PERAN IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN

PERAN IDEOLOGI PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN
HIDUP MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI

MAKALAH

Oleh
Rofidah Iman Sari 130910202049
Dyah Maharani Pitaloka 130910202050
Rofiqoh Qonitatillah 130910202051
Risqi Akbar Maulana 130910202053
Rysang Kusumawardhana P. R. 130910202057

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Ideologi
Pancasila sebagai Pedoman Hidup Masyarakat di Era Globalisasi”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah umum Pendidikan Pancasila
Universitas Jember.

Penyusuna makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1.
Iwan Rachmad Soetijono, S.H., M.H., selaku Dosen Pengampu mata
kuliah umum Pendidikan Pancasila yang telah membimbing dan
mengajarkan materi Pancasila;
2.
orang tua yang telah memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini;
3.
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.


Jember, April 2014
Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA…………………………...……………………………………....….i
DAFTAR ISI……………………………...………………………………....….ii
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………....…..1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………..…………….…2
1.3 Tujuan dan Manfaat………….……………………………………...2
1.3.1 Tujuan………..………………………………………….2
1.3.2 Manfaat………………...…………………………….….2
BAB 2. LANDASAN TEORI…………………………………………………..3
2.1 Pengertian Ideologi………………………………………...…….….3
2.2 Kedudukan dan Fungsi Pancasila……………………………………4
2.3 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa………………………………..…5
2.4 Globalisasi…………………………………………………………....7

BAB 3. PEMBAHASAN……………………………………………….……....11
BAB 4. PENUTUP………………………………………………………..…….15
4.1 Kesimpulan……………………………………………..……………15
4.2 Saran…………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…17

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebuah negara memerlukan suatu pedoman yang secara umum mengatur
segala kehidupan yang ada dalam lingkup negara tersebut. Pedoman yang
dimaksud sering disebut ideologi. Secara ideologi berasal dari kata idea yang
artinya “gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita” dan logos yang berarti
“ilmu”. Kata idea sendiri berasal dari kata bahasa Yunani eidos yang artinya
“bentuk, gagasan” dan juga kata idein yang artinya “melihat”. Maka secara
etimologis ideologi adalah berbicara tentang ilmu yang murni ada dan menjadi
landasan atau pedoman dalam kehidupan masyarakat pada lingkup wilayah
tertentu (Srijanti et al. 2009:18). Dari pengertian tersebut dapat diketahui
bahwa ideologi adalah suatu pegangan yang selalu digunakan dalam
melakukan tindakan bagi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.
Di Indonesia sendiri, ideologi yang dipakai adalah ideologi pancasila yang
diambil dari dasar falsafah kehidupan masyarakat Indonesia. Saat globalisasi
berkembang dimana globalisasi adalah suatu era yang sangat rawan adanya
pergeseran budaya di seluruh negara karena kebanyakan negara seakan
menjadikan negara-negara barat sebagai kiblat budaya, tidak terkecuali
Indonesia. Berdasarkan fenomena tersebut secara umum setiap bangsa di
dunia ini membutuhkan pedoman hidup untuk mempertahankan eksistensi dan
keutuhan bangsanya. Seiring perkembangan zaman, ideologi pancasila yang
dianut di Indonesia memperlebar fungsinya sebagai suatu alat untuk

menyaring hal-hal baru dari dunia barat yang masuk ke Indonesia agar
masyarakat bisa mengambil hal-hal positif yang dapat dimanfaatkan dan ditiru
sesuai dengan inti sari ideologi pancasila itu sendiri.
Perlebaran fungsi ideologi pancasila ini tidak didukung oleh penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai
suatu ideologi sudah mulai luntur dengan adanya globalisasi. Yang lebih

menghawatirkan adalah munculnya neokolonialisme yang pada hakikatnya
timbul dari bangsa kita sendiri yang sibuk menjajah bangsanya sendiri.

Semakin berkembangnya globalisasi maka semakin tergerus peran ideologi
pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari
segala tingkah laku masyarakat yang semakin tidak teratur dan menyimpang
dari nilai-nilai pancasila yang dijadikan ideologi sebagai pedoman hidup
masyarakat. Masyarakat lebih memilih meniru tren budaya negara barat yang
ada dengan munculnya globalisasi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
makalah ini akan membahas tentang peran ideologi pancasila sebagai
pedoman hidup masyarakat di era globalisasi.

1.2 Rumusan Masalah
Beerdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana peran ideologi pancasila sebagai pedoman hidup
masyarakat di era globalisasi.

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah menjelaskan kepada masyarakat
peran ideologi pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat di era
globalisasi.
1.3.2 Manfaat

Manfaat yang bisa kita dapat dari makalah ini adalah masyarakat dapat
mengetahui peran ideologi pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat
di era globalisasi.

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Ideologi
Ideologi merupakan istilah yang berasal dari kata idea yang artinya “gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita” dan logos yang berarti “ilmu”. Kata idea
sendiri berasal dari kata bahasa Yunani eidos yang artinya “bentuk, gagasan”
dan juga kata idein yang artinya “melihat”. Maka secara etimologis ideologi
adalah berbicara tentang ilmu yang murni ada dan menjadi landasan atau
pedoman dalam kehidupan masyarakat pada lingkup wilayah tertentu (Srijanti
et al. 2009:18). Secara harfiah ideologi dianggap sebagai ilmu pengetahuan
tentang ide-ide atau ajaran tentang pengerian-pengertian dasar (Simandjuntak,
2002:4). Secara historis istilah ideologi pertama kali digunakan oleh seorang
Perancis yaitu Destutt de Tracy (1796) yang menganggap bahwa ideologi
adalah science of ideas yang merupakan suatu program yang diharapkan
dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis
(Simandjuntak, 2002:4).


Ideologi memiliki keanekaragaman definisi dan pengertian yang dipengaruhi
oleh latar belakang tokoh yang mengungkapkan definisi tersebut. Berikut ini
adalah pendapat para tokoh dan ahli tentang ideologi.

1. BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi)
menyatakan bahwa ideologi adalah
ajaran, doktrin, teori yang diyakini kebenarannya yang disusun secara

sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaan dalam menanggapi dan
menyelesaikan masalah dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara
(Srijanti et al. 2009:18).
2. Prof.
Dr. Maswadi (ahli Ilmu Politik Universitas Indonesia)
mendefinisikan ideologi sebagai rangkaian nilai yang disepakati bersama
untuk menjadi landasan/ pedoman dalam mencapai tujuan atau
kesejahteraan bersama (Srijanti et al. 2009:18).

3. Karl
Marx mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup yang

dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial
tertentu dalam bidang politik maupun sosial ekonomi (Simandjuntak,
2002:5).
4.
Kirdi Dipoyuda membatasi pengertian ideologi sebagai suatu kesatuan
gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia
dan kehidupannya baik individual maupun sosial termasuk kehidupan
negara.
Berdasarkan pendapat para tokoh dan ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian ideologi adalah serangkaian ide, gagasan yang berupa teori,
doktrin, ajaran yang diyakini kebenarannya karena berupa nilai-nilai tertentu
yang telah disepakati sebagai pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang mencakup semua aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan lain-lain.

2.2 Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Sebagai suatu bangasa yang merdeka, kita memiliki pandangan hidup yang
dinamakan Pancasila yang tertera pada Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
yang menyebutkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar

negara Indonesia (Toyibin & Djahiri, 1997:17). Hal tersebut karena Pancasila
lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia sehingga Pancasila
memiliki kedudukan yang sangat special dan sangat diutamakan dalam

berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia. Berdasarkan Ketetapan MPR
No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4), kedudukan Pancasila dalam Toyibin & Djahiri (1997:19). digambarkan
sebagai berikut.

Pancasila merupakan pedoman hidup masyarakat Indonesia Dimana Pancasila
yang memang lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Ideologi
yang merupakan serangkaian ide, gagasan berupa teori, doktrin, ajaran yang
diyakini kebenarannya karena berupa nilai-nilai tertentu yang telah disepakati
sebagai pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
mencakup semua aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lainlain
menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang
menganutnya sebagai jati diri bangsa ini. Pemahaman tentang Pancasila
sebagai suatu ideologi, dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Dilihat

dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi
mengandung di dalamnya sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang
baik dan benar. Nilai-nilai tersebut merupakan cita-cita yang
mengarahkan perjuangan bangsa.
2. Sistem
nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya
dengan berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan
menjadi kesepakatan bersama dari suatu bangsa.
3. Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus
dan menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dala kesepakatan para
pendiri bangsa.
4. Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk
melalui pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama,
sehingga memberi kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita

bersama.
5. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar
negara dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
Berdasarkan pengklasifikasian pemahaman tersebut terlihat jelas bahwa
Pancasila memang bukan sekedar suatu hasil pemikiran yang dijadikan

pedoman hidup namun juga merupakan suatu sistem nilai yang memang

dianut dan digunakan sebagai suatu kesepakatan bersama para pendiri bangsa
yang disesuaikan dengan jati diri bangsa ini dengan berbagai pertimbangan
yang tidaklah sepele.

Ideologi Pancasila memiliki berbagai aspek baik itu berupa aspk cita-cita atau
nilai-nilai, maupun norma yang baik dapat direalisasikan dalam kehidupan
praksis dan bersifat terbuka dengan memiliki tiga dimensi (Setijo, 2013:88)
yaitu:

1. Dimensi idealis
Nilai-nilai dasar Pancasila memiliki sifat yang sistematis, rasional, dan
bersifat menyeluruh yang mengandung harapan dan cita-cita bangsa
dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.

2. Dimensi normatif
Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila perlu dijabarkan
ke dalam sistem norma sehingga tersirat dan tersurat dalam norma-norma
kenegaraan sehingga memiliki kekuatan mengikat masyarakat dengan
peraturan (norma) yang bersifat positif.

3. Dimensi realistis
Nilai-nilai Pancasila yang dimaksud sebelumnya harus mampu
memberikan pencerminan atas realitas yang hidup dan berkembang dalam
penyelenggaraan negara jadi nilai-nilai dasar tersebut memang harus
bersumber dari nilai-nilai yang hidup di masyarakat.

2.4 Globalisasi
seperti halnya ideologi yang memiliki berbagai macam pengertian dari
berbagai sumber, globalisasi juga memiliki berbagai macam pengertian dari
beberapa ahli. Berikut ini adalah beberapa pengertian dari globalisasi menurut
para tokoh dan ahli.

1. Menurut Cochrane dan Pain, globalisasi adalah mengglobalnya batas-batas
kultural antar bangsa di berbagai kawasan dunia, yakni munculnya sebuah
sistem ekonomi dan budaya global yang membuat manusia di seluruh
dunia menjadi sebuah masyarakat tunggal yang global.
2. Cohen
dan Kennedy mengartikan globalisasi sebagai seperangkat
transformasi yang saling memperkuat dunia, yang meliputi:
a.
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu, seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet menjadi alat komunikasi global yang
cepat;
b.
Pasar dan produksi ekonomi berakibat ketergantungan lintas negara
akibat pertumbuhan perdagangan, pembagian pekerjaan secara
internasional;
c.
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa;
d.
Meningkatnya masalah bersama, diantaranya adalah masalah
ekonomi, lingkungan dan lain-lain.
3. Peter Drucker menjelaskan bahwa globalisasi adalah zaman transformasi
sosial yang senantiasa terjadi dalam decade ratusan tahun yang meliputi
nilai-nilai dasar, struktur politik dan sosial maupun seni yang disebut
dunia baru (New World Order).
Berdasarkan beberapa oengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

globalisasi adalah sebuah perubahan sosial dimana batas wilayah secara
geografis seakan tidak ada lagi dan dunia secara keseluruhan seakan melebur
jadi satu dan memnjadi dunia baru.

Globalisasi yang menjadikan dunia menjadi satu memiliki dampak-dampak
bagi semua negara di dunia ini. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya
dampak negatif saja namun juga dampak positif yang sangat berguna bagi

negara-negara yang tergabung didalamnya. Berikut ini adalah dampakdampak
yang ditimbulkan oleh globalisasi, yaitu:

a.
Dampak positif globalisasi

Pemerintah dijalankan secara terbuka dan demokratis.

Terbukanya pasar interrnasional, meningkatkan kesempatan kerja
dan meningkatkan devisa negara.

Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju
untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya
memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasinalisme kita
terhadap bangsa.

Kesejahteraan sosial karena adanya perkembangan zaman
seseorang akan berusaha mensejahterakan dirinya dan keluarganya
b. Dampak negatif globalisasi

Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran.

Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap

produl dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri.

Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas dirinya sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.

Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang
kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam
globalisasi ekonomi.


Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antarperilaku sesame warga.
Dampak yang ada tersebut harus mampu disikapi dengan baik agar dapat
bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.

BAB 3. PEMBAHASAN

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki peran yang sangat penting
dalam segala bidang kehidupan bangsa ini karena Pancasila dijadikan landasan
dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari masyarakat. Pancasila yang tercipta dari
nilai-nilai dasar yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia menjadikan
Pancasila sebagai suatu ideologi yang tidak mementingkan kepentingan
sekelompok orang sehingga dapat terus dijadikan pedoman bangsa ini sebagai
pertimbangan dalam bertindak, bersikap, dan mengambil keputusan. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai ideologi bangsa, Pancasila mengahadapi berbagai
tantangan perkembangan zaman. Untuk tetap mempertahankan dirinya sebagai
pedoman hidup bangsa ini, Pancasila sebagai ideologi harus memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Sampai saat ini Pancasila mampu membuktikan eksistensinya sebagai suatu
ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman karena
sifatnya yang luwes dan termasuk dalam kelompok ideologi terbuka yang
didukung oleh beberapa hal yang membuat keterbukaan Pancasila (Setijo,
2013:91) yaitu:

1.
Tekad bangsa dalam memperjuangkan tercapainya tujuan nasional/ tujuan
proklamasi;
2.

Pembangunan nasional yang teratur dan maju pesat;
3.
Tekad yang kuat dalam mempertahankan nilai sila-sila Pancasila yang
sifatnya abadi;
4.
Hilangnya ideologi komunis/ sosialis sebagai ideologi tertutup.
Namun selain itu, terdapat hal-hal yang membatasi keterbukaan ideologi Pancasila
menurut Setijo (2013:91) yaitu:

1.
Stabilitas nasional yang mantab,

2.
Tetap berlakunya larangan terhadap paham komunisme di Indonesia,
3.
Adanya pencegahan atas pengembangan ideologi liberal di Indonesia,
4.
Dan pencegahan terhadap gerakan ekstrem dan paham-paham lain yang
bisa menggoyahkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa.
Jadi ideologi Pancasila ini bersifat terbuka tapi tetap tertutup dalam beberapa hal
untuk tetap mempertahankan keasliannya dan eksistensinya sebagai ideologi
bangsa Indonesia. Jadi sudah terbukti bahwa memang Pancasila mampu
mempertahankan eksistensinya tanpa mengubah jati dirinya dengan mencampur
hakikatnya sebagai identitas bangsa Indonesia dengan identitas bangsa lain.

Namun sangat disayangkan, munculnya globalisasi sebagai suatu proses
perubahan sosial yang mendunia dengan fenomena menyatukan dunia tanpa
adanya sekat lagi membuat bangsa Indonesia juga terkena dampak yang serius.
Generasi muda mulai tertarik dengan dunia baru yang muncul, budaya baru yang
masuk, kebiasaan baru yang dianggap lebih baik, dan juga perkembangan zaman
yang tidak terkontrol. Mereka mulai tertarik untuk mengikuti arus globalisasi
yang sangat deras tanpa memiliki pegangan yang cukup termasuk orang tua yang
mampu membatasi arus globalisasi pada anaknya. Sehingga mayoritas remaja
pada era ini mulai meninggalkan budayanya yang begitu indah dan menggali
budaya bangsa lain untuk dijadikan tren.

Dengan adanya fenomena tersebut, peran ideologi Pancasila sangat dibutuhkan

sebagai pedoman hidup masyarakat Indonesia. Pancasila harus mampu berperan
sebagai penyaring budaya-budaya dan segala hal yang terjadi seiring arus
globalisasi agar yang masuk ke Indonesia sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia tanpa menutup diri dengan perkembangan zaman yang terjadi. Pada
hakikatnya Pancasila sangat mampu untuk menjadi penyaring globalisasi yang
masuk ke Indonesia, namun masyarakat yang tidak mau dan enggan
menggunakan Pancasila sebagai penyaring globalisasi. Mereka sudah terhipnotis
oleh kerlap-kerlip globalisasi yang masuk ke Indonesia. Saat ini Indonesia bukan
hanya masyarakatnya kurang terdidik atau tingkat pendidikan yang rendah, namun

kaum terdidiknya atau yang berkesempatan bersekolah hingga tingkatan tertinggi
kurang memahami pelajaran ia pelajari di instansi pendidikan formal maupun
non-formal dan menganggap sekolah hanya sebagai formalitas dan paksaan orang
tua. Kurangnya pemahaman dan penyerapan pendidikan berkarakter yang
dicanangkan pemerintah membuat generasi terdidik Indonesia menganggap semua
yang dilakukan adalah baik karena mereka kaum terdidik dan mengikuti
perkembangan zaman yang ada yang akan membuatnya menjadi seseorang yang
dikagumi banyak orang. Pandangan yang salah tersebut terus berjalan dan
berkembang dengan berkumpulnya orang-orang yang berfikiran sama dan para
orang tua yang terhasut pula dengan tingkah laku anaknya agar tidak dikatakan
kolot dan tidak mengikuti perkembangan zaman.

Semua fenomena yang terjadi tersebut harus diluruskan agar dapat
mengembalikan kembali bangsa ini ke jati dirinya bukan menjadi bangsa yang
plagiat atau mengimitasi budaya bangsa lain. Usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan mempertegas dan memperjelas pemahaman terhadap Pancasila dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat untuk membatasi segala hal yang
tidak diinginkan terjadi dalam masyarakat. Fungsi ideologi Pancasila sebagai
pedoman hidup masyarakat yang mulai pudar harus dikembalikan dengan lebih
menonjolkan kebaikan, keunikan, dan keindahan budaya sendiri dalam berbagai
hal mulai dari budaya seni hingga kebiasaan dibandingkan dengan budaya bangsa
lain. Perbandingan-perbandingan kecil dapat dijadikan senjata untuk membuat
generasi muda khususnya agar rasa nasionalismenya bertambah misalnya dengan
memberikan contoh orang-orang warga negara asing (WNA) yang bersedia
tinggal di Indonesia untuk melestarikan budaya Indonesia yang begitu indah, jika

WNA saja mau melestarikan budaya bangsa ini mengapa kita sebagai pemilik
budaya tersebut malah meninggalkan budaya kita dan hanya gencar
melestarikannya saat budaya kita mulai diakui oleh negara lain.

Peran Pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat di era globalisasi memang
mulai hilang dan tergerus dengan pedoman hidup baru masyarakat yaitu
globalisasi, jadi Pancasila harus tetap dipertahankan sebagai pedoman hidup

bangsa Indonesia karena Pancasila yang memang digali dan lahir dari diri bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman karena fleksibilitasnya dengan tetap mengutamakan dan
mempertahankan jati diri bangsa ini. Sehingga pendidikan Pancasila yang
diajarkan harus lebih mendalam agar semua orang mengerti bahwa bangsa ini
memiliki sebuah pegangan yang harus mampu dijadikan pedoman dalam setiap
tindakan yang akan seseorang lakukan. Kita harus tunduk pada ideologi Pancasila
dan wajib membela serta melaksanakannya, baik dalam susunan, maupun dalam
kehidupannya (Dipoyudo dalam Setijo, 2013:87).

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pancasila di Indonesia memiliki kedudukan yang diistimewakan karena
merupakan dasar negara ini begitu pula fungsi dan perannya yang sangat
penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya yang paling utama
adalah Pancasila sebagai ideologi. Peran ideologi Pancasila sangat bermacammacam
namun yang paling penting adalah sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia ini karena mencakup berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek
ketuhanan hingga aspek keadilan yang harus dijadikan pegangan dalam setiap
tingkah laku masyarakatnya.

Zaman yang semakin berkembang melahirkan globalisasi yang secara
langsung atau tidak langsung mengancam jati diri bangsa Indonesia dengan
menggeser pemahaman masyarakat yang ingin terus dianggap orang yang
mengikuti perkembangan zaman tanpa memperhatikan setiap perbuatan yang
mereka lakukan sudah sesuai atau tidak dengan Pancasila yang pada
hakikatnya harus terus dipegang teguh dan dipertahankan serta diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata peran pancasila dalam era globalisasi
sebagai pedoman hidup masyarakat mulai memudar dengan enggannya
masyarakat memahami lebih dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa
sehingga semua tingkah laku masyarakat saat ini mulai banyak yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tiap-tiap sila pada
Pancasila.

4.2 Saran
Sebagai generasi muda yang merupakan agen perubahan, mahasiswa harus
mau memahami, mempertahankan serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam setiap hal yang akan dikerjakan guna menjaga keutuhan dan eksistensi
NKRI sesuai dengan jati diri bangsa ini bukan mengimitasi jati diri bangsa
lain. Bangsa kita memang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa dan ras

yang juga merupakan campuran atau kolaborasi dengan kebudayaan bangsa
lain di masa lampau tapi bukan berarti bangsa kita tidak memiliki jati diri
yang sesungguhnya dan memiliki jati diri sendiri. Bangsa ini memiliki jati
dirinya sendiri yaitu Pancasila yang diambil dan lahir dari falsafah hidup
bangsa Indonesia. Jadi saran penulis, sebagai generasi penerus bangsa kita
harus mampu memahami, mempertahankan, dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dan menjadikannya pedoman hidup di era globalisasi ini yang
semakin mengkhawatirkan merusak jati diri bangsa ini.

DAFTAR PUSTAKA

Simandjuntak, Gerhard. 2002. Diktat Pancasila adalah Ideologi Negara Republik
Indonesia (Khusus untuk Kalangan Sendiri). Jember: _____.

Srijanti., Rahman, A., S. K. Purwanto. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setijo, Pandji. 2013. Pendidikan Pancasila: Prespektif Sejarah Perjuangan
Bangsa. Jakarta: PT Grasindo.

Toyibin, M. Aziz & Djahiri, A. Kosasih. 1997. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

______. (Tanpa Tahun). Bab III Pancasila sebagai Ideologi Nasional. [on line].
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=51904. [29 Maret 2014].

______.
(Tanpa Tahun). Bab IV Pancasila sebagai Ideologi. [on line].
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&ved=0CCUQFjAA&url=http%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.i
d%2Fdocmodul%2Fpendidikan_pancasila%2Fbab4pancasila_
sebagai_ideologi.pdf&ei=0_JHU42PEMSA8gXJjIHoDQ&us
g=AFQjCNEnO9qPcHQutUcrah55aY7CwJMxiw&cad=rja. [29 Maret

2014].

Faturrohman. (Tanpa Tahun). Globalisasi dan Nasionalisme. [on line].
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
3&ved=0CDEQFjAC&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%
2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FFathurrohman%2C%2520S.Pd.
%2CM.Pd%2FGLOBALISASI%2520DAN%2520NASIONALISME%
2520[Compatibility%2520Mode].pdf&ei=tPJJU93MNqueiAf1t4DYDw
&usg=AFQjCNFdQWKis7GI_KI4BKJL5Nw53_
gbw&bvm=bv.64542518,d.aGc&cad=rja. [29 Maret 2014].

Malihah,
Elly. (Tanpa Tahun). XI Modernisasi dan Globalisasi. [on line].
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
4&cad=rja&uact=8&ved=0CDcQFjAD&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.
edu%2FDirektori%2FFPIPS%2FM_K_D_U%2F196604251992032ELLY_
MALIHAH%2FPOKOK_MATERI_SOSIOLOGI%2C_ELLY_

M%2F13._MODERNISASI_DAN_GLOBALISASI.pdf&ei=tPJJU93
MNqueiAf1t4DYDw&usg=AFQjCNFn7T3HKEOdkKDu7IycnHPhljR
ZeA&bvm=bv.64542518,d.aGc. [29 Maret 2014].