HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang.

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA
KARANG TARUNA DESA PAKANG
NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:
SATRIA ANDROMEDA
F 100 090 041

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA
KARANG TARUNA DESA PAKANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi


Diajukan Oleh:
SATRIA ANDROMEDA
F 100 090 041

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA
KARANG TARUNA DESA PAKANG

Satria Andromeda
Nanik Prihartanti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
satriapsikologi@ymail.com
ABSTRAKSI
Perilaku altruisme pada remaja khususnya pada karang taruna di era globalisai

saat ini mengalami banyak penurunan. Salah satu penyebabnya yaitu lunturnya sikap
empati dikalangan remaja. Penggunaan teknologi canggih, mesin, elektronik,
komputer,,beban pekerjaan, tugas sekolah dan fokusnya di bangku perkuliahan
membuat remaja saat ini cenderung membuat remaja fokus pada kepentingannya
sendiri dan cenderung mengabaikan perilaku altruisme terhadap orang lain. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku
altruisme pada karang taruna khususnya di desa Pakang. Mengetahui tingkat empati
pada remaja. Seberapa besar perilaku altruisme pada remaja karang taruna.
Mengetahui sumbangan efektif empati terhadap perilaku altruisme pada remaja
karang taruna desa Pakang. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara empati dengan perilaku altruisme pada karang taruna desa Pakang. Subjek
berjumlah 65 orang dari keseluruhan remaja yang ada di dalam anggota karang taruna
desa Pakang. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini dengan menggunakan teknik studi populasi atau study sensus karena
peneliti menggunakan seluruh sampel pada anggota karang taruna desa Pakang.
Metode pengumpulan data menggunakan alat ukur skala empati dan skala perilaku
altruisme. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif. Analisis data yang
digunakan adalah korelasi product moment. Hasil analisis diperoleh data koefisien
korelasi (r xy) sebesar 0,584 dengan Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme pada karang

taruna desa Pakang, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif empati
34,1%, hal ini berarti masih terdapat 65,9% variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi perilaku altruisme. Variabel perilaku altruisme mempunyai rerata
empirik (RE) sebesar 81,89 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti
perilaku altruisme pada subjek tergolong tinggi. Variabel empati diketahui rerata
empirik (RE) sebesar 75,89 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti
tergolong tinggi.
Kata Kunci : Empati dan perilaku altruisme.

v

pada kenyataan- nya menimbulkan

PENDAHULUAN
Manusia
sosial

merupakan

yang


makhluk

diciptakan

dampak negatif bagi pola hidup dan

untuk

tingkah laku sosial manusia.

berdampingan dengan orang lain dan

Pada kenyataanya, berdasarkan

tidak bisa hidup secara individual.

beberapa

Sebagai makhluk sosial hendaknya


masyarakat desa, perilaku menolong

manusia saling tolong menolong satu

sudah mulai menipis dan seringkali

sama lain dan mengadakan interaksi

terjadi salah kaprah dalam pemahaman

dengan orang lain untuk bertukar

altruisme,

fakta-fakta

pikiran

diantaranya


pada

serta

untuk

memenuhi

fakta

dalam

kehidupan

tersebut

kehidupan

di


kebutuhan hidupnya. Hal ini sering

pedesaan beberapa tahun 90-an nilai

terlihat

gotong royong masih sangat terasa.

secara

masyarakat,

langsung
seperti

dalam
kegiatan

Seperti


yang

peneliti

amati

di

sambatan, kerja bakti, atau memberi

lingkungan tempat tinggal peneliti

bantuan baik berupa barang maupun

sendiri, ketika ada tetangga yang

jasa

melaksanakan


pada

orang

yang

sangat

hajatan

misalnya

membutuhkan. Memberikan bantuan

perkawinan, hampir semua tetangga,

ataupun keuntungan pada orang lain

tua muda maupun para remaja ikut


tanpa mengharap imbalan apapun

membantu (rewang) tuan rumah yang

dalam

memiliki hajatan tersebut meskipun

psikologi

disebut

dengan

altruisme.

tanpa permintaan

Ada juga sebagian orang yang


terlebih dahulu,

juga terdapat tradisi sambatan yaitu

mau memberikan pertolongan dengan

membantu

mempertimbangkan motif dalam diri

merenovasi rumah tetangga tanpa

si

untuk

dibayar upah. Kehidupan sosial mulai

mengharapkan imbalan dari orang

bergeser, partisipasi masyarakat pada

yang telah ditolong. Wahyuningsih

kegiatan

(Setyawan,

2010)

menipis sehingga tradisi rewang dan

penggunaan

berbagai

penolong,

misalnya

menyatakan
teknologi

tradisi

membangun

gotong

sambatan

royong

jarang

atau

semakin

terlihat.

canggih yang tampak memberikan

Masyarakat mulai berpikir praktis,

kemudahan bagi kehidupan manusia

bahkan sekarang jika ada kentongan

1

dipukul untuk bersiskamling, banyak

perilaku menolong dalam diri siswa di

orang yang berfikir praktis, yaitu

lingkungan

cukup memberi iuran rutin dan tidak

(Dayakisni

perlu mengikuti siskamling.

berpendapat

Perilaku menolong disebut juga
Sears

altruisme.

mendefinisikan

sekolah.
&

Brigham

Hudaniah,
bahwa

2003)
perilaku

menolong mempunyai maksud untuk

dkk

(1994)

menyokong

altruisme

adalah

kesejahteraan orang lain.

kepentingan

dan

tindakan suka rela yang dilakukan oleh

Berdasarkan uraian di atas, maka

seseorang atau sekelompok orang

penulis merumuskan masalah “Apakah

untuk menolong orang lain tanpa

ada hubungan antara empati dengan

mengharapkan

perilaku altruisme pada remaja karang

(kecuali

imbalan

mungkin

apapun

perasaan

telah

taruna

melakukan kebaikan).
Batson
menyatakan

Pakang?”.

Kemudian

untuk menjawab permasalahan di atas,

(Magdalena,
empati

desa

2012)

maka

merupakan

penulis

tertarik

untuk

mengadakan penelitian dengan judul

pengalaman menempatkan diri pada

“Hubungan antara empati

keadaan emosi orang lain seolah-olah

perilaku altruisme pada karang taruna

mengalaminya

desa pakang”.

sendiri.

Kemudian

Batson menjelaskan bahwa empati

dengan

Tujuan yang ingin dicapai dalam

dapat menimbulkan dorongan untuk

penelitian ini, adalah :

menolong, dan tujuan dari menolong

1. Mengetahui

hubungan

antara

itu untuk memberikan kesejahteraan

empati dengan perilaku altruisme

bagi target empati.

anggota karang taruna di desa

Remaja

diharapkan

menanam

Pakang.

tinggi perilaku menolong terhadap

2. Mengetahui tingkat empati pada

teman atau siapapun yang benar-benar
membutuhkan

tanpa

karang taruna di desa Pakang.

memandang

3. Mengetahui

tingkat

perilaku

orang tersebut teman dekat atau

altruisme pada anggota karang

bukan. Adanya empati yang kuat akan

taruna di desa Pakang.

menumbuhkan rasa kepedulian dan

4. Mengetahui sumbangan efektif

rasa iba yang kemudian muncullah

empati

2

terhadap

perilaku

altruisme karang taruna di desa

imbalan apapun (kecuali mungkin

Pakang.

perasaan telah melakukan kebaikan).
Taufik (2012) menjelaskan secara
umum altruisme diartikan sebagai

LANDASAN TEORI
Comte

(Taufik,

2012)

aktivitas menolong orang lain, yang

mendefinisikan altruisme berasal dari

dikelompokkan ke dalam perilaku

kata “alter” yang artinya “orang lain”.

prososial. Dikatakan perilaku prososial

Secara

karena

bahasa

perbuatan

yang

kebaikan

berorientasi

orang

membedakan

adalah

altruisme

lain.

antara

memiliki

dampak

positif

pada

terhadap orang lain atau masyarakat

Comte

luas. Lawan dari perilaku prososial

perilaku

adalah

perilaku

antisosial,

yaitu

menolong yang altruis dengan perilaku

perilaku yang memiliki dampak buruk

menolong yang egois. Menurutnya

terhadap orang lain atau masyarakat,

dalam

pertolongan,

dan disebut juga dengan perilaku yang

manusia memiliki 2 motif, yaitu altruis

mengisolasi diri sendiri dari pergaulan

dan egois. Kedua dorongan tersebut

lingkungan.

memberikan

sama-sama

ditujukan

memberikan

pertolongan.

untuk

Mussen

Perilaku

menolong

altruis

yaitu

2008)

perilaku altruisme meliputi:

mencari manfaat dari orang yang
Sedangkan

(Nashori,

mengungkapkan bahwa aspek-aspek

menolong yang egois tujuannya justru

ditolong.

dkk

a. Cooperation (Kerjasama), yaitu

perilaku

melakukan

perilaku

kegiatan secara bersama-sama.

menolong yang ditujukan semata-mata

b. Sharing

pekerjaan

(Berbagi),

atau

yaitu

untuk kebaikan orang yang ditolong.

kesediaan untuk ikut merasakan

Selanjutnya Comte menyebut perilaku

apa yang dirasakan orang lain.

menolong ini dengan altruisme.

c. Helping

(Menolong),

yaitu

Sears dkk (1994) mendefinisikan

membantu orang lain dengan cara

altruisme adalah tindakan suka rela

meringankan beban fisik atau

yang dilakukan oleh seseorang atau

psikologis orang tersebut.

sekelompok orang untuk menolong
orang

lain

tanpa

d. Genereocity

mengharapkan

kesediaan

3

(Berderma),
untuk

yaitu

memberikan

barang miliknya kepada orang

e. Faktor

sosiobiologis:

perilaku

lain yang membutuhkan secara

menolong orang lain dipengaruhi

sukarela.

oleh jenis hubungan dengan orang

e. Honesty

(Kejujuran),

kesediaan
seperti

yaitu

melakukan
apa

mengutamakan

individu

lebih

suka

yang

sudah

sesuatu

menolong

dengan

dikenal atau teman dekat daripada

adanya
nilai

lain,

kejujuran

orang asing.

tanpa berbuat curang.

Titchner

Wortman, dkk (Dayakisni

orang

(Goleman,

2003)

&

menyatakan bahwa empati berasal dari

Hudaniah, 2003) membagi faktor-

semacam peniruan secara fisik atas

faktor yang mempengaruhi perilaku

beban orang lain, yang kemudian

altruisme, yaitu:

menimbulkan perasaan serupa dalam

a. Suasana hati: jika suasana hati

diri seseorang. Menurut Johnson (Sari

sedang nyaman, seseorang akan

&

terdorong

kecenderungan

untuk

memberikan

pertolongan lebih banyak.

Eliza,

2003)

empati

untuk

adalah

memahami

kondisi atau keadaan pikiran orang

b. Meyakini keadilan dunia: adanya

lain.

Seseorang

yang

berempati

keyakinan bahwa dalam jangka

digambarkan sebagai individu yang

panjang yang salah akan dihukum

toleran, ramah, mampu mengendalikan

dan yang baik akan mendapat

diri, dan bersifat humanistik.

pahala.

Taufik

c. Empati: kemampuan seseorang

empati

(2012)

mendefinisikan

merupakan suatu aktivitas

untuk ikut merasakan perasaan

untuk memahami apa yang sedang

atau pengalaman orang lain.

dipikirkan dan dirasakan orang lain,

d. Faktor situasional: kondisi dan
situasi

yang

serta

apa

yang

dipikirkan

dan

muncul

saat

dirasakan oleh yang bersangkutan

membutuhkan

per-

(observer, perceiver) terhadap kondisi

mempengaruhi

yang sedang dialami orang lain tanpa

orang lain untuk memberikan

yang bersangkutan kehilangan kontrol

pertolongan.

dirinya.

seseorang
tolongan

juga

4

Menurut Gunarsa (2000) empati

c. Empathic

dianggap sebagai salah satu cara yang

Empatik),

efektif dalam

seseorang terhadap orang lain

usaha mengenali,

(Perhatian

concern
merupakan

orientasi

memahami, dan mengevaluasi orang

berupa

lain. Dan hasil akhir yang terbaik dari

peduli terhadap orang lain yang

empati adalah munculnya perilaku

mengalami kesulitan. Aspek ini

menolong, Warneken & Tomasello

berhubungan

(Taufik, 2012).

dengan

Davis

(Sari

menjelaskan

&

Eliza,

aspek-aspek

2003)

simpati,

reaksi

empati,

a. Perspective tacking (Pengambilan

Pribadi),

merupakan
individu

positif

emosional

dan

lain.
d. Personal

kecenderungan

secara

dan

perilaku menolong pada orang

antara lain:

Perspektif),

kasihan,

distress

(Distress

merupakan

orientasi

seseorang terhadap dirinya sendiri

untuk

yang berupa perasaan cemas dan

mengambil alih secara spontan

gelisah pada situasi interpersonal.

sudut

Faktor-faktor

pandang

Pentingnya

orang

lain.

kemampuan

dalam

non-egosentrik,

mem-

pengaruhi empati menurut Hoffman

perspective taking untuk perilaku
yang

yang

(2000) yaitu:

yaitu

a. Sosialisasi,

Dengan

adanya

perilaku yang tidak berorientasi

sosialisasi

pada kepentingan diri sendiri,

seseorang

tetapi perilaku yang berorientasi

sejumlah

pada kepentingan orang lain.

seseorang untuk melihat keadaan

b. Fantasy (Imajinasi), merupakan

khayalan

b. Mood

karakter-karakter

yang

mengarahkan

and

perasaan

feeling,

Situasi

seseorang

ketika

pada

berinteraksi dengan lingkungan-

buku-buku, layar kaca, bioskop,

nya akan mempengaruhi cara

maupun

seseorang

dalam

terdapat

emosi,

mengalami

orang lain.

mengubah diri ke dalam perasaan
tindakan

dapat

orang lain dan berpikir tentang

kecenderungan seseorang untuk

dan

memungkinkan

permainan-

permainan.

5

dalam

memberikan

respon terhadap perasaan dan

METODE PENELITIAN

perilaku orang lain.

Variabel di dalam penelitian ini

c. Situasi dan tempat, pada situasi
tertentu

seseorang

dapat

adalah:

ber-

1. Variabel bebas: empati

empati lebih baik dibandingkan

2. Variabel

dengan situasi yang lain.

tergantung:

perilaku

altruisme

d. Proses belajar dan identifikasi,

Sampel yang digunakan dalam

apa yang telah dipelajari anak

penelitian ini yaitu 120 siswa aktif

dirumah atau pada situasi tertentu

SMK Bina Patria 2 Sukoharjo yang

diharapkan

dapat

terdiri dari: kelas X Teknik kendaraan

menerapkannya pada lain waktu

Ringan (TKR C) sebanyak 40 siswa,

yang lebih luas.

kelas X Rekayasa Perangkat Lunak

anak

e. Komunikasi

dan

pengungkapan

bahasa,

empati

(RPL) sebanyak 40 siswa, dan kelas

di-

XI

Teknik

Pemeliharaan

Mesin

pengaruhi

oleh

komunikasi

(bahasa)

yang

digunakan

Teknik pengambilan sampel yang

seseorang. Perbedaan bahasa dan

akan digunakan dalam penelitian ini

ketidakpahaman

tentang

adalah

menjadi

sampling

komunikasi

akan

Industri (TPMI A) sebanyak 40 siswa.

hambatan pada proses empati.
f. Pengasuhan,

lingkungan

dengan

cluster

random

dan

stratified

random

sampling, yaitu teknik pengambilan

yang

sampel

berdasarkan

satuan-satuan

berempati dari suatu keluarga

sampel tidak terdiri dari individu-

sangat membantu anak dalam

individu melainkan dari kelompok-

menumbuhkan

kelompok individu atau cluster dan

empati

dalam

dirinya.

berdasarkan tingkatannya (kelas) atau

Berdasarkan landasan teori yang

stratified.

telah

dikemukakan di atas,

maka

Pengambilan data penelitian ini

hipotesis yang diajukan untuk diuji

menggunakan 2 skala, yaitu: skala

kebenarannya adalah “ada hubungan

empati dan skala altruisme. Analisis

positif antara empati dengan perilaku

data yang digunakan adalah korelasi

altruisme pada siswa di SMK”.

6

product moment dan menggunakan

bahwa empati sangat berkaitan erat

bantuan program komputer SPSS 15.

dengan

perilaku

menolong

pada

individu. Warneken & Tomasello
(Taufik, 2012) menyatakan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perhitungan dengan analisis

hasil akhir yang terbaik dari empati

product momen dari Pearson diperoleh

adalah munculnya perilaku menolong.

nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar

Variabel empati memiliki rerata

0,633; dengan signifikansi (p) = 0,000

empirik (RE) sebesar 75,89 dan rerata

(p≤0,01) artinya ada hubungan positif

hipotetik (RH) sebesar 62,5. Dari 65

yang sangat signifikan antara empati

subjek penelitian, 0 subjek (0%)

dengan

Hal

tergolong sangat rendah, 0 subjek

tersebut menyatakan bahwa hipotesis

(0%) tergolong rendah, 1 subjek

penelitian yang diajukan diterima,

(1,53%) tergolong sedang, 45 subjek

bahwa ada hubungan positif antara

(69,23%) tergolong tinggi, dan 19

empati dengan perilaku altruisme.

subjek (29,23%) tergolong sangat

perilaku

altruisme.

Hasil penelitian yang dilakukan
Stephan

&

Stephan

Margaretha,

2010)

(Gusti

tinggi. Secara umum empati pada

&

subjek tergolong tinggi. Hal ini dapat

menunjukkan

diartikan aspek-aspek yang terdapat

bahwa orang yang memiliki rasa

dalam

empati akan berusaha untuk menolong

perspektif

orang

imajinasi (fantasy), perhatian empatik

lain

yang

membutuhkan

empati,

yaitu

(perspective

pertolongan dan merasa kasihan atau

(empathic

iba

orang

pribadi

(personal

2012)

sepenuhnya

dimiliki

terhadap

tersebut.

penderitaan

Batson

(Taufik,

Pengambilan

concern),

dan

tacking),

distress
distress),

dan

menjadi

menambahkan bahwa empati dapat

bagian dari karakteristik kepribadian

menimbulkan

subjek.

dorongan

untuk

menolong, dan tujuan dari menolong

Perilaku altruisme pada subjek

itu untuk memberikan kesejahteraan

penelitian memiliki rerata empirik

bagi target empati.

(RE) sebesar 81,89 dan rerata hipotetik

Robert

&

Strayer

(Gusti

&

(RH) sebesar 62,5. Dari 65 subjek

Margaretha, 2010) mengungkapkan

penelitian, 0 subjek (0%) tergolong

7

sangat

rendah,

0

subjek

(0%)

KESIMPULAN DAN SARAN

tergolong rendah, 1 subjek (1,53%)

Berdasarkan hasil penelitian di

tergolong sedang, 45 subjek (69,23%)
tergolong

tinggi,

subjek

1. Ada hubungan positif yang sangat

(29,23%) tergolong sangat tinggi.

signifikan antara empati dengan

Secara umum perilaku altruisme pada

perilaku altruisme pada karang

subjek tergolong tinggi. Kondisi ini

taruna desa Pakang. Semakin

menggambarkan

subjek

tinggi

kecenderungan

tinggi

penelitian

dan

19

atas dapat diambil kesimpulan

bahwa

memiliki

empati

maka

perilaku

semakin
altruisme,

altruisme yang tinggi. Hal ini dapat

sebaliknya semakin rendah empati

diartikan aspek-aspek yang terdapat

maka semakin rendah perilaku

dalam

yaitu

altruisme. Nilai koefisien korelasi
(rxy) sebesar 0,584 ; Signifikansi

perilaku

altruisme,

kerjasama

(cooperation),

berbagi

(sharing),

menolong

(helping

p = 0,000 (p ≤ 0,01).

behavior), berderma (charity), dan
kejujuran

(honesty),

2. Tingkat

sepenuhnya

empati

tergolong

pada

tinggi.

subyek

Hal

ini

dimiliki dan menjadi bagian dari

ditunjukkan oleh rerata empirik

karakteristik kepribadian subjek.

sebesar 75,89 dan rerata hipotetik

Sumbangan efektif dari variabel
empati

terhadap variabel

sebesar 62,5.

perilaku

3. Tingkat perilaku altruisme pada

altruisme yaitu sebesar 34,1%, berarti

subyek tergolong tinggi. Hal ini

masih

variabel-

ditunjukkan oleh rerata empirik

dapat

sebesar 81,89 dan rerata hipotetik

terdapat

variabel

lain

mempengaruhi
selain

empati.

65,9%
yang
perilaku

sebesar 62,5.

altruisme
dkk

4. Sumbangan efektif empati 34,1%.

2003)

Hal ini berarti masih terdapat

menyatakan ada beberapa faktor yang

65,9% variabel-variabel lain yang

mempengaruhi

dapat

(Dayakisni

&

Wortman
Hudaniah,

perilaku

altruisme,

mempengaruhi

yaitu: suasana hati, meyakini keadilan

kecenderungan perilaku altruisme

dunia, faktor situasional, dan faktor

selain empati.

sosiobiologis.

8

Saran

yang

diharapkan

dapat

kepentingan orang lain. Selain itu

bermanfaat, yaitu:
1. Bagi

juga anak diharapkan peka dan

karang

taruna

(subjek)

mampu merasakan perasaan orang

mampu

lain dalam situasi sulit.

diharapkan

mempertahankan kondisi anggota
karang

taruna

yang

3. Bagi subjek diharapkan dapat

memiliki

mempertahankan

empati yang tinggi serta perilaku
altruisme

yang

tinggi,

dilakukan

dengan

mengadakan

kegiatan

empati

dan

perilaku altruisme dengan cara

dapat

mengendalikan suasana hati dan

cara
positif

perasaan

ketika

penderitaan

orang

melihat
lain

agar

kepada anggota karang taruna

menjadi peduli, lalu mendalami

agar memberikan contoh tentang

nilai-nilai moral dan keagamaan

kepedulian dan perhatian individu

yang berkaitan tentang pentingnya

terhadap teman atau orang lain,

berbuat baik terhadap sesama

misalnya: kegiatan kerja bakti,

manusia yang kelak mendapatkan

Palang Merah Remaja, Pecinta

pahala, memperhatikan situasi dan

Alam, Bhakti Sosial, mengunjungi

kondisi saat melihat kesulitan

panti

orang lain agar menjadi peka dan

asuhan,

dan

kegiatan

lainnya.
2. Bagi

menumbuhkan perasaan empati
orang

tua

diharapkan

yang

mempertahankan kondisi remaja

kemudian

menumbuhkan

perilaku altruisme.

yang memiliki altruisme tinggi

4. Bagi

dengan cara mengajarkan atau

dapat

memberikan

contoh-contoh

variabel selain empati dengan

kepada anak untuk senantiasa

faktor-faktor altruisme yang lain

perhatian,

peduli,

peka

seperti suasana hati, meyakini

terhadap

orang

yang

keadilan dunia, faktor situasional,

dan
lain

mengalami kesulitan. Kemudian

tidak mementingkan diri sendiri
juga

berperilaku

lain

diharapkan

mempertimbangkan

dan faktor sosiobiologis.

mengajarkan kepada anak agar

tetapi

peneliti

untuk

9

Bahasa: Michael
Jakarta: Erlangga.

DAFTAR PUSTAKA
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003).
Psikologi Sosial. Malang: UMM
Press.

Adryanto.

Setyawan,
I.
(2010).
Peran
Kemampuan
Empati
pada
Efikasi Diri Mahasiswa Peserta
Kuliah Kerja Nyata PPM
POSDAYA. Jurnal Psikologi.
Vol. 15, No. 5 Juni, hal. 73-96.

Gusti, A. Y., & Margaretha P. M.
(2010).
Perilaku
Prososial
Ditinjau dari Empati dan
Kematangan Emosi. Jurnal
Psikologi. Vol. 9 No. 3
Desember, hal. 56-78.

Taufik. (2012). Empati: pendekatan
psikologi sosial. Jakarta: Raja
Grafindo.

Goleman, D. (2003). Kecerdasan
Emosional: Mengapa EI lebih
penting daripada IQ. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Gunarsa,
S.
(2000).
Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja. Jakarta: BKK Gunung
Mulia.
Hoffman, M. (2000). Empathy and
moral development: Implications
for caring and justice. New
York: Cambridge University
Press.
Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial
Islami. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Magdalena. (2012). Pengaruh Empati
terhadap Perilaku Altruisme
sesama Pengendara Sepeda
Motor. Jurnal Psikologi, Vol. 2,
No. 7 April, hal. 120-144.
Sari, A. T. O & Eliza, M. (2003).
Empati dan Perilaku Merokok di
tempat umum. Jurnal Psikologi,
No. 2, hal. 81-90.
Sears, David O., Freedman, Jonathan
L., & Peplau, L. A. (1994).
Psikologi Sosial jilid 2. Alih

10

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 17

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang.

1 9 51

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Prososial Pada Karang Taruna di Desa Jetis, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Prososial Pada Karang Taruna di Desa Jetis, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

0 2 6

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, Hubungan Antara Empati dengan Perilaku Prososial Pada Karang Taruna di Desa Jetis, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

1 8 15

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN ALTRUISME PADA KOMUNITAS BERBAGI NASI

0 2 14