PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN T. A. 2012/2013.
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(THINK-PAIR-SHARE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN
T. A. 2012/2013
Oleh:
Meilina S.M Pakpahan
NIM 408111077
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
ii
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(THINK-PAIR-SHARE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN
T.A 2012/2013
Meilina S.M Pakpahan (408111077)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa pada materi pokok pecahan di kelas VII SMP
Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dibagi dalam dua siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan
siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40
orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model
Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
pada materi pokok pecahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi dan tes.
Hasil analisis penelitian pada siklus I setelah dilakukan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, nilai rata-rata observasi
pembelajaran pada siklus I adalah 2,9 dengan kategori baik dan rata-rata observasi
kegiatan kemampuan komunikasi siswa mencapai 2,54 dengan kategori baik.
Banyaknya siswa yang mampu berkomunikasi matematika adalah 14 siswa (35%)
dari 40 siswa dengan rata-rata kelas 57,05. Dengan melihat persentase klasikal
85% dan ≥ 65 secara individual belum mencapai tingkat penguasaan sedang
dalam berkomunikasi matematika, maka perlu dilanjutkan pelaksanaan siklus II.
Hasil analisis data pada akhir siklus II dengan model pembelajaran yang
sama, nilai rata-rata observasi pembelajaran pada siklus II adalah 3,3 dengan
kategori baik dan rata-rata observasi kegiatan kemampuan komunikasi siswa
mencapai 3,4 dengan kategori sangat baik. Banyaknya siswa yang mampu
berkomunikasi matematika adalah 35 siswa (87,5%) dari 40 siswa dengan ratarata kelas 77,21.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi pokok pecahan di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2012/2013.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
7
1.4
Rumusan Masalah
7
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
9
2.1
Pengertian Belajar
9
2.2
Pengertian Komunikasi
11
2.3
Komunikasi Matematika
12
2.4
Pembelajaran Kooperatif
17
2.5
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
20
2.6
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairs-Share
21
2.7
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Think-Pairs-Share
25
2.8
Materi Pecahan
26
2.8.1
Pecahan dan Lambangnya
26
2.8.2
Membandingkan Dua Pecahan
27
2.8.3
Pecahan Senilai
27
2.8.4
Pecahan Campuran
28
2.8.5
Pecahan Desimal
28
2.8.6
Persen
29
vii
2.8.7
Permil
29
2.8.8
Operasi Hitung Bilangan Pecahan
30
2.8.8.1 Penjumlahan Pecahan
30
2.8.8.2 Pengurangan Pecahan
30
2.8.8.3 Perkalian Pecahan
31
2.8.8.4 Pembagian Pecahan
32
2.9
Kerangka Konseptual
33
2.10
Hipotesis Tindakan
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
35
3.1
Lokasi dan Waktu Penellitian
35
3.1.1
Lokasi Penelitian
35
3.1.2
Waktu Penelitian
35
3.2
Subjek dan Objek Penelitian
35
3.2.1
Subjek Penelitian
35
3.2.2
Objek Penelitian
35
3.3
Jenis Penelitian
35
3.4
Prosedur Penelitian
36
3.5
Definisi Operasional
41
3.6
Alat Pengumpul Data
42
3.6.1
Tes
42
3.6.2
Observasi
44
3.7
Analisis Data
45
3.7.1
Reduksi Data
45
3.7.2
Paparan Data
47
3.7.3
Menarik Kesimpulan
48
3.8
Uji t Dependen
48
3.9
Indikator Keberhasilan Penelitian
49
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
50
4.1
Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus I
50
4.1.1
Permasalahan I
50
viii
4.1.2
Alternatif Pemecahan Masalah I (Rencana Tindakan I)
51
4.1.3
Pelaksanaan Tindakan I
52
4.1.4
Observasi I
52
4.1.4.1 Hasil Observasi Terhadap Guru
52
4.1.4.2 Hasil Observasi Terhadap Siswa
53
4.1.5
53
Analisis Data I
4.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa I
53
4.1.5.2 Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa I
53
4.1.6
Refleksi I
58
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II
60
4.2.1
Permasalahan II
60
4.2.2
Alternatif Pemecahan Masalah II (Rencana Tindakan II)
61
4.2.3
Pelaksanaan Tindakan II
62
4.2.4
Observasi II
62
4.2.4.1 Hasil Observasi Terhadap Guru
62
4.2.4.2 Hasil Observasi Terhadap Siswa
63
4.2.5
63
Analisis Data II
4.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa II
63
4.2.5.2 Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa II
63
4.2.6
Refleksi II
68
4.3
Pengujian Hipotesis
69
4.4
Temuan Peneliti
71
4.5
Pembahasan Hasil Penelitian
72
4.6
Diskusi Penelitian
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
76
5.1
Kesimpulan
76
5.2
Saran
76
DAFTAR PUSTAKA
77
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel1.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
20
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika
43
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Observasi
46
Tabel 4.1
Nilai Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika
50
Tabel 4.2
Tingkat Kemampuan Awal Komunikasi Matematika Siswa
50
Tabel 4.3
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus I
54
Tabel 4.4
Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus I
55
Tabel 4.5
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
56
Tabel 4.6
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
57
Tabel 4.7
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
58
Tabel 4.8
Hasil Penelitian Siklus I
60
Tabel 4.9
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus II
63
Tabel 4.10 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus II
64
Tabel 4.11 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
65
Tabel 4.12 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
66
Tabel 4.13 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
67
Tabel 4.14 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4
68
Tabel 4.15 Hasil Penelitian Siklus II
69
Tabel 4.16 Hasil Pengolahan Data Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Siklus I dan Siklus II
69
Tabel 4.17 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa pada Siklus I dan Siklus II
73
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Skema Kemampuan Komunikasi Matematik
15
Gambar 2.2.
Pecahan
26
Gambar 2.3
Garis Bilangan
27
Gambar 2.4
Pecahan Senilai
27
Gambar 2.5
Penjumlahan Pecahan
30
Gambar 2.6
Pengurangan Pecahan
30
Gambar 2.7
Perkalian Pecahan
31
Gambar 2.8
Pembagian Pecahan
32
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
36
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I
79
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I
83
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II .......................... 87
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II ........................ 91
Lampiran 5 Tes Diagnostik ............................................................................ 95
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik ................................... 96
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I ................................................ 98
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I.................... 99
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II .............................................. 100
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II .................. 101
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III ............................................. 103
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III ................. 104
Lampiran 13 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV ............................................. 106
Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV ................. 107
Lampiran 15 Kisi-Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika ....... 111
Lampiran 16 Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika
112
Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal Komunikasi
Matematika
113
Lampiran 18 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
116
Lampiran 19 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
117
Lampiran 20 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I
118
Lampiran 21 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
121
Lampiran 22 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
122
Lampiran 23 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika II
123
Lampiran 24 Lembar Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematika
128
xii
Lampiran 25 Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
131
Lampiran 26 Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
134
Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus I)
137
Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus II)
140
Lampiran 29 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Dan Siklus II
143
Lampiran 30 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus II)
146
Lampiran 31 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus II)
149
Lampiran 32 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I (Siklus I)
152
Lampiran 33 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II (Siklus I)
153
Lampiran 34 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
154
Lampiran 35 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I (Siklus II)
155
Lampiran 36 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II (Siklus II)
156
Lampiran 37 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
157
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sejalan dengan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut manusia untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2011, 1) bahwa :
“Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang
satu dengan lainnya
saling berkaitan dan berlangsung dengan
berbarengan”.
Demikian
juga
yang
terdapat
dalam
Ensiklopedi
bebas
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan), yaitu :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Dalam bahasa Inggris, menurut Neufeldt and Guralnik (dalam Tim
Pengajar, 2010 : 52) menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah Education yang artinya adalah process of training and
developing the knowledge, skill, mind, character, etc, by formal schooling;
teaching; training. Pengertian ini menekankan bahwa pendidikan tidak
hanya mencakup nalar atau intelektual saja, melainkan mencakup
pengembangan moral atau kepribadian, karakter atau sikap anak yang
meliputi berbagai kecerdasan yang dapat dikembangkan dalam kehidupan
anak sebagai manusia”.
Untuk merealisasikan kenyataan di atas, perlu ada SDM yang handal dan
mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi
yaitu berpikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama secara proaktif.
Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini
memungkinkan karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa
2
agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung
jawab, percaya diri.
Matematika sebagai salah satu pengetahuan mendasar yang sangat penting
dan sangat dibutuhkan dalam perkembangan teknologi saat ini, dimana tujuan
pembelajaran matematika yang dikemukakan Sihombing, W.L (2010:89-90)
yaitu:
1. Melatih cara berpikir dalam bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang menyebabkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil,
rasa ingin tahu, membuat prediksi, dan dugaan sementara serta
mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki peranan besar dalam
perkembangan teknologi modern dan terus berkembang dari zaman ke zaman.
Peranan yang sangat besar itu telah hampir dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan
manusia yang kerap sekali terkait dengan matematika. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat tergantung kepada perkembangan
pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah terutama pendidikan matematika,
matematika harus dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan
mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi secara
menyeluruh supaya dapat menghasilkan SDM yang handal dan mampu bersaing
secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order
thinking), yaitu berfikir logis, kritis, kreatif dan mampu bekerjasama serta
berkomunikasi secara proaktif.
Seperti yang diungkapkan oleh Crockfot (dalam Abdurrahman, 2009: 253)
bahwa :
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan ; (2) semua bidang study memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai ; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas ; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
3
informasi dalam berbagai cara ; (5) meningkatkan kemampuan berfikir
logis, ketelitian, dan kesadaran dan keruangan ; dan (6) memberi kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah”.
Namun kondisi saat ini menunjukkan kualitas pendidikan matematika di
Indonesia
masih
rendah.
Hal
ini
dinyatakan
oleh
Puspendik
dalam
(http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214) bahwa :
“Dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) pada tahun 1999 menunjukkan bahwa peringkat
matematika siswa Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Hasil
penelitian TIMMS empat tahun kemudian (2003), peringkat matematika
siswa Indonesia berada pada deretan 35 dari 46 negara. Dan kemudian
(2007) peringkat matematika siswa berada pada deretan 36 dari 49 negara.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mampu
lepas dari deretan penghuni papan bawah dan jauh tertinggal dibandingkan
dengan Singapura dan Malaysia”.
Yayasan Peduli Matematika Indonesia (YPMI) dalam (http://www.pedulimatematika.org/page.php?5) juga menambahkan bahwa :
Hasil penelitian TIMSS yang dilakukan oleh Frederick K.S. Leung (2003)
yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Januari 2006 menyatakan jumlah
jam pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan
dengan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di
Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika, Malaysia 120
jam, dan Singapura 112 jam. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya
411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605. Waktu
yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan
prestasi yang diraih. Itu artinya, ada sesuatu dengan metode pengajaran
matematika di negara ini”.
Pembelajaran matematika dewasa ini masih terkesan kurang menyentuh
kepada substansi komunikasi matematika siswa. Siswa lebih cenderung
menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam
mentranlasi masalah atau ide matematika ke dalam bentuk grafik/ gambar
matematika sangat kurang. Dan siswa selalu bermalas-malasan saja tidak mau
mencari sendiri ide-idenya hanya guru saja yang selalu berperan aktif dalam
proses belajar-mengajar.
Grafik kemampuan matematika siswa Indonesia masih berbentuk segitiga
sama kaki, artinya jumlah siswa yang memiliki kemampuan menengah ke bawah
4
lebih dominan, serta perbedaan kemampuan siswa yang pintar dengan siswa ratarata sangat jauh.
Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak kendala yang dihadapi
oleh guru. Salah satu dari kendala itu adalah kurangnya minat siswa dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, khususnya bidang studi
matematika. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak selamanya efektif
dan efisien seperti strategi pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan topik
pelajaran yang sedang dipelajai oleh siswa, bukan berarti bahwa strategi
pembelajaran yang telah diberlakukan oleh guru terhadap siswa salah, namun
kadangkala ada saatnya pada satu sub pokok bahasan tertentu diperlukan strategi
pembelajaran yang lebih menekankan hubungan komunikasi antara para siswa.
Salah satu penyebab rendahnya komunikasi ialah karena stigma ataupun
pendapat yang telah terpatri dalam diri para siswa Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah dan bahkan Perguruan Tinggi bahwa Matematika adalah pelajaran
yang sangat sulit untuk dipelajari dan bersifat abstrak, terlalu penuh dengan
simbol-simbol yang rumit dan membingungkan, serta guru mata pelajarannya
adalah guru yang tidak mempunyai selera humor dan membosankan.
Materi bilangan pecahan sudah disajikan bagi siswa SD/MI sejak kelas III.
Lalu diperdalam lagi di kelas IV dan kelas V. Materi bilangan pecahan
dilanjutkan lagi di SMP/MTs kelas VII semester 1 pada standar kompetensi
pertama yaitu Memahami sifat – sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya
dalam pemecahan masalah. Ada dua kompetensi dasar yang hendak dicapai, yaitu
:
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 3
Medan pada tanggal 1 Mei 2012, mengatakan bahwa : "Banyak siswa yang
kurang mampu mengkomunikasikan bahasa matematikanya pada pokok bahasan
Bilangan pecahan, karena mereka kurang mampu memahami maksud soal dan
5
rata-rata per kelasnya hanya sekitar 30% saja yang dapat menyelesaikan soal pada
pokok bahasan Bilangan pecahan. Ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
di dalam kelas belum begitu optimal, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
komunikasi tiap siswa menjadi tidak optimal. Lebih lanjut beliau mengatakan
bahwa siswa sudah menganggap matematika itu bukan pelajaran yang
menyenangkan sehingga mereka kurang termotivasi untuk memahami matematika
dan banyak siswa tidak menyenangi matematika, ketika melihat soal matematika
(kelihatannya) sangat sulit, maka banyak siswa menganggapnya sebagai ancaman,
bukan sebagai tantangan. Ditambah dengan pembelajaran yang kurang bervariasi
pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pada saat guru memberikan soal, dan murid diberikan kesempatan untuk
mengerjakan soal tersebut cara pengerjaan siswa sudah benar akan tetapi siswa
belum mampu menerjemahkan apa yang ditanyakan oleh soal sehingga siswa
memberikan jawaban yang salah. Kesalahan para siswa dalam menjawab soal
adalah dikarenakan kurangnya kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu
siswa kurang mampu memahami konsep pecahan, yang telah dijelaskan
sebelumnya oleh guru bidang studinya, siswa juga kurang memiliki kemampuan
untuk menerjemahkan bentuk soal cerita ke dalam bentuk kalimat matematika.
Dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes diagnostik ke siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Medan, tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk
melihat kemampuan komunikasi matematika siswa, seperti berikut ini :
1. Hitunglah :
1 2 5
a. .....
7 7 7
5 2 2 4
b. .....
3 3 3 3
2. Perbandingan uang Memei dan uang Sisca adalah 4 : 5. Tentukan banyaknya
uang Sisca, jika banyaknya uang Memei adalah Rp 6.000,00.
Dari hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa siswa tidak memahami
masalah yang diberikan sehingga yang terjadi siswa tidak mengerti menuangkan
6
ide dari masalah tersebut dan siswa kesulitan mentranslasi ide atau masalah
matematika ke dalam bentuk pemecahan masalah yang diminta. Sehingga siswa
salah mengerjakan atau tidak mampu mengerjakannya dengan baik dan benar. Ini
dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa berikut ini :
Siswa mengalami kesulitan dalam menyamakan penyebut dari operasi
hitung pada pecahan. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa akan
konsep prasyarat yaitu KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor
Persekutuan Terbesar).
Oleh karena itu diperlukan usaha yang lebih keras dari guru mata
pelajaran, yang mampu menciptakan suasana yang menarik dan membuat para
siswa lebih aktif dalam belajar dan dalam berkomunikasi yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan adalah Think-PairShare. Model ini dimulai dengan bagaimana siswa memikirkan penyelesaian
suatu masalah, kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya,
dan akhirnya melalui diskusi siswa dapat menuliskan hasil pemikirannya.
7
Sementara tugas yang diberikan bertujuan untuk mendorong siswa berpikir
kreatif, bekerja-sama dengan temannya dalam menjawab tugas, dan menyadari
bahwa soal dapat dijawab dengan beberapa cara.
Aktivitas
pembelajaran
kooperatif
tipe
TPS
(Think-Pair-Share)
menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar berfikir, memecahkan masalah,
belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan serta saling
memberitahukan pengetahuan, konsep, keterampilan tersebut kepada siswa yang
membutuhkan dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya
kepada anggota lain kepada kelompok.
Berdasarkan keseluruhan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A 2012/2013.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Para siswa mengganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan
abstrak
2. Pemahaman konsep matematika siswa masih lemah
3. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam
penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think-Pair-Share) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
siswa.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
8
Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
pada materi pokok pecahan ?
1.5
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui
apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi pokok
pecahan di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2012/2013.”
1.6
Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan pendidikan maka manfaat yang diharapkan
adalah:
1. Bagi siswa
a. Menumbuhkembangkan kemampuan kerjasama, komunikasi dan
keterampilan berpikir siswa.
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam belajar matematika
yang pada akhirnya akan membawa pengaruh positif dengan
meningkatnya hasil belajar siswa dan penguasaan konsepnya.
2. Bagi Guru
a. Memperoleh
komunikasi
pengetahuan
untuk
meningkatkan
kemampuan
siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share.
b. Guru termotivasi melakukan penelitian sederhana yang bermanfaat
bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan
kemampuan guru itu sendiri.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk menambah wawasan
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare dalam menjalankan penelitian sejenis dan tugas sebagai pengajar
kelak.
77
DAFTAR PUSTAKA
A., M. Cholik, dkk., (2003), Matematika Untuk SLTP kelas 1 Semester 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Banda Aceh.
Arikunto, S., dkk., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Ensiklopedia bebas, (2009), Pendidikan, http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
(diakses pada tanggal 15 Mei 2012)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed.
Hamalik, O., (2011), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
http:// bluedevilz12.blogspot.com/2011/01/tugas-ujian-kompetensi-dasar-kd-1mata.html (accessed 20 Juli 2012)
http://dewin221106.blogspot.com/2009/11/pendekatan konstruktivismedalam.html (accessed 20 Juli 2012)
http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214 (accessed 12 Mei 2012)
http://muhfida.com/tag/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share
(accessed 5 April 2012)
http://sunartombs.wordpress.com/2011/10/10/faktor-yang-mempengaruhi-hasilbelajar (accessed 24 Maret 2012)
http://www.peduli-matematika.org/page.php?5 (accessed 12 Mei 2012)
http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuankomunikasi.html (accessed 26 Januari 2013)
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
78
Kusnandar, (2011), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Lie, A., (2010), Cooperatif Learning, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Riyanto, Y., (2010), Paradigma Baru Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta.
Sabri, A., (2010), Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Penerbit Quantum
Teaching, Ciputat.
Sanjaya, W., (2011). Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Kencana, Jakarta.
Sihombing, W.L., (2010), Telaah Kurikulum Pendidikan Matematika Sekolah,
FMIPA Unimed.
Slavin, R.E., (2010), Cooperaive Learning Teori, Riset, dan Praktik, Penerbit
Nusa Media, Bandung.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika. Penerbit Tarsito, Bandung.
Sukino, dan Simangunsong, W., (2004), Matematika Untuk SMP Kelas VII,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Tim Dosen, (2011), Psikologi Pendidikan, FIP Unimed.
Tim Pengajar, (2010), Filsafat Pendidikan, FIP Unimed.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Meilina S.M Pakpahan adalah anak pertama dari empat bersaudara. Lahir
di Selatpanjang, Riau, tanggal 03 Mei 1990. Ayah bernama Maringan Pakpahan
dan Ibu bernama Amelia Sitompul. Pada tahun 1996 penulis masuk SD Kristen
Kalam Kudus di Selatpanjang, Riau, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Selatpanjang, Riau, dan lulus pada
tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah di SMA RK Budi
Mulia Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(THINK-PAIR-SHARE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN
T. A. 2012/2013
Oleh:
Meilina S.M Pakpahan
NIM 408111077
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
ii
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(THINK-PAIR-SHARE) DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN
T.A 2012/2013
Meilina S.M Pakpahan (408111077)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa pada materi pokok pecahan di kelas VII SMP
Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dibagi dalam dua siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan
siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 40
orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model
Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
pada materi pokok pecahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi dan tes.
Hasil analisis penelitian pada siklus I setelah dilakukan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, nilai rata-rata observasi
pembelajaran pada siklus I adalah 2,9 dengan kategori baik dan rata-rata observasi
kegiatan kemampuan komunikasi siswa mencapai 2,54 dengan kategori baik.
Banyaknya siswa yang mampu berkomunikasi matematika adalah 14 siswa (35%)
dari 40 siswa dengan rata-rata kelas 57,05. Dengan melihat persentase klasikal
85% dan ≥ 65 secara individual belum mencapai tingkat penguasaan sedang
dalam berkomunikasi matematika, maka perlu dilanjutkan pelaksanaan siklus II.
Hasil analisis data pada akhir siklus II dengan model pembelajaran yang
sama, nilai rata-rata observasi pembelajaran pada siklus II adalah 3,3 dengan
kategori baik dan rata-rata observasi kegiatan kemampuan komunikasi siswa
mencapai 3,4 dengan kategori sangat baik. Banyaknya siswa yang mampu
berkomunikasi matematika adalah 35 siswa (87,5%) dari 40 siswa dengan ratarata kelas 77,21.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi pokok pecahan di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2012/2013.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vi
ix
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
7
1.4
Rumusan Masalah
7
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
9
2.1
Pengertian Belajar
9
2.2
Pengertian Komunikasi
11
2.3
Komunikasi Matematika
12
2.4
Pembelajaran Kooperatif
17
2.5
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
20
2.6
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pairs-Share
21
2.7
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Think-Pairs-Share
25
2.8
Materi Pecahan
26
2.8.1
Pecahan dan Lambangnya
26
2.8.2
Membandingkan Dua Pecahan
27
2.8.3
Pecahan Senilai
27
2.8.4
Pecahan Campuran
28
2.8.5
Pecahan Desimal
28
2.8.6
Persen
29
vii
2.8.7
Permil
29
2.8.8
Operasi Hitung Bilangan Pecahan
30
2.8.8.1 Penjumlahan Pecahan
30
2.8.8.2 Pengurangan Pecahan
30
2.8.8.3 Perkalian Pecahan
31
2.8.8.4 Pembagian Pecahan
32
2.9
Kerangka Konseptual
33
2.10
Hipotesis Tindakan
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
35
3.1
Lokasi dan Waktu Penellitian
35
3.1.1
Lokasi Penelitian
35
3.1.2
Waktu Penelitian
35
3.2
Subjek dan Objek Penelitian
35
3.2.1
Subjek Penelitian
35
3.2.2
Objek Penelitian
35
3.3
Jenis Penelitian
35
3.4
Prosedur Penelitian
36
3.5
Definisi Operasional
41
3.6
Alat Pengumpul Data
42
3.6.1
Tes
42
3.6.2
Observasi
44
3.7
Analisis Data
45
3.7.1
Reduksi Data
45
3.7.2
Paparan Data
47
3.7.3
Menarik Kesimpulan
48
3.8
Uji t Dependen
48
3.9
Indikator Keberhasilan Penelitian
49
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
50
4.1
Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus I
50
4.1.1
Permasalahan I
50
viii
4.1.2
Alternatif Pemecahan Masalah I (Rencana Tindakan I)
51
4.1.3
Pelaksanaan Tindakan I
52
4.1.4
Observasi I
52
4.1.4.1 Hasil Observasi Terhadap Guru
52
4.1.4.2 Hasil Observasi Terhadap Siswa
53
4.1.5
53
Analisis Data I
4.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa I
53
4.1.5.2 Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa I
53
4.1.6
Refleksi I
58
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II
60
4.2.1
Permasalahan II
60
4.2.2
Alternatif Pemecahan Masalah II (Rencana Tindakan II)
61
4.2.3
Pelaksanaan Tindakan II
62
4.2.4
Observasi II
62
4.2.4.1 Hasil Observasi Terhadap Guru
62
4.2.4.2 Hasil Observasi Terhadap Siswa
63
4.2.5
63
Analisis Data II
4.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa II
63
4.2.5.2 Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa II
63
4.2.6
Refleksi II
68
4.3
Pengujian Hipotesis
69
4.4
Temuan Peneliti
71
4.5
Pembahasan Hasil Penelitian
72
4.6
Diskusi Penelitian
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
76
5.1
Kesimpulan
76
5.2
Saran
76
DAFTAR PUSTAKA
77
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel1.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
20
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika
43
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Observasi
46
Tabel 4.1
Nilai Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika
50
Tabel 4.2
Tingkat Kemampuan Awal Komunikasi Matematika Siswa
50
Tabel 4.3
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus I
54
Tabel 4.4
Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus I
55
Tabel 4.5
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
56
Tabel 4.6
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
57
Tabel 4.7
Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
58
Tabel 4.8
Hasil Penelitian Siklus I
60
Tabel 4.9
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus II
63
Tabel 4.10 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Siklus II
64
Tabel 4.11 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1
65
Tabel 4.12 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2
66
Tabel 4.13 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3
67
Tabel 4.14 Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4
68
Tabel 4.15 Hasil Penelitian Siklus II
69
Tabel 4.16 Hasil Pengolahan Data Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Siklus I dan Siklus II
69
Tabel 4.17 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa pada Siklus I dan Siklus II
73
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Skema Kemampuan Komunikasi Matematik
15
Gambar 2.2.
Pecahan
26
Gambar 2.3
Garis Bilangan
27
Gambar 2.4
Pecahan Senilai
27
Gambar 2.5
Penjumlahan Pecahan
30
Gambar 2.6
Pengurangan Pecahan
30
Gambar 2.7
Perkalian Pecahan
31
Gambar 2.8
Pembagian Pecahan
32
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
36
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I
79
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I
83
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II .......................... 87
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II ........................ 91
Lampiran 5 Tes Diagnostik ............................................................................ 95
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik ................................... 96
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I ................................................ 98
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I.................... 99
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II .............................................. 100
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II .................. 101
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III ............................................. 103
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa III ................. 104
Lampiran 13 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV ............................................. 106
Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa IV ................. 107
Lampiran 15 Kisi-Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika ....... 111
Lampiran 16 Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika
112
Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal Komunikasi
Matematika
113
Lampiran 18 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
116
Lampiran 19 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
117
Lampiran 20 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I
118
Lampiran 21 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
121
Lampiran 22 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
122
Lampiran 23 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika II
123
Lampiran 24 Lembar Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematika
128
xii
Lampiran 25 Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
131
Lampiran 26 Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
134
Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus I)
137
Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus II)
140
Lampiran 29 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Dan Siklus II
143
Lampiran 30 Lembar Observasi Kegiatan Guru I (Siklus II)
146
Lampiran 31 Lembar Observasi Kegiatan Guru II (Siklus II)
149
Lampiran 32 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I (Siklus I)
152
Lampiran 33 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II (Siklus I)
153
Lampiran 34 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
154
Lampiran 35 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I (Siklus II)
155
Lampiran 36 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II (Siklus II)
156
Lampiran 37 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
157
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sejalan dengan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut manusia untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2011, 1) bahwa :
“Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang
satu dengan lainnya
saling berkaitan dan berlangsung dengan
berbarengan”.
Demikian
juga
yang
terdapat
dalam
Ensiklopedi
bebas
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan), yaitu :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Dalam bahasa Inggris, menurut Neufeldt and Guralnik (dalam Tim
Pengajar, 2010 : 52) menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah Education yang artinya adalah process of training and
developing the knowledge, skill, mind, character, etc, by formal schooling;
teaching; training. Pengertian ini menekankan bahwa pendidikan tidak
hanya mencakup nalar atau intelektual saja, melainkan mencakup
pengembangan moral atau kepribadian, karakter atau sikap anak yang
meliputi berbagai kecerdasan yang dapat dikembangkan dalam kehidupan
anak sebagai manusia”.
Untuk merealisasikan kenyataan di atas, perlu ada SDM yang handal dan
mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi
yaitu berpikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama secara proaktif.
Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini
memungkinkan karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa
2
agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung
jawab, percaya diri.
Matematika sebagai salah satu pengetahuan mendasar yang sangat penting
dan sangat dibutuhkan dalam perkembangan teknologi saat ini, dimana tujuan
pembelajaran matematika yang dikemukakan Sihombing, W.L (2010:89-90)
yaitu:
1. Melatih cara berpikir dalam bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang menyebabkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil,
rasa ingin tahu, membuat prediksi, dan dugaan sementara serta
mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki peranan besar dalam
perkembangan teknologi modern dan terus berkembang dari zaman ke zaman.
Peranan yang sangat besar itu telah hampir dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan
manusia yang kerap sekali terkait dengan matematika. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat tergantung kepada perkembangan
pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah terutama pendidikan matematika,
matematika harus dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan
mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi secara
menyeluruh supaya dapat menghasilkan SDM yang handal dan mampu bersaing
secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order
thinking), yaitu berfikir logis, kritis, kreatif dan mampu bekerjasama serta
berkomunikasi secara proaktif.
Seperti yang diungkapkan oleh Crockfot (dalam Abdurrahman, 2009: 253)
bahwa :
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan ; (2) semua bidang study memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai ; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat dan jelas ; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
3
informasi dalam berbagai cara ; (5) meningkatkan kemampuan berfikir
logis, ketelitian, dan kesadaran dan keruangan ; dan (6) memberi kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah”.
Namun kondisi saat ini menunjukkan kualitas pendidikan matematika di
Indonesia
masih
rendah.
Hal
ini
dinyatakan
oleh
Puspendik
dalam
(http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214) bahwa :
“Dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) pada tahun 1999 menunjukkan bahwa peringkat
matematika siswa Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Hasil
penelitian TIMMS empat tahun kemudian (2003), peringkat matematika
siswa Indonesia berada pada deretan 35 dari 46 negara. Dan kemudian
(2007) peringkat matematika siswa berada pada deretan 36 dari 49 negara.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mampu
lepas dari deretan penghuni papan bawah dan jauh tertinggal dibandingkan
dengan Singapura dan Malaysia”.
Yayasan Peduli Matematika Indonesia (YPMI) dalam (http://www.pedulimatematika.org/page.php?5) juga menambahkan bahwa :
Hasil penelitian TIMSS yang dilakukan oleh Frederick K.S. Leung (2003)
yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Januari 2006 menyatakan jumlah
jam pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan
dengan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di
Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika, Malaysia 120
jam, dan Singapura 112 jam. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya
411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605. Waktu
yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan
prestasi yang diraih. Itu artinya, ada sesuatu dengan metode pengajaran
matematika di negara ini”.
Pembelajaran matematika dewasa ini masih terkesan kurang menyentuh
kepada substansi komunikasi matematika siswa. Siswa lebih cenderung
menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam
mentranlasi masalah atau ide matematika ke dalam bentuk grafik/ gambar
matematika sangat kurang. Dan siswa selalu bermalas-malasan saja tidak mau
mencari sendiri ide-idenya hanya guru saja yang selalu berperan aktif dalam
proses belajar-mengajar.
Grafik kemampuan matematika siswa Indonesia masih berbentuk segitiga
sama kaki, artinya jumlah siswa yang memiliki kemampuan menengah ke bawah
4
lebih dominan, serta perbedaan kemampuan siswa yang pintar dengan siswa ratarata sangat jauh.
Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak kendala yang dihadapi
oleh guru. Salah satu dari kendala itu adalah kurangnya minat siswa dalam
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, khususnya bidang studi
matematika. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak selamanya efektif
dan efisien seperti strategi pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan topik
pelajaran yang sedang dipelajai oleh siswa, bukan berarti bahwa strategi
pembelajaran yang telah diberlakukan oleh guru terhadap siswa salah, namun
kadangkala ada saatnya pada satu sub pokok bahasan tertentu diperlukan strategi
pembelajaran yang lebih menekankan hubungan komunikasi antara para siswa.
Salah satu penyebab rendahnya komunikasi ialah karena stigma ataupun
pendapat yang telah terpatri dalam diri para siswa Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah dan bahkan Perguruan Tinggi bahwa Matematika adalah pelajaran
yang sangat sulit untuk dipelajari dan bersifat abstrak, terlalu penuh dengan
simbol-simbol yang rumit dan membingungkan, serta guru mata pelajarannya
adalah guru yang tidak mempunyai selera humor dan membosankan.
Materi bilangan pecahan sudah disajikan bagi siswa SD/MI sejak kelas III.
Lalu diperdalam lagi di kelas IV dan kelas V. Materi bilangan pecahan
dilanjutkan lagi di SMP/MTs kelas VII semester 1 pada standar kompetensi
pertama yaitu Memahami sifat – sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya
dalam pemecahan masalah. Ada dua kompetensi dasar yang hendak dicapai, yaitu
:
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 3
Medan pada tanggal 1 Mei 2012, mengatakan bahwa : "Banyak siswa yang
kurang mampu mengkomunikasikan bahasa matematikanya pada pokok bahasan
Bilangan pecahan, karena mereka kurang mampu memahami maksud soal dan
5
rata-rata per kelasnya hanya sekitar 30% saja yang dapat menyelesaikan soal pada
pokok bahasan Bilangan pecahan. Ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
di dalam kelas belum begitu optimal, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
komunikasi tiap siswa menjadi tidak optimal. Lebih lanjut beliau mengatakan
bahwa siswa sudah menganggap matematika itu bukan pelajaran yang
menyenangkan sehingga mereka kurang termotivasi untuk memahami matematika
dan banyak siswa tidak menyenangi matematika, ketika melihat soal matematika
(kelihatannya) sangat sulit, maka banyak siswa menganggapnya sebagai ancaman,
bukan sebagai tantangan. Ditambah dengan pembelajaran yang kurang bervariasi
pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pada saat guru memberikan soal, dan murid diberikan kesempatan untuk
mengerjakan soal tersebut cara pengerjaan siswa sudah benar akan tetapi siswa
belum mampu menerjemahkan apa yang ditanyakan oleh soal sehingga siswa
memberikan jawaban yang salah. Kesalahan para siswa dalam menjawab soal
adalah dikarenakan kurangnya kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu
siswa kurang mampu memahami konsep pecahan, yang telah dijelaskan
sebelumnya oleh guru bidang studinya, siswa juga kurang memiliki kemampuan
untuk menerjemahkan bentuk soal cerita ke dalam bentuk kalimat matematika.
Dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes diagnostik ke siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Medan, tes yang diberikan berupa tes berbentuk uraian untuk
melihat kemampuan komunikasi matematika siswa, seperti berikut ini :
1. Hitunglah :
1 2 5
a. .....
7 7 7
5 2 2 4
b. .....
3 3 3 3
2. Perbandingan uang Memei dan uang Sisca adalah 4 : 5. Tentukan banyaknya
uang Sisca, jika banyaknya uang Memei adalah Rp 6.000,00.
Dari hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa siswa tidak memahami
masalah yang diberikan sehingga yang terjadi siswa tidak mengerti menuangkan
6
ide dari masalah tersebut dan siswa kesulitan mentranslasi ide atau masalah
matematika ke dalam bentuk pemecahan masalah yang diminta. Sehingga siswa
salah mengerjakan atau tidak mampu mengerjakannya dengan baik dan benar. Ini
dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa berikut ini :
Siswa mengalami kesulitan dalam menyamakan penyebut dari operasi
hitung pada pecahan. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa akan
konsep prasyarat yaitu KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor
Persekutuan Terbesar).
Oleh karena itu diperlukan usaha yang lebih keras dari guru mata
pelajaran, yang mampu menciptakan suasana yang menarik dan membuat para
siswa lebih aktif dalam belajar dan dalam berkomunikasi yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan adalah Think-PairShare. Model ini dimulai dengan bagaimana siswa memikirkan penyelesaian
suatu masalah, kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya,
dan akhirnya melalui diskusi siswa dapat menuliskan hasil pemikirannya.
7
Sementara tugas yang diberikan bertujuan untuk mendorong siswa berpikir
kreatif, bekerja-sama dengan temannya dalam menjawab tugas, dan menyadari
bahwa soal dapat dijawab dengan beberapa cara.
Aktivitas
pembelajaran
kooperatif
tipe
TPS
(Think-Pair-Share)
menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar berfikir, memecahkan masalah,
belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan serta saling
memberitahukan pengetahuan, konsep, keterampilan tersebut kepada siswa yang
membutuhkan dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya
kepada anggota lain kepada kelompok.
Berdasarkan keseluruhan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A 2012/2013.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Para siswa mengganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan
abstrak
2. Pemahaman konsep matematika siswa masih lemah
3. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam
penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think-Pair-Share) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
siswa.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
8
Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
pada materi pokok pecahan ?
1.5
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui
apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi pokok
pecahan di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2012/2013.”
1.6
Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan pendidikan maka manfaat yang diharapkan
adalah:
1. Bagi siswa
a. Menumbuhkembangkan kemampuan kerjasama, komunikasi dan
keterampilan berpikir siswa.
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam belajar matematika
yang pada akhirnya akan membawa pengaruh positif dengan
meningkatnya hasil belajar siswa dan penguasaan konsepnya.
2. Bagi Guru
a. Memperoleh
komunikasi
pengetahuan
untuk
meningkatkan
kemampuan
siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share.
b. Guru termotivasi melakukan penelitian sederhana yang bermanfaat
bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan
kemampuan guru itu sendiri.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk menambah wawasan
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare dalam menjalankan penelitian sejenis dan tugas sebagai pengajar
kelak.
77
DAFTAR PUSTAKA
A., M. Cholik, dkk., (2003), Matematika Untuk SLTP kelas 1 Semester 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Banda Aceh.
Arikunto, S., dkk., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Ensiklopedia bebas, (2009), Pendidikan, http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
(diakses pada tanggal 15 Mei 2012)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed.
Hamalik, O., (2011), Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
http:// bluedevilz12.blogspot.com/2011/01/tugas-ujian-kompetensi-dasar-kd-1mata.html (accessed 20 Juli 2012)
http://dewin221106.blogspot.com/2009/11/pendekatan konstruktivismedalam.html (accessed 20 Juli 2012)
http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214 (accessed 12 Mei 2012)
http://muhfida.com/tag/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share
(accessed 5 April 2012)
http://sunartombs.wordpress.com/2011/10/10/faktor-yang-mempengaruhi-hasilbelajar (accessed 24 Maret 2012)
http://www.peduli-matematika.org/page.php?5 (accessed 12 Mei 2012)
http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuankomunikasi.html (accessed 26 Januari 2013)
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
78
Kusnandar, (2011), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Lie, A., (2010), Cooperatif Learning, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Riyanto, Y., (2010), Paradigma Baru Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta.
Sabri, A., (2010), Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Penerbit Quantum
Teaching, Ciputat.
Sanjaya, W., (2011). Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Kencana, Jakarta.
Sihombing, W.L., (2010), Telaah Kurikulum Pendidikan Matematika Sekolah,
FMIPA Unimed.
Slavin, R.E., (2010), Cooperaive Learning Teori, Riset, dan Praktik, Penerbit
Nusa Media, Bandung.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika. Penerbit Tarsito, Bandung.
Sukino, dan Simangunsong, W., (2004), Matematika Untuk SMP Kelas VII,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Tim Dosen, (2011), Psikologi Pendidikan, FIP Unimed.
Tim Pengajar, (2010), Filsafat Pendidikan, FIP Unimed.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Meilina S.M Pakpahan adalah anak pertama dari empat bersaudara. Lahir
di Selatpanjang, Riau, tanggal 03 Mei 1990. Ayah bernama Maringan Pakpahan
dan Ibu bernama Amelia Sitompul. Pada tahun 1996 penulis masuk SD Kristen
Kalam Kudus di Selatpanjang, Riau, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Selatpanjang, Riau, dan lulus pada
tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah di SMA RK Budi
Mulia Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.