T1 802008012 Full text

(1)

PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA AWAL YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN MUHAMADIYAH ABU HURARIAH SALATIGA

OLEH

DAVID SETYAWAN 802008012

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA


(2)

(3)

(4)

(5)

i Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian sosial dari remaja awal yang tinggal pada suatu lembaga perlindungan anak yaitu Panti Asuhan di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati kebiasaan dan perilaku dari partisipan, sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data yang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk naskah wawancara atau verbatim. Partisipan dalam penelitian ini merupakan dua remaja awal dengan karakteristik usia 12-15 tahun yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga, yang sebelumnya tinggal dirumah dengan orangtuanya kemudian pindah ke Panti Asuhan. Hasil penelitian ini ialah kedua partisipan masih menyesuaikan dirinya ketika pindah ke Panti Asuhan, melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya, dan mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Selain itu, dengan adanya peraturan yang terdapat di Panti Asuhan membuat mereka disiplin dalam mengatur waktu serta membentuk sikap dan berinteraksi dengan dinamika sosial yang mereka rasakan pada lingkungan sosial yang baru.


(6)

ii

Abstract

The aim of this research is to know about social adjustment of early teens who live in a child protection agency such as Orphanage in Salatiga, Central of Java. Qualitative method is used in this research by using observation and interview method. Observation method is used to observe habit and behaviour of the participant, meanwhile interview method is used to get the data which can be applied to the script interview or verbatim. Participants in this research are two early teens aged 12-15 years old who live in Muhamadiyah Abu Hurairah Orphanage in Salatiga that had lived with their parents before. The result is two participants are still adapting after move to the Orphanage, doing socializing with surroundings, responsible with their tasks and feeling easy to adapt themselves whereever they are. Moreover, the rule of the Orphanage makes them discipline in arranging their time, forms their behaviour and the way they interect with social dynamics that they feel in their new environment.


(7)

PENDAHULUAN

Kehidupan remaja tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan yang ada dalam setiap tahap perkembangannya. Permasalahan yang ada tersebut dapat bersumber dari berbagai macam faktor seperti dari dalam diri sendiri, keluarga, teman sepergaulan atau lingkungan sosial. Masalah-masalah yang dihadapi memberikan suatu bentuk ujian bagi para remaja agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Hal ini karena berbagai macam pertimbangan pada masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007).

Santrock (2007) melanjutkan bahwa masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Selain itu menurut Papalia dan koleganya (2008) menyatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 tahun sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dengan semua ranah perkembangan. Selanjutnya menurut Monks (2002) bahwa masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun dan terbagi menjadi masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock,1980). Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial (Nurdin, 2009). Penyesuaian sosial merupakan keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan


(8)

terhadap kelompok pada khususnya (Hurlock, 2000). Selanjutnya Schneiders (1964) menyebutkan bahwa istilah penyesuaian sosial berarti sejauh mana individu mampu bereaksi secara efektif terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan sosial yang ada.

Penyesuaian sosial akan menjadi salah satu bekal penting dalam membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Penyesuaian sosial juga merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak remaja yang tidak dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya cenderung menjadi remaja yang rendah diri, tertutup, suka menyendiri, kurang adanya percaya diri serta merasa malu jika berada diantara orang lain atau situasi yang terasa asing baginya. Begitu juga pada remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan menjadi lingkungan utama dalam mengadakan penyesuaian sosial. Keberadaannya di panti asuhan membuat mereka mampu belajar mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik dengan teman-teman panti atau pengasuh. Remaja dituntut dapat berkembang dan menyesuaikan diri agar menjadi modal utama mereka ketika berada dalam masyarakat luas (Kumalasari & Ahyani, 2012).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 ayat 1, menjelaskan bahwa setiap anak berhak untuk mendapat kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang wajar (Dewi, 2011). Sejalan dengan Peraturan Perundang-undangan tersebut, Pemerintah menyediakan suatu wadah yang sekiranya dapat membantu memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial dari anak-anak yang hidup tanpa didampingi


(9)

oleh orang tua dan keluarganya, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang layaknya anak yang diasuh dalam keluarga yang sebenarnya, yaitu panti asuhan.

Panti asuhan adalah salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anak atau remaja yang tidak mendapatkan haknya (Prabadewi & Widiasavitri, 2014). Panti asuhan juga terbuka untuk anak-anak dan remaja yang masih memiliki orang tua lengkap yang dalam status ekonomi keluarga yang rendah, namun tetap menginginkan pendidikan yang terjamin untuk anaknya. Menurut Prabadewi & Widiasavitri (2014) bahwa keberadaan remaja di panti asuhan membuat mereka mampu belajar mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama kalinya baik dengan teman-teman panti atau pengasuh. Remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian sosial dan dapat mengambil nilai-nilai yang positif misalnya tidak menggantungkan diri pada orang lain, bertanggung jawab dan dapat menempatkan diri sebagai mana mestinya, sehingga mudah menyesuaikan diri dimanapun mereka berada dan mampu mengembangkan kepribadiannya pada diri secara optimal (Septanti, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan dengan peraturan baru yang berbeda dengan di rumah, mampu menyesuaikan dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan perasaannya ketika dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisai dilingkungan panti asuhan dengan baik. Hal ini diperkuat oleh penelitian Kumalasari & Ahyani (2012) dengan hasil bahwa remaja mudah menyesuaikan diri dimana pun mereka berada dan mampu mengembangkan kepribadiannya pada dirinya secara optimal.

Hasil penelitian-penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Ningrum (2013) diketahui bahwa tidak semua remaja mampu menyesuaikan dirinya pada lingkungan baru, karena


(10)

mereka belum mampu menerima keadaan yang ada serta mengalami kesulitan bergaul di lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan penelitian Dhyani & Singh (2013) yang membandingkan tingkat penyesuaian remaja di panti asuhan dengan remaja yang tinggal bersama keluarganya. Diperoleh hasil, bahwa remaja perempuan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik dari pada remaja laki-laki, namun tidak semua remaja laki-laki tidak dapat menyesuaikan dirinya, hal tersebut disebabkan perbedaan tempat tinggal dengan sebelumnya yang mempengaruhi penyesuaian dirinya. Di perkuat dari hasil penelitian Naqshbandi, dkk (2012) menyatakan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami trauma dalam hidup mereka, dipaksa untuk mengikuti semua peraturan-peraturan di panti asuhan. Ditunjukkan fakta bahwa sebagaian besar yang tinggal di panti asuhan menghadapi masalah psikologis dan hampir semua dari mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka seperti susah bergaul, kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan.

Berdasarkan fenomena di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga, terdapat dua remaja disana yang berusia 12-15 tahun memiliki kendala dalam penyesuaian sosialnya. Masalah yang dihadapi oleh kedua remaja tersebut ialah pada masalah peralihan penyesuaian diri dari tempat tinggal mereka sebelumnya ke panti asuhan. Dari teori penyesuaian sosial Hurlock (2000) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman maupun orang yang tidak dikenal.

Hurlock (2000) mengatakan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Hurlock (2000) mengemukakan empat kriteria penyesuaian sosial, sebagai


(11)

berikut: penampilan nyata, penampilan yang dipilih remaja sesuai dengan norma yang berlaku untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, berarti remaja harus dapat memenuhi harapan sebuah kelompok dan dapat diterima. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa, dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Sikap sosial, individu menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Kepuasan pribadi, penyesuaian sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial.

Mengacu pada uraian tersebut diatas, penulis ingin mengadakan penelitian dan ingin mengetahui tentang penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga.

METODE Jenis penelitian

Metode penelitian yang dilakukan ini adalah metode penelitian kualitatif sehingga hal ini disesuaikan dengan sifat masalah yang akan diteliti karena tidak bisa diungkap dengan menggunakan kuantitatif atau angka. Selain itu tujuan penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan mengenai penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga.

Partisipan

Subjek penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga dengan karakteristik umur 12-15 tahun dan yang sebelumnya tinggal dirumah


(12)

bersama keluarganya kemudian pindah di panti asuhan. Ada pun gambaran umum partisipan yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Nama P1 P2

TTL Boyolali, 03 Oktober 2001 Salatiga, 03 Desember 1999

Umur 13 tahun 15 tahun

Jenis kelamin Laki-Laki Laki-Laki

Pendidikan SMP SMP

Pekerjaan - -

Agama Islam Islam

Alamat Wonosegoro, Boyolali Noborejo, Salatiga Anak ke 4 dari 4 saudara 1 dari 2 bersaudara

Lama tinggal di PA 6 bulan 6 bulan

Ditinjau secara umum, P1 merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ia memiliki dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya masih menuntut ilmu di SMA. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibunya bekerja sebagai petani di desa mereka tinggal. Pelajar berumur tiga belas tahun ini duduk dibangku kelas satu SMP atau kelas tujuh di salah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Dalam harapannya, ia menginginkan untuk menyelesaikan pendidikannya hingga keperguruan tinggi dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari. Dalam hubungan dengan keluarga, remaja berambut cepak bergelombang ini sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Setiap ia memiliki masalah dengan teman di Panti Asuhan, ia mencoba terbuka kepada orang tuanya dan keputusan mereka cukup berpengaruh dalam keputusan baginya. Relasi P1 dengan lingkungan sosialnya menjadi semakin berkurang, setelah ia tinggal di Panti Asuhan. Hal tersebut dikarenakan peraturan-peraturan di Panti Asuhan yang membatasinya untuk bersosialiasi dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya, sebelum tinggal di Panti Asuhan ia tinggal bersama orang tuanya di Boyolali. Karena perekonomian keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkannya, membuat orang tuanya memberikan pilihan untuk ia tetap dapat sekolah namun tinggal di Panti Asuhan demi masa depannya.


(13)

Sedangkan P2 merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya berusia 13 tahun. Usia P2 lebih tua dua tahun dari adik perempuannya. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Remaja berusia 15 tahun ini duduk dikelas 1 disalah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Hubungannya dengan keluarga kurang baik, kurang mendapatkan kasih sayang yang utuh, karena orang tuanya sudah sekitar satu tahun lebih telah berpisah (divorce). Ia dan adik perempuannya tinggal bersama Ibunya saja. Ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga menjadi penopang kehidupan mereka yang serba kekurangan dalam perekonomian, sehingga ia terpaksa harus tinggal di Panti Asuhan untuk dapat melanjutkan sekolahnya. Selanjutnya, sejak ia tinggal di Panti Asuhan hubungan dengan lingkungan sekitar menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang mengikat di Panti Asuhan sehingga membuatnya kurang cukup bisa bersosialisasi. Waktu luangnya dihabiskan berkumpul dengan remaja-remaja lain yang tinggal di Panti Asuhan saja.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang menunjang dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan menggunakan observasi dan wawancara. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kebiasaan dan perilaku dari kedua partisipan. Sedangkan metode wawancara digunakan untuk memperoleh data yang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk naskah wawancara atau verbatim. Kedua metode pengumpulan data ini digunakan dengan tujuan dapat mendeskripsikan realitas empiris di balik fenomena yang ada secara mendalam, rinci, dan tuntas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview guide. Interview guide ini digunakan sebagai pengumpul data berupa panduan wawancara. Selain itu media elektronik seperti handphone dapat digunakan sebagai alat untuk merekam semua hasil wawancara peneliti dengan kedua partisipan. Peneliti juga menggunakan media tulis seperti kertas dan bolpoint untuk menulis semua aktifitas kedua partisipan dalam berperilaku.


(14)

Proses Pengambilan Data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat perizinan secara formal agar dapat melakukan penelitian dan pengambilan data dari pihak Fakultas Psikologi dengan persetujuan dari kedua dosen pembimbing dan kaprogdi. Surat izin yang diberikan oleh pihak fakultas, dipergunakan peneliti untuk meminta izin kepada Kepala Yayasan Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin dari pihak kepala yayasan, maka peneliti segera menuju ke Panti Asuhan dan mencari pihak pengurus atau pengasuh Panti Asuhan untuk mendapatkan izin agar dapat mewawancarai dan mengambil data partisipan yaitu remaja awal dengan karakteristik umur 12-15 tahun.

Awal mula peneliti membangun rapport kepada kedua partisipan dan kemudian dilanjutkan proses wawancara mendalam mengenai topik yang peneliti akan teliti. Proses pengambilan data melalui wawancara dan observasi dilakukan sebanyak tiga kali terhadap partisipan pertama dan tiga kali juga terhadap partisipan kedua. Pelaksanaan wawancara kepada para partisipan dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari 2015.

Analisis Data

Proses analisis data di mulai dari pengetikan transkrip wawancara dalam bentuk verbatim dengan mendengarkan hasil rekaman wawancara. Selanjutnya peneliti melakukan proses pengkodean pada transkip wawancara agar memudahkan dalam proses analisis data. Hasil wawancara ini di analisis menggunakan teknik analisis tematik yaitu dengan mencari tema-tema penting untuk mendeskripsikan fenomena yang muncul serta memberikan makna hasil pernyataan yang diungkapkan oleh partisipan (Fereday & Muir-Cochrane, 2006). Langkah


(15)

terakhir yang akan dilakukan adalah mengelompokkan data ke dalam aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini.

HASIL

Hasil analisis data memunculkan beberapa tema seperti penampilan nyata mempengaruhi penyesuaian sosial partisipan dengan kelompoknya, usaha partisipan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, sikap sosial partisipan dalam menjalankan peran di lingkungan sosial, dan usaha menuju kepuasan pribadi partisipan terhadap kontak sosialnya.

Penampilan Nyata

Dengan penampilan nyata dapat membantu dalam penyesuaian sosial dari kedua partisipan yaitu dengan berpenampilan simple, sederhana, dan tidak aneh-aneh sehingga dapat memenuhi harapan kelompok dalam penerimaan partisipan di lingkungan atau kelompok. Hal ini dapat digambarkan oleh kedua partisipan dalam kutipan berikut:

Tabel 1 : Penampilan Nyata Dari Kedua Partisipan

Partisipan pertama Partisipan kedua

Penilaian dari teman panti:

 “Menurut teman-teman panti asuhan, saya berpenampilan yang agak sederhana, misalnya ada yang memakai celana jeans dan ada yang memakai baju panjang dan lain-lain”.

 “Paling saya tanya ke mereka kenapa kok ketawa gitu, jika ada yang tidak sesuai, ya perbaiki, ya biasa saja, dari pada di tertawakan oleh orang yang tidak dikenal mending di tertawakan sama teman sendiri”.

Penilaian dari teman sekolah:

Penilaian dari teman panti:

 “Menurut teman-teman saya di panti, penampilan saya itu simple, biasa, gak aneh-aneh seperti orang lain. Kalau orang lain biasanya terlalu ribet memakai pakaiannya”.

Penilaian dari teman sekolah:

 “Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja. Suka becandaan, kalau potongan rambut saya bagus, mereka suka gitu. Kata teman, setelah potong rambut saya lebih ganteng, kayak gitu”.


(16)

 “Menurut teman-teman sekolah, penampilan saya itu penampilan yang agak sederhana”.

Penilaian dari pengasuh:

 “Biasanya pengasuh menegur kalau saya pakai pakaian tidak rapi atau kusut. Kalau teman-teman di panti itu tidak begitu suka komentar, paling diketawakan jika penampilan saya tidak rapi atau sopan”.

Penilaian terhadap diri sendiri:

 “Gaya penampilan saya yang simple, tidak suka celana pendek, tidak berbaju pendek atau berbaju yang simple”.

 “Ya kalau ada acara pengajian gitu, pengasuh menyuruh memakai pakaian yang lebih baik. Memakai baju atau kemeja yang baik, bersih, dan celana panjang yang baik bersih”.

Penilaian terhadap diri sendiri:

 “Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu tidak suka memakai gelang atau kalung, atau topi, kacamata. Suka yang simple saja, pakai celana pendek, kaos sudah itu”.

Penyesuaian Sosial Terhadap Berbagai Kelompok

Usaha kedua partisipan dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sosialnya seperti mengajak berkomunikasi atau memulai menyapa dengan teman sebaya, hal tersebut pun dilakukan oleh kedua partisipan ketika sebelum tinggal di panti asuhan. Dengan orang yang lebih dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan, kedua partisipan pun melakukan hal tersebut sebelum dan sesudah tinggal di panti asuhan. Hal itu dapat telihat dari beberapa pernyataan kedua partisipan yaitu:

Tabel 2 : Penyesuaian Sosial Terhadap Berbagai Kelompok

Partisipan pertama Partisipan kedua

Penyesuaian sosial terhadap teman seumuran:

 “Penyesuaian saya terhadap teman

seumuran, saya dengan teman seumuran saya, saya mengajak teman saya makan siang, makan pagi, dan makan malam. Caranya mengajak dengan baik dan mengajak piket serta bersih-bersih rumput”.

Penyesuaian sosial terhadap orang yang lebih dewasa:

 “Penyesuaian saya dengan yang lebih

Penyesuaian sosial terhadap teman seumuran:  “Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya lagi ketemu atau kenal gitu, saya menyapa mereka, lalu dibalas. Saya ajak omong-omong, kenalan, diajak cerita gitu”.

Penyesuaian sosial terhadap pengasuh:

 “Terus kalau didalam panti menyapa pengasuhnya, selamat pagi pak. Lalu tanya kabar bagaimana, kabarnya baik, gitu”.


(17)

dewasa, saya kagum terhadap mereka. Misalnya ada yang kelas tiga dan ada yang kuliah, dia yang menyapa saya karena dia tinggal di panti asuhan juga. Saya dengan teman saya diajak untuk belajar bersama”.

Penyesuaian sosial terhadap orang diluar lingkungan panti asuhan:

 “Penyesuaian saya diluar lingkungan itu tidak sama dengan lingkungan di panti. Saya berkata yang sopan dan menyapa dengan kata-kata yang baik”.

Penyesuaian sosial terhadap orang yang lebih dewasa:

 “Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa. Kemudian mendekatkan diri untuk menyesuaikan diri dengan orang yang lebih dewasa dari pada kita”.

Penyesuaian sosial terhadap orang diluar lingkungan panti asuhan:

 “Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka menyapalah, selamat pagi, selamat siang”.

Sikap Sosial

Sikap kedua partisipan dalam menjalankan perannya di lingkungan sosialnya, bertanggung jawab, tidak mudah menyerah, dan berusaha mematuhi peraturan-peraturan yang ada di Panti Asuhan. Kedua partisipan pernah mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan yang ada di Panti Asuhan membuat mereka berusaha mematuhi peraturan, beberapa contoh hukuman yang pernah mereka dapat yaitu hukuman membersihkan halaman, membersihkan WC, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat ditemukan dari paparan kedua partisipan sebagai berikut:

Tabel 3 : Sikap Sosial Kedua Partisipan

Partisipan pertama Partisipan kedua

Sikap tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas individu di panti:

 “Tugas-tugas di panti ini ada banyak yaitu bangun pagi lalu mandi, piket, disiplin, menata rapi kasur, pakaiannya dan menyabuti rumput”.

Sikap tanggung jawab para penghuni panti:

 “Seperti memasak kita bergantian,

membersihkan ruangan, bersihkan WC juga. Tapi kalau bersih-bersih diluar di halaman panti kita bareng-bareng. Bersihkan kamar itu tugas

masing-Sikap tanggung jawab para penghuni panti:  “Biasanya itu subuh sekitar jam empat,

bangun, sikat gigi, kemudian sholat subuh. Setelah sholat kita belajar atau mengaji sebentar, bersih-bersih kamar atau persiapan untuk sekolah, lalu mandi. Setelah mandi, lalu makan bersama. Setelah makan, kita berangkat ke sekolah sekitar jam setengah tujuh berangkat sekolah. Kalau pelajaran biasa, biasanya pulang jam dua. Setelah jam dua pulang, makan siang bareng-bareng, kemudian sholat adzar. Setelah sholat itu kalau ada


(18)

masing. Kalau mengepel lantai dan menyapu itu kita bergantian juga”.

 “Pengasuh juga ikut membantu kalau bersih-bersih halamanan, kalau tugas lainnya kita yang mengerjakan”.

Bersikap tanggung jawab dalam mematuhi peraturan di panti:

 “Ada peraturan-peraturan untuk tidak diperbolehkan keluar pada malam atau siang hari. Jadi ada kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan”.

 “Ya kalau melakukan kesalahan atau melanggar peraturan pasti merasa bersalah, sedih. Karna dapat hukuman juga dari pengasuh, namun itu bikin saya jera agar tidak melakukannya lagi”.  “Kena hukuman dari pengasuh, seperti

mengepel lantai, membersihkan WC, kamar, membersihkan halaman panti”.

 “Bukan marah, hanya menegur jika

melanggar peraturan yang ada di panti”. Sikap bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah:

 “Waktu tinggal dirumah, tugas-tugas saya misalnya mencuci pakaian, menggosok pakaian, membersihkan rumah, membersihkan rumput-rumput, dan membersihkan halaman”.

 “Tidak jauh beda sama di panti ini, ya bersih-bersih, lalu mengepel dan menyapu lantai, seperti itu”.

uang perlu dibersihkan, bersih-bersih bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-santai. Kemudian sore, kita sholat maghrib Setelah sholat maghrib, mengaji sebentar sampai ishak. Setelah itu sholat ishak, setelah sholat, kita belajar sampai jam sembilan. Sebelum tidur, sikat gigi, lalu tidur”.

 “Bersih-bersih kasur itu sendiri-sendiri, tapi kalau kamar ya bareng-bareng, kalau ngga ya giliran”.

Bersikap tanggung jawab dalam mematuhi peraturan di panti:

 “Ya baik-baik sajalah, di panti ini peraturannya sangat baik untuk saya. Kadang saya itu tidak suka, kok pengasuhnya begini, kadang ngga suka. Terus sukanya itu kita bisa belajar kebersamaan melalui makan bersama, bersih-bersih bersama gitu”.

 “Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan, seumpamanya kita boleh keluar kalau malam, batasannya itu sampai jam sembilan malam, kalau melebihi jam sembilan malam itu dikasih hukuman ya kalau ada yang perlu dibersihkan, dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi terus dibersihkan sendiri biar kapok orangnya, biar ngga mengulangi kejadian tersebut”.

 “Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas sekolah perlu ke warnet tapi jam sembilan harus sudah sampai di panti”. Sikap bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah:

 “Bantu-bantu Ibu, di rumah ya bantuin bersih-bersih, nyuci pakaian, ya begitulah”.

Kepuasan Pribadi

Kedua partisipan dalam penelitian ini berusaha merasa puas terhadap kontak sosialnya, dengan membangun rasa nyaman ketika pindah ke panti asuhan, dan menghilangkan rasa ragu saat tinggal di panti asuhan. Awalnya kedua partisipan pun merasakan kurang nyaman dari dalam diri mereka sendiri dan dari lingkungan kedua partisipan. Seiring berjalannya waktu,


(19)

kedua partisipan mulai merasa nyaman dan dapat menyesuaikan diri tinggal di Panti Asuhan. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh kedua partisipan sebagai berikut:

Tabel 4 : Kepuasan Pribadi Kedua Partisipan

Partisipan pertama Partisipan kedua

Membangun rasa nyaman:

 “Saat saya tinggal dirumah, saya senang namun setelah tinggal di panti, saya ragu-ragu tetapi setelah tinggal di panti saya merasa senang. Sejak pertama kali saya masuk disini, saya menangis ke orang tua. Tapi saya senang tinggal disini, dirumah pun juga”.

 “Lama kelamaan ya nyaman, tidak

seperti dulu yang masing merasa asing, tidak kenal. Tapi sekarang hmm hilang, sudah suka dan menikmati”.

 “Waktu itu ya jadi sering sendirian, tapi ya teman-teman disini ngajak ngobrol duluan, jadinya ya tidak merasa asing lagi atau tidak nyaman lagi. Karna pas itu juga merasa agak kurang nyaman, tapi sudah tidak”.

 “Di panti itu enaknya bisa sekolah tanpa dipunggut biaya, lalu dapat tempat tinggal, bisa makan bersama-sama, memasak bareng”.

Merasakan kurang nyaman:

 “Perasaan saya tinggal di panti asuhan, saya agak tidak senang , kadang ada anak panti yang mengajak berantem membuat saya tidak suka. Misalnya anak kelas tiga mengajak berantem anak kelas satu, membuat saya tidak suka”.

 “Saya diejek dan diajak berantem, tapi saya tidak suka. Ada teman yang saya suka, yang bergaul baik dengan saya”.  “Ya aneh saja, kan belum kenal sama

yang lainnya, jadi merasa asing dan kurang nyaman”.

 “Kalau tidak enaknya ya kurang bebas, ada peraturan, harus meminta ijin bila pergi keluar, lalu tidak bisa sering nonton TV, waktu hari libur saja. Terus pakai HP juga waktu hari libur, sabtu-minggu. Bersih-bersih halaman panti, kamar, dan ruangan di panti”.

Membangun rasa nyaman:

 “Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya sama kayak gitu”.

 “Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau di panti ada temannya, rame, jadi ngga sepi”.

 “Saya senanglah, disini itu diberikan fasilitas. Seperti mesin cuci, bisa sekolah gratis, Kita cuma bisa manut, mematuhi peraturan disini”.

 “Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar, setelah mandi, terus makan bareng-bareng Setelah pulang sekolah itu disuruh belajar lima belas menit atau dua puluh menit. Nonton TV nya itu kalau hari-hari libur saja”.

Merasakan kurang nyaman:

 “Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar, ya di gangguin, usil”.

 “Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah tempat belajarnya di ruangan rapat atau di kamar gitu”.

 “Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak biarin saja, paling juga kesel sendiri tho”.

 “Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV sampai malam, setiap waktu, kapan saja. Kalau di panti cuma hari tertentu saja”.

 “Kalau dirumah itu biasanya bangun, sholat, kadang ngga belajar, terus nonton TV, langsung berangkat sekolah. Habis pulang sekolah itu biasanya nonton TV sambil makan, santai-santai”.


(20)

PEMBAHASAN

Kedua partisipan dalam penelitian ini merupakan remaja awal usia 12-15 tahun dan sebelumnya tinggal di rumah bersama keluarganya kemudian pindah di Panti Asuhan. Fokus penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga. Untuk memahami proses tersebut, menurut Hurlock (2000) mengatakan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Terdapat empat kriteria penyesuaian sosial (Hurlock, 2000) sebagai berikut: penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

Penampilan nyata, penampilan yang dipilih kedua partisipan sesuai dengan norma yang berlaku untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, yang berarti kedua partisipan harus dapat memenuhi harapan sebuah kelompok dan dapat diterima. Dalam berpenampilan dan berpakaian partisipan pertama mendapatkan penilaian yang baik dari teman, kelompok, serta lingkungan sosialnya. Walaupun ia pernah mendapatkan reaksi kurang baik dari teman-temannya, ditertawakan karena penampilannya kurang sesuai dengan penampilan teman-teman lain. Hal tersebut membuat partisipan pertama berusaha menyesuaikan diri sebelum tinggal di Panti Asuhan dengan memperbaiki penampilannya dan mendapatkan saran dari teman atau kelompok mengenai cara berpakaiannya. Adanya dukungan yang tinggi dari kelompok, hal itu membuatnya menjadi mudah untuk menyesuaikan diri ke dalam berbagai kelompok. Hal tersebut pun dilakukan oleh partisipan kedua ketika sebelum tinggal di Panti Asuhan, untuk dapat menyesuaikan diri dalam memenuhi harapan kelompok dan penerimaan di kelompok mau pun di lingkungan saat ia tinggal di Panti Asuhan. Dengan uraian dari pernyataan diatas oleh kedua partisipan, diperkuat dengan hasil penelitian Kumalasari & Ahyani (2012) bahwa remaja akan


(21)

mudah menyesuaikan diri dan dapat diterima oleh kelompoknya dimana pun mereka berada apabila mampu mengembangkan diri dalam gaya berpenampilan, interaksi sosial, dan penerimaan pada kelompok tertentu. Hurlock (2000) menyatakan bahwa ketika seorang remaja merasa kurang menarik dalam penampilannya, maka mereka akan mencari jalan keluar untuk memperbaiki penampilan nyata mereka, agar mendapat penilaian yang baik dari kelompok atau lingkungan sekitarnya.

Kriteria kedua adalah penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa, dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Partisipan kedua melakukan usaha yang maksimal agar dapat menyesuaikan dirinya ke berbagai kelompok. Misalnya, melakukan komunikasi kepada orang yang lebih dewasa, bertegur sapa, dan sebagainya. Dalam kesehariannya ketika sebelum tinggal di panti asuhan, partisipan kedua dikenal mudah bergaul dengan lingkungan sekitarnya serta tidak sedikit memiliki teman di sekolah atau pun luar sekolah. Partisipan pertama juga melakukan usaha tersebut, menjadi salah satu cara dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dengan kelompok dan kepada orang yang lebih dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan. Sebelum tinggal di panti asuhan, partisipan pertama tidak menemukan kesulitan dalam menjalin relasi dengan siapapun di sekolah dan di lingkungan tempat tinggalnya. Dari uraian oleh kedua partisipan, diperkuat dengan hasil penelitian Prabadewi & Widiasavitri (2014) bahwa keberadaan remaja di dalam suatu lingkungan sosial yang menuntut mereka untuk menyesuaikan dirinya dengan menjalin hubungan komunikasi kepada lapisan masyarakat serta melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna membangun sosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Menurut Dharamvir, Tali dan Goel (2011) bahwa lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu lokasi sosial yang penting


(22)

bagi remaja dalam melakukan kontak dengan teman sebaya, membentuk persahabatan, dan berpartisipasi dalam suatu kelompok sosial dengan lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya kriteria ketiga ialah sikap sosial, individu menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap partisipan kedua sesuai dalam menjalankan perannya di lingkungan sosialnya dan bertanggung jawab atas tugas-tugasnya serta mematuhi peraturan yang ada di Panti Asuhan. Begitu pula partisipan pertama yang tidak mudah menyerah dan mampu mematuhi peraturan-peraturan yang ada di Panti Asuhan. Kedua partisipan pernah mendapatkan hukuman akibat melanggar peraturan yang ada di Panti Asuhan membuat mereka berusaha mematuhi peraturan, beberapa contoh hukuman yang pernah mereka dapat yaitu hukuman membersihkan halaman, membersihkan WC, dan lain sebagainya. Namun ketika mereka masih tinggal bersama orang tua masing-masing, terjadi perbedaan karena saat tinggal di rumah dengan orang tua tidak semua tugas-tugas dilakukannya sendiri, tetapi ketika mereka tinggal di Panti Asuhan semua tugas wajib dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada di Panti Asuhan sehingga kedua partisipan harus menyesuaikan dirinya untuk mematuhi peraturan-peraturan tersebut. Kenyataan tersebut diperkuat dan sesuai dengan hasil penelitian Septanti (2009) bahwa remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian sosial dan dapat mengambil mematuhi peraturan-peraturan misalnya tidak menggantungkan diri pada orang lain, bertanggung jawab atas tindakannya, dan dapat menempatkan diri sebagai mana mestinya, sehingga mudah menyesuaikan diri dimanapun mereka berada dan dapat mematuhi segala aturan yang di panti asuhan tersebut.

Kriteria yang terakhir yaitu kepuasan pribadi, penyesuaian sosial seorang remaja dapat dikatakan baik jika individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap perannya untuk


(23)

dapat mengendalikan perasaan saat menghadapi masalah yang ada dalam suatu situasi sosial. Partisipan pertama merasa puas terhadap kontak sosial dan membangun rasa nyaman dengan lingkungan sosialnya. Namun sebelumnya ia pernah merasakan kurang nyaman saat awal tinggal atau pindah ke panti asuhan, misalnya pernah diajak berkelahi dengan penghuni panti yang lain, diolok-olok (diejek), dan kurang bebas ketika di Panti Asuhan yang tidak seperti saat di rumah. Partisipan pertama mencoba bertahan dengan rasa ketidaknyamanan tersebut dengan cara tidak menghiraukan, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik, dan membiasakan diri dengan situasi di dalam Panti Asuhan. Tidak jauh bedanya dengan partisipan kedua yang berani serta mampu menghadapi permasalahan dan menghilangkan rasa ragu saat tinggal di Panti Asuhan. Partisipan kedua juga pernah mengalami rasa yang kurang nyaman ketika ia pindah dan tinggal di Panti Asuhan, ketika waktu belajar diganggu oleh teman yang lain, ia menjadi kesal dan merasa bahwa di rumah lebih enak dari pada di Panti Asuhan. Partisipan kedua pun berusaha menegur dan tidak menanggapi atau membiarkan saja pada teman yang sering mengganggunya. Hasil uraian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Lusiawati (2013), diketahui bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan dengan peraturan baru yang berbeda dengan di rumah, mampu menyesuaikan dirinya. Selain itu remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mengendalikan perasaannya ketika dihadapkan pada masalah dan mampu bersosialisai dilingkungan panti asuhan dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kesimpulan mengenai penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga. Penyesuaian sosial kedua partisipan tersebut menjadi usaha besar dalam mereka belajar untuk menyesuaikan dirinya ketika masih dirumah lalu pindah di Panti Asuhan, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bertanggung jawab akan tugas-tugasnya, tidak


(24)

menggantungkan diri pada orang lain, mengembangkan kepribadiannya secara optimal, dan mudah untuk menyesuaikan diri dimanapun mereka berada. Selain itu, dengan adanya peraturan yang terdapat di panti asuhan membuat mereka disiplin dalam mengatur waktu serta membentuk sikap, dan berinteraksi dengan dinamika sosial yang mereka rasakan pada lingkungan sosial yang baru.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan peneliti dari penelitian ini ialah:

1. Bagi remaja atau partisipan, diharapkan agar mereka tetap belajar menyesuaikan dirinya ke dalam lingkungan yang baru, bertanggung jawab, dan perbanyak komunikasi dengan orang lebih dewasa diluar maupun didalam lingkungan panti asuhan.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti partisipan yang berjenis kelamin perempuan dan yang berusia diatas 15 tahun agar dapat dilihat adakah perbedaan penyesuaian sosial remaja yang ditinggal di yayasan yang sama dengan yang berjenis kelamin laki-laki. Selain itu juga, diharapkan untuk dapat melibatkan atau meneliti pengasuh yang ada di dalam panti asuhan tersebut. Ataupun dapat meneliti dengan membandingkan remaja yang tidak tinggal di Panti Asuhan serta yang orang tuanya tidak berpisah (divorce).

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. S. (2011). Perlindungan hak-hak anak pelaku kejahatan dalam proses peradilan

pidana. Retrieved september 01, 2014, from http://www.kumham-jogja.info/karya ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/257-perlindungan-hak-hak-anak-pelaku-kejahatan-dalam-proses peradilan-pidana.


(25)

Dharavir., Tali, D. B., & Goel, A. (2011). A comparative study on anxiety and emotional maturity among adolescents of coeducational and unieducational school. ACADEMICA, 1 (3), 2249-7137.

Dhyani A, Singh R. 2013. A Study of Adjustment Level of Adolescents from Foster Home and Biological Families. Journal of Psychology, 7(1):7-12.

Fereday, J. Dan Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating rigor using thematic analysis: A hybrid approach of inductive and deductive coding and theme development. International Journal of Qualitative Methods 51, 1-11.

Hurlock, E. B. (2000). Perkembangan anak (jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Kumalasari, F., & Ahyani, L.N. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi: 21-31. Alumni dan Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas MuriaKudus.

Lusiawati, 2013. Kecerdasan Emosi Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal yang Tinggal Di Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda. Jurnal Psikologi:167-176.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Naqshbandi M, dkk. Orphans in orphanages of Kashmir “and their Psychological problems”. International NGO Journal, vol. 7(3):55-63.

Ningrum, P.R. 2013. Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja (studi kasus para remaja sekolah menengah atas/kejurusan di Kota Samarinda).Jurnal Psikologi: 69-79.

Nurdin. (2009). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa di sekolah. Administrasi pendidikan, IX, 1, 86-108. Di akses pada tanggal 20 november 2014 dari http//www.file.upi.edu/Direktori/FIP?JUR.../Karya_Ilmiah_8.pdf.

Papalia, D.E., Old, S. W., Feldman, R. D. (2008). Human Development: Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Prabadewi, K. D. L., & Widiasavitri, P. N. 2014. Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana: Vol. 1, No. 2 261-270.

Ruyon, R.P., Haber, A. 1984. Psychology of Adjustment. Illinois: The Dorsey Press.

Santrock, W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (jilid 2 edisi kelima). Jakarta: Erlangga.


(26)

Schneiders, A. A. (1964). Personal adjustment and mental hygiene. New York: Halt Rinehart & Winston.


(27)

LAMPIRAN Interview Guide:

Penyesuaian Sosial Remaja Awal Yang Tinggal Di Panti Asuhan Muhamadiyah Abu Hurairah Salatiga

Aspek Indikator Pertanyaan

Penampilan nyata Gaya berpenampilan

mempengaruhi penyesuaian diri remaja di

lingkungan/kelompok

1. Apa yang kamu ketahui tentang gaya

berpenampilan? 2. Bagaimana pendapat

kamu tentang penampilanmu? 3. Bagaimana pendapat

orang lain (seperti teman-teman sekolah maupun di panti asuhan dan pengasuh) tentang gaya berpenampilanmu? Penyesuaian diri terhadap

berbagai kelompok

Remaja dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, teman sebaya maupun dengan orang dewasa

1. Bagaimana penyesuaian diri kamu dengan teman yang seumuran di panti asuhan?

2. Bagaimana cara kamu menyesuaikan diri terhadap orang yang lebih dewasa didalam dan diluar lingkungan panti asuhan?

Sikap sosial Menjalankan perannya di

lingkungan sosialnya, bertanggung jawab, tidak mudah menyerah, dan tidak menunjukkan sikap yang agresif

1. Untuk setiap kalian yang tinggal di panti asuhan, apa saja tugas-tugas yang harus dilakukan setiap harinya?

2. Bagaimana pendapat kamu mengenai aturan-aturan yang ada di panti asuhan?

3. Apabila kamu tidak mematuhi peraturan, hukuman apa yang diberikan dari pengasuh?


(28)

yang ada sebelum dan setelah tinggal di panti asuhan, bagaimana kamu menyesuaikan diri antara tugas-tugas sebelum dan sesudah tinggal di panti asuhan? Coba ceritakan.

Kepuasan pribadi Merasa puas terhadap kontak sosialnya dan tidak

menunjukkan perilaku mencari perhatian

1. Apapun yang pernah kamu lakukan dalam hal yang positif, kamu puas dengan apa yang sudah kamu lakukan?

Mengapa?

2. Bagaimana perasaan kamu setelah tinggal di panti asuhan?

3. Pengalaman apa saja yang pernah kamu alami selama tinggal di panti asuhan?

ANALISIS DATA 1. Partisipan 1

a. Gambaran Umum Partisipan 1 Identitas

Nama : AWB

TTL : Boyolali, 03 Oktober 2001 Umur : 13 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Pekerjaan : - Agama : Islam

Alamat : Wonosegoro, Boyolali Anak ke : 4 dari 4 bersaudara Lama tinggal di PA : 6 bulan


(29)

AWB merupakan anak keempat dari empat bersaudara. AWB memiliki dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta, sedangkan kakak perempuannya masih menuntut ilmu di SMA. Ayah AWB bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibu AWB bekerja sebagai petani di desa mereka tinggal.

Pelajar berumur tiga belas tahun ini duduk dibangku satu SMP atau kelas tujuh di salah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga. Dalam harapannya, AWB menginginkan untuk menyelesaikan pendidikannya hingga keperguruan tinggi dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari.

Dalam hubungan dengan keluarga, remaja berambut cepak bergelombang ini sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Setiap AWB memiliki masalah dengan teman di Panti Asuhan, AWB mencoba terbuka kepada orang tua AWB dan keputusan mereka cukup berpengaruh dalam keputusan yang dibuat AWB.

Relasi AWB dengan lingkungan sosialnya menjadi semakin berkurang, setelah AWB tinggal di Panti Asuhan. Hal tersebut dikarenakan peraturan-peraturan di Panti Asuhan yang membatasi AWB untuk bersosialiasi dengan lingkungan sekitar.

Selanjutnya, sebelum tinggal di Panti Asuhan AWB tinggal bersama orang tuanya di Boyolali. Karena perekonomian keluarga yang kurang mampu untuk menyekolahkan AWB, membuat orang tua AWB memberikan pilihan untuk AWB tetap dapat sekolah namun tinggal di Panti Asuhan. Demi masa depan, AWB memilih untuk tetap dapat bersekolah.

b. Laporan Observasi Saat Wawancara

Kunjungan pra-penelitian dilakukan peneliti pada tanggal 12 Desember 2014 di Panti Asuhan dengan tujuan perkenalan dan menjalin rapport karena sebelumnya peneliti belum mengenal AWB. Sebelumnya, peneliti meminta ijin kepada pengasuh dan peneliti diijinkan untuk bertemu AWB di ruang aula. AWB menyambut peneliti dengan berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada peneliti sambil tersenyum. AWB duduk berhadapan dengan peneliti sambil menggenggam menaruh kedua tangan di atas meja. AWB mengenakan celana pendek jeans berwarnagelap dengan atasan kaos berwarna kuning. Peneliti menjelaskan tujuan kedatangannya dan


(30)

memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan identitas AWB. AWB dengan santai menjawab serta sedikit bercerita mengenai keluarganya dan Panti Asuhan.

Wawancara pertama dilakukan peneliti pada tanggal 18 Desember 2014 bertempat di ruang rapat Panti Asuhan. AWB terlihat siap untuk diwawancara dan berjabat tangan dengan peneliti. AWB menggunakan kaos biru muda dan celana panjang berwarna hitam. Sebelum peneliti melakukan wawancara kepada AWB, peneliti memberikan sedikit penjelasan terkait pelaksanaan wawancara. AWB mempersilakan dan duduk bersebelahan dengan peneliti. Saat dilakukan wawancara AWB terlihat santai, namun AWB sering kali menundukkan kepala. Ketika proses wawancara AWB beberapa saat terdiam dan terlihat sedang berpikir lalu tersenyum. Dikarenakan lokasi ruang rapat berjarak tidak jauh dengan jalanan, sering terdengar suara motor dan mobil melintas sehingga sedikit membuat AWB bernada tinggi.

Bertempatkan di ruang tengah (ruang belajar) Panti Asuhan, peneliti melakukan wawancara kedua pada tanggal 06 Februari 2015. Pada wawancara ini AWB menggunakan kemeja berwarna gelap dan kain sarung bermotif. Sebelum dilakukan wawancara, AWB selesai melaksanakan ibadah sholat jumat di Masjid. Kali ini AWB terlihat santai, sering berkontak mata dengan peneliti saat ia di wawancarai. AWB duduk berhadapan dengan peneliti, suara AWB terdengar jelas, dan lebih tenang. Tempat pelaksanaan wawancara sangat mendukung, sehingga AWB terlihat nyaman. Namun, terkadang AWB masih terlihat diam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya.

Wawancara ketiga dilaksanakan tanggal 22 Februari 2015 di teras tempat tunggu PA. Saat itu minggu pagi akan dilakukan kegiatan kerja bakti di panti asuhan, AWB memakai kaos oblong berwarna hitam bergambar dan bercelana kain warna gelap. Peneliti memulai proses wawancara dengan sapaan yang dibalas oleh AWB dengan ramah. Ketika proses wawancara AWB sering menundukkan kepala ke bawah dan jarang untuk menatap mata peneliti. Namun AWB terlihat santai dan tenang, berbicara dengan nada yang stabil dan jelas.


(31)

c. Analisis Verbatim Partisipan

Makna Verbatim

Gaya berpenampilan yang sopan, berlogika, simple, dan sederhana.

Gaya berpenampilan yang sopan santun, yang berlogika, dan sederhana (P1W1 2-3).

Gaya yang berlogika itu bergaya dengan sopan, misalnya gaya memakai baju yang panjang dan memakai celana yang panjang (P1W1 6-8). Gaya penampilan saya yang simple, tidak suka celana pendek, tidak berbaju pendek atau berbaju yang simple (P1W1 10-11).

Gaya yang simple yaitu yang berbaju rapi, sopan, sederhana. Misalnya saya menyukai berpakaian yang sopan dan tidak ketat (P1W1 13-15). Tidak suka gaya berpenampilan yang tidak rapi. Yang tidak suka dari mereka misalnya baju

seragam yang tidak dimasukkan, sudah sering diingatkan tapi tidak mau dimasukkan bajunya (P1W1 20-22).

Lingkungan sekitar menilai P berpenampilan yang sederhana dan sopan.

Menurut teman-teman sekolah, penampilan saya itu penampilan yang agak sederhana (P1W1 19-20).

Menurut teman-teman panti asuhan, saya berpenampilan yang agak sederhana, misalnya ada yang memakai celana jeans dan ada yang memakai baju panjang dan lain-lain (P1W1 23-26).

Menurut pengasuh, penampilan saya itu sopan, berpenampilan sopan kepada anak panti, kepada orang lain, dan lain-lain (P1W1 26-28).

Melakukan penyesuaian sosial dengan sesama melalui melakukan kegiatan bersama.

Penyesuaian saya terhadap teman seumuran, saya dengan teman seumuran saya, saya mengajak teman saya makan siang, makan pagi, dan makan malam. Caranya mengajak dengan baik dan mengajak piket serta bersih-bersih rumput (P1W1 31-35).

Ada perbedaan komunikasi ketika P berada di luar panti asuhan dan di dalam panti asuhan.

Penyesuaian saya dengan yang lebih dewasa, saya kagum terhadap mereka. Misalnya ada yang kelas tiga dan ada yang kuliah, dia yang menyapa saya karena dia tinggal di panti asuhan juga. Saya dengan teman saya diajak untuk belajar bersama (P1W1 39-43).

Penyesuaian saya diluar lingkungan itu tidak sama dengan lingkungan di panti. Saya berkata yang sopan dan menyapa dengan kata-kata yang


(32)

baik (P1W1 46-48). Masing-masing anak menyelesaikan tugas-tugas

di panti asuhan.

Tugas-tugas di panti ini ada banyak yaitu bangun pagi lalu mandi, piket, disiplin, menata rapi kasur, pakaiannya dan menyabuti rumput (P1W1 51-53).

Sejak pertama kali masuk disini, ada tugas- tugas dan peraturan. Misalnya tugas membersihkan lantai, mengepel, dan lain sebagainya (P1W1 82-84).

Terdapat peraturan untuk mengatur yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Ada peraturan-peraturan untuk tidak diperbolehkan keluar pada malam atau siang hari. Jadi ada kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dan harus dilaksanakan (P1W1 56-58).

Ada kegiatan yang harus dilaksankan, contohnya piket membersihkan lantai, mengepel, dan lain sebagainya (P1W1 60-62).

Contoh hukuman ketika melanggar peraturan di panti asuhan.

Hukuman yang diberikan kepada kita itu membersihkan WC, menyabuti rumput, mengepel lantai, dan mem bersihkan kaca-kaca kotor ataupun rusak (P1W1 65-67).

Awalnya P merasa ragu dan sedih ketika tinggal di panti asuhan namun akhirnya P merasa senang layaknya tinggal di rumah.

Saat saya tinggal dirumah, saya senang namun setelah tinggal di panti, saya ragu-ragu tetapi setelah tinggal di panti saya merasa senang. Sejak pertama kali saya masuk disini, saya menangis ke orang tua. Tapi saya senang tinggal disini, dirumah pun juga (P1W1 72-76).

Sebelum tinggal disini saya tinggal dirumah, saya disini senang (P1W1 81-82).

Gambaran tugas-tugas P ketika di rumah. Waktu tinggal dirumah, tugas-tugas saya misalnya mencuci pakaian, menggosok pakaian, membersihkan rumah, membersihkan rumput-rumput, dan membersihkan halaman (P1W1 86-89).

Kekerasan verbal dari senior sehingga membuat P tidak senang tinggal di panti asuhan.

Perasaan saya tinggal di panti asuhan, saya agak tidak senang , kadang ada anak panti yang mengajak berantem membuat saya tidak suka. Misalnya anak kelas tiga mengajak berantem anak kelas satu, membuat saya tidak suka (P1W1 92-96).

Saya diejek dan diajak berantem, tapi saya tidak suka. Ada teman yang saya suka, yang bergaul baik dengan saya (P1W1 99-101).

Pengalaman P ketika di panti asuhan membuat P menjadi lebih baik.

Pengalaman saya tinggal disini, saya dapat bermain futsal dan menjadi baik kepada orang tua, dan sebagainya (P1W1 104-106).


(33)

Makna Verbatim

P melakukan kewajiban sebagai umat muslim. Ceramahan mengenai perlunya sholat lima waktu yang wajib dan harus dilakukan bagi umat muslim. Tidak boleh lupa, harus kita selalu tunaikan (P1W2 7-9).

Kadang bolong sholatnya, tapi diusahakan untuk menunaikan sholat lima waktu tiap saat. Karna itu wajib hukumnya (P1W2 11-13).

P berpakaian sopan, sederhana, dan bersih sesuai tempatnya.

Pakaian yang sopan, sederhana, sesuai dimana tempat (P1W2 16-17).

Yang tidak terlihat kotor, lalu rapi, bersih, dan baik. Biasanya saya pakai baju, kemeja, atau kaos yang rapi. Dengan celana panjang jika diluar panti, tapi kalau di dalam panti sering pakai celana pendek. Yang penting sesuai tempatnya (P1W2 20-24).

Tidak ada perbedaan berpenampilan P di panti asuhan atau pun di rumah.

Selama ini masih belum ada bedanya, pakaian kaos dan sering pakai celana pendek, yang sederhana saja (P1W2 29-30).

Penilaian gaya berpenampilan P dari orang di sekitar.

Biasanya pengasuh menegur kalau saya pakai pakaian tidak rapi atau kusut. Kalau teman-teman di panti itu tidak begitu suka komentar, paling diketawakan jika penampilan saya tidak rapi atau sopan (P1W2 33-36).

Karna di sekolah memakai seragam, paling tidak begitu diperhatikan, tapi kalau baju tidak dimasukkan dan ketahuan guru, pasti dapat teguran (P1W2 38-40).

Ya disuruh rapikan dan masukkan baju seragam dengan baik, dan agar tidak diulangi lagi (P1W2 42-43).

Perasaan enak dan tidak enak setelah tinggal di panti asuhan.

Ya ada enaknya dan ada tidak enaknya. Karna beda saja tidak seperti saat masih tinggal dirumah (P1W2 45-46).

Di panti itu enaknya bisa sekolah tanpa dipunggut biaya, lalu dapat tempat tinggal, bisa makan bersama-sama, memasak bareng. Kalau tidak enaknya ya kurang bebas, ada peraturan, harus meminta ijin bila pergi keluar, lalu tidak bisa sering nonton TV, waktu hari libur saja.


(34)

Terus pakai HP juga waktu hari libur, sabtu-minggu. Bersih-bersih halaman panti, kamar, dan ruangan di panti (P1W2 48-55).

Kebebasan yang diperoleh P ketika di rumah. Lebih bebas, bisa nonton TV sepuasnya, bisa main kapan pun sama teman (P1W2 57-58). Contoh hukuman dari pengasuh ketika melanggar

peraturan di panti asuhan.

Kena hukuman dari pengasuh, seperti mengepel lantai, membersihkan WC, kamar, membersihkan halaman panti (P1W2 63-65).

Bukan marah, hanya menegur jika melanggar peraturan yang ada di panti (P1W2 67-68). Contoh tugas-tugas bergilir yang berlaku bagi

penghuni panti asuhan.

Seperti memasak kita bergantian, membersihkan ruangan, bersihkan WC juga. Tapi kalau bersih-bersih diluar di halaman panti kita bareng-bareng. Bersihkan kamar itu tugas masing-masing. Kalau mengepel lantai dan menyapu itu kita bergantian juga (P1W2 72-76).

Pengasuh juga ikut membantu kalau bersih-bersih halamanan, kalau tugas lainnya kita yang mengerjakan (P1W2 78-79).

Pengalaman dan kebersamaan P dengan temannya yang tinggal di panti asuhan.

Kebersamaan, selama tinggal di panti kita semua ya serba barengan, seperti belajar, makan, cuci pakaian, bersih-bersih, berangkat sekolah, sholat (P1W2 81-83).

Oh di panti kita dapat belajar bahasa Inggris dari para donatur yang ada disini, dari luar negeri. Kadang tiap sore kira-kira jam empat, kita belajarnya dengan mereka di ruang rapat (P1W2 92-95).

Perasaan P tinggal di panti asuhan. Lama kelamaan ya nyaman, tidak seperti dulu yang masing merasa asing, tidak kenal. Tapi sekarang hmm hilang, sudah suka dan menikmati (P1W2 85-87).

P merasakan asing dan tidak nyaman di panti asuhan.

Ya aneh saja, kan belum kenal sama yang lainnya, jadi merasa asing dan kurang nyaman (P1W2 89-90).

Ilmu yang diperoleh ketika belajar bahasa inggris dengan donatur.

Ya kata benda, kata kerja, perkenalan, yang kita masih kurang tau, dan pelajaran itu jadi membantu kita saat di sekolah juga pas mata pelajaran bahasa Inggris (P1W2 97-99).


(35)

Makna Verbatim Kegiatan kerja bakti di panti asuhan setiap hari

minggu.

Maaf sebelumnya, nanti ada kerja bakti di panti jadi tidak bisa lama-lama ngobrolnya, tidak enak dengan yang lainnya. Kalau hari minggu di panti ada kerja bakti bersih-bersih gitu (P1W3 4-7). Perasaan P ketika melanggar peraturan dan

melakukan kesalahan di panti asuhan.

Ya kalau melakukan kesalahan atau melanggar peraturan pasti merasa bersalah, sedih. Karna dapat hukuman juga dari pengasuh, namun itu bikin saya jera agar tidak melakukannya lagi (P1W3 15-18).

Perasaan P ketika mendapatkan teguran dari pengasuh.

Selagi teguran itu baik dan untuk kebaikan saya, saya menerima, saya senang, karna ada yang masih mau memperhatikan saya (P1W3 21-23). Respon dan reaksi P ketika mendapatkan

penilaian tentang berpenampilan P dari teman.

Paling saya tanya ke mereka kenapa kok ketawa gitu, jika ada yang tidak sesuai, ya perbaiki, ya biasa saja, dari pada di tertawakan oleh orang yang tidak dikenal mending di tertawakan sama teman sendiri (P1W3 27-30).

Ya agak malu-malu, tapi tidak begitu jadi masalah (P1W3 32).

Aktivitas P sehari-hari di panti asuhan. Ya melakukan aktivitas, entah belajar atau main sama teman-teman, biar tidak merasa bosan karna tidak ada hiburan (P1W3 36-38).

P mengatasi perasaan asing dan kurang nyaman. Waktu itu ya jadi sering sendirian, tapi ya teman-teman disini ngajak ngobrol duluan, jadinya ya tidak merasa asing lagi atau tidak nyaman lagi. Karna pas itu juga merasa agak kurang nyaman, tapi sudah tidak (P1W3 42-45).

Tidak ada perbedaan tugas-tugas yang dilakukan P ketika di panti asuhan atau di rumah.

Tidak jauh beda sama di panti ini, ya bersih-bersih, lalu mengepel dan menyapu lantai, seperti itu (P1W3 50-51).

2. Partisipan 2

a. Gambaran Umum Partisipan 2 Identitas

Nama : DM

TTL : Salatiga, 03 Desember 1999 Umur : 15 tahun


(36)

Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Pekerjaan : - Agama : Islam

Alamat : Noborejo, Salatiga Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Lama tinggal di PA : 6 bulan

DM merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuan DM berusia 13 tahun. Usia DM lebih tua dua tahun dari adik perempuannya. Ayah DM bekerja sebagai buruh dan Ibu DM bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Remaja berusia 15 tahun ini duduk dikelas 1 disalah satu SMP Muhamadiyah di Salatiga.

Hubungan dalam keluarga DM kurang mendapatkan kasih sayang yang utuh, karena orang tua DM sudah sekitar satu tahun lebih telah berpisah (divorce). DM dan adik perempuannya tinggal bersama Ibunya. Ibu DM yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga menjadi penopang kehidupan mereka yang serba kekurangan dalam perekonomian, sehingga DM terpaksa harus tinggal di Panti Asuhan untuk dapat melanjutkan sekolahnya.

Selanjutnya, sejak DM tinggal di Panti Asuhan hubungan dengan lingkungan sekitar menjadi terbatas. Hal ini dikarenakan peraturan-peraturan yang mengikat di Panti Asuhan sehingga membuat DM kurang cukup bisa bersosialisasi. Waktu luang DM dihabiskan berkumpul dengan remaja-remaja lain yang tinggal di Panti Asuhan saja.

b. Laporan Observasi Saat Wawancara

Kunjungan pra-penelitian dilakukan peneliti pada tanggal 12 Desember 2014 di Panti Asuhan dengan tujuan perkenalan dan menjalin rapport karena sebelumnya peneliti belum mengenal DM. Sebelumnya, peneliti meminta ijin kepada pengasuh


(37)

dan dipersilakan peneliti untuk bertemu DM di ruang aula. DM menyambut peneliti dengan berjabat tangan dan memperkenalkan diri kepada peneliti sambil tersenyum. DM duduk berhadapan dengan peneliti sambil bersandar dikursi. DM memakai kaos oblong warna hitam dan celana bahan pendek. Peneliti menjelaskan tujuan kedatangannya dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan identitas DM. DM bercerita kepada peneliti saat DM masih tinggal dirumah dan sekarang tinggal di Panti Asuhan.

Wawancara pertama dilakukan peneliti pada tanggal 16 Desember 2014 bertempat di ruang rapat Panti Asuhan. DM terlihat siap untuk diwawancara dan berjabat tangan dengan peneliti. DM menggunakan kaos berkerah lengan pendek berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna coklat tua. Sebelum peneliti melakukan wawancara kepada DM, peneliti memberikan sedikit penjelasan terkait pelaksanaan wawancara. DM duduk disebelah kanan peneliti. Saat dilakukan wawancara DM terlihat santai dan tenang. Ketika proses wawancara DM beberapa detik diam dan seperti berpikir. Dikarenakan lokasi ruang rapat berjarak tidak jauh dengan jalanan, sering terdengar suara motor dan mobil melintas sehingga membuat DM beberapa kali mengulang kata-kata.

Peneliti melakukan wawancara kedua pada tanggal 07 Februari 2015 di ruang serba guna Panti Asuhan. Wawancara dilakukan siang hari, DM masih menggunakan seragam pramuka. DM terlihat gerah setelah mengikuti kegitan pramuka di sekolah. Saat peneliti melakukan wawancara, DM duduk berhadapan dengan peneliti. DM terlihat sesekali butuh menghela nafasnya, namun DM berusaha tetap tenang dan tidak terburu-buru. Beberapa saat DM di wawancarai sambil minum air putih dan tersenyum. Nada suara DM terdengar jelas dan sedikit kurang tenang karena kegerahan.

Peneliti melakukan wawancara ketiga di ruang tamu PA, tanggal 23 Februari 2015. DM baru pulang sekolah dan masih memakai seragam sekolah warna putih dan biru tua. DM terlihat lelah dan capek, DM merasa berkeringat dan gerah kepanasan karena cuaca yang panas. Saat peneliti melakukan proses wawancara DM terlihat tenang, namun sering melakukan perpindahan posisi duduk dan kipas-kipas dengan


(38)

salah satu buku pelajarannya. Sorotan mata DM terlihat kurang nyaman, sehingga nada bicara DM terdengar tidak stabil, kadang pelan, kadang jelas.

c. Analisis Verbatim Partisipan

Makna Verbatim

Gaya berpenampilan yang simple dan memakai pakaian yang tidak ribet.

Gaya berpenampilan menurut saya yaitu cara seseorang bergaya memakai pakaian ya seperti memakai celana, baju, dan sebagainya (P2W1 2-4).

Memakai pakaian yang simple, yang ngga ribet. Saya suka pakai pakaian yang seperti sehari-hari memakai celana pendek, kaos. Ya kalau mau berpergian memakai celana panjang dan memakai kemeja (P2W1 7-10).

P tidak suka memakai gelang, atau kalung, atau topi, kacamata namun suka berpenampilan yang simple.

Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu tidak suka memakai gelang atau kalung, atau topi, kacamata. Suka yang simple saja, pakai celana pendek, kaos sudah itu (P2W1 12-14).

Definisi P tentang penampilan yang simple. Yang biar gak ribetlah, kayak yang cepat memakainya, yang gak ribet pokoknya (P2W1 17-18).

Opini orang-orang di sekitar P tentang penampilan P.

Menurut teman-teman saya di panti, penampilan saya itu simple, biasa, gak aneh-aneh seperti orang lain. Kalau orang lain biasanya terlalu ribet memakai pakaiannya (P2W1 22-25).

Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja. Suka becandaan, kalau potongan rambut saya bagus, mereka suka gitu. Kata teman, setelah potong rambut saya lebih ganteng, kayak gitu (P2W1 27-30).

Penampilan P ketika di acara keagamaan. Ya kalau ada acara pengajian, disuruh memakai pakaian yang lebih baik. Memakai baju atau kemeja yang baik, bersih, dan celana panjang yang baik bersih (P2W1 33-35).

Penyesuaian sosial P dengan teman-teman di panti asuhan.

Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya lagi ketemu atau kenal gitu, saya menyapa mereka, lalu dibalas. Saya ajak omong-omong, kenalan, diajak cerita gitu (P2W1 38-41).

Pengalaman-pengalaman P yang menyenangkan dan menyedihkan.

Biasanya cerita tentang pengalaman-pengalaman, seperti itulah (P2W1 43-44).

Pengalaman yang menyenangkanlah, yang menyedihkan juga bisa (P2W1 46-47).


(39)

saya alami, waktu saat di sekolah, tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia. Disuruh keluar kelas, disuruh untuk mengerjakan seratus kali (P2W1 50-53).

Pengalaman yang menyenangkan ya waktu piknik sama teman-teman, sekeluarga (P2W1 56-57).

Pengalamannya itu seperti tadi ya, kalau di sekolah itu saya pernah tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia disuruh mengerjakan seratus kali. Lalu, kalau di panti saya pernah melanggar peraturan keluar ngga ijin, terus dimarahi sama pengasuh. Kemudian saya itu diberi hukuman disuruh bersih-bersih kamar mandi sendiri (P2W1 131-136).

Penyesuaian sosial P dengan orang yang senior ketika di dalam dan di luar lingkungan panti asuhan.

Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka menyapalah, selamat pagi, selamat siang. Terus kalau didalam panti menyapa pengasuhnya, selamat pagi pak. Lalu tanya kabar bagaimana, kabarnya baik, gitu (P2W1 61-64).

Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa. Kemudian mendekatkan diri untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh atau pembina yang lebih dewasa dari pada kita (P2W1 67-70).

Kegiatan masing-masing anak di panti asuhan dan menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Biasanya itu subuh sekitar jam empat, bangun, sikat gigi, kemudian sholat subuh. Setelah sholat kita belajar atau mengaji sebentar, bersih-bersih kamar atau persiapan untuk sekolah, lalu mandi. Setelah mandi, lalu makan bersama. Setelah makan, kita berangkat ke sekolah sekitar jam setengah tujuh berangkat sekolah. Kalau pelajaran biasa, biasanya pulang jam dua. Setelah jam dua pulang, makan siang bareng-bareng, kemudian sholat adzar. Setelah sholat itu kalau ada uang perlu dibersihkan, bersih-bersih bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-santai. Kemudian sore, kita sholat maghrib Setelah sholat maghrib, mengaji sebentar sampai ishak. Setelah itu sholat ishak, setelah sholat, kita belajar sampai jam sembilan. Sebelum tidur, sikat gigi, lalu tidur (P2W1 73-87).

Opini P tentang peraturan-peraturan di panti asuhan.

Ya baik-baik sajalah, di panti ini peraturannya sangat baik untuk saya. Kadang saya itu tidak suka, kok pengasuhnya begini, kadang ngga suka. Terus sukanya itu kita bisa belajar kebersamaan melalui makan bersama, bersih-bersih bersama gitu (P2W1 90-94).


(40)

Terdapat peraturan dan hukuman untuk mengatur yang tidak boleh dilakukan di panti asuhan.

Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan, seumpamanya kita boleh keluar kalau malam, batasannya itu sampai jam sembilan malam, kalau melebihi jam sembilan malam itu dikasih hukuman ya kalau ada yang perlu dibersihkan, dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi terus dibersihkan sendiri biar kapok orangnya, biar ngga mengulangi kejadian tersebut (P2W1 97-103).

Terdapat perkecualian peraturan guna memenuhi tugas akademik.

Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas sekolah perlu ke warnet tapi jam sembilan harus sudah sampai di panti (P2W1 105-107).

Terdapat perbedaan ketika P tinggal di rumah dengan tinggal di panti asuhan.

Kalau dirumah itu biasanya bangun, sholat, kadang ngga belajar, terus nonton TV, langsung berangkat sekolah. Habis pulang sekolah itu biasanya nonton TV sambil makan, santai-santai. Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar, setelah mandi, terus makan bareng-bareng Setelah pulang sekolah itu disuruh belajar lima belas menit atau dua puluh menit. Nonton TV nya itu kalau hari-hari libur saja (P2W1 112-119).

Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV sampai malam, setiap waktu, kapan saja. Kalau di panti cuma hari tertentu saja (P2W1 121-123). Perasaan P ketika tinggal di panti asuhan. Saya senanglah, disini itu berikan fasilitas.

Seperti mesin cuci, bisa sekolah gratis, Kita cuma bisa manut, mematuhi peraturan disini (P2W1 126-128).

Makna Verbatim

Gambaran kegiatan pramuka yang dilakukan P di sekolah.

Banyak sebenernya kegiatannya, seperti games antar kelompok, tali menali, dan sebagainya (P2W2 9-10).

Tebak-tebakan kata dengan memakai simbol bendera, jadi gantian setiap kelompok, bergiliran gitu (P2W2 12-13).

Manfaat dari kegiatan pramuka bagi P dan kelompoknya.

Kegiatan pramuka itu bisa tambah ilmu juga, bukan karna wajib tapi menyenangkan juga, melatih kita untuk berkerja sama dalam berkelompok, ya banyak manfaatnya (P2W2 18-21).

Kalau kerja kelompok itu kan ngga bisa egois, saling kerja sama-sama, dan percaya satu sama lain, apalagi saat games yang membutuhkan kerja


(41)

kelompok (P2W2 23-25). Contoh permainan-permainan ketika P mengikuti

kegiatan pramuka.

Seperti games jaring laba-laba, jadi satu anggota harus masuk kedalam jaring yang dari tali-tali tapi kakinya ngga boleh nyentuh tanah, kan anggota yang lainnya kerja sama saling membantu agar bisa sampai finish (P2W2 27-30).

Perasaan dan pengalaman P ketika mengikuti kegiatan pramuka di sekolah.

Senangnya itu belajar untuk bekerja sama dengan kelompok. Asyiklah.. Kalau yang lainnya, ya kadang kalau kelompoknya kalah dalam permainan apa gitu, disuruh nyanyi, hukumannya, agak malu (P2W2 33-36).

Contoh kegiatan-kegiatan P dan teman-temannya di panti asuhan.

Ya kalau di panti, kebanyakan kegiatannya kita itu serba bareng-bareng. Contohnya, bersih-bersih ruangan, nyapu halaman, kerja bakti gitu, satu minggu sekali, kadang masak juga barengan tapi udah ada jadwalnya. Ya gitu, lebih kebersamaannya. Pas sabtu malam dan hari minggu pada nonton TV di ruangan serba guna (P2W2 38-43).

Sikap dan perasaan P ketika sedang belajar di ganggu oleh temannya.

Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar, ya di gangguin, usil (P2W2 46-47).

Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah tempat belajarnya di ruangan rapat atau di kamar gitu (P2W2 49-50).

Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak biarin saja, paling juga kesel sendiri tho (P2W2 52-53).

Perbedaan rasa nyaman P ketika tinggal di rumah dengan tinggal di panti asuhan.

Beda. Tetep di rumah lebih santai, kalau di panti itu kan ngga bisa seenaknya sendiri juga, ada peraturannya juga (P2W2 56-57).

Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau di panti ada temannya, rame, jadi ngga sepi (P2W2 59-60).

Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya sama kayak gitu (P2W2 62-63).

Jangka waktu dua atau tiga minggu sekali P pulang ke rumah.

Ngga tentu kak, bisa dua minggu sekali, tiga minggu sekali, kalau ngga ya pas ada hari libur lama gitu (P2W2 65-66).

Kegiatan P dan teman-temannya setelah pulang dari sekolah.

Paling bersih-bersih kamar, nyapu, cuci pakaian (P2W2 68).


(42)

Bersih-bersih kasur itu sendiri-sendiri, tapi kalau kamar ya bareng-bareng, kalau ngga ya giliran (P2W2 72-73).

Makna Verbatim

Ada perbedaan dalam kegiatan pramuka ketika P duduk dibangku SD dengan di SMP.

Iya, ada, tapi sedikit lebih santai, ngga pas saat ini pas SMP (P2W3 10-11).

Kalau pas SD, lebih banyak mainnya. Kalau sekarang sudah SMP ya sudah ada materi-materinya (P2W3 13-14).

Perasaan P ketika mengikuti kegiatan pramuka di SD dan di SMP.

Menyenangkan, waktu masih SD mau pun sekarang sudah SMP (P2W3 17-18).

Permainan yang membutuhkan kerjasama kelompok.

Pasti ada, kebanyakan permainannya berkelompok. Jadi dibutuhkan kerjasama antar anggotanya, ya gitu (P2W3 21-22).

Contoh kegiatan yang membutuhkan kerjasama dengan teman atau orang lain.

Banyak hal dan kegiatan pastinya yang harus kerjasama dengan teman dan orang lain (P2W3 26-27).

Contohnya, kalau di sekolah dapat tugas dari guru bikin kelompok lalu mengerjakan dan diskusi soal-soal. Kalau di panti, seperti bersih-bersih kamar, halaman, ya gitu dan lain-lain (P2W3 29-32).

Perasaan P ketika kerjasama dengan teman di sekolah dan di panti asuhan.

Ya kalau di sekolah itu kadang ada teman yang susah di ajak kerjasama, seenaknya sendiri, jadi males juga. Kalau di panti, mereka semua tau dengan tugas-tugas yang sudah ada, jadi dikerjakan bareng-bareng, lebih cepat dikerjainnya lebih cepat juga selesainya (P2W3 35-39).

Ketika di rumah P suka membantu Ibunya. Bantu-bantu Ibu, di rumah ya bantuin bersih-bersih, nyuci pakaian, ya begitulah (P2W3 42-43).

Rasa capek dan senang ketika P dapat menyelesaikan tugasnya.

Kadang capek, tapi kalau sudah beres itu senang, karna sudah bersih dan bisa main kalau sudah beres kerjaannya (P2W3 45-47).


(43)

(1)

salah satu buku pelajarannya. Sorotan mata DM terlihat kurang nyaman, sehingga

nada bicara DM terdengar tidak stabil, kadang pelan, kadang jelas.

c.

Analisis Verbatim Partisipan

Makna Verbatim

Gaya berpenampilan yang simple dan memakai pakaian yang tidak ribet.

Gaya berpenampilan menurut saya yaitu cara seseorang bergaya memakai pakaian ya seperti memakai celana, baju, dan sebagainya (P2W1 2-4).

Memakai pakaian yang simple, yang ngga ribet. Saya suka pakai pakaian yang seperti sehari-hari memakai celana pendek, kaos. Ya kalau mau berpergian memakai celana panjang dan memakai kemeja (P2W1 7-10).

P tidak suka memakai gelang, atau kalung, atau topi, kacamata namun suka berpenampilan yang simple.

Penampilan saya itu ya baik, simple. Saya itu tidak suka memakai gelang atau kalung, atau topi, kacamata. Suka yang simple saja, pakai celana pendek, kaos sudah itu (P2W1 12-14).

Definisi P tentang penampilan yang simple. Yang biar gak ribetlah, kayak yang cepat memakainya, yang gak ribet pokoknya (P2W1 17-18).

Opini orang-orang di sekitar P tentang penampilan P.

Menurut teman-teman saya di panti, penampilan saya itu simple, biasa, gak aneh-aneh seperti orang lain. Kalau orang lain biasanya terlalu ribet memakai pakaiannya (P2W1 22-25).

Kalau menurut teman sekolah, baik-baik saja. Suka becandaan, kalau potongan rambut saya bagus, mereka suka gitu. Kata teman, setelah potong rambut saya lebih ganteng, kayak gitu (P2W1 27-30).

Penampilan P ketika di acara keagamaan. Ya kalau ada acara pengajian, disuruh memakai pakaian yang lebih baik. Memakai baju atau kemeja yang baik, bersih, dan celana panjang yang baik bersih (P2W1 33-35).

Penyesuaian sosial P dengan teman-teman di panti asuhan.

Ya saya itu orang suka guyon, biasa kalau saya lagi ketemu atau kenal gitu, saya menyapa mereka, lalu dibalas. Saya ajak omong-omong, kenalan, diajak cerita gitu (P2W1 38-41).

Pengalaman-pengalaman P yang menyenangkan dan menyedihkan.

Biasanya cerita tentang pengalaman-pengalaman, seperti itulah (P2W1 43-44).

Pengalaman yang menyenangkanlah, yang

menyedihkan juga bisa (P2W1 46-47).


(2)

saya alami, waktu saat di sekolah, tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia. Disuruh keluar kelas, disuruh untuk mengerjakan seratus kali (P2W1 50-53).

Pengalaman yang menyenangkan ya waktu piknik sama teman-teman, sekeluarga (P2W1 56-57).

Pengalamannya itu seperti tadi ya, kalau di sekolah itu saya pernah tidak mengerjakan PR Bahasa Indonesia disuruh mengerjakan seratus kali. Lalu, kalau di panti saya pernah melanggar peraturan keluar ngga ijin, terus dimarahi sama pengasuh. Kemudian saya itu diberi hukuman disuruh bersih-bersih kamar mandi sendiri (P2W1 131-136).

Penyesuaian sosial P dengan orang yang senior ketika di dalam dan di luar lingkungan panti asuhan.

Diluar panti asuhan ya biasanya saya suka menyapalah, selamat pagi, selamat siang. Terus kalau didalam panti menyapa pengasuhnya, selamat pagi pak. Lalu tanya kabar bagaimana, kabarnya baik, gitu (P2W1 61-64).

Kayak menyapa, lebih dahulu menyapa.

Kemudian mendekatkan diri untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh atau pembina yang lebih dewasa dari pada kita (P2W1 67-70).

Kegiatan masing-masing anak di panti asuhan dan menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Biasanya itu subuh sekitar jam empat, bangun, sikat gigi, kemudian sholat subuh. Setelah sholat kita belajar atau mengaji sebentar, bersih-bersih kamar atau persiapan untuk sekolah, lalu mandi. Setelah mandi, lalu makan bersama. Setelah makan, kita berangkat ke sekolah sekitar jam setengah tujuh berangkat sekolah. Kalau pelajaran biasa, biasanya pulang jam dua. Setelah jam dua pulang, makan siang bareng-bareng, kemudian sholat adzar. Setelah sholat itu kalau ada uang perlu dibersihkan, bersih-bersih bersama. Kalau ngga ada ya kita santai-santai. Kemudian sore, kita sholat maghrib Setelah sholat maghrib, mengaji sebentar sampai ishak. Setelah itu sholat ishak, setelah sholat, kita belajar sampai jam sembilan. Sebelum tidur, sikat gigi, lalu tidur (P2W1 73-87).

Opini P tentang peraturan-peraturan di panti asuhan.

Ya baik-baik sajalah, di panti ini peraturannya sangat baik untuk saya. Kadang saya itu tidak suka, kok pengasuhnya begini, kadang ngga suka. Terus sukanya itu kita bisa belajar kebersamaan melalui makan bersama, bersih-bersih bersama gitu (P2W1 90-94).


(3)

Terdapat peraturan dan hukuman untuk mengatur yang tidak boleh dilakukan di panti asuhan.

Ya kalau kita tidak mematuhi peraturan, seumpamanya kita boleh keluar kalau malam, batasannya itu sampai jam sembilan malam, kalau melebihi jam sembilan malam itu dikasih hukuman ya kalau ada yang perlu dibersihkan, dibersihkan sendiri. Seperti kamar mandi terus dibersihkan sendiri biar kapok orangnya, biar ngga mengulangi kejadian tersebut (P2W1 97-103).

Terdapat perkecualian peraturan guna memenuhi tugas akademik.

Ya kalau ada perlu, seumpamanya ada tugas sekolah perlu ke warnet tapi jam sembilan harus sudah sampai di panti (P2W1 105-107).

Terdapat perbedaan ketika P tinggal di rumah dengan tinggal di panti asuhan.

Kalau dirumah itu biasanya bangun, sholat, kadang ngga belajar, terus nonton TV, langsung berangkat sekolah. Habis pulang sekolah itu biasanya nonton TV sambil makan, santai-santai. Kalau di panti itu setelah sholat terus belajar, setelah mandi, terus makan bareng-bareng Setelah pulang sekolah itu disuruh belajar lima belas menit atau dua puluh menit. Nonton TV nya itu kalau hari-hari libur saja (P2W1 112-119).

Waktu dirumah itu lebih enaklah, bisa nonton TV sampai malam, setiap waktu, kapan saja. Kalau di panti cuma hari tertentu saja (P2W1 121-123). Perasaan P ketika tinggal di panti asuhan. Saya senanglah, disini itu berikan fasilitas.

Seperti mesin cuci, bisa sekolah gratis, Kita cuma bisa manut, mematuhi peraturan disini (P2W1 126-128).

Makna Verbatim

Gambaran kegiatan pramuka yang dilakukan P di sekolah.

Banyak sebenernya kegiatannya, seperti games antar kelompok, tali menali, dan sebagainya (P2W2 9-10).

Tebak-tebakan kata dengan memakai simbol bendera, jadi gantian setiap kelompok, bergiliran gitu (P2W2 12-13).

Manfaat dari kegiatan pramuka bagi P dan kelompoknya.

Kegiatan pramuka itu bisa tambah ilmu juga, bukan karna wajib tapi menyenangkan juga, melatih kita untuk berkerja sama dalam berkelompok, ya banyak manfaatnya (P2W2 18-21).

Kalau kerja kelompok itu kan ngga bisa egois, saling kerja sama-sama, dan percaya satu sama lain, apalagi saat games yang membutuhkan kerja


(4)

kelompok (P2W2 23-25). Contoh permainan-permainan ketika P mengikuti

kegiatan pramuka.

Seperti games jaring laba-laba, jadi satu anggota harus masuk kedalam jaring yang dari tali-tali tapi kakinya ngga boleh nyentuh tanah, kan anggota yang lainnya kerja sama saling membantu agar bisa sampai finish (P2W2 27-30).

Perasaan dan pengalaman P ketika mengikuti kegiatan pramuka di sekolah.

Senangnya itu belajar untuk bekerja sama dengan kelompok. Asyiklah.. Kalau yang lainnya, ya

kadang kalau kelompoknya kalah dalam

permainan apa gitu, disuruh nyanyi,

hukumannya, agak malu (P2W2 33-36). Contoh kegiatan-kegiatan P dan teman-temannya

di panti asuhan.

Ya kalau di panti, kebanyakan kegiatannya kita itu serba bareng-bareng. Contohnya, bersih-bersih ruangan, nyapu halaman, kerja bakti gitu, satu minggu sekali, kadang masak juga barengan tapi udah ada jadwalnya. Ya gitu, lebih kebersamaannya. Pas sabtu malam dan hari minggu pada nonton TV di ruangan serba guna (P2W2 38-43).

Sikap dan perasaan P ketika sedang belajar di ganggu oleh temannya.

Kadang-kadang ada yang iseng kalau jam belajar, ya di gangguin, usil (P2W2 46-47).

Paling tak tegur, tapi kalau ngga, aku pindah tempat belajarnya di ruangan rapat atau di kamar gitu (P2W2 49-50).

Yaa kalau di ganggu ya jengkel juga, tapi tak biarin saja, paling juga kesel sendiri tho (P2W2 52-53).

Perbedaan rasa nyaman P ketika tinggal di rumah dengan tinggal di panti asuhan.

Beda. Tetep di rumah lebih santai, kalau di panti itu kan ngga bisa seenaknya sendiri juga, ada peraturannya juga (P2W2 56-57).

Kalau dirumah tinggal sama Ibu, sepi juga. Kalau di panti ada temannya, rame, jadi ngga sepi (P2W2 59-60).

Ya di panti, enak, ya nyamanlah. Di rumah, ya sama kayak gitu (P2W2 62-63).

Jangka waktu dua atau tiga minggu sekali P pulang ke rumah.

Ngga tentu kak, bisa dua minggu sekali, tiga minggu sekali, kalau ngga ya pas ada hari libur lama gitu (P2W2 65-66).

Kegiatan P dan teman-temannya setelah pulang dari sekolah.

Paling bersih-bersih kamar, nyapu, cuci pakaian (P2W2 68).


(5)

Bersih-bersih kasur itu sendiri-sendiri, tapi kalau kamar ya bareng-bareng, kalau ngga ya giliran (P2W2 72-73).

Makna Verbatim

Ada perbedaan dalam kegiatan pramuka ketika P duduk dibangku SD dengan di SMP.

Iya, ada, tapi sedikit lebih santai, ngga pas saat ini pas SMP (P2W3 10-11).

Kalau pas SD, lebih banyak mainnya. Kalau sekarang sudah SMP ya sudah ada materi-materinya (P2W3 13-14).

Perasaan P ketika mengikuti kegiatan pramuka di SD dan di SMP.

Menyenangkan, waktu masih SD mau pun sekarang sudah SMP (P2W3 17-18).

Permainan yang membutuhkan kerjasama

kelompok.

Pasti ada, kebanyakan permainannya

berkelompok. Jadi dibutuhkan kerjasama antar anggotanya, ya gitu (P2W3 21-22).

Contoh kegiatan yang membutuhkan kerjasama dengan teman atau orang lain.

Banyak hal dan kegiatan pastinya yang harus kerjasama dengan teman dan orang lain (P2W3 26-27).

Contohnya, kalau di sekolah dapat tugas dari guru bikin kelompok lalu mengerjakan dan diskusi soal-soal. Kalau di panti, seperti bersih-bersih kamar, halaman, ya gitu dan lain-lain (P2W3 29-32).

Perasaan P ketika kerjasama dengan teman di sekolah dan di panti asuhan.

Ya kalau di sekolah itu kadang ada teman yang susah di ajak kerjasama, seenaknya sendiri, jadi males juga. Kalau di panti, mereka semua tau dengan tugas-tugas yang sudah ada, jadi

dikerjakan bareng-bareng, lebih cepat

dikerjainnya lebih cepat juga selesainya (P2W3 35-39).

Ketika di rumah P suka membantu Ibunya. Bantu-bantu Ibu, di rumah ya bantuin bersih-bersih, nyuci pakaian, ya begitulah (P2W3 42-43).

Rasa capek dan senang ketika P dapat menyelesaikan tugasnya.

Kadang capek, tapi kalau sudah beres itu senang, karna sudah bersih dan bisa main kalau sudah beres kerjaannya (P2W3 45-47).


(6)