PENGARUH PEMBERIAN RANSUM UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas)TERFERMENTASI Aspergillus niger TERHADAP KECERNAAN RANSUM, RETENSI PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA ITIK BALI.

1

2

PENGARUH PEMBERIAN RANSUM UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas)TERFERMENTASI Aspergillus niger
TERHADAP KECERNAAN RANSUM, RETENSI PROTEIN,
DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA ITIK BALI
(THE EFFECT OF PURPLE SWEET POTATO ( Ipomoea batatas) FERMENTED BY
Aspergillus niger TO THE RATION DIGESTIBILITY, PROTEIN RETENTION, AND
WEIGHT GAIN OF BALI DUCK )

Tjokorda Gede Belawa Yadnya, Ida Bagus Gaga Partama, dan
A.A.A. Sri Tris nade wi
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Bali.

ABSTRACT
The experiment was aimed to study the effect of purple sweet potato (Ipomoea
batatas) fermented by Aspergillus niger to the ration digestibility, protein retention, and
weight gain of bali duck. The experiment used a completely randomized design (CRD) with
three treatments, each treatment consist of four replicates and each replication consist of five

bali ducks with same age and weight. The three treatments were ration without purple sweet
potato (treatment A), 10% purple sweet potato without fermentation (treatment B) and 10%
purple sweet potato with fermentation. Variable observed were dry matter, organic matter,
protein, and crude fiber digestibility, protein retention, and weight gain. From the experiment
it can be concluded that ration with 10% purple sweet potato fermentation give the best result
in the ration digestibility, protein retention and weight gain.
Keyword: purple sweet potato (Ipomoea batatas), Aspergillus niger, ration digestibility,
protein retention, weight gain

PENDAHULUAN
Ubi jalar

(Ipomoea

dan
batatas

L)

diversifikasi


masyarakat.

pangan

Sebagai

di

sumber

dalam
pangan,

merupakan salah satu komoditas tanaman

tanaman ini mengandung energi, β-karoten,

pangan


yang dapat tumbuh diseluruh

vitamin C, niacin, riboflavin, thiamin, dan

Indonesia. .Ubi jalar merupakan sumber

mineral. Oleh karena itu, komoditas ini

karbohidrat

memiliki

non beras tertinggi keempat

setelah beras, jagung, dan ubi kayu, serta

peran

penting,


baik

dalam

penyediaan bahan pangan, dan bahan baku

mampu meningkatkan ketersediaan pangan
3

industri maupun pakan ternak(Ambarsari et

mendegradasi

al.,2009).

mengahasilkan

Produktivitas ubi jalar selain ditentukan
oleh


faktor

lingkungan

dipengaruhi oleh

tumbuh

juga

kemampuan adaptasi

varietas terhadap lingkungan(Trisnawati e t
al, 2005). Diantara jenis ubi jalar yang ada

putih, kuning dan ungu, umbi jalar ungu
mempunyai kandungan
paling khas.

zat kimia yang


Menurut Susilawati dan

serat

kasar

sehingga

gula sederhana ,dan urea

sebagai

sumber

gugus

adanya

deaminasi


dan

amino,dengan
transaminasi

,sehingga terbentuklah protein., sehingga
dapat meningkatkan kadar protein pada
bahan

yang

difermentasi

dengan

Aspergillus niger.(Muchtadi, 1992).

Adanya
Aspergillus


enzim-enzim
niger

diharapkan

dalam
dapat

Medikasari (2008) mendapatkan bahwa

meningkatkan kecernaan protein, sehingga

tepung ubi jalar ungu mengandung protein,

retensi protein menjadi meningkat yang

serat, dan lemak adalah 2,79%; 4,72%; 0.81

disertai dengan peningkatan pada retensi


%. sedangkan pada umbi ubi jalar ungu

protein dan bobot badan.

mengandung komposisi kimia pada kadar
vitamin C adalah 17,13%, ptotein dan serat
kasar

adalah 17,13% dan 1,64%

dan

8,61%. (Trisnawati et al, 2005).

Palinka

(2011)

melaporkan


bahwa

fermentasi lumpur sawit dengan Aspergillus
niger dapat menigkatkan protein kasar dari

penurunan kadar serat kasar dari 16,3%

Untuk meningkatkan kandungan zat

menjadi 13,8%. Lebih lanjut telah dicoba

nutrisi ubi jalar ungu dapat dilakukan

pemberian lumpur sawit fermentasi (LSF)

dengan kapang dan amoniasi ( Wydianto et

dengan aras 0; 5%; 10%; dan 15%


al., 1995)., diataranya dengan Aspergillus

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

niger

konversi ransum, dan terjadi peningkatan

menghasilkan enzim selulase,glukoamilase.

konsumsi bahan kering secara nyata pada

pektin liase, dan alfa –amilase yang dapat

ayam

niger

dan

urea.

Aspergillus

broiler.

Roeswandy

(2006)
4

melaporkan bahwa pemanfaatan lumpur

Materi dan pelaksanaan penelitian

sait fermentasi Aspergillus niger dalam
ransum

pada tingkat 0%;10%;20%;30%

,ternyata tidak berpengaruh terhadap bobot
potong, bobot karkas, dan

persentase

karkas, sedangkan pada lemak abdominal

Umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
L) diperoleh di desa Licin, Kecamatan
Licin, Kabuoaten Banyuwangi. Aspergillus
niger yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari Balai Pengkajian Teknologi

terjadi penurunan dengan semakin tinggi
Pertanian(BPTP) Denpasar.
kandungan

LSF

dalam

ransum.
Itik jantan diperoleh dari Iwayan Pegeg

Berdasarkan hal tersebut diatas maka
dicoba penelitian dengan judul : “ Pengaruh
pemberian ransum ubi jalar ungu ungu
(Ipomoea

yang

batatas)

Aspergillus niger

difermentasi

terhadap kecernaan

ransum, retensi protein dan pertambahan

(Gianyar, Bali) sebanyak 75 ekor. Petak –
petak kandang sebanyak 15 unit berukuran
panjang 80 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 70
cm, setiap unit kandang dilengkapi dengan
tempat pakan dan tempat minum terbuat
dari belahan bambu.

bobot badan pada itik Bali.

Komposisi ransum dan kandungan zat

MATERI DAN METODE

nutrisi ransum penelitian tertera pada Tabel
1 dan 2.

Tempat dan Waktu
Penelitian
Laboratorium

ini
Nutrisi

dilaksanakan
dan

di

Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana selama lima bulan ( Agustus –
Desember 2011).

Tabel 1. Komposisi ransum penelitian
Komposisi bahan(%)

_____________________Perlakuan________________
A
B
C

Jagung kuning

54,36

49,98

49,98

Dedak padi
Bungkil kelapa

10,58

11,00

11,00

11,31

11,00

11,00

Kacang kedelai

9,97

10,45

10,45

Tepung ikan

13,13

8,10

8,10

Ubi jalar ungu

-

10,00*

10,00**

Premix

0,50

0,50

0,50

Garam (NaCl)

0,15

0,15

0,15

5

Keterangan :

Peubah yang diamati meliputi kecernaan

Perlakuan A : Ransum tanpa ubi jalar ungu
Perlakuan B : Ransum mengandung 10%
ubijalar ungu tanpa fermentasi, Perlakuan
C : Ransum mengandung 10% ubi jalar
ungu terfermentasi.

ransum (BK), kecernaan bahan organik,
kecernaan serat kasar, retensi protein, dan
pertambahan bobot badan.

*Ubi jalar ungu tanpa fermentasi
Data yang diperoleh akan dianalisis

** Ubi jalar ungu terfermentas
Tabel 2. Kandungan Zat Nutrisi Ransum
Penelitian

menggunakan sidik

ragam,

dilanjutkan

dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Nutrien

Energi
met(Kkal/kg)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Kalsium (%)
Fosfor tersedia
(%)

A

Perlakuan
B

2796,86

2835,53

16,46
5,80
4,92
0,95
0,43

16,45
4,86
4,86
1 .01
0,45

C
2843,40
16,91
4,90
4,9
1,01
0,45

Standar :
Scott
et
al.(1969)
2 800
15 – 17
4–7
3–6
0.80
0,50

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Ransum (Bahan Kering),
Kecernaan Bahan Organik, Kecernaan
Serat Kasar dan Kecernaan Protein

Rancangan Percobaan
Kecernaan ransum
Pada

penelitian

ini

pada itik yang

menggunakan

diberikan perlakuan kontrol atau ransum

rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga

tanpa ubi jalar ungu (perlakuan A) adalah

perlakuan , yaitu ransum tanpa ubi jalar
ungu (perlakuan A), ransum mengandung
10% ubi jalar ungu tanpa fermentasi

59,34% (Tabel 3). Pemberian ransum yang
mengandung 10% ubi jalar ungu tanpa
terfermentasi

atau

ubi

jalar

ungu

(perlakuan B), dan ransum mengandung

terfermentasi ( perlakuan B atu C) dapat

10% ubi jalar ungu terfermentasi (perlakuan

meningkatkan kecernaan ransum sebesar

C). Setiap perlakuan terdi atas lima ulangan
dan setiap ulangan berisi lima ekor itik
umur

3

homogen.

minggu

dengan

berat

yang

16,64% dan 9,30% secara nyata (P < 0,05)
dibandingkan

dengan

perlakuan

A.

Peningkatan kecernaan pada itik yang
diberikan ransum mengandung 10% ubi
jalar ungu atau 10% ubi jalar ungu
6

terfermentasi, disebabkan pada ubi jalar
ungu mengandung zat antioksidan yang

2) SEM : Standard Error of the treatment
Means

dapat menangkal radikal bebas (Qauliyah,

Kecernaan bahan organik, kecernaan

2006), sehingga zat nutrisi yang dicerna

serat kasar, kecernaan lemak dan kecernaan

akan lebih banyak dan kecernaannya akan

protein pada itik yang mendapatkan ransum

meningkat. sedangkan pemberian ransum

kontrol (A) adalah 62,04%, 59,43%, 54,6%,

yang mengandung 10% ubi jalar ungu

dan

terfermentasi, disamping mengandung zat

kecernaan bahan kring ransum pada itik

antioksidan dan

yang diberikan ubi jalar

penggunaan Aspergillus

72,89%.

Dengan

meningkatnya

ungu tanpa

niger dapat menghasilkan enzim- enzim

fermentasi atau ubi jalar ungu terfermentasi

pencernaan (Wainwrigh, 1992), sehingga

akan

semakin

dapat

bahan organik, kecernaan serat kasar,

dicerna,maka kecernaan ransum menjadi

kecernaan lemak dan protein. Hal ini

meningkat.

disamping adanya zat antioksidan yang

banyak

ransum

yang

berpengaruh

terhadap

kecernaan

dapat menetralisir radikal bebas , serta
Tabel 3. Kecernaan ransum(Kec.BK),
kecernaan bahan organik (Kec.BO),
kecernaan

serat

kasar (Kec.SK

),

kecernaan le mak ( Kec. fat), kecernaan

adanya enzim-enzim yang dihasilkan oleh
Aspergillus niger ,

yaitu berupa enzim

selulase, glukoamilase, pektinliase, dan α –

protein (Kec. PK).
amilase ( Muchtadi et al. (1992), yang
Kecernaan (%)
Perlakuan

Kec.SK
59,43 c

Kec.Fat
Kec. Pk
54,60 c
72,89 c 1)

dapat mencerna polisakarida terutama pada

A

Kec.BK Kec.BO
59,34 c 62,04 c

B

64,86 b

69,00 b

53,62 b

62,25 b

76,59 b

serat kasar , yaitu selulosa menjadi senyawa

C
SEM 2)

69,21 a
7,05

73,88 a
0,69

52,53 a
0,66

66,40 a
0,311

79,47 a
0,38

gula sederhana, sehingga kecernaan serat
kasar meningkat secara nyata. Adanya

Keterangan :

enzim

proteolitik

dapat

membantu

menjadi

asam-asam

1) Nilai dengan huruf yang berbeda pada
kolom

yang

nyata(P0,05)
2) SEM : Standard Error of the Treatment
means.

protein

pada

itik

yang

mendapatkan ransum tanpa ubi jalar ungu
(perlakuan A) adalah 5,60 gr/hr (Tabel 4).
Pemberian ransum yang mengandung ubi
jalar ungu tanpa fermentasi atau ubi jalar
terfermentasi dapat meningkatkan retensi
protein sebesar 8,1% dan 9,82% (P

Dokumen yang terkait

Kecernaan Bahan Kering, Protein dan Retensi Nitrogen Kelinci Jantan Persilangan Lepas Sapih yang Diberi Ransum Pelet Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

0 9 72

PENGARUH IMBANGAN PROTEIN DAN ENERGI PADA RANSUM YANG SINKRON PELEPASAN N-PROTEIN DAN ENERGI DALAM RUMEN TERHADAP KONSUMSI, KECERNAAN PK, RETENSI NITROGEN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN.

0 0 6

Pengaruh Pemanfaatan Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Terfermentasi dalam Ransum terhadap Karkas dan Lemak Abdominal Itik Bali.

0 0 15

Pengaruh Pemberian Ransum Lengkap Fermentasi Mengandung Kadar Protein Berbeda Terhadap Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Domba Lokal Betina.

0 0 1

Kajian Pemberian Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Terfermentasi dalam Ransum terhadap Non Karkas dan Daging GIblet Itik Bali Umur 22 Minggu.

0 0 17

KAJIAN PEMANFAATAN KULIT UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L) TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI DAN NUTRISI RANSUM DAN EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM PADA ITIK BALI UMUR 22 MINGGU.

0 0 9

KAJIAN PEMANFAATAN KULIT UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L) TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI DAN NUTRISI RANSUM DAN EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM PADA ITIK BALI UMUR 22 MINGGU.

0 0 8

Kajian Pemanfaatan Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi dalam Ransum terhadap Konsumsi dan Nutrisi Ransum dan Efisiensi Penggunaan Ransum pada Itik Bali Umur 22 Minggu.

0 0 8

penampilan itik diberi ransum mengandung sekam padi terfermentasi disuplementasi dengan tepung daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).

0 0 13

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

0 0 12