MANFAAT PENDAMPINGAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENANGANAN ANAK Manfaat Pendampingan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Dalam Penanganan Anak Cerebral Palsy.

MANFAAT PENDAMPINGAN TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENANGANAN ANAK
CEREBRAL PALSY

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
ABDURRACHMAN
NIM J 120 111 013

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan S1 Fisioterapi Transfer

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA
2013

LEMBAR PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI


MANFAAT PENDAMPINGAN
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM
PENANGANAN ANAK CEREBRAL PALSY

Diajukan Oleh :
Nama

: Abdurrachman

NIM

: J.120.111.013

Telah Membaca dan Mencermati Naskah Publikasi Karya Ilmiah, yang
Merupakan Ringkasan Skripsi Sebagai Tugas Akhir dari Mahasiswa Tersebut

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I


Pembimbing II

Agus Widodo, SST.FT, SKM, M.Fis

Umi B. Rahayu, SST.FT, SPD, M.Kes

ii

ABSTRAK
PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, 28 Mei 2013
V BAB, 42 Halaman, 10 Gambar, 10 Tabel
ABDURRACHMAN / J120111013
“MANFAAT
PENDAMPINGAN
TERHADAP
PENINGKATAN
PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENANGANAN ANAK

CEREBRAL PALSY”
(Dibimbing Oleh : Agus Widodo, SST.FT, SKM, M.Fis dan Umi Budi
Rahayu, SSt. FT. M. Kes)
Latar Belakang: Cerebral Palsy adalah yang ditandai dengan perkembangan
motorik yang abnormal atau terlambat, seperti paraplegia spastik, hemiplegia atau
tetraplegia , yang sering disertai dengan retardasi mental, kejang atau ataksia.
Dalam penanganan anak Cerebral Palsy peranan dari orang tua/keluarga penting.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Kurangnya dukungan ekonomi dan
akses ke instansi kesehatan mempengaruhi pengetahuann orang tua. Keluarga
harus memiliki pengetahuan khusus dalam penanganan anak dengan Cerebral
Palsy. Pendampingan orang tua penyandang Cerebral Palsy dilakukan untuk
mengajarkan dan melatih dalam menangani anak Cerebral Palsy. Pendampingan
dimaksudkan supaya orang tua dapat memperlakukan dan menangani anaknya
yang Cerebral Palsy dengan tepat.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui apakah ada manfaat pendampingan
terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak Cerebral
Palsy.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental, dengan

desain penelitian one group pre test and post test design. Tektik pengambilan
sampel menggunakan Purposive Sampling. Jumlah sampel 12 orang tua anak
Cerebral Palsy. Tehnik yang digunakan adalah metode pendampingan selama 30
hari, frekuensi 6x pertemuan. Uji Normalitas data menggunakan Shapiro-Willk tes
kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa dengan Paired Sample T-test.
Hasil Penelitian: Dari hasil statistik didapatkan hasil nilai P adalah 0.0000
dimana p < 0.05 yang berarti Ha diterima. Artinya ada manfaat pendampingan
terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak Cerebral
Palsy.
Kesimpulan: Pemberian pendampingan kepada orang tua terbukti dapat
memberikan manfaat terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam
penanganan anak dengan kondisi Cerebral Palsy.
Kata Kunci: Pendampingan, Pengetahuan dalam menangani anak Cerebral
Palsy, Orang Tua/Keluarga, Cerebral Palsy.

2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Community Based Rehabilitation Program. Pusat Rehabilitasi

YAKKUM Database. PRY Yogyakarta. Yogyakarta.
Anonim. 2012. PRY Guidelines for The Cerebral Palsy Parrents, Edition I. Pusat
Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta. Yogyakarta.
Anonim. 2012. Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta - Profil. Diakses tanggal
18 Januari - http://w3.yakkum-rehabilitation.org/?lang=2.
Aran, MD et.al. 2007. Parenting Style Impact on Qiality of Life in Children with
Cerebral Palsy. Journal from The Neuropediatric Unit, Shaare Zedek
medical Centre, Jerusalem, Israel. Editorial, p 7 pages 56-60.
Bajraszewski, 2008. Cerebral Palsy, An Information Guide for Parents.
Melbourne: The Royal Children’s Hospital.
Finnie, N.R, 1971; Handling the Young Cerebral Palsy Child At Home ;
William Heinemann Medical Books LTD, London, hal. 145-181.
Karande, S, Patil S, and Kulkarni M. 2008. Impact of An Educational Program on
Parental Knowlegde of Cerebral Palsy. Indian Journal of Pediatric.
Volume 75, Pages 901-906.
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Jakarta. 130-50.
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta. Jakarta.
Piogama. 2007. Angka Kejadian Cerebral Palsy. Diakses tanggal 2/3/2013, dari
http://www.google.com.

Saharso, Darto, 2007; Palsy Cerebral; Diakses tanggal 1/3/2013, dari
http://www. pediatrik. Com/ISI 03.
Small, S.A., Mather, R.S. 2009. What Works, Wisconsin Evidence-based
Parenting Program Directory. Madison, WI: University of WisconsinMadison/Extension.

Soetomenggolo TS dan Ismael S. 1999. Asfiksia dan Trauma Perinatal. Dalam
Soetomenggolo TS dan Ismael S (Editor). Neurologi Anak. Edisi Pertama.
Jakarta : Penerbit BP IDAI : 307 – 37.
Stephen A. Small and Rebecca S. Mather. 2009. What Works, Wisconsin Evidence
Based Parenting Program. Evidence-Based Parenting Programs.
University of Wisconsin-Madison/Extension
Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian. Edisi Satu. CV Alfa, Hal 108-109.
Bandung.
Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran. Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).
Bandung.
Suharto, Edi. 2002. Makalah Pendampingan Sosial dalam Pengembangan
Masyarakat disajikan pada Pelatihan Pengembangan Masyarakat Bagi
Pengurus Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat
Propinsi se Indonesia . Pusdiklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat

Depsos RI, Jakarta, Rabu 28 Agustus 2002.
Twelvetrees, A. 1991. Community Work. McMillan. London.
Virginia, K. 2008. Do Parrent of children with Cerebral Palsy express different
Concerns in Relation To their Child’s Type of Cerebral Palsy, Age and
Level of Disability. Bobath Centre, 250 East End Road, London N2 8AU,
UK, Pages 56-62.
Werner, D, 2003. Disabled Village Children, 2e Edition . The Hesperian
Foundation.
Werner, D. 1998. Nothing About Us Without Us, Debeloping Innovative
Technologie For, By and With Disabled Persons, Health Rights . The
Hesperian Foundation.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Cerebral palsy adalah suatu kerusakan jaringan otak yang menetap tidak

progresif, meskipun gambaran klinisnya dapat berubah selama hidup, terjadi pada
usia dini dan menghalangi perkembangan cerebellum (Soetomenggolo & Ismael,
1999). Cerebral Palsy adalah kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak
progresif, yang terjadi karena kerusakan otak akibat trauma lahir atau patologi

intra uterine. Gangguan ini ditandai dengan perkembangan motorik yang

abnormal atau terlambat, seperti paraplegia spastik, hemiplegia atau tetraplegia ,
yang sering disertai dengan retardasi mental, kejang atau ataksia (Dorlan, 2005).
Angka

kejadian

penderita

Cerebral

Palsy

di

beberapa

negara


menunjukkan angka yang bervariasi. Satu koma tiga dari 1000 kelahiran di
Denmark, 5 dari 1000 anak di Amerika Serikat, dan 7 dari 100.000 kelahiran di
Amerika (Sunusi dan Nara, 2007). Di Indonesia angka kejadian cerebral palsy
berkisar 2 anak per 1000 anak usia sekolah dini. Satu penelitian menunjukkan
prevalensi Cerebral Palsy kongenital derajat sedang sampai berat mencapai 1,2
per 1000 anak usia 3 tahun (Grether et.al., 1992). Di Pusat Rehabilitasi Yakkum
(PRY) Yogyakarta lebih dari 100 anak dengan kondisi Cerebral Palsy yang
ditangani setiap tahunnya. Pada tahun 2010-2012 sekitar kurang lebih 150
penyandang Cerebral Palsy dari keluarga tidak mampu yang ditangani oleh
lembaga ini (Dokumen PRY, 2012).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,

1

2

1998). Dari data yang diperoleh dari Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY)
Yogyakarta keluarga Cerebral Palsy yang dilayani mayoritas adalah keluarga

miskin dan memiliki keterbatasan untuk mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan.
Kurangnya dukungan ekonomi yang memadai dan juga aksesibilitas untuk
mendapatkan pelayanan untuk anak mereka mempengaruhi pengetahuann orang
tua terhadap kondisi anak mereka.
Penyebab ketidakmandirian anak Cerebral Palsy ternyata bukan hanya
karena kondisi kecacatan anak itu sendiri, tetapi disebabkan oleh perlakuan dari
orang tua yang tidak tepat. Berkaitan dengan hal ini, sikap orang tua dalam
keterlibatan pengasuhan anak pun sangat beragam. Mereka hanya akan berusaha
mencari bantuan tenaga professional untuk memudahkan pengasuhan dan
selanjutnya jarang berhubungan langsung dengan anak (Meyen, 1982). Hal ini
dapat mengganggu proses perkembangan dan tujuan rehabilitasi terhadap anak
Cerebral Palsy.

Penelitian Fitzgerald menunjukkan bahwa reaksi dan perlakuan orang tua
merupakan salah satu sumber frustrasi bagi anak-anak dengan kecacatan fisik,
yang tidak jarang justru berakibat lebih berat daripada akibat ketunadaksaannya.
Lebih lanjut lagi hasil penelitian Mc.Michael menunjukkan bahwa adanya stress
emosi sering merupakan masalah yang menyertai keadaan cacat fisik anak
tersebut. Hasil dari kedua penelitian tersebut berkaitan dengan sikap orang tua
anak Cerebral Palsy.

Hal ini menujukkan orang tua sangat penting peranannya dalam partisipasi
penanganan anak mereka. Partisipasi orang tua dalam penanganan anak Cerebral
Palsy memiliki nilai yang lebih menguntungkan. Perlu adanya peningkatan

kapasitas orang tua dalam keluarga tentang pengetahuan dalam penanganan pada

3

anak dengan kondisi Cerebral Palsy dengan pendampingan dari tenaga ahli
kepada orang tua. Pelayanan dari tenaga professional seharusnya juga bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan orang tua dalam
menghadapi dan mendukung perkembangan anak (Dwivedi, 1997).
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). Pengetahuan
seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan
pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu
pilihan (Notoatmodjo, 2007). Tujuan rehabilitasi bagi anak akan lebih berarti
dengan pengetahuan orang tua yang cukup serta mampu memberikan penanganan
serta perlakuan yang baik dan benar.
Melihat permasalahan tersebut, fisioterapi sebagai tenaga yang bergerak
dalam bidang tumbuh kembang anak, khusunya bagi anak Cerebral Palsy, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang manfaat pendampingan dalam
peningkatkan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak Cerebral Palsy.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pendampingan
terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak dengan
kondisi Cerebral Palsy.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai fakta atau
informasi yang kita anggap benar berdasarkan pemikiran yang melibatkan
pengujian empiris (pemikiran tentang fenomena yang diobservasi secara
langsung) atau berdasarkan proses berpikir lainnya seperti pemberian alasan logis
atau penyelesaian masalah (Basford, 2006).
a. Tingkatan Pengetahuan
1)

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2)

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3)

Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

5

4)

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)

Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6)

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Cerebral Palsy
Cerebral Palsy berasal dari kata cerebral yang berarti otak, dan palsy yang

berarti kelemahan, kelumpuhan atau kekurangan pada kontrol otot. Oleh karena
itu Cerebral Palsy diartikan sebagai kerusakan dari kontrol otot dimana hal
tersebut sebagai akibat dari beberapa kerusakan pada bagian otak (Bagnara, dkk,
2000). Cerebral Palsy adalah suatu kerusakan jaringan otak yang menetap tidak
progresif, meskipun gambaran klinisnya dapat berubah selama hidup, terjadi pada
usia dini dan menghalangi perkembangan otak normal dengan menunjukkan
kelainan postur dan pergerakan disertai kelainan neurologis berupa gangguan pada
cortex cerebri, ganglia basalis dan cerebellum (Soetomenggolo & Ismael, 1999).

Dalam kamus kedokteran Dorlan (2005) definisi Cerebral Palsy yaitu setiap
kelompok gangguan motorik yang menetap, tidak progresif, yang terjadi pada

6

anak kecil yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat trauma lahir atau patologi
intra uterine. Gangguan ini ditandai dengan perkembangan motorik yang
abnormal atau terlambat, seperti paraplegia spastik, hemiplegia atau tetraplegia ,
yang sering disertai dengan retardasi mental, kejang atau ataksia.
Pendampingan Untuk Orang Tua Cerebral Palsy
Pengembangan Masyarakat / Pendampingan Mayarakat adalah proses
membantu orang-orang biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui
tindakan-tindakan kolektif (Twelvetrees, 1991). Secara akademis, Pendampingan
Mayarakat dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan
utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan
sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi
sosial (Suharto, 1997). Pengertian pendampingan secara umum adalah suatu
metode atau pendekatan yang dilakukan oleh seseorang (biasanya dilakukan oleh
petugas sosial masyarakat) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
pengetahuan secara general kepada individu maupun masyarakat tertentu terhadap
suatu tugas ataupun tanggung jawab yang diberikan yang berdampak pada
individu atau masyarakat itu sendiri. Jadi secara tidak langsung proses
pendampingan ini membentuk suatu sistem yang ada pada individu atau kelompok
untuk pemecahan permasalahan yang ada maupun yang kemungkinan terjadi.
Dalam artikel penelitian yang berjudul Impact of An Educational Program
on Parental Knowledge of Cerebral Palsy (Karande et.al., 2008) mengemukakan

bahwa tingkat pengetahuan orang tua ataupun keluarga kurang memadai. Dan
pada prinsipnya improvisasi pengetahuan orang tua sangat signifikan dalam
beberapa isu mengenai kondisi penanganan Cerebral Palsy. Untuk mencapai

7

tingkatan penanganan yang komperehensif perlu diadakannya program yang
dimana dapat meningkatkan pengetahuan orang tua. Penelitian yang dilakukan
oleh Virginia Knox, tema yang jelas ditemukan dalam keprihatinan orang tua
berkaitan dengan diagnosis anak mereka. Orang
Pendampingan untuk orang tua penyandang Cerebral Palsy dilakukan
untuk mengajarkan dan melatih pengasuh anak dengan Cerebral Palsy yang
dalam hal ini adalah orang tua dari anak, untuk dapat melakukan perawatan dan
pola asuh secara mandiri dan benar. Pendampingan untuk orang tua Cerebral
Palsy bisa dari salah satu team rehabilitasi atau juga oleh semua team rehabilitasi.

Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pendampingan yang akan dilakukan.
Menurut Pusat Rehabilitasi YAKKUM, pendampingan untuk orang tua
penyandang Cerebral Palsy adalah suatu metode pendekatan yang melibatkan
orang tua dalam melakukan suatu treatment yang diberikan ke anak. Hal ini
tujuannya antara lain : (1) Supaya orang tua dapat mengerti benar tentang kondisi
anaknya yang Cerebral Palsy; (2) Orang tua dapat menerima kondisi anaknya
yang menyandang Cerebral Palsy; (3) Orang tua dapat melakukan latihan di
rumah sesuai dengan yang diajarkan, (4) Orang tua memiliki kapasitas mampu
rawat, mampu didik, dan mampu latih terhadap anak penyandang Cerebral Palsy;
(5) Dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang tua, diharapkan orang tua
tersebut dapat juga memberikan informasinya kepada orang tua penyandang
Cerebral Palsy yang lain.

Menurut PRY, proses pendampingan yang dilakukan dalam masyarakat
untuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan orang tua bisa dilakukan dengan
cara :

8

a. Pemberian training atau ceramah tentang pengertian serta kondisi Cerebral
Palsy

b. Memberikan pelatihan penanganan anak dengan kondisi Cerebral Palsy
c. Diskusi dan praktik bersama dalam penanganan anak Cerebral Palsy
d. Melakukan kunjungan ke rumah untuk memberikan edukasi penanganan anak
Cerebral Palsy

e. Diskusi dengan orang tua dalam hal penanganan anak Cerebral Palsy yang
dapat dilakukan di rumah
f. Evaluasi terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan serta
bagaimana orang tua dapat mengaplikasikan penanganan anak dengan kondisi
Cerebral Palsy di rumah

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Quasi Eksperiment.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre test and post test
design, karena hanya satu kelompok yang diiambil sebagai subyek penelitian

tanpa dibandingkan dengan kelompok lain. Dan yang akan diteliti adalah hasil
perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji statistik pada kelompok pendampingan didapatkan
bahwa nilai p adalah 0.000 ini berarti nilai p < 0,05 atau bisa dibilang signifikan,
maka hasil ini menggambarkan adanya manfaat pendampingan yang signifikan
terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam menangani anak dengan
kondisi Cerebral Palsy.

9

Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil perhitungan uji statistik,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada manfaat pendampingan terhadap peningkatan
pengetahuan orang tua dalam penanganan anak kondisi Cerebral Palsy.
Saran
1. Bagi orang tua anak dengan kondisi Cerebral Palsy
Bahwa orang tua anak dengan kondisi Cerebral Palsy perlu
mendapatkan pendampingan dari pihak profesi yang menangani anak kondisi
Cerebral Palsy (antara lain profesi fisioterapi) dalam peningkatan kapasitas

pengetahuannya untuk menengani dan memberikan pola asuh yang benar pada
anaknya. Sehingga tujuan dari rehabilitasi komperehensif secara global dapat
diwujudkan, terutama penanganan dari pihak orang tua dan keluarga anak
dengan kondisi Cerebral Palsy.
2. Bagi fisioterapi
Kepada fisioterapi sebagai bagian dari tim rehabilitasi untuk anak
dengan kondisi Cerebral Palsy, diharapkan dapat memberikan informasi –
informasi yang berkaitan dengan anak Cerebral Palsy kepada orang tua
ataupun pendamping keluarga bagi anak. Sehingga orang tua dapat
mendapatkan informasi yang jelas dan dapat menjadi orang tua yang baik bagi
anaknya yang mengalami Cerebral Palsy.

10

3. Bagi Institusi pendidikan
Metode pendampingan terhadap orang tua anak dengan kondisi
Cerebral Palsy dapat dijadikan alternatif ataupun metode pendekatan baru

dalam penanganan anak kondisi Cerebral Palsy secara komperehensif. Dan
diharapkan instansi pendidikan dan juga mahasiswa dapat memberikan
kontribusi untuk melalkukan penelitian lanjutan untuk menambah referensi
tentang pendekatan yang dilakukan berkaitan dengan penanganan annak
kondisi Cerebral Palsy.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian yang akan datang diharapkan dapat melanjutkan penelitian
dengan meneliti variabel-variabel yang luput dari penelitian sebelumnya,
penambahan
penjabaran

variabel-variabel
pengaruh

manfaat

tersebut

diharapkan

pendampingan

dapat

memperinci

terhadap

peningkatan

pengetahuan orang tua dalam penanganan anak kondisi Cerebral Palsy. Untuk
penelitian yang lebih baik maka perlu penambahan jumlah responden dan
variabel lain yang di teliti, sehingga dapat diraih hasil yang luas dan lebih
bervariatif.