Persepsi Pasien Luka Diabetik Tentang Perawatan Luka Lembab ASRI Wound Care Clinic Medan

(1)

PERSEPSI PASIEN LUKA DIABETIK TENTANG PERAWATAN LUKA LEMBAB DI ASRI WOUND CARE CENTER MEDAN

   

   

   

SKRIPSI

Oleh

Ilda Putriani Sinaga 101101125

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis untaikan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat serta Krunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Persepsi Pasien Luka Diabetik Tentang Perawatan Luka Lembab ASRI Wound Care Clinic Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

Penyusunan proposal ini telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Universtas Sumatera Utara.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Asrizal S.Kep, Ns, RN, WOC(ETN), CHt.N selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu serta memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.


(4)

6. Yesi Ariani, S,Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I dan Mahnum Lailan S.Kep, Ns, Mkep selaku dosen penguji II.

7. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif. 8. Kepala dan seluruh staf di ASRI Wound Care Center Medan yang telah

memberi izin penelitian dan memperlakukan penulis dengan baik selama penelitian.

9. Teristimewa kepada kedua orangtuaku ayahanda Rabbil Sinaga dan Ibunda Zulkaidah Hutabarat yang menjadi motivasi terbesar dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih untuk cinta dan doa yang tak pernah putus. Kepada adik tersayang sekaligus adik stambuk Syahrinal Sinaga dan abang tersayang Velly Fazri Sinaga.

10.Para responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian berlangsung.

11.Teman-teman F.Kep stambuk 2010 tercinta. Kalian mengajarkan banyak hal tentang pertemanan.

12.Semua Pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.


(5)

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Sidang Skripsi ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 5

4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ... 5

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Konsep Persepsi ... 7

1.1 Definisi ... 7

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 8

1.3 Proses Terjadinya Persepsi ... 9

1.4 Indikator Persepsi ... 9

2. Luka Diabetik ... 11

2.1 Definisi ... 11

2.2 Patofisiologi ... 12

2.3 Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi ... 13

2.4 Derajat Luka Kaki Diabetes ... 14

2.5 Pencegahan Luka Diabetik ... 15

2.5.1Perawatan Mandiri ... 15

2.5.2Nutrisi ... 15

2.5.3Psikososial ... 15

2.5.4Konsultasi ... 15

3. Perawatan Luka Lembab ... 16

3.1 Konsep Perawatan Luka Lembab ... 16


(7)

3.3 Pemilihan Balutan ... 18

3.4 Macam-Macam Balutan ... 19

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 22

1. Kerangka Konseptual ... 22

2. Defenisi Operasional ... 23

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 25

1. Desain Penelitian ... 25

2. Populasi dan Sampel ... 25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4. Pertimbangan Etik ... 25

5. Instrumen Penelitian ... 27

6. Uji Validitas dan Uji Reliaabilitas ... 29

7. Pengumpulan Data ... 30

8. Analisa Data ... 31

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 32

1. Hasil Penelitian ... 32

2. Pembahasan ... 35

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 41

1. Kesimpulan ... 41

2. Saran ... 41

Daftar Pustaka ... 43 Lampiran-Lampiran

1. Lembar Persetujuan (Penjelasan Penelitian) 2. Instrumen Penelitian

3. Uji Reliabilitas Instrumen

4. Tabel Distribusi Frekuensi Data Demografi 5. Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi Pasien 6. Surat Izin dari ASRI Wound Care Center Medan 7. Anggaran Dana Penelitian

8. Jadwal Tentatif Penelitian 9. Curriculum Vitae


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian... 22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di ASRI Wound

Care Center Medan (n=42)...31 Tabel 5.2 Hasil persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan (n=42)...37


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

Title : Perception of Patients Diabetic Wound about Treatment for Moist Wound in ASRI Wound Center

Medan

Student Name : Ilda Putriani Sinaga Student Number : 101101125

Department : Nursing

Year : 2014

Abstract

Diabetic wound is one of complicated chronic of diabetes mellitus which is most commonly found and feared because its application is often disappointing and ends in amputation. Amputation can be prevented by treating the wound which aims to maintain the moisture of the wound so it accelerates the healing of the wound. The purpose of this research is to identify perception of patients of diabetic wound about treatment for moist wound in ASRI Wound Center Medan. Design used in this research is descriptive method. Population in this research is patients of diabetic wound who have been going on moist wound treatment for minimum of 1 month in ASRI Wound Center Medan, with the number of sample are 42 persons, which is taken by total sampling technique. Instrument for the data gathering is questionnaires. The result of this research shows that 35 of the respondents (83.3%) have good perception on the concept of moist wound, 36 respondents (85.7%) have good perception on the choice of bandage, and all of the respondents (100%) have good perception on the wound healing. From the research, perception of patients of diabetic wound about treatment for moist wound in ASRI Wound Center Medan is mainly in good category, that is 83.3% and 7 respondents (16.7%) have perception in deficient category. It can be concluded that most of the respondents have good perception on the treatment for moist wound. It is expected that the wound nurses keep giving their patients health education so that perception of the societies on the treatment for moist wound gets better.


(11)

Judul : Persepsi Pasien Luka Diabetik tentang Perawatan Luka Lembab di ASRI Wound Care Center Medan

Nama : Ilda Putriani Sinaga

NIM : 101101125

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014

Abstrak

Luka diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus yang paling sering dijumpai dan ditakuti karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi. Amputasi dapat dicegah salah satunya dengan perawatan luka yang baik. Perawatan luka lembab adalah inovasi baru dalam perawatan luka yang bertujuan untuk mempertahankan kelembaban luka sehingga mempercepat sembuhnya luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. Desain yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien luka diabetik yang sedang menjalani perawatan luka lembab minimal 1 bulan di ASRI Wound Care Center Medan, dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang, yang diambil dengan total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35 responden (83,3%) memiliki persepsi yang baik tentang konsep luka lembab, sebanyak 36 responden (85,7%) memiliki persepsi yang baik tentang pemilihan balutan, dan seluruh responden (100%), memiliki persepsi yang baik tentang penyembuhan luka. Dari hasil penelitian, persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center mayoritas berada dalam kategori persepsi baik yaitu sebesar 83,3% & 7 responden (16,7%) memiliki persepsi kurang. Dapat disimpulkan mayoritas responden memiliki persepsi yang baik tentang perawatan luka lembab. Diharapkan kepada perawat luka untuk terus memberikan pendidikan kesehatan pada pasien agar persepsi masyarakat tentang perawatan luka lembab semakin meluas.


(12)

Title : Perception of Patients Diabetic Wound about Treatment for Moist Wound in ASRI Wound Center

Medan

Student Name : Ilda Putriani Sinaga Student Number : 101101125

Department : Nursing

Year : 2014

Abstract

Diabetic wound is one of complicated chronic of diabetes mellitus which is most commonly found and feared because its application is often disappointing and ends in amputation. Amputation can be prevented by treating the wound which aims to maintain the moisture of the wound so it accelerates the healing of the wound. The purpose of this research is to identify perception of patients of diabetic wound about treatment for moist wound in ASRI Wound Center Medan. Design used in this research is descriptive method. Population in this research is patients of diabetic wound who have been going on moist wound treatment for minimum of 1 month in ASRI Wound Center Medan, with the number of sample are 42 persons, which is taken by total sampling technique. Instrument for the data gathering is questionnaires. The result of this research shows that 35 of the respondents (83.3%) have good perception on the concept of moist wound, 36 respondents (85.7%) have good perception on the choice of bandage, and all of the respondents (100%) have good perception on the wound healing. From the research, perception of patients of diabetic wound about treatment for moist wound in ASRI Wound Center Medan is mainly in good category, that is 83.3% and 7 respondents (16.7%) have perception in deficient category. It can be concluded that most of the respondents have good perception on the treatment for moist wound. It is expected that the wound nurses keep giving their patients health education so that perception of the societies on the treatment for moist wound gets better.


(13)

Judul : Persepsi Pasien Luka Diabetik tentang Perawatan Luka Lembab di ASRI Wound Care Center Medan

Nama : Ilda Putriani Sinaga

NIM : 101101125

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2014

Abstrak

Luka diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus yang paling sering dijumpai dan ditakuti karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi. Amputasi dapat dicegah salah satunya dengan perawatan luka yang baik. Perawatan luka lembab adalah inovasi baru dalam perawatan luka yang bertujuan untuk mempertahankan kelembaban luka sehingga mempercepat sembuhnya luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. Desain yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien luka diabetik yang sedang menjalani perawatan luka lembab minimal 1 bulan di ASRI Wound Care Center Medan, dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang, yang diambil dengan total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35 responden (83,3%) memiliki persepsi yang baik tentang konsep luka lembab, sebanyak 36 responden (85,7%) memiliki persepsi yang baik tentang pemilihan balutan, dan seluruh responden (100%), memiliki persepsi yang baik tentang penyembuhan luka. Dari hasil penelitian, persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center mayoritas berada dalam kategori persepsi baik yaitu sebesar 83,3% & 7 responden (16,7%) memiliki persepsi kurang. Dapat disimpulkan mayoritas responden memiliki persepsi yang baik tentang perawatan luka lembab. Diharapkan kepada perawat luka untuk terus memberikan pendidikan kesehatan pada pasien agar persepsi masyarakat tentang perawatan luka lembab semakin meluas.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Mengenali tanda-tanda awal penyakit diabetes mellitus menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana melakukan tindakan. Disadari bahwa bila timbul komplikasi, umumnya diabetes tidak dapat diperbaiki lagi dan dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Kadar gula darah yang tinggi dianggap sebagai penyebab utama timbulnya komplikasi, seperti penyakit jantung koroner, stroke, gangren atau luka kaki, gagal ginjal, kebutaan, rasa kebas, kesemutan dan disfungsi ereksi (Subekti, 2006).

Hasil laporan dari WHO menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes mellitus di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Di Indonesia jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta dan diprediksi oleh WHO pada tahun 2030 akan menjadi 21,3 juta jiwa. Kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2010 mencapai 1,9 juta kasus (Perkeni, 2006).

Komplikasi jangka panjang dari diabetes mellitus salah satunya adalah luka diabetik. Kejadian luka diabetik akan meningkat mengingat angka kejadian diabetes mellitus setiap tahun meningkat yaitu sebanyak 15% (ADA, 2007 dalam Clayton, 2009) dan 85% merupakan penyebab terjadinya amputasi pada pasien diabetes mellitus (Clayton, 2009). Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab tersering dilakukannya amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan


(15)

non-DM (Singh, 2005 dalam Decroli, dkk, 2008). RSCM pada tahun 2003 di ruang perawatan kelas 2 dan 3 didapatkan 119 kasus rawat inap kaki diabetik dan hanya 32,5 % kasus dapat diselamatkan tanpa amputasi (Lobmann, 2002 dalam Decroli, Karimi, Manaf, & Syahbuddin, 2008).

Luka kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus yang sering dijumpai dan ditakuti oleh karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi, bahkan kematian. Luka kaki diabetes ini dapat dicegah dengan melakukan skrining dini serta edukasi pada kelompok berisiko tinggi, dan penanganan penyebab dasar seperti neuropati, penyakit arteri perifer dan deformitas (Langi, 2011).

Berbagai teknik perawatan luka diabetik mellitus saat ini telah berkembang pesat. Perawatan luka lembab adalah inovasi baru yang sedang banyak dibicarakan. Pada teknik perawatan luka lembab ini menggunakan balutan sintetik seperti balutan alginat, balutan foam, balutan hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan hidrogel, balutan transparan film dan bahan absorben (Milne & Landry, 2003 dalam Nurachmah, Kristianto, & Gayatri, 2011).

Persepsi masyarakat tentang perawatan luka selama ini adalah bahwa luka akan cepat sembuh jika luka dijaga agar tetap kering. Dan luka yang lembab adalah tempat berkembangnya kuman penyakit. Pendapat tersebut terbantahkan karena justru perawatan luka dengan metode lembab bertindak untuk mempertahankan kelembaban yang adekuat dalam luka, menyerap kelembaban yang berlebihan pada luka dan memberikan kelembaban pada jaringan-jaringan yang kering pada luka. Lingkungan lembab ini juga akan mempercepat proses


(16)

penyembuhan luka, mengurangi infeksi, mengurangi kemungkinan adanya luka baru pada saat penggantian balutan, mengurangi rasa nyeri dan menghemat biaya (Maryunani, 2013).

Hasil penelitian Nurachmah, Kristianto, & Gayatri (2011) menyatakan bahwa Penurunan kadar kortisol pada kelompok yang menggunakan balutan modern lebih tinggi dibandingkan pada kelompok yang menggunakan balutan konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok perawatan modern lebih nyaman dibandingkan kelompok perawatan konvensional. Kortisol merupakan salah satu hormon yang akan dilepaskan dalam kondisi stress. Penurunan kortisol dapat berdampak terhadap proses penyembuhan luka, terutama dalam proses pembentukan sel-sel keratinosit dan proses re-epitelisasi. Dampak lebih lanjut bagi respon pasien adalah meningkatnya kerjasama pasien setiap dilakukan tindakan perawatan. Kondisi ini memberikan manfaat yang menguntungkan bagi pasien yaitu tidak hanya berpengaruh secara fisik, tetapi juga perubahan psikologis.

Perawatan luka lembab sedikit banyak memberikan rasa nyaman pada pasien baik fisik, psikis dan sosial. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa rasa khawatir terhadap luka yang bau dan tampilan luka yang tidak sedap dilihat. Perawatan luka lembab juga mengurangi biaya rawatan karena penggantian balutan hanya 1-2 kali dalam satu minggu. Dan juga tidak menimbulkan nyeri saat penggantian balutan. Berdasarkan hasil data di ASRI Wound Care Center (2013), Persepsi 5 orang pasien perawatan luka diabetik


(17)

terhadap perawatan luka lembab menyatakan sangat nyaman, bau luka hilang dan nyeri cepat berkurang.

Penatalaksanaan perawatan luka yang baik sebenarnya dapat mencegah amputasi sekitar 50-75% (Morison, 2004). Karena itulah perlu dilakukan perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek seperti bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan tersebut, demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah (Tarigan & Pemila, 2007). Perawatan luka diabetik secara efektif dapat mencegah terjadinya amputasi pada kaki itu sendiri, sehingga beban fisik dan psikologis pada pasien kaki diabetik dapat dikurangi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut untuk mengetahui bagaimana persepsi pasien luka diabetik tersebut terhadap perawatan luka lembab.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah bagaimana persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab?


(18)

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1 Mengetahui persepsi pasien luka diabetik tentang konsep luka lembab. 3.2.2 Mengetahui persepsi pasien luka diabetik tentang pemilihan balutan pada

perawatan luka lembab.

3.2.3 Mengetahui persepsi pasien luka diabetik tentang penyembuhan luka pada perawatan luka lembab.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai Pihak, yaitu:

4.1. Bagi Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan khususnya tentang teknik perawatan luka lembab terhadap pasien luka diabetik.

4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengembangan keperawatan khususnya keperawatan luka


(19)

dan meningkatkan kualitas intervensi keperawatan dalam merawat pasien luka diabetik dengan perawatan luka lembab.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya tentang perawatan luka lembab pada pasien luka diabetik.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Persepsi

1.1 Definisi

Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima pancaindera (hal ini dinamakan sensasi), kemudian stimulus diantar ke otak dimana ia didekode serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadari (Maramis, 2006). Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Walgito, 2001 dalam Sunaryo, 2002).

Secara umum, persepsi adalah proses mengamati dunia luar yang mencakup perhatian, pemahaman, dan pengenalan objek-objek atau peristiwa. Biasanya persepsi diorganisasikan kedalam bentuk (figure), dasar (ground), garis bentuk (garis luar, kontur) dan kejelasan (Pieter & Lubis, 2010).

Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu (Sunaryo, 2002).

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya (Slameto, 2004).


(21)

1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Secara umum, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu : (1) Minat, adalah semakin tinggi minat seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa, maka semakin tinggi juga minatnya dalam memersepsikan objek atau peristiwa. (2) Kepentingan, adalah semakin dirasakan penting terhadap suatu objek atau peristiwa tersebut bagi diri seseorang, maka semakin peka dia terhadap objek-objek persepsinya. (3) Kebiasaan, adalah objek atau peristiwa semakin sering dirasakan seseorang, maka semakin terbiasa dirinya di dalam membentuk persepsi. (4) Konstansi, adalah adanya kecenderungan seseorang untuk selalu melihat objek atau kejadian secara konstan sekalipun sebenarnya itu bervariasi dalam bentuk, ukuran, warna dan kecemerlangan (Pieter & Lubis, 2010).

Menurut Siagian (1995), faktor- faktor persepsi seseorang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpetasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu, yaitu (a) diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang sedang dilihanya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. (b) Sasaran persepsi tersebut. sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. (c) Faktor situasi. Perhatikan secara kontekstual yang berarti disituasi mana persepsi itu timbul perlu mendapat perhatian.


(22)

1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Suatu individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan dengan persepsinya (self perception). Menurut Sunaryo (2002) syarat untuk mengadakan persepsi perlu adanya proses fisik, fisiologis dan psikologis. Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor) dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor). Kemudian dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, lalu diteruskan ke otak atau pusat saraf yang di koordinasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Lalu pada akhirnya suatu individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengarnya.

1.4 Indikator Persepsi

Menurut Bimo Walgito (1990), persepsi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

1.4.1 Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu

Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik


(23)

yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama.

1.4.2 Pengertian atau Pemahaman

Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan didalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (apersepsi).

1.4.3 Penilaian atau Evaluasi

Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan penge rtian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.

2. Luka Diabetik 2.1 Defenisi

Luka diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan


(24)

neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Misnadiarly, 2006 dalam Purwanti, 2013)

Luka diabetik (diabetic ulcer) seringkali disebut diabetic foot ulcer, luka neuropati, luka diabetik neuropati merupakan beban sosial dan ekonomi bukan hanya bagi sistem pelayanan kesehatan di Indonesia dan Internasional, tetapi bagi pasien dan keluarganya. (Maryunani, 2013). Neuropati perifer/ luka kaki diabetik adalah suatu komplikasi kronik dari diabetes dimana syaraf-sayaraf telah mengalami kerusakan sehingga kaki pasien menjadi baal (tidak merasakan sensasi) dan tidak merasakan adanya tekanan, injuri/trauma atau infeksi. (Genna, 2003 dalam Maryunani, 2013).

Luka kaki diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik. Kerusakan pada syaraf ini akan menyebabkan penderita kehilangan sensasi nyeri yang dapat mengenai sebagian atau keseluruhan pada kaki yang terlibat (Suriadi, 2004). Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah (Boulton, Kirsner, & Vileykite, 2004 dalam Decroli dkk, 2008).

Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren, merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin luka, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban


(25)

yang sangat besar dalam sistem pemeliharaan kesehatan (Kruse & Edelman, 2006 dalam Hariani & Perdanakusuma, 2012).

2.2 Patofisiologi

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah luka diabetik. Luka diabetik disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu Neuropati perifer, insufisiensi vaskuler (iskemia) dan Infeksi. Bagi pasien-pasien dengan neuropati perifer, pengurangan maupun hilangnya sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak diperhatikannya trauma akibat pemakaian sepatu dan kuku jari kaki yang cacat. Trauma berulang, khususnya tekanan yang berkepanjangan, dapat menyebabkan ulserasi pada telapak kaki, terutama dibawah kaput tulang metatarsal pertama, diatas pembengkakan pada jari yang membesar dan diatas tonjolan tulang jari kaki (Morison, 2004).

Pada pasien yang mengalami “Peripheral vascular disease” akan menyebabkan kerusakan pada saraf yang berdampak pada sistem saraf otonom yang mengontrol fungsi otot-otot halus kelenjar dan organ viceral yang mempengaruhi perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Kejadian itu membuat kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer dan atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek otonomi neuropati ini akan membuat kulit menjadi kering dan mudah rusak, sukar sembuh dan menimbulkan infeksi serta gangren. Dampak lainnya yaitu mempengaruhi


(26)

pada saraf sensori dan sistem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan temperatur (Suriadi, 2004).

2.3 Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Luka Diabetik

Mengenal faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya luka pada kaki diabetik, merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk upaya pencegahan. Salah satu faktor risiko yang sangat berperan adalah lamanya menyandang penyakit diabetes mellitus, yang juga berperan atas timbulnya berbagai komplikasi kronis lain seperti pada mata, jantung, ginjal, saluran pencernaan, organ genital dll. Faktor-faktor lain penyebab lukadan amputasi pada luka diabetik adalah gangguan saraf, kelainan bentuk kaki, peningkatan tekanan/beban pada kaki, kelainan tulang-tulang kaki, gangguan pembuluh darah, riwayat luka pada kaki, kelainan pertumbuhan kuku, tingkat pendidikan dan lingkungan sosial, pemakain sepatu yang tidak sesuai (Em Yunir, 2006).

Pemeriksaan kaki dan pelajaran tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling penting untuk dibicarakan ketika menghadapi pasien yang beresiko tinggi mengalami infeksi kaki, yaitu (a) Lama penyakit diabetes melebihi 10 tahun (b) usia pasien yang lebih dari 40 tahun (c) riwayat penyakit (d) penurunan nadi perifer (e) penurunan sensibilitas (f) deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (g) riwayat luka kaki atau amputasi (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Suriadi (2004) faktor-faktor yang juga berkontribusi dalam menyebabkan luka diabetik ini adalah perokok, diabetes, hyperlipidemia dan hipertensi.


(27)

2.4 Derajat Luka Kaki Diabetik

Berdasarkan berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetes dibagi menjadi enam derajat menurut Wagner, yaitu, (1) Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka dan terdapat deformitas atau selulitis. (2) Derajat 1 : luka/luka superfisial terbatas pada kulit. (3) Derajat 2 : Luka/luka dalam sampai menembus tendon atau tulang. (4) Derajat 3 : Luka/luka dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis persendian. (5) Derajat 4 : Gangren setempat, ditelapak kaki atau tumit. (6) Derajat 5 : Gangren pada seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah (Maryunani, 2013).

University of Texas membagi luka berdasarkan dalamnya luka dan membaginya lagi berdasarkan adanya infeksi atau iskemi. Adapun klasifikasi University Of Texas ini meliputi : Grade 0 : Pre atau post ulserasi. Grade 1 : Luka superfisial yang mencapai epidermis atau keduanya, tapi belum menembus tendon, kapsul sendi atau tulang. Grade 2 : Luka menembus tendon atau tulang tetapi belum mencapai tulang atau sendi. Grade 3 : Luka menembus tulang atau sendi (Doupis, Veves, 2008 dalam Linda, Perdanakusuma, 2013).

2.5 Pencegahan Luka Diabetik

Menurut Maryunani (2013), Pencegahan luka kaki diabetik seharusnya dimulai jauh hari sebelum terjadi luka. Usaha yang perlu dilakukan adalah rehabilitasi saat perawatan dan kemudian rehabilitasi untuk pencegahan timbulnya ukus baru. Berikut ini beberapa hal yang perlu diberitahukan pada pasien diabetik untuk mencegah luka kaki diabetik.


(28)

2.5.1 Perawatan Mandiri

Periksa kaki setiap hari, lihat apakah terdapat kalus, bula atau luka lecet. Kemudian cuci kaki dan bersihkan setiap hari, lalu keringkan dengan baik terutama disela jari. Jaga kuliat agar tetap lembut dan lentur. Pakailah kaus kaki dan sepatu sesuai ukuran kaki setiap hari. Potong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam. Dan lakukan pencegahan dini seperti hentikan kebiasaan merokok dan olahraga teratur.

2.5.2 Nutrisi

Nutrisi meliputi kemampuan klien dan keluarga dalam mengontrol diet, mengontrol dan mengenal batasan gula darah normal dan pengobatan yang teratur untuk terapi diabetik.

2.5.3 Psikososial

Peran keluarga sangan penting disini. Keluarga harus mampu membantu dan mendukung pasien dalam mengatasi masalah penyakit ini, termasuk adaptasi terhadap lingkungan diluar dari anggota keluarga.

2.5.4 Konsultasi

Pasien dan keluarga harus membawa pasien kepada tim kesehatan yang berkaitan dengan gejala yang timbul pada pasien.

3. Perawatan Luka Lembab

3.1 Konsep Perawatan Luka Lembab

Perawatan luka lembab atau perawatan luka modern adalah suatu perawatan luka berbasis suasana lembab (moisture balance). Studi tentang


(29)

lingkungan yang optimal yang berperan dalam proses penyembuhan luka telah diawali oleh George Winter pada tahun 1962 dengan menggunakan model babi. Hasil percobaan menunjukkan aplikasi lapisan film semi-oklusif pada permukaan luka menciptakan kondisi kelembaban optimal untuk penyembuhan luka. Penelitian lebih lanjut tentang perawatan luka berbasis suasana lembab yaitu mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri. Sutu lingkungan luka fisiologis yang berhubungan dengan tingkat kelembaban meliputi, meningkatkan dan mempertahankan suatu permukaan yang lembab, tidak basah dan tidak kering dengan menggunakan materi eksogen, antara lain balutan (Maryunani, 2013).

Metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik, seperti venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers (Tarigan, 2007).

Moisture balance memiliki tujuan yaitu mempertahankan kelembaban yang seimbang, melindungi luka dari trauma saat mengganti balutan, melindungi kulit sekitar luka, menyerap/menampung cairan luka. Falanga (2004) mengemukakan bahwa cairan yang berlebihan pada luka dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sel mediator seperti growth factor pada jaringan. Banyaknya cairan luka (eksudat) pada luka kronik dapat menimbulkan maserasi dan perlukaan baru pada daerah sekitar luka, sehingga konsep kelembaban yang dikembangkan adalah keseimbangan kelembaban dalam luka. (Arisanty, 2012).


(30)

3.2Penyembuhan Luka pada Konsep Lembab

Pada umumnya proses fisiologis penyembuhan luka ada dalam 3 fase utama menurut Maryunani (2013), yaitu (1) fase inflamasi/ eksudasi (tahap pembersihan) yaitu mencakup homeostatis, pelepasan histamin dan mediator lain dari sel-sel yang rusak serta migrasi sel darah putih ke tempat yang rusak tersebut. Fase ini terjadi pada 0-3 hari. (2) Fase ploriferasi (granulasi/ rekonstruksi), yaitu fase yang terjadi selama 3-24 hari. Fase ini sering juga disebut sebagai fase destruktif. Fase ini memiliki banyank aktivitas. Pada tahap ini, terjadi pembersihan dan penggantian jaringan sementara serta aktivitas kontraksi yaitu penarikan tepi-tepi luka untuk mengurangi area permukaan luka. (3) Fase maturasi (epitelisasi/ diferensiasi), yaitu luka diperbaiki melalui proses pembentukan kembali. Pada fase ini sel radang akut dan kronik menghilang secara bertahap. Pada tahap ini jaringan yang telah terbenyuk menjadi lebih matang dan fungsional. Fase ini berjalan selama 24-365 hari.

Penyembuhan luka yang lembab didefenisikan sebagai jumlah atau tingkat kebasahan yang tepat. Saat ini secara umum diterima bahwa lingkungan luka yang lembab mempercepat penyembuhan, baik luka akut maupun kronik dan (Maryunani, 2013).

Kondisi yang lembab pada permukaan luka dapat meningkatkan proses perkembangan perbaikan luka, mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel. Kondisi ini juga dapat meningkatkan interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan. Hal utama yang dapat menghambat proses perkembangan luka adalah


(31)

menurunnya faktor per tumbuhan (growth factor ) dan tidak seimbangnya antara enzim proteolitik dan inhibitornya (Ismail, Irawaty, & Haryati, 2009).

Penyembuhan luka lembab memberikan beberapa keuntungan, yaitu meningkatkan kecepatan penyembuhan, meningkatkan epitelisasi 90% setelah 3 hari, mengurangi kejadian infeksi yaitu lebih rendah dibandingkan perawatan kering (2,6% vs 7,1%), percepatan pembentukan makrofag lebih awal dengan jumlah yang banyak, mencegah pembentukan scar yang menghalagi re-epitelisasi, mengurangi resiko perpindahan perpindahan mikroorganisme dan mengurangi kemungkinan adanya luka baru pada saat penggantian balutan, menjaga luka pada temperatur optimum, menghemat waktu, uang dan mengurangi rasa sakit (Maryunani, 2013).

3.3 Pemilihan Balutan

Menurut Morison (2004) masalah pemilihan balutan sekarang ini begitu banyak macam balutan yang membingungkan untuk dipilih tidak ada balutan luka tunggal yang cocok untuk segala macam luka.memilih balutan yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien merupakan hal yang penting. Karakteristik balutan luka yang ideal adalah tidak melekat, impermeabel terhadap bakteri, mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada tempat luka sementara juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan, penyekat suhu, non-toksik, nyaman dan mudah disesuaikan, mampu melindungi luka dan trauma lebih lanjut tidak perlu mengganti terlalu sering balutan, biaya ringan, awet, tersedia baik dirumah maupun di komunitas.


(32)

Menurut Maryunani (2013) Dengan perkembangan perawatan luka yang sangat pesat, penggunaan dressing/balutan didasarkan dengan mengukur kemampuan biaya yang ada, tentunya disesuaikan dengan prinsip dari perawatan luka, yaitu mempertahankan fisiologi kelembaban pada lingkungan luka sehingga memacu proses perbaikan jaringan. Pada dasarnya pemilihan balutan yang tepat harus didasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort) dan keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi dan sosial.

Balutan luka memiliki dua tipe balutan yaitu balutan primer dan balutan sekunder. Balutan primer adalah balutan yang menempel langsung pada luka dan dapat lebih dari satu jenis balutan. Sedangkan balutan sekunder merupakan balutan yang menutupi atau melapisi balutan primer yang juga dapat terdiri dari beberapa lapisan balutan (Arisanty, 2012).

3.4 Macam-macam Balutan

Occlusive dressing adalah jenis balutan yang mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan optimal, saat penggantian balutan akan tampak peluruhan jaringan nekrosis/slough dengan dasar luka bersih (Maryunani, 2013).

Berikut ini adalah contoh balutan dalam teknik balutan luka lembab menurut Maryunani (2013). (1) Gauze / Kasa kering serat alami : Bahannya mengandung katun, rayon, dan polyester. Berfungsi untuk absorbsi eksudat minimal hingga banyak. Di indikasikan untuk ‘luka parcial thickness’ dan ‘full


(33)

thickness’, luka infeksi dan luka berongga. (2) Transparant Film : Bahannya tipis transparan. Berfungsi untuk melindungi luka dari air, bakteri dan jamur dengan tetap menjaga sirkulasi udara disekitar luka. Transparant film juga sangat elastis dengan daya rekat kuat. Kontraindikasi untuk lika dengan eksudat banyak, sinus. Contoh fixomol transparent, tegaderm, dll. (3) Hidrogels : Suatu colloid yang terdiri dari polimer dalam bentuk air tetapi tidak terlarut. Indikasi hidrogel adalah untuk luka kronis dan akut, luka kering dengan atau kedalamannya, menciptakan lingkungan luka yang lembab, nekrotik dan luka basah, luka berlubang,mengisi lubang dan mengurangi area jaringan mati. (4) Calcium Alginate : Merupakan jalinaan serabut calcium alginate yang mirip dengan jalinan bulu domba. Daya serap tinggi (15- 20x dari bobotnya). Alginate menyerap jumlah cairan yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minor. Diindikasikan untuk luka dengan warna dasar luka merah, dengan eksudat yang banyak, luka mudah berdarah, akut maupun kronik luka potong, dll. Contoh : Cutimed Alginate, Seasorb, Curasorb, dll. (5) Hidrocolloids : Pembalut dengan lapisan rangkap yang biasanya terbuat dari polyuretin film, gelatin, pectin, dll. Diindikasikan untuk luka dengan sedikit eksudat, luka akut kronik, luka dangkal dan abses. Contoh : Cutimed Hydro-L, Comfeel dll.

Luka sebaiknya dibalut rapat (occlusive dressing) dibandingkan dibiarkan terbuka karena, (1) Balutan akan menggantikan fungsi kulit sebagai pelindung. (2) Proses debris terjadi optimal pada suasana lembab, sehingga mempertahankan kelembaban akan mempercepat penyembuhan luka. (3) mencegah infeksi atau kontaminasi dari lingkungan luar. (4) suasana lembab membuat balutan tidak


(34)

menempel pada kulit sehingga tidak nyeri saat penggantian luka. (5) menampung cairan luka sehingga tidak mengiritasi kulit sekitar. (6) meningkatkan kualitas hidup pasien karena setelah dibalut pasien dapat beraktivitas kembali. (7) Mengatasi bau. (8) Biaya, waktu dan tenaga menjadi lebih efektif karena tidak perlu setiap hari mengganti balutan (Arisanty, 2012)


(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di Asri Wound Care Center Medan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka sehingga dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Skema 1. Persepsi pasien luka diabetik terhadap teknik perawatan luka lembab. Persepsi :

1. Baik

2. Kurang Baik Persepsi Pasien Luka Diabetik

Tentang Perawatan Luka Lembab a. Konsep Luka Lembab b. Pemilihan Balutan


(36)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab. -Persepsi pasien tentang konsep luka lembab - Persepsi pasien tentang pemilihan balutan Pemahaman dan penilaian pasien luka diabetik tentang perawatan luka dengan metode lembab, yaitu pemilihan balutan luka untuk mempertahankan kelembaban luka sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Pemahaman dan penilaian pasien luka diabetik tentang bagaimana teknik mempertahankan kondisi luka dalam keadaan lembab sehingga mempercepat penyembuhan luka. Pemahaman dan penilaian pasien luka diabetik tentang bagaimana memilih balutan luka yang cocok

Dengan menggunakan kuesioner persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab sebanyak 30 pernyataan. Menggunakan kuesioner persepsi pasien tentang konsep luka lembab sebanyak 10 pernyataan. Menggunakan kuesioner persepsi pasien tentang pemilihan balutan Persepsi : Kurang baik : 30-75

Baik : 76-120 Dengan menggunakan skala likert yaitu : Sangat setuju (skor 4) Setuju (skor 3) Tidak setuju (skor 2) Sangat tidak setuju (skor 1)

Persepsi : Kurang baik : 10-25

Baik : 26-40 Dengan menggunakan skala likert yaitu : Sangat setuju (skor 4) Setuju (skor 3) Tidak setuju (skor 2) Sangat tidak setuju (skor 1) Persepsi : Kurang baik : 10-25

Baik : 26-40 Dengan menggunakan skala likert Skala Ordinal Skala Ordinal Skala Ordinal


(37)

-Persepsi pasien luka diabetik tentang penyembuh an luka dengan kondisi luka sehingga mampu mempercepat penyerapan cairan luka. Pemahaman dan penilaian pasien luka diabetik tentang proses penyembuhan luka diabetik dimulai dari fase peradangan, fase pertumbuhan jaringan, dan fase penutupan

jaringan luka sehingga luka diabetik sembuh sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. sebanyak 10 pernyataan Menggunakan kuesioner persepsi pasien tentang penyembuhan luka sebanyak 10 pernyataan yaitu : Sangat setuju (skor 4) Setuju (skor 3) Tidak setuju (skor 2) Sangat tidak setuju (skor 1) Persepsi : Kurang baik : 10-25

Baik : 26-40 Dengan menggunakan skala likert yaitu : Sangat setuju (skor 4) Setuju (skor 3) Tidak setuju (skor 2) Sangat tidak setuju (skor 1)

Skala Ordinal


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab di Asri Wound Care Center Medan.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien luka diabetik yang sedang menjalankan perawatan dari bulan September sampai Oktober 2013 di ASRI Wound Care Center Medan. Berdasarkan hasil data dari ASRI Wound Care Center Medan, diperoleh data jumlah pasien luka diabetik yang sedang dalam perawatan dari bulan September sampai Oktober 2013 adalah sekitar 42 pasien.

2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2012). Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode jenis total sampling yaitu seluruh populasi diteliti (Mahfoedz, 2013). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 42 orang pasien luka diabetik dengan


(39)

kriteria inklusi yaitu pasien luka diabetik yang sedang menjalani rawat jalan di ASRI Wound Care Center, bersedia untuk menjadi responden penelitian dengan memberikan persetujuan menjadi responden baik lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Asri Wound Care Center Medan. Pemilihan lokasi sebagai tempat penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab dan lokasi mudah dijangkau sehingga efisien dalam waktu dan biaya. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai November 2013 sampai dengan Juni 2014. Pengumpulan data dilakukan mulai April sampai dengan Mei 2014.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari pemilik ASRI Wound Care Center Medan. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh ethical clearence oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat surat rekomendasi dan ethical clearence, selanjutnya peneliti melakukan beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu memberikan lembar persetujuan (informed consent) menjadi responden sebelum penelitian dilakukan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak


(40)

mencantumkan nama responden (anonymity) pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Nama responden akan diganti dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan responden berhak untuk mengundurkan diri karena dalam penelitian ini responden bersifat suka rela dan tidak dipaksa.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Jenis kuesioner adalah jenis kuesioner tertutup, yaitu yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal membubuhkan tanda check-list (√ ) pada kolom yang tersedia.

Kuesioner ini terdiri atas dua bagian yaitu kuesioner data demografi pasien luka diabetik dan kuesioner pernyataan untuk persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab. Bagian pertama berupa kuesioner demografi meliputi kode, initial, umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan dan rutin kontrol.

Bagian kedua berupa kuesioner persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab terdiri dari 30 pernyataan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab yang peneliti susun sendiri berdasarkan tinjauan pustaka


(41)

yang terdiri dari pernyataan untuk konsep luka lembab (1-10), pernyataan untuk pemilihan balutan (11-20) dan pernyataan untuk penyembuhan luka (21-30). Pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dan negatif dan menggunakan skala Likert, yaitu Pernyataan positif (nomor 1,2,3,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,21,22,23,24,25,27,28,30) dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari Sangat Setuju (SS) : 4, Setuju (S) : 3, Tidak Setuju (TS) : 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) : 1. Pernyataan negatif (nomor 4,5,8,18,26,29) : Sangat setuju (SS) : 1, Setuju (S) : 2, Tidak setuju (TS) : 3, Sangat tidak setuju (STS) : 4. Total skor untuk pernyataan konsep luka lembab adalah 10-40, pernyataan pemilihan balutan 40 dan pernyataan penyembuhan luka adalah 10-40. Semakin tinggi jumlah skor maka persepsi pasien semakin baik.

Berdasarkan rumus statistik untuk mencari panjang kelas yaitu p = rentang/banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas, rentang didapat dengan mengurangkan nilai tertinggi dan nilai terendah sehingga didapat untuk konsep luka lembab 30, pemilihan balutan 30 dan penyembuhan luka 30 dan banyak kelas dibagi atas 2 kategori kelas untuk persepsi pasien, maka akan diperoleh panjang kelas untuk konsep luka lembab p=15, pemilihan balutan p=15 dan penyembuhan luka p=15. Nilai terendah 10 sebagai batas kelas interval pertama, maka untuk persepsi pasien tentang konsep luka lembab dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut : 10-25 adalah persepsi pasien kurang baik, 26-40 adalah persepsi pasien baik, persepsi pasien tentang pemilihan balutan dikategorikan atas interval sebagai berikut : 10-25 adalah persepsi pasien kurang baik, 26-40 adalah persepsi pasien baik, persepsi pasien tentang penyembuhan luka dikategorikan atas interval


(42)

sebagai berikut 10-25 adalah persepsi pasien kurang baik, 26-40 adalah persepsi pasien baik.

6. Uji Instrumen 6.1 Uji Validitas

Kuesioner yang dibuat oleh peneliti perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang dilakukan oleh peneliti adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh salah seorang dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah di Fakultas Keperawatan USU. Uji validitas dilakukan dengan memperbaiki beberapa kata, seperti mengganti kalimat mempercepat sembuhnya luka diganti dengan mendukung penyembuhan luka, tanpa ada kuesioner yang dibuang.

6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas internal yaitu pembagian instrumen penelitian hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang di uji cobakan kepada 10 responden yang sesuai kriteria. Uji ini diadakan di EdWCare Langsa, Aceh. Uji reliabilitas untuk instrumen dianalisis menggunakan Cronbach alpha. Hasil diperoleh pada instrumen persepsi pasien tentang perawatan luka lembab adalah 0,871. Suatu


(43)

instrumen dikatakan sudah reliabel jika nilai reliabilitasnya lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995).

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian setelah permohonan izin telah diperoleh, peneliti mengajukan surat permohonan penelitian kepada pemilik ASRI Wound Care Center Medan. Setelah mendapat izin penelitian maka peneliti dapat melaksanakan pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data, peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria yang sudah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon responden diambil menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner. Responden yang bersedia diminta menandatangani lembar persetujuan (informed concent). Responden yang bersedia diminta mengisi kuesioner yang diberikan peneliti selama ± 15 menit. Kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Untuk metode wawancara dipilih karena beberapa hal, antara lain waktu mengantri yang singkat, banyak responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara langsung dan keinginan responden untuk cepat pulang. Kuesioner yang sudah selesai


(44)

dijawab akan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data pada kuesioner terkumpul. Analisa data dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama Editing untuk memeriksa kembali kelengkapan dan ketepatan data. Dilakukan dengan mengkoreksi data yang diperoleh meliputi pengisian, kelengkapan, dan kecocokan data yang dihasilkan. Kedua Coding, yaitu memberikan berupa angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulis dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Ketiga adalah entry data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan untuk dianalisa dengan program aplikasi komputer. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2006). Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran persepsi pasien luka diabetik terhadap perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan.


(45)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan. Penelitian telah dilakukan pada Maret – Mei 2014 di wilayah kerja ASRI Wound Care Center Medan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan dijabarkan mengenai deskripsi karakteristik responden dan persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan.

1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup, umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Untuk lebih menjelaskan hasil penelitan mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.


(46)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di ASRI Wound Care Center Medan (n=42)

Data Demografi Frekuensi(f) Persentase (%)

Usia :

‐ 45-59 27 64,3

‐ 60-74 12 28,6

‐ 75-90 3 7,1

Jenis Kelamin:

‐ Laki-laki 16 38.10

‐ Perempuan 26 61.90

Agama:

‐ Islam 30 71,40

‐ Protestan 9 21,40

‐ Katolik 2 4,80

‐ Hindu 1 2,40

Pendidikan:

‐ SD 6 14,30

‐ SMP 11 26,20

‐ SMA 16 38,10

‐ Diploma 6 14,30

‐ Sarjana 3 7,10

Pekerjaan:

‐ Ibu rumah tangga 11 26,20

‐ Buruh 6 14,30

‐ PNS 4 9,5

‐ Wirausaha 15 35,7

‐ Petani 6 14,3

Penghasilan :

‐ > Rp 1.320.000 19 45,20

‐ < Rp 1.320.000 23 54,80

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang umur 45 - 59 tahun sebanyak 27 responden (64,3%); responden mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden yaitu 26 responden (61,9%); mayoritas responden adalah yang bersuku batak dengan jumlah responden 23 responden (54,8%); responden mayoritas beragama islam yaitu 30 responden (71,4%); kebanyakan responden tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA sebanyak 16 responden (38,1%); mayoritas


(47)

pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 responden (26,2%); dan penghasilan keluarga responden yang terbesar adalah dibawah Rp. 1.305.000 yaitu sebanyak 23 responden (54,8%).

1.2 Gambaran Persepsi Pasien Luka Diabetik

Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pernyataan negatif berikut, yaitu lingkungan luka yang lembab akan menjadi tempat berkembangnya kuman penyakit, sebesar 11,9 % ; luka ditutup rapat sehingga udara tidak dapat masuk akan membuat luka saya membusuk, sebesar 14,3% ; luka yang kering menandakan luka akan segera sembuh, sebesar 14,3% ; istirahat yang cukup tidak akan berpengaruh dalam pemnyembuhan luka saya, sebesar 2,4%. Responden menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan berikut, perawatan luka yang menggunakan pembalut yang tipis dan tidak tertutup rapat akan menyebabkan udara masuk dan memperlama penyembuhan luka, sebanyak 11,9% ; suasana luka yang lembab akan memaksimalkan penyembuhan luka, sebesar 7,1% ; balutan luka yang saya pakai menutupi luka saya sehingga kuman tidak dapat masuk, sebesar 11% ; Balutan luka yang saya gunakan saat ini sangat sederhana, cepat dan mudah dipasang, mudah juga dilepaskan, sebanyak 9,5%. Untuk lebih menjelaskan distribusi frekuensi dapat dilihat pada lampiran.


(48)

1.3 Persepsi Pasien Luka Diabetik

Tabel 5.2 Tingkat persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan (n=42)

Persepsi Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Persepsi tentang Konsep Luka lembab

Baik Kurang Baik 35 7 83,3 16,7 Persepsi tentang Pemilihan Balutan Baik Kurang Baik 36 6 85,7 14,3 Persepsi tentang penyembuhan luka Baik Kurang Baik 42 0 100 0 Persepsi pasien tentang

Perawatan luka lembab

Baik Kurang Baik 35 7 83,3 16,7

Pada Tabel 5.2 menggambarkan persepsi responden tentang perawatan luka lembab berdasarkan kemampuan responden menjawab kuisioner dengan benar meliputi 30 pertanyaan. Persepsi responden tentang perawatan luka lembab dikategorikan dalam 2 kategori yaitu: baik dan kurang. Hasil penelitian menggambarkan bahwa persepsi pasien tentang konsep luka lembab baik (83,3%), persepsi pasien tentang pemilihan balutan baik (85,7%) dan persepsi pasien tentang penyembuhan luka adalah baik (100%). Maka, didapat hasil keseluruhan persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab adalah 35 responden (83,3%) memiliki persepsi yang baik dan 7 responden (16,7%) memiliki persepsi yang kurang baik.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas responden memiliki persepsi tentang luka lembab dalam kategori baik, persepsi pasien tentang konsep luka lembab baik (83,3%), persepsi pasien tentang pemilihan balutan baik (85,7%) dan persepsi pasien tentang penyembuhan luka adalah baik (100%).


(49)

Berdasarkan pernyataan merasa nyaman dan luka saya cepat sembuh, sebanyak 21 responden (50%) responden menjawab sangat setuju. Hasil penelitian yang didapat sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurachmah, Kristianto, & Gayatri (2011) yang menyatakan pasien yang dirawat dengan menggunakan perawatan luka lembab hormon kortisolnya lebih rendah dibanding pasien yang menggunakan perawatan luka konvensional. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang dirawat dengan menggunakan konsep lembab lebih nyaman dibandingkan pasien yang menggunakan perawatan luka konvensional. Hasil penelitian tersebut didukung penelitian sebelumnya oleh Echeverry (2010) yang menyatakan pemberian tindakan perawatan luka merupakan salah satu aspek dalam usaha memberikan kenyamanan fisik. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka karena pengaktifan TGF (transforming growth factor) β1 yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi kortisol. Persepsi pasien dikatakan baik disaat stimulus-stimulus ataupun pengalaman yang diterima individu tidak bertentangan ataupun lebih baik dari stimulus yang didapat sebelumnya. merasa kembali percaya diri dengan keadaan luka yang sekarang ini.

Berdasarkan pernyataan konsep luka lembab, perawatan luka lembab ini menghemat biaya perawatan karena tidak perlu sering-sering mengganti balutan, sebanyak 21 responden (50%) menyatakan setuju. Perawatan luka lembab ini tidak perlu setiap hari mengganti balutan karena balutan itu sendiri mampu menyerap cairan luka untuk beberapa hari, sehingga responden tidak perlu setiap hari mengeluarkan biaya. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Rainey


(50)

(2002) yang menyatakan perawatan luka lembab ini juga akan mengurangi biaya perawatan pada pasien dan mengefektifkan jam perawatan perawat di rumah sakit. Efektif dalam pembiayaan, menghemat waktu pasien dan perawat adalah beberapa keuntungan dari perawatan luka lembab. Sekata dengan hasil penelitian Sartika (2012), Perawatan luka juga harus efektif dalam pembiayaan, efektif dalam pembiayaan tidak harus selalu murah tapi dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat pasien.

Berdasarkan pernyataan perawatan luka lembab menghemat biaya, 6 responden (14,3%) menjawab tidak setuju. Hal ini berkaitan dengan beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor penghasilan. Faktor penghasilan responden mempengaruhi persepsi responden tentang pembiayaan, sebanyak 23 responden (54,80%) memiliki penghasilan rendah yang memberikan persepsi pada dirinya sendiri bahwa perawatan luka lembab pembiayaannya mahal, karena responden harus mengeluarkan biaya dalam jumlah yang tidak sedikit sekali pertemuan atau setiap 4-5 hari sekali. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ismail, Irawaty dan Haryati (2009) yang menyatakan biaya perawatan luka menggunakan balutan modern lebih mahal dibandingkan balutan konvensional. Namun tidak berarti balutan modern tidak efektif dalam pembiayaan. Biaya perawatan yang mahal bukan berarti tidak efektif, kondisi ini bisa di analogikan dengan suatu luka yang dirawat dengan metode konvensional akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam perawatan, keadaan seperti adanya perdarahan atau trauma ulang dapat memperlama masa perawatan. Sehingga efektifitas


(51)

pembiayaan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan sebagai tujuan utama perawatan.

Berdasarkan pernyatan pemilihan balutan, cairan luka saya mampu diserap oleh balutan luka yang saya gunakan, sebagian besar responden yaitu 26 orang (61,9%) menjawab setuju. Balutan luka seharusnya mampu menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka, meningkatkan rehidrasi luka, mengangkat jaringan nekrotik dan menjaga kelembaban luka menurut Hartman (1999) dan Ovington (1999). Menggunakan balutan yang menyerap cairan luka, akan menyampaikan pada tujuan konsep lembab itu sendiri yaitu untuk menciptakan dan menjaga suasana lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan luka yaitu lingkungan yang lembab untuk mempercepat sembuhnya luka. Teori tersebut dan hasil penelitian yang didapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismail, Irawati & Haryati (2009) yaitu balutan modern memiliki prinsip kerja dengan menjaga kelembaban dan kehangatan area luka. Kondisi ini dapat meningkatkan proses angiogenesis, proliferasi sel, granulasi dan epitelisasi. Didukung juga oleh makalah penelitian yang ditulis oleh Winarsih (2013) yang menyatakan balutan yang baik juga harus mampu melindungi luka dari invasi kuman, gesekan, cepat dan mudah dipasang serta tidak menimbulkan alergi atau gatal-gatal. Teori dan hasil penelitian sebelumnya diatas menjawab hasil yang didapat pada pernyataan balutan luka lembab yaitu, balutan luka lembab menutupi luka saya dan tidak ada bau lagi, sebanyak 28 responden (66,7%) menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan pada penggunaan balutan yang mengkondisikan luka tetap lembab akan mempercepat sembuhnya luka dan membuat responden lebih nyaman dan percaya diri.


(52)

Berdasarkan pernyataan pemilihan balutan, selama menjalani perawatan luka dengan konsep lembab ini, saya tidak perlu setiap hari mengganti balutan, sebanyak 30 responden (71,4%) menyatakan sangat setuju. Perawatan luka lembab menggunakan balutan yang dapat menyerap cairan luka sehingga tidak perlu sering-sering mengganti balutan dan juga untuk menjaga kelembaban luka. Balutan luka diganti dalam rentang 1-3 hari tergantung pada jumlah eksudat dan karakteristik spesifik jenis balutannya (Landry, 2003). Balutan tidak perlu sering diganti untuk meminimalkan masuknya kuman saat penggantian balutan. Hasil yang didapat didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurachmah, Kristianto, & Gayatri (2011) yang menunjukkan hasil bahwa balutan luka lembab yang mampu menjaga suasana tetap lembab dan mampu menyerap cairan akan meningkatkan stimulasi stimulasi seluler terutama dalam membantu mekanisme fibrinolisis, angiogenesis, pembentukan growth factor dan stimulasi sel-sel aktif. Sehingga luka akan lebih cepat sembuh dengan menggunakan balutan yang mengutamakan konsep lembab ini.

Berdasarkan pernyataan penyembuhan luka, saya menjalankan diet dan minum obat yang dianjurkan untuk mendukung penyembuhan luka saya, mayoritas responden, yaitu sebanyak 30 responden (71,4%) menyatakan sangat setuju. Dukungan keluarga adalah yang paling penting selama proses penyembuhan dan membantu pasien menjalankan program diet. Apabila dukungan keluarga baik maka pasien Diabetes Mellitus akan patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit Diabetes Mellitus terkendali (Rahmat, 2002). Teori tersebut didukung dengan penelitian Susanti (2013) yang menyatakan


(53)

kepatuhan diet pada pasien luka diabetik yang dilakukan penelitian adalah patuh. Hal ini desebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan keluarga. Sebanyak 80% responden patuh menjalankan diet dengan dukungan keluarga. Dengan adanya dukungan dari keluarga diharapkan penderita akan merasa senang dan tenteram, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan rasa percaya diri untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik. Sekata dengan hasil yang di dapat pada pernyataan dukungan yang penuh dari keluarga saya memberi saya semangat dan keyakinan untuk penyembuhan luka saya, sebagian besar responden, 37 orang (88,1%) menjawab sangat setuju. Hal ini disebabkan karena adanya dukungan keluarga yang baik membuat pasien menjadi termotivasi untuk menjalani terapi diet dan dengan dukungan keluarga yang baik membuat pasien menjadi termotivasi untuk menjalani pola makan seimbang.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa mayoritas responden, 35 orang (83,3%) memiliki persepsi yang baik tentang konsep luka lembab, 36 orang (85,7%) memiliki persepsi yang baik tentang pemilihan balutan dan 42 orang (100%) memiliki persepsi yang baik tentang penyembuhan luka. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka luka lembab berada dalam kategori baik yaitu 83,3% sebanyak 35 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center Medan, memiliki persepsi yang baik tentang perawatan luka lembab yang sedang mereka jalani saat ini.

2. Saran

2.1. Penelitian Keperawatan

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang penelitian kualitatif untuk menggali lebih dalam tentang pengalaman pasien luka diabetik selama menjalani perawatan luka lembab.


(55)

2.2. Praktek Keperawatan

Disarankan kepada perawat, khususnya perawat luka agar tetap memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarg a tentang perawatan apa yang sedang mereka jalani saat ini untuk merubah paradigma yang salah tentang perawatan luka yang selama ini diyakini.

2.3. Pendidikan Keperawatan

Disarankan untuk perlunya memasukkan pelatihan perawatan luka ke dalam kurikulum perkuliahan, agar mahasiswa memiliki kemampuan khusus setelah menyelesaikan pendidikan dari fakultas keperawatan.

2.4 Pelayanan Keperawatan

Disarankan pada pelayanan keperawatan untuk mengaplikasikan perawatan luka lembab ini ke dalam prosedur tetap di rumah sakit, klinik atau tempat pelayanan kesehatan lain, agar masyarakat seluruhnya bisa merasakan manfaat perawatan luka lembab.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arisanty, I., P. (2012). Panduan Praktis Pemilihan Balutan Luka Kronik. Jakarta: Mitra Wacana Medika.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Boedisantoso, R., Subekti, I. (2005). Komplikasi akut diabetes melitus. Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Decroli, E., Karimi, J., Manaf, A., Syahbuddin, S. (2008). Profil Ulkus Diabetik pada Penderita Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr M.

Djamil Padang. Diambil tanggal 21 Oktober 2013 dari

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/56 1/557.

Hariani, L., Perdanakusuma, D. (2012). Perawatan Ulkus Diabetes. Diambil

tanggal 21 Oktober 2013 dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02.%20Perawatan%20Ulkus%20Diabet

es.pdf.

Hidayat, A., A., A. (2007). Riset Keperawatan & teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Ismail, D. D., Irawaty, D., & Haryati, T. S. (2009). Modern Dressing Improve the Healing Process in Diabetic Wound. Diambil tanggal 17 September 2013 dari http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/viewFile/196/190 .

Langi, Y. A., (2011). Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu.

Diambil tanggal 5 Oktober 2013 dari

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/864/682. Maramis, W. F. (2006). Ilmu Prilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya:

Airlangga

Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern terkini dan Terlengkap Sebagai Bentuk Tindakan Mandiri. In Media


(57)

Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Nurrachmah, E., Kristianto, H., Gayatri, D. (2011). Aspek Kenyamanan Pasien Luka Kronik Ditinjau Dari Transforming Growth Factor Β1 Dan Kadar

Kortisol.Diambil tanggal 23 September 2013 dari

http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/939/873.

Perkeni. (2006). Konsensus Pengelolaan Diabetes pada Diabetes Melitus tipe 2. PB Perkeni. Jakarta.

Pieter, H., Z., Lubis., N., L. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawtan. Jakarta: Prenada Media Group.

Rahmat, J. (2002). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siagian, S. P. (1995). Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Slameto. (2004). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Smeltzer, Suzzane C., Brenda, G.B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suriadi. (2004). Perawatan Luka Edisi 1.Jakarta: CV. Sagung Seto. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Susanti, L., M., (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Rawat Inap Rs. Baptis Kediri. Jurnal STIKES, 6(1). Diunduh dari

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18840/1853 7 pada 25 Juni 2014

Tarigan, R., Pemila, U. (2007). Perawatan Luka Moist Wound Healing. Diambil

tanggal 20 Oktober 2013 dari pkko.fik.ui.ac.id/files/MOIST%20WOUND%20HEALING%20trend.doc.


(58)

Winarsih, A. (2013). Perawatan Luka Terkini. Diunduh dari :

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/3962?show=full pada 25 Juni 2014.

Yunir, E. (2007). Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik. Dalam Soewondo, P. Editor: Hidup Sehat dengan Diabetes. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

                                   


(59)

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN “Persepsi Pasien Luka Diabetik terhadap Perawatan Luka Lembab di ASRI

Wound Care Center Medan”

Oleh Ilda Putriani Sinaga

Saya adalah mahasiswi Program S-1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang “Persepsi Pasien Luka Diabetik terhadap Perawatan Luka Lembab di ASRI Wound Care Center Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam tugas akhir di Fakultas Ilmu Keperawatan USU.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaanya untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Jika bersedia, silakan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak.Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Maret 2014 Peneliti Responden


(60)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN DATA DEMOGRAFI Kode (diisi oleh peneliti) :

Initial :

A. Kuesioner Data Demografi Petunjuk Pengisian:

- Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√) pada tempat yang disediakan

- Tiap satu pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban

1. Umur : ... tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( )Perempuan

3. Suku : ...

4. Agama : ( ) Islam ( ) Buddha

( ) Kristen ( ) Hindu ( ) Katolik

5. Pendidikan terakhir : ( ) SD ( ) Diploma ( ) SMP ( ) Sarjana ( ) SMU ( ) Lain-lain 6. Pekerjaan : ( ) Ibu Rumah Tangga

( ) Pegawai Negeri ( ) Pegawai Swasta ( ) Wirausaha

( ) Petani ( ) Buruh

( ) Lain-lain (sebutkan) 7. Penghasilan per bulan : ( ) < Rp. 1. 305.000


(61)

B. Kuesioner Persepsi Pasien Luka Diabetik Terhadap Perawatan Luka Lembab

Petunjuk pengisian :

a. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan

b. Pilihlah menurut anda jawaban yang paling sesuai dengan membubuhkan tanda check list (√) pada pilihan yang anda anggap benar

SS: Jika anda sangat setuju dengan pernyataan S : Jika anda setuju dengan pernyataan TS : Jika anda tidak setuju dengan pernyataan

STS : Jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan No Konsep Luka Lembab

Pernyataan SS S TS STS

1. Perawatan luka yang saya jalani saat ini adalah perawatan luka modern yang mengutamakan kelembaban pada luka. 2. Luka yang ditutup rapat sehingga kuman

tidak dapat masuk melalui udara akan mempercepat penyembuhan luka

3. Luka yang terjaga kelembabannya akan lebih cepat sembuh dibandingkan luka yang

dibiarkan kering.

4. Lingkungan luka yang lembab akan menjadi tempat berkembangnya kuman penyakit 5. Luka ditutup rapat sehingga udara tidak dapat

masuk akan membuat luka saya membusuk 6. Perawatan luka yang menggunakan pembalut

yang tipis dan tidak tertutup rapat akan memungkinkan udara masuk dan memperlama penyembuhan luka

7. Suasana luka dengan konsep lembab akan mengoptimalkan penyembuhan luka 8. Luka yang kering menandakan luka akan

segera sembuh

9. Saya sangat nyaman dengan perawatan luka ini, menghemat waktu dan luka saya cepat sembuh


(62)

10. Perawatan luka lembab ini menghemat biaya perawatan karena tidak perlu sering-sering mengganti balutan

No Pernyataan SS S TS STS

Pemilihan Balutan

1. Balutan luka yang saya pakai saat ini adalah balutan luka yang menggunakan konsep lembab

2. Cairan pada luka saya mampu diserap oleh balutan luka yang saya gunakan.

3. Perawatan luka lembab ini mengurangi pembiayaan karena tidak perlu sering-sering mengganti balutan

4. Saya menjadi lebih percaya diri karena balutan luka lembab menutupi luka saya dan tidak ada bau lagi.

5. Balutan luka lembab yang saya gunakan sangat nyaman karena elastis dan kedap air. 6. Balutan luka lembab yang saya gunakan saat

ini sangat sederhana, cepat dan mudah dipasang, mudah juga dilepaskan

7. Selama menjalani perawatan luka dengan konsep lembab ini, saya tidak perlu setiap hari mengganti balutan

8. Balutan yang saya gunakan pada perawatan luka lembab ini melindungi luka saya terhadap gesekan, tekanan, udara luar dan serangga

9. Balutan luka lembab yang saya gunakan menutupi luka saya sehingga luka saya tidak terkontaminasi kuman

10. Balutan luka lembab yang saya gunakan ini tidak alergi atau gatal-gatal

Penyembuhan Luka SS S TS STS

1. Pada awal perawatan luka lembab, luka saya terasa gatal, panas merah dan bengkak pada hari ke 1 sampai hari 3

2. Setelah hari ke 3, dasar luka tampak berwarna merah cerah dan adanya kulit baru berwarna merah pada tepi luka

3. Setelah menjalani perawatan luka lebih dari 3 minggu, luka sudah menutup sempurna dan


(63)

akan muncul bekas luka

4. Saya menjalankan diet dan istirahat cukup agar luka saya cepat sembuh

5. Saya menjalankan diet dan minum obat yang dianjurkan untuk mendukung percepatan sembuhnya luka

6. Pada perawatan luka lembab, mengurangi kemungkinan adanya luka baru saat

penggantian balutan, dapat membantu luka cepat sembuh

7. Perawatan luka lembab ini menjaga agar suhu pada permukaan luka tetap lembab untuk mempercepat sembuhnya luka

8. Rutin menjalankan perawatan luka lembab mempercepat luka cepat sembuh

9. Merokok dan stress akan memperlambat sembuhnya luka

10. Dukungan yang penuh dari keluarga saya memberi saya semangat dan keyakinan penuh untuk tetap mengikuti perawatan luka lembab demi kesembuhan luka saya

                         


(64)

Lampiran 3

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.871 .874 30

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 3.30 .483 10

P2 3.10 .568 10

P3 3.10 .316 10

P4 3.00 .471 10

P5 3.00 .471 10

P6 3.10 .316 10

P7 3.20 .422 10

P8 3.00 .471 10

P9 3.20 .632 10

P10 3.40 .516 10


(65)

P12 3.20 .422 10

P13 2.90 .316 10

P14 3.40 .516 10

P15 3.10 .568 10

P16 3.10 .316 10

P17 3.40 .516 10

P18 3.10 .316 10

P19 3.00 .471 10

P20 3.00 .471 10

P21 3.00 .471 10

P22 3.20 .422 10

P23 3.00 .471 10

P24 3.10 .316 10

P25 3.30 .483 10

P26 3.00 .471 10

P27 3.00 .471 10

P28 3.30 .483 10

P29 3.10 .316 10

P30 3.40 .516 10

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 3.133 2.900 3.400 .500 1.172 .022 30

Item Variances .209 .100 .400 .300 4.000 .006 30

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(66)

Lampiran 4

FILE='D:\Skripsi iLda\data demografi udah_1.sav'. DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=Umur Jeniskelamin Suku Agama Pendidikanterakhir Pek erjaan Penghasilan Rutinkontrol

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] D:\Skripsi iLda\data demografi udah_1.sav

Frequency Table

Statistics

Umur Jenis

kel Suku Agama

Pend.

terakhir Pekerjaan

Pengha-silan

Rutin kontrol

N Valid 42 42 42 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.43 1.62 2.31 1.38 2.74 2.98 1.55 1.00

Median 1.00 2.00 1.00 1.00 3.00 3.50 2.00 1.00

Std. Deviation .630 .492 1.893 .697 1.106 1.473 .504 .000

Variance .397 .242 3.585 .485 1.222 2.170 .254 .000

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1


(67)

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 45-59 27 64.3 64.3 64.3

60-74 12 28.6 28.6 92.9

75-90 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 16 38.1 38.1 38.1

Perempuan 26 61.9 61.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 23 54.8 54.8 54.8

jawa 7 16.7 16.7 71.4

china 2 4.8 4.8 76.2

melayu 2 4.8 4.8 81.0

minang 4 9.5 9.5 90.5

nias 2 4.8 4.8 95.2

aceh 2 4.8 4.8 100.0


(68)

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 30 71.4 71.4 71.4

Protestan 9 21.4 21.4 92.9

Katolik 2 4.8 4.8 97.6

Hindu 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pendidikanterakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 6 14.3 14.3 14.3

SMP 11 26.2 26.2 40.5

SMA 16 38.1 38.1 78.6

Diploma 6 14.3 14.3 92.9

sarjana 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu rumah tangga 11 26.2 26.2 26.2

Buruh 6 14.3 14.3 40.5

PNS 4 9.5 9.5 50.0

Wiraswasta 15 35.7 35.7 85.7

Petani 6 14.3 14.3 100.0


(69)

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >1.320.000 19 45.2 45.2 45.2

<1.320.000 23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Rutinkontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 42 100.0 100.0 100.0

                         


(70)

Lampiran 5

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Hasil /STATISTICS=STDDEV MINIMUM MEAN MEDIAN

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet5] Konsep luka Lembab

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 1 2.4 2.4 2.4

setuju 27 64.3 64.3 66.7

sangat setuju 14 33.3 33.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Hasil

N Vali

d 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42

Miss

ing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 3.31 3.29 3.36 2.57 2.48 3.12 2.98 2.60 3.33 3.00 1.17

Median 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 4.00 3.00 1.00

Std.

Deviation .517 .774 .533 .703 .740 .916 .780 .734 .874 .855 .377


(71)

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 1 2.4 2.4 2.4

tidak setuju 5 11.9 11.9 14.3

setuju 17 40.5 40.5 54.8

sangat setuju 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 1 2.4 2.4 2.4

setuju 25 59.5 59.5 61.9

sangat setuju 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 5 11.9 11.9 11.9

setuju 8 19.0 19.0 31.0

tidak setuju 29 69.0 69.0 100.0


(72)

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 6 14.3 14.3 14.3

setuju 10 23.8 23.8 38.1

tidak setuju 26 61.9 61.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 5 11.9 11.9 11.9

setuju 22 52.4 52.4 64.3

sangat setuju 15 35.7 35.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 3 7.1 7.1 7.1

tidak setuju 4 9.5 9.5 16.7

setuju 26 61.9 61.9 78.6

sangat setuju 9 21.4 21.4 100.0


(73)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 6 14.3 14.3 14.3

setuju 5 11.9 11.9 26.2

tidak setuju 31 73.8 73.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 3 7.1 7.1 7.1

tidak setuju 2 4.8 4.8 11.9

setuju 15 35.7 35.7 47.6

sangat setuju 22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 3 7.1 7.1 7.1

tidak setuju 6 14.3 14.3 21.4

setuju 21 50.0 50.0 71.4

sangat setuju 12 28.6 28.6 100.0


(74)

Hasil

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Persepsi baik 35 83.3 83.3 83.3

Persepsi kurang baik 7 16.7 16.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

                                       


(1)

 


(2)

(3)

Lampiran 7 ANGGARAN DANA PENELITIAN

No Kegiatan Biaya

1. PROPOSAL

 Biaya internet dan pulsa modem  Kertas A4 2 rim

 Tinta hitam

 Fotocopy sumber–sumber daftar pustaka

 Fotocopy memperbanyak proposal

 Sidang proposal

Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 25.000 Rp. 40.000 Rp. 50.000 Rp. 100.000

2. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

 Izin Penelitian dan ethical clereance  Transportasi

 Fotocopy kuesioner

 Cenderamata

Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. 20.000 Rp. 150.000

3. PENGUMPULAN LAPORAN SKRIPSI

 Kertas A4 2 rim  Penjilidan

 Fotocopy laporan penelitian  Sidang skripsi

Rp. 60.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000

5. TOTAL Rp. 1.265.000


(4)

(5)

Lampiran 9 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ilda Putriani Sinaga

Tempat, tanggal lahir : Bondar Sihudon, 6 September 1992

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat rumah : Jl. Padangsidempuan, Sipogu, Pinangsori, Tap-Teng

Alamat kos : Jl. Jamin Ginting gang Sempurna no. 24 P. Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1997 - 1998 : TK Al-Hidayah Sumurmati, Pinangsori

2. 1998 - 2004 : SDN 153074 Pinangsori

3. 2004 - 2007 : SMP Swasta Al-Muslimin, Pandan

4. 2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Pinangsori

5. 2010 – Sekarang : Program Sarjana (S1) Fakultas Keperawatan USU


(6)