KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA Kecenderungan Burnout Pada Perawat Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Sakit Islam Surakarta.
KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA
DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SIGIT PRIHANTORO
F100070095
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA
Sigit Prihantoro
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat memilki peran besar dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang prima adalah perawat. Banyaknya tanggung jawab dan
tuntutan yang harus dijalani oleh perawat menunjukkan bahwa profesi perawat
rentan sekali mengalami burnout terhadap pekerjaannya. Jenis kelamin dan usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan kecenderungan
burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang ditinjau dari jenis kelamin. (2)
Perbedaan kecenderungan burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang
ditinjau dari usia dewasa. (3) Tingkat burnout pada perawat di rumah sakit.
Populasi penelitian dilakukan dari penelitian ini adalah seluruh perawat
rumah sakit Islam Surakarta baik laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia
18 – 60 tahun. Sampel diambil saat peneliti mengumpulkan data atau saat peneliti
datang ke lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Surakarta. Alasannya untuk
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data, jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 80 perawat, dengan jumlah perawat laki-laki sebanyak 37 orang dan
perawat wanita 43 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitain ini adalah non
random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan burnout.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t-test
Kecenderungan burnout pada perawat ditinjau dari jenis kelamin dan usia
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan kecenderungan
burnout antara laki-laki dan perempuan. Hasil perbedaan ditunjukkan hasil
independent sample test dengan p = 0,001 atau p < 0,05. (2) Tidak ada perbedaan
kecenderungan burnout ditinjau dari usia. Hasil perbedaan ditunjukkan hasil
independent sample test dengan p = 0,007 atau p < 0,05. (3) Tingkat burnout pada
perawat di rumah sakit Yarsis termasuk kategori tinggi.
Kata kunci : Kecenderungan burnout, Jenis kelamin dan usia dewasa
3
dalam satu shift jaga satu perawat
PENDAHULUAN
Rumah
merupakan
harus melayani sebanyak 8-10 pasien.
tempat
Belum lagi pasien yang dilayani
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
memiliki tingkat ketergantungan yang
masyarakat
tinggi,
sarana
sakit
utama
dalam
dan
memiliki
peran besar
pelayanan
kesehatan
karena
managemen
sangat
rumah
jarang
sakit
shift
yang
masyarakat. Sebagai salah satu pusat
mengatur
pelayanan
kesehatan
sakit
berdasarkan tingkat banyaknya pasien.
dituntut
untuk
selalu
Pengaturan shift diatur berdasarkan
memberikan pelayanan yang baik
jadwal yang sangat kaku dan hanya
kepada
berdasarkan tenaga yang tersedia.
rumah
dapat
masyarakat
menggunakan
dan
yang
memanfaatkan
Beban
jumlah
kerja
semakin
perawat
meningkat
sarana kesehatan ini. Salah satu unsur
apabila rumah sakit banyak pasien dan
yang harus diperhatikan oleh rumah
banyak orang yang menengok pasien
sakit dalam memberikan pelayanan
membuat perawat sangat terbatas
yang prima adalah perawat. Perawat
dalam melakukan tindakan, bahkan
merupakan salah satu profesi yang
kadang
memiliki
perlakukan kasar (secara fisik maupun
andil
besar
dalam
kala
perawat
menentukan keberhasilan rumah sakit
psikologis)
dari
dalam
seperti
mengamuk
memberikan
pelayanan
mendapat
keluarga
pasien
karena
kesehatan kepada masyarakat, hal ini
menganggap perawat gagal atau lalai
disebabkan selama 24 jam perawat
dalam merawat anggota keluarganya
berperan
menghadapi
masalah
(Hasil wawancara dengan Perawat
kesehatan
pasien
terus-
RS. Islam Surakarta/14 Nopember
secara
menerus.
2013).
Waktu kerja selama 24 jam
secara
terus-menerus
kewajiban
perawat
Hasil
merupakan
yang
menunjukkan
sudah
seorang
wawancara
bahwa
perawat
tersebut
beban
termasuk
kerja
berat,
menjadi tatanan pelayanan dalam
selain tata pelayanan yang menjadi
mempekerjakan
tanggung
perawat
dengan
beban kerja yang berlebih. Terkadang
menangani
1
jawab
pasien,
perawat
juga
dalam
adanya
pembagian
secara
(kelelahan emosi). Rating tertinggi
manajemen kurang memperhatikan
dari burnout ditemukan pada perawat-
jumlah banyak pasien yang harus
perawat
dilayani oleh perawat dalam satu shift
lingkungan kerja yang penuh dengan
melayani 8-10 orang. Kondisi beban
stres, yaitu perawat yang bekerja pada
kerja yang sudah berat ditambah
instansi
dengan sikap dan perilaku kasar
emergency (UGD), atau terminaln
pasien atau pengunjung yang merasa
care.
kurang
kerja
puas
yang
dengan
pelayanan
yang
bekerja
intensive
di
care
dalam
(ICU),
Penjelasan tersebut dibuktikan
perawat.
dari hasil survey yang dilakukan oleh
Banyaknya tanggung jawab
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
dan tuntutan yang harus dijalani oleh
(PPNI) pada tahun 2006, menunjukan
perawat menunjukkan bahwa profesi
sekitar 50,9 persen perawat yang
perawat
mengalami
bekerja di empat provinsi di Indonesia
pekerjaannya.
mengalami stres kerja. Rata- rata dari
rentan
burnout
sekali
terhadap
Burnout merupakan istilah populer
para
untuk
energi
mengalami pusing, lelah dan tidak
mental atau fisik setelah periode stres
bisa beristirahat karena beban kerja
kronik yang tidak sembuh-sembuh
yang tinggi dan menyita waktu, selain
berkaitan dengan pekerjaan, terkadang
itu perawat juga mendapatkan gaji
dicirikan
atau
yang rendah dan insentif yang kurang
burnout
memadai, Rachmawati (2007). Tidak
cenderung dialami oleh perawat. Hasil
jauh berbeda dengan hasil survey
penelitian
Jackson
yang telah dikeluarkan PPNI tahun
(dalam Windayanti dan Cicilia, 2007)
2006, pada bulan Mei 2009 himpunan
pada
yang
PPNI di Makasar mendapatkan hasil
memberikan bantuan kesehatan yang
sebanyak 51 persen mengalami stres
dibedakan antara perawat-perawat dan
kerja, pusing, lelah, kurang istirahat
dokter-dokter menunjukkan bahwa
karena beban kerja yang terlalu tinggi,
pekerja
beresiko
Hadi (2007). Berbagai permasalahan
exhaustion
yang dialami oleh para perawat dapat
kondisi
dengan
penurunan
dengan
penyakit
Maslach
pekerjaan
fisik
dan
pekerja-pekerja
kesehatan
mengalami
ini
emotional
2
perawat
tersebut
sering
memberikan dampak negatif bagi
teguran dari pimpinan atau dibenci
kinerja para perawat yang berimbas
oleh teman atau pasien.
pada kurang baiknya pelayanan yang
Dampak
dirasakan oleh para
pasien atau
yang
menyebabkan kerugian pada rumah
penerima pelayanan.
Tingginya
burnout
sakit ditinggalkan oleh pasien dan
yang
mengurangi pemasukan rumah sakit,
mengalami burnout dijelaskan oleh
burnout juga merugikan bagi perawat
Pines dan Aronson (dalam Sutjipto,
dalam
2001) bahwa kecenderungan burnout
sehingga
memiliki resiko tinggi dialami oleh
mendapat
seseorang
dikeluarkan dari pekerjaannya. Atas
yang
perawat
bekerja
dibidang
bekerja
kurang
maksimal
memungkinkan
teguran
atau
perawat
bahkan
pekerjaan yang berorientasi melayani
dasar
orang lain, seperti bidang pelayanan
burnout yang terjadi pada perawat
kesehatan, bidang pelayanan sosial
merupakan
ataupun bidang pendidikan. Cherniss
penting untuk dikaji lebih dalam.
(dalam Jaya dan Rahmat, 2005)
menjelaskan
bahwa
orang
yang
penjelasan
tersebut,
maka
permasalahan
yang
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
burnout
mengalami burnout dapat diketahui
pada perawat. Pines dan Aronson
melalui perilaku dalam bentuk reaksi
(dalam Caputo, 1991) menjelaskan
menarik diri secara psikologis dari
terdapat faktor ekstrinsik dan intrinsik
pekerjaan, seperti menjaga jarak atau
yang menimbulkan burnout. Faktor
bersikap
klien,
ekstrinsik, seperti lingkungan kerja
membolos, sering terlambat, bersikap
meliputi kurangnya hak otonomi pada
judes, membentak-bentak pasien dan
profesinya, bertransaksi atau membuat
keluarganya. Akibat perawat yang
perjanjian dengan umum, konflik
mengalami burnout tersebut dapat
peran,
berdampak pada kualitas pelayanan
kurangnya hasil kerja atau prestasi
perawat
akan
individu, kurangnya masukan yang
merugikan rumah sakit. Di satu sisi,
positif, tidak berada pada situasi yang
perawat tersebut dapat memperoleh
berpihak,
sinis
yang
dengan
akhirnya
ketidakjelasan
beban
kerja
peran,
yang
berlebihan, dan adanya pemicu stres
3
di lingkungan fisik tempat bekerja.
lakian dan antara perempuan dan
Lingkungan
banyak
keperempuan. Pada umumnya jenis
menuntut tanggung jawab yang besar
kelamin laki-laki berhubungan dengan
seperti lingkungan rumah sakit dapat
gender maskulin, sementara jenis
menjadi salah satu sumber yang
kelamin perempuan berkaitan dengan
menimbulkan burnout pada perawat.
gender feminin. Perbedaan fisiologis
Lingkungan
dapat
antara laki-laki berdasarkan ciri-ciri
kesehatan,
tertentu. Perbedaan pada jenis kelamin
kenyamanan fisik, dan stres pada
laki-laki dan perempuan sangat jelas
perawat.
yang
terlihat secara fisik terutama pada
menimbulkan burnout adalah faktor
konstitusi tubuh dan raut mukanya.
intrinsik
oleh
Namun ciri-ciri yang membedakan
individu. Faktor individu meliputi
laki-laki dan perempuan tidak hanya
individu dengan idealis yang tingi,
terdapat pada fisiknya saja tetapi juga
perfeksionis,
berbeda dari segi emosi, minat, sudut
kerja
yang
rumah
berdampak
sakit
pada
Faktor
yang
lain
disebabkan
komitmen
yang
berlebihan, gender, usia, dan jenis
pandang.
pekerjaan.
Faktor
gender
Faktor
yang
lain
mempengaruhi
yang
kecenderungan
mempengaruhi terjadinya burnout ada
burnout yaitu usia. Banyak persoalan
perbedaan
yang ditemui oleh perawat dan cara
perempuan.
antara
dkk.,
dan
(2001)
menanggapi
gender
oleh usia. Hal ini dapat terjadi
merupakan konstruksi sosio-kultural.
mengingat usia berpengaruh terhadap
Pada prinsipnya gender merupakan
perkembangan
interpretasi kultural atas perbedaan
Pendapat Havigurst, yang dikutip
jenis kelamin. Bagaimanapun gender
Rachmawati
memang berkaitan dengan perbedaan
bahwa pada umumnya orang dewasa
jenis kelamin. Gender yang berlaku
dikategorikan menjadi 3 macam yaitu:
dalam suatu masyarakat ditentukan
dewasa awal, dewasa madya, dan
oleh pandangan masyarakat tentang
dewasa akhir, yaitu masa dewasa
hubungan antara laki-laki dan kelaki-
Awal
menjelaskan
Ridjal,
laki-laki
bahwa
4
persoalan dipengaruhi
emosi
(2007)
(18-35
individu.
menyatakan
tahun)
dalam
perkembangan emosi tidak stabil,
karya sendiri dengan penerima yang
dewasa madya (35-45 tahun) dalam
negatif (Acker dan Dorothea, 2009).
perkembangan emosi mengalami naik
Aspek-aspek kelelahan kerja
turun, dan dewasa akhir (46-60 tahun)
atau yang dikenal dengan burnout
perkembangan emosi stabil.
meliputi kelelahan fisik, kelelahan
mental
Tujuan yang ingin dicapai dari
dan
emosinal,
rendahnya
penelitian ini untuk mengetahui: (1)
penghargaan diri serta terganggunya
burnout
hubungan individu dengan lingkungan
Perbedaan
kecenderungan
perawat di rumah sakit yang ditinjau
sosial
kerja,
kelelahan
dari jenis kelamin. (2) Perbedaan
depersonalisasi,
kecenderungan burnout perawat di
kepribadian
dan
emosional
kemunduran
Faktor-faktor
rumah sakit yang ditinjau dari usia
yang
burnout
dewasa. (3) Tingkat burnout pada
mempengaruhi
perawat
menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan
di
rumah
sakit
Islam
Surakara.
ekstrinsik.
antara
lain
keadaan
LANDASAN TEORI
Burnout adalah sebagai suatu
sindrom
faktor
psikologis
dibedakan
Faktor
jenis
intrinsik
kelamin,
emosi,
usia,
intelegensi,
kepribadian, dan harga diri. Faktor
ekstrinsik, meliputi lingkungan kerja
kelelahan
(juga
psikologis yang kurang baik, kurang
disebut sinisme), dan mengurangi
adanya kesempatan untuk promosi,
pemenuhan
imbalan
emosional,
depersonalisasi
pribadi.
Kelelahan
yang
diberikan
emosional mengacu pada kelelahan
mencukupi,
mental atau pengeringan sumber daya
sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan,
emosional.
pekerjaan yang monoton.
Depersonalisasi
atau
kurangnya
tidak
dukungan
sinisme mengacu pada perkembangan
Manusia memiliki perbedaan
negatif, sikap sinis terhadap penerima
dan ciri-ciri tertentu yang tampak
suatu
secara fisik. Menurut Gunarsa (1997)
pelayanan
atau
terhadap
pekerjaan pada umumnya. Akhirnya,
perbedaan
kurangnya
dan
fisiologis berdasarkan ciri-ciri tertentu
kecenderungan untuk mengevaluasi
ini menggolongkan pada dua jenis
prestasi
pribadi
5
secara
anatomis
dan
yang berbeda, yaitu pria dan wanita.
Rahmawati
(2010)
Menurut Kartono (1998) jenis kelamin
menyatakan
atau seks merupakan kualitas yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
menentukan individu itu laki-laki atau
usia kronologis dan usia biologis. Usia
perempuan
kronologis
perbedaan
menyatakan
secara
bahwa
anatomis
bahwa
ditentukan
usia
berdasarkan
dan
penghitungan kalender, sehingga tidak
fisiologis pada manusia menyebabkan
dapat dicegah maupun dikurangi.
perbedaan
dan
Sedangkan usia biologis adalah usia
struktur aktivitas antara pria dan
yang dilihat dari jaringan tubuh
wanita (Kartono, 1998). Lebih lanjut
seseorang dan tergantung pada faktor
dejelaskan
nutrisi dan lingkungan, sehingga usia
struktur
bahwa
tingkah
perbedaan
ini
diperkuat oleh struktur kebudayaan
yang ada
biologis ini dapat dipengaruhi.
sejak dulu. Walaupun
Usia
dewasa
yaitu
usia
struktur-struktur di dunia dan norma-
individu antara 18 – 60 tahun. Pada
norma sosial telah berubah, namun
usia dewasa ini dibagi menjadi tiga
keberadaan kedua jenis klamin ini
periode yang dewasa awal usia antara
beserta
18 – 35 tahun, dewasa madya usia
sifat-sifat
keduanya
tetap
berbeda.
antara 35-45 tahun, dan dewasa akhir
Perbedaan jenis kelamin dapat
dengan usia antara 46-60 tahun.
dilihat dari perbedaan fisik, fisiologis,
Perkembangan
emosi
pada
dan tingkah laku. Antara pria dan
masa dewasa yaitu masa dewasa awal
wanita, perbedaan antara perempuan
perkembangan
dan laki-laki secara fisik yaitu antara
karena banyak persoalan yang ditemui
laki-laki dan perempuan yang terdiri
individu, pada masa dewasa madya
dari empat macam, yaitu konstitusi
mengalami emosi naik turun karena
tubuh, raut muka, suara, dan kekuatan
harus melakukan penyesuaian diri
fisik, sedangkan ciri-ciri psikis antara
untuk menuju pada masa tua, dan
lain
masa dewasa akhir keadaan emosinya
lain:
cara
memandang
dan
melihat suatu hal, perbedaan sifat,
sudah stabil.
mental dan emosi serta rasio, dan
wanita memiliki naluri keibuan.
6
emosi
tidak
stabil
hipotesis
METODE PENELITIAN
Populasi
dapat
luas
dalam
yang
seimbang.
Metode yang digunakan dalam
menurut situasi dan tujuan penelitian
penelitian ini adalah metode skala.
dengan syarat tidak menyimpang.
Skala
Populasi
penelitian
penelitian
Sakit
Populasi
dapat
data
dibatasi
Rumah
tetapi
penelitian
berdasarkan
dilakukan
Yarsis,
dalam
di
digunakan
dalam
adalah
skala
ini
kecenderungan burnout.
Surakarta.
adalah
Menurut Azwar (2012), daya
seluruh perawat di Rumah Sakit Islam
beda aitem merupakan analisis butir
Surakarta
maupun
soal yang mencakup analisis tingkat
perempuan dengan rentang usia 18
kesukaran dan daya beda butir soal
hingga 60 tahun.
merupakan
baik
penelitian
yang
laki-laki
Pengambilan sampel dilakukan
dengan
non
random
analisis
klasik
yang
sekarang sudah jarang dilakukan.
sampling
Namun,
dengan
tidak
melakukan
incidendal, yaitu pengambilan sampel
analisis butir soal, maka kualitas butir
saat dilakukan penelitian (Suryabrata,
soal yang diujikan menjadi tidak
2003). Maksudnya, sampel diambil
terukur dan belum jelas kelayakannya.
saat peneliti mengumpulkan data atau
Reliabilitas
saat
merupakan
peneliti
datang
ke
lokasi
alat
ukur
adalah
konsistensi
hasil
penelitian di
Rumah Sakit Yarsis,
pengukuran oleh alat ukur terhadap
Surakarta.
Alasannya
untuk
subyek yang sama dalam waktu
peneliti
dalam
penyajian
memudahkan
yang
berbeda
(Azwar,
mengumpulkan data. jumlah sampel
2012). Adapun rumus dasar untuk
dalam penelitian ini sebanyak 100
menguji
perawat, dengan ketentuan perawat
teknik Alpha Cronsbach
reliabilitas
menggunakan
laki-laki sebanyak 50 orang dan
Penentuan metode penelitian
perawat wanita 50 orang. Alasan
yang digunakan sangat dipengaruhi
peneliti mengambil sampel laki-laki
oleh tujuan penelitian dan jenis data.
sebanyak 50 orang dan perawat
Analisis data dalam penelitian ini
wanita 50 orang agar dalam menguji
menggunakan uji t-test. Alasannya,
karena untuk mengetahui perbedaan
7
kecenderungan burnout pada perawat
beban dan hambatan lebih berat
laki-laki dan perempuan.
dibanding rekan prianya. Dalam arti,
wanita harus lebih dahulu mengatasi
urusan keluarga-suami, anak dan hal-
PEMBAHASAN
Perhitungan yang dilakukan
dengan
menggunakan
independent
sample
diketahui
analisis
rumah tangganya. Oleh karena itu
dapat
tidak jarang seorang yang telah
perbedaan
menikah sekaligus bergelut dalam
test
ada
burnout
kecenderungan
hal lain yang menyangkut domestik.
Ada
dunia
kerja
mengalami
kelelahan
burnout
fisik, mental, dan emosional, yang
antara laki-laki dan perempuan. Hasil
dalam dunia psikologi disebut sebagai
perbedaan
burnout
perbedaan
kecenderungan
ditunjukkan
hasil
independent samples test dengan p =
Tidak
ada
perbedaan
p < 0,05. Dimana tingkat
kecenderungan burnout ditinjau dari
kecenderungan burnout lebih tinggi
usia. Hasil perbedaan ditunjukkan
pada perawat yang berjenis kelamin
hasil independent samples test dengan
perempuan
p = 0,294 atau p < 0,05. Dimana
0,001 atau
yang
ditunjukan
oleh
burnout
mean sebesar 4,09 sedangkan laki-laki
tingkat
sebesar 3,51.
tertinggi terjadi pada usia dewasa
Hasil tersebut sesuai dengan
madya
kecenderungan
dengan
nilai
mean
4.10
hasil penelitian yang dilakukan oleh
kemudian dewasa awal dengan nilai
Ivancevich,
mean 3,81 dan dewasa akhir 1,68.
dkk
(2005),
yang
menyatakan bahwa wanita cenderung
Tidak
ada
perbedaan
mengalami burnout daripada pekerja
kecenderungan burnout ditinjau dari
pria. Wanita yang telah menikah,
usia dewasa dijelaskan oleh Anoraga
tidak mudah untuk menjalani karier
(2005) menyatakan bahwa dalam
ganda, membagi pikiran, tenaga dan
meniti karier, perempuan dan laki
perhatian pada pekerjaan kantor dan
mempunyai beban dan hambatan yang
domestik rumah tangga. Anoraga
sama.
(2005) menyatakan bahwa dalam
memberikan beban kerja tidak ada
meniti
perbedaan
karier, wanita mempunyai
8
Karena
perusahaan
antara
laki-laki
dalam
dan
perempuan mempunyai tugas dan
perasaan
positif
kewajiban yang sama dalam suatu
menunda
kontak
divisi di perusahaan.
membatasi telepon dari klien dan
Beban kerja dapat dilihat dari
kunjungan
terhadap
klien,
dengan
klien,
dari
tempat
kerja,
tugas-tugas yang diberikan kepada
menyamaratakan klien, tidak mampu
perawat
dalam
sehari-
menyimak apa yang klien ceritakan,
harinya.
Apakah
dari
merasa tidak aktif, sinisme terhadap
kegiatan
melebihi
kemampuan mereka, bervariasi, atau
klien
adakah tugas tambahan diluar tugas
gangguan tidur atau sulit tidur, asyik
sehari-hari perawat. Semakin banyak
dengan
tugas tambahan yang harus dikerjakan
tindakan
perawat, maka akan semakin besar
lingkungan misalnya menggunakan
beban kerja yang harus ditanggung
obat penenang, sering demam dan flu,
oleh perawat tersebut, dan apabila
sering sakit kepala dan gangguan
semakin besar beban kerja
pencernaan, kaku dalam berfikir dan
Kecenderungan
perawat
di
Rumah
Sakit
dan
diri
untuk
mendukung
mengontrol
Islam
curiga yang berlebihan dan paranoid,
oleh Windayanti dan Cicilia (2007)
berlebihan,
bahwa gejala yang dapat ditunjukkan
membolos.
yang
sendiri,
resisten terhadap perubahan, rasa
penggunaan
seseorang
menyalahkan,
burnout
termasuk kategori tinggi. Dijelaskan
oleh
sikap
mengalami
obat-obatan
atau
Hasil
sangat
penelitian
yang
sering
kejenuhan
kejenuhan kerja antara lain resistensi
kerja ini mengacu pada 3 domain
yang
kejenuhan yaitu kelelahan emosional,
tinggi
untuk
kegiatan, terdapat
melaksanakan
perasaan gagal
depersonalisasi
dan
penurunan
didalam diri, cepat marah dan sering
prestasi pribadi.
kesal, rasa bersalah dan menyalahkan,
dapatkan domain kejenuhan yang
keengganan dan ketidakberdayaan,
paling menonjol pada penelitian ini
negatifisme, isolasi dan penarikan diri,
adalah
perasaan capek dan lelah setiap hari,
Kelelahan emosional disini lebih ke
sering memperhatikan jam ketika
arah persepsi responden terhadap
melaksanakan
perasaan capek dan lelah baik dalam
kegiatan,
hilang
9
Hasil kuesioner di
kelelahan
emosional.
segi
psikologis
maupun
fisik.
keengganan dan ketidakberdayaan,
Kelelahan emosional di sini dapat
negatifisme, isolasi dan penarikan diri,
dilihan dari kuesioner kejenuhan kerja
perasaan capek dan lelah setiap hari,
pada no pertanyaan 1 sampai 8
sering memperhatikan jam ketika
Adapun
melaksanakan
pertanyaan
yang
paling
kegiatan,
mendapatkan respon dari responden
perasaan
positif
adalah
menunda
kontak
no
pertanyaan
2
yang
hilang
terhadap
klien,
dengan
klien,
menyatakan perasaan lelah dan capek
membatasi telepon dari klien dan
setelah pulang kerja sebagian besar
kunjungan
responden menyatakan bahwa mereka
menyamaratakan klien, tidak mampu
mengalami perasaan letih dan lelah
menyimak apa yang klien ceritakan,
setiap hari. Menurut peneliti letih dan
merasa tidak aktif, sinisme terhadap
lelah wajar bila dirasakan setiap
klien
selesai kerja, tetapi apabila setiap hari
gangguan tidur atau sulit tidur, asyik
merasa capek dan lelah setiap pulang
dengan
kerja
tindakan
maka
karena
kemungkinan
faktor
tertentu.
terjadi
dari
dan
tempat
sikap
diri
kerja,
menyalahkan,
sendiri,
untuk
mendukung
mengontrol
Contoh:
lingkungan misalnya menggunakan
kejenuhan dalam lingkungan ataupun
obat penenang, sering demam dan flu,
kegiatan yang dilakukan di tempat
sering sakit kepala dan gangguan
kerja.
pencernaan, kaku dalam berfikir dan
Kecenderungan
perawat
di
Rumah
Sakit
burnout
resisten terhadap perubahan, rasa
Islam
curiga yang berlebihan dan paranoid,
termasuk kategori tinggi. Dijelaskan
penggunaan
oleh Windayanti dan Cicilia (2007)
berlebihan,
bahwa gejala yang dapat ditunjukkan
membolos.
oleh
seseorang
yang
mengalami
obat-obatan
atau
Hasil
sangat
penelitian
yang
sering
kejenuhan
kejenuhan kerja antara lain resistensi
kerja ini mengacu pada 3 domain
yang
kejenuhan yaitu kelelahan emosional,
tinggi
untuk
kegiatan, terdapat
melaksanakan
perasaan gagal
depersonalisasi
dan
penurunan
didalam diri, cepat marah dan sering
prestasi pribadi.
kesal, rasa bersalah dan menyalahkan,
dapatkan domain kejenuhan yang
10
Hasil kuesioner di
paling menonjol pada penelitian ini
adalah
kelelahan
1.
Ada perbedaan kecenderungan
burnout
emosional.
antara
laki-laki
dan
Kelelahan emosional disini lebih ke
perempuan.
Hasil
arah persepsi responden terhadap
ditunjukkan
hasil
perasaan capek dan lelah baik dalam
sample test dengan p = 0,001 atau
segi
p < 0,05.
psikologis
maupun
fisik.
Kelelahan emosional di sini dapat
2.
Tudak
perbedaan
Independent
ada
perbedaan
dilihan dari kuesioner kejenuhan kerja
kecenderungan burnout ditinjau
pada no pertanyaan 1 sampai 8
dari usia dewasa. Hasil perbedaan
Adapun
ditunjukkan
pertanyaan
yang
paling
hasil
Independent
mendapatkan respon dari responden
sample test dengan p = 0,294 atau
adalah
p> 0,05.
no
pertanyaan
2
yang
menyatakan perasaan lelah dan capek
1.
Tingkat burnout pada perawat di
setelah pulang kerja sebagian besar
rumah
responden menyatakan bahwa mereka
kategori tinggi.
sakit
Yarsis
termasuk
mengalami perasaan letih dan lelah
Berdasarkan penelitian yang
setiap hari. Menurut peneliti letih dan
telah dilakukan maka saran yang
lelah wajar bila dirasakan setiap
dapat
selesai kerja, tetapi apabila setiap hari
penelitian,
merasa capek dan lelah setiap pulang
hendaknya mampu menghindari dan
kerja
memanajemen stres sehingga keadaan
karena
maka
kemungkinan
faktor
tertentu.
terjadi
diberikan
adalah
subjek
keperawatan
profesi
Contoh:
kejenuhan
dalam
kejenuhan dalam lingkungan ataupun
dihindari,
serta
menggunakan
kegiatan yang dilakukan di tempat
profesionalismenya
dalam
kerja.
meningkatkan kinerja dengan cara
bekerja
dapat
mengembangkan diri baik dari segi
pengetahuan
KESIMPULAN
maupun
ketrampilan.
Hasil pembahasan kecenderungan
pimpinan di rumah sakit, adanya
burnout pada perawat ditinjau dari
kesadaran diri dari pimpinan bahwa
jenis kelamin dan usia dapat diperoleh
dalam melaksanakan pekerjaannya,
kesimpulan sebagai berikut:
seorang pegawai banyak menghadapi
11
berbagai
masalah
yang
bisa
berdampak pada timbulnya kejenuhan
kerja,
hendaknya
para
pimpinan
melakukan beberapa hal antara lain,
melakukan pembinaan pegawai secara
profesional,
membina
hubungan
profesional yang tidak kaku dan akrab
baik antara pimpinan dan pegawai,
ataupun sesama pegawai, melakukan
dukungan
sosial
yang
cukup
bermakna kepada pegawai, adanya
usaha dari pegawai itu sendiri yaitu
menjaga kondisi fisik dan mental
sehingga terbentuk suatu manajemen
stres
yang
hubungan
orang
baik,
meningkatkan
yang harmonis
lain,
membuat
kepada
lingkungan
sekitar menjadi aman dan nyaman,
serta meningkatkan wawasan serta
melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat menyertakan
variabel lain yang terkait dengan
kecenderungan
burnout
seperti
budaya organisasi, serta dalam uji
daya beda hendaknya menggunakan
skor daya beda minimum dari Azwar
agar hasil penelitian dapat lebih
signifikan.
12
Muslihudin.
(2009)
fenomena
Kejenuhan
(Burnout)
di
kalangan pegawai dan cara
efektif
mengatasinya.
www.lpmpjabar.go.idFenomena
Kejenuhan
(Burnout)
Dikalangan
Pegawai dan Cara Efektif
Mengatasinya.html.
DAFTAR PUSTAKA
Acker,
Gila M. dan Lawrence,
Dorothea. 2009. Measuring
Competence, Burnout, and
Role Stress of Workers
Providing
Mental
Health
Services in a Managed Care
Era. Journal of Social Work.
9(3): 269–283
Rachmawati, Evi. 12 Mei 2007. 50,9
Persen Perawat Alami Stres
Kerja. 2009, 4 Mei. [Online].
Diunduh:
http://www2.kompas.com/Ver
1/kesehatan/0705/12/14
3801.htm
Anoraga, Pandji. 2005. Psikologi
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar,
S. 2012. Validitas dan
Reliabilitas. Jakarta: Pustaka
Relajar.
Rahmawati, Maulida Laila Anggraini.
2010. Hubungan Antara Usia
dengan Prevalensi Dugaan
Mati Mendadak. Skripsi (tidak
diterbitkan).
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Caputo, Janette S. 1991. Stress and
Burnout in Library Service.
Phoenix: Oryx Press.
Gunarsa, Singgih D. 1997. Psikologi
Perawatan. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Suryabrata, S. 2003. Pengembangan
Alat
Ukur
Psikologis.
Yogyakarta: ANDI.
Hadi, H. 2007. Metodologi Research
II. Yogyakarta: Andi
Sutjipto.
2001.
Apakah
Anda
Mengalami Burnout? Jurnal
Pendidikan
Penabur.
No.01/Thn.I,
hal
6-31.
http://www.depdiknas.go.id/Ju
rnal/32/apakah_anda_mengala
mi_burnout.html
Jaya, E.D.G. dan Rahmat I. 2005.
Burnout Ditinjau dari Locus of
Control Internal dan Eksternal.
Majalah
Kedokteran
Nusantara, 38, (3), 213-218.
Kartono, K. 1998. Psikologi Wanita 1.
Jakarta: Enreco
Windayanti dan Prawasti, Cicilia
Yetti. 2007. Burnout Pada
Perawat
Rumah
Sakit
Pemerintah
dan
Perawat
Rumah Sakit Swasta. JPS.
VoL. 13 No. 02
Maslach, C., & Leiter, M. P. 1997.
The truth about burnout: How
organizations cause personal
stress and what to do about it.
San Francisco: Jossey-Bass.
13
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA
DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SIGIT PRIHANTORO
F100070095
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA
Sigit Prihantoro
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat memilki peran besar dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang prima adalah perawat. Banyaknya tanggung jawab dan
tuntutan yang harus dijalani oleh perawat menunjukkan bahwa profesi perawat
rentan sekali mengalami burnout terhadap pekerjaannya. Jenis kelamin dan usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan kecenderungan
burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang ditinjau dari jenis kelamin. (2)
Perbedaan kecenderungan burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang
ditinjau dari usia dewasa. (3) Tingkat burnout pada perawat di rumah sakit.
Populasi penelitian dilakukan dari penelitian ini adalah seluruh perawat
rumah sakit Islam Surakarta baik laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia
18 – 60 tahun. Sampel diambil saat peneliti mengumpulkan data atau saat peneliti
datang ke lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Surakarta. Alasannya untuk
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data, jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 80 perawat, dengan jumlah perawat laki-laki sebanyak 37 orang dan
perawat wanita 43 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitain ini adalah non
random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan burnout.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t-test
Kecenderungan burnout pada perawat ditinjau dari jenis kelamin dan usia
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan kecenderungan
burnout antara laki-laki dan perempuan. Hasil perbedaan ditunjukkan hasil
independent sample test dengan p = 0,001 atau p < 0,05. (2) Tidak ada perbedaan
kecenderungan burnout ditinjau dari usia. Hasil perbedaan ditunjukkan hasil
independent sample test dengan p = 0,007 atau p < 0,05. (3) Tingkat burnout pada
perawat di rumah sakit Yarsis termasuk kategori tinggi.
Kata kunci : Kecenderungan burnout, Jenis kelamin dan usia dewasa
3
dalam satu shift jaga satu perawat
PENDAHULUAN
Rumah
merupakan
harus melayani sebanyak 8-10 pasien.
tempat
Belum lagi pasien yang dilayani
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
memiliki tingkat ketergantungan yang
masyarakat
tinggi,
sarana
sakit
utama
dalam
dan
memiliki
peran besar
pelayanan
kesehatan
karena
managemen
sangat
rumah
jarang
sakit
shift
yang
masyarakat. Sebagai salah satu pusat
mengatur
pelayanan
kesehatan
sakit
berdasarkan tingkat banyaknya pasien.
dituntut
untuk
selalu
Pengaturan shift diatur berdasarkan
memberikan pelayanan yang baik
jadwal yang sangat kaku dan hanya
kepada
berdasarkan tenaga yang tersedia.
rumah
dapat
masyarakat
menggunakan
dan
yang
memanfaatkan
Beban
jumlah
kerja
semakin
perawat
meningkat
sarana kesehatan ini. Salah satu unsur
apabila rumah sakit banyak pasien dan
yang harus diperhatikan oleh rumah
banyak orang yang menengok pasien
sakit dalam memberikan pelayanan
membuat perawat sangat terbatas
yang prima adalah perawat. Perawat
dalam melakukan tindakan, bahkan
merupakan salah satu profesi yang
kadang
memiliki
perlakukan kasar (secara fisik maupun
andil
besar
dalam
kala
perawat
menentukan keberhasilan rumah sakit
psikologis)
dari
dalam
seperti
mengamuk
memberikan
pelayanan
mendapat
keluarga
pasien
karena
kesehatan kepada masyarakat, hal ini
menganggap perawat gagal atau lalai
disebabkan selama 24 jam perawat
dalam merawat anggota keluarganya
berperan
menghadapi
masalah
(Hasil wawancara dengan Perawat
kesehatan
pasien
terus-
RS. Islam Surakarta/14 Nopember
secara
menerus.
2013).
Waktu kerja selama 24 jam
secara
terus-menerus
kewajiban
perawat
Hasil
merupakan
yang
menunjukkan
sudah
seorang
wawancara
bahwa
perawat
tersebut
beban
termasuk
kerja
berat,
menjadi tatanan pelayanan dalam
selain tata pelayanan yang menjadi
mempekerjakan
tanggung
perawat
dengan
beban kerja yang berlebih. Terkadang
menangani
1
jawab
pasien,
perawat
juga
dalam
adanya
pembagian
secara
(kelelahan emosi). Rating tertinggi
manajemen kurang memperhatikan
dari burnout ditemukan pada perawat-
jumlah banyak pasien yang harus
perawat
dilayani oleh perawat dalam satu shift
lingkungan kerja yang penuh dengan
melayani 8-10 orang. Kondisi beban
stres, yaitu perawat yang bekerja pada
kerja yang sudah berat ditambah
instansi
dengan sikap dan perilaku kasar
emergency (UGD), atau terminaln
pasien atau pengunjung yang merasa
care.
kurang
kerja
puas
yang
dengan
pelayanan
yang
bekerja
intensive
di
care
dalam
(ICU),
Penjelasan tersebut dibuktikan
perawat.
dari hasil survey yang dilakukan oleh
Banyaknya tanggung jawab
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
dan tuntutan yang harus dijalani oleh
(PPNI) pada tahun 2006, menunjukan
perawat menunjukkan bahwa profesi
sekitar 50,9 persen perawat yang
perawat
mengalami
bekerja di empat provinsi di Indonesia
pekerjaannya.
mengalami stres kerja. Rata- rata dari
rentan
burnout
sekali
terhadap
Burnout merupakan istilah populer
para
untuk
energi
mengalami pusing, lelah dan tidak
mental atau fisik setelah periode stres
bisa beristirahat karena beban kerja
kronik yang tidak sembuh-sembuh
yang tinggi dan menyita waktu, selain
berkaitan dengan pekerjaan, terkadang
itu perawat juga mendapatkan gaji
dicirikan
atau
yang rendah dan insentif yang kurang
burnout
memadai, Rachmawati (2007). Tidak
cenderung dialami oleh perawat. Hasil
jauh berbeda dengan hasil survey
penelitian
Jackson
yang telah dikeluarkan PPNI tahun
(dalam Windayanti dan Cicilia, 2007)
2006, pada bulan Mei 2009 himpunan
pada
yang
PPNI di Makasar mendapatkan hasil
memberikan bantuan kesehatan yang
sebanyak 51 persen mengalami stres
dibedakan antara perawat-perawat dan
kerja, pusing, lelah, kurang istirahat
dokter-dokter menunjukkan bahwa
karena beban kerja yang terlalu tinggi,
pekerja
beresiko
Hadi (2007). Berbagai permasalahan
exhaustion
yang dialami oleh para perawat dapat
kondisi
dengan
penurunan
dengan
penyakit
Maslach
pekerjaan
fisik
dan
pekerja-pekerja
kesehatan
mengalami
ini
emotional
2
perawat
tersebut
sering
memberikan dampak negatif bagi
teguran dari pimpinan atau dibenci
kinerja para perawat yang berimbas
oleh teman atau pasien.
pada kurang baiknya pelayanan yang
Dampak
dirasakan oleh para
pasien atau
yang
menyebabkan kerugian pada rumah
penerima pelayanan.
Tingginya
burnout
sakit ditinggalkan oleh pasien dan
yang
mengurangi pemasukan rumah sakit,
mengalami burnout dijelaskan oleh
burnout juga merugikan bagi perawat
Pines dan Aronson (dalam Sutjipto,
dalam
2001) bahwa kecenderungan burnout
sehingga
memiliki resiko tinggi dialami oleh
mendapat
seseorang
dikeluarkan dari pekerjaannya. Atas
yang
perawat
bekerja
dibidang
bekerja
kurang
maksimal
memungkinkan
teguran
atau
perawat
bahkan
pekerjaan yang berorientasi melayani
dasar
orang lain, seperti bidang pelayanan
burnout yang terjadi pada perawat
kesehatan, bidang pelayanan sosial
merupakan
ataupun bidang pendidikan. Cherniss
penting untuk dikaji lebih dalam.
(dalam Jaya dan Rahmat, 2005)
menjelaskan
bahwa
orang
yang
penjelasan
tersebut,
maka
permasalahan
yang
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
burnout
mengalami burnout dapat diketahui
pada perawat. Pines dan Aronson
melalui perilaku dalam bentuk reaksi
(dalam Caputo, 1991) menjelaskan
menarik diri secara psikologis dari
terdapat faktor ekstrinsik dan intrinsik
pekerjaan, seperti menjaga jarak atau
yang menimbulkan burnout. Faktor
bersikap
klien,
ekstrinsik, seperti lingkungan kerja
membolos, sering terlambat, bersikap
meliputi kurangnya hak otonomi pada
judes, membentak-bentak pasien dan
profesinya, bertransaksi atau membuat
keluarganya. Akibat perawat yang
perjanjian dengan umum, konflik
mengalami burnout tersebut dapat
peran,
berdampak pada kualitas pelayanan
kurangnya hasil kerja atau prestasi
perawat
akan
individu, kurangnya masukan yang
merugikan rumah sakit. Di satu sisi,
positif, tidak berada pada situasi yang
perawat tersebut dapat memperoleh
berpihak,
sinis
yang
dengan
akhirnya
ketidakjelasan
beban
kerja
peran,
yang
berlebihan, dan adanya pemicu stres
3
di lingkungan fisik tempat bekerja.
lakian dan antara perempuan dan
Lingkungan
banyak
keperempuan. Pada umumnya jenis
menuntut tanggung jawab yang besar
kelamin laki-laki berhubungan dengan
seperti lingkungan rumah sakit dapat
gender maskulin, sementara jenis
menjadi salah satu sumber yang
kelamin perempuan berkaitan dengan
menimbulkan burnout pada perawat.
gender feminin. Perbedaan fisiologis
Lingkungan
dapat
antara laki-laki berdasarkan ciri-ciri
kesehatan,
tertentu. Perbedaan pada jenis kelamin
kenyamanan fisik, dan stres pada
laki-laki dan perempuan sangat jelas
perawat.
yang
terlihat secara fisik terutama pada
menimbulkan burnout adalah faktor
konstitusi tubuh dan raut mukanya.
intrinsik
oleh
Namun ciri-ciri yang membedakan
individu. Faktor individu meliputi
laki-laki dan perempuan tidak hanya
individu dengan idealis yang tingi,
terdapat pada fisiknya saja tetapi juga
perfeksionis,
berbeda dari segi emosi, minat, sudut
kerja
yang
rumah
berdampak
sakit
pada
Faktor
yang
lain
disebabkan
komitmen
yang
berlebihan, gender, usia, dan jenis
pandang.
pekerjaan.
Faktor
gender
Faktor
yang
lain
mempengaruhi
yang
kecenderungan
mempengaruhi terjadinya burnout ada
burnout yaitu usia. Banyak persoalan
perbedaan
yang ditemui oleh perawat dan cara
perempuan.
antara
dkk.,
dan
(2001)
menanggapi
gender
oleh usia. Hal ini dapat terjadi
merupakan konstruksi sosio-kultural.
mengingat usia berpengaruh terhadap
Pada prinsipnya gender merupakan
perkembangan
interpretasi kultural atas perbedaan
Pendapat Havigurst, yang dikutip
jenis kelamin. Bagaimanapun gender
Rachmawati
memang berkaitan dengan perbedaan
bahwa pada umumnya orang dewasa
jenis kelamin. Gender yang berlaku
dikategorikan menjadi 3 macam yaitu:
dalam suatu masyarakat ditentukan
dewasa awal, dewasa madya, dan
oleh pandangan masyarakat tentang
dewasa akhir, yaitu masa dewasa
hubungan antara laki-laki dan kelaki-
Awal
menjelaskan
Ridjal,
laki-laki
bahwa
4
persoalan dipengaruhi
emosi
(2007)
(18-35
individu.
menyatakan
tahun)
dalam
perkembangan emosi tidak stabil,
karya sendiri dengan penerima yang
dewasa madya (35-45 tahun) dalam
negatif (Acker dan Dorothea, 2009).
perkembangan emosi mengalami naik
Aspek-aspek kelelahan kerja
turun, dan dewasa akhir (46-60 tahun)
atau yang dikenal dengan burnout
perkembangan emosi stabil.
meliputi kelelahan fisik, kelelahan
mental
Tujuan yang ingin dicapai dari
dan
emosinal,
rendahnya
penelitian ini untuk mengetahui: (1)
penghargaan diri serta terganggunya
burnout
hubungan individu dengan lingkungan
Perbedaan
kecenderungan
perawat di rumah sakit yang ditinjau
sosial
kerja,
kelelahan
dari jenis kelamin. (2) Perbedaan
depersonalisasi,
kecenderungan burnout perawat di
kepribadian
dan
emosional
kemunduran
Faktor-faktor
rumah sakit yang ditinjau dari usia
yang
burnout
dewasa. (3) Tingkat burnout pada
mempengaruhi
perawat
menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan
di
rumah
sakit
Islam
Surakara.
ekstrinsik.
antara
lain
keadaan
LANDASAN TEORI
Burnout adalah sebagai suatu
sindrom
faktor
psikologis
dibedakan
Faktor
jenis
intrinsik
kelamin,
emosi,
usia,
intelegensi,
kepribadian, dan harga diri. Faktor
ekstrinsik, meliputi lingkungan kerja
kelelahan
(juga
psikologis yang kurang baik, kurang
disebut sinisme), dan mengurangi
adanya kesempatan untuk promosi,
pemenuhan
imbalan
emosional,
depersonalisasi
pribadi.
Kelelahan
yang
diberikan
emosional mengacu pada kelelahan
mencukupi,
mental atau pengeringan sumber daya
sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan,
emosional.
pekerjaan yang monoton.
Depersonalisasi
atau
kurangnya
tidak
dukungan
sinisme mengacu pada perkembangan
Manusia memiliki perbedaan
negatif, sikap sinis terhadap penerima
dan ciri-ciri tertentu yang tampak
suatu
secara fisik. Menurut Gunarsa (1997)
pelayanan
atau
terhadap
pekerjaan pada umumnya. Akhirnya,
perbedaan
kurangnya
dan
fisiologis berdasarkan ciri-ciri tertentu
kecenderungan untuk mengevaluasi
ini menggolongkan pada dua jenis
prestasi
pribadi
5
secara
anatomis
dan
yang berbeda, yaitu pria dan wanita.
Rahmawati
(2010)
Menurut Kartono (1998) jenis kelamin
menyatakan
atau seks merupakan kualitas yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
menentukan individu itu laki-laki atau
usia kronologis dan usia biologis. Usia
perempuan
kronologis
perbedaan
menyatakan
secara
bahwa
anatomis
bahwa
ditentukan
usia
berdasarkan
dan
penghitungan kalender, sehingga tidak
fisiologis pada manusia menyebabkan
dapat dicegah maupun dikurangi.
perbedaan
dan
Sedangkan usia biologis adalah usia
struktur aktivitas antara pria dan
yang dilihat dari jaringan tubuh
wanita (Kartono, 1998). Lebih lanjut
seseorang dan tergantung pada faktor
dejelaskan
nutrisi dan lingkungan, sehingga usia
struktur
bahwa
tingkah
perbedaan
ini
diperkuat oleh struktur kebudayaan
yang ada
biologis ini dapat dipengaruhi.
sejak dulu. Walaupun
Usia
dewasa
yaitu
usia
struktur-struktur di dunia dan norma-
individu antara 18 – 60 tahun. Pada
norma sosial telah berubah, namun
usia dewasa ini dibagi menjadi tiga
keberadaan kedua jenis klamin ini
periode yang dewasa awal usia antara
beserta
18 – 35 tahun, dewasa madya usia
sifat-sifat
keduanya
tetap
berbeda.
antara 35-45 tahun, dan dewasa akhir
Perbedaan jenis kelamin dapat
dengan usia antara 46-60 tahun.
dilihat dari perbedaan fisik, fisiologis,
Perkembangan
emosi
pada
dan tingkah laku. Antara pria dan
masa dewasa yaitu masa dewasa awal
wanita, perbedaan antara perempuan
perkembangan
dan laki-laki secara fisik yaitu antara
karena banyak persoalan yang ditemui
laki-laki dan perempuan yang terdiri
individu, pada masa dewasa madya
dari empat macam, yaitu konstitusi
mengalami emosi naik turun karena
tubuh, raut muka, suara, dan kekuatan
harus melakukan penyesuaian diri
fisik, sedangkan ciri-ciri psikis antara
untuk menuju pada masa tua, dan
lain
masa dewasa akhir keadaan emosinya
lain:
cara
memandang
dan
melihat suatu hal, perbedaan sifat,
sudah stabil.
mental dan emosi serta rasio, dan
wanita memiliki naluri keibuan.
6
emosi
tidak
stabil
hipotesis
METODE PENELITIAN
Populasi
dapat
luas
dalam
yang
seimbang.
Metode yang digunakan dalam
menurut situasi dan tujuan penelitian
penelitian ini adalah metode skala.
dengan syarat tidak menyimpang.
Skala
Populasi
penelitian
penelitian
Sakit
Populasi
dapat
data
dibatasi
Rumah
tetapi
penelitian
berdasarkan
dilakukan
Yarsis,
dalam
di
digunakan
dalam
adalah
skala
ini
kecenderungan burnout.
Surakarta.
adalah
Menurut Azwar (2012), daya
seluruh perawat di Rumah Sakit Islam
beda aitem merupakan analisis butir
Surakarta
maupun
soal yang mencakup analisis tingkat
perempuan dengan rentang usia 18
kesukaran dan daya beda butir soal
hingga 60 tahun.
merupakan
baik
penelitian
yang
laki-laki
Pengambilan sampel dilakukan
dengan
non
random
analisis
klasik
yang
sekarang sudah jarang dilakukan.
sampling
Namun,
dengan
tidak
melakukan
incidendal, yaitu pengambilan sampel
analisis butir soal, maka kualitas butir
saat dilakukan penelitian (Suryabrata,
soal yang diujikan menjadi tidak
2003). Maksudnya, sampel diambil
terukur dan belum jelas kelayakannya.
saat peneliti mengumpulkan data atau
Reliabilitas
saat
merupakan
peneliti
datang
ke
lokasi
alat
ukur
adalah
konsistensi
hasil
penelitian di
Rumah Sakit Yarsis,
pengukuran oleh alat ukur terhadap
Surakarta.
Alasannya
untuk
subyek yang sama dalam waktu
peneliti
dalam
penyajian
memudahkan
yang
berbeda
(Azwar,
mengumpulkan data. jumlah sampel
2012). Adapun rumus dasar untuk
dalam penelitian ini sebanyak 100
menguji
perawat, dengan ketentuan perawat
teknik Alpha Cronsbach
reliabilitas
menggunakan
laki-laki sebanyak 50 orang dan
Penentuan metode penelitian
perawat wanita 50 orang. Alasan
yang digunakan sangat dipengaruhi
peneliti mengambil sampel laki-laki
oleh tujuan penelitian dan jenis data.
sebanyak 50 orang dan perawat
Analisis data dalam penelitian ini
wanita 50 orang agar dalam menguji
menggunakan uji t-test. Alasannya,
karena untuk mengetahui perbedaan
7
kecenderungan burnout pada perawat
beban dan hambatan lebih berat
laki-laki dan perempuan.
dibanding rekan prianya. Dalam arti,
wanita harus lebih dahulu mengatasi
urusan keluarga-suami, anak dan hal-
PEMBAHASAN
Perhitungan yang dilakukan
dengan
menggunakan
independent
sample
diketahui
analisis
rumah tangganya. Oleh karena itu
dapat
tidak jarang seorang yang telah
perbedaan
menikah sekaligus bergelut dalam
test
ada
burnout
kecenderungan
hal lain yang menyangkut domestik.
Ada
dunia
kerja
mengalami
kelelahan
burnout
fisik, mental, dan emosional, yang
antara laki-laki dan perempuan. Hasil
dalam dunia psikologi disebut sebagai
perbedaan
burnout
perbedaan
kecenderungan
ditunjukkan
hasil
independent samples test dengan p =
Tidak
ada
perbedaan
p < 0,05. Dimana tingkat
kecenderungan burnout ditinjau dari
kecenderungan burnout lebih tinggi
usia. Hasil perbedaan ditunjukkan
pada perawat yang berjenis kelamin
hasil independent samples test dengan
perempuan
p = 0,294 atau p < 0,05. Dimana
0,001 atau
yang
ditunjukan
oleh
burnout
mean sebesar 4,09 sedangkan laki-laki
tingkat
sebesar 3,51.
tertinggi terjadi pada usia dewasa
Hasil tersebut sesuai dengan
madya
kecenderungan
dengan
nilai
mean
4.10
hasil penelitian yang dilakukan oleh
kemudian dewasa awal dengan nilai
Ivancevich,
mean 3,81 dan dewasa akhir 1,68.
dkk
(2005),
yang
menyatakan bahwa wanita cenderung
Tidak
ada
perbedaan
mengalami burnout daripada pekerja
kecenderungan burnout ditinjau dari
pria. Wanita yang telah menikah,
usia dewasa dijelaskan oleh Anoraga
tidak mudah untuk menjalani karier
(2005) menyatakan bahwa dalam
ganda, membagi pikiran, tenaga dan
meniti karier, perempuan dan laki
perhatian pada pekerjaan kantor dan
mempunyai beban dan hambatan yang
domestik rumah tangga. Anoraga
sama.
(2005) menyatakan bahwa dalam
memberikan beban kerja tidak ada
meniti
perbedaan
karier, wanita mempunyai
8
Karena
perusahaan
antara
laki-laki
dalam
dan
perempuan mempunyai tugas dan
perasaan
positif
kewajiban yang sama dalam suatu
menunda
kontak
divisi di perusahaan.
membatasi telepon dari klien dan
Beban kerja dapat dilihat dari
kunjungan
terhadap
klien,
dengan
klien,
dari
tempat
kerja,
tugas-tugas yang diberikan kepada
menyamaratakan klien, tidak mampu
perawat
dalam
sehari-
menyimak apa yang klien ceritakan,
harinya.
Apakah
dari
merasa tidak aktif, sinisme terhadap
kegiatan
melebihi
kemampuan mereka, bervariasi, atau
klien
adakah tugas tambahan diluar tugas
gangguan tidur atau sulit tidur, asyik
sehari-hari perawat. Semakin banyak
dengan
tugas tambahan yang harus dikerjakan
tindakan
perawat, maka akan semakin besar
lingkungan misalnya menggunakan
beban kerja yang harus ditanggung
obat penenang, sering demam dan flu,
oleh perawat tersebut, dan apabila
sering sakit kepala dan gangguan
semakin besar beban kerja
pencernaan, kaku dalam berfikir dan
Kecenderungan
perawat
di
Rumah
Sakit
dan
diri
untuk
mendukung
mengontrol
Islam
curiga yang berlebihan dan paranoid,
oleh Windayanti dan Cicilia (2007)
berlebihan,
bahwa gejala yang dapat ditunjukkan
membolos.
yang
sendiri,
resisten terhadap perubahan, rasa
penggunaan
seseorang
menyalahkan,
burnout
termasuk kategori tinggi. Dijelaskan
oleh
sikap
mengalami
obat-obatan
atau
Hasil
sangat
penelitian
yang
sering
kejenuhan
kejenuhan kerja antara lain resistensi
kerja ini mengacu pada 3 domain
yang
kejenuhan yaitu kelelahan emosional,
tinggi
untuk
kegiatan, terdapat
melaksanakan
perasaan gagal
depersonalisasi
dan
penurunan
didalam diri, cepat marah dan sering
prestasi pribadi.
kesal, rasa bersalah dan menyalahkan,
dapatkan domain kejenuhan yang
keengganan dan ketidakberdayaan,
paling menonjol pada penelitian ini
negatifisme, isolasi dan penarikan diri,
adalah
perasaan capek dan lelah setiap hari,
Kelelahan emosional disini lebih ke
sering memperhatikan jam ketika
arah persepsi responden terhadap
melaksanakan
perasaan capek dan lelah baik dalam
kegiatan,
hilang
9
Hasil kuesioner di
kelelahan
emosional.
segi
psikologis
maupun
fisik.
keengganan dan ketidakberdayaan,
Kelelahan emosional di sini dapat
negatifisme, isolasi dan penarikan diri,
dilihan dari kuesioner kejenuhan kerja
perasaan capek dan lelah setiap hari,
pada no pertanyaan 1 sampai 8
sering memperhatikan jam ketika
Adapun
melaksanakan
pertanyaan
yang
paling
kegiatan,
mendapatkan respon dari responden
perasaan
positif
adalah
menunda
kontak
no
pertanyaan
2
yang
hilang
terhadap
klien,
dengan
klien,
menyatakan perasaan lelah dan capek
membatasi telepon dari klien dan
setelah pulang kerja sebagian besar
kunjungan
responden menyatakan bahwa mereka
menyamaratakan klien, tidak mampu
mengalami perasaan letih dan lelah
menyimak apa yang klien ceritakan,
setiap hari. Menurut peneliti letih dan
merasa tidak aktif, sinisme terhadap
lelah wajar bila dirasakan setiap
klien
selesai kerja, tetapi apabila setiap hari
gangguan tidur atau sulit tidur, asyik
merasa capek dan lelah setiap pulang
dengan
kerja
tindakan
maka
karena
kemungkinan
faktor
tertentu.
terjadi
dari
dan
tempat
sikap
diri
kerja,
menyalahkan,
sendiri,
untuk
mendukung
mengontrol
Contoh:
lingkungan misalnya menggunakan
kejenuhan dalam lingkungan ataupun
obat penenang, sering demam dan flu,
kegiatan yang dilakukan di tempat
sering sakit kepala dan gangguan
kerja.
pencernaan, kaku dalam berfikir dan
Kecenderungan
perawat
di
Rumah
Sakit
burnout
resisten terhadap perubahan, rasa
Islam
curiga yang berlebihan dan paranoid,
termasuk kategori tinggi. Dijelaskan
penggunaan
oleh Windayanti dan Cicilia (2007)
berlebihan,
bahwa gejala yang dapat ditunjukkan
membolos.
oleh
seseorang
yang
mengalami
obat-obatan
atau
Hasil
sangat
penelitian
yang
sering
kejenuhan
kejenuhan kerja antara lain resistensi
kerja ini mengacu pada 3 domain
yang
kejenuhan yaitu kelelahan emosional,
tinggi
untuk
kegiatan, terdapat
melaksanakan
perasaan gagal
depersonalisasi
dan
penurunan
didalam diri, cepat marah dan sering
prestasi pribadi.
kesal, rasa bersalah dan menyalahkan,
dapatkan domain kejenuhan yang
10
Hasil kuesioner di
paling menonjol pada penelitian ini
adalah
kelelahan
1.
Ada perbedaan kecenderungan
burnout
emosional.
antara
laki-laki
dan
Kelelahan emosional disini lebih ke
perempuan.
Hasil
arah persepsi responden terhadap
ditunjukkan
hasil
perasaan capek dan lelah baik dalam
sample test dengan p = 0,001 atau
segi
p < 0,05.
psikologis
maupun
fisik.
Kelelahan emosional di sini dapat
2.
Tudak
perbedaan
Independent
ada
perbedaan
dilihan dari kuesioner kejenuhan kerja
kecenderungan burnout ditinjau
pada no pertanyaan 1 sampai 8
dari usia dewasa. Hasil perbedaan
Adapun
ditunjukkan
pertanyaan
yang
paling
hasil
Independent
mendapatkan respon dari responden
sample test dengan p = 0,294 atau
adalah
p> 0,05.
no
pertanyaan
2
yang
menyatakan perasaan lelah dan capek
1.
Tingkat burnout pada perawat di
setelah pulang kerja sebagian besar
rumah
responden menyatakan bahwa mereka
kategori tinggi.
sakit
Yarsis
termasuk
mengalami perasaan letih dan lelah
Berdasarkan penelitian yang
setiap hari. Menurut peneliti letih dan
telah dilakukan maka saran yang
lelah wajar bila dirasakan setiap
dapat
selesai kerja, tetapi apabila setiap hari
penelitian,
merasa capek dan lelah setiap pulang
hendaknya mampu menghindari dan
kerja
memanajemen stres sehingga keadaan
karena
maka
kemungkinan
faktor
tertentu.
terjadi
diberikan
adalah
subjek
keperawatan
profesi
Contoh:
kejenuhan
dalam
kejenuhan dalam lingkungan ataupun
dihindari,
serta
menggunakan
kegiatan yang dilakukan di tempat
profesionalismenya
dalam
kerja.
meningkatkan kinerja dengan cara
bekerja
dapat
mengembangkan diri baik dari segi
pengetahuan
KESIMPULAN
maupun
ketrampilan.
Hasil pembahasan kecenderungan
pimpinan di rumah sakit, adanya
burnout pada perawat ditinjau dari
kesadaran diri dari pimpinan bahwa
jenis kelamin dan usia dapat diperoleh
dalam melaksanakan pekerjaannya,
kesimpulan sebagai berikut:
seorang pegawai banyak menghadapi
11
berbagai
masalah
yang
bisa
berdampak pada timbulnya kejenuhan
kerja,
hendaknya
para
pimpinan
melakukan beberapa hal antara lain,
melakukan pembinaan pegawai secara
profesional,
membina
hubungan
profesional yang tidak kaku dan akrab
baik antara pimpinan dan pegawai,
ataupun sesama pegawai, melakukan
dukungan
sosial
yang
cukup
bermakna kepada pegawai, adanya
usaha dari pegawai itu sendiri yaitu
menjaga kondisi fisik dan mental
sehingga terbentuk suatu manajemen
stres
yang
hubungan
orang
baik,
meningkatkan
yang harmonis
lain,
membuat
kepada
lingkungan
sekitar menjadi aman dan nyaman,
serta meningkatkan wawasan serta
melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat menyertakan
variabel lain yang terkait dengan
kecenderungan
burnout
seperti
budaya organisasi, serta dalam uji
daya beda hendaknya menggunakan
skor daya beda minimum dari Azwar
agar hasil penelitian dapat lebih
signifikan.
12
Muslihudin.
(2009)
fenomena
Kejenuhan
(Burnout)
di
kalangan pegawai dan cara
efektif
mengatasinya.
www.lpmpjabar.go.idFenomena
Kejenuhan
(Burnout)
Dikalangan
Pegawai dan Cara Efektif
Mengatasinya.html.
DAFTAR PUSTAKA
Acker,
Gila M. dan Lawrence,
Dorothea. 2009. Measuring
Competence, Burnout, and
Role Stress of Workers
Providing
Mental
Health
Services in a Managed Care
Era. Journal of Social Work.
9(3): 269–283
Rachmawati, Evi. 12 Mei 2007. 50,9
Persen Perawat Alami Stres
Kerja. 2009, 4 Mei. [Online].
Diunduh:
http://www2.kompas.com/Ver
1/kesehatan/0705/12/14
3801.htm
Anoraga, Pandji. 2005. Psikologi
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar,
S. 2012. Validitas dan
Reliabilitas. Jakarta: Pustaka
Relajar.
Rahmawati, Maulida Laila Anggraini.
2010. Hubungan Antara Usia
dengan Prevalensi Dugaan
Mati Mendadak. Skripsi (tidak
diterbitkan).
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Caputo, Janette S. 1991. Stress and
Burnout in Library Service.
Phoenix: Oryx Press.
Gunarsa, Singgih D. 1997. Psikologi
Perawatan. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Suryabrata, S. 2003. Pengembangan
Alat
Ukur
Psikologis.
Yogyakarta: ANDI.
Hadi, H. 2007. Metodologi Research
II. Yogyakarta: Andi
Sutjipto.
2001.
Apakah
Anda
Mengalami Burnout? Jurnal
Pendidikan
Penabur.
No.01/Thn.I,
hal
6-31.
http://www.depdiknas.go.id/Ju
rnal/32/apakah_anda_mengala
mi_burnout.html
Jaya, E.D.G. dan Rahmat I. 2005.
Burnout Ditinjau dari Locus of
Control Internal dan Eksternal.
Majalah
Kedokteran
Nusantara, 38, (3), 213-218.
Kartono, K. 1998. Psikologi Wanita 1.
Jakarta: Enreco
Windayanti dan Prawasti, Cicilia
Yetti. 2007. Burnout Pada
Perawat
Rumah
Sakit
Pemerintah
dan
Perawat
Rumah Sakit Swasta. JPS.
VoL. 13 No. 02
Maslach, C., & Leiter, M. P. 1997.
The truth about burnout: How
organizations cause personal
stress and what to do about it.
San Francisco: Jossey-Bass.
13