UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DRIBLE DALAM SEPAKBOLA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 30 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DRIBLE DALAM
SEPAKBOLA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII A
SMP NEGERI 30 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN
2012/2013

Oleh
Harvin Saputra
Pada penelitian ini mempunyai tujuan memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran drible pada materi pelajaran sepakbola siswa kelas VII A SMP.
Metodologi yang digunakana dalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau
disebut juga CAR (Classroom Action Research), sampel yang digunakan adalah
siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar Lampung yang berjumlah 30 siswa.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan dan efektivitas
menggunakan model kooperatif tipe TGT dideskripsikan melalui tiga siklus
dengan rerata tes awal siswa putri 57,5 dan siswa putra 61,6. Siklus pertama
menggunakan model pembelajaran TGT dengan model mendrible lurus
menghasilkan nilai siswa putri sebesar 64,3 dengan perhitungan peningkatan 30,7

% dan siswa putra sebesar 70,1 dengan perhitungan peningkatan 53%, Siklus
kedua menggunakan model pembelajaran TGT dengan ,model zig zag yang
dibantu dengan alat kun menghasilkan nilai rerata siswa putri sebesar 74,4 dengan
perhitungan peningkatan 46 % dan siswa putra sebesar 75,7 dengan perhitungan
peningkatan 70,6% Siklus ketiga menggunakan model pembelajaran TGT dengan
metode zig zag berbentuk L yang di bantu alat kun menghasilkan nilai rerata
siswa putri sebesar 85,5 dengan perhitungan peningkatan 100 % dan siswa putra
sebesar 89,1 dengan perhitungan peningkatan 100%
Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pembelajaran drible dalam sepakbola
pada siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar Lampung.
Kata Kunci : Model Kooperatif, Drible Dalam Sepakbola dan TGT

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Harvin Saputra, dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 22 September 1991 sebagai
anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis dilahirkan dari
pasangan Bapak Hasan dan Ibu Siti.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulisantara lain:

Taman Kanak-kanak (TK) lulus pada tahun 1997. Setelah itu
Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Kampung Baru, selesai
pada tahun2003. Kemudian masuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP)Negeri 29 Bandar Lampung lulus pada tahun 2006. Kemudian
masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun
2006 dan selesai pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Penelusuran Kemampuan
Akademik dan Bakat (PKAB). Pada tahun 201 2peneliti melaksanakan KKN dan
PPL di SMP N 3 Sukadana Lampung Timur.Demikianlah riwayat hidup penulis,
supaya bermanfaat bagi pembaca.

PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapakan kepadaAllah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan
kepadaku,karyatulissederhanainikupersembahkankepada:
Ayahandaku Hasan Murni dan Ibundaku Siti Nursari yang penulis sayangi, yang telah
memberikan do’a dan dukungan kepada penulis serta kasih sayang dan kesabaran.
Untuk Mbak fitri, kakakku Nurdin , adikku Oliv, keponakkanku bila dan rayhan
yang selalu ku sayangi dan ku banggakan.

Untuk sahabat hidupku Meita yang telah memberikan banyak pelajaran tentang arti
perjuangan, pengorbanan dan kedewasaan, serta seluruhkeluarga besar, sahabatdantemanteman yang telah
membantu & mendoakan,
selalu mengharapkan
hal yang terbaik
untukku.
Para guru dan dosen yang telah membimbingku dan mengajariku akan arti kehidupan
Almamater–ku Tercinta FKIP UNILA,
Tempat yang telah mendewasakan penulis

(HARVIN SAPUTRA)

MOTO
Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi
jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih
(QS.Ibrahim :7)
Tetap Semangat Walaupun Terlambat
(Penulis)
Ketika hidupmu berubah menjadi lebih sulit, maka ubahlah dirimu menjadi lebih kuat
(Meita Sekar Sari)

You can close your eyes to the rhings you don’t want to see, but you can’t close your heart to
the things you don’t want to feel
(Johny Depp)

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul“Upaya
Meningkatkan Hasil Pembelajaran Drible Dalam Sepakbola Melalui Model
Kooperatif Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2012/2013” yang dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses
penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari
dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan
segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Penjaskesrek yang telah
mendukung dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Dr. Marta Dinata S.Pd, M.Pd.,selaku pembimbing I atas kesediaannya untuk
memberikan bimbingan, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Surisman,S.Pd, M.Pd., selakupembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang
telah memberikan pengarahan, semangat, motivasi, dan jiwa pantang
menyerah, serta bimbingan dengan baik kepadapenulis.
6. Heru Sulistianta, S.Pd. M.Or., selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini
yang telah memberikanpengarahan, saran dankritikkepadapenulis.
7. Kepala SMP Negeri 30 Bandar Lampung beserta dewan guru yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

8. Bapak dan ibu dosen Penjaskesrek yang telahmembantudalam proses
perkuliahan, pembimbingan, pembinaandanatassegalailmu yang telahdiberikan,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiini.
9. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unilayang telah membantu proses
terselesaikannya skripsi ini.
10. Kepada keluargaku tersayang ayah, bunda mbak, abang, adek, ponakan, yang
selalu menjadi motivatorku dalam setiap hal baik yang penulis kerjakan, serta

menjadi penasihat terbaikku.
11. Kepada sahabat hidup meita sekar sari selalu mensupport, memotivasi dan
membimbing sampai sejauh ini, terimakasih
12. Kepada keluarga besar angkatan 2009 yang selalu menemani penulisan ini dan
terimakasih banyak.
13. Kepada rekan-rekan KKN dan PPL Sukadana Desa Mataram Marga Lampung
Timur
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Agustus 2014
Penulis

Harvin Saputra

DAFTAR ISI

Halaman


DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiv
xv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
C. Batasan Masalah ................................................................................
D.Rumusan Masalah .............................................................................
E.Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Manfaat Penelitian .............................................................................
G. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................

1
4
5
5
6

6
8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Pembelajaran ......................................................................................
B. Pendidikan Jasmani ...........................................................................
C. Belajar Motorik ..................................................................................
D. Model Pembelajaran Kooperatif........................................................
E. Teams Game Tournament (TGT) .....................................................
F. Sepakbola ..........................................................................................
G. Kerangka Pikir ...................................................................................
H. Hipotesis ...........................................................................................

10
11
13
15
18
21
29

29

III. METODOLOGI PENELITIAN
A.MetodePenelitian ................................................................................
B.Data Penelitian ...................................................................................
C. Subyek Penelitian .............................................................................
D. Rancangan Penelitian ........................................................................
E. Tempat dan Waktu…………………………………………………..
E. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas .............................................
1. Siklus I ...........................................................................................
2. Siklus II .........................................................................................
3. Siklus III ........................................................................................
F. Instrumen Penelitian ..........................................................................
G. Teknik Analisis Data ........................................................................

32
36
36
37
38

39
40
41
42
43
49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................
B. Pembahasan .......................................................................................

50
58

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................

61
62


DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................

63
64

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Konversi Nilai Akhir ke Huruf Mutu Berdasarkan Penafsiran
Stuargg .........................................................................................
Tabel 2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran
Drible Dalam Sepakbola ...............................................................
Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Drible
Dalam Sepakbola Siklus Pertama ................................................
Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Drible
Dalam Sepakbola Siklus Kedua ...................................................
Tabel 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Drible
Dalam Sepakbola Siklus Ketiga ....................................................
Tabel 6. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Drible
Dalam Sepakbola Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Ketiga .
Tabel 7. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus ...............

51
51
52
54
55
56
57

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 1. : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins,1993) dalam
.buku (Arikunto, 1991:105) ..................................................
Gambar 9. : Diagram Batang Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas
.(PTK) Pembelajaran Drible
dalam Sepakbola ....................................................................
Gambar 10. : Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran
Drible dalam Sepakbola
Siklus Pertama .......................................................................
Gambar 11. : Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran
Drible dalam Sepakbola Siklus Kedua ..................................
Gambar 12. : Diagram Batang Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran
Drible dalam Sepakbola Siklus Ketiga .................................
Gambar 13. : Diagram Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan
Belajar Pada .Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ..
Gambar 14. : Diagram Batang Perbandingan Prosentase ketuntasan
Belajar Pada .Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...

34

52

53
.
54
55
56
57

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kondisi yang sesuai dengan perkembangan zaman seperti saat ini,
pendidikan sangatlah penting. Melalui pendidikan, manusia dituntut untuk
dapat menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya untuk
mencapai kesejahteraan hidup. Pendidikan diharapkan untuk mencetak
manusia menjadi lebih baik dan bermatabat. Program pendidikan melalui
proses pembelajaran di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: siswa,
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan
individu secara perseptual, kognitif, sosial dan emosional.

Penjaskes merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Sesuai dengan tujuan
pembelajaran Kegiatan pembelajaran Penjaskes dilakukan dengan
mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran di kelas
melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang, dan
menyenangkan.

Dalam pembelajaran Penjaskes yang terjadi di kelas maupun di lapangan,
guru dituntut untuk menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan

2

semangat belajar siswa sehingga siswa memiliki keterampilan, keberanian,
serta mempunyai kemampuan Penjaskes.
Oleh sebab itu diperlukan model pembelajaran yang lebih banyak dan
bervariasi diterapkan oleh guru di kelas sehingga siswa dapat berperan lebih
aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan potensinya.
Perkembangan model pembelajaran telah menjanjikan potensi besar dalam
mengubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi,
menyesuaikan informasi dan sebagainya.
Dalam lingkup peningkatan efektivitas pembelajaran di sekolah ,
sumbangan yang paling mungkin atau nyata adalah guru sebagai ujung
tombak dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Peranan guru yang
bisa langsung dirasakan dalam kegiatan belajar adalah penggunaan model
pembelajaran, strategi mengajar, media pembelajaran, metode-metode
pengajaran ataupun gaya mengajar yang digunakan dalam proses kegiatan
belajar mengajar, dengan hal ini diharapkan siswa termotivasi untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran dalam
pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan perhatian siswa dan
memotivasi siswa untuk melakukan suatu kegiatan dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani.

Bentuk model pembelajaran pendidikan jasmani terhitung banyak salah
satunya adalah model pembelajaran Team Game Tournament (TGT),
model ini merupakan salah satu tipe dari pembelajaran cooperatif atau
pembelajaran kelompok. Menurut Rusman (2010:203) “ Model

3

pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi ”. Pada pembelajaran
kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama
dan mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Dengan menggunakan model Team Game Tournament
(TGT) pada proses kegiatan belajar mengajar diharapkan siswa lebih
termotivasi dan kegiatan yang dilakukan lebih menarik sehingga hasil belajar
dan motivasi siswa lebih meningkat sesuai yang diharapkan. Pembelajaran
dengan model Team Game Tournament (TGT) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcment.
Selain itu, dengan adanya bentuk kerjasama dalam kegiatan pembelajaran
tercipta karakter-karakter siswa yang bisa bekerjasama dalam kelompok.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan, untuk nanti ketika terjun dalam
kehidupan bermasyarakat.

SMP N 30 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah menegah pertama
yang telah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP sejak
tahun 2010. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan guru
mata pelajaran penjaskes diketahui bahwa nilai rata – rata ujian akhir
semester ganjil siswa VII hanya 83,96 %, padahal kriteria ketuntasan
minimal (kkm) yang diterapkan oleh sekola tersebut untuk mata pelajatan
penjaskes adalah 75. Banyaknya yang tuntas belajar hanya 16,04 %.

4

Dari persoalan-persoalan di lapangan yang telah dijelaskan, penulis
mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) dengan sistem penilaian mengacu pada kinerja
kelompok dan kinerja individu dalam konstribusinya terhadap kinerja
kelompok. Untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar dan
kerjasama dalam bermain futsal. Maka berdasarkan uraian permasalahan
tersebut, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Upaya Meningkatkan Hasil Pembelajaran Drible Dalam Sepakbola Melalui
Model Kooperatif Pada Siswa Kelas VII A SMP N 30 Bandar Lampung ”.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kemampuan drible siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 melakukan gerak drible dengan
penggunaan model pembelajaran cooperative learning TGT
2. Kurangnya kemampuan siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 melakukan gerak drible dengan
penggunaan model pembelajaran cooperative learning TGT dengan
metode lurus biasa dalam sepakbola.
3. Kurangnya kemampuan siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 melakukan gerak drible dengan
penggunaan model pembelajaran cooperative learning TGT dengan
metode zig zag yang dibantu alat kun dalam sepakbola.

5

4. Kurangnya kemampuan siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 melakukan gerak drible dengan
penggunaan model pembelajaran cooperative learning TGT dengan
penggunaan metode zig zag berbentuk L yang di bantu dengan alat kun
dalam sepakbola.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat
dikaji lebih mendalam dan tidak meluasnya pembahasan, maka penelitian ini
dibatasi pada :

1. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
2. Hasil pembelajaran mata pelajaran penjaskes dibatasi pada materi
pembelajaran drible sepakbola siswa kelas VII A SMP Negeri 30 Bandar
Lampung tahun ajaran 2012/2013

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah model cooperative learning tipe TGT (Team Games

Tournament) meningkatkan drible.pada materi pelajaran sepakbola
siswa kelas VII A SMP

6

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memperbaiki pembelajaran drible pada materi pelajaran sepakbola siswa
kelas VII A SMP.
2. Meningkatkan pembelajaran drible pada materi pelajaran sepakbola siswa
kelas VII A SMP.
3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Manfaat teoritis
a. Melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang
sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.
b. Memberikan sajian wawasan khusus tentang kajian – kajian sikap
siswa terhadap mata pelajaran penjaskes dan kondisi sekolah dengan
hasil belajar siswa, sebagai acuan untuk lebih meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peniliti
Sebagai acuan untuk penempatan kedalam cabang olahraga yang lebih
spesifik mengenai kemampuan drible shoot
b. Bagi masyarakat
Menambah wawasan olahraga sepakbola khususnya dan masyarakat
pecinta olahraga sepakbola umumnya, guna meningkatkan

7

pengetahuan dalam rangka mengembangkan potrnsi dan kemampuan
melatih disekolah maupun di tempat latihan di masa mendatang.
c. Bagi guru/ pendidik
Memberikan masukan bagi guru (pendidik) dan pelatih, dalam
penyusunan model latihan guna peningkatkan tendangan khususnya
yang mengarah kepada teknik dan gerak dasar.
d. Manfaat secara umum
Berkaitan dengan permasalahan dari tujuan penelitian tersebut diatas,
diharapkan penelitian ini member manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan drible dan shooting pada
sepakbola siswa yang dijadikan sampel penelitian.
2. Sebagai masukan untuk dijadikan pedoman guru penjaskes di SMP
N 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 pentingnya
pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi dan
perkembangan siswa, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang
optimal.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
bidang penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitiian ini adalah :
1. Tempat peneltian dilaksanakan di SMP N 30 Bandar Lampung
2. Terdiri dari upaya meningkatkan hasil pembelajaran menggunakan
pemilihan model pembelajaran.
3. Subjek penelitian yang diamati adalah seluruh siswa kelas VII A SMP N
30 Bandar Lampung.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan.
Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan
atau keterampilan kepada siswa, tetapi juga merupakan suatu proses agar
siswa belajar sesuai dengan kemapuannya. Pembelajaran lebih berorientasi
bagaimana seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti
penataan lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajran dan hal – hal
yang memungkinkan siswa merasa senang, sehingga dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki.
Berkaitan dengan pembelajaran Anthony Robbins (2009;15), belajar adalah
proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah
dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jerome Brunner dalam (
Rombert dan Kanput; 1999) yang dikutipTrianto (2009;15) bahwa “Belajar
sebagai seuatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru
berdasarkan pada pengalaman / pengetahuan yang sydah dimilikinya.

9

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penggunaan yang baik
terhadap materi pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan
dan mengembangkan model untuk mencapai hasil.

B. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang
mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaram jasmani,
mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas
jasmani (Sukintaka:2004). Pendidikan jasmani ini juga merupakan sarana
untuk mencapai tujuan pendidikan yang objeknya mencakup usaha kearah
tercapainya kesegaran jasmani. Oleh karena itu, pendidikan jasmani erat
kaitanya dengan usaha-usaha pendidikan yang terencana dalam rangka
membantu perkembangan dan kemampuan anak didik.

Arma dan Agus (1945:5) mengemukakan bahwa pengertian pendidikan
jasmani sebagai berikut : “pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
seseorang baik sebagai perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif
dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan
jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”.

10

Sukintaka (1998 : 24), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan jasmani adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematis untuk
membentuk manusia seutuhnya. Manusia Indonesia seutuhnya dapat diartikan
sebagai manusia yang mempunyai kepibadian yang baik, kepribadian ini
terdiri dari empat aspek, yaitu religius, sosial, psikis dan pisik.

Rusli Lutan (2000:1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani di sekolah
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan
mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam
pelaksanaanya aktivitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman
belajar, dan melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh dan berkembang
untuk mencapai pendidikan.

Sebagai mata pelajaran yang menitik beratkan perhatian pada materi jasmani
dan psikomotor, tetapi tidak mengabaikan kognitif dan afektif saja,
pendidikan jasmani mencakup materi : (1) kesadaran akan tubuh dan gerak
keterampilan motorik dasar, (2) kebugaran jasmani, seperti permainan,
gerakan ritmik dan tari, aquatic dan senam, (3) aktivitas pengkondisian tubuh,
modifikasi permainan olahraga, (4) olahraga perorangan, berpasangan dan
tim, (5) keterampilan hidup mandiri di alam terbuka, dan (6) gaya hidup
aktifdan sportif.
Pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang menjadikan anak didik
menjadi manusia seutuhnya. Krool ( 1982) mengemkakan bahwa “physical
education thorugh, and not of the physical”. Melalui pendidikan jasmani

11

yang teratur, terencana, terarah, terbimbing diharapkan dapat dicapai tujuan
yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani. Tujuan itu sendiri terdiri atas
pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional,
sosial, dan moral.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani
merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia
khususnya dalam bidang pendidikan di mana Pendidikan Jasmani
mengemban tugas dalam aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
berpikir kritis, keterampilan sosial, manajemen, inteligensi, stabilitas
emosional, tindakan moral, pola hidup sehat serta pengenalan lingkungan
bersih melalui berbagai kegiatan jasmani yang direncanakan secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

C. Belajar Motorik

Menurut Rusli Lutan (1988: 50) keterampilan gerak adalah gerak yang
mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan control
sebagian atau seluruh tubuh yang bias dilakukan melalui proses belajar.
Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin
kompleks juga koordinasi dan control tubuh yang harus dilakukan, dan ini
berarti makin sulit juga untuk dilakukan.
Selanjutnya Rusli Lutan (1988 : 305 ) mengemukakan bahwa belajar
keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap yakni : (1) tahap
kognitif, (2) tahap asosiatif dan (3) tahap otomatis.

12

1. Tahap Kognitif
Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan motorik
membutuhkan informasi bagaimanacara melaksanakan tugas gerak yang
bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan
penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana
penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini gerakan
seseorang masih Nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan
hasilnya tidak konsisten.
2. Tahap Asosiatif
Permulaan tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara – cara siswa
melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan
keterampilan yang dilakukan. Akan Nampak penampilan yang terkoordinasi
dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap dan lambat laun semakin
konsisten.
3. Tahap Otomatis
Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan secara
otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu
oleh kegiatan lainnya.

Menurut Herman T (2009 : 3) menyatakan belajar gerak adalah belajar yang
diwujudkan melalui respon – respon muscular yang diekspresikan dalam
gerakan tubuh. Kemudian menurut Schmidt dalam Lutan (1988 : 102) belajar
motorik adalah seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau
pengalaman yang menghantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku
gerak.

13

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak
(motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang mengantarkan kearah
perubahan permanen dalam prilaku terampil.

D. Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative Learning)

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep
yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa
bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan
teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciriciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswasiswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang
berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku,

14

budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung
satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk.
siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa
lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja
dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada
suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan
pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang
lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu,
yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang
kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan
akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran
kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya,

15

menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang
positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu
memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper
mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara
lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan siswa
terhadap materi pembelajaran.

Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama, 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu
didalam kelompoknya, 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota
didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) siswa berbagi
kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya, dan 7) siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.

16

E. Teams Game Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan
anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak
mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan
akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam

meja –

meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang
yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap
meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari
kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen
secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja
turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat
ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor
yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar
pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor – skor
yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota

17

kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan
penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan
perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memiliki ciri – ciri sebagai berikut.
a) Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan
5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau
ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok,
diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang
berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam
menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa
kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat
menyenangkan.
b). Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing – masing
ditempatkan dalam meja – meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5
sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap

18

peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan
permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu
soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja
sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen
dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap
meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara
undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian
yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal
akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh
pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil
pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah
itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan
kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali
memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis
dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,
pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali
dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama
sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

19

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan
membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan
jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap
pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan
menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan
melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan
poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan
poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan,
kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

c)

Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah
menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing –
masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang
didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh
masing – masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang
diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

20

Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan
Top Scorer
High Middle
Scorer
Low Middle
Scorer
Low Scorer

Poin Bila Jumlah Kartu
Yang Diperoleh
40
30
20
10

Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain
dengan
Top scorer
Middle scorer
Low scorer

Poin Bila Jumlah Kartu Yang
Diperoleh
60
40
20

(Sumber : Slavin, 1995:90)
Dengan keterangan sebagai berikut:
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer ( skor tinggi ), Low Middle
Scorer ( skor rendah ), Low Scorer ( skor terendah), ( skor sedang )
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa
tahapan yang perlu ditempuh, yaitu :
(1) Mengajar (teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas,
atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
(2) Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah
guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok

21

berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk
memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi
jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
(3) Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing – masing kelompok
yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah
semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan –
pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah
didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
(4) Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam
kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang
memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.
Tabel 2.3 Kriteria Pengahrgaan Kelompok

Kriteria ( Rerata
Kelompok )
30 sampai 39
40 sampai44
45 sampai 49
50 ke atas

Predikat
Tim Kurang
baik
Tim Baik
Tik Baik Sekali
Tim Istimewa

(Sumber Slavin, 1995 )

22

F. Sepakbola
a. Pengertian Sepakbola
Sepak bola adalah salah satu materi permainan dan olahraga yang diberikan
dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP. Sucipto (2000:7)
mendefinisikan bahwa sepakbola merupakan permainan yang beregu yang
terdiri dari sebelas pemain, dan salah satuh nya adalah penjaga gawang.
Selanjutnya Roji (2004:1) menjelaskan bahwa sepakbola dilakukan oleh dua
kesebelasan, masing – masing kesebelasan terdiri dari sebelas pemain
termasuk penjaga gawang. Pemain cadangan disetiap regunya berjumlah
tujuh pemain dan lama permainan adalah 2x45 menit.

Menurut Muhajir (2004:22) yang dikutip oleh Dian Ika (2007:7), menyatakan
bahwa sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan
menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukan bola ke gawang
lawan damn mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukkan bola.
Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan
seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang
yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan.

Pemain sepakbola dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dan
kedua diberi waktu istirahat, dan setelah waktu istirahat dilakukan pertukaran
tempat. Keseblasan yang dinyatakn menang adalah keseblasan yang sampai
akhir pertandingan lebih banyak memasukkan bola kegawang lawannya.
Kerjasama dalam suatu tim merupakan suatu tuntutan dalam permainan

23

sepakbola untuk mencapai kemenangan. Tanpa kerjasama tim yang baik
maka yujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan pun akan sulit.

b. Pola Gerak Dasar Sepakbola

Seluruh kegiatan dalam permainan sepakbola dilakukan dengan gerakan gerakan, baik gerakan dengan bola maupun gerakan tanpa bola dari gerakan
yang beraneka ragam tersebut dapat diambil pengertian bahwa masalah teknik
dasar semata – mata melibatkan orang (pemain) dan bola. Pada saat permaina
berlangsung pemain yang mengolah bola hanya seorang sedang yang lainnya
hanya melakukan gerakan – gerakan, baik selaku penyerang maupun bertahan
(Sucipto, dkk 1999/2000:9). Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992:187)
menyatakan, “ Teknik dasar permainan sepakbola merupakan permainan
untuk melakukan bentuk – bentuk gerakan yang berhubungan dengan
permaina sepakbola.”
Menurut M. Yunus (1992:68) bahwa, “Teknik dalam permainan sepakbola
dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien
sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang
optimal.” Sedangkan Dieter Beutelstshl (2003:9) berpendapat, “Gerak
merupakan prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan
bertujuan mencari penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan
cara yang paling ekonomis dan berguna.” Berdasarkan pengertian gerak dasar
sepakbola yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
teknik dasar sepakbola merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara
efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan

24

sepakbola. Menurut Mielke (2007:1), kemampuan dasar bermain sepakbola
harus dikuasai. Dasar – dasar bermain sepakbola antara lain :
Menendang bola (passing), menghentikan bola (trapping), menggiring
(dribbling), melempar bola (thraw-in), menimang Bola (juggling).

c. Drible Sepak Bola

Sebutkan kata drible (giring) didalam kerumunan peminat sepak bola dan
anda akan pasti mendengar seorang berkata, jangan digiring, jangan
memonopoli bola. Penggiringan bola yang berlebihan pada waktu yang tidak
tepat menghancurkan kerja sama tim untuk menciptakan kesempatan untuk
mencetak gol. Sebaliknya keterampilan menggiring bola yang digunakan
dalam situasi yang tepat dapat merusak pertahanan lawan. Penggiringan bola
dalam sepakbola memiliki fungsi yang sama dengan bola basket yaitu
memungkinkan anda untuk memperthankan bola saat berlari melintasi lawan
atau maju keruang yang terbuka. Anda dapat menggunakan berbagai bagian
kaki (inside, outside, instep, telapak kaki) untuk mengontrol bola sambil terus
menggiring bola. Beberapa orang menganggap penggiringan bola lebih
sebagai seni dari pada keterampilan anda dapat mengembangkan gaya anda
sendiri, menggunakan warna yang anda inginkan selama mencapai sasaran
utama yaitu mengalahkan lawan sambil tetap menguasai bola. Namun
ingatlah penggiringan bola yang berlebihan tidak menghasilkan apapun.
Jangan melakukan drible untuk mengalahkan lawan pada sepertiga daerah
pertahanan didekat gawang anda sendiri. Jika bola lepas dari daerah tersebut
lawan mudah mencetak gol. Namun anda dapat menggunakan keuntungan

25

dari keterampilan drible dipertiga daerah penyerangan didekat gawang lawan,
jika berhasil mengalahkan lawan anda mungkin mendapat kesempatan
mencetak gol. Dua teknik drible menggiring bola dengan rapat dalam ruangan
yang dan menggiring bola dengan cepat untuk memasuki ruang yangterbuka
merupakan hal penting dalam permainan. Keterampilan melindungi bola
sering digunakan dalam kaitannya dengan keterampilan drible untuk
melindungi bola dari lawan yang mencoba merebutnya. Lindungi bola dengan
menempatkan tubuh anda antara bola dan lawan yang mencoba merebutnya.
Istilah tackle dalam sepakbola memiliki arti yang berbeda dengan football
amerika. Dalam sepakbola anda mentackle bola, bukan lawan. Tiga teknik
block tackle, pok tackle dan slide tackle digunakan tergantung pada situasi.
Block tackle memiliki beberapa keuntungan di atas poke dan slide tackle.
Tipe ini juga banyak memungkinkan tubuh untuk mengontrol dan juga
menempatkan anda pada posisi untuk menyerang balik dengan cepat setelah
anda menguasai bola. Selain itu anda masih tetap berada dalam posisi untuk
kembali dengan cepat dan mengejar lawan.

Keberahasilan serangan tergantung pada setiap kemapuan pemain untuk
menguasai bola. Kemampuan untuk mengalahkan lawan dalam drible pada
situasi satu lawan satu. Khususnya dalan sepertiga daerah serangan, dan
kemampuan untuk menghadapi lawan yang mencoba merebut bola
merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan individu dan team. Sebaliknya,
jika tim anda adalah tim yang bertahan, anda harus berusaha untuk merebut
bola. Tackle adalah keterampilan bertahan yang digunakan untuk mencuri
bola dari lawan. Semua tackle dengan baik karena semuanya memiliki

26

tanggung jwab untuk bertahan jika lawan menguasai bola. Semua tipe drible
yang baik terdiri dari beberapa komponen. Komponen tersebut mencakup
perubahan kecepatan dan arah yang mendadadk, gerakan tipuan kaki dan
tubuh, dan control bola yang rapat. Apapun tipe yang anda gunakan pastikan
anda menggunakan komponen ini dalam teknik anda.
G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, besar kemungkinan apabila
siswa menguasai gerak drible dalam sepakbola, maka pembelajaran
pendidikan jasmani pada materi permainan bola besar akan menjadi lebih
baik. Di dalam kurikulum khususnya pada pelajaran pendidikan jasmani,
permainan bola besar adalah suatu materi yang harus disampaikan atau
diajarkan kepada siswa, namun kenyataannya meskipun materi bola besar
telah disampaikan oleh guru pendidikan jasmani, masih banyak yang kurang
menguasai drible dalam sepakbola.

Sejalan dengan beberapa hal tersebut, maka penelitian ini menganalisa tentang
pembelajaran gerak drible sepakbola dengan menggunakan model kooperatif
tipe TGT. Gerak drible yang diajarkan secara efektif, diharapkan akan lebih
dapat dikuasai oleh siswa sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pada
pelajaran pendidikan jasmani khususnya pada materi sepakbola akan lebih
baik. Menggunakan model pembelajaran dengan alat bantu dapat mengurangi
rasa jenuh dan bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga
pada akhirnya akan membantu tercapainya suatu penguasaan kemampuan
gerak drible sepakbola.

27

Pada tahap pertama atau siklus pertama siswa melakukan gerak dasar drible
dalam sepakbola benar dengan menggunakan metode drible lurus biasa belum
menunjukkan hasil yang diinginkan, siswa memerlukan banyak pengulangan
ketika mencoba melakukan gerakan gerak dasar drible dalam sepakbola.
Setelah diberikan tindakan siklus atau putaran kedua dengan menggunakan
metode drible zig zag maka terjadi peningkatan dari siklus pertama ke siklus
kedua. Peningkatan ini terlihat jelas dengan adanya siswa melakukan gerakan
dengan melihat kembali dan terpacu ingin bisa karena tingkat kesulitannya
meningkat, siswa mengingat contoh yang diberikan guru. Setelah diberikan
tindakan siklus atau putaran ketiga dengan menggunakan metode drible zig
zag berbentuk L, maka hasil tes siklus ketiga lebih meningkat dibandingkan
hasil tes siklus kedua.

H. Hipotesis

Pengertian hipotesis tindakan hendaklah dipahami sebagai suatu dugaan yang
akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
H1. “Ada pengaruh dengan menggunakan model kooperatif TGT dapat
meningkatkan hasil pembelajaran drible sepakbola pada siswa kelas VII
A SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

28

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sukardi (2003 : 93), metode penelitian adalah cara yang dilakukan
secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti
untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat,
maupun bagi peneliti sendiri.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian ini dilakukan
dengan metode kaji tindak dengan menggunak

Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 12 68

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DEVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TP. 2012/2013

0 15 76

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KEBON JERUK KECAMATAN TANJUNGKARANG TIMUR BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VA SDN 04 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 27 65

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DRIBLE DALAM SEPAKBOLA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 30 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 63

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DALAM BELAJAR IPS (SEJARAH) SISWA KELAS VII.1 DI SMP NEGERI I GISTING TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 13 85

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMULYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 67

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 84

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 10 85

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5