SANTRIWATI BARU PPIM Coping Dengan Stressor Konflik Antar Teman Pada Santriwati Baru Ppim.

COPING DENGAN STRESSOR KONFLIK ANTAR TEMAN PADA
SANTRIWATI BARU PPIM

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Psikologi dan Pendidikan Agama Islam

Oleh :
MITHA SARI SUMAYYAH
F 100 090 103 / G 000 090 207

TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i

COPING DENGAN STRESSOR KONFLIK 9ANTAR TEMAN PADA

SANTRIWATI BARU PPIM

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Psikologi dan Pendidikan Agama Islam

Oleh :
MITHA SARI SUMAYYAH
F 100 090 103 / G 000 090 207

TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii

ABSTRAKSI


COPING DENGAN STRESSOR KONFLIK ANTAR TEMAN PADA
SANTRIWATI BARU PPIM
Mitha Sari Sumayyah
Dra. Partini, M.si.
Dra. Chusniatun, M.Ag.
Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam
Hasil penelitian awal menunjukkan pemicu stres pada santriwati baru
PPIM adalah faktor pendidik 2,27%, kegiatan yang padat 2,27%, peraturan yang
ketat 6,81%, melanggar peraturan 15,90%, homesick 11,36%, faktor teman
45,45%, kesulitan pelajaran 6,81%, kesulitan membagi waktu 4,54%, dan 4,54%
jawaban informan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan. Cara yang digunakan
santri untuk mengatasi stres yaitu: sharing 9,09%, mencari dukungan sosial
4,54%, berdo’a 11,36%, menghibur diri 6,81%, berbuat lebih baik 20,45%,
mengabaikan permasalahan 9,09 %, sabar 9,09%, merubah sikap 22,72%, dan
4,54% jawaban informan tidak sesuai dengan maksud pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan dinamika coping stres santriwati baru
berdasarkan surat Al Insyirah ayat 1-7, yaitu positive thinking, positive acting,
positive hoping. Positive thinking diaplikasikan informan dengan berbaik sangka
(khusnudzon), mengendalikan amarah, mengingat kebaikan teman, menganggap

sindiran sebagai motivasi untuk lebih akrab dengan teman, dan mengabaikan
masalah. Positive acting berupa penyelesaian masalah dan hasil. Penyelesaian
masalah dilakukan dengan berbicara langsung pada teman, mendekati dan
menegur teman, mengabaikan masalah, menceritakan masalah pada orang tua, dan
ada pula informan yang tidak tahu cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Adapun hasil dari coping adalah perubahan sikap pada teman dan juga pada
informan. Positive hoping berupa harapan dan evektivitas hasil. Harapan
informan terhadap coping yang dilakukan adalah adanya perubahan sikap pada
teman dan kembali berteman seperti sedia kala. Efektivitas hasil coping berupa
tiga informan dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah, dua informan dapat
mengatasi masalah namun belum dapat menyelesaikannya, satu informan tidak
dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah.
Kata kunci : Coping Stres, Positive Thinking, Positive Acting, Positive Hoping,
Santriwati.

v

mencakup cipta, rasa, dan karsa.

LATAR BELAKANG


Selain itu pendidikan berasrama

Lembaga pendidikan yang
dianggap

mampu

dapat menerapkan pendidikan yang

menghasilkan

komprehensif

manusia yang bermoralitas dengan

keagamaan,

tingkat keimanan yang tinggi adalah
pesantren.


Pesantren

asrama

peserta

ditandai dengan adanya kyai, adanya

berkembang

yang
dengan

kehidupan
dan

pondok

karakteristik


didik

memenuhi

dan

untuk

dan

mampu

menjalani

tugas

kehidupan sehari-hari secara mandiri.

pengajaran agama melalui sistem

pengajian

pada

kehidupan di dalamnya mendorong

menjelaskan ciri umum pesantren

pendidikan

pengembangan

pesantren

umum dan khusus. Nasir (2005)

adanya

mencakup


akademik, dan life skills. Sistem

sebagai

lembaga pendidikan memiliki ciri

asrama,

holistik

Pesantren merupakan bagian

sekarang

dari sistem pendidikan Islam yang

sistem

bertujuan untuk mendidik manusia


madrasah. Ciri-ciri tersebut yang

berperilaku

membedakan pendidikan pesantren

baik.

mendefinisikan

dengan pendidikan lainnya. Adapun

suatu

ciri khusus dari pesantren adalah

lembaga

memberikan


sistem pendidikannya yang bersifat

Nasir

(2005)

pesantren

sebagai

keagamaan
pendidikan

yang
dan

pengajaran, mengembangkan serta

asrama.


menyebarkan

Penerapan sistem pendidikan

Pendidikan

berasrama bertujuan untuk mencapai

berbasis

pendidikan yang lebih utuh, yang

1

pada

agama
pondok

Islam.
pesantren

nilai-nilai

agama

Islam, mengajarkan para santri untuk

kehidupan yang mandiri dan jauh

mengembangkan nilai-nilai agama

dari keluarga. Jika memiliki masalah,

Islam. Rahardjo dan Saifullah (dalam

para

Hanurawan, 2005) mengemukakan

ustadz/ustadzah

dan

bahwa dalam lingkungan pesantren,

sebaya

meminta

santri mempelajari ilmu pengetahuan

Santri wajib menaati setiap peraturan

yang berhubungan dengan nilai-nilai

yang

agama yang bersifat positif bagi

mengikuti kegiatan-kegiatan dalam

kehidupannya.

asrama. Selain mengikuti kegiatan di

Salah satu pesantren yang

santri

untuk

ada

asrama

mengajarkan kurikulum agama dan

hanya

dalam

santri

memiliki
teman-teman
bantuan.

asrama

juga

dan

mengikuti

kegiatan di sekolah.

kurikulum umum secara seimbang

Dalam tahap perkembangan

adalah Pondok Pesantren Islam Al

usia

Mukmin

kemandirian sangat besar, jika tidak

Ngruki.

Pesantren

ini

remaja,

tuntutan

terhadap

membuat program pendidikan yang

direspon

bersifat totalitas yang berbentuk

menimbulkan dampak yang tidak

asrama. Tujuan dari asrama ini

menguntungkan bagi perkembangan

adalah agar santri dapat lebih fokus

psikologis remaja. Santri sebagai

dalam mempelajari ilmu-ilmu agama,

remaja yang tinggal di pesantren

selain itu juga melatih kemandirian

dituntut untuk dapat hidup mandiri.

pada santri.

Kemandirian santri diperoleh melalui

Dengan adanya asrama maka
santri

harus

siap

proses

menjalani

dengan

sosialisasi

tepat

dengan

dapat

teman

sebaya di asrama, Hurlock (2012)

2

menjelaskan bahwa kelompok teman

mendefinisikan stres sebagai suatu

sebaya merupakan lingkungan sosial

kondisi disebabkan oleh transaksi

pertama dimana remaja belajar untuk

antara individu dengan lingkungan

hidup bersama dengan orang lain

yang menimbulkan persepsi jarak

selain

dan

antara tuntutan-tuntutan yang berasal

mendapatkan

dari situasi dengan sumber-sumber

anggota

keluarga,

bertujuan

untuk

pengakuan

dan

penerimaan

dari

daya sistem biologis, psikologis dan

kelompok teman sebaya.

sosial dari seseorang.

Kegiatan santri selama sehari
sangat

padat.

kegiatan

santri yang memicu stres berdasarkan

pesantren,

penelitian awal yang dilakukan pada

peraturan-peraturan yang harus di

44 informan adalah faktor teman,

taati dan tuntutan tugas-tugas yang

melanggar

harus dihadapi santri dapat memicu

peraturan yang ketat, kesulitan dalam

stres pada santri. Stres dapat terjadi

pelajaran, dan kesulitan membagi

pada setiap orang, termasuk pada

waktu. Adapun pemicu stres tertinggi

santri.

memiliki

yang diperoleh peneliti adalah faktor

beban

teman. Dengan adanya berbagai

kehidupan seseorang maka makin

masalah yang ada di pesantren

besar

membuat

selama

Padatnya

Permasalahan yang dihadapi

berada

Setiap

masalah,

di

orang

semakin

besar

permasalahan.

Stres

yang

peraturan,

santri

homesick,

memerlukan

terjadi pada santri dapat berpengaruh

manajemen untuk menangani stres

pada

secara

atau yang disebut dengan istilah

(2011)

coping stres.

kegiatan

keseluruhan.

belajar
Sarafino

3

Maramis (1998) menjelaskan

TINJAUAN PUSTAKA

sumber-sumber

Stres

stres

berupa:

1. Definisi Stres
(2011)

a. Frustasi

mendefinisikan stres sebagai suatu

Timbul

kondisi

ketidaksinkronan

Sarafino

yang

psikologis

disebabkan

oleh

jika

ada
antara

transaksi antara individu dengan

keinginan individu dan tujuan

lingkungan

individu.

persepsi

yang
jarak

menimbulkan

antara

Muncul

ketika

individu berusaha mencapai

tuntutan-

tuntutan yang berasal dari situasi

kebutuhan

dengan sumber-sumber daya sistem

tetapi

biologis, psikologis dan sosial dari

halangan atas tujuan tersebut.

seseorang. Hurrelman dan Losel

Frustasi dalam Al Qur’an

(dalam Smet, 1994) mengartikan

disebut juga sebagai sikap

stres sebagai suatu kondisi tegang

putus asa. Allah berfirman

secara

dalam surat Yusuf: 87:

disebabkan

biopsikososial
oleh

yang

dalam

tujuannya

mendadak

muncul

      ...

tugas-tugas

perkembangan yang harus dihadapi
sehari-hari

atau

      

lingkungan

 

seseorang.

Artinya:
...dan
janganlah kamu berputus asa
dari
rahmat
Allah.
Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah

2. Sumber Stres

4

melainkan kaum yang kafir.
(QS. Yusuf: 87)
b. Konflik

Tekanan adalah suatu hal

Terjadi jika individu tidak

beban bagi individu. Dalam

tahan untuk memilih antara

Al Qur’an, tekanan diartikan

dua macam atau lebih dari

sebagai kesempitan hidup,

suatu tujuan. Terjadi jika

seperti yang tercantum dalam

individu tidak dapat memilih

surat Taha ayat 124:

antara dua macam kebutuhan

     

yang dirasakan yang menjadi

atau lebih. Konflik disebut



juga sebagai keraguan. Allah
berfirman

dalam







  

surat

Artinya:
Dan
barangsiapa berpaling dari
peringatanKu,
maka
sungguh, dia akan menjalani
kehidupan yang sempit, dan
Kami
akan
mengumpulkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.
(Q.S. Taha: 124)

Ibrahim ayat 9:
     ...
     
  
Artinya:
...
dan
berkata,
“Sesungguhnya
kami tidak percaya akan
(bukti bahwa) kamu diutus
(kepada kami), dan kami
benar-benar dalam keraguan
yang
menggelisahkan
terhadap apa yang kamu
serukan kepada kami.” (Q.S.
Ibrahim: 9)
c. Tekanan

Katsir

(2003)

menjelelaskan bahwa yang
ma’isyatan

dimaksud
dhonkan

(kehidupan

yang

sempit) adalah kesempitan
hidup

di

dunia,

tidak

memperoleh kebahagiaan dan

5

dada yang sempit karena
Coping Stres
kesesatan.
1. Definisi Coping Stres
d. Krisis
Folkman dan Lazarus (dalam
Krisis adalah keseimbangan
Rice
seseorang

yang

secara

tiba-tiba

1999)

mengatakan

bahwa

terganggu
coping stres adalah semua usaha
dan
kognitif dan sikap untuk menguasai,

menimbulkan

stres

berat.
mengurangi,

Krisis

dapat

dan

menghadapi

dikatakan
tuntutan.

Tidak

ada

perbedaan

sebagai sebagai suatu beban
apakah tuntutan berasal dari luar
kesusahan

yang

muncul
(misal keluarga, pekerjaan, teman)

secara

mendadak

pada
atau berasal dari dalam.

seseorang. Allah menjelaskan
dalam

Al

Qur’an

bahwa

manusia

tidak

Menurut

Papalia

(2009),

coping stres adalah cara berpikir atau
seorang

perilaku

adaptif

yang

memiliki

mengurangi

atau

ditimpa suatu beban yang
tujuan
melebihi

kadar
menghilangkan stres yang muncul

kemampuannya. Seperti yang
dari kondisi berbahaya, mengancam,
tercantum dalam surat Al
atau menantang. Indirawati (2006)
Mukminun ayat 62:
menjelaskan coping sebagai strategi

 ...      

atau pilihan cara berupa respon

Artinya: Dan Kami
tidak membebani seseorang
melainkan
menurut
kesanggupannya. (Q.S. Al
Mukminun: 62)

perilaku dan respon pikiran serta
sikap

yang

memcahkan

6

digunakan
masalah

agar

untuk
dapat

beradaptasi

dalam

situasi

yang

individu yang ditimbulkan
oleh stressor (sumber stres),

menekan.

tanpa

2. Strategi Coping Stres
Menurut

untuk

dan

mengubah suatu situasi yang

Folkman (dalam Wardani, 2009),

menjadi sumber stres secara

coping stres terdiri atas strategi yang

langsung.

bersifat

Lazarus

berusaha

kognitif dan

behavioral.

Coping Stres dalam Islam

Strategi tersebut adalah:
a. Strategi

yang

Indirawati
digunakan

(2006)

mengemukakan tingkah laku yang

untuk mengatasi situasi yang

dapat

menimbulkan stres (Problem

menghadapi masalah seperti yang

Focused Coping). Problem

tercantum dalam surat Al Insyirah:

Focused

Coping

adalah

strategi

dengan

cara

sampai 6 :
    


dari

coping

mengatasi

emosi

menyertainya

untuk

  

yang

meredakan





  

      

(Emotion

Artinya: Bukankah Kami
telah melapangkan dadamu
(Muhammad).(1) Dan Kami
pun
telah
menurunkan

focused Coping). Strategi ini
untuk



    

masalahnya tersebut.
b. Strategi

saat

Surat Al Insyirah ayat 1

dihadapi, sehingga individu
terbebas

seseorang

a. Positive Thinking

menyelesaikan masalah yang

segera

dilakukan

emosi

7

selalu bersikap khusnudzon

bebanmu darimu.(2) Yang
memberatkan
punggungmu.(3) Dan Kami
tinggikan sebutan (nama) mu
bagimu.(4)
Maka
sesungguhnya
bersama
kesulitan ada kemudahan.(5)
Sesungguhnya
bersama
kesulitan ada kemudahan.(6)
(Q.S. Al Insyirah: 1-6)

dalam setiap hal, seperti yang
dijelaskan

dalam

hadis

berikut:

‫عن أبي هريرة رضي ه‬
‫َ عنه‬
‫عن رسول ه‬
‫َ صل ه ه‬
‫َ ع يه و‬
‫ قال ه‬: ‫س ه أ هنه قال‬
:‫َ ع هز وجل ه‬

Ayat-ayat tersebut memuat

‫أنا عند ظنِ عبدى و أنا معه‬

janji dan kabar gembira dari

‫و‬

‫ (رواه البخار‬. ‫حيث يذكرن‬
) ‫مس‬

Allah bahwa semua kesulitan
dan permasalahan manusia

Artinya: Dari Abu
Hurairah RA. Rasulullah
SAW. bersabda: “Allah AWT
berfirman: Aku tergantung
pada prasangka hamba-Ku.
Sungguh Aku selalu berserta
hamba-Ku
selagi
dia
berdzikir kepada-Ku.” (HR.
Bukhori & Muslim)

selalu ada jalan keluarnya,
maka hadapi permasalahan
tersebut dengan hati yang
lapang. Langkah pertama saat
menghadapi masalah adalah

lapangnya, sehingga mucul

‫عن جابر رضي ه‬
‫َ عنه أ هنه‬
‫سمع ال هنب ِي صل ه ه‬
‫َ ع يه و س ه‬

positive

َ : ‫قبل موته بثَثة أ هيأ يقول‬

melapangkan dada selapang-

thinking

terhadap

‫يموتنه أحدك هاَ و هو يحسن‬
‫الظنه با ه‬
‫ه‬
‫َ ع هز و ج هز (رواه أبو‬

permasalahan yang ada.
Positive

thinking

)‫داود‬

dalam Islam disebut juga
Artinya: Dari Jabir
RA. dia mendengar nabi
bersabda tiga hari sebelum
wafatnya: “Janganlah kalian

dengan khusnudzon. Allah
menyuruh hamba-Nya untuk

8

sebagai perantara pertolongan

mati selagi belum dapat
berbaik sangka kepada Allah
SWT.” (HR. Abu Daud)

dari-Nya.
c. Positive Hoping

b. Positive Acting
Tercantum dalam surat Al

Tercantum dalam surat Al

Insyirah ayat 7:

Insyirah ayat 8:

   

   

Artinya
:
Maka
apabila engkau telah selesai
(dari suatu urusan), tetaplah
bekerja keras untuk (urusan
yang lain).

Artinya : Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau
berharap.

Allah
langkah

Makna ayat ini adalah
setelah manusia

memberikan

kedua

dada dengan masalah yang

dalam

ada, lalu manusia mau dan

menyelesaikan masalah, yaitu
dengan

berusaha

menyelesaikan
melalui

berlapang

keras
masalah

mampu

berusaha

secara

optimal

dalam

rangka

menyelesaikan

perilaku-perilaku

Usaha

nyata yang positif. Usaha

masalahnya.

terakhir

yang

dilakukan adalah berdo’a dan

nyata ini adalah anjuran Allah

bertawakkal

untuk tidak mudah menyerah

kepada

Allah

atas semua hasil usaha yang

dalam menghadapi persoalan.

telah dilaksanakan, dan tidak

Solusi ini juga mengandung

berputus asa

makna untuk tetap mencoba

dari

rahmat

Allah, seperti yang tercantum

meminta bantuan orang lain

dalam surat Yusuf ayat 87:

9

ِ ‫وََ تَيأ‬...
ِ َِ
‫َس ِم ْن َرْو ِح‬
ُ ْ َ
ُ ‫َسوا م ْن َرْو ِح الله إنَهُ ََ يَ ْيأ‬

“Bagaimana dinamika coping

.‫اللَ ِه إََِ الْ َق ْو ُم الْ َكافِ ُرو َن‬

dengan stressor konflik antar teman
pada santriwati baru PPIM?”

Artinya: ...dan jangan
kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir.

METODE PENELITIAN
Gejala Penelitian
Gejala penelitian yang akan
diteliti adalah coping dengan stressor

Santri
1. Definisi Santri

konflik antar teman pada santriwati

Menurut Diponegoro (2005)

baru PPIM. Definisi operasional

santri adalah siswa yang tinggal

coping stres pada santriwati adalah

menetap di asrama yang disediakan

usaha

oleh pesantren dan berada dalam

permasalahan,

lingkungan pesantren.

dengan

Yacob (dalam Diponegoro,

mengatasi

menyesuaikan

tekanan-tekanan

diri
yang

kognitif atau psikomotorik.

adalah generasi muda yang memiliki
untuk

dalam

dihadapi dengan melakukan aktivitas

2005) menjelaskan bahwa santri

potensial

santri

Pada penelitian ini, coping

melakukan

stres

pada

santriwati

perubahan-perubahan sosial dalam

melalui

kehidupan bermasyarakat, termasuk

sebagai data tambahan.

interview

dan

diungkap
observasi

Informan dalam penelitian ini

dalam peningkatan kualitas hidup.

dipilih secara purposive sampling,

PERTANYAAN PENELITIAN

yaitu pemilihan informan dengan
menggunakan kriteria yang telah

10

ditentukan sebelumnya. Karakteristik

paling

informan adalah (1) Santriwati baru

mencampurkan

kelas 1 PPIM dan 1 Takhasus. Kelas

dengan langkah-langkah khusus.

1 PPIM setara dengan kelas 1 SMP.

informan

merupakan lulusan dari SMP non
pondok yang akan melanjutkan ke
kelas 4 PPIM atau yang setara

dengan

pelajaran

materi

memunculkan

pikiran positif

atas masalahnya

adalah

berbaik

tahun

dengan

sangka,

teman,

menganggap

sindiran teman sebagai motivasi

khusus

untuk lebih akrab dengan teman, dan
mengabaikan masalah.

Santriwati dengan stressor konflik

Cara

antar teman. (3) Santriwati yang hasil

yang

digunakan

informan untuk mengatasi masalah

datanya telah di croscheck kepada

adalah dengan berbicara langsung

ustadzah pembimbing.

pada

Metode Analisis Data

teman,

mendekati

teman,

menegur teman, mengabaikan teman,

Cresswell (2010) menyatakan
peneliti

umum

untuk

kebaikan

untuk materi-materi kepondokan, (2)

bahwa

prosedur

mengendalikan amarah, mengingat

dengan kelas 1 SMA. Kelas ini
1

dengan

Cara berpikir yang digunakan

khusus untuk santriwati baru yang

selama

adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelas 1 Takhasus adalah kelas

diselenggarakan

ideal

menceritakan masalah pada orang

kualitatif

tua, mengabaikan masalah. Ada pula

menggunakan prosedur yang umum

yang tidak tahu cara menyelesaikan

dan langkah-langkah khusus dalam

masalahnya.

analisis data. Namun cara yang

Hasil

yang

tampak

setelah mengatasi masalah adalah

11

perubahan sikap pada teman dan juga

menghadapi masalah, ketiga tingkah

perubahan sikap pada diri informan.

laku ini tidak selalu dilakukan secara

Harapan

yang

diinginkan

berurutan.

informan adalah adanya perubahan

KESIMPULAN

yang lebih baik pada teman yang

Berdasarkan hasil penelitian

bermasalah dengan diri informan.

yang

Cara-cara

yang

3

beberapa kesimpulan yang dapat

informan

dalam

menghadapi

diambil oleh peneliti, yaitu sebagai

digunakan

temannya dianggap dapat mengatasi

yang

masalah

namun

dapat

dilakukan

terdapat

berikut:
Coping

dan menyelesaikan masalah. Ada 2
informan

telah

mengatasi

santriwati

yang

baru

PPIM

dilakukan
dengan

dapat

stressor konflik antar teman adalah

menyelesaikannya. Satu informan

positive thinking, positive acting,dan

tidak

positive hoping.

dapat

belum

mengatasi

dan

Positive

menyelesaikan masalah.
Indirawati

(2006)

memunculkan

thinking

berupa

pikiran

positif

menjelaskan bahwa tingkah laku

terhadap pemicu stres diaplikasikan

seseorang

informan dengan berbaik sangka

ketika

menghadapi

masalah adalah positive thinking,

(khusnudzon),

positive

amarah, mengingat kebaikan teman,

acting,

positive

hoping.

mengendalikan

Ketiga tingkah laku ini dilakukan

menganggap

secara berurutan. Namun pada hasil

motivasi untuk lebih akrab dengan

penelitian ditemukan bahwa ketika

teman, dan mengabaikan masalah.

12

sindiran

sebagai

Positive

acting

berupa

berupa permintaan

maaf kepada

tindakan untuk mengatasi pemicu

informan, tidak lagi diabaikan teman,

stres dan hasil setelah melakukan

dan

coping. Tindakan informan dalam

perbuatannya. Harapan yang tidak

mengatasi

dilakukan

selaras dengan hasil coping adalah

dengan berbicara langsung pada

hubungan informan dengan teman

teman,

menegur

menjadi renggang. Efektivitas hasil

masalah,

coping berupa tiga informan dapat

teman,

masalahnya

mendekati

dan

mengabaikan

teman

tidak

mengulangi

menceritakan masalah pada orang

mengatasi

tua, dan ada pula informan yang

masalah,

tidak tahu cara untuk menyelesaikan

mengatasi masalah namun belum

masalahnya.

dapat

Adapun

hasil

dari

dan
dua

menyelesaikan
informan

menyelesaikannya,

dapat

satu

coping adalah perubahan sikap pada

informan tidak dapat mengatasi dan

teman dan juga pada informan.

menyelesaikan masalah.

Positive

hoping

berupa

SARAN

harapan informan terhadap coping

Berdasarkan kesimpulan yang

yang dilakukan dan efektivitas hasil.

diperoleh dari penelitian ini, peneliti

Harapan informan terhadap coping

memberikan

yang

dipertimbangkan

dilakukan

adalah

adanya

perubahan sikap pada teman dan

saran

yang

dapat

berbagai

pihak

yaitu:

kembali berteman seperti sedia kala.

1. Bagi

pihak

Harapan yang selaras dengan hasil

diharapkan

coping adalah perubahan sikap teman

menyediakan

13

pesantren
dapat
tenaga

konseling

yang

dapat

konflik

membantu santriwati dalam
menghadapi

stressor

teman,

dapat

menggunakan hasil penelitian

yang

ini

sebagai

tambahan

ada di pondok, mengadakan

informasi

dengan

pelatihan bagi pendidik untuk

mempertimbangkan

hal-hal

menangani peserta didik yang

lain yang belum terungkap

bermasalah

dengan

dalam penelitian ini, dan

mendatangkan pakar ahli di

memaksimalkan penggunaan

bidangnya,

metode observasi. Selain itu

mengadakan

penyuluhan pada santriwati

disarankan

tentang etika pergaulan yang

coping

baik.

konflik antar teman pada

2. Bagi santriwati diharapkan
dapat

lebih

DAFTAR PUSTAKA

yang

Creswell, John W. 2010. Research
Design Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar

dihadapi kepada pihak yang
berkompeten,

agar
solusi

atasa

Diponegoro, A.M. 2005. Afek &
Kepuasan Hidup Santri.
Jurnal Psikologi Islami. Vol.
1, No. 2, 107-118.

permasalahan yang dihadapi.
3. Bagi

peneliti

berminat
coping

lain

meneliti
dengan

stressor

terbuka

permasalahan

mendapatkan

dengan

meneliti

santriwati lama.

menyampaikan keluh kesah
atau

untuk

yang

Harlock, Elizabeth B. 2012 Psikologi
Perkembangan.
Jakarta:
Erlangga.

tentang
stressor

Indirawati, Emma. 2006. Hubungan
antara Kematangan Beragama

14

dengan
Kecenderungan
Strategi
Coping.
Jurnal
Psikologi
Universitas
Diponegoro. Vol. 3, No. 2, 6992.
Katsir, Ibnu. 2003. Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 3. Bogor: Pustaka Imam
Syafi’i.
Maramis, W. F. 1998. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari
Tipologi Format Pendidikan
Ideal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Papalia, Diane E., Olds, Sally
Wendkos, & Feldman, Ruth
Duskin. 2009. Human
Development. Jakarta: Salemba
Humanika
Rice, Phillip L. 1999. Stress and
Health. California:
Brooks/Cole Publishing.
Sarafino, Edward P. & Smith,
Timothy W. 2011. Health
Psychology: Biopsychosocial
Interactions. New Jersey: John
Willey & Sons, Inc
Smet. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: PT Grasindo.
Software Kitab Hadis Online
Terjemah
Indonesia,
http://id.lidwa.com/app/
Wardani, Desi Sulistyo. 2009.
Strategi Coping Orang Tua
Menghadapi
Anak
Autis.
Jurnal Indegenous. Vol. 11,
No.1, 26-35.

15