Pengalaman pernikahan pada pasangan dengan usia pernikahan lebih dari 40 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGALAMAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN DENGAN USIA
PERNIKAHAN LEBIH DARI 40 TAHUN

Pharamyta Panjawari

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat
pasangan ini dapat menjaga kebersamaan di setiap tahap dalam siklus kehidupan
keluarga hingga memasuki usia pernikahan lebih dari 40 tahun. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh banyaknya perceraian yang terjadi di Indonesia pada
berbagai usia pernikahan karena adanya masalah dan kesulitan yang dihadapi.
Fokus dari penelitian ini yaitu mencari faktor-faktor yang membuat pasangan
dewasa lanjut tetap hidup bersama dalam ikatan pernikahan selama 40 tahun
lebih. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode naratif
sebagai metode penelitian. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendapatkan
dan memahami suatu peristiwa berdasarkan pengalaman informan yang dapat
disusun secara terorganisir menjadi serangkaian kejadian. Informan dari penelitian
ini adalah 4 orang informan yang merupakan 2 pasang suami isteri yang telah
menjalani kehidupan pernikahan lebih dari 40 tahun. Pengambilan data dilakukan

dengan wawancara semi terstruktur pada para informan. Validitas hasil penelitian
dilakukan dengan member checking dimana hasil penelitian sudah dianggap
akurat dari sudut pandang peneliti, informan, dan pembaca secara umum. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang membuat pasangan yang
telah menikah dapat tetap hidup bersama selama lebih dari 40 tahun. Faktor-faktor
tersebut yaitu tujuan pernikahan, adanya komitmen, komunikasi, silang sengketa
dan kompromi, saling melakukan bagian masing-masing kemampuan menghadapi
berbagai kesulitan, memperlakukan pasangan dengan baik dan hormat, serta
religiusitas
Kata kunci : pengalaman pernikahan, kebersamaan pasangan, pernikahan lebih
dari 40 tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MARRIAGE EXPERIENCES OF SPOUSES WHO HAVE MARRIED
FOR MORE THAN 40 YEARS

Pharamyta Panjawari
Abstarct
This study aims to find the factors that make couples can maintain

togethernessin every stage in life cycleof family for more than 40 years. This
research is motivated by the number of divorces in Indonesia at different age of
marriage that caused by the problems and difficulties they faced. The focus of this
research is to look for factors that make elder couples still live together in
marriage for over 40 years. This study uses qualitative research with narrative
method as a research method. In this study, researchers sought to obtain and
understand an event based on the experience of informants that can be arranged
into a series of events organized. The informant of this study is 4 informants who
are two pairs of husband and wife who have lived married life for more than 40
years. Data were collected by semi-structured interviews on informants. The
validity of the results of research carried out with members of checking where the
research is considered accurate from the perspective of the researcher,
informants, and readers in general. The results of this study revealed the factors
that make a married couple can stay together for more than 40 years. These
factors are the reason goal of marriages, commitment, communication, cross
dispute and compromise,both couples each perform their own duties, the ability to
face various difficulties, treats the couple well andrespectfully,religiosity.
Keywords: marriage experience, spouses togetherness, marriage for more than 40
years


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGALAMAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN DENGAN
USIA PERNIKAHAN LEBIH DARI 40 TAHUN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :
Pharamyta Panjawari
NIM : 109114096

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

What can you do to promote world peace?
Go home and love your family.
-Mother Theresa-

At the end of the day,
A loving family should find everything forgivable.
-Mark V. Olsen-


iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan perlindungannya didalam hidupku

Papa, Mama, Eyang, Elly, Rosy yang selalu mendukung dengan sepenuh hati di
saat suka dan duka

Sahabat – sahabat yang selalu ada dan tidak akan pernah pergi

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGALAMAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN DENGAN USIA
PERNIKAHAN LEBIH DARI 40 TAHUN

Pharamyta Panjawari

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat
pasangan ini dapat menjaga kebersamaan di setiap tahap dalam siklus kehidupan
keluarga hingga memasuki usia pernikahan lebih dari 40 tahun. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh banyaknya perceraian yang terjadi di Indonesia pada
berbagai usia pernikahan karena adanya masalah dan kesulitan yang dihadapi.
Fokus dari penelitian ini yaitu mencari faktor-faktor yang membuat pasangan
dewasa lanjut tetap hidup bersama dalam ikatan pernikahan selama 40 tahun
lebih. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode naratif
sebagai metode penelitian. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendapatkan
dan memahami suatu peristiwa berdasarkan pengalaman informan yang dapat

disusun secara terorganisir menjadi serangkaian kejadian. Informan dari penelitian
ini adalah 4 orang informan yang merupakan 2 pasang suami isteri yang telah
menjalani kehidupan pernikahan lebih dari 40 tahun. Pengambilan data dilakukan
dengan wawancara semi terstruktur pada para informan. Validitas hasil penelitian
dilakukan dengan member checking dimana hasil penelitian sudah dianggap
akurat dari sudut pandang peneliti, informan, dan pembaca secara umum. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang membuat pasangan yang
telah menikah dapat tetap hidup bersama selama lebih dari 40 tahun. Faktor-faktor
tersebut yaitu tujuan pernikahan, adanya komitmen, komunikasi, silang sengketa
dan kompromi, saling melakukan bagian masing-masing kemampuan menghadapi
berbagai kesulitan, memperlakukan pasangan dengan baik dan hormat, serta
religiusitas
Kata kunci : pengalaman pernikahan, kebersamaan pasangan, pernikahan lebih
dari 40 tahun

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MARRIAGE EXPERIENCES OF SPOUSES WHO HAVE MARRIED

FOR MORE THAN 40 YEARS

Pharamyta Panjawari
Abstarct

This study aims to find the factors that make couples can maintain
togethernessin every stage in life cycleof family for more than 40 years. This
research is motivated by the number of divorces in Indonesia at different age of
marriage that caused by the problems and difficulties they faced. The focus of this
research is to look for factors that make elder couples still live together in
marriage for over 40 years. This study uses qualitative research with narrative
method as a research method. In this study, researchers sought to obtain and
understand an event based on the experience of informants that can be arranged
into a series of events organized. The informant of this study is 4 informants who
are two pairs of husband and wife who have lived married life for more than 40
years. Data were collected by semi-structured interviews on informants. The
validity of the results of research carried out with members of checking where the
research is considered accurate from the perspective of the researcher,
informants, and readers in general. The results of this study revealed the factors
that make a married couple can stay together for more than 40 years. These

factors are the reason goal of marriages, commitment, communication, cross
dispute and compromise,both couples each perform their own duties, the ability to
face various difficulties, treats the couple well andrespectfully,religiosity.
Keywords: marriage experience, spouses togetherness, marriage for more than 40
years

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan setinggi – tinginya terhadap tritunggal Bapa,
Putera dan Roh Kudus karena hanya oleh rahmat dan berkat-Nya, penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian dengan judul Pengalaman Pernikahan
Pada Pasangan dengan Usia Pernikahan 40 Tahun Keatas ini disusun untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi (S. Psi) dari Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
Dalam proses pengerjaan penelitian ini, penulis dibantu dan didukung oleh
banyak pihak. Ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya, penulis haturkan
kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Bapak Paulus Eddy Hartanto, M. Si selaku Kaprodi Fakulta Psikologi.
3. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M. Psi selaku dosen pembimbing yang telah
membimbung penulis sejak awal pengerjaan penelitian. Terimakasih atas
dukungan dan pengarahan yang telah diberikan.
4. Bapak Paulus Eddy Hartanto, M. Si selaku dosen pembimbing penulis saat ini.
Terimakasih untuk dukungan yang diberikan.
5. Jajaran dosen Fakultas Sanata Dharma yang sudah membantu setiap proses
yang dijalani oleh penulis dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING …………............. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………................................ iii
HALAMAN MOTTO …………………………………………………......... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...................... vi
ABSTRAK ………………………………………………………………........ vii
ABSTRACT ………………………………………………………................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …............ ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... xii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………......... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 7
C. Tujuan penelitian …………………………………………… ...............7
D. Manfaat Penelitian …………………………………………................. 8
1. Manfaat Teoritis …………………………………………......... 8
2. Manfaat Praktis ……………………………………………….. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….....9
A. Pernikahan............................................................................................... 9
1. Pengertian..........................................................................................9
2. Alasan Menikah................................................................................ 11

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Tujuan Pernikahan............................................................................ 13
4. Siklus Kehidupan Keluarga.............................................................. 15
B. Pernikahan yang langgeng..................................................................... 17
C. Kerangka Berpikir.................................................................................. 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 34
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 34
B. Fokus Penelitian...................................................................................... 35
C. Subjek Penelitian..................................................................................... 35
D. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 35
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 38
F. Uji Keabsahan data................................................................................. 40
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 41
A. Proses Pengambilan Data....................................................................... 41
1. Proses Penelitian............................................................................... 41
2. Proses Pengambilan data................................................................... 43
3. Identitas Informan............................................................................. 44
B. Hasil Penelitian....................................................................................... 46
1. Latar Belakang Informan................................................................. 46
a. Pasangan 1...................................................................................46
b. Pasangan 2 ..................................................................................46
2. Pengalaman Pernikahan.................................................................... 47
a. Pasangan 1...................................................................................47
b. Pasangan 2...................................................................................52

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Pengalaman Pernikahan Kedua Pasangan.................................. 60
3. Pembahasan ...................................................................................... 63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 69
A. Kesimpulan............................................................................................. 69
B. Keterbatasan............................................................................................ 69
C. Saran .......................................................................................................70
a. Bagi Masyarakat................................................................................70
b. Bagi Peneliti Lain.............................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 71
LAMPIRAN

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1

: Panduan Pertanyaan ................................................................

37

Tabel 2

: Keterangan Koding...................................................................

39

Tabel 3.1 : Profil Pasangan 1...................................................................

44

Tabel 3.2 : Profil Anak Pasangan 1...........................................................

44

Tabel 3.3 :Profil Pasangan 2...................................................................

45

Tabel 3.4 : Profil Anak Pasangan 2.........................................................

45

Tabel 5

58

: Ringkasan hasil kedua pasangan............................................

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKEMA

Skema 1 : Alur Berpikir........................................................................

xvi

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin yang diperlukan untuk
membina keluarga yang damai dan sejahtera antara pria dan wanita yang
kemudian disebut sebagai suami dan isteri (Sarumpaet, 1977 dalam Selviana,
2004). Menurut Soewondo, 2001 (dalam Patmonodewo, dkk, 2001)
perkawinan mempunyai tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih,
kepuasaan, dan keturunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pria dan wanita
yang terikat dalam pernikahan memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Lebih dari 2000 orang dewasa berusia 18-90 tahun di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa dalam perkawinan, baik pria maupun wanita
mendapatkan manfaat yaitu wanita dari dukungan ekonomi dan pria dari
dukungan emosional (Ross, 1995 dalam Papalia, dkk, 2008). Dalam
pernikahan terdapat intimasi, komitmen, persahabatan, kasih sayang,
pemuasan seksual, pendampingan, peluang bagi pertumbuhan emosional,
serta sumber identitas dan kepercayaan diri yang bisa didapatkan oleh suami
dan isteri (Gardiner, 1998; Myers,2000 dalam Papalia, dkk, 2008). Myers,
2000 (dalam Papalia, dkk, 2008) menyatakan bahwa tingkat kebahagiaan pria
dan wanita dalam suatu pernikahan adalah sama besarnya.
Dalam pernikahan yang langgeng, wanita dapat memiliki kekayaan
finansial yang lebih besar dibanding mereka yang tidak menikah atau bercerai

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Wilmoth & Koso, 2002 dalam Papalia, dkk, 2008). Perkawinan yang telah
lama berlangsung memiliki kemungkinan kecenderungan yang lebih kecil
untuk berpisah atau bercerai dibandingkan dengan perkawinan yang baru. Hal
ini dikarenakan pasangan yang telah hidup bersama dalam waktu yang lama
dalam suatu perkawinan telah membangun marital capital (modal
perkawinan) baik finansial maupun emosional yang dapat membuat mereka
sulit untuk berpisah (Becker, 1991;Jones, Tepperman, & Wilson, 1995 dalam
Papalia, dkk, 2008). Selain itu, pasangan yang tetap hidup bersama seringkali
dapat menikmati perkawinan mereka untuk dua puluh tahun atau setelah anak
terakhir mereka sudah tidak tinggal bersama mereka (Papalia, dkk, 2008).
Hal-hal diatas menunjukkan bahwa banyak hal positif yang bisa didapatkan
bagi mereka yang terikat dalam suatu pernikahan, khususnya pernikahan yang
telah berlangsung lama.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa banyak manfaat yang bisa
diperoleh bagi suami dan isteri yang menikah. Meski begitu, terdapat banyak
fakta yang menunjukkan banyaknya pasangan yang telah menikah melakukan
perceraian.Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung
(MA) mengatakan bahwa perceraian di Indonesia sejak tahun 2005 hingga
2010 mengalami peningkatan sebanyak 70 persen. Dirjen Badilag MA,
Wahyu Widiana, mengatakan bahwa pada tahun 2010 terdapat 285.184
perceraian di seluruh Indonesia. Dalam kasus-kasus perceraian tersebut
terdapat urutan tiga besar penyebab kasus perceraian yaitu sebanyak 91.841
perkara

disebabkan

oleh

faktor

2

ketidakharmonisan,

78.407

perkara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dikarenakan tidak adanya tanggung jawab, dan yang ketiga adalah masalah
ekonomi sebanyak 67.891 perkara (m.republika.co.id, 2012).
Menurut

Kantor

Urusan

Agama

(KUA)

kecamatan

Ngaglik,

Yogyakarta, meninggalkan tanggungjawab adalah penyebab terbanyak kasus
talak/cerai di tahun 2011. Sedangkan masalah-masalah selain krisis ekonomi,
krisis moral, dimadu, meninggalkan kewajiban, biologis, gangguan pihak
ketiga, dan politis menjadi penyebab perceraian diurutan kedua. Pada tahun
2012 dan 2013, masalah- masalah selain krisis ekonomi, krisis moral,
dimadu, biologis, gangguan pihak ketiga, dan politis menjadi penyebab
terbanyak dalam kasus talak/cerai dan meninggalkan kewajiban sebagai
urutan kedua. Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Depok, Yogyakarta,
menyatakan bahwa di tahun 2011 hingga 2013 penyebab kasus talak/cerai
diurutan pertama yaitu masalah selain krisis ekonomi, krisismoral, dimadu,
biologis, gangguan pihak ketiga, dan politis. Pada tahun 2011 dan 2012,
meninggalkan kewajiban sebagai penyebab kedua terbanyak dalam kasus
talak/cerai dan gangguan pihak ketiga menjadi penyebab diurutan kedua pada
tahun 2013.
Ismail (2004) mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang menjadi
penyebab masalah yang dihadapi oleh pasangan yaitu mengenai tingkah laku
atau perbuatan dari masing-masing pasangan seperti mudah tersinggung,
terlalu mudah cemburu, tertutup dan tidak ingin bertegur sapa. Hal yang
kedua adalah kecurangan atau ketidaksetiaan pasangan dengan menjalin
hubungan percintaan dengan orang lain ataupun dalam bentuk hubungan

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seksual dengan orang yang bukan pasangan sah mereka. Spring & Spring
dalam Eriany (2004) menyatakan bahwa perselingkuhan termasuk sebagai
salah satu masalah yang paling sulit ditangani dan masalah yang paling
merusak kehidupan perkawinan. Penyebab yang ketiga adalah pasangan yang
menghabiskan banyak waktu diluar rumah sehingga tidak memiliki banyak
waktu untuk berinteraksi dengan keluarga. Hal-hal di atas menunjukkan
adanya berbagai hal yang dapat menjadi penyebab masalah bahkan penyebab
perceraian dalam pernikahan.
Konflik memang dapat terjadi dalam suatu perkawinan.Hal ini bisa
dikarenakan dua pribadi yang berbeda harus hidup bersama. Tukan (1985)
mengatakan bahwa suami dan isteri dapat memiliki beberapa perbedaan yaitu
latar belakang budaya, status sosial, latar belakang pendidikan, dan
agama.Tidak hanya itu, antara suami dan isteri juga terdapat beberapa
perbedaan dalam hal pola pikiran, pola perasaan, alun dan selera seks, serta
perbedaan gambaran tentang pernikahan.Perbedaan-perbedaan ini dapat
memicu terjadinya konflik.
Data

statistik

NTCR

KUA

kecamatan

Ngaglik,

Yogyakarta,

menunjukkan bahwa pasangan terbanyak yang melakukan perceraian di tahun
2011 adalah pasangan dengan usia pernikahan 10 tahun ke atas. Pada tahun
2012 dan 2013 adalah pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun sebagai
angka tertinggi yang melakukan perceraian. Sedangkan data statistik NTCR
KUA kecamatan Depok, Yogyakarta, menyatakan bahwa pasangan dengan
usia pernikahan 10 tahun ke atas berada di urutan pertama sebagai pasangan

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang paling banyak melakukan perceraian di tahun 2011 dan 2013. Urutan
pertama yang paling banyak melakukan perceraian di tahun 2012 adalah
pasangan yang telah menikah 6-10 tahun. Sedangkan di Amerika Serikat,
rata-rata pernikahan yang berujung pada perceraian adalah

pernikahan

dengan usia tujuh hingga delapan tahun (Kreider dan Fields, 2002 dalam
Papalia, 2008). Bramlett dan Mosher, 2001,2002 dalam Papalia, 2008
mengatakan bahwa hampir setengah (43 persen) pernikahan pertama berakhir
dengan perceraian dalam usia 15 tahun pernikahan. Hal ini menunjukkan
bahwa banyak perceraian terjadi pada usia pernikahan yang masih muda dan
yang memasuki masa pertengahan dalam pernikahan.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa banyak perceraian terjadi pada
berbagai usia pernikahan. Lalu, kepada siapa kita perlu belajar tentang
pernikahan? Dari fakta-fakta di atas, maka kita perlu melihat pasangan
dewasa akhir yang dapat mempertahankan pernikahan mereka hingga
memasuki masa akhir pernikahan. Papalia, dkk (2008) menyatakan bahwa
pada pernikahan paruh baya ketika harapan hidup memendek, pasangan yang
tetap bersama selama dua puluh lima tahun atau empat puluh tahun
merupakan sesuatu yang langka. Biasanya perkawinan tersebut terputus oleh
kematian atau orang yang ditinggalkan menikah lagi. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa pasangan dengan pernikahan 40 tahun merupakan hal
yang langka sehingga menarik untuk diteliti. Selain itu, usia pernikahan 40
tahun lebih merupakan rentang waktu yang lama dalam menjalani kehidupan
pernikahan dan memasuki tahap akhir pernikahan. Melalui pasangan yang

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menikah lebih dari 40 tahun ini, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
pasangan ini mampu mempertahankan kehidupan pernikahan mereka. Mann
(1991) dalam Santrock (1995) mengatakan bahwa saat mulai pensiun hingga
meninggal merupakan tahap akhir dalam pernikahan. Fingerman, Hay, dan
Birditt (2004) menyatakan bahwa orang-orang dewasa akhir menunjukkan
pernikahan yang lebih baik, hubungan persahabatan yang lebih suportif,
sedikit konflik dengan anak-anak dan saudara-saudara mereka, dan hubungan
yang lebih dekat dalam jaringan sosial mereka daripada yang dilakukan oleh
orang-orang dewasa muda (dalam Fingerman dan Charles,2010). Charles dan
Piazza (2007) mengatakan bahwa ketika berinteraksi dengan anggota
keluarga, orang-orang yang lebih tua menggambarkan interaksi-interaksi
yang lebih positif dan kepuasan yang lebih besar (dalam Fingerman dan
Charles,2010).
Maka dari itu, kita perlu belajar dari pasangan yang telah memasuki
masa akhir pernikahan. Kita perlu melihat bagaimana mereka dapat melalui
rentang pernikahan mereka dalam waktu yang cukup lama. Issac (dalam
Bastman, 1995) menyatakan bahwa faktor-faktor kelanggengan pernikahan
adalah komitmen, harapan-harapan realistis, keluwesan, komunikasi, silang
sengketa dan kompromi, hubungan seks, serta kemampuan untuk menghadapi
kesulitan. Issac mengungkapkan hal-hal yang dapat membuat pasangan dapat
mempertahankan

pernikahannya.

Namun,

teori

tersebut

tidak

mengungkapkan bagaimana pasangan mampu melewati tahap demi tahap
dalam kehidupan pernikahan mereka hingga membuat mereka tetap hidup

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersama dalam waktu yang lama. Dengan melihat tahap demi tahap
kehidupan pernikahan, kita dapat mengetahui apa saja yang membuat
pasangan berhasil melalui tahapan yang ada dan masuk ke tahap selanjutnya
hingga memasuki usia pernikahan lebih dari 40 tahun. Bagaimana pasangan
ini dapat melalui berbagai masalah yang ada di sepanjang rentang kehidupan
pernikahan mereka? Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
dalam mengenai faktor-faktor yang dapat membuat pasangan ini dapat
mempertahankan komitmen mereka untuk tetap hidup bersama hingga
memasuki usia pernikahan lebih dari 40 tahun.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu :
Faktor-faktor apa yang membuat pasangan dewasa lanjut dapat
menjaga kebersamaan dalam kehidupan pernikahan hingga memasuki usia
pernikahan lebih dari 40 tahun?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat pasangan ini dapat
menjaga kebersamaan dalam kehidupan pernikahan hingga memasuki usia
pernikahan lebih dari 40 tahun.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
Psikologi, dalam bidang psikologi keluarga, khususnya pada kasus-kasus
yang berkaitan dengan kebersamaan dan kelanggengan pernikahan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini menyajikan pengalaman kehidupan pernikahan orang-orang
dewasa lanjut yang dapat memberikan masukan dan inspirasi bagi suamiisteri yang sedang menjalani kehidupan pernikahan agar dapat
mempertahankan pernikahan mereka dan bagi kaum muda untuk
memberikan gambaran mengenai kehidupan pernikahan yang langgeng.

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pernikahan
1. Pengertian
Ensiklopedia Indonesia (t,t) menjelaskan bahwa kata perkawinan
sama dengan kata nikah. Menurut Purwadarminta (1976), kawin
merupakan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri;
perkawinan sama dengan pernikahan. Sedangkan Hornby (1957)
menyatakan bahwa marriage : the union of two persons as husband and
wife, yang menjelaskan bahwa pernikahan merupakan bersatunya dua
orang sebagai suami dan istri (Walgito, 2010). Papalia, Olds, & Feldman
(2009) menyatakan bahwa berbagai adat dan bentuk pernikahan yang ada
di sepanjang sejarah dan dari sekeliling dunia menunjukkan bahwa
pernikahan merupaka kebutuhan fundamental.
Perkawinan adalah suatu peristiwa dipertemukannya sepasang
calon suami-istri secara formal di hadapan kepala agama tertentu, para
saksi dan hadirin yang kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami
dan istri dengan upacara tertentu. Perkawinan merupakan suatu bentuk
proklamasi yaitu secara resmi suami dan istri dinyatakan “saling memiliki
satu dengan yang lain”; dan dua pribadi yang berlainan jenis dipatrikan
untuk menjadi dwitunggal (Kartono, 2006).

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Herning (1956) dalam Soewondo (2001) menyatakan bahwa
perkawinan adalah ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih
permanen dan ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan
kebahagiaan. Keterikatan yang dimaksud memiliki sifat persahabatan yang
ditandai dengan adanya rasa bersatu dan saling memiliki satu dengan yang
lain.
Soewondo (2001) mengatakan bahwa perkawinan merupakan
peristiwa penting dalam kehidupan seseorang yang bertujuan mendapatkan
kebahagiaan, kepuasan, cinta kasih dan keturunan. Selain itu, perkawinan
adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang
mensahkan hubungan seksual dan memiliki kesempatan untuk mendapat
keturunan (Duvall & Miller, 1980 dalam Soewondo, 2001). Dalam Pasal 1
Undang-Undang Perkawinan 1/1974 dalam Soewondo (2001) menyatakan
bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pernikahan merupakan dipersatukannya dua pribadi yaitu pria dan wanita
menjadi satu kesatuan yaitu dwitunggal sebagai suami isteri dengan tujuan
untuk memperoleh kebahagiaan,kepuasan, cinta kasih, dan keturunan serta
memiliki keterikatan permanen yang bersifat persahabatan yang ditandai
dengan adanya rasa bersatu dan saling memiliki satu dengan yang lain.

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Alasan menikah
Alasan untuk melakukan pernikahan ada bermacam-macam.
Kartono (2006) menyatakan beberapa alasan orang menikah, yaitu :
1. Distimulir oleh dorongan-dorongan romantik
2. Hasrat untuk mendapatkan kemewahan hidup
3. Ambisi besar untuk mencapai status sosial tinggi
4. Keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup di masa tua
5. Keinginan untuk mendapatkan kepuasan seks dengan partnernya
6. Hasrat untuk melepaskan diri dari berbagai belenggu kungkungan
keluarga/ orangtua
7. Dorongan cinta terhadap anak
8. Keinginan untuk mengabadikan nama leluhur
9. Malu kalau sampai disebut “gadis tua”
10. Motif-motif tradisional, dan pelbagai macam alasan lainnya
Namun, Kartono (2006) mengatakan bahwa alasan-alasan di atas
bisa dikatakan alasan minor jika dibandingkan dengan alasan primer yaitu
hasrat berdampingan hidup bahagia dengan pribadi yang dicintainya.
Dengan menikah, orang mengharapkan bisa mendapatkan pengalaman
hidup bersama-sama dengan seseorang yang secara eksklusif menjadi
miliknya untuk mendapatkan pengakuan sosial dan jaminan hidup
sepanjang hayat.
Kartono (2006) menjelaskan dalam masyarakat modern yang
materialistis pada zaman sekarang, motif-motif ekonomis memiliki peran

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam

menentukan

proses

pernikahan.

Perkawinan

sering

diekonomisasikan atau dikomersialkan, dijadikan suatu usaha yang secara
ekonomis menguntungkan.
Perkawinan bisa menunjukkan kehidupan yang intim pada suami isteri
mengenai kehidupan dengan seseorang yang paling dicintai, dan didukung
oleh pengakuan sosial serta sanksi-sanksi tertentu oleh masyarakat.
Selanjutnya, dengan perkawinan itu seseorang tidak hanya akan
mendapatkan pengakuan sosial serta status sosial, akan tetapi juga jaminan
keamanan materiil dan sosial. Dan yang paling mutlak diperlukan ialah :
jaminan cinta-kasih dari pribadi yang dicintai. Inilah yang menjadi alat
pengokoh perkawinan.Selain itu, orang menikah juga bisa didorong oleh
(1) sayang anak dan (2) naluri ingin melanggengkan generasi manusia
sepanjang jaman (Kartono, 2006).
Kertamuda (2009) menyebutkan bahwa alasan-alasan seseorang
melakukan pernikahan diantaranya adalah konformitas, cinta, hubungan
seks yang halal, memperoleh keturunan yang sah, faktor emosional dan
ekonomi, kebersamaan, sharing, keamanan, serta harapan-harapan yang
lain. Dari alasan-alasan diatas, mayoritas orang memutuskan menikah
dikarenakan alasan emosional yaitu rasa suka, cinta, serta adanya
kecocokan satu dengan yang lain. Namun hal ini bukan berarti alasanalasan yang lain tidak menjadi fokus seseorang untuk melalukan
pernikahan.

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan paparan di atas, alasan secara umum seseorang
melakukan pernikahan yaitu adanya dorongan pribadi (seperti emosi, rasa
aman, dan juga ekonomi), pengaruh-pengaruh sosial dalam masyarakat,
serta adanya keinginan untuk mendapat pengalaman hidup bersama
dengan seseorang yang dicintai dan secara eksklusif menjadi miliknya.
3. Tujuan pernikahan
Walgito (2010) menjelaskan bahwa pernikahan merupakan
aktivitas dari suatu pasangan, sehingga sudah selayaknya pasangan
tersebut memiliki tujuan untuk dicapai. Namun, pernikahan terdiri dari dua
individu yang berbeda, sehingga seringkali memiliki tujuan yang berbeda.
Apabila terjadi perbedaan dalam tujuan, maka pasangan tersebut perlu
melakukan pembulatan tujuan agar tercapai kesatuan dalam tujuan.
Walgito (2010) juga menjelaskan bahwa tujuan yang ada dalam
pernikahan perlu diresapi atau dipahami secara mendalam oleh pasangan
dan disadari untuk dilakukan bersama-sama bukan hanya dilakukan oleh
salah satu pihak. Soewondo (2001) menyatakan bahwa tujuan dari
perkawinan ialah untuk mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan,
dan keturunan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menyatakan bahwa
kebahagiaan merupakan kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin);
keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin. Myers (2000) dalam
Papalia (2008) menyatakan bahwa tingkat kebahagiaan wanita dalam
pernikahan sama besarnya dengan yang dimiliki pria.

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Soewondo (2001) juga menyatakan bahwa tujuan orang menikah
adalah untuk mendapatkan cinta kasih. Sternberg, 1995 (dalam Papalia,
2008) menjelaskan bahwa cinta adalah cerita, para kekasih adalah
penulisnya, dan jenis cerita yang mereka buat merefleksikan kepribadian
serta perasaan mereka akan hubungan tersebut. Dalam teori cinta
triangular Sternberg terdapat tiga elemen cinta yaitu intimasi, hasrat dan
komitmen. Intimasi merupakan elemen emosional yang mencakup
pengungkapan diri yang akan mengarah pada keterhubungan, kehangatan,
dan kepercayaan. Hasrat merupakan elemen motivasional yang didasarkan
pada dorongan batin yang menerjemahkan gejolak fisiologis ke dalam
hasrat seksual. Komitmen adalah elemen kognitif yang merupakan
keputusan untuk mencintai dan terus dicintai (Papalia, 2008). Gunarsa
(1990) menyatakan bahwa cinta kasih tidak dapat dirumuskan melainkan
dijalankan, dirasakan, dialami dan dihayati dalam hidup yang harus
melewati proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa cinta merupakan
sesuatu yang indah dan menyenangkan, dapat pula dikatakan bahwa cinta
kasih menyebabkan penderitaan, ketegangan, kerinduan dan masih banyak
hal yang bertentangan yang tercakup dalam istilah cinta kasih (Gunarsa,
1990).
Kepuasan juga dapat menjadi salah satu tujuan orang melakukan
pernikahan. Kepuasan adalah perasaan bahagia dalam diri seseorang tanpa
ada kerisauan, ketakutan, kecemasan ataupun pertentangan dalam batinnya
(Gie, 1991 dalam Selviana, 2004).

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang, lega, gembira karena
sudah terpenuhi hasrat hatinya (Selviana L, 2004).
Soewondo (2001) juga mengatakan bahwa tujuan orang menikah
adalah untuk mendapat keturunan. Perkawinan menjadi pondasi bagi
keluarga, oleh karena itu ketika sepasang manusia menikah akan lahir
keluarga yang baru (Lestari, 2012).
Dalam pasal 1 UU Perkawinan 1/1974 (dalam Soewondo,2001)
dikatakan bahwa perkawinan memiliki tujuan untuk membentuk keluarga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Herning
(1956) juga mengatakan bahwa tujuan dari perkawinan ialah untuk
mendapatkan kebahagiaan (dalam Soewondo, 2001).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pernikahan adalah untuk mendapat kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan,
dan keturunan yang perlu diresapi, dipahami, dan disadari untuk dilakukan
oleh kedua belah pihak.
4. Siklus Kehidupan Keluarga
Duvall, 1957 (dalam Laszloffy, 2002) membagi siklus kehidupan
keluarga dalam 8 stage atau tahap, yaitu :
a. Stage 1 : Married couples (belum memiliki anak)
b. Stage 2 : Childbearing families(anak pertama berusia hingga 30 bulan)
c. Stage 3 : Families with preschool children (anak pertama berusia 2,5
hingga 6 tahun)

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Stage 4 : Families with school children (anak pertama berusia 6 hingga
13 tahun)
e. Stage 5 : Families with teenagers (anak pertama berusia 13 hingga 20
tahun)
f. Stage 6 : Families launching young adults (dimulai saat anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir saat anak terakhir meninggalkan
rumah)
g. Stage 7 : Midle Aged Parents (dimulai dengan empty nest dan berakhir
saat dimulainya pensiun)
h. Stage 8 : Aging family (dimulai saat masa pensiun dan berakhir ketika
mereka meninggal)
Siklus kehidupan keluarga ini didasarkan pada bentuk keluarga
tradisional, utuh dan lengkap. Siklus ini tidak mempertimbangkan keluarga
dengan siklus kehidupan yang berciri urutan perkembangan alternatif yaitu
keluarga yang bercerai, keluarga dengan orangtua tunggal, pasangan yang
tinggal bersama tanpa menikah, pasangan tanpa anak, dan keluarga yang
menikah kembali (Laszloffy, 2002).
Siklus kehidupan keluarga ini mengacu pada peristiwa-peritiwa
yang terkait dengan datang dan perginya anggota keluarga seperti
kelahiran anak, kepergian anak-anak dalam rumah tangga, pensiun, serta
kematian(Duvall, 1957 dalam Laszloffy, 2002). Perubahan-perubahan
dalam komposisi keluarga ini memerlukan pengaturan ulang dalam ha;
peran dan aturan dalam keluarga (Laszloffy, 2002).

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Pernikahan yang Langgeng
Issacs (dalam Bastman, 1995) menjelaskan bahwa pasangan suami
isteri yang berhasil mempertahankan perkawinan mereka secara baik dan
bahagia menyatakan bahwa perkawinan mereka juga mengalami suka dan duka
seperti pernikahan pada umumnya.

Hanya saja dalam menjalani hidup

perkawinan tersebut, mereka mengembangkan hal-hal berikut :
1. Komitmen
Komitmen disini merupakan niat dan itikad untuk mempertahankan
rumah tangga mereka walau apapun kuatnya masalah yang sedang dihadapi.
Istilah “pisah” atau “bercerai” merupakan perkataan mahal yang ditabukan
untuk diucapkan dalam senda-gurau sekalipun.
Sternberg, 1986 (dalam Papalia dkk, 2008) menyatakan bahwa
komitmen termasuk dalam elemen cinta yang merupakan elemen kognitif.
Menurut Sternberg, komitmen merupakan keputusan untuk mencintai dan
untuk terus dicintai. Sternbeg (1986) juga menjelaskan bahwa komitmen
merupakan keputusan untuk mencintai dan bertahan dengan sang kekasih
(Papalia dkk, 2009). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online, komitmen merupakan perjanjian (keterikatan)untuk melakukan
sesuatu; kontrak(http://kbbi.web.id/komitmen).
Dari hasil-hasil penelitian terlihat bahwa komitmen merupakan salah
satu aspek keluarga yang kuat. Komitmen tersebut mencakup kejujuran,
percaya, kebergantungan, faithfulness/ kesetiaan, dan berbagi (Setiono,
2011).

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Austin & Vancouver (1996) dan Brickman (1987) menjelaskan bahwa
komitmen mengacu pada ketetapan hati atau tekad yang bulat, tanggung
jawab, serta kesediaan untuk tekun menghadapi rintangan dari waktu ke
waktu yang mungkin dapat mengancam tujuan yang hendak dicapai (dalam
Baumgardner & Chrothers, 2009). Selain itu, komitmen juga merupakan
pembuatan keputusan dan kemudian menindaklanjuti keputusan yang telah
diambil tersebut (Fehr,1988 dalam Baumgardner & Chrothers, 2009).
Fehr (1998) menyatakan bahwa komitmen merupakan keinginan untuk
melanjutkan hubungan ke masa depan. Penelitian menunjukkan bahwa
orang mengaitkan komitmen dengan loyalitas, kesetiaan, menghidupi
perkataan pribadi, kerja keras, dan memberikan usaha yang terbaik (dalam
Baumgardner dan Chrothers, 2009). Komitmen mungkin tidak hanya
menandakan keinginan untuk meningkatkan suatu hubungan. Pasangan
yang menikah dalam pernikahan yang tidak bahagia dapat membuat
komitmen untuk tetap bersama karena mereka percaya bahwa hal tersebut
yang terbaik bagi anak-anak mereka (dalam Baumgardner dan Chrothers,
2009).
Relasi yang dekat memerlukan adanya pengorbanan pribadi dan
kompromi dengan kepentingan pribadi untuk kebaikan suatu relasi.
Komitmen bersama membantu memastikan bahwa pasangan akan membuat
pengorbanan-pengorbanan dan kompromi-kompromi yang diperlukan untuk
mempertahankan keintiman hubungan (dalam Baumgardner & Chrothers,
2009).

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sari (2008) mengatakan bahwa seseorang akan tergoda untuk
meninggalkan masalah daripada menyelesaikannya disaat individu tersebut
tidak merasa terikat oleh perkawinannya. Komitmen dapat memberikan rasa
aman karena komitmen dapat membuat seseorang untuk menyelesaikan
masalahnya.
Nock, 1995

(dalam

Papalia dkk, 2008)

menjelaskan bahwa

ketergantungan salah satu pasangan kepada yang lain memainkan bagian
dalam komitmen terhadap perkawinan, akan tetapi faktor terkuat ialah
perasaan adanya kewajiban terhadap pasangannya.
Komitmen yang kuat tidak hanya membuat orang untuk tetap bersama
pasangannya, tetapi juga mendukung berbagai perilaku pemeliharaan
hubungan seperti

kesediaan berkorban untuk kebaikan

hubungan,

kecenderungan untuk melakukan akomodasi daripada membalas ketika
pasangan berperilaku buruk, memanajemen kecemburuan secara efektif, dll
( Rusbult dan Buunk, 1993).
2. Harapan-harapan realistis
Pada awal pernikahan biasanya masing-masing pihak mengharapkan
secara berlebihan mengenai tampilnya sikap dan tindakan yang ideal dari
pasangannya. Namun dalam kenyataanya, hal tersebut hampir tidak pernah
terjadi, karena biasanya masing-masing pihak pada suatu saat akan
menunjukkan beberapa sikap, tindakan, dan ucapan yang tidak disenangi
atau tidak disetujui oleh pasangannya. Pasangan-pasangan yang awet

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

biasanya menerima kenyataan ini secara realistis yang didasari kesadaran,
kesediaan, dan pengalaman orang lain.
3. Keluwesan
Keluwesan disini berbicara tentang kesediaan suami dan isteri untuk
menyesuaikan diri dan meningkatkan toleransi terhadap perbedaanperbedaan pada pasangannya. Perbedaan-perbedaan tersebut yaitu dalam hal
sikap, minat, sifat, kebiasaan, serta pandangan masing-masing. Fleksibilitas
pasangan merefleksikan kemampuan pasangan untuk berubah dan
beradaptasi saat diperlukan (Lestari, 2012). Hal tersebut berkaitan dengan
tugas dan peran yang mucul dalam relasi suami istri (Lestari, 2012). Lestari
(2012) menjelaskan bahwa dalam relasi suami istri perlu adanya kejelasan
dalam pembagian peran yang menjadi tanggung jawab suami dan menjadi
tanggung jawab istri. Namun, pembagian peran tersebut sebaiknya tidak
bersifat kaku dan dapat disesuaikan melalui kesepakatan yang dibuat
bersama berdasarkan situasi yang dihadapi oleh pasangan suami istri
(Lestari, 2012).
4. Komunikasi
Komunikasi merupakan kesediaan dan keberhasilan untuk memberi dan
menerima pendapat, tanggapan, ungkapan, keinginan, saran, umpan balik
dari satu pihak kepada pihak lain secara baik tanpa menyakitkan hati salah
satu pihak.
Lestari (2012) menyatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang
paling penting karena berkaitan dengan hampir semua aspek dalam

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hubungan pasangan. Ia menjelaskan bahwa hasil dari semua diskusi dan
pengambilan keputusan di keluarga yang mencakup keuangan, anak, karir,
agama bahkan dalam setiap pengungkapan perasaan, hasrat dan kebutuhan
akan tergantung pada gaya, pola, dan ketrampilan berkomunikasi.
Keterampilan berkomunikasi dapat berupa kecermatan memilih kata
yang digunakan dalam menyampaikan gagasan pada pasangan (Lestari,
2012). Pemilihan kata yang kurang tepat dapat menimbulkan kesalahan
persepsi pada pasanganyang diajak berbicara. Lestari (2012) menyatakan
bahwa penekanan atau intonasi yang berbeda pada kata dapat menimbulkan
respon perasaan yang berbeda pada pasangan. Ia menjelaskan bahwa hal
tersebut berkaitan dengan kesediaan dan kemampuan mengungkapkan diri
(self-disclosure).

Pengungkapan diri adalah menyampaikan informasi

pribadi (dapat berupa gagasan dan pemikiran, impian dan harapan, maupun
perasaan positif dan negatif) yang mendalam, atau segala hal yang
kemungkinan orang lain tidak mengerti bila tidak diberitahu (Lestari, 2012).
5. Silang sengketa dan kompromi
Sengketa adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam hidup
perkawinan. Maka, masing-masing pihak perlu mempelajari “seni
bersengketa”

secara

baik.

Misalnya,

menghindari

kata-kata

yang

menyinggung keluarga, keyakinan, kebiasaan, profesi, latar belakang sosial,
harga diri pihak lain, serta saling menyalahkan dan menyudutkan
pasangannya. “seni bersengketa” juga tentang menemukan cara-cara efektif
untuk mencapai kesepakatan dan meredakan kemarahan.

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Menyisihkan waktu untuk berduaan
Menyisihkan waktu untuk berdua bukanlah hal yang mudah dengan
adanya kehadiran anak-anak. Pada pasangan dengan pernikahan yang awet,
ternyata mereka dengan sengaja mengatur dan menyisihkan waktu untuk
berdua tanpa hadirnya anak-anak. Sebaliknya, biasanya anak-anak pun tahu
diri untuk tidak mengganggu pada saat orang tua mereka berduaan.
Pemanfaatan waktu luang menjadi sarana untuk melakukan aktivitas
jeda (time out) dari rutinitas, baik rutinitas kerja maupun rutinitas pekerjaan
rumah tangga (Lestari, 2012). Rutinitas, terutama dengan tingkat stress yang
tinggi, biasanya akan menimbulkan kejenuhan yang dapat menyebabkan
berkembangnya emosi negatif (Lestari, 2012). Pemanfaatan waktu luang ini
berguna untuk memberikan energi dan semangat yang baru (Lestari,2012).
7. Hubungan seks
Pada pasangan dengan pernikahan yang awet, ternyata hubungan seks
tetap dilakukan dan dipertahankan dengan kesadaran bahwa hal itu
merupakan salah satu bentuk komunikasi dan kebersamaan yang paling
intim. Beberapa pasangan menyatakan bahwa mandirinya anak-anak dan
telah keluarnya mereka dari rumah orang tua, maka hasrat alamiah ini justru
meningkat.
8. Kemampuan untuk menghadapi berbagai kesulitan
Saat terjadi kesulitan dan masalah-masalah yang melanda rumah
tangga, pasangan yang awet ini ternyata kompak menghadapinya. Mereka

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saling berbagi duka. Menurut mereka, hal ini menyebabkan hubungan
mereka semakin erat.
Menurut Issacs, hal-hal di atas merupakan pedoman bagi pasangan
suami dalam mempertahankan dan membina perkawinan mereka. Upaya
sadar untuk merealisasikannya adalah hal yang paling penting (Bastman,
1995).
Prevention and Relationship Enhanchement Program menjelaskan
bahwa terdapat empat hal dalam great marriage atau pernikahan yang
berlangsung lama dan mendalam. Empat hal tesebut yaitu :
1. Berbagi pertemanan (friendship) dan cinta, dengan pelbagai cara.
Kegairahan bercinta memang merupakan hal yang bagus. Namun
pertemanan

akan

sama

manfaatnya

bahkan

lebih,

dalam

mempertahankan pernikahan. Pertemanan akan membuat cinta lebih
kokoh.
2. Memperlakukan pasangan dengan baik dan hormat.
Banyak orang disaat sedang marah, kecewa, atau frustasi
melampiaskan amarahnya kepada orang terdekatnya. Penelitian
menunjukkan bahwa pasangan yang membenci satu sama lain akan
menghadapi problem serius. Dengan demikian, saat terjadi konflik
tidak harus bereaksi marah atau tidak menghargai pasangan. Apabila
hal tersebut terjadi maka pernikahan akan mengalami permasalahan.

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Kedua pasangan melakukan bagiannya masing-masing.
Pasangan perlu mengetahui dan melaksanakan bagiannya masingmasing. Pasangan perlu berupaya untuk memiliki pikiran yang
konstruktif agar tidak menghalangi kerjasama.jika salah satu pihak
mengidentifikasi tingkah laku buruk pada pasangannya, maka orang
tersebut juga perlu mengidentifikasi perilaku buruk yang ada pada
dirinya sendiri. Salah satu yang perlu diingat yaitu bahwa satu bagian
dari mencintai dengan baik adalah menerima pasangan sebagaimana
adanya.
4. Pasangan mempunyai komitmen untuk tetap bersama.
Pasangan yang mempunyai komitmen untuk jangka panjang akan
berpikir dan bertindak dalam rangka cinta yang panjang. Mereka
mempunyai komitmen, memiliki rasa permanen, dan bersasma-sama
memecahkan masalah yang dihadapi.
(Setiono, 2011)
Selain itu, Lestari (2012) menyatakan bahwa kunci bagi
kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan melakukan penyesuaian
diantara pasangan. Ia menjelaskan bahwa penyesuaian ini bersifat dinamis
dan memerlukan sikap dan cara berpikir yang luwes. Penyesuaian adalah
interaksi yang kontinu dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
(Calhoun & Acocella, 1995 dalam Lestari, 2012).

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Glenn, 2003 (dalam Lestari, 2012) menyatakan bahwa terdapat tiga
indikator bagi proses penyesuaian, yaitu :
1. Konflik
Glenn (2003) menjelaskan bahwa keberhasilan penyesuaian dalam
perkawinan tidak ditandai dengan tiadanya konflik yang terjadi.
Penyesuaian yang berhasil ditandai oleh sikap dan cara yang
konstruktif dalam melakukan resolusi konflik.
Wehr menjelaskan bahwa konflik merupakan suatu konsekuensi
dari komunikasi yang buruk, salah pengertian, salah perhitungan, dan
proses-proses lain yang tidak disadari. Konflik memang mengganggu,
namun gangguan tersebut dapat membawa keuntungan yang besar
yaitu dapat menjelaskan hal yang sebelumnya tersamar dan
terselubung (Chandra, 1992).
Pada umumnya, upaya untuk menyelesaikan konflik selalu
berakhir dengan 3 asumsi berikut :
a. Kalah-Kalah

: setiap orang yang terlibat dalam konflik akan

kehilangan tuntutannya jika konflik terus berlanjut.
b. Kalah-Menang

: salah satu pihak pasti kalah karena dia kehilangan

tuntutannya, dan pihak lain pasti menang. Indikasi selanjutnya adalah
jika pihak yang kalah kurang m