Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Potret Perkembangan Usaha Kerajinan Tangan Eceng Gondok di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang T1 522006011 BAB I
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rawa Pening adalah suatu daerah wisata yang terletak di Kabupaten Semarang.
Dikawasan Rawa Pening juga terkenal dengan bahan kerajinan tangan dari bahan tanaman eceng
gondok. Tanaman eceng gondok adalah salah satu jenis tanaman air yang dijadikan masyarakat
sebagai bahan kerajinan tangan. Awalnya mereka hanya membuat dalam skala kecil untuk
permulaan. Sampai sekarang usaha kerajinan tangan dari eceng gondok ini sudah meluas ke
berbagai daerah, bahkan mereka sudah meng-eksport hasil kerajinannya ke beberapa negara
tetangga bahkan sebagian ke Eropa. Dari usaha yang dilakukan ini dapat membantu untuk
pemasukan keuangan negara dengan kegiatan ekspornya, dan bisa membantu keuangan warga
sekitar lainnya yang tidak memiliki keahlian membuat kerajinan dari batang eceng gondok.
Harga eceng gondok yang dijual ke pengrajin yang masih basah Rp.500 – Rp.1.000 per kilo,
sedangkan yang kering Rp.4.500 – Rp.6.000 per kilo. Adapun masalah yang dihadapi oleh para
petani adalah masalah penyusutan berat eceng gondok yang sangat tinggi. Jika eceng gondok
kondisi basah seberat 100 kilogram, maka ketika dijemur hanya menjadi 10- 15 kilogram
(Anonim, 2011).
Bagi masyarakat disekitar Rawa Pening, eceng gondok adalah tanaman parasit yang
menjadi hama bagi petani di sekitar Rawa Pening. Kenyataan tersebut yang menjadikan salah
satu alasan masyarakat untuk memulai bisnis kerajinan tangan (water hyacinth). Pemanfaatan
kerajinan dari bahan baku eceng gondok bisa menghasilkan berbagai macam produk seperti tas
wanita, koper, sandal, keranjang (tempat pakaian), tatakan gelas, tikar, dan nampan. Dengan
berkembangnya motif dan jenis dari kerajinan eceng gondok, banyak pengusaha kerajinan tangan
yang memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk mendukung industri mebel dan furniture
sebagai pengganti rotan (Arika, 2005).
Banyak daerah yang sudah membuka peluang usaha dari bisnis kerajinan tanaman eceng
gondok, antara lain Yogyakarta, Solo, Semarang, Salatiga, Cirebon, Lampung, Surabaya, dan
Bali. Bahkan sebagian barang-barang dengan kualitas tertentu, banyak diekspor ke Eropa dan
Amerika Serikat yang semakin menyukai dengan barang-barang alami (back to nature).
1
Memanfaatkan eceng gondok yang bisa didapatkan dengan mudah, murah, pengelolaan
yang sederhana dan keterampilan yang memadai akan didapatkan suatu jenis kerajinan yang
bernilai ekonomis, baik dan layak sebagai salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Salah satu daerah yang memanfaatkan eceng gondok sebagai kerajinan tangan adalah
daerah Rawa Pening dan sekitarnya. Rawa Pening ini terletak diantara 4 kecamatan, yaitu
Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru. Perkembangan eceng gondok sebagai bahan baku
produk kerajinan maupun mebel sudah dikenal sejak tahun 1990-an namun permintaan mulai
meningkat pada tahun 1995.
Banyaknya permintaan dari manca negara sejalan dengan membaiknya situasi pasar
kerajinan tangan. Adapun untuk memenuhi permintaan tersebut kendala yang sering dikeluhkan
para pengrajin kerajinan antara lain sulitnya permodalan, minimnya perhatian pemerintah,
promosi, keterbatasan pengetahuan mengenai bisnis, dan strategi pemasaran. Oleh karena itu,
maka dilakukan penelitian tentang potret perkembangan usaha kerajinan tangan eceng gondok di
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui potret peran pengusaha dan konsumen terhadap kerajinan eceng gondok di
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
2. Mengetahui perkembangan usaha kerajinan tangan eceng gondok Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
1.3. Signifikansi
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam
bidang Agribisnis, terutama dalam bidang pemasaran kerajinan eceng gondok.
Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna
bagi wiraswasta atau pengusaha kerajinan tangan untuk mengetahui strategi dalam memasarkan
produk kerajinan eceng gondok.
1.4. Batasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, dan tenaga penulis, maka dalam penelitian ini akan
membatasi masalah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Subjek penelitian adalah pengusaha kerajinan tangan dari eceng gondok baik itu selaku
produsen ataupun pengusaha dan pembeli (konsumen) kerajinan tangan dari bahan baku eceng
gondok.
Karakteristik pengusaha adalah profil pengusaha
yang diteliti yaitu alasan membuka
usaha, pendidikan, dan penjualan produk kerajinan.
Karakteristik konsumen adalah profil konsumen produk eceng gondok. karakteristik
konsumen meliputi umur, pendidikan terakhir, kota asal, sifat pembeli, motif membeli,
pengetahuan tentang produk, dan kegunaan produk yang dibeli.
Perkembangan usaha kerajinan tangan eceng gondok yang diteliti meliputi pertambahan
modal usaha, pertambahan jumlah tenaga kerja, perkembangan jenis produksi, dan jangkauan
pemasaran.
1.1. Latar Belakang
Rawa Pening adalah suatu daerah wisata yang terletak di Kabupaten Semarang.
Dikawasan Rawa Pening juga terkenal dengan bahan kerajinan tangan dari bahan tanaman eceng
gondok. Tanaman eceng gondok adalah salah satu jenis tanaman air yang dijadikan masyarakat
sebagai bahan kerajinan tangan. Awalnya mereka hanya membuat dalam skala kecil untuk
permulaan. Sampai sekarang usaha kerajinan tangan dari eceng gondok ini sudah meluas ke
berbagai daerah, bahkan mereka sudah meng-eksport hasil kerajinannya ke beberapa negara
tetangga bahkan sebagian ke Eropa. Dari usaha yang dilakukan ini dapat membantu untuk
pemasukan keuangan negara dengan kegiatan ekspornya, dan bisa membantu keuangan warga
sekitar lainnya yang tidak memiliki keahlian membuat kerajinan dari batang eceng gondok.
Harga eceng gondok yang dijual ke pengrajin yang masih basah Rp.500 – Rp.1.000 per kilo,
sedangkan yang kering Rp.4.500 – Rp.6.000 per kilo. Adapun masalah yang dihadapi oleh para
petani adalah masalah penyusutan berat eceng gondok yang sangat tinggi. Jika eceng gondok
kondisi basah seberat 100 kilogram, maka ketika dijemur hanya menjadi 10- 15 kilogram
(Anonim, 2011).
Bagi masyarakat disekitar Rawa Pening, eceng gondok adalah tanaman parasit yang
menjadi hama bagi petani di sekitar Rawa Pening. Kenyataan tersebut yang menjadikan salah
satu alasan masyarakat untuk memulai bisnis kerajinan tangan (water hyacinth). Pemanfaatan
kerajinan dari bahan baku eceng gondok bisa menghasilkan berbagai macam produk seperti tas
wanita, koper, sandal, keranjang (tempat pakaian), tatakan gelas, tikar, dan nampan. Dengan
berkembangnya motif dan jenis dari kerajinan eceng gondok, banyak pengusaha kerajinan tangan
yang memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk mendukung industri mebel dan furniture
sebagai pengganti rotan (Arika, 2005).
Banyak daerah yang sudah membuka peluang usaha dari bisnis kerajinan tanaman eceng
gondok, antara lain Yogyakarta, Solo, Semarang, Salatiga, Cirebon, Lampung, Surabaya, dan
Bali. Bahkan sebagian barang-barang dengan kualitas tertentu, banyak diekspor ke Eropa dan
Amerika Serikat yang semakin menyukai dengan barang-barang alami (back to nature).
1
Memanfaatkan eceng gondok yang bisa didapatkan dengan mudah, murah, pengelolaan
yang sederhana dan keterampilan yang memadai akan didapatkan suatu jenis kerajinan yang
bernilai ekonomis, baik dan layak sebagai salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Salah satu daerah yang memanfaatkan eceng gondok sebagai kerajinan tangan adalah
daerah Rawa Pening dan sekitarnya. Rawa Pening ini terletak diantara 4 kecamatan, yaitu
Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru. Perkembangan eceng gondok sebagai bahan baku
produk kerajinan maupun mebel sudah dikenal sejak tahun 1990-an namun permintaan mulai
meningkat pada tahun 1995.
Banyaknya permintaan dari manca negara sejalan dengan membaiknya situasi pasar
kerajinan tangan. Adapun untuk memenuhi permintaan tersebut kendala yang sering dikeluhkan
para pengrajin kerajinan antara lain sulitnya permodalan, minimnya perhatian pemerintah,
promosi, keterbatasan pengetahuan mengenai bisnis, dan strategi pemasaran. Oleh karena itu,
maka dilakukan penelitian tentang potret perkembangan usaha kerajinan tangan eceng gondok di
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui potret peran pengusaha dan konsumen terhadap kerajinan eceng gondok di
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
2. Mengetahui perkembangan usaha kerajinan tangan eceng gondok Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
1.3. Signifikansi
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam
bidang Agribisnis, terutama dalam bidang pemasaran kerajinan eceng gondok.
Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna
bagi wiraswasta atau pengusaha kerajinan tangan untuk mengetahui strategi dalam memasarkan
produk kerajinan eceng gondok.
1.4. Batasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, dan tenaga penulis, maka dalam penelitian ini akan
membatasi masalah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
Subjek penelitian adalah pengusaha kerajinan tangan dari eceng gondok baik itu selaku
produsen ataupun pengusaha dan pembeli (konsumen) kerajinan tangan dari bahan baku eceng
gondok.
Karakteristik pengusaha adalah profil pengusaha
yang diteliti yaitu alasan membuka
usaha, pendidikan, dan penjualan produk kerajinan.
Karakteristik konsumen adalah profil konsumen produk eceng gondok. karakteristik
konsumen meliputi umur, pendidikan terakhir, kota asal, sifat pembeli, motif membeli,
pengetahuan tentang produk, dan kegunaan produk yang dibeli.
Perkembangan usaha kerajinan tangan eceng gondok yang diteliti meliputi pertambahan
modal usaha, pertambahan jumlah tenaga kerja, perkembangan jenis produksi, dan jangkauan
pemasaran.