Profil penggunaan obat dan perilaku pengobatan mandiri di kalangan ibu ibu Desa Oelnasi Nusa Tenggara Timur

(1)

i

PROFIL PENGGUNAAN OBAT DAN PERILAKU

PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN IBU-IBU DESA OELNASI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan Oleh :

Yohana Febriani Putri Peu Patty 138114012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i


(3)

(4)

(5)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku tercinta

Sahabat dan teman-temanku terkasih

dan Almamaterku Universitas Sanata Dharma

Karya ini ku persembahkan kepada

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku tercinta

Sahabat dan teman-temanku terkasih

dan Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

vii

PRAKATA

Puji Tuhan penulis panjatkan kepata Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan cinta kasih-Nya, penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul

“Profil Perilaku dan Penggunaan Obat Dalam Pengobatan Mandiri di Kalangan Ibu-ibu

Desa Oelnasi, Nusa Tenggara Timur. ” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada penyusunan naskah, penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih, karena terdapat banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun penulisan naskah penelitian ini. Ungkapan terimakasih ini disampaikan kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta , Dosen Pembibing Akademik dan. Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi, membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyususnan skripsi.

2. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berharga dalam penulisan naskah ini dari awal hingga akhir.

3. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berharga dalam penulisan naskah ini dari awal hingga akhir..

4. Orang tuaku yang tercinta, Bapa Petrus Peu dan Mama Ta Persiana yang selalu

mendoakan, mendukung dan menguatkan selama menyelesaikan penelitian dan naskah ini.

5. Bapak Kepala Desa Oelnasi yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

6. Ibu-Ibu Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur atas partisipasi dan respon baik untuk mendukung penelitian ini.

7. Ida dan Gita teman seperjuangan dan juga sahabat terkasih. Terimakasih untuk

kerjasama, bantuan, semangat dan informasi yang selalu dibagikan dalam pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir.

8. Sahabat-sahabatku Ivana, Hesty, Visky, Lia, Sary,Ika, Tika, dan Kak Agatha. Terima kasih untuk kebersamaannya, dukungan, bantuan dan canda tawa yang selalu menyertai selama pengerjaan skripsi.

9. Teman-teman FSM A 2013 dan FKK A 2013, terima kasih atas

kebersamaannya selama proses perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

10.Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam penyelesaian penyusunan naskah ini


(8)

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN... 3

KESIMPULAN ...12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 15


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian ...4

Tabel 2. Pengetahuan pengobatan mandiri ... 5

Tabel 3. Sikap pengobatan mandiri... 7

Tabel.4 Tindakan pengobatan mandiri... 8


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance……….16

Lampiran 2. Surat izin penelitian (Kantor Desa Oelnasi)……… 17

Lampiran 3. Surat keterangan Selesai penelitian……… 18

Lampiran 4. Informed Consent……… 1 9

Lampiran 5. Panduan Wawancara……… 20


(12)

ABSTRAK

Pengobatan mandiri merupakan upaya mengobati sendiri penyakit ringan oleh seseorang dengan menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas termasuk obat tradisional secara mandiri. Perilaku pengobatan mandiri dewasa ini cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengetahuan tentang pengobatan mandiri, sikap dan tindakan terkait pengobatan mandiri serta pilihan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri oleh ibu – ibu di Desa Oelnasi Nusa Tenggara Timur.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan rancangan kualitatif. Jumlah sampel sebesar 96 dan sudah memenuhi kriteria inklusi yaitu wanita berusia ≥ 20 tahun, memiliki pengalaman pengobatan mandiri dalam 1 bulan terakhir, dan menandatangani

informed consent. Teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling. Instrumen penelitian berupa panduan wawancara yang divalidasi melalui professional judgement, serta telah dilakukan uji pemahaman bahasa. Data penelitian dianalisis dan ditampilkan dalam tabel serta dibahas secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76% responden pernah mendengar istilah pengobatan mandiri dengan 53,4% menyebut pengobatan mandiri sebagai pengobatan yang dilakukan tanpa bantuan orang lain. Responden tidak tahu istilah obat bebas dan obat bebas terbatas (76%) dan 37,5% belum pernah melihat lambang pada kemasan obat. Pengobatan mandiri dipilih 64,6% responden dengan alasan penyakitnya ringan dan biaya terbatas. Sikap dan tindakan positif ditunjukkan oleh 91% responden yang merasakan manfaat dan 55,2% akan kembali melakukan pengobatan mandiri bila sakit. Penggunaan tanaman tradisional yang umum digunakan adalah daun Jambu Biji (46,8%) dan pucuk daun Kesambi (46,8%) untuk mengatasi diare.


(13)

ABSTRACT

Self medication is a treatment done by individual for their self-recognised illnesses or symptoms using medicines, including traditional medicines. Self medication tends to increase since recents years. This study aimed at describing behavior of self-medication and the use of traditional medicines among women at Oelnasi, Nusa Tenggara Timur.

This research is a descriptive with qualitative design approach. Number of respondents were 96 who had met the inclusion criteria, i.e.: women aged ≥ 20 years, has a self medication experience during one month previously, and signed the informed consent. A cluster random sampling is applied to select the respondents. The professional judgement method was applied to validate the interview guideline. The language acceptance test has also been conducted to the interview guideline. Data gathered were analyzed, presented, and discussed descriptively.

The results show that most of the respondents (76%) are familiar with self medication. Interestingly, half of the respndents (51%) said that all medicines can be purchased without prescription. Most of the respondents (76%) did not know about the term of “obat bebas” and “obat bebas terbatas”. Most of the respondents (64.6%) chose self medication because of their experience, minor disease, and having limited funds. Most of the respondents (64.4%) had positive attitude and action regarding self medication due to their benefit experiences. 55.2% of the respondents stated to self medicate for their future minor illnesses. Traditional medicines are chosen by 47.9% respondents to self medicate. The most types of herbal used in self medication is “daun Jambu Biji (46.8%) and “pucuk daun Kesambi” (46.8%) for dhiarrea.


(14)

PENDAHULUAN

Pengobatan mandiri merupakan pengobatan penyakit ringan (Minnor illness) oleh individu menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas hingga obat tradisional tanpa adanya intervensi dari dokter dan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kesehatan (Shankar et al, 2002., Ruiz, 2010 dan World Health Organization. 1998). Perilaku pengobatan mandiri dilakukan karena adanya kesadaran dari individu terhadap kesehatan dan umumnya terjadi karena adanya rekomendasi dari kerabat, teman ataupun tenaga professional dan didukung oleh faktor sosial budaya dan perilaku dari individu tersebut (Jerez-Roig et al, 2014 dan Notoatmodjo, 2010).

Menurut penelitian Widayati (2012), masyarakat di kota Yogyakarta umumnya mengeluh tentang kesehatannya sebanyak satu sampai tiga kali dalam sebulan. Dalam penelitian tersebut juga menyebut bahwa 41% masyarakat umumnya melakukan upaya

pencarian pengobatan dengan mengkombinasi upaya self-care dan melakukan konsultasi

ke pusat pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa Tenggara Timur (2013), sebanyak 17,2 % rumah tangga di NTT menyimpan obat (obat keras, obat bebas, antibiotika, obat tradisional dan obat yang tidak teridentifikasi) untuk pengobatan mandiri dengan rata-rata 3 jenis obat yang disimpan. Penyimpanan obat untuk pengobatan mandiri dilakukan oleh masyarakat di perkotaan (50,2 %) dan oleh masyarakat di pedesaan (39,8 %). Masyarakat pedesaan di NTT lebih banyak menggunakan obat tradisional dibandingkan di daerah perkotaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Supardi dan Notosiswoyo (2005) (cit. Kristina et

a,. 2008 ) menyebutkan bahwa pengetahuan pengobatan di masyarakat umumnya masih

rendah sehingga hal ini mempengaruhi kerasionalan pengobatan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan berhubungan dengan perilaku pengobatan mandiri yang rasional dengan faktor dominan adalah tingkat pendidikan (Kristina et al,

2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi, profil penggunaan obat serta profil perilaku pengobatan mandiri ibu – ibu di Desa Oelnasi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan dan peningkatan mutu pengobatan mandiri serta dapat memberikan


(15)

kontribusi dalam memberikan gambaran tentang profil penggunaan obat dan profil perilaku pengobatan mandiri di kalangan ibu-ibu Desa Oelnasi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan adalah 96 sampel yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi wanita berusia ≥ 20 tahun, memiliki pengalaman pengobatan mandiri kurang lebih 1 bulan terakhir, sudah menyetujui dan

menandatangani informed consent serta bersedia mengisi dan mengembalikan panduan

wawancara.

Lokasi penelitian yakni kecamatan Kupang Tengah, kabupaten Kupang ditentukan sendiri oleh peneliti dengan mempertimbangkan letak geografis yang jauh dari pusat pemerintahan kota Kupang dan terbatasnya fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan di wilayah tersebut. Kecamatan Kupang Tengah hanya memilik satu puskesmas dan tiga dokter. Populasi penelitian ini dibatasi pada masyarakat dewasa kecamatan Kupang Tengah, karena adanya keterbatasan sumber daya maka dilakukan

pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random

sampling dengan klastering berdasarkan wilayah administratif dibawah kecamatan yaitu kelurahan. Namun karena keterbatasan sumber daya juga maka penentuan lokasi kelurahan dilakukan dengan cara mengundi sehingga dari delapan kelurahan diperoleh satu kelurahan yaitu kelurahan Oelnasi sebagai sampel penelitian. Kelurahan Oelnasi sebagai sampel terpilih memiliki lima dusun sehingga kelima dusun tersebut diambil untuk dijadikan lokasi penelitian.

Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 96 responden yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

n = 95,53

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

Zλ2 = Derajat kesalahan (95%) d = % kemungkinan kesalahan

dalam menentukan ukuran sampel (1%, 5% dan 10%) P = Q = 0,5

Jumlah sampel disetiap dusun ditentukan secara non-proportional yakni berdasarkan banyaknya ibu-ibu yang hadir saat hari penelitian (hari Posyandu). Dusun 1 (Posyandu Cempaka I)= 24 responden; dusun 2 (Posyandu Cempaka IV)= 26 responden; dusun 3


(16)

(Posyandu Cempaka III)= 13 responden; dusun 4 (Posyandu Cempaka)= 18 responden dan dusun 5 (Posyandu Cempaka VII)= 15 responden.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan wawancara yang mengacu pada panduan wawancara penelitian Pasaribu (2016). Pertanyaan-pertanyaan disesuaikan dengan tujuan penelitian dan telah dilakukan uji validasi menggunakan professional judgement dan telah dilakukan uji pemahaman bahasa kepada 10 responden yang memiliki kesamaan karakteristik dengan subjek penelitian.

Variabel-variabel pada penelitian ini meliputi :

1. Karakteristik demografi seperti; usia ibu-ibu di Desa Oelnasi yaitu ≥ 20 tahun; Pendidikan yang merupakan tingkatan pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden; Pekerjaan merupakan kegiatan tetap yang dilakukan responden sehari-hari dan ditandai dengan perolehan upah/gaji, kegiatan yang dilakukan tanpa menghasilkan upah/gaji dikategorikan tidak bekerja; Status pernikahan yang merupakan wanita yang sudah atau pernah menikah dan terdapat dalam catatan sipil; Pendapatan per bulan yang merupakan total uang yang diperoleh responden sebagai upah atas pekerjaan yang dilakukan selama 1 bulan.

2. Profil obat; obat yang dimaksud sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan yakni obat modern dan obat tradisional yang digunakan responden untuk mengatasi sakitnya dalam pengobatan mandiri.

3. Profil perilaku terbagi menjadi pengetahuan yang diketahui oleh responden mengenai

pengobatan mandiri, sikap responden terhadap pengobatan mandiri dan tindakan pengobatan mandiri yang dilakukan oleh responden yang tergambar pada panduan wawancara.

Data yang didapatkan diolah dengan mempersentasekan jawaban dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden dengan rumus :

dan kemudian data ditampilkan dalam tabel dan dibahas dalam bentuk deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 96 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan sebelumnya. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan per bulan.


(17)

Tabel 1. Karakteristik responden penelitian di kalangan Ibu-ibu Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

Semua responden pada penelitian ini berada pada usia kelompok produktif yaitu usia 15 – 64 tahun. Berdasarkan penelitian, responden yang bekerja sebesar 33% yaitu sebagai

petani dan wiraswasta, sedangkan yang tidak bekerja sebesar 67 % yaitu sebagai ibu

rumah tangga. Terdapat 95% responden yang menikah. Terdapat 56 responden (58%)

memiliki pendidikan terakhir sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 75

responden (78%) memiliki pendapatan per bulan sebesar < Rp 1.000.000,00 sedangkan

pendapatan antara Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 sebanyak 21 responden (21,9%) yang sebagian besar berasal dari pendapatan suami.

B. Profil Perilaku Pengobatan Mandiri

Profil perilaku pengobatan mandiri meliputi : 1) pengetahuan tentang pengobatan mandiri; 2) sikap tentang pengobatan mandiri dan; 3) tindakan dalam melakukan pengobatan mandiri.

Karakteristik Parameter N=96 %

Usia

23-28 5 5

29-34 24 25

35-40 25 26

41-46 16 16,7

47-52 7 7,3

53-58 18 18,8

59-64 1 1

Pekerjaan Tidak Bekerja 64 66,7

Bekerja

32 33,3

Status Pernikahan Menikah 91 94,8

Janda

5 5,2

Pendidikan Terakhir SD 56 58,3

SMP 21 21,9

SMA 19 19,8

Pendapatan per Bulan < 1 Juta 75 78,1

1 Juta-1,5 Juta

21 21,9 1,5 Juta – 2 Juta 0 0 >2 juta 0 0


(18)

1. Pengetahuan

Tabel 2. Pengetahuan pengobatan mandiri

Responden sejumlah 96 orang pada penelitian ini pernah melakukan pengobatan mandiri kurang lebih 1 bulan terakhir.. Namun berdasarkan hasil (Tabel 2) hanya 73 responden (76%) yang pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi. Mereka memperoleh informasi terkait pengobatan mandiri dari kerabat/tetangga (71,2% dari 73 responden), TV/radio (21,9%) dan petugas puskesmas (6,8%). Pengalaman keberhasilan keluarga, tetangga ataupun teman dalam mengobati penyakit tampaknya menjadi sumber informasi dan pertimbangan, serta dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan pengobatan mandiri (Mulyani, 2013).

Sesuai dengan pengertian pengobatan mandiri, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 responden (76%) yang pernah mendengar istilah pengobatan mandiri tidak

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

1 Istilah pengobatan mandiri Pernah Mendengar 73 76 Belum Pernah Mendengar 23 24

2 Sumber informasi Kerabat / Tetangga 52 71,2

Tv/ Radio 16 21,9

Petugas Puskesmas 5 6,8 3 Pengertian pengobatan mandiri Pengobatan yang dilakukan

tanpa bantuan orang lain

39 53,4 Mengobati panas, demam,

flu, sakit kepala dll

11 15,1 Menggunakan bahan-bahan

alam

8 11

Tidak membutuhkan pemeriksaan dokter

8 11

Memakai obat-obatan yang ada di rumah

7 9,6 4 Obat-obatan untuk pengobatan mandiri bisa

dibeli tanpa pemeriksaan ke dokter

Tidak semua bisa dibeli tanpa periksa kedokter

47 49 Semua bisa dibeli tanpa

periksa ke dokter

49 51 5 Istilah obat bebas dan obat bebas terbatas Tahu 23 24

Tidak Tahu 73 76

a, Contoh obat bebas dan bebas terbatas

Paracetamol 11 47,8

Amoxicilin 6 26,1

Konidin 2 8,7

dll (CTM, asam mefenamat, komix, promag)

4 17,4 b, Tempat membeli obat bebas dan bebas terbatas Apotik 19 82,6

Kios / warung 4 17,4 c, Perlu atau tidak resep untuk membeli obat bebas

dan bebas terbatas Perlu 3

13 Tidak perlu 20 87

d, Bentuk - bentuk obat bebas dan bebas terbatas Tablet 16 69,6

Kapsul 4 17,4

Serbuk 2 8,7

Cairan 1 4,3

6 Melihat lambang pada kemasan obat Pernah 60 62,5

Belum pernah 36 37,5

a, Lambang obat yang dapat dibeli tanpa resep

dokter (Hijau)Obat Bebas

29 48,3 (Biru)Obat Bebas Terbatas 24 40 (Merah)Obat Keras 7 11,7


(19)

dapat menjelaskan secara tepat tentang definisi pengobatan mandiri. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun responden dalam kehidupannya sehari-hari pernah melakukan pengobatan mandiri namun umumnya masih banyak responden yang belum paham tentang istilah dan makna pengobatan mandiri atau swamedikasi.

Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1990 mengatur tentang obat wajib apotek (OWA) yang merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan penyerahannya dilakukan langsung oleh apoteker di apotik untuk membantu pilihan obat bagi pengobatan mandiri. Dengan demikian obat yang dapat dibeli oleh masyarakat secara bebas tanpa resep hanyalah golongan obat bebas dan bebas terbatas, serta OWA yang harus diserahkan oleh apoteker. Lebih dari separuh responden (51% dari 96 responden) mempunyai pengetahuan yang keliru yaitu bahwa semua obat dapat dibeli untuk pengobatan mandiri tanpa perlu pemeriksaan dokter. Obat-obatan yang dapat digunakan dalam pengobatan mandiri dan tidak mensyaratkan pembelian dengan resep dokter adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Sebagian besar responden (73% dari 96 responden) tidak mengenal penggolongan obat bebas atau obat bebas terbatas. Hanya 27% atau 23 responden yang mengenal istilah obat bebas dan obat bebas terbatas. Sebanyak 6 dari 23 responden tersebut menyebut amoksisilin sebagai contoh golongan obat tersebut. Tentu saja jawaban tersebut keliru karena Amoksisilin termasuk golongan obat keras. Sementara itu, Parasetamol merupakan jenis obat bebas yang paling banyak dicontohkan oleh responden yang mengenal obat bebas dan obat bebas terbatas (11 dari 23 responden). Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden penelitian ini tentang obat bebas dan obat bebas terbatas masih sangat terbatas. Untuk pengetahuan tentang bentuk sediaan farmasi, yang paling banyak dikenal adalah tablet (16 dari 23 responden). Hal ini karena sebagian besar bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran adalah tablet.Sebagian besar responden yang mengenal obat bebas dan bebas terbatas menyebutkan apotek sebagai tempat memperolehnya (19 dari 23 responden). Temuan ini mirip dengan yang diungkap Widayati tahun 2012 bahwa masyarakat Kota Yogyakarta sudah cukup mengenal apotek sebagai tempat untuk memperoleh obat, walaupun obat juga banyak tersedia di toko kelontong.

Pengetahuan tentang lambang obat pada kemasan obat ditunjukkan oleh 60 responden (62, 5% dari 96 responden) yang menjawab pernah melihatnya. Namun demikian dari 60 responden tersebut terdapat 7 responden yang menunjuk lambang obat


(20)

keras (lingkaran merah dengan tepi hitam dan huruf K di tengah) sebagai lambang obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Hal ini tidak tepat karena penggunaan obat keras dibandingkan dengan obat bebas dan obat bebas terbatas bisa berbahaya bila tidak disertai dengan pemberian informasi dan edukasi yang tepat oleh apoteker sehingga penggunaannya tidak sembarangan.

Berdasarkan hasil yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden tentang obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri masih terbatas. Hasil ini masih relevan dengan penelitian Supardi dan Notosiswoyo (cit. Kristina et al,.) yang menyebutkan bahwa pengetahuan pengobatan di masyarakat umumnya masih rendah sehingga hal ini mempengaruhi kerasionalan pengobatan. Terkait dengan hasil ini, diperlukan tindak lanjut berupa edukasi kepada masyarakat setempat mengenai pengenalan obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan mandiri.

2. Sikap dan Tindakan

Tabel 3. Sikap tentang pengobatan mandiri

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

7 Pilihan responden ketika sakit

Pengobatan mandiri

62 64,6 Periksa ke dokter 34 35,4 8 Alasan responden

melakukan pengobatan mandiri

Mudah dilakukan 2 3,2 Sakit cepat ditangani 5 8,1

Pernah dilakukan

sebelumnya 20 32,3 Menghemat waktu berobat 14 22,6 Penyakit yang dialami masih

ringan 21 33,9

9

Alasan responden memilih pengobatan mandiri daripada periksa ke dokter

Jarak apotek dan puskesmas

jauh dari rumah 7 11,3 Dokter tidak selalu ada di

puskesmas 2 3,2

Terbatasnya biaya berobat ke

dokter 28 4,.2

Lebih hemat 5 8,1

Ingin mencoba sendiri

terlebih dahulu 4 6,5

Murah 7 11,3

Obat mudah didapat 5 8,1 Sakit lebih cepat teratasi 4 6,5 10 Menyukai pengobatan mandiri

Menyukai 62 64,6

Tidak Menyukai 34 35,4 11 Pengobatan mandiri memberi

manfaat

Bermanfaat 57 91,0 Tidak Bermanfaat 5 8,1


(21)

Tabel 4. Tindakan pengobatan mandiri

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

12 Melakukan pengobatan mandiri 1 bulan terakhir

Melakukan 96 100

Tidak Melakukan - - 13 Kembali melakukan pengobatan

mandiri ketika sakit Kembali melakukan 53 55,2 Tidak kembali melakukan 34 35,4

Ragu-ragu 9 9,4

Ketika sakit pengobatan mandiri menjadi pilihan bagi 62 responden (64,6%) dan 34 responden (35,4%) memilih pergi ke dokter untuk berobat. Alasan responden melakukan pengobatan mandiri dapat dilihat pada Tabel 3. Faktor pengalaman dan ringannya penyakit yang dialami menjadi alasan utama yang dipilih responden. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti (2014). Penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor ekonomi yakni murahnya biaya berobat menjadi alasan terbanyak yang dipilh oleh responden.

Alasan memilih melakukan pengobatan mandiri dibandingkan periksa ke dokter (Tabel 3) umumnya karena keterbatasan biaya berobat ke dokter. Wawancara singkat dengan responden mengungkapkan jarak rumah yang jauh dan harus menyewa ojek serta pendapatan per bulan yang terbatas menjadi faktor penyebab.

Sebanyak 62 responden (64,6%) menyukai praktek pengobatan mandiri dan 57 responden (91%) menganggap pengobatan mandiri memberikan manfaat dalam menyembuhkan penyakit yang dialami. Sebanyak 53 responden (55,2%) memilih untuk kembali melakukan pengobatan mandiri ketika kembali sakit dan 34 responden menolak untuk kembali melakukan pengobatan mandiri sedangkan 9 responden lainnya belum yakin untuk kembali melakukan pengobatan mandiri ketika sakit.

Sikap positif responden terhadap praktek pengobatan mandiri kemungkinan disebabkan karena pengalaman-pengalaman pengobatan mandiri yang dilakukan telah memberikan hasil yang diinginkan yakni kesembuhan sehingga banyak dari responden yang tidak ragu untuk kembali melakukan pengobatan mandiri. Sikap negatif terhadap pengobatan mandiri dapat disebabkan karena pola pengobatan mandiri yang dilakukan belum tepat sehingga hasil yang dinginkan seperti tercapainya kesembuhan tidak terjadi.

Tindakan positif responden (Tabel 4) juga menunjukan adanya kepercayaan terhadap pengobatan mandiri yang dapat mengatasi keluhan yang dialami. Sikap dan tindakan positif responden ini juga harus didukung dengan pengetahuan yang memadai sehingga dapat terjadi pengobatan yang rasional.


(22)

C. Profil Penggunaan Obat

Tabel 5. Profil Penggunaan Obat pada Pengobatan Mandiri

Penggunaan Obat Modern

Obat-obatan yang paling banyak digunakan oleh responden dalam pengobatan mandiri adalah Paracetamol (40%), Konidin (34%) serta Paramex (32%). Keluhan yang diatasi seperti demam, sakit kepala serta flu dan batuk. Hasil ini sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik Kesehatan NTT (2014) tentang keluhan penyakit penduduk NTT yaitu panas, batuk, dan pilek. Terdapat 9 responden menggunakan Amoksisilin (18%) dan 1 responden (2%) menggunakan Ranitidine dimana kedua obat tersebut merupakan golongan obat keras. Berdasarkan wawancara, amoksisilin diperoleh dari kios atau warung di dekat rumah sedangkan Ranitidine dibeli dari apotek dengan resep dokter dan merupakan obat yang belum habis digunakan sehingga digunakan kembali ketika sakit. Hasil ini sesuai dengan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nusa Tenggara Timur (2013), yang menyatakan bahwa rumah tangga di NTT menyimpan obat keras, obat bebas dan antibiotika untuk pengobatan mandiri.

Sebanyak 68% responden mendapatkan obat dari kios atau warung. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Arumsari (2016) yakni pengetahuan untuk membeli obat terbatas hanya di kios atau warung terdekat saja. Hal ini tidak masalah bila responden paham tentang kondisi kesehatannya namun akan lebih baik bila pembelian

Pola Penggunaan Obat Parameter N=96 (%)

Pilihan Obat

Obat modern Obat tradisional

Kombinasi obat modern & tradisional 49 46 1 51,1 47,9 1 Cara memperoleh obat modern

Kios/warung 34 68

Apotik 3 6

Petugas pustu 26 26

Alasan pemilihan obat modern

Berdasarkanpengalaman

sebelumnya 13 26

Obat dapat menyembuhkan sakit yang

dialami 6 12

Harganya murah 35 70

Obatnya mudah didapat 17 34

Penggunaannya praktis 8 16

Cara memperoleh obat tradisional

Diberi oleh tetangga 21 44,7

Diambil dari kebun(milik sendiri) 26 55,3

Alasan pemilihan obat tradisional

Sudah tersedia di kebun rumah 26 55,3

Pengalaman keluarga 8 17

Terbatasnya biaya berobat 15 31,9

Mudah dan praktis 3 6,4

Alami 3 6,4

Tidak ada efek samping 4 8,5


(23)

obat dilakukan di apotek atau sarana kesehatan agar informasi tentang penyakit dan obat yang diberikan lebih tepat.

Harga obat yang digunakan oleh responden umumnya berkisar Rp 2000,00 - Rp 3000,00 (46%). Faktor ekonomi menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih obat yang terjangkau dan dapat menyembuhkan keluhan penyakit dibandingkan mendapatkan pelayanan yang kesehatan yang relatif mahal (Pangastuti,2014). Hal ini terkait juga dengan karakteristik responden dimana sebagian besar responden berpenghasilan rendah. Selain itu terdapat 1 responden menggunakan Ranitidine dengan kisaran harga lebih dari Rp 30.000,00 yang diperoleh dari apotek dengan resep dokter.

Jarak yang paling dekat antara tempat tinggal responden dengan tempat untuk membeli obat adalah 5-10m (54%) sedangkan jarak terjauh adalah 1-5 km (6%). Jarak juga menjadi faktor dalam masyarakat melakukan pengobatan mandiri. Sebagian besar keluhan yang dialami merupakan penyakit ringan sehingga umumnya responden memilih memperoleh obat dari kios didekat tempat tinggal. Namun untuk responden yang membeli obat dengan jarak yang cukup jauh berdasarkan hasil wawancara membeli obat hingga ke apotek yang letaknya di kecamatan Kupang Tengah.

Pengobatan mandiri dilakukan untuk diri sendiri (44%) serta anak dan suami (56%). Responden yang melakukan pengobatan mandiri untuk dirinya sendiri dipastikan sudah mengetahui tentang keadaan kesehatannya sehingga mampu menggunakan obat sendiri. Penggunaan obat umumnya dilakukan selama responden sakit atau masih merasakan gejala (56%) dan rata-rata frekuensi penggunaan obat adalah 3 kali sehari (76%). Penduduk di NTT 50% mengalami keluhan sakit maksimal 3 hari (Badan Pusat Statistika NTT, 2014). Hasil ini juga sudah tepat karena sesuai dengan keputusan Departemen Kesehatan (1997) penggunaan obat yang benar adalah mengikuti aturan dan cara pakai serta tidak digunakan terus-menerus dana dalam jangka panjang.

Responden yang menggunakan obat menyatakan tidak mengalami efek samping (88%) dan sisanya mengalami efek samping berupa timbulnya rasa mengantuk (12%). Efek samping yang dialami oleh responden merupakan salah satu efek dari penggunaan CTM yakni menyebabkan kantuk. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian responden mengetahui efek samping yang muncul dari penggunaan obat dan cara menangani efek samping tersebut dengan beristirahat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arumsari (2016) yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan obat pada pengobatan mandiri tidak mengalami efek samping.


(24)

Pemilihan obat untuk pengobatan mandiri umumnya dengan alasan ekonomi, terdapat 35 responden (70%) menulis “Murah”. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti (2014) yang menyatakan bahwa alasan responden melakukan pengobatan mandiri adalah adalah karena biaya yang lebih murah. Sebanyak 78% responden sembuh dan 22% menjawab belum sembuh. Banyaknya responden yang sembuh setelah melakukan pengbatan mandiri dengan obat modern dapat menjadi indikator bahwa responden sudah cukup mampu dalam menggunakan obat secara baik dan benar,sesuai dengan aturan pakai sehingga penggunaannya aman dan efektif,

Penggunaan Obat Tradisional

Obat tradisional yang paling banyak digunakan untuk pengobatan mandiri adalah pucuk jambu biji (46,8%) dan pucuk kesambi (46,8%) yang digunakan untuk mengatasi diare (61,7%), daun pepaya (10,6%) juga digunakan untuk mengatasi malaria, dan daun kelor (10,6%) untuk mengatasi asam urat. Secara umum pengobatan mandiri oleh penduduk NTT di pedesaan dilakukan dengan cara tradisional. Penggunaan tanaman obat oleh masyarakat disebabkan karena faktor adat istiadat, kepercayaan, kendala geografis, maupun alasan ekonomi (Badan Pusat Statistika NTT, 2014).

Terdapat 55,3% responden mendapatkan tanaman obat langsung dari pekarangan atau kebun rumahnya dan 44,7% responden memperoleh dari tetangga atau kerabat. Potensi tanaman obat di NTT cukup banyak karena berada pada kondisi iklim tropis yang memungkinkan terdapat keanekaragaman jenis tanaman obat. Tradisi pengobatan menggunakan tanaman obat secara turun-temurun menjadi faktor utama mudahnya ditemukan tanaman obat. (Badan Pusat Statistika NTT, 2014).

Penggunaan obat-obatan tradisional oleh 63,8% responden dilakukan selama 1 –

3 hari dan frekuensi penggunaan obat per hari oleh 70,2% responden adalah 3 kali sehari. Penggunaan obat-obatan tradisional tidak menimbulkan efek samping pada 47 responden (100%). Penggunaan obat tradisional memberikan efek samping yang minimal dan tidak memberikan resiko yang membahayakan bagi pengguna. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Veronika (2016) yang menyebutkan bahwa responden yang mengalami efek samping jauh lebih sedikit daripada yang mengalami efek samping.

Alasan utama responden memilih obat tradisional karena tersedianya tanaman obat di kebun rumah (55,3%). Setelah melakukan pengobatan mandiri, 100% responden menyatakan sembuh setelah menggunakan obat-obatan tradisional. Hasil ini sesuai dengan


(25)

penelitian Gitawati dan Handayani (2008). Penggunaan obat tradisional masih digemari masyarakat karena aman dan dapat menyembuhkan.

KESIMPULAN

Karakteristik dalam penelitian ini yaitu 51% berusia 29-40 tahun; 66,7% tidak bekerja; 94,8% menikah; pendidikan terakhir adalah SD 58,3%; serta 78,1% memiliki pendapatan per bulan kurang dari Rp 1.000.000,00. Penggunaan obat modern sebesar 51,1%, obat tradisional 47,9% dan kombinasi keduanya 1%. Sebagian besar (68%) memperoleh obat modern dari kios dengan alasan harga yang murah (70%) dan memperoleh obat tradisional dari kebun rumahnya dengan alasan sudah tersedia (55,3%). Profil perilaku yakni 76% pernah mendengar tentang pengobatan mandiri dari kerabat atau tetangga dan 53,4% menyatakan pengobatan mandiri sebagai pengobatan yang dilakukan tanpa bantuan orang lain. Responden tidak tahu istilah obat bebas dan obat bebas terbatas (76%) dan 37,5% belum pernah melihat lambang pada kemasan obat. Pengobatan mandiri dipilih 64,6% dengan alasan penyakitnya ringan dan biaya terbatas. Sikap dan tindakan positif ditunjukkan oleh 91% responden yang merasakan manfaat 55,2% kembali melakukan pengobatan mandiri bila sakit. Penelitian ini dimungkinkan untuk di kaji lebih dalam lagi mengenai alasan tindakan penggunaan obat dan perilaku pengobatan dengan metode wawancara terbuka serta dapat dikaji lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik dengan profil penggunaan obat dan perilaku pengobatan mandiri.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Arumsari, N.P., 2016. Pola dan Motivasi Penggunaan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Berardi, R.R., et al., 2002. Handbook of Nonprescription drugs an Interactive Approach to Self-Care, American Pharmacist Association, Washington DC, pp.6-7.

Departemen Kesehatan RI, 1997. Undang Undang Republik Indonesia No. 23 tentang Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009. Undang Undang Republik Indonesia No, 36 tentang Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2012. Profil Kesehatan Nusa Tenggara

Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang.

Gitawati, R., dan Handayani, R,S., 2008. Profil Konsumen Obat Tradisional terhadap Ketanggapan akan Adanya Efek Samping Obat Tradisional. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan., 11 (3), 283-288.

Jerez-Roig, J., Medeiros, L.F.B., Silva, V.A.B., Bezerra, C.L.P.A.M., Cavalcante, L.A.R., Piuvezam, G., and Souza, D.L.B., 2014. Prevalence of self-medication and associated factors in an elderly population: a systematic review. Drugs & aging., 31 (12), 883– 896.

Kristina, S., Prabandari, Y.S., and Sudjaswadi, R., 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri Yang Rasional Pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia, 19 (June), 32 – 40.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Obat Wajib Apotik. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Mulyani, D.S., 2013, Studi Pemahaman dan Alasan Pemilihan Obat Herbal pada Pasien Poliklinik Penyakit RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2010 . Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Pangastuti, M,R., 2014, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern dengan Tindakan Pemilihan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten

Temanggung, Jawa Tengah, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pasaribu,Y,M., 2016. Kajian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,


(27)

Riset Kesehatan Dasar, 2013. Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Nusa Tenggara Timur, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Kupang, 19 -25.

Ruiz, M.E., 2010. Risk of self Medication Practices. Current Drug Safety., 5 (4), 315 – 323.

Shankar, P.R., Partha, P., dan Shenoy, N., 2002. Self-medication and non-doctor prescription practices in Pokhara valley, Western Nepal: a questionnaire-based study, BMC Family Practice,http://bmcfampract,biomedcentral,com/ diakses tanggal 12 April 2016 ,

Supardi, S., jamal, S., Herman, M.J., 2000. Peran warung dalam Penyediaan Obat dan Obat Tradisional untuk Pengobatan Sendiri di Kecamatan Tanjung Bintang

Lampung Selatan. Pusat Penelitsian dan Pengembangan Farmasi Departemen

Kesehatan., 27(2), 254-261.

Supardi, S., dan Notosiswoyo, M., 2005. Pengobatan sendiri sakit kepala, demam, batuk dan pilek pada masyarakat desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu Kefarmasian., Vol. 2, 134-14.

Tjiptoherijanto dan Prijono., 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. Majalah Perencanaan Pembangunan. Edisi 23.

Veronica., 2016. Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri di kalangan Masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten

Wonosobo Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Widayati, A., 2012. Health Seeking Behavior di kalangan Masyarakat Urban di Kota Yogyakarta. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas., pp. 59-65.

World Health Organization, 1998. The Role Of The Pharmacist In Self-Care And Self Medication. World Health Organization. Geneva. 2-3.


(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

Lampiran 5. Panduan Wawancara

PANDUAN WAWANCARA

“PROFIL PENGGUNAAN OBAT DAN PERILAKU

PENGOBATAN MANDIRI “ Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah wanita yang telah atau pernah menikah berusia ≥20 tahun, memiliki pengalaman pengobatan mandiri ± 1 bulan terakhir dan bersedia mengisi dan mengembalikan kuisioner,

Kunci Komponen Pendahuluan

 Perkenalan wawancara

 Ucapan terimakasih atas kesediaannya berpartisipasi sebagai responden

 Tujuan datang ke responden dengan menguraikan secara garis besar

tentang penelitian

 Penjelasan mengenai kerahasiaan responden

 Penjelasan bagaimana wawancara akan dilakukan dan durasi wawancara

1.

Data diri responden

a. Nama :

b. Usia :

c. Pekerjaan :

d. Status pernikahan :

e. Pendidikan terakhir :

f. Pendapatan per bulan :

a. Kurang dari Rp 1,000,000,00

b. Antara Rp 1,000,000,00-Rp 1,500,000,00

c. Antara Rp 1,500,000,00-Rp 2,000,000,00


(34)

PROFIL PERILAKU PENGOBATAN MANDIRI

PENGETAHUAN

1. Apakah Anda pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau swamedikasi?

Jawaban :

2. Jika Anda pernah mendengar istilah tesebut, dari mana Anda mendapatkan

informasinya? Jawaban :

3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatan mandiri?

Jawaban :

4. Apakah semua obat dapat dibeli untuk pengobatan mandiri tanpa periksa ke Puskesmas/RS/dokter praktek?

Jawaban :

5. Apakah Anda tahu arti istilah obat bebas atau obat bebas terbatas? Jawaban :

*Jika Tahu:

a. Dapatkah anda memberikan contoh obatnya ?

Jawaban :

b. Dimanakah obat tersebut bisa dibeli?

Jawaban :

c. Apakah ketika membeli obat tersebut harus dengan resep dari dokter?

Jawaban :

d. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tersebut? (tablet, kapsul, serbuk, cairan, dll Lingkari pilihan anda, pilihan bisa lebih dari 1)

6. Apakah Anda pernah melihat lambang pada kemasan obat dibawah?

Jawaban :

a. Manakah diantara lambang obat dibawah yang dapat anda beli tanpa resep dokter?

SIKAP

7. Ketika sakit manakah yang akan anda lakukan, periksa ke dokter atau

melakukan pengobatan mandiri ?

Jawaban :

*Jika melakukan pengobatan mandiri


(35)

Jawaban :

9. Apakah alasan anda melakukan pengobatan mandiri dibandingkan memeriksa

ke dokter/puskesmas/ rumah sakit ? Jawaban :

10.Apakah anda menyukai melakukan pengobatan mandiri ?

Jawaban :

11.Menurut anda, apakah pengobatan mandiri bermanfaat untuk menyembuhkan

penyakit yang anda alami ? Jawaban :

TINDAKAN

12.Apakah anda pernah melakukan pengobatan mandiri selama 1 bulan terakhir?

Jawaban :

13.Apakah anda akan kembali melakukan pengobatan mandiri ketika sakit ?

Jawaban :

PROFIL PENGGUNAAN OBAT

14.Ketika sakit manakah yang anda gunakan, obat modern atau obat tradisional ? Jawaban :

Jawablah pertanyaan nomor 15 bila anda menggunakan obat modern saja ATAU jawabalah pertanyaan nomor 16 bila anda menggunakan obat tradisional saja

ATAU Jawablah pertanyaan nomor 15 dan 16 bila anda menggunakan obat

modern dan obat tradisional,

15.Jika menggunakan obat modern,

a. Apa nama obatnya? Sebutkan !

Jawaban:

b. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut? Jawaban:

c. bagaimana cara mendapatkan obat tersebut?

*Jika dengan cara membeli

1. dimanakah obat tersebut Anda beli?

Jawaban :

2. berapa harga obat tersebut ? Jawaban :

3. Berapa jarak antara tempat tinggal Anda dengan tempat untuk

membeli obat tersebut? Jawaban:

*Jika memperoleh dari orang lain,


(36)

Jawaban :

d. Untuk siapakah obat tersebut digunakan(diri sendiri, suami/anak,

anggota keluarga lain)?

Jawaban :

e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat

tersebut? Jawaban:

f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan)

mengkonsumsi obat tersebut ? Jawaban:

g. Apakah ada efek samping yang dirasakan ketika menggunakan obat tersebut?

Jawaban:

h. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tersebut?

Jawaban:

i. Apakah Anda (orang yang menggunakan obat tersebut) sembuh setelah

diobati dengan obat tersebut? Jawaban:

16.Jika menggunakan obat tradisional

a. Apa nama obat tradisional yang anda gunakan ?

Jawaban:

b. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tradisional tersebut? Jawaban:

c. bagaimana cara mendapatkan obat tradisional tersebut?

*Jika dengan cara membeli

4. dimanakah obat tersebut Anda beli?

Jawaban :

5. berapa harga obat tersebut ? Jawaban :

6. Berapa jarak antara tempat tinggal Anda dengan tempat untuk

membeli obat tersebut? Jawaban:

*Jika memperoleh dari orang lain,

2. siapakah yang memberikannya?

Jawaban :

d. Untuk siapakah obat tradisional tersebut (diri sendiri, suami/anak,

anggota keluarga lain)?

Jawaban :

e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat

tradisional tersebut? Jawaban:


(37)

f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tradisional tersebut ?

Jawaban:

g. Apakah ada efek samping yang dirasakan ketika menggunakan obat

tradisional tersebut? Jawaban:

h. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut?

Jawaban:

i. Apakah Anda (orang yang menggunakan obat tersebut) sembuh setelah

diobati dengan obat tradisonal tersebut? 17. Jawaban:


(38)

Lampiran 6. Data Persentase

Karakteristik Parameter N=96 %

Usia

23-28 5 5

29-34 24 25

35-40 25 26

41-46 16 16.7

47-52 7 7.3

53-58 18 18.8

59-64 1 1

Pekerjaan

Tidak Bekerja(Ibu

Rumah Tangga) 64 66.7 Bekerja (Petani &

wiraswasta 32 33.3

Status Pernikahan Menikah 91 94.8

Pernah

Menikah(Janda) 5 5.2

Pendidikan Terakhir SD 56 58.3

SMP 21 21.9

SMA 19 19.8

Pendapatan per Bulan < 1 Juta 75 78.1

1 Juta-1,5 Juta


(39)

Pengetahuan Responden

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

1 Istilah pengobatan mandiri Pernah Mendengar 73 76 Belum Pernah Mendengar 23 24 2 Sumber informasi Kerabat / Tetangga 52 71,2

Tv/ Radio 16 21,9

Petugas Puskesmas 5 6,8 3 Pengertian pengobatan mandiri Pengobatan yang dilakukan

tanpa bantuan orang lain

39 53,4 Mengobati panas, demam,

flu, sakit kepala dll

11 15,1 Menggunakan bahan-bahan

alam

8 11

Tidak membutuhkan pemeriksaan dokter

8 11

Memakai obat-obatan yang ada di rumah

7 9,6 4 Obat-obatan untuk pengobatan mandiri bisa

dibeli tanpa pemeriksaan ke dokter

Tidak semua bisa dibeli tanpa periksa kedokter

47 49 Semua bisa dibeli tanpa

periksa ke dokter

49 51 5s Istilah obat bebas dan obat bebas terbatas Tahu 23 24

Tidak Tahu 73 76

a, Contoh obat bebas dan bebas terbatas

Paracetamol 11 47,8

Amoxicilin 6 26,1

Konidin 2 8,7

dll (CTM, asam mefenamat, komix, promag)

4 17,4 b, Tempat membeli obat bebas dan bebas terbatas Apotik 19 82,6 Kios / warung 4 17,4 c, Perlu atau tidak resep untuk membeli obat bebas

dan bebas terbatas Perlu 3

13

Tidak perlu 20 87

d, Bentuk - bentuk obat bebas dan bebas terbatas Tablet 16 69,6

Kapsul 4 17,4

Serbuk 2 8,7

Cairan 1 4,3

6 Melihat lambang pada kemasan obat Pernah 60 62,5 Belum pernah 36 37,5 a, Lambang obat yang dapat dibeli tanpa resep

dokter (Hijau)Obat Bebas

29 48,3 (Biru)Obat Bebas Terbatas 24 40 (Merah)Obat Keras 7 11,7


(40)

Sikap dan Tindakan Responden

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

7 Pilihan responden ketika sakit

Pengobatan mandiri

62 64,6 Periksa ke dokter 34 35,4 8 Alasan responden

melakukan pengobatan mandiri

Mudah dilakukan 2% 3,2 Sakit cepat ditangani 5 8,1

Pernah dilakukan

sebelumnya 20 32,3 Menghemat waktu berobat 14 22,6 Penyakit yang dialami masih

ringan 21 33,9

9

Alasan responden memilih pengobatan mandiri daripada periksa ke dokter

Jarak apotek dan puskesmas

jauh dari rumah 7 11.3 Dokter tidak selalu ada di

puskesmas 2 3.2

Terbatasnya biaya berobat ke

dokter 28 45.2

Lebih hemat 5 8.1

Ingin mencoba sendiri

terlebih dahulu 4 6.5

Murah 7 11.3

Obat mudah didapat 5 8.1 Sakit lebih cepat teratasi 4 6.5 10 Menyukai pengobatan mandiri

Menyukai 62 64.6

Tidak Menyukai 34 35.4 11 Pengobatan mandiri memberi

manfaat

Bermanfaat 57 91.0 Tidak Bermanfaat 5 8.1

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

12 Melakukan pengobatan mandiri 1 bulan terakhir

Melakukan 96 100

Tidak Melakukan - - 13 Kembali melakukan pengobatan

mandiri ketika sakit Kembali melakukan 53 55.2 Tidak kembali melakukan 34 35.4


(41)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT

Pertany

aan

Pola Penggunaan Obat Parameter N=96 (%)

14 Pilihan Obat Obat Modern 50 52,1

Obat Tradisional 47 49

15,a Obat modern yang digunakan

PCT 20 40

panadol 2 4

konidin 17 34

paramex 16 32

ranitidine 1 2

Komix 4 8

procold 7 14

oralit 1 2

bodrex 1 2

amoxicilin 9 18

CTM 3 6

bintang 7 2 4

Asam Mefenamat 2 4

inza 9 18

betadine 5 10

15,b Keluhan / penyakit yang diobati Demam 28 56

Sakit Kepala 27 54

Flu dan Batuk 21 42

Luka-luka 7 14

Maag 2 4

Diare 2 4

sakit gigi 9 18

alergi 4 8

15,c,1

Sumber mendapatkan obat Kios / Warung 34 68

Apotik 3 6

Petugas Pustu 13 26

c,2 Kisaran Harga Obat 500 - 1500 14 28

2000 - 3000 23 46

5000 - 10000 5 10

15000 - 30000 7 14

> 30000 1 2

c,3 Jarak tempat tinggal dengan tempat membeli obat

5 - 10 m 27 54

15 - 25 m 13 26

30 - 50 m 5 10

100 - 500 m 2 4

1 - 5 km 3 6

d, Individu yang menggunakan obat

Diri Sendiri 22 44

Suami 13 26

Anak 15 30

e, Lama penggunaan obat

2-3 hari 28 56


(42)

f, Frekuensi penggunaan obat / hari

1 x sehari 5

10

2 x sehari 7 14

3 x sehari 38 76

g, Adanya efek samping obat

Ya(Mengantuk) 6 12

Tidak 44 88

h, Alasan pemilihan obat Berdasarkan

Pengalaman 13 26

Dapat

Menyembuhkan

6 12

Murah 35 70

Mudah di Dapat 17 34

Praktis 8 16

i,

Hasil Pengobatan

Sembuh 39 78

Tidak sembuh 11 22

16,a Obat tradisional yang digunakan

Daun Pepaya 5 10,6

Daun Beluntas 3 6,4

Kemangi 1 2,1

Kencur 1 2,1

Daun Srikaya 2 4,3

Buah Cinta 2 4,3

Daun Asam 1 2,1

Daun Kelor 5 10,6

Daun Sukun 2 4,3

Pucuk Kujawas ( Jambu Biji)

22 46,8

Pucuk Kusambi 22 46,8

Jeruk nipis 3 6,4

Kunyit + Kemiri 2 4,3

b Keluhan / penyakit yang diobati

Malaria 8 17,0

Perut Kembung 1 2,1

Batuk Berdahak 1 2,1

Sakit Pinggang 2 4,3

Panas Tinggi 1 2,1

Asam Urat 5 10,6

Jantung 2 4,3

Diare 29 61,7

Batuk 3 6,4

Luka-luka 2 4,3

c,

Sumber mendapatkan obat

Tetangga 21 44,7

Milik Sendiri

(Kebun Keluarga) 26 55,3

d, Individu pengguna obat

Diri Sendiri 26 55,3

Suami 11 23,4


(43)

Anggota keluarga lain (Mertua dan Keponakan

5 10,6

e, Lama penggunaan obat

Selama gejala / Sakit 12 25,5

1-3 hari 30 63,8

4-5 hari 5 10,6

f, Frekuensi penggunaan obat / hari

1 x sehari 5 10,6

2 x sehari 9 19,1

3 x sehari 33 70,2

g, Adanya efek samping obat

Ya - -

Tidak 47 100

h, Alasan pemilihan obat

Sudah Tersedia di

Kebun Rumah 26 55,3

Pengalaman 8 17

Terbatasnya biaya

berobat 15 31,9

Mudah dan praktis 3 6,4

Alami 3 6,4

4 8,5

15 31,9

i,

Hasil Pengobatan

Sembuh 47 100


(44)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Profil Penggunaan Obat dan Perilaku Pengobatan Mandiri di Kalangan Ibu-Ibu Desa Oelnasi, Nusa Tenggara Timur” bernama lengkap Yohana Febriani Putri Peu Patty. Anak dari pasangan Bapak Petrus Peu dan Ibu Ta Persiana. Penulis lahir di Dili, 24 Februari 1996 dan mengawali masa pendidikannya di TK Santa Maria Imaculata (2000-2001) kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar SD Katolik Santo Yoseph 1 (2001-2007), SMP Negeri 2 Kupang (2007-2010), SMA Negeri 3 Kupang (2010-2013) dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2013. Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis cukup aktif dan terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan yaitu anggota seksi humas “Angkringan Lintas Iman 2014” anggota seksi liturgi “Panitia Paskah 2015”, dan anggota seksi dana dan usaha “Donor Darah JMKI 2015. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Farmasi Fisika serta Anatomi dan Fisiologi Manusia tahun ajaran 2016/2017.


(45)

(1)

Sikap dan Tindakan Responden

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

7 Pilihan responden ketika sakit

Pengobatan mandiri

62 64,6

Periksa ke dokter 34 35,4

8 Alasan responden

melakukan pengobatan mandiri

Mudah dilakukan 2% 3,2

Sakit cepat ditangani 5 8,1

Pernah dilakukan

sebelumnya 20 32,3

Menghemat waktu berobat 14 22,6 Penyakit yang dialami masih

ringan 21 33,9

9

Alasan responden memilih pengobatan mandiri daripada periksa ke dokter

Jarak apotek dan puskesmas

jauh dari rumah 7 11.3

Dokter tidak selalu ada di

puskesmas 2 3.2

Terbatasnya biaya berobat ke

dokter 28 45.2

Lebih hemat 5 8.1

Ingin mencoba sendiri

terlebih dahulu 4 6.5

Murah 7 11.3

Obat mudah didapat 5 8.1

Sakit lebih cepat teratasi 4 6.5 10 Menyukai pengobatan mandiri

Menyukai 62 64.6

Tidak Menyukai 34 35.4

11 Pengobatan mandiri memberi manfaat

Bermanfaat 57 91.0

Tidak Bermanfaat 5 8.1

Pertanyaan Karakteristik Parameter N=96 (%)

12 Melakukan pengobatan mandiri 1 bulan terakhir

Melakukan 96 100

Tidak Melakukan - - 13 Kembali melakukan pengobatan

mandiri ketika sakit Kembali melakukan 53 55.2 Tidak kembali melakukan 34 35.4


(2)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT

Pertany

aan

Pola Penggunaan Obat Parameter N=96 (%)

14 Pilihan Obat Obat Modern 50 52,1

Obat Tradisional 47 49

15,a Obat modern yang digunakan

PCT 20 40

panadol 2 4

konidin 17 34

paramex 16 32

ranitidine 1 2

Komix 4 8

procold 7 14

oralit 1 2

bodrex 1 2

amoxicilin 9 18

CTM 3 6

bintang 7 2 4

Asam Mefenamat 2 4

inza 9 18

betadine 5 10

15,b Keluhan / penyakit yang diobati Demam 28 56

Sakit Kepala 27 54

Flu dan Batuk 21 42

Luka-luka 7 14

Maag 2 4

Diare 2 4

sakit gigi 9 18

alergi 4 8

15,c,1

Sumber mendapatkan obat Kios / Warung 34 68

Apotik 3 6

Petugas Pustu 13 26

c,2 Kisaran Harga Obat 500 - 1500 14 28

2000 - 3000 23 46

5000 - 10000 5 10

15000 - 30000 7 14

> 30000 1 2

c,3 Jarak tempat tinggal dengan tempat membeli obat

5 - 10 m 27 54

15 - 25 m 13 26

30 - 50 m 5 10

100 - 500 m 2 4

1 - 5 km 3 6

d, Individu yang menggunakan obat

Diri Sendiri 22 44

Suami 13 26

Anak 15 30

e, Lama penggunaan obat

2-3 hari 28 56


(3)

f, Frekuensi penggunaan obat / hari

1 x sehari 5

10

2 x sehari 7 14

3 x sehari 38 76

g, Adanya efek samping obat

Ya(Mengantuk) 6 12

Tidak 44 88

h, Alasan pemilihan obat Berdasarkan

Pengalaman 13 26

Dapat

Menyembuhkan

6 12

Murah 35 70

Mudah di Dapat 17 34

Praktis 8 16

i,

Hasil Pengobatan

Sembuh 39 78

Tidak sembuh 11 22

16,a Obat tradisional yang digunakan

Daun Pepaya 5 10,6

Daun Beluntas 3 6,4

Kemangi 1 2,1

Kencur 1 2,1

Daun Srikaya 2 4,3

Buah Cinta 2 4,3

Daun Asam 1 2,1

Daun Kelor 5 10,6

Daun Sukun 2 4,3

Pucuk Kujawas ( Jambu Biji)

22 46,8

Pucuk Kusambi 22 46,8

Jeruk nipis 3 6,4

Kunyit + Kemiri 2 4,3

b Keluhan / penyakit yang diobati

Malaria 8 17,0

Perut Kembung 1 2,1

Batuk Berdahak 1 2,1

Sakit Pinggang 2 4,3

Panas Tinggi 1 2,1

Asam Urat 5 10,6

Jantung 2 4,3

Diare 29 61,7

Batuk 3 6,4

Luka-luka 2 4,3

c,

Sumber mendapatkan obat

Tetangga 21 44,7

Milik Sendiri

(Kebun Keluarga) 26 55,3

d, Individu pengguna obat

Diri Sendiri 26 55,3

Suami 11 23,4


(4)

Anggota keluarga lain (Mertua dan Keponakan

5 10,6

e, Lama penggunaan obat

Selama gejala / Sakit 12 25,5

1-3 hari 30 63,8

4-5 hari 5 10,6

f, Frekuensi penggunaan obat /

hari

1 x sehari 5 10,6

2 x sehari 9 19,1

3 x sehari 33 70,2

g, Adanya efek samping obat

Ya - -

Tidak 47 100

h, Alasan pemilihan obat

Sudah Tersedia di

Kebun Rumah 26 55,3

Pengalaman 8 17

Terbatasnya biaya

berobat 15 31,9

Mudah dan praktis 3 6,4

Alami 3 6,4

4 8,5

15 31,9

i,

Hasil Pengobatan

Sembuh 47 100


(5)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Profil Penggunaan Obat dan

Perilaku Pengobatan Mandiri di Kalangan Ibu-Ibu Desa

Oelnasi,

Nusa Tenggara Timur” bernama lengkap Yohana

Febriani Putri Peu Patty. Anak dari pasangan Bapak Petrus

Peu dan Ibu Ta Persiana. Penulis lahir di Dili, 24 Februari

1996 dan mengawali masa pendidikannya di TK Santa

Maria Imaculata (2000-2001) kemudian melanjutkan ke

Sekolah Dasar SD Katolik Santo Yoseph 1 (2001-2007),

SMP Negeri 2 Kupang (2007-2010), SMA Negeri 3 Kupang

(2010-2013) dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan

sarjana di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta pada

tahun 2013. Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis

cukup aktif dan terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan yaitu anggota seksi humas

“Angkringan Lintas Iman 2014” anggota seksi liturgi “Panitia Paskah 2015”, dan anggota

seksi dana dan usaha “Donor Darah JMKI 2015. Selain itu penulis juga pernah menjadi

asisten praktikum Farmasi Fisika serta Anatomi dan Fisiologi Manusia tahun ajaran

2016/2017.


(6)