Gambaran Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan

(1)

LAPORAN PENELITIAN

Gambaran Penggunaan Obat Pencahar

Sebagai Obat Pelangsing

di Kalangan Ibu-ibu

di Kota Medan

OLEH :

NURDIYANA BT. ABDULLAH

080100430

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

Gambaran Penggunaan Obat Pencahar

Sebagai Obat Pelangsing

di Kalangan Ibu-ibu

di Kota Medan

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

NURDIYANA BT. ABDULLAH

080100430

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar

Sebagai Obat Pelangsing

di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan Nama : Nurdiyana bt. Abdullah

NIM : 080100430

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK NIP : 19530417 198003 2 001

Penguji I

dr. Isti Ilmiati F.MSc,CM-FM, M.Pd.Ked NIP: 19670527 19903 2001

Penguji II

dr. Rita Evalina, Sp.A(K) NIP: 140360090

Medan, Januari 2012

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit (konstipasi). Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus sehingga bisa menyebabkan zat-zat nutrisi dari makanan kurang diserap lalu menyebabkan penurunan berat badan. Namun, penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dapat memberikan dampak negatif kepada usus dengan tempoh penggunaan yang lama karena bisa mengubah kolon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita berusia 25-40 tahun yang berkunjung ke klinik-klinik pelangsingan di Medan. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 97 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik consecutive sampling. Pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan, sikap dan tindakan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 97 orang responden, pengetahuan terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik (52.6%), sikap reponden adalah baik (69.1%), dan tindakan responden adalah cukup (60.8%). Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik. Bagi penelitian selanjutnya mungkin bisa diperbaiki agar lebih sempurna.


(5)

ABSTRACT

Laxatives work by stimulating peristaltic motion in intestinal wall to promote defecation and to reduce constipation so that feces are not hard and the defecation process becomes normal. Generally mechanism of action in laxatives includes reduction of water and electrolytes absorption, increasing the osmolality in lumen and increasing the hydrostatic pressure in intestine. The process leads to decrease absorption of nutrition in body and eventually will make body weight drops. Therefore the usage of laxatives in long period will give negative impact to the intestine as it will change the structure of colon.

This study is conducted to show the general picture of the usage of laxatives as slimming product in women who live in Medan using the descriptive research method. Study population consists of married women with children aged 25-40 years old who visited slimming clinics. Minimal samples number achieved at least 97 people. Sampling technique used is non-probability technique, with consecutive sampling. Measure of respondents’ knowledge, attitude and action about usage of laxatives as slimming product are by interviews, followed by structured questionnaires. Knowledge, attitude and action are grouped into three categories; good, moderate and poor.

Based on the research results from 97 respondents, (52.6%) had good knowledge good attitude (69.1%) and moderate action (60.8%). The conclusion from this research is respondents’ knowledge, attitude and action levels are good about the usage of laxatives as slimming product. For further research, it needs to be assessed more thoroughly so it will become more perfect.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Laporan hasil penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan” ini dIbu-ibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas. 2. Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp. FK selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3.dr. Isti Ilmiati F., MSc, CMFM, selaku dosen penguji I dan dr. Rita Evalina, Sp. A, selaku dosen penguji II. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang diberikan untuk penulis.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).


(7)

6. Pihak lain seperti responden-responden penelitian yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.

Medan, 12 Desember 2011,

Penulis,

Nurdiyana Bt. Abdullah Universitas Sumatera Utara


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan .………... i

Daftar Isi………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 2

1.3.Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….... 4

2.1. Penggunaan Utama Obat Pencahar... 4

2.1.1 Konstipasi ... 4

2.1.2 Pengertian Obat Pencahar... 5

2.1.3 Dampak Negatif Obat Pencahar ... 8

2.2. Obat-obat Pelangsing Lain... 9

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 11

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 11

3.2. Defenisi Operasional... 11

3.3. Cara Ukur... 11

.4. Alat Ukur... 12

.5. Hasil Pengukuran... 12

3.6. Skala Pengukuran... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian... 14

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 14

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 14

4.4. Metode Pengumpulan Data... 14

4.4.1 Data Primer………... 16

4.4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas... 16

4.5. Etika Penelitian ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...20


(9)

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 20

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden……….. 20

5.3. Hasil Analisis Data………. 21

5.4. Pembahasan……… 34

5.4.1 Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan………... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...39

6.1. Kesimpulan...39

6.2. Saran...40

DAFTAR PUSTAKA... 41


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian 20 5.1.1 Karakteristik pekerjaan responden yang 20 mengikuti penelitian

5.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat pengetahuan 21 responden

5.2.1 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat sikap 22 responden

5.2.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat tindakan 22 responden

5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang 23 Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

5.3.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Tentang 23 Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

5.3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Tentang 24 Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 25 Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai

Obat Pelangsing Sesuai Umur 5.4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden 26 Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai

Obat Pelangsing Sesuai Umur

5.4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden 27 Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai

Obat Pelangsing Sesuai Umur

5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 29 Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai

Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan


(11)

Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

5.5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden 31 Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai

Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nombor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Subyek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Lembar Ethical Clearence Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Master Data

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


(14)

ABSTRAK

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit (konstipasi). Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus sehingga bisa menyebabkan zat-zat nutrisi dari makanan kurang diserap lalu menyebabkan penurunan berat badan. Namun, penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dapat memberikan dampak negatif kepada usus dengan tempoh penggunaan yang lama karena bisa mengubah kolon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah wanita berusia 25-40 tahun yang berkunjung ke klinik-klinik pelangsingan di Medan. Jumlah sampel minimal adalah sebanyak 97 orang. Penarikan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik consecutive sampling. Pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Pengetahuan, sikap dan tindakan ini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.

Berdasarkan hasil penelitian dari 97 orang responden, pengetahuan terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik (52.6%), sikap reponden adalah baik (69.1%), dan tindakan responden adalah cukup (60.8%). Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik. Bagi penelitian selanjutnya mungkin bisa diperbaiki agar lebih sempurna.


(15)

ABSTRACT

Laxatives work by stimulating peristaltic motion in intestinal wall to promote defecation and to reduce constipation so that feces are not hard and the defecation process becomes normal. Generally mechanism of action in laxatives includes reduction of water and electrolytes absorption, increasing the osmolality in lumen and increasing the hydrostatic pressure in intestine. The process leads to decrease absorption of nutrition in body and eventually will make body weight drops. Therefore the usage of laxatives in long period will give negative impact to the intestine as it will change the structure of colon.

This study is conducted to show the general picture of the usage of laxatives as slimming product in women who live in Medan using the descriptive research method. Study population consists of married women with children aged 25-40 years old who visited slimming clinics. Minimal samples number achieved at least 97 people. Sampling technique used is non-probability technique, with consecutive sampling. Measure of respondents’ knowledge, attitude and action about usage of laxatives as slimming product are by interviews, followed by structured questionnaires. Knowledge, attitude and action are grouped into three categories; good, moderate and poor.

Based on the research results from 97 respondents, (52.6%) had good knowledge good attitude (69.1%) and moderate action (60.8%). The conclusion from this research is respondents’ knowledge, attitude and action levels are good about the usage of laxatives as slimming product. For further research, it needs to be assessed more thoroughly so it will become more perfect.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat badan yang berlebihan adalah salah satu masalah yang dihadapi pada wanita yang sudah memiliki anak. Dengan obesitas tersebut, seseorang lalu berusaha memulihkan berat badannya seperti semula. Ketidaknyamanan juga dialami ketika seseorang berinteraksi dengan linkungan sosial, pekerjaan, dan bahkan keluarga. Beberapa cara dapat ditempuh karena banyak sekali tawaran yang tersedia di masyarakat. Namun, hasilnya amat beragam, dari berhasil total hingga justru menambah masalah baru karena selain gagal juga menimbulkan banyak efek samping (Yoice, 2007).

Akhir-akhir ini banyak kemunculan obat penurun lemak tubuh di berbagai media komunikasi baik televisi maupon koran. Obat-obat tersebut dijual dalam berbagai bentuk mulai dari berbentuk krim sehingga tablet. Kemunculan berbagai obat penurun lemak ini disebabkan banyak konsumen yang tertarik membelinya, terutama individu yang mengalami kegemukan. Kegemukan merupakan suatu momok bagi setiap individu selain berbahaya bagi kesehatan juga dapat membuat seseorang tidak menarik dari segi fisik (Ade, 2006).

Pada saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita kegemukan. Berdasarkan data yang diterima oleh WHO (World Health Organisation), kian hari kian bertambah jumlah penderita yang mengalami masalah kelebihan berat badan. Menurut data penelitian terakhir di Amerika Serikat sekitar 30% orang dewasa menderita obesitas (Ade, 2006).

Ibu-ibu yang mengalami masalah kegemukan tubuh badan ini cenderung untuk mencoba pelbagai jenis obat pelangsing yang ada di pasaran dan di antaranya adalah obat pencahar. Kebanyakan ‘health authorities’ tidak menggalakkan penggunaan obat pencahar (laksatif) untuk menurunkan berat badan karena obat pencahar tidak mengurangkan absorbsi kalori makanan secara signifikan. Walaubagaimana pun, daun teh ‘senna’ (atau preparat dalam bentuk kapsul atau tablet) banyak digunakan untuk tujuan ini dan merupakan import terbesar dari


(17)

China dan Eropah. Obat pencahar dalam bentuk stimulan adalah yang paling banyak digunakan untuk mengawal berat badan karena jenis ini meningkatkan peristalsis usus (Muller-Lissner, 1993).

Di Indonesia sendiri bilangan ibu-ibu yang menggunakan obat pencahar sebagai obat pelangsing semakin meningkat. Namun data rasmi tidak didapatkan untuk populasi penggunaan obat pencahar ini.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: ‘Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan’.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah ‘Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan’.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu muda berumur 25-40 tahun di beberapa buah klinik pelangsingan di Kota Medan pada tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu mengenai penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu mengenai pengunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dari segi umur dan pekerjaan responden.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memperoleh gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di di kalangan ibu-ibu di Kota Medan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan responden penelitian mengenai dampak penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

3. Memberi kesadaran kepada responden penelitian mengenai penggunaan obat pencahar yang rasional bagi lebih memahami cara swa medikasi yang tepat dan mengelakkan penggunaan obat yang salah ‘drug misuse’ dan penyalahgunaan obat ‘drug abuse’.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGGUNAAN UTAMA OBAT PENCAHAR

2.1.1 KONSTIPASI

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan melalui lambung, usus halus, dan akhirnya menuju usus besar/ kolon. Di dalam kolon inilah terjadi penyerapan cairan dan pembentukan massa feses. Bila massa feses berada terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan yang diserap juga banyak, akibatnya konsistensi feses menjadi keras dan kering sehingga dapat menyulitkan pada saat pengeluaran feses. Konstipasi merupakan suatu kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan defekasi akibat tinja yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh maupun gangguan refleks defekasi (Arif & Sjamsudin, 1995) yang mengakibatkan frekuensi maupun proses pengeluaran feses terganggu. Frekuensi defekasi/ buang air besar (BAB) yang normal adalah 3 sampai 12 kali dalam seminggu. Namun, seseorang baru dapat dikatakan konstipasi jika ia mengalami frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, disertai konsistensi feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses besar-besar maupun akibat terjadinya gangguan refleks defekasi), serta mengalami sensasi rasa tidak puas pada saat BAB (McQuaid, 2006). Orang yang frekuensi defekasi/ BAB-nya kurang dari normal belum tentu menderita konstipasi jika ukuran maupun konsistensi fesesnya masih normal. Konstipasi juga dapat disertai rasa tidak nyaman pada bagian perut dan hilangnya nafsu makan.

Konstipasi sendiri sebenarnya bukanlah suatu penyakit, tetapi lebih tepat disebut gejala yang dapat menandai adanya suatu penyakit atau masalah dalam tubuh (Dipiro, et al, 2005), misalnya terjadi gangguan pada saluran pencernaan (irritable bowel syndrome), gangguan metabolisme (diabetes), maupun gangguan pada sistem endokrin (hipertiroidisme).


(20)

2.1.2 PENGERTIAN OBAT PENCAHAR

Sasaran terapi konstipasi yaitu: (1) massa feses, (2) refleks peristaltik dinding kolon. Tujuan terapinya adalah menghilangkan gejala, artinya pasien tidak lagi mengalami konstipasi atau proses defekasi/ BAB (meliputi frekuensi dan konsistensi feses) kembali normal. Strategi terapi dapat menggunakan terapi farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi non-farmakologis digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB pada pasien konstipasi, yaitu dengan menambah asupan serat sebanyak 10-12 gram per hari dan meningkatkan volume cairan yang diminum, serta meningkatkan aktivitas fisik/ olahraga. Sumber makanan yang kaya akan serat, antara lain: sayuran, buah, dan gandum. Serat dapat menambah ‘volume’ feses (karena dalam saluran pencernaan manusia ia tidak dicerna), mengurangi penyerapan air dari feses, dan membantu mempercepat feses melewati usus sehingga frekuensi defekasi/ BAB meningkat (Dipiro, et al, 2005).

Sedangkan terapi farmakologis dengan obat laksatif/ pencahar digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang kering dan keras. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus. Obat pencahar ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya penyerapan cairan menjadi organ yang mensekresikan air dan elektrolit (Dipiro, et al, 2005). Obat pencahar sendiri dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu: (1) pencahar yang melunakkan feses dalam waktu 1-3 hari (pencahar bulk-forming, docusates, dan laktulosa); (2) pencahar yang mampu menghasilkan feses yang lunak atau semi-cair dalam waktu 6-12 jam (derivat difenilmetan dan derivat antrakuinon), serta (3) pencahar yang mampu menghasilkan pengluaran feses yang cair dalam waktu 1-6 jam (saline cathartics, minyak castor, larutan elektrolit polietilenglikol).

Pencahar yang melunakkan feses secara umum merupakan senyawa yang tidak diabsorpsi dalam saluran pencernaan dan beraksi dengan meningkatkan volume padatan feses dan melunakkan feses supaya lebih mudah dikeluarkan. Pencahar bulk-forming meningkatkan volume feses dengan menarik air dan


(21)

membentuk suatu hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan merangsang gerak peristaltik. Penggunaan obat pencahar ini perlu memperhatikan asupan cairan kedalam tubuh harus mencukupi, jika tidah bahaya terjadi dehidrasi.

Derivat difenilmetan yang biasa digunakan adalah bisakodil dan fenolptalein. Senyawa-senyawa ini merangsang sekresi cairan dan saraf pada mukosa kolon yang mengakibatkan kontraksi kolon sehingga terjadi pergerakan usus (peristaltik) dalam waktu 6-12 jam setelah diminum, atau 15-60 menit setelah diberikan melalui rektal. Namun penggunaan fenilptalein sudah dilarang karena bersifat karsinogen. Senyawa ini tidak direkomendasikan untuk digunakan tiap hari. Jarak antara setiap kali penggunaan harus cukup lama, sekitar beberapa minggu, untuk mengobati konstipasi ataupun untuk mempersiapkan pengosongan kolon jika diperlukan untuk pembedahan.

Saline cathartics merupakan garam anorganik yang mengandung ion-ion seperti Mg, S, P, dan sitrat, yang bekerja dengan mempertahankan air tetap dalam saluran cerna sehingga terjadi peregangan pada dinding usus, yang kemudian merangsang pergerakan usus (peristaltik). Selain itu, Mg juga merangsang sekresi kolesitokinin, suatu hormon yang merangsang pergerakan usus besar dan sekresi cairan. Senyawa ini dapat diminum ataupun diberikan secara rektal. Pencahar saline ini juga dapat digunakan untuk mengosongkan kolon dengan cepat sebagai persiapan sebelum pemeriksaan radiologi, endoskopi, dan pembedahan pada bagian perut (Gangarosa & Seibertin, 2003).

Secara umum, penggunaan pencahar untuk mengatasi konstipasi sebaiknya dihindari. Namun, jika konstipasi yang terjadi dapat menimbulkan keparahan kondisi pasien, misalnya pada pasien wasir atau pasien yang baru menjalani pembedahan perut, penggunaan obat pencahar sangat diperlukan. Berikut adalah obat yang dipilih untuk digunakan mengatasi konstipasi yang tidak cukup jika diatasi hanya dengan fiber:

NAMA GENERIK: Bisacodyl

NAMA DAGANG DI INDONESIA : Dulcolax®, Bicolax®, Codylax®, Laxacod®,


(22)

INDIKASI

Konstipasi; sebelum prosedur radiologi dan bedah. Semua bentuk sembelit, memudahkan buang air besar pada kondisi dengan rasa sakit seperti pada hemorrhoid (wasir), pengosongan lambung-usus sebelum & sesudah operasi. KONTRA INDIKASI

Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami sumbatan pada usus (ileus), kondisi pembedahan perut akut, maupun dalam kondisi dehidrasi berat. PERHATIAN

Penggunaan senyawa ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan kram perut yang parah dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, juga tidak boleh digunakan untuk pasien hamil dan menyusui.

EFEK SAMPING

Jarang: rasa tidak enak pada perut, diare. BENTUK SEDIAAN

Tablet 5 mg (Bicolax®, Codylax®, Laxacod®, Laxamex®, Melaxan®, Prolaxan®,

Toilax®) dan 10 mg (Dulcolax®, Stolax®).

DOSIS

Untuk konstipasi, dewasa: 5-10 mg malam hari; kadang-kadang perlu dinaikkan menjadi 15-20 mg. Anak kurang dari 10 tahun : 5 mg.

Pemeriksaan radiografik, sebelum dan sesudah operasi :

- dewasa : 2-4 tablet pada malam sebelum pemeriksaan dan 1 suppositoria pada pagi harinya (di hari pemeriksaan).


(23)

- anak-anak berusia 4 tahun atau lebih : 1 tablet pada sore hari sebelum pemeriksaan dan 1 suppositoria pada pagi harinya (di hari pemeriksaan).

Obat golongan laksatif atau pencahar sering dipakai untuk mengurangi berat badan dengan melancarkan BAB (buang air besar) diharapkan berat badan juga relatif terkontrol. Banyak sediaan suplemen yang mengandung high-fiber yang ”diindikasikan” untuk melangsingkan tubuh dan dapat diperoleh secara bebas. Serat tinggi tadi diharapkan mengembang di saluran cerna dan memicu gerakan peristaltik usus sehingga akan memudahkan BAB. Walaupun mungkin berhasil, tetapi efeknya umumnya tidak terlalu signifikan. Selain sejenis fiber ini, beberapa pencahar lain juga sering dipakai sebagai pelangsing. Penggunaan pencahar sebagai pelangsing dalam waktu lama tidak disarankan karena usus akan menjadi “malas”, akan bekerja jika ada pemicunya, dan hal ini akan menjadikan semacam “ketergantungan”.

2.1.3 DAMPAK NEGATIF OBAT PENCAHAR

Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak negatif seperti: gangguan emosi, hiperaktivitas, sulit tidur, perut kembung dan perih, keletihan terus menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah, dan tubuh gemetar. Ada juga yang menggangu kesuburan dan sikulasi menstruasi . Penggunaan obat pelangsing yang bersifat pencahan atau laksatif dapat menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan, sehingga membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap. Akibatnya bila konsumsi obat dihentikan maka tubuh akan semakin gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan.

Penggunaan laksatif yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan BAB – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laksatif bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).


(24)

2.2 OBAT-OBAT PELANGSING LAIN

1. Orlistat (Xenical)

Obat ini menggurangi penyerapan lemak di usus dengan cara menghambat enzim lipase dari pankreas. Lipase adalah enzim yang bertugas menguraikan lemak. Obat ini bisa menyebabkan feses menjadi berlemak, perut kembung, dan kontrol BAB terganggu. Tetapi efek samping ini bisa dikurangi jika asupan makanan berlemak di kurangi.

2. Sibutramin (Meridia, Reductil)

Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan neurotransmiter di otak, yaitu menghambat ‘re-uptake’ serotonin dan norepinefrin. Namun obat ini harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.

Sibutramin inilah yang sering ditambahkan oleh produsen nakal jamu pelangsing, sehingga beberapa waktu lalu pernah dilakukan penarikan 6 merk jamu pelangsing oleh Badan POM karena dicampur dengan sibutramin. Sungguh, pencampuran jamu pelangsing dengan sibutramin ini merupakan tindakan kriminal yang sama sekali tidak memikirkan keselamatan penggunanya. Jamu ini berisiko bagi yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler karena dapat meningkatkan tekanan darah dan mungkin risiko terjadinya ‘stroke’.

Cara kerjanya hampir mirip seperti obat-obat golongan katekolamin dan turunannya. Ini mengingatkan pada salah satu obat yang cukup terkenal dan menghebohkan, yaitu fenilpropanolamin (PPA), yang juga banyak dijumpai pada komposisi obat flu. Di Amerika, PPA banyak dipakai sebagai pelangsing dengan dosis jauh lebih tinggi dari dosis yang dipakai untuk efek pelega hidung tersumbat. Dan ternyata, PPA ini meningkatkan risiko kejadian stroke hemoragik. Saat ini PPA tidak lagi dipakai sebagai obat pelangsing di sana.


(25)

3. Diuretik

Obat-obat diuretik (pelancar air seni) juga sering dipakai sebagai obat pelangsing. Tapi sebenarnya efeknya tidaklah signifikan dalam mengurangi berat badan. Justru penggunaannya harus diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh karena banyak ion-ion tubuh yang mungkin akan terbawa melalui urin. Jika berat badannya disebabkan karena timbunan cairan, maka diuretik memang pilihan yang tepat, tetapi jika karena timbunan lemak, tentu diuretik tidak akan berefek signifikan. Umumnya teh-teh pelangsing mengandung senyawa alam yang bersifat diuretik sehingga memberikan efek kesan melangsingkan.

4. Obat-obat herbal pelangsing

Sekarang banyak sekali ditawarkan berbagai produk herbal yang diklaim memiliki efek pelangsing. Ada yang dikatakan bekerja melarutkan lemak, atau mengurangi penyerapan lemak di usus. Salah satu herbal yang terkenal sebagai pelangsing adalah Jati Belanda. Senyawa tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing.


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

3.2.1 Gambaran yaitu mencakup sejauh mana penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing pada responden

Gambaran disini akan mencakup:

1. Pengertian obat pencahar dan obat pelangsing, 2. Tujuan utama pemakaian obat pencahar, 3. Obat pencahar berdasarkan penggunaannya, 4. Reaksi atau dampak negatif obat pencahar, 5. Bahan atau zat kimia pada pencahar.

Dalam konsep penelitian ini, gambaran yang diukur hanya dalam batas pengetahuan, sikap dan tindakan. Untuk mengetahui gambaran tersebut digunakan kuesioner sebagai instrumen.

Pengetahuan

Obat pencahar sebagai obat pelangsing Sikap


(27)

3.2.2 Ibu-ibu diartikan sebagai:

a. Wanita yang berusia 25-40 tahun.

b. Wanita yang sudah bernikah dan mempunyai anak.

3.2.3 Penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu.

3.3 Cara ukur: Cara ukur yang digunakan adalah wawancara.

3.4 Alat ukur: Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri atas 20 pertanyaan, yaitu jawaban ya (a) diberi skor 3, jawaban tidak (b) diberi skor 2 dan jawaban tidak tahu (c), (d) diberi skor 1.

3.5 Hasil Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran dan penggolongan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuesioner yang diberikan. Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu kategori baik, cukup dan kurang.

3.5.1. Kategori Penelitian Pengukuran

Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut:

Penilaian terhadap tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan sistem skoring yaitu:

Skor ≥24: Pengetahuan Baik Skor 18-23: Pengetahuan Cukup Skor≤17: Pengetahuan Kurang

Penilaian terhadap tingkat sikap responden terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan sistem skoring yaitu:

Skor ≥7: Sikap Baik Skor 4-6: Sikap Cukup


(28)

Skor ≤3: Sikap Kurang

Penilaian terhadap tingkat tindakan responden terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan sistem skoring yaitu:

Skor ≥18: Tindakan Baik Skor 14-17: Tindakan Cukup Skor ≤13: Tindakan Kurang

3.6. Skala Pengukuran

Data ini adalah yang berperingkat dari baik, cukup dan kurang sekaligus jenis datanya adalah data ordinal.


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional. Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat “Point time approach” (Notoatmodjo, 2002). Dalam satu rentang waktu tertentu, didapatkan gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan responden (ibu-ibu) berumur 25-40 tahun yang berkunjung ke klinik pelangsingan di Kota Medan pada tahun 2011.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di beberapa buah klinik pelangsingan di Kota Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 11 bulan, mulai dari peneliti menentukan judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan Februari 2011 hingga Desember 2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah ibu-ibu berusia 25-40 tahun. Populasi terjangkaunya adalah ibu-ibu berusia 25-40 tahun yang mengunjungi klinik-klinik pelangsingan di Kota Medan pada tahun 2011.


(30)

4.3.2 Sampel

Menurut Sostroasmoro dan Ismael (2010), besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut :

n = (Zα²PQ) / d² di mana :

n = besar sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku (Tabel Z) pada α tertentu P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari

d = tingkat ketetapan absolute yang dikehendaki/kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Q = (1-P)

Karena P x Q mempunyai nilai paling tinggi bila P = 0,5, bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, make dipergunakan P = 0,5

Bila Zα = 1,96, P = 0,5, Q = 0,5, d = 0,1, maka besar sampel : n = ( 1,96² x 0,5 x 0,5 ) / 0,1²

= 97

Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 97 orang.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Consecutive sampling. Semua subyek yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang dibutuhkan dipenuhi. Consecutive sampling ini merupakan jenis nonprobability sampling yang paling baik dan sering merupakan cara termudah (Sastroasmoro dan Isamel, 2010).

4.3.3 Kriteria Inklusi:

a. Ibu-ibu berusia 25-40 tahun yang bersedia menjadi responden penelitian setelah memperoleh persetujuan setelah penjelasan (informed consent).


(31)

c. Responden berjenis kelamin perempuan. d. Sudah menikah dan mempunyai anak.

e. Responden berada di tempat pada saat mengumpulkan data.

4.3.2 Kriteria Eksklusi:

a. Tidak bersedia menjadi responden.

b. Ibu-ibu yang menggunakan obat-obat pelangsing selain dari obat pencahar. Jadi besar sampel minimum yang diperlukan adalah 97 subyek.

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan langsung oleh surveyer kepada responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 20 pertanyaan. Kuesioner ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

4.4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuisioner yang disusun telah mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka dilakukan pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner tersebut. Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna (construck validity) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuisioner tersebut mampu mengukur konsep yang kita ukur. Teknik yang dipakai adalah teknik korelasi “Product Moment”. Ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada satu kelompok subjek yang menyerupai subjek asal penelitian. Hasil kuisioner diuji


(32)

validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus:

R = N (Σxv)-(ΣxΣv)

√{NΣx²-(Σx)²} {NΣy²-(Σy)²}

Keterangan: x: Skor setiap responden untuk pertanyaan nomor n y: Skor total tiap responden untuk semua pertanyaan

xy: Skor pertanyaan nomor n dikali skor total pada tiap responden Keputusan uji

• Bila r hitung (r pearson) > r tabel; artinya pertanyaan valid. • Bila r hitung (r pearson) < r tabel; artinya pertanyaan tidak valid.

Sementara itu, uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala/ kondisi yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Setelah selesai seminar proposal, akan dicari 10 orang responden yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan populasi target dan responden tersebut akan diminta untuk mengisi kuesioner yang akan duiji. Peneliti memilih klinik pelangsingan untuk melakukan tes uji validitas dan reliabilitas. Kuisioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus:

R = N ( Σ xv)-( Σ x Σ v)____ .

{NΣx²-(Σx)²} {NΣy²-(Σy)²}

Keterangan: x: Skor setiap responden untuk pertanyaan nomor n y: Skor total tiap responden untuk semua pertanyaan

xy: Skor pertanyaan nomor n dikali skor total pada tiap responden

Keputusan uji

2. Bila r hitung (r pearson) > r tabel; artinya pertanyaan valid. 3. Bila r hitung (r pearson) < r tabel; artinya pertanyaan tidak valid.


(33)

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara one shot (diukur sekali sahaja). Di sini, pengukuran hanya sekali dan kemudian hasil dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS versi 17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Status Status PENGETAHUAN

SIKAP

TINDAKAN

1 Valid Reliabel

2 Valid Reliabel

3 Valid Reliabel

4 Valid Reliabel

5 Valid Reliabel

6 Valid Reliabel

7 Valid Reliabel

8 Valid Reliabel

9 Valid Reliabel

10 Valid Reliabel

11 Valid Reliabel

12 Valid Reliabel

13 Valid Reliabel

14 Valid Reliabel

15 Valid Reliabel

16 Valid Reliabel

17 Valid Reliabel

18 Valid Reliabel

19 Valid Reliabel


(34)

Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah melakukan analisis data. Analisis data pada penelitian dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi. Penelitian ini hanya menggunakan analisis univariat.

4.5 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk

angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa gambaran penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. Baik nama serta identitas diri pasien akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah beberapa klinik-klinik pelangsingan di Kota Medan. Kota ini memiliki keluasan sebanyak 265,10 km2. Medan dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan timur. Penelitian mencakup 21 kecamatan yang dibahagikan kepada 5 bagian. Jadi penelitian dilakukan dengan setiap 4 kecamatan diambil sebanyak 20 reponden untuk mencukupkan jumlah reponden untuk penelitian ini yaitu 97 responden.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi status, umur dan juga pekerjaan pada responden yaitu perempuan yang telah bernikah berumur antara 25-40 tahun dan pekerjaannya. Jumlah responden adalah sebanyak 97 orang. Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.1 di bawah. Sebahagian besar responden adalah berumur 25-30 tahun yaitu sebanyak 64 orang (66%), kedua 31-35 tahun yaitu sebanyak 18 orang (18.5%) dan kelompok terakhir yaitu 36-40 tahun sebanyak 15 orang (15.5%). Karakteristik pekerjaan responden pada penelitian ini pula diperlihat pada tabel 5.1.1 di bawah. Sebahagian besar responden bekerja sebagai pegawai (negeri dan swasta) yaitu sebanyak 45 orang (46.4%), kedua ibu RT (rumah tangga) yaitu sebanyak 28 orang (28.9%) dan kelompok terakhir yang paling sedikit yaitu lain-lain pekerjaan sebanyak 24 orang (24.7%)


(36)

Tabel 5.1 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian

Umur n % 1 25-30 64 66 2 31-35 18 18.5 3 36-40 15 15.5

TOTAL 97 100

Tabel 5.1.1 Karakteristik pekerjaan responden yang mengikuti penelitian

Pekerjaan n % 1 Ibu RT 28 28.9 2 Lain-lain 24 24.7 3 Pegawai 45 46.4

TOTAL 97 100

Ket : RT (rumah tangga)

5.3 Hasil Analisis Data

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2


(37)

Tabel 5.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat pengetahuan responden

Gambaran n1 % n2 % n3 %

1. Mengetahui apa itu obat pencahar 67 69.1 24 24.7 6 6.2

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Sumber pengetahuan mengenai pencahar Pengertian obat pencahar

Pengertian obat pelangsing

Pengetahuan mengenai kandungan berbahaya yang terdapat dalam obat pencahar

Pengetahuan mengenai efek obat pencahar Pengetahuan mengenai reaksi/ dampak negatif akibat penggunaan obat pencahar Pengetahuan mengenai reaksi positif

akibat penggunaan obat pencahar sebagai pelangsing

Pengetahuan mengenai kesehatan usus Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan usus

43 36 72 41 40 58 39 64 66

44.3 36 37.1 18 18.6 37.1 50 51.5 11 11.3 74.2 16 16.5 9 9.3 42.3 15 15.5 41 42.3 41.2 26 26.8 31 32 59.8 20 20.6 19 19.6 40.2 48 49.5 10 10.3 66 22 22.7 11 11.3 68 18 18.6 13 13.4

n1= YA (3) n2=TIDAK (2) n3=TIDAK TAHU (1)

Tabel 5.2.1 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat sikap responden

Gambaran n1 % n2 % n3 %

1. Kepuasan hati terhadap efek obat pencahar sebagai

obat pelangsing

52 53.6 26 26.8 19 19.6

2. 3.

Pemerhatian saat membeli obat pencahar Tujuan pemakaian obat pencahar

40 67

41.2 31 32 26 26.8 69.1 19 19.6 11 11.3


(38)

n1= YA (3) n2=TIDAK (2) n3=TIDAK TAHU (1)

Tabel 5.2.2 Sebaran gambaran soal kuestioner tingkat tindakan responden

Gambaran n1 % n2 % n3 %

1. Penggunaan obat pencahar 61 62.9 29 29.9 7 7.2

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tempoh penggunaan obat pencahar Penggunaan obat pencahar Kekerapan penggunaan obat pencahar Adakah responden melakukan olahraga?

Adakah reponden mengamalkan diet yang seimbang?

Di mana responden membeli obat pencahar?

52 44 35 26 46 20

53.6 29 29.9 16 16.5 45.4 39 40.2 14 14.4 36.1 32 33 30 30.9 26.8 61 62.9 10 10.3 47.4 43 44.3 8 8.2 20.6 66 68 11 11.3


(39)

(40)

Berdasarkan tabel di atas dilihat bahawa terdapat 20 soal. Setiap soal hanya dijawab dengan jawaban yang mewakili A: ya, B: tidak dan C atau D: tidak tahu. Pada setiap soalan jawaban A diberi nilai 3, jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C atau D diberi nilai 1. Hasil uji tingkat pengetahuan ibu-ibu mengenai penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

Tingkat Pengetahuan n %

1 Baik (≥24) 51 52.6 2 Cukup (18-23) 41 42.3 3 Kurang (≤17) 5 5.1

TOTAL 97 100

Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

Tingkat Pengetahuan n %

1 Baik (≥7) 67 69.1 2 Cukup (4-6) 26 26.8 3 Kurang (≤3) 4 4.1


(41)

Tabel 5.3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing

Tingkat Pengetahuan n %

1 Baik (≥18) 25 25.8 2 Cukup (14-17) 59 60.8 3 Kurang (≤13) 13 13.4

TOTAL 97 100

Dari tabel 5.3, dapat dilihat bahwa 51 responden (52.6%) berada dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. 41 responden (42.3%) berada dalam kategori tingkat pengetahuan cukup. Sebanyak 5 orang (5.1%) responden berada dalam kategori tingkat pengetahuan kurang tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

Dari tabel 5.3.1, dapat dilihat bahwa 67 responden (69.1%) berada dalam kategori tingkat sikap yang baik terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. 26 responden (26.8%) berada dalam kategori tingkat sikap yang cukup. Sebanyak 4 orang (4.1%) responden berada dalam kategori tingkat sikap yang kurang tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

Dari tabel 5.3.2, dapat dilihat bahwa 25 responden (25.8%) berada dalam kategori tingkat tindakan yang baik terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. 59 responden (60.8%) berada dalam kategori tingkat tindakan yang cukup. Sebanyak 13 orang (13.4%) responden berada dalam kategori tingkat tindakan yang kurang tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing.

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan sesuai umur responden dapat dilihat pada tabel 5.4.


(42)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Umur

Tingkat Pengetahuan

_________________________________________________________

Baik (≥24 ) Cukup (18-23) Kurang (≤17) TOTAL Umur

n % n % n %

25-30 35 54.7 28 43.7 1 1.6 64 31-35 7 38.9 8 44.4 3 16.7 18 36-40 9 60 5 33.3 1 6.7 15


(43)

Tabel 5.4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Umur

Tingkat Sikap

_________________________________________________________

Baik (≥7 ) Cukup (4-6) Kurang (≤3) TOTAL Umur

n % n % n %

25-30 43 67.2 18 28.1 3 4.7 64 31-35 13 72.2 4 22.2 1 5.6 18 36-40 11 73.3 4 26.7 0 0 15


(44)

Tabel 5.4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Umur

Tingkat Tindakan

_________________________________________________________

Baik (≥18 ) Cukup (14-17) Kurang (≤13) TOTAL Umur

n % n % n %

25-30 15 23.4 40 62.5 9 14.1 64 31-35 5 27.8 9 50.0 4 22.2 18 36-40 5 33.3 10 66.7 0 0 15

TOTAL 25 59 13 97

Dari tabel 5.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok umur dengan pengetahuan baik terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 43 orang (67.2%) dan terendah dijumpai pada responden usia 36-40 tahun sebanyak 11 orang (38.9%). Responden bagi tingkat pengetahuan cukup yang terbanyak dijumpai pada usia 25-30 tahun sebanyak 28 orang (43.7 %) dan terendah dijumpai pada responden usia 36-40 tahun sebanyak 5 orang (33.3%). Tingkat pengetahuan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden usia 31-35 tahun sebanyak 3 orang (16.7%).


(45)

Dari tabel 5.4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok umur dengan sikap yang baik terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 43 orang (67.2%) dan terendah dijumpai pada responden usia 31-35 tahun sebanyak 7 orang (73.3%). Responden bagi tingkat sikap yang cukup yang terbanyak dijumpai pada usia 25-30 tahun sebanyak 18 orang (28.1 %). Tingkat sikap yang kurang yang terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 3 orang (4.7%).

Dari tabel 5.4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok umur dengan tindakan baik terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 15 orang (23.4%). Responden bagi tingkat tindakan cukup yang terbanyak dijumpai pada usia 25-30 tahun sebanyak 40 orang (62.5 %) dan terendah dijumpai pada responden usia 31-35 tahun sebanyak 9 orang (50.0%). Tingkat tindakan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden usia 25-30 tahun sebanyak 9 orang (14.1%).

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan sesuai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 5.5.


(46)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan

_________________________________________________________

Baik (≥24 ) Cukup (18-23) Kurang (≤17) TOTAL Pekerjaan

n % n % n %

Lain-lain 13 54.2 10 41.7 1 4.1 24 Pegawai 23 51.1 19 42.2 3 6.7 45 Ibu RT 15 53.6 12 42.9 1 3.5 28


(47)

Tabel 5.5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Responden Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

Tingkat Sikap

_________________________________________________________

Baik (≥7 ) Cukup (4-6) Kurang (≤3) TOTAL Pekerjaan

n % n % n %

Lain-lain 16

66.7 8

33.3 0 0 24 Pegawai 28 62.2 13 28.9 4 8.9 45 Ibu RT 23 82.1 5 17.9 0 0 28


(48)

Tabel 5.5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Responden Tentang Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing Sesuai Pekerjaan

Tingkat Tindakan

_________________________________________________________

Baik (≥18 ) Cukup (14-17) Kurang (≤13) TOTAL Pekerjaan

n % n %n %

Lain-lain 4 16.7 18 75.0 2 8.3 24 Pegawai 11 24.4 23 51.2 11 24.4 45 Ibu RT 10 35.7 18 64.3 0 0 28

TOTAL 25 59 13 97

Dari tabel 5.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok pekerjaan dengan pengetahuan baik terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 23 orang (51.1%) dan terendah dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain sebanyak 13 orang (54.2%). Responden bagi tingkat pengetahuan cukup yang terbanyak dijumpai pada pekerjaan pegawai sebanyak 19 orang (42.2%) dan terendah dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain sebanyak 10 orang (41.7%). Tingkat pengetahuan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain dan ibu RT sebanyak 1 orang.

Dari tabel 5.5.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok pekerjaan dengan sikap yang baik terbanyak dijumpai pada responden usia pekerjaan pegawai sebanyak 28 orang (62.2%) dan terendah


(49)

dijumpai pada responden pekerjaan lain-lain sebanyak 16 orang (66.7%). Responden bagi tingkat sikap yang cukup yang terbanyak dijumpai pada pekerjaan pegawai sebanyak 13 orang (28.9%). Tingkat sikap yang kurang yang terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 4 orang (8.9%).

Dari tabel 5.5.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu-ibu berdasarkan kelompok pekerjaan dengan tindakan baik terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 11 orang (24.4%). Responden bagi tingkat tindakan cukup yang terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 23 orang (51.2%). Tingkat tindakan kurang yang terbanyak dijumpai pada responden pekerjaan pegawai sebanyak 11 orang (24.4%).


(50)

5.4 Pembahasan

5.4.1 Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Menjadi cantik, menarik dan memiliki tubuh yang kurus dan langsing merupakan dambaan setiap wanita, baik dari kalangan remaja hingga dewasa termasuk di dalamnya kaum ibu-ibu karier maupun rumah tangga, salah satunya dengan menggunakan produk pelangsingan. Dari 97 responden dalam penelitian sebagian besarnya, 67 orang (69.1%) pernah mengetahui/ mendengar tentang obat pencahar. Responden mengetahui/ mendengar tentang obat pencahar dari berbagai sumber informasi, namun persentase tertinggi sebanyak 43 orang (44.3%) di dapat dari media elektronik seperti televisi, internet dan radio. Namun gambaran pengetahuan responden tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing tergolong baik, sesuai hasil yaitu sebanyak 51 orang (52,6%) responden. Sementara itu, sebanyak 41 orang (42.3%) gambaran pengetahuan responden tergolong cukup, sedangkan untuk gambaran pengetahuan kurang dengan responden sebanyak 5 orang (5.1%) dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyebutkan bahawa pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia disebabkan karena manusia mempunyai bahasa yang mampu dikomunikasikan informasi yang diperolehi. Jika bahawa yang dikomunikasikan tersebut salah terima,maka pengetahuan tentu tidak akan berkembang dengan baik. Menurut Teori BLOOM terdapat 6 tingkatan yaitu, tahu (Know) diartikan sebagain mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar. Aplikasi (Apllication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan


(51)

untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau obyek. Semua tingkatan di atas itu harus tercapai supaya tingkat pengetahuan adalah baik.

Selain daripada itu, berdasarkan tabel 5.4, 5.4.1 dan 5.4.2 didapati bahawa distribusi tingkat pengetahuan tertinggi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan kelompok umur 25-30 tahun yaitu sebanyak 35 orang (54.7%). Pada tingkat sikap dan tindakan juga kelompok umur 25-30 tahun merupakan tertinggi yaitu masing-masing 43 orang (67.2%) dan 15 orang (23.4%). Pada asumsi peneliti, ini mungkin karena kelompok umur ini lebih memerhatikan kecantikan tubuh dan mahukan tubuh yang langsing dan menarik lebih dari golongan yg berumur lebih tua. Ini berlainan pula dengan Notoadmotjo 2003 umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahun yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain (Notoatmodjo,2003).

Selain daripada itu, berdasarkan tabel 5.5, 5.5.1 dan 5.5.2 didapati bahawa distribusi tingkat pengetahuan tertinggi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing berdasarkan kelompok pekerjaan pegawai yaitu sebanyak 23 orang (51.1%). Pada tingkat sikap dan tindakan juga kelompok pekerjaan pegawai merupakan tertinggi yaitu masing-masing 28 orang (62.2%) dan 11 orang (24.4%). Pada asumsi peneliti, ini mungkin karena kelompok pekerjaan pegawai ini lebih memerhatikan kecantikan tubuh dan mahukan tubuh yang langsing dan menarik lebih dari golongan pekerjaan lain mahupun ibu RT.

Sumber informasi responden tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing tertinggi diperoleh dari media elektronik, karena salah satu yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah ketersediaan fasilitas sebagai sumber informasi (Notoatmodjo, 2003). Seperti yang kita ketahui, informasi tentang produk pelangsingan ini sudah banyak dipublikasikan di berbagai media,


(52)

seperti media cetak (buku, majalah, koran, tabloid), media elektronik (televisi, radio, internet), dan orang-orang terdekat kita (keluarga, teman, tetangga) yang ikut serta merekomendasikan mengenai produk-produk pelangsingan yang mungkin sebenarnya adalah obat pencahar.

Oleh karena itu, keterbatasan media informasi tidak dapat dijadikan alasan mengapa informasi tentang obat pencahar diguna pakai sebagai obat pelangsing kurang menyebar di masyarakat. Menurut pendapat peneliti, kurangnya pengetahuan responden tentang dampak obat pencahar digunakan sebagai obat pelangsing lebih disebabkan oleh kurangnya ketertarikan responden untuk mencari informasi tentang hal tersebut baik dan benar seluk beluknya. Responden dalam penelitian ini aktif menggunakan obat pencahar sebagai obat pelangsing dalam kehidupan sehari-hari dalam jangka waktu yang agak lama yaitu dalam tempoh 6 bulan sebesar 52 orang (53.6%) dengan pengambilan sebanyak 2 kali per minggu sebanyak 35 orang (36.1%) paling tinggi mungkin disebabkan responden mahukan efek yang cepat.

Responden sebahagian besarnya tidak pernah mendengar/ mengetahui pengertian obat pencahar itu sendiri yang sebetulnya yaitu sebanyak 51 orang (51.5%) tetapi sebahagian besar dari responden tahu pengertian obat pelangsing yaitu 72 orang (74.2%) dan sebagian besar responden menggunakan obat pencahar yaitu sebanyak 44 orang (45.4%). Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa apotek sebesar 66 orang (68%), adalah tempat yang sering dijadikan responden untuk membeli obat pencahar dengan berbagai alasan salah satunya yaitu praktis dan mudah untuk dicapai oleh responden.

Selain itu dalam penelitian ini dari pengetahuan responden tentang kandungan berbahaya yang terdapat dalam obat pencahar sama banyaknya dengan responden yang tidak mengetahui yaitu sebanyak 41 orang (42.3%). Pengetahuan dan pemahaman yang baik merupakan salah satu faktor pendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam penelitian ini pengetahuan responden tergolong baik tentang tujuan pemakaian obat pencahar sebagai tujuan pelangsingan, untuk menurunkan berat badan seterusnya meningkatkan daya tarik dan rasa percaya diri sebesar orang 67 orang (69.1%). Responden juga


(53)

mengetahui efek obat pencahar 40 orang (41.2%), reaksi/ dampak negatif akibat penggunaan obat pencahar pada kesehatan, 58 orang (59.8%), dan reaksi positif akibat penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing, yaitu sebanyak 48 orang (49.5%).

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden mengenai reaksi/ dampak negatif obat pencahar (59.8%) dan reaksi positif (49.5%) tergolong baik. Pengetahuan responden mengenai hal-hal yang diperhatikan saat membeli obat pencahar yaitu sebanyak 40 orang (41.2%) tergolong baik. Responden memiliki pengetahuan baik 41 orang (42.3%) sama dengan reponden yang “tidak tahu” (42.3%) mengenai jenis bahan/ zat kimia berbahaya dalam obat pencahar. Meskipun responden mengetahui dengan baik jenis bahan/zat kimia berbahaya yang terkandung pada obat pencahar, tetapi sebagian besar responden hanya sebatas tahu namun tidak memahami secara baik dan benar reaksi/ dampak negatif penggunaan obat pencahar sebagai pelangsing sesuai bahan/ zat kimia yang terkandung didalamnya. Selain reaksi/ efek negatifnya obat pencahar juga memiliki efek positif yaitu untuk penatalaksanaan konstipasi, dan dalam hal ini pengetahuan responden 40 orang (41.2%) tergolong sedang.

Kesehatan usus penting dalam kesehatan umum tubuh secara keseluruhan karena menjamin penyerapan zat-zat nutrisi yang optimum untuk keperluan tubuh manusia. Usus yang sehat berarti usus yang tidak menderita suatu penyakit, baik penyakit yang mengenai secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan usus (Wasitaatmadja, 2003). Dari hasil penelitian 64 orang (66%) responden mempunyai pengetahuan baik, tentang pengertian kesehatan usus. Sementara itu 66 orang (68%) responden mempunyai pengetahuan baik, tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan usus seperti gaya hidup sihat, diet seimbang dan aktifitas olahraga yang teratur.

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan responden termasuk kategori sedang tentang dampak penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing terhadap kesehatan usus. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan tidak diiringinya perkembangan sistem komunikasi dan informasi baik melalui buku, media masa, maupun media elektronik dengan pengetahuan


(54)

serta pemahaman responden yang baik dan benar secara menyeluruh tentang bahaya penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. Tidak semua responden dalam penelitian ini memilih dan menggunakan obat pencahar dengan baik dan benar karena keterbatasan pengetahuan tentang berbagai produk pelangsingan membuat mereka tidak tahu dampak negatif yang timbul jika tidak berhati- hati. Kesalahan yang dilakukan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan usus. Namun ada juga beberapa responden yang meskipun mengetahui dampak negatif dari obat pencahar tersebut lebih besar daripada dampak positifnya tetap menggunakan produk tersebut, hal ini disebabkan karena sebagian konsumen produk pelangsingan (responden) menginginkan tubuh mereka menjadi lebih kurus dan langsing dalam waktu singkat juga didorong keinginan untuk bisa tampil cantik dan menarik telah membuat responden bersikap konsumtif.


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing di kalangan ibu-ibu di Kota Medan”, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

 Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu-ibu (responden) terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik (52.6%), sikap reponden adalah baik (69.1%), dan tindakan responden adalah cukup (60.8%).  Pengetahuan ibu-ibu (responden) berdasarkan kelompok umur terhadap penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing adalah baik bagi kelompok umur 25-30 tahun, sikap reponden adalah baik bagi kelompok umur 25-30 tahun, dan tindakan responden adalah baik juga bagi kelompok umur 25-30 tahun.

 Sumber informasi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing paling banyak didapat dari media elektronik (televisi, radio, internet) dengan persentase (44.3%).

 Pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang reaksi/ dampak negatif penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing tergolong baik.

 Pengetahuan ibu-ibu (responden) tentang reaksi/ dampak positif obat pencahar pada usus tergolong baik yaitu sebesar (49.5%).

 Dari hasil penelitian pengetahuan responden tergolong baik tentang kesehatan usus yang meliputi pengertian kesehatan usus (66%) dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan usus (68%).

 Sebagian besar ibu-ibu (responden) memiliki pengetahuan sebatas “tahu” tentang dampak penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing melalui sistem komunikasi dan informasi, karena tidak diiringi dengan pengetahuan serta pemahaman responden yang baik dan benar secara menyeluruh tentang obat pencahar, serta dampaknya terhadap kesehatan usus dan tubuh.


(56)

6.2 Saran

 Disarankan kepada pihak kecamatan dan organisasi sosial di kecamatan supaya meningkatkan sosialisasi tentang penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing serta dampak negatif dan postifnya terhadap kesehatan usus kepada masyarakat melalui berbagai aktivitas atau media sosial lainnya.

 Pihak lain, baik pemerintah maupun swasta, juga dapat berperan aktif dalam menyebarluaskan informasi tentang obat pencahar terutama dampak negatif jika digunakan sebagai pelangsing terhadap kesehatan usus. Informasi dapat disebarkan melalui media cetak (seperti koran, majalah, dan tabloid) atau media elektronik (seperti radio dan televisi) karena kedua media ini mudah diakses oleh masyarakat. Peneliti menyarankan agar menggalakkan penggunaan media elektronik dalam menyebarluaskan informasi tentang penggunaan obat pelangsingan yang benar karena media ini merupakan media yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi.

 Masyarakat, khususnya para wanita (ibu-ibu), sangat dianjurkan untuk lebih proaktif dalam mencari informasi seputar produk pelangsingan yang aman dan memiliki dampak negatif yang minimal, sehingga diharapkan ibu-ibu juga turut memberikan edukasi kepada keluarga maupun temannya.

 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini secara lebih holistik dan komprehensif.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 32-33, Sagung Seto, Jakarta

Arif, A., Sjamsudin, U., 1995, Obat Lokal dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, hal. 509, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. (editors), 2005, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach, 6th Edition,

p.684-689, McGraw-Hill, United States of America.

Gangarosa, L.M., Seibert, D.G., 2003, E-book: Modern Pharmacology With Clinical Application, 6th Edition, p.474-476

McQuaid, K.R, 2006, E-book: Current Medical Diagnosis & Treatment: Allimentary Tract, 45th Edition, p.541-544, McGraw-Hill, United States of America

Muller-Lissner SA, Adverse effects of laxatives: fact and fiction, Pharmacology 1993; 47 (Supplement 1): 138-145.


(58)

Muller-Lissner, S., Kamm, M., Scapignato, C. & Wald, A. Myths and misconceptions about chronic constipation. American Journal of Gastroenterology2005 100: 232-242.

Siegers C., Hertzberg-Lottin, E. von, Otte, M, & Schneider B. Anthranoid laxative abuse, a risk for colorectal cancer? Gut 1993 34:1099-1101.

Constipation and Laxative Abuse. Western Journal of Medicine. Richard Babb. PubMed

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1130291/?page=1

Alterations in Colonic Anatomy Induced by Chronic Stimulant Laxatives: The Cathartic Colon Revisited. Journal of Clinical Gastroenterology. Joo et al. http://journals.lww.com/jcge/Abstract/1998/06000/Alterations_in_Colonic_Anato my_Induced_by_Chronic.14.aspx

McRorie JW, Daggy BP, Morel JG, Diersing PS, Miner PB, Robinson M. Psyllium is superior to docusate sodium for treatment of chronic constipation. Aliment Pharmacol Ther. 1998;12(5): 491-497.

Gorkom, B., van Vries, E., de Karrenbeld, A. & Kleibeuker, J. Anthranoid laxatives and their potential carcinogenic effects Alimentary Pharmacology & Therapeutics 1999 13:443-452.

Kurtzweil, P. “Dieter's Brews Make Tea Time A Dangerous Affair” FDA Consumer 1997. Stimulant Laxatives Medline Plus.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 121-128.

Pratomo, H dan Sudarti. 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat, Depdikbud.


(59)

Wahyuni, Arlinda Sari, 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 116.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Indonesia: Rineka Cipta Notoatmodjo, S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku: Jakarta: PT Rineka Cipta

Setiawan, I., Suciawati, Hasanah, L., dan Edi, 2008. Wawasan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 197-208.

Pemerintah Kota Medan, 2010. Perdagangan dan Jasa. Available from: http://www.pemkomedan.go.id/potensi_perdagangan.php. [Accessed 13 nopember 2011]

Susilo S., 1993. Pengawasan Obat dan Makanan Menurut Undang-undang No. 23 tahun 1992. Denpasar Bali.


(60)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurdiyana Abdullah

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 11 Oktober 1985

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kangkung No. 36 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sek Ren Keb Sultanah Asma 2. Sek Men Keb Sutanah Asma 3. Kolej Matrikulasi Pulau Pinang 4. Universiti Putra Malaysia 5. Universitas Sumatera Utara


(61)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Pengantar

Saya, Nurdiyana Bt. Abdullah, mahasiswi FK USU semester VI, sedang melakukan penelitian tentang

‘Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu-ibu di Kota Medan’.

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi tugas akhir Community Research Program (CRP). Selain itu penelitian ini dilakukan bagi memberikan sedikit sebanyak pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat umum mengenai dampak atau bahaya penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing. Obat pencahar pada saat ini banyak digunakan sebagai tujuan pelangsingan tubuh yang mempunyai dampak positif dan negatif. Ini diharapkan dapat sedikit sebanyak mendidik masyarakat umum tentang penggunaan obat pencahar yang benar. Penelitian ini juga diharap dapat menjadi informasi kepada instansi terkait agar memberikan pemahaman yang benar bagi masyarakat dalam memilih atau menggunakan obat dengan benar.

Untuk itu, akan diberi 20 pertanyaan dan saya akan melakukan wawancara selama 25 menit mengenai penggunaan obat pencahar sebagai obat pelangsing oleh Ibu. Semua keterangan yang Ibu sampaikan akan menjadi rahasia penelitian, tidak akan disebarluaskan, dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian.

Peneliti,


(62)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( Informed Consent )

Saya yang namanya tersebut di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti, Medan, / / 2011

Peserta penelitian,


(63)

Lampiran 4

Kuisioner Penelitian No. Urut:

I. PETUNJUK UMUM PENGISIAN KUISIONER:

1. Sebelum menjawab pertanyaan isilah terlebih dahulu identitas anda.

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan memberikan tanda silang

(X) pada huruf yang telah tersedia . II. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ... Umur : ………... Alamat : ... Status : ... Pendidikan : ... Pekerjaan : ... III. DAFTAR PERTANYAAN

Pengetahuan:

1. Apakah Ibu pernah mengetahui atau mendengar tentang obat pencahar? a. Ya

b. Tidak

2. Bila ya, dari mana Ibu mendengar atau mengetahuinya? (jawab boleh lebih dari satu)

a. Media elektronik (tv, radio, internet), b. Media cetak (surat kabar, majalah, brosur),


(64)

3. Menurut Ibu yang dimaksud dengan obat pencahar yaitu? a. Suatu bahan yang digunakan untuk menurunkan berat badan. b. Suatu bahan yang sering digunakan untuk konstipasi.

c. Tidak tahu

4. Menurut Ibu, yang dimaksud dengan obat pelangsing yaitu?

a. Setiap bahan atau sediaan dimaksudkan digunakan pada tubuh manusia untuk menurunkan berat badan, atau mengubah penampilan, memperbaiki bentuk badan dan memelihara tubuh agar kekal langsing.

b. Setiap bahan atau sediaan yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit. c. Tidak tahu

5. Menurut Ibu dibawah ini termasuk kandungan berbahaya yang terdapat pada obat pencahar yaitu?

a. Susu magnesia, Garam Epsom b. Vitamin c. Tidak tahu

6. Dibawah ini termasuk efek obat pencahar adalah? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Perut kembung dan perih b. Depresi

c. Ketagihan d. Tidak tahu

7. Menurut ibu dibawah ini termasuk reaksi/ dampak negatif akibat penggunaan obat pencahar pada usus?

a. Menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan, sehingga membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap.

b. Tiada efek negatif c. Tidak tahu

8. Menurut ibu dibawah ini termasuk reaksi positif akibat penggunaan obat pencahar sebagai pelangsing yaitu?


(65)

b. Menurunkan berat badan lalu melangsingkan tubuh c. Tidak tahu (tidak ada reaksi)

9. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan usus?

a. Mencerminkan keadaan atau kondisi usus yang sehat atau terbebas dari penyakit

b. Menggambarkan keadaan atau kondisi tubuh yang langsing c. Tidak tahu 10. Menurut Ibu faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi kesehatan usus? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Gaya hidup, diet dan aktifitas olahraga b. Merokok, alkohol, obat-obatan iritan c. Tidak tahu

Sikap:

11. Adakah Ibu berpuas hati dengan efeknya? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

12. Apa yang Ibu perhatikan saat membeli obat pencahar? a. Keterangan pada label/ komposisi kemasan/ nomor registrasi b. Jenis obat pencahar

c. Harga dan merek

d. Tidak tahu (tidak memperhatikan)

13. Tujuan Ibu memakai obat pencahar yaitu?

a. Menurunkan berat badan serta meningkatkan daya tarik dan rasa percaya diri. b. Tampilan warna dan kemasan obat yang menarik.

c. Tidak tahu


(66)

Tindakan:

14. Apakah Ibu menggunakan obat pencahar? a. Ya b. Tidak

15. Bila ya, sudah berapa lama ibu menggunakan obat pencahar tersebut? a. 6 bulan

b. 1 tahun c. > 1 tahun

16. Kenapakah Ibu memakai obat pencahar? a. Menurunkan berat badan

b. Konstipasi/ sembelit dan lain-lain c. Tidak tahu

17. Seberapa sering ibu mengambil obat pencahar? a. 2 x sehari

b. 1 x seminggu c. Tidak pernah/ jarang

18. Adakah Ibu aktif dan sering melalukan aktifitas olahraga? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

19. Adakah Ibu memerhatikan dan mengamalkan diet yang seimbang? a. Ya b. Tidak

20. Dimana Ibu biasanya membeli obat pencahar? a. Klinik

b. Apotek c. Swalayan d. Lain-lain. Sebutkan


(67)

Lampiran 7: Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden

nama umur kerja p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7

Aa 35 1 3 3 3 3 3 3 3

Ab 25 1 3 3 2 3 3 3 3

Ac 28 1 3 1 2 3 3 3 3

Ad 28 1 3 3 2 3 3 1 1

Ae 29 1 3 3 2 3 1 1 3

Af 30 3 3 3 2 3 3 2 3

Ag 25 3 3 1 2 3 1 3 1

Ah 29 3 3 1 3 3 1 3 2

AI 29 3 3 3 3 3 1 1 1

Aj 30 3 3 1 3 3 1 3 3

Ak 28 1 3 3 2 3 3 1 1

Al 40 2 3 1 2 3 1 3 3

Am 40 1 3 3 2 3 1 3 3

An 26 2 3 3 2 3 3 2 3

Ao 35 2 3 3 2 3 3 3 3

Ap 22 3 3 1 2 3 1 1 3

Aq 27 3 3 3 3 3 3 3 3

Ar 32 3 3 1 2 3 3 2 3

As 29 1 3 1 2 3 1 1 3

At 29 2 3 1 2 3 3 1 3

Au 31 1 3 1 2 3 1 2 3

Av 30 2 2 2 1 3 1 1 1

Aw 35 3 3 3 2 3 3 3 3

Ax 40 1 2 3 1 1 1 1 1

Ay 33 2 2 1 1 3 1 1 1

Az 25 3 3 2 3 3 3 3 3

AAa 27 2 3 3 3 3 3 3 3

AAb 32 2 3 2 2 3 1 1 1

AAc 26 3 3 2 2 3 3 3 3

AAd 38 2 3 2 2 3 3 3 3

Ba 40 2 3 1 3 3 1 2 3

Bb 39 3 3 2 2 3 1 2 3

Bc 26 2 3 3 3 3 3 1 1

Bd 35 2 3 1 3 3 1 2 3

Be 26 2 2 3 2 3 2 2 3

Bf 32 3 3 2 3 3 3 3 3

Bg 26 3 3 3 3 3 3 3 3

Bh 35 1 3 2 2 3 1 1 3


(1)

3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

Umur 22 0 0 0 0 2 0

25 0 0 0 3 0 4

26 2 0 2 3 1 6

27 0 0 1 0 1 3

28 0 0 3 2 4 3

29 0 0 3 0 4 1

30 1 0 0 1 0 2

31 0 0 0 0 1 1

32 0 0 0 1 1 2

33 1 0 0 1 1 0

34 0 0 0 0 0 0

35 0 1 1 0 1 3

36 0 0 0 0 1 0

38 0 0 0 0 2 0

39 0 0 0 0 0 0

40 0 0 2 2 4 1

Total 4 1 12 13 23 26

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(2)

Umur * total2 Crosstabulation Count

total2

9.00 Total

Umur 22 0 2

25 6 13

26 2 16

27 0 5

28 2 14

29 1 9

30 1 5

31 0 2

32 0 4

33 1 4

34 1 1

35 1 7

36 0 1

38 1 3

39 1 1

40 1 10


(3)

10.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00

Umur 22 0 0 0 0 1 1 0

25 0 0 0 0 5 3 1

26 0 2 1 3 1 2 0

27 0 0 0 1 0 2 0

28 0 1 3 1 5 1 3

29 0 0 0 2 1 3 2

30 0 1 1 1 0 1 0

31 0 1 0 0 0 0 0

32 0 1 1 0 0 1 0

33 1 0 0 0 0 0 2

34 0 0 0 0 0 0 0

35 0 0 0 0 0 6 0

36 0 0 0 0 0 1 0

38 0 0 0 0 0 0 2

39 0 0 0 0 0 0 0

40 0 0 0 0 2 3 2

Total 1 6 6 8 15 24 12

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(4)

Umur * total3 Crosstabulation Count

total3

18.00 19.00 20.00 21.00 Total

Umur 22 0 0 0 0 2

25 4 0 0 0 13

26 6 0 0 1 16

27 1 1 0 0 5

28 0 0 0 0 14

29 1 0 0 0 9

30 0 1 0 0 5

31 1 0 0 0 2

32 0 0 1 0 4

33 1 0 0 0 4

34 0 0 0 1 1

35 0 1 0 0 7

36 0 0 0 0 1

38 1 0 0 0 3

39 1 0 0 0 1

40 3 0 0 0 10


(5)

13.00 16.00 17.00 18.00 20.00 21.00

kerja responden Lain-lain 0 0 1 1 0 1

Pegawai 1 1 1 3 2 2

Ibu RT 0 0 1 0 2 1

Total 1 1 3 4 4 4

kerja responden * total1 Crosstabulation Count

total1

22.00 23.00 24.00 25.00 26.00 27.00

kerja responden Lain-lain 5 3 2 5 2 2

Pegawai 5 7 3 10 3 5

Ibu RT 4 5 3 3 1 3

Total 14 15 8 18 6 10

kerja responden * total1 Crosstabulation Count

total1

28.00 29.00 30.00 Total

kerja responden Lain-lain 0 2 0 24

Pegawai 1 1 0 45

Ibu RT 1 3 1 28

Total 2 6 1 97

kerja responden * total2 Crosstabulation Count

total2

3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

kerja responden Lain-lain 0 1 3 4 6 5

Pegawai 4 0 6 7 9 13

Ibu RT 0 0 3 2 8 8

Total 4 1 12 13 23 26

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(6)

kerja responden * total2 Crosstabulation Count

total2

9.00 Total

kerja responden Lain-lain 5 24

Pegawai 6 45

Ibu RT 7 28

Total 18 97

kerja responden * total3 Crosstabulation Count

total3

10.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00

kerja responden Lain-lain 0 1 1 2 4 8

Pegawai 1 5 5 4 7 7

Ibu RT 0 0 0 2 4 9

Total 1 6 6 8 15 24

kerja responden * total3 Crosstabulation Count

total3

17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 Total

kerja responden Lain-lain 4 4 0 0 0 24

Pegawai 5 9 2 0 0 45

Ibu RT 3 6 1 1 2 28