PENGARUH PEMBERIAN RANSUM UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas)TERFERMENTASI Aspergillus niger TERHADAP KECERNAAN RANSUM, RETENSI PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA ITIK BALI.
1
2
PENGARUH PEMBERIAN RANSUM UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas)TERFERMENTASI Aspergillus niger
TERHADAP KECERNAAN RANSUM, RETENSI PROTEIN,
DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA ITIK BALI
(THE EFFECT OF PURPLE SWEET POTATO ( Ipomoea batatas) FERMENTED BY
Aspergillus niger TO THE RATION DIGESTIBILITY, PROTEIN RETENTION, AND
WEIGHT GAIN OF BALI DUCK )
Tjokorda Gede Belawa Yadnya, Ida Bagus Gaga Partama, dan
A.A.A. Sri Tris nade wi
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Bali.
ABSTRACT
The experiment was aimed to study the effect of purple sweet potato (Ipomoea
batatas) fermented by Aspergillus niger to the ration digestibility, protein retention, and
weight gain of bali duck. The experiment used a completely randomized design (CRD) with
three treatments, each treatment consist of four replicates and each replication consist of five
bali ducks with same age and weight. The three treatments were ration without purple sweet
potato (treatment A), 10% purple sweet potato without fermentation (treatment B) and 10%
purple sweet potato with fermentation. Variable observed were dry matter, organic matter,
protein, and crude fiber digestibility, protein retention, and weight gain. From the experiment
it can be concluded that ration with 10% purple sweet potato fermentation give the best result
in the ration digestibility, protein retention and weight gain.
Keyword: purple sweet potato (Ipomoea batatas), Aspergillus niger, ration digestibility,
protein retention, weight gain
PENDAHULUAN
Ubi jalar
(Ipomoea
dan
batatas
L)
diversifikasi
masyarakat.
pangan
Sebagai
di
sumber
dalam
pangan,
merupakan salah satu komoditas tanaman
tanaman ini mengandung energi, β-karoten,
pangan
yang dapat tumbuh diseluruh
vitamin C, niacin, riboflavin, thiamin, dan
Indonesia. .Ubi jalar merupakan sumber
mineral. Oleh karena itu, komoditas ini
karbohidrat
memiliki
non beras tertinggi keempat
setelah beras, jagung, dan ubi kayu, serta
peran
penting,
baik
dalam
penyediaan bahan pangan, dan bahan baku
mampu meningkatkan ketersediaan pangan
3
industri maupun pakan ternak(Ambarsari et
mendegradasi
al.,2009).
mengahasilkan
Produktivitas ubi jalar selain ditentukan
oleh
faktor
lingkungan
dipengaruhi oleh
tumbuh
juga
kemampuan adaptasi
varietas terhadap lingkungan(Trisnawati e t
al, 2005). Diantara jenis ubi jalar yang ada
putih, kuning dan ungu, umbi jalar ungu
mempunyai kandungan
paling khas.
zat kimia yang
Menurut Susilawati dan
serat
kasar
sehingga
gula sederhana ,dan urea
sebagai
sumber
gugus
adanya
deaminasi
dan
amino,dengan
transaminasi
,sehingga terbentuklah protein., sehingga
dapat meningkatkan kadar protein pada
bahan
yang
difermentasi
dengan
Aspergillus niger.(Muchtadi, 1992).
Adanya
Aspergillus
enzim-enzim
niger
diharapkan
dalam
dapat
Medikasari (2008) mendapatkan bahwa
meningkatkan kecernaan protein, sehingga
tepung ubi jalar ungu mengandung protein,
retensi protein menjadi meningkat yang
serat, dan lemak adalah 2,79%; 4,72%; 0.81
disertai dengan peningkatan pada retensi
%. sedangkan pada umbi ubi jalar ungu
protein dan bobot badan.
mengandung komposisi kimia pada kadar
vitamin C adalah 17,13%, ptotein dan serat
kasar
adalah 17,13% dan 1,64%
dan
8,61%. (Trisnawati et al, 2005).
Palinka
(2011)
melaporkan
bahwa
fermentasi lumpur sawit dengan Aspergillus
niger dapat menigkatkan protein kasar dari
penurunan kadar serat kasar dari 16,3%
Untuk meningkatkan kandungan zat
menjadi 13,8%. Lebih lanjut telah dicoba
nutrisi ubi jalar ungu dapat dilakukan
pemberian lumpur sawit fermentasi (LSF)
dengan kapang dan amoniasi ( Wydianto et
dengan aras 0; 5%; 10%; dan 15%
al., 1995)., diataranya dengan Aspergillus
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
niger
konversi ransum, dan terjadi peningkatan
menghasilkan enzim selulase,glukoamilase.
konsumsi bahan kering secara nyata pada
pektin liase, dan alfa –amilase yang dapat
ayam
niger
dan
urea.
Aspergillus
broiler.
Roeswandy
(2006)
4
melaporkan bahwa pemanfaatan lumpur
Materi dan pelaksanaan penelitian
sait fermentasi Aspergillus niger dalam
ransum
pada tingkat 0%;10%;20%;30%
,ternyata tidak berpengaruh terhadap bobot
potong, bobot karkas, dan
persentase
karkas, sedangkan pada lemak abdominal
Umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
L) diperoleh di desa Licin, Kecamatan
Licin, Kabuoaten Banyuwangi. Aspergillus
niger yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Balai Pengkajian Teknologi
terjadi penurunan dengan semakin tinggi
Pertanian(BPTP) Denpasar.
kandungan
LSF
dalam
ransum.
Itik jantan diperoleh dari Iwayan Pegeg
Berdasarkan hal tersebut diatas maka
dicoba penelitian dengan judul : “ Pengaruh
pemberian ransum ubi jalar ungu ungu
(Ipomoea
yang
batatas)
Aspergillus niger
difermentasi
terhadap kecernaan
ransum, retensi protein dan pertambahan
(Gianyar, Bali) sebanyak 75 ekor. Petak –
petak kandang sebanyak 15 unit berukuran
panjang 80 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 70
cm, setiap unit kandang dilengkapi dengan
tempat pakan dan tempat minum terbuat
dari belahan bambu.
bobot badan pada itik Bali.
Komposisi ransum dan kandungan zat
MATERI DAN METODE
nutrisi ransum penelitian tertera pada Tabel
1 dan 2.
Tempat dan Waktu
Penelitian
Laboratorium
ini
Nutrisi
dilaksanakan
dan
di
Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana selama lima bulan ( Agustus –
Desember 2011).
Tabel 1. Komposisi ransum penelitian
Komposisi bahan(%)
_____________________Perlakuan________________
A
B
C
Jagung kuning
54,36
49,98
49,98
Dedak padi
Bungkil kelapa
10,58
11,00
11,00
11,31
11,00
11,00
Kacang kedelai
9,97
10,45
10,45
Tepung ikan
13,13
8,10
8,10
Ubi jalar ungu
-
10,00*
10,00**
Premix
0,50
0,50
0,50
Garam (NaCl)
0,15
0,15
0,15
5
Keterangan :
Peubah yang diamati meliputi kecernaan
Perlakuan A : Ransum tanpa ubi jalar ungu
Perlakuan B : Ransum mengandung 10%
ubijalar ungu tanpa fermentasi, Perlakuan
C : Ransum mengandung 10% ubi jalar
ungu terfermentasi.
ransum (BK), kecernaan bahan organik,
kecernaan serat kasar, retensi protein, dan
pertambahan bobot badan.
*Ubi jalar ungu tanpa fermentasi
Data yang diperoleh akan dianalisis
** Ubi jalar ungu terfermentas
Tabel 2. Kandungan Zat Nutrisi Ransum
Penelitian
menggunakan sidik
ragam,
dilanjutkan
dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Nutrien
Energi
met(Kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Kalsium (%)
Fosfor tersedia
(%)
A
Perlakuan
B
2796,86
2835,53
16,46
5,80
4,92
0,95
0,43
16,45
4,86
4,86
1 .01
0,45
C
2843,40
16,91
4,90
4,9
1,01
0,45
Standar :
Scott
et
al.(1969)
2 800
15 – 17
4–7
3–6
0.80
0,50
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Ransum (Bahan Kering),
Kecernaan Bahan Organik, Kecernaan
Serat Kasar dan Kecernaan Protein
Rancangan Percobaan
Kecernaan ransum
Pada
penelitian
ini
pada itik yang
menggunakan
diberikan perlakuan kontrol atau ransum
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga
tanpa ubi jalar ungu (perlakuan A) adalah
perlakuan , yaitu ransum tanpa ubi jalar
ungu (perlakuan A), ransum mengandung
10% ubi jalar ungu tanpa fermentasi
59,34% (Tabel 3). Pemberian ransum yang
mengandung 10% ubi jalar ungu tanpa
terfermentasi
atau
ubi
jalar
ungu
(perlakuan B), dan ransum mengandung
terfermentasi ( perlakuan B atu C) dapat
10% ubi jalar ungu terfermentasi (perlakuan
meningkatkan kecernaan ransum sebesar
C). Setiap perlakuan terdi atas lima ulangan
dan setiap ulangan berisi lima ekor itik
umur
3
homogen.
minggu
dengan
berat
yang
16,64% dan 9,30% secara nyata (P < 0,05)
dibandingkan
dengan
perlakuan
A.
Peningkatan kecernaan pada itik yang
diberikan ransum mengandung 10% ubi
jalar ungu atau 10% ubi jalar ungu
6
terfermentasi, disebabkan pada ubi jalar
ungu mengandung zat antioksidan yang
2) SEM : Standard Error of the treatment
Means
dapat menangkal radikal bebas (Qauliyah,
Kecernaan bahan organik, kecernaan
2006), sehingga zat nutrisi yang dicerna
serat kasar, kecernaan lemak dan kecernaan
akan lebih banyak dan kecernaannya akan
protein pada itik yang mendapatkan ransum
meningkat. sedangkan pemberian ransum
kontrol (A) adalah 62,04%, 59,43%, 54,6%,
yang mengandung 10% ubi jalar ungu
dan
terfermentasi, disamping mengandung zat
kecernaan bahan kring ransum pada itik
antioksidan dan
yang diberikan ubi jalar
penggunaan Aspergillus
72,89%.
Dengan
meningkatnya
ungu tanpa
niger dapat menghasilkan enzim- enzim
fermentasi atau ubi jalar ungu terfermentasi
pencernaan (Wainwrigh, 1992), sehingga
akan
semakin
dapat
bahan organik, kecernaan serat kasar,
dicerna,maka kecernaan ransum menjadi
kecernaan lemak dan protein. Hal ini
meningkat.
disamping adanya zat antioksidan yang
banyak
ransum
yang
berpengaruh
terhadap
kecernaan
dapat menetralisir radikal bebas , serta
Tabel 3. Kecernaan ransum(Kec.BK),
kecernaan bahan organik (Kec.BO),
kecernaan
serat
kasar (Kec.SK
),
kecernaan le mak ( Kec. fat), kecernaan
adanya enzim-enzim yang dihasilkan oleh
Aspergillus niger ,
yaitu berupa enzim
selulase, glukoamilase, pektinliase, dan α –
protein (Kec. PK).
amilase ( Muchtadi et al. (1992), yang
Kecernaan (%)
Perlakuan
Kec.SK
59,43 c
Kec.Fat
Kec. Pk
54,60 c
72,89 c 1)
dapat mencerna polisakarida terutama pada
A
Kec.BK Kec.BO
59,34 c 62,04 c
B
64,86 b
69,00 b
53,62 b
62,25 b
76,59 b
serat kasar , yaitu selulosa menjadi senyawa
C
SEM 2)
69,21 a
7,05
73,88 a
0,69
52,53 a
0,66
66,40 a
0,311
79,47 a
0,38
gula sederhana, sehingga kecernaan serat
kasar meningkat secara nyata. Adanya
Keterangan :
enzim
proteolitik
dapat
membantu
menjadi
asam-asam
1) Nilai dengan huruf yang berbeda pada
kolom
yang
nyata(P0,05)
2) SEM : Standard Error of the Treatment
means.
protein
pada
itik
yang
mendapatkan ransum tanpa ubi jalar ungu
(perlakuan A) adalah 5,60 gr/hr (Tabel 4).
Pemberian ransum yang mengandung ubi
jalar ungu tanpa fermentasi atau ubi jalar
terfermentasi dapat meningkatkan retensi
protein sebesar 8,1% dan 9,82% (P
2
PENGARUH PEMBERIAN RANSUM UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas)TERFERMENTASI Aspergillus niger
TERHADAP KECERNAAN RANSUM, RETENSI PROTEIN,
DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA ITIK BALI
(THE EFFECT OF PURPLE SWEET POTATO ( Ipomoea batatas) FERMENTED BY
Aspergillus niger TO THE RATION DIGESTIBILITY, PROTEIN RETENTION, AND
WEIGHT GAIN OF BALI DUCK )
Tjokorda Gede Belawa Yadnya, Ida Bagus Gaga Partama, dan
A.A.A. Sri Tris nade wi
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Bali.
ABSTRACT
The experiment was aimed to study the effect of purple sweet potato (Ipomoea
batatas) fermented by Aspergillus niger to the ration digestibility, protein retention, and
weight gain of bali duck. The experiment used a completely randomized design (CRD) with
three treatments, each treatment consist of four replicates and each replication consist of five
bali ducks with same age and weight. The three treatments were ration without purple sweet
potato (treatment A), 10% purple sweet potato without fermentation (treatment B) and 10%
purple sweet potato with fermentation. Variable observed were dry matter, organic matter,
protein, and crude fiber digestibility, protein retention, and weight gain. From the experiment
it can be concluded that ration with 10% purple sweet potato fermentation give the best result
in the ration digestibility, protein retention and weight gain.
Keyword: purple sweet potato (Ipomoea batatas), Aspergillus niger, ration digestibility,
protein retention, weight gain
PENDAHULUAN
Ubi jalar
(Ipomoea
dan
batatas
L)
diversifikasi
masyarakat.
pangan
Sebagai
di
sumber
dalam
pangan,
merupakan salah satu komoditas tanaman
tanaman ini mengandung energi, β-karoten,
pangan
yang dapat tumbuh diseluruh
vitamin C, niacin, riboflavin, thiamin, dan
Indonesia. .Ubi jalar merupakan sumber
mineral. Oleh karena itu, komoditas ini
karbohidrat
memiliki
non beras tertinggi keempat
setelah beras, jagung, dan ubi kayu, serta
peran
penting,
baik
dalam
penyediaan bahan pangan, dan bahan baku
mampu meningkatkan ketersediaan pangan
3
industri maupun pakan ternak(Ambarsari et
mendegradasi
al.,2009).
mengahasilkan
Produktivitas ubi jalar selain ditentukan
oleh
faktor
lingkungan
dipengaruhi oleh
tumbuh
juga
kemampuan adaptasi
varietas terhadap lingkungan(Trisnawati e t
al, 2005). Diantara jenis ubi jalar yang ada
putih, kuning dan ungu, umbi jalar ungu
mempunyai kandungan
paling khas.
zat kimia yang
Menurut Susilawati dan
serat
kasar
sehingga
gula sederhana ,dan urea
sebagai
sumber
gugus
adanya
deaminasi
dan
amino,dengan
transaminasi
,sehingga terbentuklah protein., sehingga
dapat meningkatkan kadar protein pada
bahan
yang
difermentasi
dengan
Aspergillus niger.(Muchtadi, 1992).
Adanya
Aspergillus
enzim-enzim
niger
diharapkan
dalam
dapat
Medikasari (2008) mendapatkan bahwa
meningkatkan kecernaan protein, sehingga
tepung ubi jalar ungu mengandung protein,
retensi protein menjadi meningkat yang
serat, dan lemak adalah 2,79%; 4,72%; 0.81
disertai dengan peningkatan pada retensi
%. sedangkan pada umbi ubi jalar ungu
protein dan bobot badan.
mengandung komposisi kimia pada kadar
vitamin C adalah 17,13%, ptotein dan serat
kasar
adalah 17,13% dan 1,64%
dan
8,61%. (Trisnawati et al, 2005).
Palinka
(2011)
melaporkan
bahwa
fermentasi lumpur sawit dengan Aspergillus
niger dapat menigkatkan protein kasar dari
penurunan kadar serat kasar dari 16,3%
Untuk meningkatkan kandungan zat
menjadi 13,8%. Lebih lanjut telah dicoba
nutrisi ubi jalar ungu dapat dilakukan
pemberian lumpur sawit fermentasi (LSF)
dengan kapang dan amoniasi ( Wydianto et
dengan aras 0; 5%; 10%; dan 15%
al., 1995)., diataranya dengan Aspergillus
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
niger
konversi ransum, dan terjadi peningkatan
menghasilkan enzim selulase,glukoamilase.
konsumsi bahan kering secara nyata pada
pektin liase, dan alfa –amilase yang dapat
ayam
niger
dan
urea.
Aspergillus
broiler.
Roeswandy
(2006)
4
melaporkan bahwa pemanfaatan lumpur
Materi dan pelaksanaan penelitian
sait fermentasi Aspergillus niger dalam
ransum
pada tingkat 0%;10%;20%;30%
,ternyata tidak berpengaruh terhadap bobot
potong, bobot karkas, dan
persentase
karkas, sedangkan pada lemak abdominal
Umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
L) diperoleh di desa Licin, Kecamatan
Licin, Kabuoaten Banyuwangi. Aspergillus
niger yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Balai Pengkajian Teknologi
terjadi penurunan dengan semakin tinggi
Pertanian(BPTP) Denpasar.
kandungan
LSF
dalam
ransum.
Itik jantan diperoleh dari Iwayan Pegeg
Berdasarkan hal tersebut diatas maka
dicoba penelitian dengan judul : “ Pengaruh
pemberian ransum ubi jalar ungu ungu
(Ipomoea
yang
batatas)
Aspergillus niger
difermentasi
terhadap kecernaan
ransum, retensi protein dan pertambahan
(Gianyar, Bali) sebanyak 75 ekor. Petak –
petak kandang sebanyak 15 unit berukuran
panjang 80 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 70
cm, setiap unit kandang dilengkapi dengan
tempat pakan dan tempat minum terbuat
dari belahan bambu.
bobot badan pada itik Bali.
Komposisi ransum dan kandungan zat
MATERI DAN METODE
nutrisi ransum penelitian tertera pada Tabel
1 dan 2.
Tempat dan Waktu
Penelitian
Laboratorium
ini
Nutrisi
dilaksanakan
dan
di
Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana selama lima bulan ( Agustus –
Desember 2011).
Tabel 1. Komposisi ransum penelitian
Komposisi bahan(%)
_____________________Perlakuan________________
A
B
C
Jagung kuning
54,36
49,98
49,98
Dedak padi
Bungkil kelapa
10,58
11,00
11,00
11,31
11,00
11,00
Kacang kedelai
9,97
10,45
10,45
Tepung ikan
13,13
8,10
8,10
Ubi jalar ungu
-
10,00*
10,00**
Premix
0,50
0,50
0,50
Garam (NaCl)
0,15
0,15
0,15
5
Keterangan :
Peubah yang diamati meliputi kecernaan
Perlakuan A : Ransum tanpa ubi jalar ungu
Perlakuan B : Ransum mengandung 10%
ubijalar ungu tanpa fermentasi, Perlakuan
C : Ransum mengandung 10% ubi jalar
ungu terfermentasi.
ransum (BK), kecernaan bahan organik,
kecernaan serat kasar, retensi protein, dan
pertambahan bobot badan.
*Ubi jalar ungu tanpa fermentasi
Data yang diperoleh akan dianalisis
** Ubi jalar ungu terfermentas
Tabel 2. Kandungan Zat Nutrisi Ransum
Penelitian
menggunakan sidik
ragam,
dilanjutkan
dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Nutrien
Energi
met(Kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Kalsium (%)
Fosfor tersedia
(%)
A
Perlakuan
B
2796,86
2835,53
16,46
5,80
4,92
0,95
0,43
16,45
4,86
4,86
1 .01
0,45
C
2843,40
16,91
4,90
4,9
1,01
0,45
Standar :
Scott
et
al.(1969)
2 800
15 – 17
4–7
3–6
0.80
0,50
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Ransum (Bahan Kering),
Kecernaan Bahan Organik, Kecernaan
Serat Kasar dan Kecernaan Protein
Rancangan Percobaan
Kecernaan ransum
Pada
penelitian
ini
pada itik yang
menggunakan
diberikan perlakuan kontrol atau ransum
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga
tanpa ubi jalar ungu (perlakuan A) adalah
perlakuan , yaitu ransum tanpa ubi jalar
ungu (perlakuan A), ransum mengandung
10% ubi jalar ungu tanpa fermentasi
59,34% (Tabel 3). Pemberian ransum yang
mengandung 10% ubi jalar ungu tanpa
terfermentasi
atau
ubi
jalar
ungu
(perlakuan B), dan ransum mengandung
terfermentasi ( perlakuan B atu C) dapat
10% ubi jalar ungu terfermentasi (perlakuan
meningkatkan kecernaan ransum sebesar
C). Setiap perlakuan terdi atas lima ulangan
dan setiap ulangan berisi lima ekor itik
umur
3
homogen.
minggu
dengan
berat
yang
16,64% dan 9,30% secara nyata (P < 0,05)
dibandingkan
dengan
perlakuan
A.
Peningkatan kecernaan pada itik yang
diberikan ransum mengandung 10% ubi
jalar ungu atau 10% ubi jalar ungu
6
terfermentasi, disebabkan pada ubi jalar
ungu mengandung zat antioksidan yang
2) SEM : Standard Error of the treatment
Means
dapat menangkal radikal bebas (Qauliyah,
Kecernaan bahan organik, kecernaan
2006), sehingga zat nutrisi yang dicerna
serat kasar, kecernaan lemak dan kecernaan
akan lebih banyak dan kecernaannya akan
protein pada itik yang mendapatkan ransum
meningkat. sedangkan pemberian ransum
kontrol (A) adalah 62,04%, 59,43%, 54,6%,
yang mengandung 10% ubi jalar ungu
dan
terfermentasi, disamping mengandung zat
kecernaan bahan kring ransum pada itik
antioksidan dan
yang diberikan ubi jalar
penggunaan Aspergillus
72,89%.
Dengan
meningkatnya
ungu tanpa
niger dapat menghasilkan enzim- enzim
fermentasi atau ubi jalar ungu terfermentasi
pencernaan (Wainwrigh, 1992), sehingga
akan
semakin
dapat
bahan organik, kecernaan serat kasar,
dicerna,maka kecernaan ransum menjadi
kecernaan lemak dan protein. Hal ini
meningkat.
disamping adanya zat antioksidan yang
banyak
ransum
yang
berpengaruh
terhadap
kecernaan
dapat menetralisir radikal bebas , serta
Tabel 3. Kecernaan ransum(Kec.BK),
kecernaan bahan organik (Kec.BO),
kecernaan
serat
kasar (Kec.SK
),
kecernaan le mak ( Kec. fat), kecernaan
adanya enzim-enzim yang dihasilkan oleh
Aspergillus niger ,
yaitu berupa enzim
selulase, glukoamilase, pektinliase, dan α –
protein (Kec. PK).
amilase ( Muchtadi et al. (1992), yang
Kecernaan (%)
Perlakuan
Kec.SK
59,43 c
Kec.Fat
Kec. Pk
54,60 c
72,89 c 1)
dapat mencerna polisakarida terutama pada
A
Kec.BK Kec.BO
59,34 c 62,04 c
B
64,86 b
69,00 b
53,62 b
62,25 b
76,59 b
serat kasar , yaitu selulosa menjadi senyawa
C
SEM 2)
69,21 a
7,05
73,88 a
0,69
52,53 a
0,66
66,40 a
0,311
79,47 a
0,38
gula sederhana, sehingga kecernaan serat
kasar meningkat secara nyata. Adanya
Keterangan :
enzim
proteolitik
dapat
membantu
menjadi
asam-asam
1) Nilai dengan huruf yang berbeda pada
kolom
yang
nyata(P0,05)
2) SEM : Standard Error of the Treatment
means.
protein
pada
itik
yang
mendapatkan ransum tanpa ubi jalar ungu
(perlakuan A) adalah 5,60 gr/hr (Tabel 4).
Pemberian ransum yang mengandung ubi
jalar ungu tanpa fermentasi atau ubi jalar
terfermentasi dapat meningkatkan retensi
protein sebesar 8,1% dan 9,82% (P