Laporan Praktikum dan es kelapa
Laporan Praktikum
Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Desember 2012
PJ Dosen : Mrr. Lukie
Asisten
: Yuvita dan Wirayani
UJI MIKROBIOLOGI ES KELAPA
Oleh
SJMP BP1/Kelompok 6
Rizky Nurul I.C
(J3E211148)
Embun Novita A.
(J3E111118)
Yaumil Insani
(J3E111049)
Ekanina Yati
(J3E111107)
Myrawati A.
(J3E111126)
Obelia S.
(J3E111013)
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengujian
mikrobiologi pada es kelapa dan membandingkan hasil uji mikrobiologi produk pada
tempat yang berbeda.
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Tabel 1 Jumlah koloni yang tumbuh pada media NA
Jenis
Sampel
Es
Kelapa
Tempat
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
Baranangsian
g
Lodaya
TBUD
645
375
204
33
Jumlah total
bakteri (cfu/ml)
2,1 x 106
TBUD
TBU
D
256
35
19
3,5 x 105
100
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Single
Strenght
Double
Strenght
101
+
++
++
++
+++
++
++
Tabel 2 Hasil
102
++
++
++
++
+
+
++
Uji Positif
atau Negatif
Pada Media
BGLBB
Tabel 3 Jumlah koloni yang tumbuh pada media EMBA
Lokasi
Baranangsiang
Lodaya
Fekal
Non fekal
Fekal
Non fekal
1.2 Pembahasan
10-1
+++
+
+
10-2
+++++
+
+++++
+++
10-3
++++
++
++++
++
10-4
++
+
++
+
10-5
+
+
+
+
Es kelapa muda adalah minuman yang menyegarkan yang disukai oleh hampir
semua orang. Minuman ini cocok dikonsumsi sebagai pelepas dahaga, khususnya saat
cuaca sedang terik. Bahan bakunya yang masih segar dan tanpa bahan pengawet
membuatnya semakin digemari orang. Oleh karena itu pada pada praktikum kali ini
digunakan es kelapa sebagai sampel untuk dianalaisis apakah ada terdapat
mikroorganisme.
A. Uji mikroba pada media NA (Nutrient Agar)
Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam
lingkungannya. Untuk keberhasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, disesuaikan
dengan mediumnya. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu suhu, cahaya, kelembaban, keasaman (pH), pengaruh O2, pengaruh tekanan ,
pengaruh mikroorganisme di sekitarnya, pengaruh zat kimia (desinfektan) terhadap
mikroba
dibutuhkan
(Michael J. Pelczar, Jr. 2005, dasar-dasar Mikrobiologi). Selain itu,
juga
pertumbuhan.
suatu
media
Penggunaan
sebagai
media
tempat
bukan
hanya
mikroorganisme
untuk
melakukan
pertumbuhan
dan
perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain seperti isolasi,
seleksi dan diferensiasi biakan yang didapat. Artinya penggunaan beberapa jenis zat
tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perrkembangbiakkan
mikroba, banyak juga dilakukan dan digunakan.
Pada praktikum kali ini digunakan NA (Nutrient Agar) sebagai media
pertumbuhan bakteri yang terdapat pada es kelapa. Nutrien agar adalah medium
umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan
mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef,
pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk
mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Es kelapa yang akan dianalisis diambil dari 2 lokasi yang berebeda. Salah
satunya adalah pada daerah Lodaya. Sehingga didalam hasil pengamatan, maka
diperoleh hasil bahwa pada tingkat pengenceran 10 -1 dan 10-2 adalah TBUD, dan
ketika dilihat dari pada pengenceran 10-3 menjadi 256, pada pengenceran 10-4 adalah
35 serta pada pengenceran 10-5 adalah 19. Dilihat dari hal ini, dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan mikroba semakin sedikit ketika pengenceran semakin tinggi. Sehingga
setelah dilakukan perhitungan, maka jumlah total bakteri yang tumbuh pada media
NA yang telah di inkubasi selama 2 hari yaitu 3,5 x 10 5 cfu/ml di Lodaya dan 2,1 x
106 cfu/ml di Baranangsiang.
Jika dilihat dari hasil, maka jumlah pertumbuhan total bakteri lebih banyak
terdapat pada lokasi Baranangsiang. Hal ini disebabkan karena pengolahan es kelapa
yang berbeda antara lokasi Barangsiang dengan Lodaya. Jumlah mikroba yang
tumbuh dimungkinkan karena kondisi tempat berjualan yang kurang bersih, wadah
dan udara yang tidak steril digunakan dan juga sanitasi penjual atau pekerja ketika
menghidangkan es kelapa tersebut.
B. Uji mikrobiologi pada media BGLBB
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang di gunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan,
susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau
minuman
menunjukan
kemungkinan adanya
mikroorganisme
yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform
adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan
manusia (Dwidjoseputro, 1994). Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari
tiga tahap yaitu
uji penduga,
uji penguat,
uji pelengkap. Uji penduga juga
merupakan uji kualitatif koliform menggunakan metode MPN. Metode MPN ini
umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk
mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air
minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi
dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C (Dwidjoseputro, 1994). Uji kualitatif
koliform tidak harus selalu di lakukan secara lengkap, tergantung dari berbagai faktor
misalnya waktu, mutu contoh yang di uji, biaya, tujuan analisis, dan faktor-faktor
lainya.
Pada praktikum ini menggunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLBB), penggunaan utama dari media ini adalah untuk mengidentifikasi
keberadaan
E.coli
pada makanan. Selama inkubasi 24 jam pada suhu
37°C E.coli akan memfermentasi laktosa dalam kaldu dengan produksi gas dan Gas
ini akan terkumpul dalam sebuah tabung durham terbalik (Hastowo, 1992).
Pada praktikum kali ini di gunakan sampel es kelapa yang diambil di dua
lokasi yang berbeda. Es kelapa pertama di hancurkan agar kelapa dan airnya dapat
homogen setelah itu masing-masing dimasukkan kedalam enam tabung BGLBB
double strength secara triplo. Sementara dimasukkan kedalam tabung BGLBB single
strength secara triplo, lalu diinkubasi selama dua hari dan diamati adanya gelembung
gas yang terbentuk.
Hasil pengamatan pada media BGLBB untuk single strength yaitu untuk es
kelapa dengan lokasi di lodaya jumlah bakteri yang dapat memfermentasi asam laktat
sebesar 1,1 x 102 MPN/mL sedangkan sampel es kelapa yang diambil di
baranangsiang sebesar 3,4 x 101 MPN/mL. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diambil dari lokasi lodaya lebih banyak mengandung bakteri yang memfermentasi
asal laktat, itu dapat dijadikan indikator sanitasi air yaang digunakan dalam
pembuatan es kelapa itu sendiri atau mungkin cemaran mikroba berasal dari es batu
yang digunakan tidak berasal dari air bersih. Sementara pada tabung BGLBB double
strength untuk sampel lodaya sebesar 2,4 x 101 MPN/mL dan sampel baranangsiang
sebesar 2,1 x 101 MPN/mL, hal ini menunjukkan sampel lodaya sperti di single
strength memiliki jumlah bakteri yang paling banyak dari sampel baranang siang.
Pada media Double strength media ditambahkan dua kali dari single strength untuk
lebih memastikan bakteri yang yang ada di dalam sampel tersebut memang banyak
atau tidak dalam jumala air yang tetap.
C. Uji mikroba pada media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa
dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.
aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen
blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini
digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. aerugenosa
dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat
baik
untuk
mengkonfirmasi
bahwa
kontaminan
tersebut
adalah
E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang
menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang
nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut
mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan
sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan
tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau
tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.
Pengertian media Eosin Methylen Blue Agar ini digunakan untuk diferensiasi
dari Enterobacteriaceae. Media berisi sukrosa dan laktosa. Jika organisme fermentasi
sukrosa dan / atau laktosa, pH di dalam dan sekitar koloni akan jatuh di bawah pH 5,
menyebabkan pembentukan kompleks metilen biru eosinate yang memiliki kemilau
metalik. Pada saat yang sama, koloni-koloni berwarna gelap. Sukrosa dan laktosakoloni-negatif berwarna ungu berwarna atau cahaya dalam warna. Kehadiran Eosin
kuning dan biru metilen dalam medium menghambat bakteri Gram-positif.
Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel es
kelapa yang berasal dari Lodaya Maupun Baranangsiang menunjukkan bahwa bakteri
koliform non fekal lebih sedikit dibandingkan dengan fekal. Pada pengenceran 10 -1
sampai 10-5 sampel es kelapa dari Baranangsiang mempunyai koloni bakteri koliform
fekal yang lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal. Hal ini ditunjukkan
dari adanya koloni yang berwarna gelap hijau metalik yang lebih
banyak
dibandingkan koloni berwarna merah muda yang berada pada cawan.
Pada sampel yang diambil dari Lodaya menunjukkan bahwa koloni bakteri
koliform fekal lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal. Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan adanya E. coli dan Pseudomonas aeruginosa pada
sampel tersebut. Hal ini disebaabkan pada sampel tersebut mengandung air sehingga
adanya kemungkinan bakteri tersebut tumbuh.
Pada SNI yang ada jumlah dari Pseudomonas aeruginosa adalah 0 sehingga
kemungkinan yang tumbuh pada sampel adalah E.coli, berdasarkan SNI jumlah APM
koloni koliform adalah
Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Desember 2012
PJ Dosen : Mrr. Lukie
Asisten
: Yuvita dan Wirayani
UJI MIKROBIOLOGI ES KELAPA
Oleh
SJMP BP1/Kelompok 6
Rizky Nurul I.C
(J3E211148)
Embun Novita A.
(J3E111118)
Yaumil Insani
(J3E111049)
Ekanina Yati
(J3E111107)
Myrawati A.
(J3E111126)
Obelia S.
(J3E111013)
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengujian
mikrobiologi pada es kelapa dan membandingkan hasil uji mikrobiologi produk pada
tempat yang berbeda.
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Tabel 1 Jumlah koloni yang tumbuh pada media NA
Jenis
Sampel
Es
Kelapa
Tempat
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
Baranangsian
g
Lodaya
TBUD
645
375
204
33
Jumlah total
bakteri (cfu/ml)
2,1 x 106
TBUD
TBU
D
256
35
19
3,5 x 105
100
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Single
Strenght
Double
Strenght
101
+
++
++
++
+++
++
++
Tabel 2 Hasil
102
++
++
++
++
+
+
++
Uji Positif
atau Negatif
Pada Media
BGLBB
Tabel 3 Jumlah koloni yang tumbuh pada media EMBA
Lokasi
Baranangsiang
Lodaya
Fekal
Non fekal
Fekal
Non fekal
1.2 Pembahasan
10-1
+++
+
+
10-2
+++++
+
+++++
+++
10-3
++++
++
++++
++
10-4
++
+
++
+
10-5
+
+
+
+
Es kelapa muda adalah minuman yang menyegarkan yang disukai oleh hampir
semua orang. Minuman ini cocok dikonsumsi sebagai pelepas dahaga, khususnya saat
cuaca sedang terik. Bahan bakunya yang masih segar dan tanpa bahan pengawet
membuatnya semakin digemari orang. Oleh karena itu pada pada praktikum kali ini
digunakan es kelapa sebagai sampel untuk dianalaisis apakah ada terdapat
mikroorganisme.
A. Uji mikroba pada media NA (Nutrient Agar)
Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya,
tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam
lingkungannya. Untuk keberhasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, disesuaikan
dengan mediumnya. Perkembangbiakkan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu suhu, cahaya, kelembaban, keasaman (pH), pengaruh O2, pengaruh tekanan ,
pengaruh mikroorganisme di sekitarnya, pengaruh zat kimia (desinfektan) terhadap
mikroba
dibutuhkan
(Michael J. Pelczar, Jr. 2005, dasar-dasar Mikrobiologi). Selain itu,
juga
pertumbuhan.
suatu
media
Penggunaan
sebagai
media
tempat
bukan
hanya
mikroorganisme
untuk
melakukan
pertumbuhan
dan
perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain seperti isolasi,
seleksi dan diferensiasi biakan yang didapat. Artinya penggunaan beberapa jenis zat
tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perrkembangbiakkan
mikroba, banyak juga dilakukan dan digunakan.
Pada praktikum kali ini digunakan NA (Nutrient Agar) sebagai media
pertumbuhan bakteri yang terdapat pada es kelapa. Nutrien agar adalah medium
umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan
mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef,
pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk
mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Es kelapa yang akan dianalisis diambil dari 2 lokasi yang berebeda. Salah
satunya adalah pada daerah Lodaya. Sehingga didalam hasil pengamatan, maka
diperoleh hasil bahwa pada tingkat pengenceran 10 -1 dan 10-2 adalah TBUD, dan
ketika dilihat dari pada pengenceran 10-3 menjadi 256, pada pengenceran 10-4 adalah
35 serta pada pengenceran 10-5 adalah 19. Dilihat dari hal ini, dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan mikroba semakin sedikit ketika pengenceran semakin tinggi. Sehingga
setelah dilakukan perhitungan, maka jumlah total bakteri yang tumbuh pada media
NA yang telah di inkubasi selama 2 hari yaitu 3,5 x 10 5 cfu/ml di Lodaya dan 2,1 x
106 cfu/ml di Baranangsiang.
Jika dilihat dari hasil, maka jumlah pertumbuhan total bakteri lebih banyak
terdapat pada lokasi Baranangsiang. Hal ini disebabkan karena pengolahan es kelapa
yang berbeda antara lokasi Barangsiang dengan Lodaya. Jumlah mikroba yang
tumbuh dimungkinkan karena kondisi tempat berjualan yang kurang bersih, wadah
dan udara yang tidak steril digunakan dan juga sanitasi penjual atau pekerja ketika
menghidangkan es kelapa tersebut.
B. Uji mikrobiologi pada media BGLBB
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang di gunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan,
susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau
minuman
menunjukan
kemungkinan adanya
mikroorganisme
yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform
adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan
manusia (Dwidjoseputro, 1994). Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari
tiga tahap yaitu
uji penduga,
uji penguat,
uji pelengkap. Uji penduga juga
merupakan uji kualitatif koliform menggunakan metode MPN. Metode MPN ini
umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk
mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air
minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi
dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C (Dwidjoseputro, 1994). Uji kualitatif
koliform tidak harus selalu di lakukan secara lengkap, tergantung dari berbagai faktor
misalnya waktu, mutu contoh yang di uji, biaya, tujuan analisis, dan faktor-faktor
lainya.
Pada praktikum ini menggunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLBB), penggunaan utama dari media ini adalah untuk mengidentifikasi
keberadaan
E.coli
pada makanan. Selama inkubasi 24 jam pada suhu
37°C E.coli akan memfermentasi laktosa dalam kaldu dengan produksi gas dan Gas
ini akan terkumpul dalam sebuah tabung durham terbalik (Hastowo, 1992).
Pada praktikum kali ini di gunakan sampel es kelapa yang diambil di dua
lokasi yang berbeda. Es kelapa pertama di hancurkan agar kelapa dan airnya dapat
homogen setelah itu masing-masing dimasukkan kedalam enam tabung BGLBB
double strength secara triplo. Sementara dimasukkan kedalam tabung BGLBB single
strength secara triplo, lalu diinkubasi selama dua hari dan diamati adanya gelembung
gas yang terbentuk.
Hasil pengamatan pada media BGLBB untuk single strength yaitu untuk es
kelapa dengan lokasi di lodaya jumlah bakteri yang dapat memfermentasi asam laktat
sebesar 1,1 x 102 MPN/mL sedangkan sampel es kelapa yang diambil di
baranangsiang sebesar 3,4 x 101 MPN/mL. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diambil dari lokasi lodaya lebih banyak mengandung bakteri yang memfermentasi
asal laktat, itu dapat dijadikan indikator sanitasi air yaang digunakan dalam
pembuatan es kelapa itu sendiri atau mungkin cemaran mikroba berasal dari es batu
yang digunakan tidak berasal dari air bersih. Sementara pada tabung BGLBB double
strength untuk sampel lodaya sebesar 2,4 x 101 MPN/mL dan sampel baranangsiang
sebesar 2,1 x 101 MPN/mL, hal ini menunjukkan sampel lodaya sperti di single
strength memiliki jumlah bakteri yang paling banyak dari sampel baranang siang.
Pada media Double strength media ditambahkan dua kali dari single strength untuk
lebih memastikan bakteri yang yang ada di dalam sampel tersebut memang banyak
atau tidak dalam jumala air yang tetap.
C. Uji mikroba pada media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa
dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.
aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen
blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini
digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. aerugenosa
dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat
baik
untuk
mengkonfirmasi
bahwa
kontaminan
tersebut
adalah
E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang
menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang
nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut
mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan
sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan
tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau
tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.
Pengertian media Eosin Methylen Blue Agar ini digunakan untuk diferensiasi
dari Enterobacteriaceae. Media berisi sukrosa dan laktosa. Jika organisme fermentasi
sukrosa dan / atau laktosa, pH di dalam dan sekitar koloni akan jatuh di bawah pH 5,
menyebabkan pembentukan kompleks metilen biru eosinate yang memiliki kemilau
metalik. Pada saat yang sama, koloni-koloni berwarna gelap. Sukrosa dan laktosakoloni-negatif berwarna ungu berwarna atau cahaya dalam warna. Kehadiran Eosin
kuning dan biru metilen dalam medium menghambat bakteri Gram-positif.
Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan pada sampel es
kelapa yang berasal dari Lodaya Maupun Baranangsiang menunjukkan bahwa bakteri
koliform non fekal lebih sedikit dibandingkan dengan fekal. Pada pengenceran 10 -1
sampai 10-5 sampel es kelapa dari Baranangsiang mempunyai koloni bakteri koliform
fekal yang lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal. Hal ini ditunjukkan
dari adanya koloni yang berwarna gelap hijau metalik yang lebih
banyak
dibandingkan koloni berwarna merah muda yang berada pada cawan.
Pada sampel yang diambil dari Lodaya menunjukkan bahwa koloni bakteri
koliform fekal lebih banyak dibandingkan dengan koliform non fekal. Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan adanya E. coli dan Pseudomonas aeruginosa pada
sampel tersebut. Hal ini disebaabkan pada sampel tersebut mengandung air sehingga
adanya kemungkinan bakteri tersebut tumbuh.
Pada SNI yang ada jumlah dari Pseudomonas aeruginosa adalah 0 sehingga
kemungkinan yang tumbuh pada sampel adalah E.coli, berdasarkan SNI jumlah APM
koloni koliform adalah