Serbuk Kopi untuk Mengobati Luka Paradigma Baru dalam Pengelolaan ( Luka Coffee powder for Wound Healing The New Paradigm of Wound Management ).

Coffee powder for Wound Healing
The New Paradigm of Wound Management

Serbuk Kopi untuk Mengobati Luka
Paradigma Baru dalam Pengelolaan Luka

Coffee Powder for Wound Healing
The New Paradigm of Wound Management

Serbuk Kopi untuk Mengobati Luka
Paradigma Baru dalam Pengelolaan Luka

Prof. H. Hendro Sudjono Yuwono, dr, PhD.
Division of Vascular Surgery, Department of Surgery, School of Medicine,
Padjadjaran University, Dr.Hasan Sadikin Central General Hospital, Bandung,
Indonesia
Divisi Bedah Vaskular, Departemen Ilmu Bedah, FK-Universitas Padjadjaran,
RSUP dr Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia

RF.KKS.24.01.2013
Prof. H. Hendro Sudjono Yuwono, dr, PhD.

Cofee Powder for Wound Healing
The New Paradigm of Wound Management

Serbuk Kopi untuk Mengobati Luka
Paradigma Baru dalam Pengelolaan Luka

Desain Sampul: Syarif Purnama
Artistik: Benny Wahyudi
Gambar Isi: Dokumentasi Penulis
Gambar Sampul Depan: Bramono Ekowibowo Sasongko, S.Sn.
Diterbitkan & dicetak oleh PT. Reika Aditama
Jl. Mengger Girang No. 98, Bandung 40254
Telp. (022) 5205985, Fax. (022) 5205984
Website: www.reika-aditama.com
Email: reika_aditama@yahoo.co.id
Anggota Ikapi
Cetakan Kesatu, November 2013
ISBN 978-602-7948-13-6
©2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
TANPA IZIN TERTULIS dari penerbit.

Kata Pengantar
Foreword

Treatment for different types of wounds using coffee powder has long been
recognized as a traditional medicine and as a local wisdom that is worthy of being
maintained considering the high level of its usefulness and effectiveness in healing
of wounds. Why coffee powder has that capability ? The author will explain
clearly and completely in this book. Incised inscription the results of research on
various types of wound treatment efforts using only topical coffee powder. Written
therein scientific reasoning that explained clearly by emphasizing all the feelings
of concern for the use of coffee in the treatment of wounds. The ideas and all
results recorded in this book generate new paradigms in the management of acute
and chronic wounds. Wound treatment is generally carried out by the principle
of remains dry for a long period and frequency of wound dressing changes can
be done to change every 4-5 weeks. It is preferred by health care providers or
the patients, as well as eliminate the smell from wounds into the fragrant smell of
coffee . The dressing changes can be done by patients or their family. The paradigm

and all the scientific results in the book have been used as teaching materials for
medical students and surgical resident education since 2005, as well as has been
presented at international scientific meetings (ATTD 2012 in Barcelona, Spain.
Research on coffee for wound healing presumably be the first written by a
complete and thorough.
The coffee for wound healing research activity is one of many studies that have
been conducted in an effort to be able to explain one of high culture in medicine
as cultural heritage tradition. Besides, the fundamental understanding about that
anyone who is doing research the results may be followed as a trend-setter and not
only as a follower awaiting research study of others.
Lastly, hopefully the wound management described in this book will be
understood and applied by whom needs it and as a medico-social responsibility to
increase cooperation at all levels within interprofessional teams in every community
health center.

v

Pengobatan luka menggunakan serbuk kopi telah lama dikenal di dunia. Di Indonesia
pengobatan luka dengan kopi telah dikenal sebagai pengobatan tradisional yang
diikuti sebagian penduduk secara turun temurun dan sebagai salah satu produk

kearifan lokal yang patut dilanjutkan. Didalam buku ini dijelaskan secara ilmiah
mengapa serbuk kopi memiliki kemampuan tinggi dalam penyembuhan berbagai
macam luka. Dijelaskan pula dengan gamblang dengan menyisihkan kekuatiran
penggunaan serbuk kopi dalam penyembuhan luka. Ditorehkan dalam buku ini
hasil-hasil penelitian penyembuhan berbagai luka dengan hanya menggunakan
kopi secara detil, tetapi tidak dijumpai efek samping yang merugikan. Penanganan
luka dilakukan dengan prinsip tetap kering (tanpa penambahan cairan pembersih
dari luar) sampai waktu penggantian kasa pembalut luka, yaitu sekali mengganti
setiap 4-5 minggu sekali dengan pengertian bahwa penggantian kasa yang terlalu
cepat (1-2 hari sampai 7 hari) hanya akan menimbulkan gangguan nyeri dan akan
mengganggu penyembuhan sel-sel yang baru tumbuh. Keuntungannya adalah
memudahkan penderita luka untuk melakukannya sendiri, dan menghilangkan
bau luka. Paradigma pengelolaan luka tersebut telah dijadikan bahan kuliah
penyembuhan luka untuk mahasiswa dan residen ilmu bedah sejak 2005, selain
juga sudah dipresentasikan di forum internasional (ATTD2012 Barcelona, Spanyol).
Aktifitas penelitian pengobatan luka menggunakan serbuk kopi adalah salah
satu dari sekian banyak penelitian yang pernah dilakukan dalam upaya untuk
menjadikan putera Indonesia memiliki kemampuan menjelaskan secara ilmiah dari
salah satu budaya tinggi di bidang pengobatan tradisional nenek moyang.Selain
pula bahwa siapa yang melakukan penelitian maka hasilnya akan menjadikannya

subyek yang diikuti (trend-setter), dan tidak hanya menjadi pengikut atau ekor dari
hasil penelitian orang atau bangsa lain.
Buku yang berisi tulisan mengenai kopi untuk penyembuhan luka, agaknya
merupakan tulisan pertama yang lengkap dan mendalam.
Akhirulkata, semoga pengetahuan pengelolaan luka yang dijelaskan dan
tersirat pada buku ini dapat dipahami dan dimanfaatkan oleh semua
kalangan yang memerlukannya, dan merupakan tanggung jawab medikososial dalam masyarakat serta meningkatkan kerjasama antar-profesi terkait didalam
skala pusat kesehatan masyarakat maupun di Rumah Sakit.

Bandung, November 2013

Hendro Sudjono Yuwono

vi

Sambutan Dari Dekan Fakultas Kedokteran UNPAD

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dunia kedokteran telah menunjukkan perkembangan yang sangat cepat dan
menjadi semakin canggih dari waktu ke waktu. Sayangnya perkembangan itu

seringkali identik dengan pelayanan kesehatan yang mahal. Hambatan ekonomi
yang ikut tumbuh dan membesar seiring dengan kemajuan di bidang kedokteran
jelas bukan sesuatu yang diharapkan. Terbatasnya akses publik terhadap pelayanan
kesehatan membuat ilmu kedokteran dan profesi dokter belum sepenuhnya dapat
mencapai tujuannya dalam memuliakan kemanusiaan. Kondisi tersebut tentu saja
menuntut solusi nyata dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, termasuk
para profesional medis yang merupakan front liner dalam pelayanan kesehatan.
Membaca buku “Serbuk Kopi untuk Mengobati Luka: Paradigma Baru
dalam Pengelolaan Luka ” ini menyegarkan ingatan kita pada kearifan lokal yang
berpotensi untuk menjadi bagian dari solusi yang bisa diupayakan. Akulturasi nilainilai yang tersimpan dalam kearifan lokal dengan ilmu kedokteran dipercaya akan
memberi dampak positif bagi peningkatan derajat kesehatan manusia. Sebagai ahli
bedah vaskular, Prof.Hendro menunjukkan bahwa kompetensi di bidang tertentu
tidak semestinya membuat kita menutup diri dari pengetahuan lain. Di saat kita
mengenal kopi sebagai salah satu pesona kuliner yang telah menjadi bagian dari
budaya manusia sejak berabad-abad lalu, Prof. Hendro justru mengungkapkan
fakta-fakta ilmiah yang membuktikan bahwa kopi juga dapat dimanfaatkan sebagai
obat. Penelitian bubuk kopi sebagai bagian dari perawatan luka adalah cerminan
jiwa ilmiah seorang dokter yang selalu berpegangan pada prinsip evidence based
medicine diimbangi dengan wawasan terhadap kearifan lokal yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat kita.


vii

Pilihan Prof. Hendro untuk memperdalam penelitian tentang manfaat kopi
jelas memperlihatkan pemahamannya terhadap kompleksitas masalah kesehatan
bangsa ini. Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, masyarakat
telah diberikan alternatif yang lebih murah dan terjangkau untuk perawatan luka.
Penelitian ini sekaligus menggugah kesadaran kita betapa potensi megabiodiversity
bangsa Indonesia adalah ”harta terpendam” yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umat manusia.
Buku yang penuh dengan data dan fakta ilmiah ini adalah inspirasi bagi
profesional medis lainnya untuk mencermati berbagai potensi kearifan lokal
yang ada. Menggali dan mengelola kearifan lokal demi memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau adalah
misi mulia yang sudah sepantasnya diamanatkan pada profesi dokter. Dengan
mempersembahkan buku ini kepada pasien-pasiennya, Prof. Hendro sekali lagi
menggugah kita bahwa ilmu kedokteran adalah modalitas pengabdian yang bisa
dibagi tanpa batas. Tugas seorang dokter lebih dari sekedar rutinitas yang dijalani di
dalam ruang praktek, selain bertindak sebagai care provider juga berperan sebagai
community leader yang senantiasa aktif dalam setiap upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat luas.
Kita sama-sama berharap di masa mendatang akan lebih banyak sivitas
akademika Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang memiliki semangat
untuk ikut mencerdaskan bangsa dengan membagi pengetahuannya sebagai
seorang dokter. Semoga keberadaan buku ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat umum maupun para profesional medis yang
setia mengabdi demi kemaslahatan umat.

Wassalamualaikum Wr.Wb,

Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

viii

Sambutan Dari Direktur Utama RSUP dr Hasan Sadikin

Assallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama-tama saya mengucapkan selamat atas terbitnya buku “KOPI UNTUK
MENGOBATI LUKA – PARADIGMA BARU DALAM PENGOBATAN LUKA” karya

Prof. Hendro Sudjono Yuwono,dr,PhD.
Kita harus akui bahwa perkembangan ilmu di dunia Kedokteran sangatlah pesat
dan ini erat kaitannya dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya
Adanya penelitian dalam pengobatan luka dengan menggunakan serbuk
kopi sangat layak diberi apresiasi karena paradigma ini membuka mata kita
bahwa ternyata pengobatan berkualitas tidak selalu harus menggunakan alatalat maupun bahan-bahan yang canggih, mahal dan sulit diperoleh. Penemuan
tentang pemanfaatan serbuk kopi untuk pengobatan luka ini telah menjawab salah
satu masalah dan tantangan dalam pelayanan kesehatan, khususnya dalam hal
tingginya biaya pengobatan, karena serbuk kopi merupakan bahan yang relatif
mudah didapat dan murah harganya.
Pemanfaatan serbuk kopi untuk mengobati luka ini memang bukanlah
sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia karena ternyata sebagian masyarakat
Indonesia yang tinggal di daerah sekitar perkebunan kopi telah sejak lama terbiasa
menggunakan serbuk kopi sebagai obat untuk menyembuhkan lukanya.
Namun demikian, penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan serbuk
kopi untuk penyembuhan luka bukanlah semata-mata merupakan kebiasaan
turun temurun masyarakat Indonesia, karena ternyata khasiat serbuk kopi untuk
penyembuhan luka terbukti sangat efektif bahkan tidak bertentangan dengan
pengobatan secara medis.


ix

Selain itu, paradigma ini mampu menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia
yang tinggal di daerah daerah terpencil dan sulit mengakses fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penelitian dan buku karya Prof. Hendro Sudjono Yuwono,dr,PhD. ini patut
mendapatkan penghargaan mengingat sebagai seorang profesional di bidang
Bedah Vaskular, beliau masih concern terhadap perkembangan pengobatan yang
lebih berpihak kepada masyarakat kecil namun tidak mengenyampingkan segi
kualitasnya.
Besar harapan saya, penelitian ini mampu pula memotivasi rekan-rekan
sejawat lainnya untuk bersama-sama menghidupkan kembali klinik pengobatan
tradisional yang pernah ada di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
Semoga produktivitas Prof. Hendro Sudjono Yuwono,dr,PhD tidak pernah
berhenti dalam melahirkan karya-karya yang inovatif sehingga dapat menjadi
inspirasi bagi kalangan peneliti lain untuk lebih banyak lagi menghasilkan
penemuan-penemuan baru di dunia kesehatan yang berkualitas tinggi dan sangat
bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.


Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
H. Bayu Wahyudi, dr., SpOG, MPHM, MHKes
Direktur Utama RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

x

Sambutan Dari Kepala Departemen Ilmu Bedah

Assallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas Ridho dan RahmatNya
buku karya bedah vascular ke-2 dilingkungan Departemen Ilmu Bedah FK Buku ini
yang berjudul “Kopi Untuk Pengobatan Luka –Paradigma baru dalam pengobatan
luka” adalah buku karya ilmiah yang kedua yang telah dibuat oleh Prof Hendro
Sudjono Yuwono. Buku ilmiah tersebut memperkaya khasanah buku yang berasal
dari staf Departemen Ilmu Bedah FKUnpad/RSUP dr Hasan Sadikin. Tema karya
tulis ini diangkat dari budaya pengobatan tradisional masyarakat Indonesia, yang
sesungguhnya sangat relevan tema tersebut dengan bidang ilmu bedah yang
sangat berhubungan dalam kegiatan keseharian dokter-dokter spesialis bedah,
yaitu perihal luka dan pengobatannya. Walaupun telah diketahui serbuk kopi
untuk pengobatan luka, tetapi belum pernah ada tulisan yang menjelaskannya
secara ilmiah dengan contoh kasusnya. Buku ini berisikan penjelasan ilmiah yang
terpapar mendalam disertai pembahasan kasus-kasusnya, sudah tentu akan dapat
menghilangkan keraguan penggunaan serbuk kopi untuk pengobatan luka, bahkan
membuka wawasan ilmiah berupa teknik dan pemikiran (paradigma) yang baru
dalam perawatan luka. Prosedur pengobatan luka menggunakan serbuk kopi
menunjukkan pula bahwa tradisi kearifan lokal yang ada didalam kebudayaan
masyarakat kita merupakan sumber yang tidak pernah akan habis sebagai bahan
penelitian ilmiah yang berfaedah bagi pelayanan kesehatan manusia.
Selamat atas penerbitan buku ini yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan yang
meningkatkan nama institusi.

Wasallamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nurhayat Usman, dr, SpB-KBD,
Kepala Departemen Ilmu Bedah
FK UNPAD/RSUP dr Hasan Sadikin,
Bandung

xi

xii

Hippocrates:
“Let your food be your medicine”

“Do not put anything in your skin that you would not put in your mouth “ (Anonim)

xiii

I dedicate this book to my patients.
Buku ini saya persembahkan untuk para pasien

xiv

Daftar Isi

KATA PENGANTAR — v
SAMBUTAN DARI DEKAN UNPAD — v
SAMBUTAN DARI DIREKTUR UTAMA RSUP DR HASAN SADIKIN — vii
SAMBUTAN DARI KEPALA DEPARTEMEN ILMU BEDAH — xi
HIPPOCRATES — xiii
DAFTAR ISI — xv

1. History of coffee — 1
1. Sejarah kopi di dunia — 2

2. History of coffee in Indonesia — 2
2. Sejarah kopi di Indonesia — 3

3. History of coffee application as a traditional wound dressing — 4
3. Sejarah penggunaan kopi untuk mengobati luka secara topikal — 6

4. Coffee : active substances as coffee ingredients. — 7
4. Kopi : substansi aktif yang terkandung dalamnya — 8

5. Wound Healing. — 9
4. Mengobati Luka — 12

xv

6. Antibacterial effect of Coffee — 15
6. Kemampuan antibakteri dari kopi — 15
7. The wounds that are managed using coffee powder — 21
7. Contoh kasus luka yang dikelola menggunakan serbuk kopi — 21

8. How to manage wounds using coffee — 34
8. Cara mengelola luka mempergunakan kopi — 36

9. What is the reason for the wounds does not require external fluid addition ? — 39
9. Apakah alasannya dalam pengelolaan luka tidak memerlukan untuk dibasahi
dari luar ? — 40

10. How wound healing techniques with coffee, when compared with the postulates
of George Winter (1962) which is famous for “moist wound healing”? — 41
10. Bagaimanakah teknik penyembuhan luka dengan kopi dan pengelolaan luka

dengan secara kering, bila dibandingkan dengan postulat dari George
Winter (1962) yang terkenal dengan “moist wound healing” ? — 41

11. The use of coffee powder for wound healing follow the general rules — 44
11. Penggunaan serbuk kopi untuk luka mengikuti kaidah umum — 45

12. How long does coffee powder was ever given in the wound without opening
to change wound dressing ? — 46
12. Berapa lamakah serbuk kopi pernah diberikan sebagai penutup luka tanpa
mengganti pembalutannya ? — 46

13. Beneficial effects of coffee — 49
13. Keuntungan penggunaan kopi — 50

xvi

14. Areas which are rarely found coffee — 50
14. Daerah-daerah yang jarang ditemukan kopi — 50
15. The use of coffee that has been mixed with other materials in sachets of different
brands: the coffee can be used to cover wounds without causing harm? — 54
15. Penggunaan kopi yang telah bercampur bahan lain dalam sachet dari

berbagai merk: dapatkah kopi tersebut digunakan untuk penutup luka
tanpa menimbulkan kerugian? — 54
16. New paradigm in the wound management — 59
16. Paradigma baru dalam pengelolaan luka — 59

17. Conclusion — 64
17. Kesimpulan — 64

18. Attachment — 65
18. Lampiran — 65

INDEK — 68
BIODATA PENULIS — 70

xvii

xviii

1. History Of Cofee
In world history, around 850 AD the coffee trees began to be found in the
province Kaffa region in Ethiopia, and began to be used as one of the famous
and preferred beverage. From there it was taken and introduced by the Sudan
into Yemen and began to planting throughout the Arabian peninsula in the
11th century. At that time coffee was introduced to the Europeans, so well
known to the Europeans called the drink “The Wine of Islam”. Coffee shop as
a home seller who first opened in Istanbul, Turkey in 1475 AD, after Sultan
Mehmet II “the Conqueror of Constatinople” entered the city, the city’s name
was changed by them into Istanbul in 1453.1
Coffee enters Europe through the port of Venice in 1600, then the first
coffeehouse opened in Italy in the year 1683. From the monks who thought
when drinking coffee can causes a negative reaction, asked that Pope Clemente
VIII to ban the Muslims’ coffee. But the the Pope did not agreed, by saying:
“This drink is very good, would be a sin to let only the heathen drink”. The
saying words of Pope’s statement are considered as baptism of coffee drinks,
and led to the rapid spread throughout Europe.1
The International Coffee Organization established in 1963 when the
first International Coffee Agreement (ICA) entered into force in 1962 for a
period of five years, and it has been continued to operate under successive
Agreements negotiated since then. These include the ICA 1968 (and its
two extensions), the ICA 1976 (with one extension), 1983 (and its four
extensions), the 1994 Agreement (with one extension) and the 2001
Agreement (with three extensions). The latest Agreement, the ICA 2007,
was adopted by the International Coffee Council in September 2007 and
entered into force definitively on 2 February 2011.1

1. Sejarah Kopi Di Dunia
Dalam sejarahnya pada tahun sekitar 850 M tanaman kopi mulai ditemukan di
daerah Provinsi Kaffa di Ethiopia, dan mulai dipergunakan sebagai salah satu
minuman yang terkenal dan disukai. Dari sana dibawa dan diperkenalkan oleh
orang Sudan ke Yaman dan mulai ditanam diperkebunan di seluruh jazirah
Arab pada abad ke-11. Pada waktu itu minuman kopi diperkenalkan kepada
orang Eropa, begitu terkenal sampai orang Eropa menyebut minuman tersebut
“The Wine Of Islam”. Rumah kedai sebagai penjual kopi yang pertama dibuka
di Istanbul, Turki tahun 1475 M, setelah Sultan Mehmet II “Sang Penakluk”
memasuki kota Costantinopel, kemudian nama kota tersebut diganti olehnya
menjadi Istanbul pada tahun 1453.1
Kopi memasuki Eropa melalui pelabuhan Venice tahun 1600, kemudian
kedai kopi pertama di Italia dibuka tahun 1683. Ketika minuman kopi
menimbulkan reaksi negatif dari biarawan , yang meminta Paus Clemente VIII
melarang meminum kopi Muslim, Paus tidak melarangnya dengan mengatakan
“Minuman ini sangat baik, akan menjadi berdosa membiarkan hanya orang
kafir yang meminumnya”. Kata-kata pernyataan Paus itu dianggap pembaptisan
minuman kopi, menyebabkan kopi menyebar cepat keseluruh Eropa.1
Tahun 1963 terbentuk organisasi kopi internasional, setelah dilakukan
perjanjian internasional (International Coffee Agreement, disingkat ICA) untuk
mengatur perdagangan kopi, setelah dilakukan pertemuan pertama yang
membahas persetujuan kopi internasional pada tahun 1962. Perjanjian yang
berikutnya dilakukan untuk membahas perihal perdagangan kopi pada tahun
1968, 1976, 1983, 1994, 2001. Perjanjian ICA yang terbaru tahun 2007 (antara
lain perihal kuota untuk menjaga stabilitas harga, dan ekspor-impor), diadopsi
oleh Dewan (Konsil) Kopi International di London pada bulan September 2007
dihadiri dan disetujui oleh 77 anggotanya dan mulai berlaku definitif tanggal
2 Februari 2011.1

Daftar Pustaka
http://www.ico.org/icohistory

2. History Of Cofee In Indonesia
The Dutch had started the first spread of the coffee plant in Central and South
America. The coffee was first arrived in the Dutch’ Surinam in 1718, to be
followed by plantations in French Guyana and Brazil.1,2

2

Coffee for wound healing