk kehidupan perairan.
Selain itu sulit dilakukan untuk perairan yang luas dan diperlukan
biaya yang besar.
c. Memberantas pertumbuhan tanaman pengganggu dengan
herbisida atau algasida. Hal ini dapat mencemari perairan
sehingga dapat membunuh ikan dan tanaman air lainnya.
d. Memompa udara ke dalam perairan untuk mencegah kekurangan
oksigen dalam air. Tetapi hal ini memerlukan biaya yang mahal.
e. Memberantas spesies ikan yang mencari makan di dasar air
seperti ikan karper, karena dapat mengaduk – aduk unsur nutrisi
dalam sedimen sehingga unsur nutrisi tersebut tersebar luas di
dalam perairan yang mengakibatkan eutrofikasi.

IV. Syarat Air Bersih
Air yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

20

1. Air harus jernih atau tidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya
disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin
keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang
terkandung di dalamnya.
2. Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan
lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning,
air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain.
3. Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan
bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya
garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4. Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari
jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahanbahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh
mikroorganisme air.
5. Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 – 8,5 . Air yang pHnya
rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit.
Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa)
6. Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat,
senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan
radioaktif.
7. Kesadahannya rendah. Kesadahan air dapat diakibatkan oleh kandungan
ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) . Hal ini dapat dilihat bila
sabun atau deterjen yang digunakan sukar berbusa dan di bagian dasar
peralatan yang dipergunakan untuk merebus air terdapat kerak atau
endapan. Air sadah dapat juga mengandung ion-ion Mangan (Mn2+) dan
besi (Fe2+) yang memberikan rasa anyir pada air dan berbau, serta akan
menimbulkan noda-noda kuning kecoklatan pada peralatan dan pakaian
yang dicuci. Meskipun ion kalsium, ion magnesium, ion besi dan ion
21

mangan diperlukan oleh tubuh kita. Air sadah yang banyak mengandung
ion-ion tersebut tidak baik untuk dikonsumsi. Karena dalam jangka
panjang akan menimbulkan kerusakan pada ginjal, dan hati. Tubuh kita
hanya memerlukan ion-ion tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit
sedikit sekali. Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, mangan dan
magnesium merupakan zat yang membantu kerja enzim, besi dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah.Batas kadar ion besi yang diizinkan
terdapat di dalam air minum hanya sebesar 0,1 sampai 1 ppm ( ppm =
part per million, 1ppm = 1 mgr/1liter). Untuk ion mangan ; 0,005 – 0,5
ppm, ion kalsium : 75 – 200 ppm dan 1on magnesium : 30 – 150 ppm.
8. Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu
bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri
lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera,
typhus, paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu
hingga mendidih, bakteri tersebut akan mati.

V. Pengujian Air
Untuk menguji kualitas air, seperti kekeruhan, berwarna dan berbau
dapat langsung diseteksi dengan panca indera. Namun air yang terlihat jernih
dan tidak berbau belum tentu aman untuk digunakan untuk minum.
Karenanya perlu diuji kualitasnya apakah memenuhi syarat kesehatan ataukah
tidak. Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara
sederhana. Pemeriksaan di laboratorium akan menghasilkan data yang
lengkap dan bersifat kuantitatif, namun biayanya cukup mahal. Analisis
secara sederhana dapat dilakukan sendiri di rumah untuk menguji kandungan
kimia dalam air, yaitu sebagai berikut :


Setengah gelas air yang akan diperiksa dicampurkan dengan segelas air
teh.



Selanjutnya didiamkan dalam keadaan terbuka hingga satu malam

22



Periksalah apakah ada perubahan warna, lendir dan lapisan seperti
minyak di permukaan.
Semakin cepat perubahan yang terjadi pada air teh menunjukkan

semakin tinggi kandungan kimiawi air tersebut. Bila perubahannya lambat atau
baru berubah setelah pengamatan satu malam, kandungan kimiawinya lebih
sedikit, namun tetap air itu kurang baik dikonsumsi. Dapat digunakan untuk
keperluan lain, kecuali untuk dikonsumsi.
Air yang mengandung tingkat kesadahan dan kandungan logam tinggi
dapat terlihat bila air teh berubah menjadi hitam, ungu atau biru. Bila air tetap
berwarna seperti air teh, maka secara kimia kualitas air itu baik. Pengujian air
secara biologis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Air yang diuji dimasukkan ke dalam gelas kemudian ditutup.
Air tersebut dibiarkan sampai lima hari
Setelah lima hari air diperiksa. Apabila terdapat perubahan warna atau
gumpalan warna (putih, hitam atau hijau), maka air tersebut kurang baik
secara biologis (mengandung mikroorganisme atau bakteri berbahaya).
Air yang baik akan tetap jernih meskipun disimpan selama 5 hari. Semakin
cepat terjadinya perubahan warna atau gumpalan pada air yang diperiksa
menunjukkan semakin tinggi kadar mikroorganisme yang dikandungnya.
VI. Pengolahan Air
Proses pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air yang
bersih dan sehat untuk air ninum dan keperluan sehari-hari sesuai dengan
standar mutu air untuk kesehatan. Adapun tujuan pengolahan air adalah
sebagai berikut.


menurunkan kekeruhan



menghilangkan bau, rasa dan warna



menurunkan dan mematikan mikroorganisme (bakteri)

23



megurangi kadar zat kimia yang terlarut dalam air.



menurunkan kesadahan



memperbaiki derajat keasaman (pH)
Berikut ini diuraikan pengolahan air dengan menggunakan proses dua

tahap yaitu: pengendapan dengan cara kimia dan penyaringan. Tahap
pengendapan dilakukan untuk mengendapkan kotoran berupa lumpur/tanah
liat, ion-ion penyebab kesadahan air (besi dan mangan) dan zat-zat terlarut
lainnya. Tahap penyaringan dilakukan untuk menghilangkan bau dan
endapan.
1.

Alat dan bahan yang diperlukan :
a. Bahan Kimia untuk Pengendapan :
Bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan 100 liter air
adalah 10 gram tawas, 5 gram kaporit, 10 gram kapur (untuk bahan
bangunan atau makan sirih). Jumlah dan komposisi bahan pengendap
dapat berubah tergantung kondisi air yang diolah. Berapa jumlah
yang tepat yang diperlukan untuk mengendapkan sangat tergantung
kepekatan kandungan kimiawi air tersebut (berdasarkan pengujian
dengan air teh). Bila kandungan kimiawi tidak terlalu pekat maka
jumlah bahan kimia yang digunakan dapat dikurangi. Cobalah
dahulu dengan satuan terkecil.
b. Bahan Penyaring
Bahan penyaring berupa : pasir hitam (diameter 0,3 – 1,2
mm), kerikil (diameter 12 – 30 mm), ijuk, dan arang aktif 9arang
dari batok kelapa atau kayu yang dihaluskan). Bila tidak tersedia
pasir yang memenuhi syarat dapat digantikan dengan zeolit yang
banyak dijual di pasaran.
c. Bahan Unit Pengolahan

24



2 buah drum plastik (masing-masing kapasitas 100 liter), bila
drum terbuat dari kaleng sebaiknya bagian dalam dilapisi dulu
dengan semen untuk mencegah karat.

2.



Kayu atau besi untuk rak



Keran 2 buah



Pipa paralon untuk mengalirkan air



(Bahan unit pengolahan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan)

Pengolahan Air


Buatlah unit pengolahan air seperti terlihat pada gambar 3



Bahan-bahan yang akan digunakan sebagai penyaring dicuci bersih
dengan membilas berulang kali dan terahir dengan air panas.
Kemudian susun dalam bak kedua seperti pada gambar 3.



Siapkan bahan pengendap dalam dua wadah : pada wadah pertama,
larutkan kaporit dan kapur sebanyak yang dibutuhkan ke dalam
setengah liter air hangat. Aduk hingga terlarut. Dalam wadah yang
kedua, larutkan tawas dengan setengah liter air hangat.



Masukkan air yang akan diolah ke dalam bak pertama sampai
penuh. Kemudian tambahkan larutan pengendap dari wadah
pertama (campuran kaporit dan kapur) aduklah. Biarkan beberapa
saat. Kemudian masukkan larutan pengendap dari wdah kedua
(tawas). Biarkan sampai 2 jam hingga semua zat pengotor atau ionion mengendap. Lamanya pengendapan ini tergantung banyaknya
zat pengotor, jika hanya sedikit tentu akan lengkap mengendap
dalam waktu yang kurang dari 2 jam.



Setelah lengkap mengendap alirkan air perlahan-lahan ke tangki
penyaring. Tangki penyaring tersebut telah diberi alas penyaring
25

Penyaring ini berfungsi untuk menyaring endapan dan menyerap
bau yang terdapat dalam air (misalnya bau kaporit berlebih). Air
yang dihasilkan, sebelum diminum harus dimasak/didihkan
terlebih dahulu Pemeliharaan


Pemeliharaan
Bila air yang keluar telah keruh dan alirannya kurang lancar
berarti dalam saringan sudah banyak kotoran yang terperangkap.
Oleh karena itu unit pengolahan air harus dibersihkan. Keluarkan
semua bahan-bahan penyaring dan dicuci berulang kali hingga air
cucian terlihat bersih. Gunakan air panas pada bilasan terahir.
Setelah itu bahan penyaring disusun kembali seperti semula.

Gambar: Unit Pengolahan Air
Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah
sebagai berikut:
a. Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahanbahan padatan yang mengendap atau mengapung.
b. Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan
padatan secara biologis
c. Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen
fosfor dan padatan tersuspensi,terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu

26

bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen yang
ingin dihilangkan.
 Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal
hidroksida untuk mengendapkan fosfor.
 Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut,
berwarna atau bau.
 Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut
dengan menggunakan tenaga listri
 Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik
maupun mineral dari air
 Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di
atas, tetapi bergantung padajenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air
tak tercemar yang siap dialirkan ke badan air danlumpur yang siap dikelola
lebih lanjut. Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng gondok dapat
dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di dalam air.

27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2011.

Eutrofikasi.

Dalam:

http://berkomentarlah.blogspot.com/2011/06/eutrofikasi.html.

Diakses

pada tanggal 23 April 2014 pukul 14.44.
Eka,

Firta. 2013. Mekanisme Eutrofikasi dan Dampaknya bagi Organisme.
Dalam: http://firtaeka.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 23 April 2014
pukul 19.28 WIB.

Farida, Ida. 2009. Pengolahan Air. Dalam:
http://faridach.wordpress.com/2009/12/08/pengolahan-air-untukkeperluan-sehari-hari-agar-memenuhi-syarat-kesehatan/. Diakses pada
tanggal 23 April 2014 pukul 14.32.
Hysocc.

2014.

Sumber

Daya

Air.

Dalam:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air (Diakses pada 22 April 2014
15.22)
Kusnaedi. 1995. Mengolah air gambut dan air kotor untuk air minum. Penebar
Swadaya. Jakarta
Jumianto.

2011.

Upaya

Penanggulangan

Pencemaran

Air.

Dalam:

http://jumianto.blogspot.com/2011/03/upaya-penanggulanganpencemaran-air.html. Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 14.30.
Manahan, Stanley E. 1995. Environmental Chemistry. Sixth Edition. Columbia.
Lewis Publishers.
Mazara, Arman. 2012. Proses, Penyebab, dan Dampak Eutrofikasi. Dalam:
http://mazara30.wordpress.com/2012/10/18/proses-penyebab-dan-dampakdari-eutrofikasi-2/. Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 14.50.

28

Noor, Mustaqcin. 2013. Pengaruh Eutrofikasi Terhadap Manusia. Dalam:
http://berpengetahuandanserbaguna.blogspot.com/2013/01/httpadflyi1xtz.h
tml. Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 14.43.
Udin,

Syawal.

2012.

Eutrofikasi.

Dalam:

http://syawaljaya.blogspot.com/2012/12/mengetahui-lebih-jauh-lagipengertian.html. Diakses pada tanggal 23 April 2014 pukul 14.34.

29