KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA Kecenderungan Burnout Pada Perawat Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Sakit Islam Surakarta.

KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA
DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
SIGIT PRIHANTORO
F100070095

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0

KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA
Sigit Prihantoro
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta


Abstraksi
Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat memilki peran besar dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Salah satu unsur yang harus diperhatikan oleh rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang prima adalah perawat. Banyaknya tanggung jawab dan
tuntutan yang harus dijalani oleh perawat menunjukkan bahwa profesi perawat
rentan sekali mengalami burnout terhadap pekerjaannya. Jenis kelamin dan usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya burnout.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan kecenderungan
burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang ditinjau dari jenis kelamin. (2)
Perbedaan kecenderungan burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang
ditinjau dari usia dewasa. (3) Tingkat burnout pada perawat di rumah sakit.
Populasi penelitian dilakukan dari penelitian ini adalah seluruh perawat
rumah sakit Islam Surakarta baik laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia
18 – 60 tahun. Sampel diambil saat peneliti mengumpulkan data atau saat peneliti
datang ke lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Surakarta. Alasannya untuk
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data, jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 80 perawat, dengan jumlah perawat laki-laki sebanyak 37 orang dan
perawat wanita 43 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitain ini adalah non
random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan burnout.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t-test
Kecenderungan burnout pada perawat ditinjau dari jenis kelamin dan usia
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan kecenderungan
burnout antara laki-laki dan perempuan. Hasil perbedaan ditunjukkan hasil
independent sample test dengan p = 0,001 atau p < 0,05. (2) Tidak ada perbedaan
kecenderungan burnout ditinjau dari usia. Hasil perbedaan ditunjukkan hasil
independent sample test dengan p = 0,007 atau p < 0,05. (3) Tingkat burnout pada
perawat di rumah sakit Yarsis termasuk kategori tinggi.
Kata kunci : Kecenderungan burnout, Jenis kelamin dan usia dewasa

3

dalam satu shift jaga satu perawat

PENDAHULUAN
Rumah

merupakan


harus melayani sebanyak 8-10 pasien.

tempat

Belum lagi pasien yang dilayani

penyelenggaraan pelayanan kesehatan

memiliki tingkat ketergantungan yang

masyarakat

tinggi,

sarana

sakit

utama


dalam

dan

memiliki

peran besar

pelayanan

kesehatan

karena

managemen

sangat

rumah


jarang

sakit
shift

yang

masyarakat. Sebagai salah satu pusat

mengatur

pelayanan

kesehatan

sakit

berdasarkan tingkat banyaknya pasien.

dituntut


untuk

selalu

Pengaturan shift diatur berdasarkan

memberikan pelayanan yang baik

jadwal yang sangat kaku dan hanya

kepada

berdasarkan tenaga yang tersedia.

rumah
dapat

masyarakat


menggunakan

dan

yang

memanfaatkan

Beban

jumlah

kerja

semakin

perawat

meningkat


sarana kesehatan ini. Salah satu unsur

apabila rumah sakit banyak pasien dan

yang harus diperhatikan oleh rumah

banyak orang yang menengok pasien

sakit dalam memberikan pelayanan

membuat perawat sangat terbatas

yang prima adalah perawat. Perawat

dalam melakukan tindakan, bahkan

merupakan salah satu profesi yang

kadang


memiliki

perlakukan kasar (secara fisik maupun

andil

besar

dalam

kala

perawat

menentukan keberhasilan rumah sakit

psikologis)

dari


dalam

seperti

mengamuk

memberikan

pelayanan

mendapat

keluarga

pasien
karena

kesehatan kepada masyarakat, hal ini

menganggap perawat gagal atau lalai


disebabkan selama 24 jam perawat

dalam merawat anggota keluarganya

berperan

menghadapi

masalah

(Hasil wawancara dengan Perawat

kesehatan

pasien

terus-

RS. Islam Surakarta/14 Nopember

secara

menerus.

2013).

Waktu kerja selama 24 jam
secara

terus-menerus

kewajiban

perawat

Hasil

merupakan
yang

menunjukkan

sudah

seorang

wawancara
bahwa

perawat

tersebut

beban

termasuk

kerja
berat,

menjadi tatanan pelayanan dalam

selain tata pelayanan yang menjadi

mempekerjakan

tanggung

perawat

dengan

beban kerja yang berlebih. Terkadang

menangani
1

jawab
pasien,

perawat
juga

dalam
adanya

pembagian

secara

(kelelahan emosi). Rating tertinggi

manajemen kurang memperhatikan

dari burnout ditemukan pada perawat-

jumlah banyak pasien yang harus

perawat

dilayani oleh perawat dalam satu shift

lingkungan kerja yang penuh dengan

melayani 8-10 orang. Kondisi beban

stres, yaitu perawat yang bekerja pada

kerja yang sudah berat ditambah

instansi

dengan sikap dan perilaku kasar

emergency (UGD), atau terminaln

pasien atau pengunjung yang merasa

care.

kurang

kerja

puas

yang

dengan

pelayanan

yang

bekerja

intensive

di

care

dalam

(ICU),

Penjelasan tersebut dibuktikan

perawat.

dari hasil survey yang dilakukan oleh

Banyaknya tanggung jawab

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

dan tuntutan yang harus dijalani oleh

(PPNI) pada tahun 2006, menunjukan

perawat menunjukkan bahwa profesi

sekitar 50,9 persen perawat yang

perawat

mengalami

bekerja di empat provinsi di Indonesia

pekerjaannya.

mengalami stres kerja. Rata- rata dari

rentan

burnout

sekali

terhadap

Burnout merupakan istilah populer

para

untuk

energi

mengalami pusing, lelah dan tidak

mental atau fisik setelah periode stres

bisa beristirahat karena beban kerja

kronik yang tidak sembuh-sembuh

yang tinggi dan menyita waktu, selain

berkaitan dengan pekerjaan, terkadang

itu perawat juga mendapatkan gaji

dicirikan

atau

yang rendah dan insentif yang kurang

burnout

memadai, Rachmawati (2007). Tidak

cenderung dialami oleh perawat. Hasil

jauh berbeda dengan hasil survey

penelitian

Jackson

yang telah dikeluarkan PPNI tahun

(dalam Windayanti dan Cicilia, 2007)

2006, pada bulan Mei 2009 himpunan

pada

yang

PPNI di Makasar mendapatkan hasil

memberikan bantuan kesehatan yang

sebanyak 51 persen mengalami stres

dibedakan antara perawat-perawat dan

kerja, pusing, lelah, kurang istirahat

dokter-dokter menunjukkan bahwa

karena beban kerja yang terlalu tinggi,

pekerja

beresiko

Hadi (2007). Berbagai permasalahan

exhaustion

yang dialami oleh para perawat dapat

kondisi

dengan

penurunan

dengan
penyakit

Maslach

pekerjaan
fisik

dan

pekerja-pekerja

kesehatan

mengalami

ini

emotional

2

perawat

tersebut

sering

memberikan dampak negatif bagi

teguran dari pimpinan atau dibenci

kinerja para perawat yang berimbas

oleh teman atau pasien.

pada kurang baiknya pelayanan yang

Dampak

dirasakan oleh para

pasien atau

yang

menyebabkan kerugian pada rumah

penerima pelayanan.
Tingginya

burnout

sakit ditinggalkan oleh pasien dan
yang

mengurangi pemasukan rumah sakit,

mengalami burnout dijelaskan oleh

burnout juga merugikan bagi perawat

Pines dan Aronson (dalam Sutjipto,

dalam

2001) bahwa kecenderungan burnout

sehingga

memiliki resiko tinggi dialami oleh

mendapat

seseorang

dikeluarkan dari pekerjaannya. Atas

yang

perawat

bekerja

dibidang

bekerja

kurang

maksimal

memungkinkan
teguran

atau

perawat
bahkan

pekerjaan yang berorientasi melayani

dasar

orang lain, seperti bidang pelayanan

burnout yang terjadi pada perawat

kesehatan, bidang pelayanan sosial

merupakan

ataupun bidang pendidikan. Cherniss

penting untuk dikaji lebih dalam.

(dalam Jaya dan Rahmat, 2005)
menjelaskan

bahwa

orang

yang

penjelasan

tersebut,

maka

permasalahan

yang

Banyak

faktor

yang

mempengaruhi

terjadinya

burnout

mengalami burnout dapat diketahui

pada perawat. Pines dan Aronson

melalui perilaku dalam bentuk reaksi

(dalam Caputo, 1991) menjelaskan

menarik diri secara psikologis dari

terdapat faktor ekstrinsik dan intrinsik

pekerjaan, seperti menjaga jarak atau

yang menimbulkan burnout. Faktor

bersikap

klien,

ekstrinsik, seperti lingkungan kerja

membolos, sering terlambat, bersikap

meliputi kurangnya hak otonomi pada

judes, membentak-bentak pasien dan

profesinya, bertransaksi atau membuat

keluarganya. Akibat perawat yang

perjanjian dengan umum, konflik

mengalami burnout tersebut dapat

peran,

berdampak pada kualitas pelayanan

kurangnya hasil kerja atau prestasi

perawat

akan

individu, kurangnya masukan yang

merugikan rumah sakit. Di satu sisi,

positif, tidak berada pada situasi yang

perawat tersebut dapat memperoleh

berpihak,

sinis

yang

dengan

akhirnya

ketidakjelasan

beban

kerja

peran,

yang

berlebihan, dan adanya pemicu stres
3

di lingkungan fisik tempat bekerja.

lakian dan antara perempuan dan

Lingkungan

banyak

keperempuan. Pada umumnya jenis

menuntut tanggung jawab yang besar

kelamin laki-laki berhubungan dengan

seperti lingkungan rumah sakit dapat

gender maskulin, sementara jenis

menjadi salah satu sumber yang

kelamin perempuan berkaitan dengan

menimbulkan burnout pada perawat.

gender feminin. Perbedaan fisiologis

Lingkungan

dapat

antara laki-laki berdasarkan ciri-ciri

kesehatan,

tertentu. Perbedaan pada jenis kelamin

kenyamanan fisik, dan stres pada

laki-laki dan perempuan sangat jelas

perawat.

yang

terlihat secara fisik terutama pada

menimbulkan burnout adalah faktor

konstitusi tubuh dan raut mukanya.

intrinsik

oleh

Namun ciri-ciri yang membedakan

individu. Faktor individu meliputi

laki-laki dan perempuan tidak hanya

individu dengan idealis yang tingi,

terdapat pada fisiknya saja tetapi juga

perfeksionis,

berbeda dari segi emosi, minat, sudut

kerja

yang

rumah

berdampak

sakit

pada

Faktor

yang

lain

disebabkan

komitmen

yang

berlebihan, gender, usia, dan jenis

pandang.

pekerjaan.

Faktor
gender

Faktor

yang

lain

mempengaruhi

yang

kecenderungan

mempengaruhi terjadinya burnout ada

burnout yaitu usia. Banyak persoalan

perbedaan

yang ditemui oleh perawat dan cara

perempuan.

antara

dkk.,

dan
(2001)

menanggapi

gender

oleh usia. Hal ini dapat terjadi

merupakan konstruksi sosio-kultural.

mengingat usia berpengaruh terhadap

Pada prinsipnya gender merupakan

perkembangan

interpretasi kultural atas perbedaan

Pendapat Havigurst, yang dikutip

jenis kelamin. Bagaimanapun gender

Rachmawati

memang berkaitan dengan perbedaan

bahwa pada umumnya orang dewasa

jenis kelamin. Gender yang berlaku

dikategorikan menjadi 3 macam yaitu:

dalam suatu masyarakat ditentukan

dewasa awal, dewasa madya, dan

oleh pandangan masyarakat tentang

dewasa akhir, yaitu masa dewasa

hubungan antara laki-laki dan kelaki-

Awal

menjelaskan

Ridjal,

laki-laki

bahwa

4

persoalan dipengaruhi

emosi

(2007)

(18-35

individu.

menyatakan

tahun)

dalam

perkembangan emosi tidak stabil,

karya sendiri dengan penerima yang

dewasa madya (35-45 tahun) dalam

negatif (Acker dan Dorothea, 2009).

perkembangan emosi mengalami naik

Aspek-aspek kelelahan kerja

turun, dan dewasa akhir (46-60 tahun)

atau yang dikenal dengan burnout

perkembangan emosi stabil.

meliputi kelelahan fisik, kelelahan
mental

Tujuan yang ingin dicapai dari

dan

emosinal,

rendahnya

penelitian ini untuk mengetahui: (1)

penghargaan diri serta terganggunya

burnout

hubungan individu dengan lingkungan

Perbedaan

kecenderungan

perawat di rumah sakit yang ditinjau

sosial

kerja,

kelelahan

dari jenis kelamin. (2) Perbedaan

depersonalisasi,

kecenderungan burnout perawat di

kepribadian

dan

emosional
kemunduran

Faktor-faktor

rumah sakit yang ditinjau dari usia

yang

burnout

dewasa. (3) Tingkat burnout pada

mempengaruhi

perawat

menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan

di

rumah

sakit

Islam

Surakara.

ekstrinsik.

antara

lain

keadaan

LANDASAN TEORI
Burnout adalah sebagai suatu
sindrom

faktor

psikologis

dibedakan

Faktor

jenis

intrinsik

kelamin,

emosi,

usia,

intelegensi,

kepribadian, dan harga diri. Faktor
ekstrinsik, meliputi lingkungan kerja

kelelahan
(juga

psikologis yang kurang baik, kurang

disebut sinisme), dan mengurangi

adanya kesempatan untuk promosi,

pemenuhan

imbalan

emosional,

depersonalisasi

pribadi.

Kelelahan

yang

diberikan

emosional mengacu pada kelelahan

mencukupi,

mental atau pengeringan sumber daya

sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan,

emosional.

pekerjaan yang monoton.

Depersonalisasi

atau

kurangnya

tidak

dukungan

sinisme mengacu pada perkembangan

Manusia memiliki perbedaan

negatif, sikap sinis terhadap penerima

dan ciri-ciri tertentu yang tampak

suatu

secara fisik. Menurut Gunarsa (1997)

pelayanan

atau

terhadap

pekerjaan pada umumnya. Akhirnya,

perbedaan

kurangnya

dan

fisiologis berdasarkan ciri-ciri tertentu

kecenderungan untuk mengevaluasi

ini menggolongkan pada dua jenis

prestasi

pribadi

5

secara

anatomis

dan

yang berbeda, yaitu pria dan wanita.

Rahmawati

(2010)

Menurut Kartono (1998) jenis kelamin

menyatakan

atau seks merupakan kualitas yang

dikelompokkan menjadi dua, yaitu

menentukan individu itu laki-laki atau

usia kronologis dan usia biologis. Usia

perempuan

kronologis

perbedaan

menyatakan
secara

bahwa

anatomis

bahwa

ditentukan

usia

berdasarkan

dan

penghitungan kalender, sehingga tidak

fisiologis pada manusia menyebabkan

dapat dicegah maupun dikurangi.

perbedaan

dan

Sedangkan usia biologis adalah usia

struktur aktivitas antara pria dan

yang dilihat dari jaringan tubuh

wanita (Kartono, 1998). Lebih lanjut

seseorang dan tergantung pada faktor

dejelaskan

nutrisi dan lingkungan, sehingga usia

struktur

bahwa

tingkah

perbedaan

ini

diperkuat oleh struktur kebudayaan
yang ada

biologis ini dapat dipengaruhi.

sejak dulu. Walaupun

Usia

dewasa

yaitu

usia

struktur-struktur di dunia dan norma-

individu antara 18 – 60 tahun. Pada

norma sosial telah berubah, namun

usia dewasa ini dibagi menjadi tiga

keberadaan kedua jenis klamin ini

periode yang dewasa awal usia antara

beserta

18 – 35 tahun, dewasa madya usia

sifat-sifat

keduanya

tetap

berbeda.

antara 35-45 tahun, dan dewasa akhir

Perbedaan jenis kelamin dapat

dengan usia antara 46-60 tahun.

dilihat dari perbedaan fisik, fisiologis,

Perkembangan

emosi

pada

dan tingkah laku. Antara pria dan

masa dewasa yaitu masa dewasa awal

wanita, perbedaan antara perempuan

perkembangan

dan laki-laki secara fisik yaitu antara

karena banyak persoalan yang ditemui

laki-laki dan perempuan yang terdiri

individu, pada masa dewasa madya

dari empat macam, yaitu konstitusi

mengalami emosi naik turun karena

tubuh, raut muka, suara, dan kekuatan

harus melakukan penyesuaian diri

fisik, sedangkan ciri-ciri psikis antara

untuk menuju pada masa tua, dan

lain

masa dewasa akhir keadaan emosinya

lain:

cara

memandang

dan

melihat suatu hal, perbedaan sifat,

sudah stabil.

mental dan emosi serta rasio, dan
wanita memiliki naluri keibuan.
6

emosi

tidak

stabil

hipotesis

METODE PENELITIAN
Populasi
dapat

luas

dalam

yang

seimbang.
Metode yang digunakan dalam

menurut situasi dan tujuan penelitian

penelitian ini adalah metode skala.

dengan syarat tidak menyimpang.

Skala

Populasi

penelitian

penelitian
Sakit

Populasi

dapat

data

dibatasi

Rumah

tetapi

penelitian

berdasarkan

dilakukan

Yarsis,

dalam

di

digunakan

dalam

adalah

skala

ini

kecenderungan burnout.

Surakarta.
adalah

Menurut Azwar (2012), daya

seluruh perawat di Rumah Sakit Islam

beda aitem merupakan analisis butir

Surakarta

maupun

soal yang mencakup analisis tingkat

perempuan dengan rentang usia 18

kesukaran dan daya beda butir soal

hingga 60 tahun.

merupakan

baik

penelitian

yang

laki-laki

Pengambilan sampel dilakukan
dengan

non

random

analisis

klasik

yang

sekarang sudah jarang dilakukan.

sampling

Namun,

dengan

tidak

melakukan

incidendal, yaitu pengambilan sampel

analisis butir soal, maka kualitas butir

saat dilakukan penelitian (Suryabrata,

soal yang diujikan menjadi tidak

2003). Maksudnya, sampel diambil

terukur dan belum jelas kelayakannya.

saat peneliti mengumpulkan data atau

Reliabilitas

saat

merupakan

peneliti

datang

ke

lokasi

alat

ukur

adalah

konsistensi

hasil

penelitian di

Rumah Sakit Yarsis,

pengukuran oleh alat ukur terhadap

Surakarta.

Alasannya

untuk

subyek yang sama dalam waktu

peneliti

dalam

penyajian

memudahkan

yang

berbeda

(Azwar,

mengumpulkan data. jumlah sampel

2012). Adapun rumus dasar untuk

dalam penelitian ini sebanyak 100

menguji

perawat, dengan ketentuan perawat

teknik Alpha Cronsbach

reliabilitas

menggunakan

laki-laki sebanyak 50 orang dan

Penentuan metode penelitian

perawat wanita 50 orang. Alasan

yang digunakan sangat dipengaruhi

peneliti mengambil sampel laki-laki

oleh tujuan penelitian dan jenis data.

sebanyak 50 orang dan perawat

Analisis data dalam penelitian ini

wanita 50 orang agar dalam menguji

menggunakan uji t-test. Alasannya,
karena untuk mengetahui perbedaan
7

kecenderungan burnout pada perawat

beban dan hambatan lebih berat

laki-laki dan perempuan.

dibanding rekan prianya. Dalam arti,
wanita harus lebih dahulu mengatasi
urusan keluarga-suami, anak dan hal-

PEMBAHASAN
Perhitungan yang dilakukan
dengan

menggunakan

independent

sample

diketahui

analisis

rumah tangganya. Oleh karena itu

dapat

tidak jarang seorang yang telah

perbedaan

menikah sekaligus bergelut dalam

test

ada

burnout

kecenderungan

hal lain yang menyangkut domestik.

Ada

dunia

kerja

mengalami

kelelahan

burnout

fisik, mental, dan emosional, yang

antara laki-laki dan perempuan. Hasil

dalam dunia psikologi disebut sebagai

perbedaan

burnout

perbedaan

kecenderungan

ditunjukkan

hasil

independent samples test dengan p =

Tidak

ada

perbedaan

p < 0,05. Dimana tingkat

kecenderungan burnout ditinjau dari

kecenderungan burnout lebih tinggi

usia. Hasil perbedaan ditunjukkan

pada perawat yang berjenis kelamin

hasil independent samples test dengan

perempuan

p = 0,294 atau p < 0,05. Dimana

0,001 atau

yang

ditunjukan

oleh

burnout

mean sebesar 4,09 sedangkan laki-laki

tingkat

sebesar 3,51.

tertinggi terjadi pada usia dewasa

Hasil tersebut sesuai dengan

madya

kecenderungan

dengan

nilai

mean

4.10

hasil penelitian yang dilakukan oleh

kemudian dewasa awal dengan nilai

Ivancevich,

mean 3,81 dan dewasa akhir 1,68.

dkk

(2005),

yang

menyatakan bahwa wanita cenderung

Tidak

ada

perbedaan

mengalami burnout daripada pekerja

kecenderungan burnout ditinjau dari

pria. Wanita yang telah menikah,

usia dewasa dijelaskan oleh Anoraga

tidak mudah untuk menjalani karier

(2005) menyatakan bahwa dalam

ganda, membagi pikiran, tenaga dan

meniti karier, perempuan dan laki

perhatian pada pekerjaan kantor dan

mempunyai beban dan hambatan yang

domestik rumah tangga. Anoraga

sama.

(2005) menyatakan bahwa dalam

memberikan beban kerja tidak ada

meniti

perbedaan

karier, wanita mempunyai
8

Karena

perusahaan

antara

laki-laki

dalam

dan

perempuan mempunyai tugas dan

perasaan

positif

kewajiban yang sama dalam suatu

menunda

kontak

divisi di perusahaan.

membatasi telepon dari klien dan

Beban kerja dapat dilihat dari

kunjungan

terhadap

klien,

dengan

klien,

dari

tempat

kerja,

tugas-tugas yang diberikan kepada

menyamaratakan klien, tidak mampu

perawat

dalam

sehari-

menyimak apa yang klien ceritakan,

harinya.

Apakah

dari

merasa tidak aktif, sinisme terhadap

kegiatan
melebihi

kemampuan mereka, bervariasi, atau

klien

adakah tugas tambahan diluar tugas

gangguan tidur atau sulit tidur, asyik

sehari-hari perawat. Semakin banyak

dengan

tugas tambahan yang harus dikerjakan

tindakan

perawat, maka akan semakin besar

lingkungan misalnya menggunakan

beban kerja yang harus ditanggung

obat penenang, sering demam dan flu,

oleh perawat tersebut, dan apabila

sering sakit kepala dan gangguan

semakin besar beban kerja

pencernaan, kaku dalam berfikir dan

Kecenderungan
perawat

di

Rumah

Sakit

dan

diri

untuk

mendukung
mengontrol

Islam

curiga yang berlebihan dan paranoid,

oleh Windayanti dan Cicilia (2007)

berlebihan,

bahwa gejala yang dapat ditunjukkan

membolos.

yang

sendiri,

resisten terhadap perubahan, rasa

penggunaan

seseorang

menyalahkan,

burnout

termasuk kategori tinggi. Dijelaskan

oleh

sikap

mengalami

obat-obatan
atau

Hasil

sangat

penelitian

yang
sering

kejenuhan

kejenuhan kerja antara lain resistensi

kerja ini mengacu pada 3 domain

yang

kejenuhan yaitu kelelahan emosional,

tinggi

untuk

kegiatan, terdapat

melaksanakan
perasaan gagal

depersonalisasi

dan

penurunan

didalam diri, cepat marah dan sering

prestasi pribadi.

kesal, rasa bersalah dan menyalahkan,

dapatkan domain kejenuhan yang

keengganan dan ketidakberdayaan,

paling menonjol pada penelitian ini

negatifisme, isolasi dan penarikan diri,

adalah

perasaan capek dan lelah setiap hari,

Kelelahan emosional disini lebih ke

sering memperhatikan jam ketika

arah persepsi responden terhadap

melaksanakan

perasaan capek dan lelah baik dalam

kegiatan,

hilang
9

Hasil kuesioner di

kelelahan

emosional.

segi

psikologis

maupun

fisik.

keengganan dan ketidakberdayaan,

Kelelahan emosional di sini dapat

negatifisme, isolasi dan penarikan diri,

dilihan dari kuesioner kejenuhan kerja

perasaan capek dan lelah setiap hari,

pada no pertanyaan 1 sampai 8

sering memperhatikan jam ketika

Adapun

melaksanakan

pertanyaan

yang

paling

kegiatan,

mendapatkan respon dari responden

perasaan

positif

adalah

menunda

kontak

no

pertanyaan

2

yang

hilang

terhadap

klien,

dengan

klien,

menyatakan perasaan lelah dan capek

membatasi telepon dari klien dan

setelah pulang kerja sebagian besar

kunjungan

responden menyatakan bahwa mereka

menyamaratakan klien, tidak mampu

mengalami perasaan letih dan lelah

menyimak apa yang klien ceritakan,

setiap hari. Menurut peneliti letih dan

merasa tidak aktif, sinisme terhadap

lelah wajar bila dirasakan setiap

klien

selesai kerja, tetapi apabila setiap hari

gangguan tidur atau sulit tidur, asyik

merasa capek dan lelah setiap pulang

dengan

kerja

tindakan

maka

karena

kemungkinan

faktor

tertentu.

terjadi

dari

dan

tempat

sikap

diri

kerja,

menyalahkan,

sendiri,
untuk

mendukung
mengontrol

Contoh:

lingkungan misalnya menggunakan

kejenuhan dalam lingkungan ataupun

obat penenang, sering demam dan flu,

kegiatan yang dilakukan di tempat

sering sakit kepala dan gangguan

kerja.

pencernaan, kaku dalam berfikir dan
Kecenderungan

perawat

di

Rumah

Sakit

burnout

resisten terhadap perubahan, rasa

Islam

curiga yang berlebihan dan paranoid,

termasuk kategori tinggi. Dijelaskan

penggunaan

oleh Windayanti dan Cicilia (2007)

berlebihan,

bahwa gejala yang dapat ditunjukkan

membolos.

oleh

seseorang

yang

mengalami

obat-obatan
atau

Hasil

sangat

penelitian

yang
sering

kejenuhan

kejenuhan kerja antara lain resistensi

kerja ini mengacu pada 3 domain

yang

kejenuhan yaitu kelelahan emosional,

tinggi

untuk

kegiatan, terdapat

melaksanakan
perasaan gagal

depersonalisasi

dan

penurunan

didalam diri, cepat marah dan sering

prestasi pribadi.

kesal, rasa bersalah dan menyalahkan,

dapatkan domain kejenuhan yang
10

Hasil kuesioner di

paling menonjol pada penelitian ini
adalah

kelelahan

1.

Ada perbedaan kecenderungan
burnout

emosional.

antara

laki-laki

dan

Kelelahan emosional disini lebih ke

perempuan.

Hasil

arah persepsi responden terhadap

ditunjukkan

hasil

perasaan capek dan lelah baik dalam

sample test dengan p = 0,001 atau

segi

p < 0,05.

psikologis

maupun

fisik.

Kelelahan emosional di sini dapat

2.

Tudak

perbedaan
Independent

ada

perbedaan

dilihan dari kuesioner kejenuhan kerja

kecenderungan burnout ditinjau

pada no pertanyaan 1 sampai 8

dari usia dewasa. Hasil perbedaan

Adapun

ditunjukkan

pertanyaan

yang

paling

hasil

Independent

mendapatkan respon dari responden

sample test dengan p = 0,294 atau

adalah

p> 0,05.

no

pertanyaan

2

yang

menyatakan perasaan lelah dan capek

1.

Tingkat burnout pada perawat di

setelah pulang kerja sebagian besar

rumah

responden menyatakan bahwa mereka

kategori tinggi.

sakit

Yarsis

termasuk

mengalami perasaan letih dan lelah

Berdasarkan penelitian yang

setiap hari. Menurut peneliti letih dan

telah dilakukan maka saran yang

lelah wajar bila dirasakan setiap

dapat

selesai kerja, tetapi apabila setiap hari

penelitian,

merasa capek dan lelah setiap pulang

hendaknya mampu menghindari dan

kerja

memanajemen stres sehingga keadaan

karena

maka

kemungkinan

faktor

tertentu.

terjadi

diberikan

adalah

subjek

keperawatan

profesi

Contoh:

kejenuhan

dalam

kejenuhan dalam lingkungan ataupun

dihindari,

serta

menggunakan

kegiatan yang dilakukan di tempat

profesionalismenya

dalam

kerja.

meningkatkan kinerja dengan cara

bekerja

dapat

mengembangkan diri baik dari segi
pengetahuan

KESIMPULAN

maupun

ketrampilan.

Hasil pembahasan kecenderungan

pimpinan di rumah sakit, adanya

burnout pada perawat ditinjau dari

kesadaran diri dari pimpinan bahwa

jenis kelamin dan usia dapat diperoleh

dalam melaksanakan pekerjaannya,

kesimpulan sebagai berikut:

seorang pegawai banyak menghadapi
11

berbagai

masalah

yang

bisa

berdampak pada timbulnya kejenuhan
kerja,

hendaknya

para

pimpinan

melakukan beberapa hal antara lain,
melakukan pembinaan pegawai secara
profesional,

membina

hubungan

profesional yang tidak kaku dan akrab
baik antara pimpinan dan pegawai,
ataupun sesama pegawai, melakukan
dukungan

sosial

yang

cukup

bermakna kepada pegawai, adanya
usaha dari pegawai itu sendiri yaitu
menjaga kondisi fisik dan mental
sehingga terbentuk suatu manajemen
stres

yang

hubungan
orang

baik,

meningkatkan

yang harmonis

lain,

membuat

kepada

lingkungan

sekitar menjadi aman dan nyaman,
serta meningkatkan wawasan serta
melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat menyertakan
variabel lain yang terkait dengan
kecenderungan

burnout

seperti

budaya organisasi, serta dalam uji
daya beda hendaknya menggunakan
skor daya beda minimum dari Azwar
agar hasil penelitian dapat lebih
signifikan.

12

Muslihudin.
(2009)
fenomena
Kejenuhan
(Burnout)
di
kalangan pegawai dan cara
efektif
mengatasinya.
www.lpmpjabar.go.idFenomena
Kejenuhan
(Burnout)
Dikalangan
Pegawai dan Cara Efektif
Mengatasinya.html.

DAFTAR PUSTAKA

Acker,

Gila M. dan Lawrence,
Dorothea. 2009. Measuring
Competence, Burnout, and
Role Stress of Workers
Providing
Mental
Health
Services in a Managed Care
Era. Journal of Social Work.
9(3): 269–283

Rachmawati, Evi. 12 Mei 2007. 50,9
Persen Perawat Alami Stres
Kerja. 2009, 4 Mei. [Online].
Diunduh:
http://www2.kompas.com/Ver
1/kesehatan/0705/12/14
3801.htm

Anoraga, Pandji. 2005. Psikologi
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar,

S. 2012. Validitas dan
Reliabilitas. Jakarta: Pustaka
Relajar.

Rahmawati, Maulida Laila Anggraini.
2010. Hubungan Antara Usia
dengan Prevalensi Dugaan
Mati Mendadak. Skripsi (tidak
diterbitkan).
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Caputo, Janette S. 1991. Stress and
Burnout in Library Service.
Phoenix: Oryx Press.
Gunarsa, Singgih D. 1997. Psikologi
Perawatan. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.

Suryabrata, S. 2003. Pengembangan
Alat
Ukur
Psikologis.
Yogyakarta: ANDI.

Hadi, H. 2007. Metodologi Research
II. Yogyakarta: Andi

Sutjipto.
2001.
Apakah
Anda
Mengalami Burnout? Jurnal
Pendidikan
Penabur.
No.01/Thn.I,
hal
6-31.
http://www.depdiknas.go.id/Ju
rnal/32/apakah_anda_mengala
mi_burnout.html

Jaya, E.D.G. dan Rahmat I. 2005.
Burnout Ditinjau dari Locus of
Control Internal dan Eksternal.
Majalah
Kedokteran
Nusantara, 38, (3), 213-218.
Kartono, K. 1998. Psikologi Wanita 1.
Jakarta: Enreco

Windayanti dan Prawasti, Cicilia
Yetti. 2007. Burnout Pada
Perawat
Rumah
Sakit
Pemerintah
dan
Perawat
Rumah Sakit Swasta. JPS.
VoL. 13 No. 02

Maslach, C., & Leiter, M. P. 1997.
The truth about burnout: How
organizations cause personal
stress and what to do about it.
San Francisco: Jossey-Bass.

13