Kajian Ergonomi pada Industri Bolu Kukus di Denpasar.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SAMBUTAN KETUA PANITIA
SAMBUTAN KETUA PEI 2012-2015
DAFTAR ISI
A. Agriculture Ergonomics
PENGEMBANGAN KESAN (KANSEI ENGINEERING-BASED SENSOR FOR
AGRO-INDUSTRY) UNTUK LINGKUNGAN KERJA TERKENDALI
Mirwan Ushada,Tsuyoshi Okayama, Atris Suyantohadi, Nafis Khuriyati,
Dzikri Rahadian Fudholi
B. Anthropometry
DRILLIS & CONTINI REVISITED USING STRUCTURAL EQUATION
MODELING FOR ANTHROPOMETRIC DATA
Markus Hartono
C. Communication & Networking
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEMUDAHGUNAAN PERANGKAT
SMARTPHONE DENGAN METODE THINK-ALOUD EVALUATION
Andrie Pasca Hendradewa, Yassierli
D. Biomechanics
KAJIAN BIOMEKANIKA PADA TEKNIK PENGENDARAAN
RACING WHEELCHAIR UNTUK ATLET PARAPLEGIA

Lobes Herdiman, Ilham Priadythama
E. Cognitive Ergonomics
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PADA BUNDLING PRODUK YANG
MEMPENGARUHI ATENSI PEMBELANJA DENGAN METODE EYETRACKING
Erlinda Muslim, Boy Nurtjahyo Moch., Maya Arlini, Faishal Muhammad,
Shafira Karamina Alifah, Rina Puspita
E-1Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 ISBN: 978-602-8817-72-1
Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
PENGARUH IN-STORE DAN OUT-STORE FACTORS TERHADAP ATENSI
DAN EVALUASI PEMBELANJA PADA SUATU MERK PRODUK DISKON
Maya Arlini, Erlinda Muslim, Boy Nurtjahyo Moch., Putri Kusumawardhani,
Sarah Putri, Meilinda Dorris Shintana
PERBANDINGAN KUESIONER SWEDISH OCCUPATIONAL FATIGUE
INVENTORY (SOFI) DAN FATIGUE ASSESSMENT SCALE (FAS) SEBAGAI
ALAT PENGUKURAN PERSEPSI KELELAHAN
Rida Zuraida, Hardianto Iridiastadi, Maya Arlini Puspasari
KEBISINGAN BERPENGARUH TERHADAP KONSENTRASI PEKERJA PADA
INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU
I Ketut Widana, I Gede Oka Pujihadi, Ni Wayan Sadiyani, I Ketut Sutapa
PROGRAM MANAJEMEN STRES KERJA ERGO-JSI MENINGKATKAN WORK

ABILITY INDEX WAI KARYAWAN BANK “WA“TA NA“IONAL X DI
DENPASAR BALI
Susy Purnawati
F. Comunnication and Networking

i
iii
iv
vi

A-1

B-1

C-1

D-1

E-8


E-15

E-22

E-29

PENERAPAN AUGMENTED REALITY SEBAGAI MEDIA EDUKASI
PEMAKAIAN ALAT PEMADAM API
Arief Rahman, Pamungkas Dwi Admaja
G. Cultural Ergonomics
PENGARUH PEMUTARAN MUSIK GAMELAN JAWA SEBAGAI MUSIK
PENGIRING KERJA TERHADAP DENYUT JANTUNG MANUSIA DAN
PERASAAN RILEKS
Lina Dianati Fathimahhayati, Rini Dharmastiti, Subagio
ERGONOMI DAN TRI HITA KARANA PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL
TRADISONAL BALI
I Nyoman Artayasa
H. Ergonomics in Small and Medium Scale Entreprise
STRATEGI INOVASI DESAIN INKLUSI ALAT PRODUKSI MEMBATIK HEMAT
ENERJI

Paulus Bawole, Puspitasari Darsono, Eko A. Prawoto, Winta Guspara
SUHU LINGKUNGAN KERJA PERAPEN YANG PANAS DAPAT
MENINGKATKAN BEBAN KERJA DAN MENURUNKAN PRODUKTIVITAS
PERAJIN GAMELAN BALI
I Ketut Gde Juli Suarbawa
KAJIAN ERGONOMI PADA INDUSTRI BOLU KUKUS DI DENPASAR
I Made Krisna Dinata, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, I Made
Muliarta
ANALISIS BEBAN KERJA, TINGKAT KEBISINGAN DAN KELELAHAN KERJA
PEKERJA MEUBEL DI KOTA KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR
Soni Doke , Jacob M Ratu
EVALUASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) UKM BATIK
PUTRA MADURA DENGAN BEHAVIOR BASED SAFETY(BBS)
Nachnul Ansori, Trisita Novianti, Fitri Agustina, Tri Ulfa Hasanah
I. Ergonomics and Global warming
ESENSI GLOBAL WARMING TERHADAP KOGNISI MASYARAKAT
INDONESIA (STUDI KASUS DI 8 KOTA DI INDONESIA)
Erwin Maulana Pribadi
J. Healthcare Ergonomics
ANALISA DAN EVALUASI KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK PADA PT.

ABC
Khawarita Siregar, Ukurta Tarigan
TINGKATAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) PADA PEKERJA DI
PEMOTONGAN BATU PT. P “LEMAN
Lusy Ika Susanti, Yamtana, M. Mirza Fauzie
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS HIDRASI PEMECAH BATU YANG
TERPAPAR PANAS MATAHARI DI ROWOSARI KOTA SEMARANG
Baju Widjasena, Bina Kurniawan, Siswi Jayanti
K. Human Computer Interaction
PENERAPAN PENDEKATAN SHIP DALAM PENGEMBANGAN WEBSITE
DESA DI KABUPATEN KLUNGKUNG

F-1

G-1

G-6

H-1


H-14

H-20

H-25

I-1

J-1

J-7

J-13

I Wayan Sudiarsa
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KESALAHAN PADA PENGGUNAAN KOMPUTER
Fitri Agustina, Nachnul Anshori, Dwi Atika Meirina
ANALISIS RISIKO PADA SAAT PRAKTIKUM KOMPUTER DI RUANG
PRAKTIKUM KOMPUTER IN“TITUT “ DENPA“AR

I Made Muliarta, Made Krisna Dinata, L.M. Indah, Putu Adiartha G
PENGARUH POSISI PENGGUNAAN KOMPUTER TABLET TERHADAP
KETIDAKNYAMANAN TUBUH EKSTRIMITAS ATAS
Anita Juraida, Yassierli
L. Manual Material Handling
PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR SORTASI DENGAN PENERAPAN
TOJOK ERGONOMIS DI INDUSTRI KELAPA SAWIT
Anizar, Ukurta Tarigan
KAJIAN ASPEK ERGONOMI SEBAGAI DASAR PERANCANGAN KONDISI
KERJA PENYADAP LONTAR DI KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR
Jacob M Ratu
ANALISIS ERGONOMI AKTIVITAS PEMINDAHAN BAHAN AKIBAT
PENGATURAN ULANG TATA LETAK FASILITAS
Marta Hayu Raras Sita Rukmika Sari, Luciana Triani Dewi, V. Ariyono
M. Musculoskeletal Disorder
PENERAPAN ERGONOMI MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL
DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN SERTA PRODUKTIVITAS PADA
WANITA PEMBUAT BANTEN DI GIANYAR-BALI
I Dewa Ayu-Inten D.P., Luh Made Indah S.H.A
MUSCULOSCELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATU BATA MERAH DI

KELURAHAN X KUTAI KARTANEGARA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
Nanik Haryanti, Iwan M. Ramdan
KORELASI KELUHAN FISIK DAN LIMA DIMENSI KELELAHAN SWEDISH
OCCUPATIONAL FATIGUE INDEX (SOFI) PADA KARYAWAN PEMASANGAN
AKSESORIS MOBIL
Ardhika Surya Saputra, Tiara Anantha, Rida Zuraida
ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR PADA STASIUN BOILER DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RULA DI PT. ABC
Farida Ariani, Syahrul Fauzi Siregar
ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR DIVISI SPRING BED DENGAN
METODE SNQ (STANDARD NORDIC QUESTIONAIRE) DAN REBA PADA PT.
CAKUP
Khalida Syahputri, Rahmi M. Sari
USULAN PERBAIKAN METODE KERJA DI LINE PRODUKSI POTONG PIPA
MESIN SAW BLADE MANUAL
Euis Nina Saparina Yuliani, Wahyudin, Hardianto Iridiastadi
PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DAN
ANALISIS RULA MENURUNKAN KELELAHAN DAN KELUHAN OTOT


K-1

K-6

K-16

L-1

L-7

L-12

M-1

M-6

M-11

M-17


M-22

SKELETAL PADA PRAMUGRAHA HOTEL PURI SARON
N.K. Dewi Irwanti, M. Yusuf, D.A. Aryadewi
ANALISIS POSTURAL STRESS OPERATOR PACKING CV X
Herry Christian Palit, Debora Anne Yang Aysia
USULAN ALOKASI ELEMEN KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Dini Wahyuni , Poppy Wijaya , Rahmi M. Sari
ANALISA POSTUR KERJA OPERATOR MESIN HONING MODEL ANR-275
MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)
Muhammad Kholil, Euis Nina Saparina Yuliani
STUDI PERANCANGAN FASILITAS KERJA DI STASIUN PEMBERSIHAN
DAN PEMBELAHAN IKAN (STUDI KASUS UKM PENGASINAN IKAN)
Benedikta Anna
ANALISIS PEKERJA EGREK KELAPA SAWIT DI PTPN XY: PART 3.
ANALISIS BIOMEKANIKA
Listiani Nurul Huda, Rahim Matondang, Rahmadan Syah Saragih
PENILAIAN POSTUR KERJA BAGIAN TANGAN MENGGUNAKAN
ELEKTROMIOGRAFI
Indah Pratiwi, Purnomo, Rini Dharmastiti, Lientje Setyowati

PENENTUAN ERGONOMIC ASSESSMENT METHOD UNTUK
MENGANALISIS ERGONOMIC HAZARDS DI PEKERJAAN YANG
MENIMBULKAN MSDs
Boy Nurtjahyo, Erlinda Muslim, Maya Arlini, Primalia Atika Hardhiani,
Nicko Chandra, Anna Murti
N. Office Ergonomics
ANALISIS BEBAN KERJA MAHASISWA PRAKTEK DI LABORATORIUM
JURUSAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS UDAYANA
M. Yusuf, I Gede Suhartana, Wahyu Susihono
O. Patient Safety
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT
Billy Richardo Sagala dan Ari Widyanti
PERANAN MANAJEMEN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN
KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
Triarti Saraswati
PENGUKURAN KELUHAN OTOT-RANGKA PADA PEKERJAAN PERAWAT
DENGAN DUTCH MUSCULOSKELETAL QUESTIONNAIRE
Wyke Kusmasari, Yayan Harry Yadi, dan Ing Farid Wajdi
PENGUKURAN IKLIM KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS RS X
MALANG)
Dian Palupi Restuputri
ANALISIS AKTIVITAS KONSULTASI DOKTER SPESIALISTERHADAP
KEPUA“AN PA“IEN PADA KLINIK UTAMA ABC BANDUNG
Oktri Mohammad Firdaus
P. Product Design
USULAN REDESIGN KERANJANG BELANJA YANG ERGONOMIS (STUDI

M-34
M-39
M-45

M-51

M-56

M-63

M-70

M-76

N-1

O-1

O-15

O-21

O-30

KASUS: PASAR MODERN BSD)
Dino Caesaron, Ricky Cahyadi
PERANCANGAN MEJA KERJA PENGELEMAN JOINT KARDUS UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
Martinus Edy Sianto, Arya Dwi Jaka, dan Hadi Santosa
PERANCANGAN ALAT PENJEMUR KEMPLANG PADA INDUSTRI
KEMPLANG ARHAN PALEMBANG
Yulianti, Theresia Sunarni
DESAIN KURSI ERGONOMIS IBU MENYUSUI MENINGKATKAN MOTIVASI
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
I Made Anom Santiana, M. Yusuf, dan I Nyoman Sutapa
DESAIN TAMENG PERMANEN LADLE-KOWI MENINGKATKAN
KENYAMANAN PEKERJA MENUANG BAJA CAIR KE DALAM CETAKAN
Wahyu Susihono
PERANCANGAN MESIN PEMOTONG BATU BATA DAN PARAS SESUAI
ANTROPOMETRI PERAJIN DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
I Gede Santosa, dan AA. NB. Mulawarman
PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN
KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER
Frengki Nainggolan, Maria Chandra Dewi Kurnianingtyas
PENGEMBANGAN METODE DESAIN PRODUK YANG BERORIENTASI PADA
KEPUASAN PENGGUNA DENGAN PENDEKATAN MULTIDISIPLIN
Agustinus Gatot Bintoro dan Valentinus Darsono
PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGURANGI KELUHAN PEKERJA
PADA PROSES PENJEMURAN KAIN BATIK CABUT
Etika Muslimah, Ida Nursanti, Ahmad Ali Marzuki
PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA PADA KERAJINAN COR ALUMINIUM
DENGAN ERGONOMI PARTISIPATORI
Muhammad Anshari Fadhilah, Amarria Dila Sari, Hari Purnomo,
Muhammad Ragil Suryoputro, Ratih Dianingtyas Kurnia
Q. School Ergonomics
MODEL EDUKASI ERGONOMI TOTAL DALAM PRAKTIK KEILMUAN TEKNIK
INDUSTRI DI DAERAH
Heri Setiawan
DESAIN INTERIOR MICRO TEACHING BERBASIS ERGONOMI
Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi, I Dewa Ayu Sri Suasmini, dan Ni Luh Desi In
Diana Sari
R. Sports Ergonomics
ANALISIS SKOR CONSTANT SENDI BAHU DAN KORELASINYA TERHADAP
LAMA LATIHAN PADA ATLET BASEBALL KOTA BANDUNG
Leonardo Lubis
S. Usability and User Experience
PENENTUAN TINGKAT PENERIMAAN PERAWAT TERHADAP ALAT
PEMANTAU INFUS JARAK JAUH BERBASIS USABILITY TESTING
Erlinda Muslim, Boy Nurtjahyo Moch., Maya Arlini, Anselma Basuki,

P-1

P-7

P-13

P-20

P-25

P-30

P-36

P-41

P-57

Q-1

Q-7

R-1

Tubagus Raihar Maqdisi, dan Tri Budi Setyaningsih
PERANCANGAN ULANG PRODUK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN USER
EXPERIENCE MENGGUNAKAN METODE GENEVA EMOTION WHEEL
Kristiana Asih Damayanti, Meity Martaleo, Christian Ebbyanto Gunawan,
dan Davin Manuel Sutanto
PERANCANGAN APLIKASI WAYFINDING UNTUK KAMPUS IPB DENGAN
MEMPERHATIKAN ASPEK USER EXPERIENCE
Thedy Yogasara dan Stephanie Angkawijaya
T. Work Organization
APLIKASI ERGONOMI MIKRO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
KERJA MIKROBIOLOGI
Rohmana dan Hennie Husniah
PERHITUNGAN WAKTU KERJA EFEKTIF UNTUK PEKERJAAN TAMAN
Nuruddin Kamil, Maria Anityasari, dan Anny Maryani
U. Transport & Traffic Ergonomics
PENGARUH KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA FISIK TERHADAP
KELELAHAN KERJA PORTER APRON BANDARA AHMAD YANI
Novie susanto, Ratna Purwaningsih, Rizki Ridha Illahi
Makalah Finalis PEI Student Paper Challenge 2015
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX DAN WAKTU
ISTIRAHAT PADA AKTIVITAS JOGGING USIA 19-21 TAHUN
Anugrah Nurhamid, Sakya Nabila Hapsari
PERANCANGAN TONG SAMPAH YANG EFISIEN DAN INOVATIF
Aditya Suprihadi Trijaya, Christian Oktavianus, Grace Natalia
PERANCANGAN POSTUR KERJA YANG ERGONOMIS PADA OPERATOR
JAHIT DALAM VIRTUAL ENVIRONMENT
Faesal Adam, Felix Pandan N. W., Sarsa Surya Rizkita
PENGARUH PENGGUNAAN SOFTWARE ORACLE DENGAN BEBAN KERJA
MENTAL PEKERJA ADMINISTRASI JNE
Mitasya Susilo, Helena Allaitsi Muzakiroh, Tasya Pradipta
INOVASI MEJA BANTAL (METAL) PRAKTIS
Rinawati, Adi Prianto, Yakobus Joko Prakosa

S-1

S-9

S-15

T-1

U-1

SP-1
SP-6

SP-13

SP-18

KAJIAN ERGONOMI PADA INDUSTRI BOLU KUKUS DI DENPASAR
I Made Krisna Dinata1; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2; I Made Muliarta3
Bagian Ilmu FAAL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Jl. PB Sudirman Denpasar- Bali
Email: krisnadinata@yahoo.com1; luhmadeindah@yahoo.com2muliarta26@gmail.com3
ABSTRAK
Industri bolu kukus memiliki prospek yang baik di Bali khususnya di Denpasar. Selain
sebagai panganan sehari-hari, bolu kukus juga digunakan dalam sarana upakara. Wawancara
pada satu pedagang bolu kukus di Pasar Badung didapatkan informasi permintaan bolu kukus
pada saat Purnama sebanyak 400 hingga 600 bungkus. Saat hari raya Galungan, satu pedagang
kue di Pasar Badung mampu menjual 2000 hingga 4000 bolu kukus tiap harinya selama rentetan

upacara Galungan yang berlangsung selama lebih dari tiga hari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara terhadap
salah satu produsen bolu kukus di denpasar.
Industri bolu kukus kebanyakan masih berskala industri rumah tangga yang belum memiliki
modal yang besar dan dikelola dengan sederhana. Pada industri bolu kukus terdapat empat proses
kerja yaitu proses mengadon, menuang adonan, mengukus, dan membungkus. Banyak potensi
bahaya yang ditemukan pada industri bolu kukus seperti sikap kerja yang tidak ergonomis, tidak
disediakan alat pelindung diri, paparan suhu tinggi, kelembaban tinggi, pencahayaan yang kurang,
dan lain sebagainya.
Adanya potensi-potensi bahaya yang mengancam pekerja industri bolu kukus tentu
memerlukan sebuah solusi sehingga kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja dapat
dicegah. Pendekatan Ergonomi Total dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang
ada pada industri bolu kukus. Dengan dilakukannya pendekatan Ergonomi Total diharapkan selain
mampu memecahkan masalah yang ada, juga dapat mencegah timbulnya masalah baru yang
mungkin muncul.
Kata Kunci: bolu kukus, kajian ergonomi, denpasar
1. PENDAHULUAN
Semakin tingginya tuntutan hidup masyarakat perkotaan akhir-akhir ini berimbas pada
kesibukan dalam berkarir. Disamping itu, masyarakat khususnya masyarakat Bali juga dituntut
tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan upakara adat yang ikut menyita waktu serta tenaga. Sebagian
besar masyarakat menyiasatinya dengan mengandalkan industri penyedia sarana upakara adat
seperti industri pembuat canang, banten, serta makanan untuk persembahan. Makanan
persembahan yang dibutuhkan meliputi jaje uli, jaje begina, bolu kukus, dan lain sebagainya.
Industri bolu kukus memiliki prospek yang baik di Bali khususnya di Denpasar. Selain sebagai
panganan sehari-hari, bolu kukus juga digunakan dalam sarana upakara. Peningkatan jumlah
penduduk Bali yang cukup pesat tentu diikuti oleh peningkatan kebutuhan akan bolu kukus sebagai
sarana upakara maupun panganan sehari-hari. Bahkan menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
Bali (2013), laju pertumbuhan penduduk bali sebesar 2,15% pertahun berada jauh di atas laju
pertumbuhan penduduk nasional yang hanya sebesar 1,48%.
Bolu kukus sangat dibutuhkan terutama saat hari-hari suci agama hindu di Bali seperti
Purnama, Tilem, Galungan, Kuningan, Pagerwesi, dan lain sebagainya. Wawancara pada satu
pedagang bolu kukus di Pasar Badung didapatkan informasi permintaan bolu kukus pada saat
Purnama sebanyak 400 hingga 600 bungkus. Saat hari suci yang lebih besar, permintaan akan
bolu kukus akan semakin meningkat bahkan pada rentetan hari raya Galungan, permintaan bolu
kukus melebihi kemampuan produksi para produsennya. Saat hari raya Galungan, satu pedagang
Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 ISBN: 978-602-8817-72-1
Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
H-15
kue di Pasar Badung mampu menjual 2000 hingga 4000 bolu kukus tiap harinya selama rentetan
upacara Galungan yang berlangsung selama lebih dari tiga hari.
Industri bolu kukus kebanyakan masih berskala industri rumah tangga yang b elum memiliki
modal yang besar dan dikelola dengan sederhana. Pengelolaannya belum mempertimbangkan
kajian ergonomi sehingga akan menjadi potensi bahaya. Aktivitas fisik yang dilakukan di stasiun
kerja dengan peralatan yang tidak ergonomis dapat menimbulkan cidera atau keluhan pada otot
dan persendian (Gerr dan Letz, 2000).

2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada salah
satu industri bolu kukus di Denpasar terkait 3 aspek kajian ergonomi (task, organisasi, lingkungan).
Wawancara dilakukan terhadap dua orang pekerja yang sedang bertugas memproduksi bolu
kukus.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses produksi pada industri bolu kukus terdiri dari empat tahapan yaitu membuat adonan,
menuang adonan ke dalam cetakan, mengukus, dan membungkus. Pembuatan adonan dilakukan
dengan mencampur bahan-bahan seperti tepung, gula, telur, zat pengembang, serta perisa
makanan. Bahan-bahan ini kemuadian diaduk dengan menggunakan alat pengaduk yang disebut
dengan mixer selama kurang lebih satu jam. Mixer yang digunakan dapat mengaduk sekitar 20 kg
bahan. Setelah bahan tercampur dengan baik, dilanjutkan dengan proses menuang adonan ke
dalam cetakan. Cetakan disusun sedemikian rupa di atas loyang kemudian adonan dituang satu
persatu menggunakan sendok khusus berulang-ulang hingga semua cetakan terisi penuh. Proses
penuangan adonan ini dapat mencapai 2 jam untuk produksi 20 kg bahan. Loyang yang sudah diisi
penuh selanjutnya dimasukkan ke dalam panci kukus yang sudah panas. Proses pengukusan
berlangsung sekitar 20 menit. Setelah bolu kukus mengembang, selanjutnya loyang diangkat, bolu
kukus dipindahkan ke nampan, dan didinginkan. Setelah bolu kukus dingin, dilanjutkan dengan
proses pembungkusan menggunakan plastik OPP proses pembungkusan ini bisa memakan waktu
hingga 2 jam. Selanjutnya bolu kukus sudah siap untuk dipasarkan.
Wawancara terhadap salah satu pekerja, produksi bolu kukus rutin dikerjakan tiap menjelang
bulan purnama dan bulan baru sebanyak 20 kg. Hal ini berkaitan dengan hari suci budaya Bali
yang membutuhkan bolu kukus sebagai salah satu sarana persembahan. Produksi juga rutin saat
hari raya hindu lainnya. Saat hari raya Galungan mampu memproduksi maksimal 5000 bungkus
bolu kukus dalam waktu satu hari dengan lama kerja selama 20 jam. Jumlah produksi tersebut
ternyata belum dapat memenuhi jumlah permintaan pasar. Keterbatasan tenaga kerja serta sarana
produksi menjadi alasan produsen tidak mampu memenuhi daya serap pasar. Keterbatasan
tenaga kerja diikuti oleh permintaan akan bolu kukus yang tinggi membuat pekerja terpaksa
bekerja lebih dari 8 jam yang menjadi beban bagi pekerja. Beban kerja yang melampaui
kemampuan dan keterbatasan manusia akan menimbulkan masalah yang berimplikasi pada
pekerja maupun industri bolu kukus Grandjean (2000).
Pada kajian task, didapatkan sikap kerja yang tidak alamiah terutama pada proses
membungkus. Sikap kerja yang dilakukan adalah duduk menggunakan kursi pendek atau dingklik
sehingga pekerja bekerja dengan sikap kerja membungkuk dalam waktu yang cukup lama (gambar
1). Proses membungkus cukup memakan waktu sehingga dapat menimbulkan keluhan
muskuloskeletal akibat sikap kerja duduk statis dan membungkuk. Selain itu, kegiatan
membungkus ini sering dilakukan dengan sikap kerja duduk di lantai. Kegiatan lainnya yang
termasuk sikap kerja tidak fisiologis didapatkan pada proses menuang adonan. Dalam menuang
adonan dilakukan dengan sikap kerja berdiri statis dan gerakan repetitif dalam jangka waktu yang
cukup lama (gambar 2). Pekerja sebagian besar mengeluhkan proses penuangan adonan sebagai
pekerjaan yang paling berat dan membosankan. Gerakan yang monoton serta sikap kerja yang
statis menjadi penyebabnya. Hal ini terbukti dari lebih dikeluhkannya proses penuangan adonan
dibanding dengan proses lainnya oleh pekerja. Selain dapat memberikan dampak pada keluhan
pekerja, sikap kerja yang tidak fisiologis ini dapat berdampak pada produktivitas pekerja. Energi
yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas akan lebih tinggi jika pekerja bersikap kerja tidak

fisiologis (Takahashi, 2002).
Proses angkat-angkut saat memindahkan adonan dari mixer ke meja pencetakan tidak sempat
diobservasi, namun dari wawancara didapatkan bahwa para pekerja belum mengetahui sikap kerja
angkat-angkut yang ergonomis.Pengangkutan adonan ke stasiun kerja proses penuangan adonan
Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 ISBN: 978-602-8817-72-1
Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
H-16
juga dapat menimbulkan masalah karena pekerja belum dibekali dengan pengetahuan proses
angkat angkut yang ergonomis. Masalah yang sering dihubungkan dengan sikap angkat angkut ini
adalah keluhan muskuloskeletal.Keluhan pada sistem muskuloskeletal dapat terjadi karena beban
berlebihan, gerakan tertentu yang berulang-ulang, sikap tubuh ketika duduk, berdiri dan melakukan
aktivitas, dan tekanan kerja. (Gerr dan Letz, 2000).
Gambar 1. Sikap kerja saat memindahkan bolu untuk dibungkus
Gambar 2. Proses penuangan adonan ke cetakanProceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015
ISBN: 978-602-8817-72-1
Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
H-17
Pada proses mengukus, ketinggian kompor belum memperhitungkan antropometri pekerjanya. Hal
ini akan menyebabkan pekerja melakukan sikap kerja yang tidak alamiah seperti menjinjit saat
akan mengukus adonan maupun saat mengambil bolu yang sudah matang. Stasiun kerja yang
tidak sesuai antropometri pekerja dapat menimbulkan sikap kerja yang tidak alamiah sehingga
berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja (Manuaba, 2006).
Pada kajian organisasi, industri bolu kukus termasuk industri skala rumah tangga. Sistem
organisasi industri ini masih sangat sederhana. Belum ada sistem yang baku dalam pembagian
tugas maupun sistem pengupahan. Pekerja kadang harus melakukan pekerjaan lain diluar
kegiatan produksi bolu kukus seperti mencuci perabotan rumah tangga, menyapu, mengepel, dan
kegiatan rumah tangga lainnya. Waktu kerja belum diatur dengan baik sehingga saat hari-hari raya
di Bali, dimana jumlah produksi sangat tinggi, pekerja dapat bekerja lebih dari 8 jam.
Dari wawancara juga didapatkan bahwa waktu istirahat belum diatur dalam kegiatan produksi. Hal
ini berpotensi terjadi istirahat curian dan menyebabkan kejenuhan pekerja dalam bekerja. Tidak
disediakannya alat pelindung diri yang memadai juga berpotensi menumbulkan kecelakaan kerja
khususnya pada proses mengukus. Pada proses mengukus, pekerja dihadapkan dengan bahaya
berupa paparan panas dari kompor dan panci. Saat mengambil loyang dari panci kukus yang
panas, pekerja hanya memanfaatkan kain lap untuk menghindari terjadinya luka bakar.
Produksi dilakukan dengan tidak banyak melihat keterbatasan pekerja, sehingga industri
pembuatan bolu kukus menjadi terasa berat akibat beban-beban fisiologis yang diterima pekerja.
Hal ini menyebabkan lebih sedikit pekerja yang bersedia terjun di industri bolu kukus.
Kajian aspek lingkungan pada industri bolu kukus juga ditemukan masalah ergonomi.
Pencahayaan di beberapa titik masih kurang dengan rata-rata intensitas cahaya adalah 126
lux.Pencahayaan yang baik pada kegiatan industri minimal berkisar antara 250 -300 lux.
Pencahayaan yang kurang dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan dan dapat menurunkan
produktivitas pekerja.
Suhu udara di lingkungan kerja selain di tempat proses mengukus didapatkan rata-rata sebesar
28
o

C dengan kelembaban relatif 72%. Suhu udara pada bagian mengukus didapatkan cukup tinggi
yaitu 33
o
C dengan kelembaban relatif mencapai 86%. Pekerja berada pada tempat mengukus
hanya sekitar satu menit tiap kali menaruh adonan dan mengambil bolu yang sudah matang.
Selain paparan suhu udara yang panas, pada proses mengukus, pekerja terpapar panas dari
kompor secara radiasi dan panas dari uap air ketika membuka tutup panci. Disamping itu, bahaya
dari suhu panci yang tinggi dapat berpotensi menyebabkan luka bakar jika tidak berhati-hati dalam
bekerja. Tidak jarang pekerja mengalami luka bakar akibat tidak sengaja bersentuhan dengan
panci yang panas saat kegiatan memasukkan adonan siap kukus ke dalam panci maupun saat
mengeluarkan bolu kukus yang sudah matang.
Kebisingan didapatkan 72 dB di tempat menuang adonan dan di bagian mixer didapatkan 85dB.
Tingkat kebisingan tersebut masih memenuhi standard bekerja selama 8 jam. Saat jumlah
produksi banyak, pekerja dapat bekerja lebih dari 8 jam dan ini berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan akibat bising disamping akibat jam kerja yang melebihi jam kerja yang
direkomendasikan. Kebisingan dapat meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, kontriksi
pembuluh darah pada kulit, metabolisme, tensi otot dan menurunkan aktivitas alat pencernaan.
Berbeda dengan kebisingan yang dikehendaki seperti suara musik sebagai pelembut suasana,
jelas bermanfaat bagi pekerja bila tidak mengganggu percakapan dan komunikasi agar
kenyamanan bekerja meningkat (Manuaba, 1998).
Dari observasi dan wawancara, tidak didapatkan bahan-bahan kimia yang berbahaya di sekitar
tempat produksi. Pewarna yang digunakan adalah pewarna makanan dengan merk yang sudah
melalui pengawasan BPPOM.Tidak terlihat adanya lalat yang berkeliaran di sekitar tempat
produksi.Di lingkungan tempat produksi terdapat hewan peliharaan namun sudah dikandangkan
sehingga tidak mengganggu produksi bolu kukus. Proses kerja yang masih sederhana dan belum
terlalu memikirkan kebersihan menjadi masalah ergonomi tersendiri. Walaupun tidak secara
langsung menyebabkan bahaya bagi pekerja, namun hal tersebut dapat membahayakan
konsumen yang mengkonsumsi bolu yang tercemar. Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI
2015 ISBN: 978-602-8817-72-1
Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
H-18
4. SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil masih terdapat masalah ergonomi pada salah
satu insustri bolu kukus di Denpasar. Dari tinjauan task, masih didapatkan alat-alat yang tidak
sesuai antropometri penggunanya sehingga dapat menimbulkan keluhan yang berdampak
penurunan produktivitas kerja. Hal ini terlihat dari adanya sikap kerja yang tidak alamiah berupa
duduk membungkuk dalam waktu yang lama terutama pada proses membungkus. Selain itu, sikap
kerja yang tidak alamiah juga didapatkan pada proses kerja menuang adonan yaitu sikap kerja
berdiri statis dalam waktu lama dan juga gerakan repetitif saat menuang adonan. Pekerja belum
mengetahui cara angkat-angkut yang ergonomis juga dapat menimbulkan potensi bahaya bagi
kesehatan pekerja.
Sistem organisasi industri ini masih sangat sederhana. Belum ada sistem yang baku dalam
pembagian tugas maupun sistem pengupahan. Pekerja dapat bekerja lebih dari 8 jam saat
produksi banyak. Waktu istirahat belum diatur dalam kegiatan produksi. Tidak disediakannya alat
pelindung diri yang memadai juga berpotensi menumbulkan kecelakaan kerja khususnya pada

proses mengukus yang terpapar dengan bahaya luka bakar akibat panas.
Kajian aspek lingkungan pada industri bolu kukus juga ditemukan masalah ergonomi.
Pencahayaan di beberapa titik masih kurang dengan rata-rata intensitas cahaya adalah 126 lux.
Pencahayaan yang baik pada kegiatan industri minimal berkisar antara 250-300 lux. Pencahayaan
yang kurang dapat menimbulkan kesalahan-kesalahan dan dapat menurunkan produktivitas
pekerja.
Pencahayaan di beberapa titik masih kurang dengan rata-rata intensitas cahaya adalah 126 lux.
Suhu udara di lingkungan kerja selain di tempat proses mengukus didapatkan rata-rata sebesar
28
o
C dengan kelembaban relatif 72%. Suhu udara pada bagian mengukus didapatkan cukup tinggi
yaitu 33
o
C dengan kelembaban relatif mencapai 86%. Masih didapatkan kecelakaan kerja berupa
luka bakar akibat tidak sengaja bersentuhan dengan panci yang panas saat kegiatan mengukus.
Kebisingan didapatkan 72 dB di tempat menuang adonan dan di bagian mixer didapatkan 85dB.
Dari observasi dan wawancara, tidak didapatkan bahan-bahan kimia yang berbahaya di sekitar
tempat produksi. Pewarna yang digunakan adalah pewarna makanan dengan merk yang sudah
melalui pengawasan BPPOM. Tidak terlihat adanya lalat yang berkeliaran di sekitar tempat
produksi. Di lingkungan tempat produksi terdapat hewan peliharaan namun sudah dikandangkan
sehingga tidak mengganggu produksi bolu kukus. Proses kerja yang masih sederhana dan belum
terlalu memikirkan kebersihan menjadi masalah ergonomi tersendiri. Walaupun tidak secara
langsung menyebabkan bahaya bagi pekerja, namun hal tersebut dapat membahayakan
konsumen yang mengkonsumsi bolu yang tercemar.
Produksi dilakukan dengan tidak banyak melihat keterbatasan pekerja, sehingga industri
pembuatan bolu kukus menjadi terasa berat akibat beban-beban fisiologis yang diterima pekerja.
Hal ini menyebabkan lebih sedikit pekerja yang bersedia terjun di industri bolu kukus.Adanya
potensi-potensi bahaya yang mengancam pekerja industri bolu kukus tentu memerlukan sebuah
solusi sehingga kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja dapat dicegah. Pendekatan
Ergonomi Total dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang ada pada industri
bolu kukus. Dengan dilakukannya pendekatan Ergonomi Total diharapkan selain mampu
memecahkan masalah yang ada, juga dapat mencegah timbulnya masalah baru yang mungkin
muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2014). Laju Pertumbuhan Penduduk. Diakses
dari:http://www.bali.bps.go.id[20 April 2015].
Gerr, F. dan Letz, R. (2000). Clinical Diaghnostic Tests for Carval Tunnel Syndrome. The Journal
of Hand Surgery (AM). 25, 778-779.
Grandjean, E. (2000). Fitting the Task to The man. A Textbook of Occupational Ergonomics.
London: Taylor & Francis Ltd. Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 ISBN: 978-6028817-72-1
Yogyakarta, 17-18 Nopember 2015
Manuaba, A. (1998). Pengetrapan Ergonomi dalam rangka Peningkatan Usaha Pendidikan dan
Pembangunan Masyarakat Desa. (Bunga Rampai Ergonomi II). Denpasar: Program Studi
Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana.

Manuaba, A. (2006). A Total Approach In Ergonomics is A Must To Attain Human, Competitive,
and Sustainable Work System and Products. Dipresentasikan pada: Ergo Future 2006:
International Symposium On Past, Present and Future Ergonomics, Occupational Safety and
Health. Denpasar 28-30thAugust
Takahashi, S. (2002). Physical Activity, Energy Expenditure and Work Intensity of Care -Works on
Shift Work in a Special Nursing Home for the Elderly. Japan. Journal of Occupational Health