Pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

(1)

KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH Veronika

128114161 INTISARI

Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan perilaku kesehatan. Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dapat dilakukan dengan tujuan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional.

Responden penelitian ini adalah masyarakat dewasa setempat yang berusia ≥18 tahun, dipilih secara kebetulan (accidental sampling) dan pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional sebulan terakhir dan bersedia diwawancara. Data karakteristik responden dianalisis dengan statistik deskriptif dan data kualitatif hasil wawancara terstruktur diolah secara content analysis.

Pola penggunaan obat tradisional dengan frekuensi 1-5 kali dalam sebulan. Pengobatan mandiri banyak dilakukan untuk mengobati diri sendiri. Obat tradisional dibeli sendiri di warung dengan harga terjangkau. Penggunaannya dengan diminum langsung setiap hari. Obat tradisional membuat badan terasa enak dan efek samping yang terjadi sedikit. Tolak Angin® banyak digunakan untuk masuk angin. Sumber informasi obat tradisional diperoleh dari keluarga yang menjadi turun-temurun dan dari iklan di televisi. Motivasi penggunaan obat tradisional adalah merasa cocok kemudian sembuh setelah menggunakan obat tradisional dan karena penyakit ringan yang dialami langsung sembuh sehingga tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Kata kunci: pengobatan mandiri, obat tradisional, pola penggunaan, motivasi,


(2)

MEDICATION AMONG PEOPLE AT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

Veronika 128114161 ABSTRACT

Self medication using traditional medicine is a motivation for staying healthy. Self medication by traditional medicine can be done for preventive, promotive, curative and rehabilitative. This research objective is explaining patterns and motivations of traditional medicine utilization for self medication in community at Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

This research is an observational descriptive with cross sectional design. Research respondents are adult local community who are ≥ 18 years old chosen by accidental sampling and had been utilizing self medication by traditional medicine for the last month and willing to be interviewed. Respondents characteristics data are analyzed by descriptive statistics and qualitative data from structured interviews are treated using content analysis.

Traditional medicine has been using for 1-5 times in a month. Self medication has much done for self-healing. Traditional medicine is bought individually at local store in a low price. The utilization of traditional medicine is directly consumed every day. Traditional medicine has made physically body feel good and almost no adverse reaction. Tolak Angin® has already been used for cold healing. Traditional medicine information is obtained from generation to generation in family and television advertisement. The motivation of traditional medicine utilization are feeling appropriate with traditional medicine and healed after using traditional medicine beside it is a minor illness and directly healed therefore medical check-up are not necessary.

Key words: self medication, traditional medicine, utilization pattern, motivation, community at Desa Dieng.


(3)

POLA DAN MOTIVASI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA

DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Veronika NIM : 128114161

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

POLA DAN MOTIVASI PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA

DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Veronika NIM : 128114161

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

Persetujuan Pembimbing

POLA DAIY MOTTVASI PENGGI.INAAI{ OBAT TRADISIONAL T]NTIIK

PENGOBATAI\T MANDIRI DI KALANGAIT MASYARAKAT DESA

DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAII

Skripsi yang diajukan oleh:

Veronika

NIM: 12811416l

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

M


(6)

Pengesahan Skripsi Berjudul

POLA DAI\[ MOTTVASI PENGGI.INAAI\I OBAT TRADISIONAL I]NTUK

PENGOBATAI\T MANDIRI DI KALANGAI\{ MASYARAKAT DESA

DMNG KECAMATAN KEJAJAR KABI]PATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

Oleh:

Veronika

NIM: 12811416l

Diprtahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

pada tanggal: 20 Janumi 2016

Mengetahui Fakultas Farmasi

Sanata Dharma

Dekan

Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

Panitia Penguji :

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

2. Damiana SaptaCandrasari, S.Si., M.Sc.

3. lpang Djunarko, M.Sc., Apt.

lll

rie

i

Ar.


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk: TUHAN YESUS yang senantiasa memberikan kekuatan, berkat, dan kasih tanpa syarat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabku Kedua orang tuaku, kedua adikku dan keluargaku yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan doa yang tanpa henti bagiku. Terimakasih untuk kerja keras kedua orang tuaku yang selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur Almamaterku


(8)

PER}TYATAAI\ KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

ibniah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 20 November 2015 Penulis

\I,T


(9)

LEMBAR PER}IYATAAN PERSETUJUAI\I

PT]BLIKASI KARYA ILMIAII UNTT]K KEPEI{TINGAI\I AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Veronika

Nomor Mahasiswa : 12811416l

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhamra karya ilmiah saya yang berjudul :

POLA DAI\[ MOTTVASI PENGGT]NAAI\T OBAT TRADISIONAL TINTT]K

PENGOBATAI\I MANDIRI DI KALAI\IGAII MASYARAKAT DESA DMNG KECAMA'TANI KEJAJAR KABI'PATEN WONOSOBO

JAWA TENGAH

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimparq

me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :25 Jantari20l6

( Veronika ) ang menyatakan

u(


(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhann Yesus Kristus atas berkat dan anugrah-Nya yang luar biasa dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “POLA DAN MOTIVASI PENGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH” ini dipersiapakan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik tidak lepas dari doa dan dukungan orang-orang disekeliling penulis. Penulis ingin mengucapkan termakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan professional judgment yang telah meluangkan banyak waktu, penegtahuan, perhatian dan kesabaran untuk mendampingin, mengarahkan, memberi saran dan masukan kepada penulis, serta membantu perbaikan instrumen penelitian yang digunakan sehingga menjadi lebih baik.

3. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji, atas kritik dan saran

yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Kepala Kecamatan Kejajar yang membantu memberi informasi dalam menentukan lokasi penelitian.

6. Bapak Kepala Desa Dieng yang membantu selama pengambilan data penelitian.

7. Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah atas partisipasi dan respon baik terhadap penelitian yang telah dilakukan.


(11)

viii

8. Kedua Orang tuaku, Kencana Purba dan Arta Ulina Tarigan, terimakasih untuk perhatian, dukungan dan doa yang senantiasa menyertaiku.

9. Teman-teman sekelompok penelitian: Lusia Jois Mariana, Natalia Putri Arumsari, Yeni Mardiati Pasaribu, untuk dukungan, perhatian, bantuan dan perjuangan kita bersama.

10.Sahabat-sahabatku, Lotmi Sabaretnam Barasa, Lusia Christin Setiawati, Patricia Yosepha Jelarut, Rosalia Lestari.

11.Teman-teman Fakultas Farmasi 2012 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk setiap semangat, perjuangan, kerja keras dan kebersamaan kita.

12.Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang dibuat jauh dari sempurna karena keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.


(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 7

a. Manfaat teoritis ... 7

b. Manfaat praktis ... 7


(13)

x

1. Tujuan umum ... 7

2. Tujuan khusus ... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 9

A. Pengobatan Mandiri ... 9

B. Obat tradisional ... 10

a. Jamu ... 11

b. Obat Herbal Terstandar ... 11

c. Fitofarmaka ... 12

C. Pola Penggunaan Obat Tradisional ... 12

D. Motivasi Penggunaan Obat Tradisional ... 15

E. Keterangan Empiris ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 17

B. Variabel Penelitian ... 17

C. Definisi Operasional Penelitian... 18

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ... 19

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 21

G. Teknik Pengambilan Sampel... 21

H. Instrumen Penelitian... 22

I. Tahapan Penelitian ... 23

1. Studi pustaka ... 23


(14)

xi

3. Perijinan dan etika penelitian ... 23

4. Pembuatan panduan wawancara ... 24

5. Pengumpulan data ... 24

6. Pengolahan data ... 25

J. Analisis Hasil ... 25

1. Hasil data karakteristik ... 25

2. Hasil data kualitatif ... 26

K. Keterbatasan Penelitian ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Karakteristik Responden ... 27

1. Usia ... 28

2. Jenis kelamin ... 28

3. Pekerjaan ... 29

4. Status pernikahan ... 29

5. Pendidikan terakhir ... 30

6. Pendapatan per bulan ... 31

B. Pola Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri ... 32

1. Frekuensi penggunaan obat tradisional ... 32

2. Nama-nama obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri ... 33

3. Yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 35

4. Bentuk obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri ... 36


(15)

xii

5. Keluhan yang dialami responden saat melakukan pengobatan mandiri ... 38 6. Cara responden memperoleh obat tradisional yang digunakan

untuk pengobatan mandiri ... 40 7. Jarak antara tempat tinggal responden dengan tempat membeli

obat tradisional ... 42 8. Harga obat tradisional yang digunakan responden saat

melakukan pengobatan mandiri ... 43 9. Cara penggunaan obat tradisional saat melakukan pengobatan

mandiri ... 45 10.Lama penggunaan obat tradisional saat melakukan pengobatan

mandiri ... 46 11.Yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional

untuk pengobatan mandiri ... 47 12.Efek samping yang dialami setelah menggunakan obat

tradisional untuk pengobatan mandiri ... 48 13.Obat tradisional yang digunakan sudah pernah digunakan

sebelumnya ... 50 14.Sumber informasi mengenai obat tradisional ... 50 C. Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri .. 52

1. Motivasi menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 52


(16)

xiii

2. Motivasi memilih menggunakan obat tradisional untuk mengatasi penyakit yang dialami dibandingkan memeriksakan

diri ke pelayanan kesehatan ... 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 62


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik responden ... 27

Tabel II. Nama obat-obat tradisional yang digunakan untuk

pengobatan mandiri ... 34

Tabel III. Nama dan bentuk sediaan obat tradisional ... 37

Tabel IV. Keluhan sakit yang dialami responden yang melakukan

pengobatan mandiri dengan obat tradisional... 39

Tabel V. Cara responden memperoleh obat tradisional ... 41

Tabel VI. Tempat responden membeli obat tradisional ... 41

Tabel VII. Harga obat tradisional yang dibeli responden untuk


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema pencarian subjek penelitian ... 20

Gambar 2. Skema kajian penelitian payung ... 21

Gambar 3. Frekuensi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dalam sebulan terakhir ... 33

Gambar 4. Yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 35

Gambar 5. Bentuk sediaan obat tradisional yang digunakan responden untuk pengobatan mandiri ... 36

Gambar 6. Jarak responden memperoleh obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 43

Gambar 7. Cara penggunaan obat tradisional oleh responden untuk pengobatan mandiri ... 46

Gambar 8. Lama penggunaan obat tradisional yang digunakan responden untuk pengobatan mandiri ... 47

Gambar 9. Hal yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 48

Gambar 10. Efek samping yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 49


(19)

xvi

Gambar 11. Penggunaan obat tradisional yang sudah pernah digunakan sebelumnya oleh responden untuk pengobatan mandiri ... 50

Gambar 12. Sumber informasi mengenai obat tradisional yang diperoleh oleh responden untuk pengobatan mandiri ... 51

Gambar 13. Motivasi responden menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri ... 54

Gambar 14. Motivasi responden menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri tanpa memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan ... 55


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian ... 63

Lampiran 2. Ethical clearance ... 65

Lampiran 3. Informed consent ... 66

Lampiran 4. Panduan wawancara ... 68

Lampiran 5. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ... 73


(21)

xviii INTISARI

Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional merupakan perilaku kesehatan. Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dapat dilakukan dengan tujuan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian ini adalah masyarakat dewasa setempat yang berusia ≥18 tahun, dipilih secara kebetulan (accidental sampling) dan pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional sebulan terakhir dan bersedia diwawancara. Data karakteristik responden dianalisis dengan statistik deskriptif dan data kualitatif hasil wawancara terstruktur diolah secara content analysis.

Pola penggunaan obat tradisional dengan frekuensi 1-5 kali dalam sebulan. Pengobatan mandiri banyak dilakukan untuk mengobati diri sendiri. Obat tradisional dibeli sendiri di warung dengan harga terjangkau. Penggunaannya dengan diminum langsung setiap hari. Obat tradisional membuat badan terasa enak dan efek samping yang terjadi sedikit. Tolak Angin® banyak digunakan untuk masuk angin. Sumber informasi obat tradisional diperoleh dari keluarga yang menjadi turun-temurun dan dari iklan di televisi. Motivasi penggunaan obat tradisional adalah merasa cocok kemudian sembuh setelah menggunakan obat tradisional dan karena penyakit ringan yang dialami langsung sembuh sehingga tidak memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

Kata kunci: pengobatan mandiri, obat tradisional, pola penggunaan, motivasi, masyarakat Desa Dieng.


(22)

xix

ABSTRACT

Self medication using traditional medicine is a motivation for staying healthy. Self medication by traditional medicine can be done for preventive, promotive, curative and rehabilitative. This research objective is explaining patterns and motivations of traditional medicine utilization for self medication in community at Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

This research is an observational descriptive with cross sectional design. Research respondents are adult local community who are ≥ 18 years old chosen by accidental sampling and had been utilizing self medication by traditional medicine for the last month and willing to be interviewed. Respondents characteristics data are analyzed by descriptive statistics and qualitative data from structured interviews are treated using content analysis.

Traditional medicine has been using for 1-5 times in a month. Self medication has much done for self-healing. Traditional medicine is bought individually at local store in a low price. The utilization of traditional medicine is directly consumed every day. Traditional medicine has made physically body feel good and almost no adverse reaction. Tolak Angin® has already been used for cold healing. Traditional medicine information is obtained from generation to generation in family and television advertisement. The motivation of traditional medicine utilization are feeling appropriate with traditional medicine and healed after using traditional medicine beside it is a minor illness and directly healed therefore medical check-up are not necessary.

Key words: self medication, traditional medicine, utilization pattern, motivation, community at Desa Dieng.


(23)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan. Diantara 30.000 spesies tumbuhan yang hidup di Indonesia, diketahui 7000 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat. Sekitar 90% tumbuhan obat di kawasan Asia tumbuh di Indonesia. Terdapat 940 spesies tumbuhan obat telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, hanya 120 spesies yang masuk dalam Materia Medika Indonesia (Tilaar, 2014).

Obat tradisional tidak hanya berasal dari tumbuhan saja, bahan lain juga dapat digunakan untuk membuat obat tradisional. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat (9) tentang kesehatan menyebutkan pengertian dari obat tradisional yang merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Obat tradisional telah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan, perjuangan kemerdekaan, hingga perkembangan dan kemajuan sampai saat ini. Obat tradisional juga telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju (Tilaar, 2014). Pada awalnya obat tradisional dibuat sendiri dari bahan tumbuhan yang secara turun-temurun dan ada pula yang dibuat oleh herbalist kemudian berkembang menjadi industri rumah tangga, lalu pada


(24)

pertengahan abad ke-20 telah diproduksi oleh industri kecil obat tradisional dan industri obat tradisional (Handayani dan Suharmiati, 2002).

Penelitian yang telah dilakukan di Indonesia mengungkapkan bahwa masyarakat desa cenderung melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional atau cara tradisional yang diwariskan secara turun temurun (Supardi, Jamal dan Raharni, 2005). Kelebihan dari tanaman obat yang digunakan sebagai obat tradisional adalah efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan obat, harga yang lebih terjangkau dan ketersediaan bahan baku yang lebih mudah ditemukan di lingkungan sekitar (Wasito, 2011).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal tersebut menunjukkan bahwa WHO mendukung penggunaan obat tradisional sebagai salah satu cara pengobatan yang lebih dikenal dengan back to nature, yang dalam hal tertentu lebih menguntungkan seperti harga obat tradisional yang lebih terjangkau karena diperoleh dari lingungan sekitar. Kebijakan nasional di Indonesia mengenai obat tradisional disebutkan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun dalam pelayanan kesehatan (Wasito, 2011).

Menurut Soedibyo (1998), penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah menjadi bagian dari budaya bangsa dan sudah banyak dimanfaatkan oleh


(25)

masyarakat sejak zaman dahulu kala. Manfaat dari obat tradisional selain untuk pengobatan (kuratif), juga bermanfaat untuk peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Penggunaan obat tradisional merupakan salah satu upaya dalam melakukan pengobatan mandiri. Pengobatan mandiri memiliki tujuan untuk meningkatankan kesehatan, mengobati penyakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Motivasi seseorang melakukan pengobatan mandiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan (McEwen, 1979).

Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam pegunungan di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Desa Dieng terletak di lembah yang dikelilingi oleh beberapa bukit, belum terdapat apotek di wilayah Desa Dieng, hal ini membuat akses masyarakat setempat terhadap pelayanan kesehatan menjadi terbatas. Apotek terdekat berada di Kecamatan Garung sebelum Kabupaten Wonosobo, dapat diakses dengan alat transportasi umum berupa mini bis yang melintasi Desa Dieng sehingga masyarakat yang menggunakan harus menunggu di area terminal. Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional atau cara tradisional merupakan bagian penting dari budaya lokal dan sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012).

Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di daerah Desa Dieng menarik untuk dikaji. Kajian


(26)

serupa belum pernah dilakukan di lokasi tersebut. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan gambaran mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Dieng, terutama dalam hal peningkatan derajat kesehatan melalui pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Seperti apa karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah?

b. Seperti apa pola pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah?

c. Seperti apa motivasi pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pola penggunaan dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri yang telah dipublikasikan antara lain:

a. “Perilaku Pengguna Obat Tradisional pada Pengunjung Kios Jamu di Kota


(27)

Pengetahuan dan Penggunaan” (Ningsih, 2005). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai perilaku dari masyarakat pengguna obat tradisional di Kota Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah para pengunjung kios jamu yang pernah menggunakan obat tradisional di 10 kios jamu Kota Yogyakarta.

b. “Pola Perilaku Pengobatan Mandiri Diantara Pria dan Wanita di Kalangan

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta” (Angkoso, 2006). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan pola perilaku antara pria dan wanita dalam pengobatan mandiri dan dalam pemilihan obat tanpa resep (OTR) di kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa Kampus III, Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, kecuali Fakultas Farmasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, kecuali Fakultas Farmasi di semester gasal tahun ajaran 2005/2006.

c. “Studi tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi pada

Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada

Masyarakat Desa Maguwoharjo” (Wisely, 2008). Tujian penelitian ini untuk

memberi informasi mengenai pemahaman masyarakat tentang kemasan obat tradisional serta faktor-faktor yang melatarbelakangi atau alasan pemilihan pemakaian obat tradisonal di masyarakat sekarang ini. Subjek penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah atau pernah menikah, berusia 26 – 60 tahun, yang


(28)

pernah mengkonsumsi obat tradisional dan bertempat tinggal di Desa Maguwoharjo.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya, terletak pada tujuan penelitian, subjek atau responden penelitian, lokasi penelitian, teknik pengambilan responden, dan analisis data. Penelitian ini dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada tahun 2015, responden penelitian masyarakat Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki ataupun perempuan dan bersedia diwawancara. Teknik pengambilan responden dengan metode aksidental,sampling, sedangkan analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dan content analysis.

Penelitian ini membahas mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di masyarakat desa yang berada di daerah dataran tinggi. Pada penelitian sebelumnya membahas mengenai motivasi, pengetahuan dan penggunaan obat tradisional dengan teknik pengambilan responden menggunakan purposive sampling dan sebagian besar responden adalah laki-laki (Ningsih, 2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku pengobatan mandiri dengan jenis penelitian observasional deskriptif, menggunakan kuisioner dan faktor terbesar yang mempengaruhi adalah karena hemat biaya (Angkoso, 2008) dan pemahaman informasi pada kemasan dan alasan pemilihan obat tradisional dengan jenis penelitian non-eksperimental, survey epidemiologi deskriptif (Wisely, 2008).


(29)

Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng belum pernah dilakukan. Oleh karena hal tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi dan menambah informasi mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan deskripsi mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri pada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai gambaran pola dan motivasi penggunaan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng,

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola penggunaan dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran mengenai karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.


(30)

b. Mendapatkan gambaran mengenai pola penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang meliputi frekuensi pengunaan, nama obat tradisional, yang menggunakan obat tradisional, bentuk obat tradisional yang digunakan, keluhan yang dialami, cara memperoleh, jarak, harga, cara penggunaan, lama penggunaan, yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional, efek samping, obat tradisional yang digunakan sudah pernah digunakan sebelumnya dan sumber informasi mengenai obat tradisional.

c. Mendapatkan gambaran mengenai motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(31)

9 BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA

A. Pengobatan Mandiri

Pengobatan mandiri adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional maupun obat oleh individu untuk mengobati penyakit ringan atau gejala yang dapat dikenali sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang sebelumnya telah didiagnosis tegak oleh dokter (WHO, 1998). Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Binfar dan Alkes) Tahun 2007, setiap individu yang akan melakukan pengobatan mandiri dituntut untuk bisa menentukan pola pengobatannya sendiri, termasuk tindakan pemilihan obat (obat tradisional atau obat) untuk mengatasi keluhan yang dialami.

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pengobatan mandiri, antara lain biaya pelayanan kesehatan yang mahal sehingga masyarakat lebih memilih mencari pengobatan yang lebih murah untuk mengobati penyakit-penyakit relatif ringan yang dialami, kemudian dengan berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan bagi masyarakat karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan dan kehidupan sosial ekonomi, sehingga meningkatkan pengetahuan untuk melakukan pengobatan mandiri. Faktor lainnya seperti promosi obat bebas dan obat bebas terbatas melalui media cetak maupun elektronik sampai beredar ke pelosok-pelosok desa, semakin tersebarnya distribusi obat melalui Puskesmas dan warung yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama


(32)

OTR dalam pengobatan mandiri, dilakukannya kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat mendukung perkembangan farmasi komunitas, dan semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian yang ditinjau dari khasiat dan keamanan obat diubah menjadi OTR (obat wajib apoteker, obat bebas terbatas, dan obat bebas), sehinggga masyarakat dapat memperkaya pemilihan obat.

Dalam melakukan pengobatan mandiri, pelaku harus mampu mendiagnosis dan menentukan sendiri obat yang digunakan untuk mengatasi keluhan yang dialaminya. Menurut Dirjen Binfar dan Alkes (2007), hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan pengobatan mandiri antara lain adalah dengan mengetahui jenis obat yang diperlukan, mengetahui kegunaan dari tiap obat sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya, menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui batas kapan harus menghentikan pengobatan mandiri yang kemudian segera minta pertolongan kepada petugas kesehatan. Pelaku pengobatan mandiri juga harus mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat yang timbul.

B. Obat Tradisional

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat (9) tentang kesehatan menyebutkan bahwa “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,


(33)

sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sebagai norma yang berlaku di masyarakat”. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Nomor HK.00.05.4.2411 Tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, dengan logo tertentu dalam kemasan sebagai berikut.

1. Jamu

Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “jamu adalah obat tradisional Indonesia yang bukti klaim khasiat dan keamanannya berdasarkan data empiris karena telah digunakan secara turun-temurun”. Simbol

berupa “RANTING DAUN” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran

dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok, serta mencantumkan

tulisan “JAMU” berwarna hijau”. 2. Obat herbal terstandar

Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi”. Simbol obat herbal terstandar adalah “JARI-JARI DAUN


(34)

dasar putih atau berwarna lain yang menyolok. Dibawah simbol tersebut harus

terdapat tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” berwarna hijau. 3. Fitofarmaka

Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa,

“fitofarmaka adalah sediaan bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uij pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah terstandarisasi”. Simbol fitofarmaka berupa “JARI-JARI

DAUN” berwarna hijau yang membentuk bintang dan terletak di dalam lingkaran

dengan warna dasar putih atau mencolok, serta terdapat tulisan

“FITOFARMAKA” pada bawah lingkaran.

C. Pola Penggunaan Obat Tradisional

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Namun demikian, pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai (Sulasmono dan Harti, 2010). Pola penggunaan obat dideskripsikan berdasarkan pengetahuan tentang nama, tujuan penggunaan, sumber informasi, sumber obat, jarak ke sumber obat dan alat transportasi ke sumber obat (Supardi, Sukasediati dan Azis, 1997).

Menurut Pujiyanto (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa frekuensi minum ramuan obat tradisional bervariasi. Frekuensi penggunaan obat tradisional merupakan salah satu pola dari penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.


(35)

Menurut Wasito (2011), bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk padat, cair, maupun semi padat. Bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang banyak beredar di masyarakat antara lain berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastilles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyok, parem, pilis dan tapel. Bentuk sediaan merupakan salah satu pola dari penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

Pemilihan obat menurut Kalagie (cit. Supardi, 1997) dipengaruhi oleh jarak antara tempat tinggal responden dengan tempat membeli obat. Jarak yang dekat antara tempat tinggal dengan tempat membeli obat memudahkan masyarakat untuk memperoleh obat tradisional. Pengobatan mandiri memberikan beberapa keuntungan. Salah satu keuntungan dari pengobatan mandiri adalah biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997).

Pembuatan ramuan obat tradisional dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama dengan dicampur, ditumbuk, direbus dan diambil air sarinya. Kedua dengan dicampur, ditumbuk, tanpa direbus dan diambil air sarinya. Ketiga dengan dicampur, ditumbuk dan dikeringkan. Keempat dengan dicampur, dipotong-potong kemudian dikeringkan dan kelima langsung digunakan (Latief, 2012).

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Handayani dkk. (2002), sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga, antara lain: obat tradisional buatan sendiri merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional untuk menjaga kesehatan anggota keluarga


(36)

serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga. Kedua, obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu (herbalist) merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat digemari masyarakat. Ketiga, obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya obat tradisional, industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional.

Menurut Thomas (1989), berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat dapat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat disekitar pekarangan rumah yang dapat dibuat menjadi obat tradisional. Obat tradisional dibuat dengan pengetahuan dan peralatan yang sederhana pada jaman dahulu oleh nenek moyang dan para orang tua untuk mengatasi masalah penyakit dan hasilnya cukup memuaskan.

Penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologis yang benar dari suatu penyakit atau gejala-gejalanya. Obat yang digunakan harus tepat dosis, tepat penderita, tepat indikasi, tepat cara pemakaian, tepat jumlah dan frekuensi serta lama pemakaian, terpilih untuk penyakitnya, tepat kombinasi, dan tepat informasinya, serta waspada terhadap adanya efek samping obat (Ikawati, 1994). Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan obat tradisional adalah efek samping yang ditimbulkan cukup kecil dibandingkan dengan yang sering terjadi pada pengobatan menggunakan obat (Wasito, 2011).


(37)

D. Motivasi Penggunaan Obat Tradisional

Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Motivasi juga suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2010).

Motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan tertentu. Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan dan keinginan tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Menurut Sarwono (1997), motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai. Motivasi yang rendah biasanya menghasilkan tindakan yang kurang kuat.

Menurut Kotler dan Keller (2007) “Customer buying decision – all their experience in learning, choosing, using, even disposing of a product”, yang memiliki arti minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen. Konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.

Faktor-faktor perilaku yang dapat mempengaruhi motivasi kesehatan individu atau masyarakat adalah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor


(38)

pendorong. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong adalah sikap dan perilaku dari petugas kesehatan (Sarwono, 2007).

E. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pola dan motivasi pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.


(39)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian berjudul “Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional

untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan

Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah” merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu mengumpulkan data dan mendeskripsikan mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri tanpa adanya perlakuan terhadap responden, pada satu titik waktu tertentu tanpa adanya tindak lanjut selama penelitian. Hal tersebut tidak berarti bahwa semua responden penelitian diamati secara bersamaan pada waktu yang sama. Observasional deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang sedang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri oleh masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(40)

C. Definisi Operasional Penelitian Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Pengobatan mandiri dalam penelitian didefinisikan sebagai penggunaan obat-obat tradisional oleh masyarakat atas inisiatif sendiri dalam waktu sebulan terakhir.

2. Obat tradisional didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, sediaan sarian, termasuk jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan untuk manusia.

4. Pola penggunaan obat tradisional didefinisikan sebagai tindakan responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dalam waktu sebulan terakhir, meliputi: frekuensi pengunaan, nama obat tradisional, yang menggunakan obat tradisional, bentuk obat tradisional yang digunakan, keluhan yang dialami, cara memperoleh, jarak, harga, cara penggunaan, lama penggunaan, yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional, efek samping, obat tradisional yang digunakan sudah pernah digunakan sebelumnya dan sumber informasi mengenai obat tradisional.

5. Motivasi penggunaan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu penggunaan obat tradisional dan pemilihan pengobatan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.


(41)

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian

Subjek penelitian adalah masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi penelitian adalah masyarakat dewasa di Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, yang pernah melakukan pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan terakhir, baik laki-laki ataupun perempuan dan bersedia diwawancarai dengan menandatangani informed consent.

Pada penelitian ini responden penelitian yang ditetapkan sebagai kriteria inklusi adalah responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pada usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang. Menurut Adjie (2003), usia dewasa berarti seseorang memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri dalam melakukan tindakan.

Rentang waktu penggunaan obat tradisional dalam melakukan pengobatan mandiri adalah satu bulan terakhir. Tujuan diberikan batasan waktu satu bulan terakhir agar mempermudah responden dalam mengingat dan menghindari terjadinya bias.

Responden penelitian payung diperoleh dari 52 responden yang bersedia diwawancarai dan terdapat 17 responden yang dikeluarkan. Alasan responden dikeluarkan karena menggunakan obat dari resep dokter sebanyak 6 responden dan tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir selama wawancara berlangsung sebanyak 11 responden. Responden penelitian ini sebanyak 31 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat


(42)

tradisional. Penelitian deskriptif memiliki jumlah minimal responden adalah 30 responden. Jumlah responden tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal jika dilakukan analisis statistik seperti uji komperasi dan kolerasi (Krithikadatta, 2014; Hardon, Hodgkin and Fresle, 2004).

Skema pencarian subjek (Gambar 1) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Skema pencarian subjek penelitian E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2015. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama dilakukan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua dilakukan pada tanggal 13-15 Juni 2015.

52 responden yang bersedia diwawancara

4 responden melakukan pengobatan mandiri menggunakan

obat

30 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat

26 responden melakukan pengobatan mandiri dengan obat

dan obat tradisional

5 responden melakukan pengobatan mandiri dengan obat

tradisional

Responden penelitian: 31 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat

tradisional

17 responden dikeluarkan: 6 responden menerima resep dari

dokter 11 responden tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu


(43)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian payung, yang dibedakan berdasarkan kajian. Judul utama penelitian payung adalah “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Kajian penelitian payung mengenai pengobatan mandiri meliputi: pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat; pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional, pola dan motivasi penggunaan obat; pola dan motivasi penggunaan obat tradisional.

Penelitian payung ini dilakukan oleh 4 mahasiswa dengan kajian yang berbeda masing-masing mahasiswa. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah

“Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri di

Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,

Jawa Tengah”. Skema kajian penelitian payung (Gambar 2) yang dilakukan:

Gambar 2. Skema kajian penelitian payung G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan jenis accidental sampling. Pengambilan data kualtitatif dilakukan dengan wawancara terstruktur berdasarkan panduan wawancara secara non-random sampling, yaitu pengambilan

Kajian

Pengobatan mandiri menggunakan obat

Pengetahuan, sikap dan tindakan

Pola dan motivasi

Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional

Pengetahuan, sikap dan tindakan


(44)

sampel tidak berdasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).

Accidental sampling dilakukan dengan cara memilih responden yang kebetulan ditemui oleh peneliti. Pengambilan sampel secara aksidental (accidental sampling) merupakan pengambilan responden secara kebetulan ditemui dan bersedia menjadi subjek penelitian yang berada di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa panduan wawancara. Wawancara untuk memperoleh data kualitatif dilakukan dengan bantuan alat berupa panduan wawancara, alat perekam (audio taped) dan catatan hasil wawancara. Panduan wawancara sudah divalidasi dengan metode expert judgement, dalam hal ini divalidasi oleh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sehingga panduan wawancara dapat digunakan untuk pengambilan data. Panduan wawancara yang disusun berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, pertanyaan pada panduan wawancara disusun secara terstruktur dan dengan bahasa yang dapat dipahami responden saat diwawancarai.


(45)

I. Tahapan Penelitian 1. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan terlebih dahulu mengenai pengobatan mandiri, obat tradisional, pola penggunaan obat tradisional pada masyarakat desa yang menggunakan obat tradisional di daerah yang ada di Indonesia khususnya daerah Jawa, motivasi penggunaan obat tradisional oleh masyarakat desa, metode penelitian teknik pengambilan sampel, dan besar sampel penelitian.

2. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian ditentukan dan dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

3. Perizinan dan etika penelitian

Perizinan penelitian dilakukan dengan mengajukan rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Badan Kesbanglinmas) Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah. Pengurusan etika penelitian diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedoketran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sehingga setelah pegurusan izin dan etika penelitian sudah diterima, penelitian dapat dilaksanakan.

Pengurusan ethical clearance diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ethical clearance penelitian diperoleh pada tanggal 17 Juni 2015 dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Ethical clearance dibuat untuk menjamin terpenuhinya etika dalam melakukan penelitian. Informed consent


(46)

adalah bukti tertulis dari pernyataan kesediaan calon subjek penelitian untuk bisa ikut terlibat di dalam penelitian. Responden diberikan penjelasan singkat mengenai penelitian sebelum diminta kesediaannya menjadi responden, kemudian responden menandatangani informed consent dengan tidak ada unsur paksaan dalam proses rekrutmen responden. Semua data diri dari responden dirahasiakan dalam penelitian ini.

4. Pembuatan panduan wawancara

Panduan wawancara divalidasi terlebih dahulu dengan metode expert judgement dilakukan oleh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan validasi panduan wawancara untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan tujuan yang akau dicapai dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kuesioner penelitan sebelumnya oleh Pangastuti (2014). Namun ada perbedaan karena pada panduan wawancara penelitian ini terdapat penambahan pertanyaan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian.

5. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dengan responden. Wawancara dilakukan langsung dengan bantuan panduan wawancara dan alat perekam (audio taped). Panduan wawancara berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terstruktur. Calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani inform consent yang diikutkan sebagai responden, hal tersebut dilakukan sebagai tanda persetujuan responden.


(47)

6. Pengolahan data

Pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan mentranskripsikan data hasil wawancara dari alat perekam (audio taped). Pada penelitian ini, peneliti pertama melakukan transkripsi data hasil wawancara kemudian menyesuaikan dengan catatan yang ditulis saat pengambilan data. Peneliti kedua melakukan proses yang sama dengan peneliti pertama agar proses transkripsi oleh peneliti pertama dan data hasil wawancara lebih akurat. Proses transkripsi pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Widayati, Suryawati, de Crespigny and Hiller (2012). Data hasil wawancara yang telah ditranskripsikan kemudian dikuantifikasi sesuai dengan pertanyaan di panduan wawancara dengan menghitung persentase dan mendeskripsikan hasil penelitian dari setiap pertanyaan pada panduan wawancara.

J. Analisis Hasil 1. Hasil data karakteristik

Hasil data karakteristik responden dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hasil adalah teknik perhitungan persentase, yang ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P : Persentase jawaban dalam satuan persen (%) a : Jumlah jawaban


(48)

2. Hasil data kualitatif

Hasil data kualitatif dari wawancara terstruktur mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional dianalisis dengan teknik content analysis. Data kualitatif hasil wawancara dikategorikan dan dihitung persentasenya, disetiap kategori disertai dengan pembahasan dan deskripsi.

K.Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara non-random dengan jenis accidental sampling karena peneliti hanya merekrut masyarakat Desa Dieng yang kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria inklusi saat pengambilan data. 2. Pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti dengan responden yang

kebetulan ditemui, terdapat keterbataan waktu saat wawancara karena banyak responden yang sedang bekerja, sehingga diperlukan pemilihan waktu yang tepat saat melakukan wawancara.

3. Instrumen penelitian ini menggunakan panduan wawancara yang tidak terdapat skala untuk mengukur variabel dalam penelitian.

4. Kajian penelitian ini terbatas hanya pada pola penggunaan dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.


(49)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Sebanyak 31 responden bersedia diwawancarai dalam penelitian ini. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan per bulan.

Tabel I. Karakteristik responden, n=31

Karakteristik responden Persentase (%) Rentang usia (18-59 tahun)

Median usia (33 tahun)

18 – 24 23

25 – 31 16

32 – 38 32

39 – 45 13

46 – 52 10

53 – 59 6

Jenis kelamin

Perempuan 68

Laki-laki 32

Jenis pekerjaan

Belum bekerja 3

Ibu Rumah Tangga 13

Karyawan 16

Pedagang/ Wirausaha 36

Petani 32

Status pernikahan

Menikah 84

Belum menikah 16

Tingkat pendidikan

SD 23

SLTP (SMP) 29

SLTA (SMA/SMK) 45

Perguruan Tinggi 3

Pendapatan per bulan

Belum memiliki pendapatan 3

< Rp 300.000 16

Rp 300.000 pendapatan < Rp 1.000.000 26 Rp 1.000.000 pendapatan < Rp 1.500.000 32 Rp 1.500.000 pendapatan < Rp 2.000.000 7 > Rp 2.000.000 16


(50)

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel I) diperoleh data rentang usia responden adalah 18-59 tahun, dengan jumlah responden sebanyak 31 (n=31). Data rentang usia responden tersebut, kemudian dibagi menjadi enam kelas. Pada rentang usia 32-38 tahun menunjukkan persentase terbesar responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri (32%). Kriteria inklusi penelitian adalah masyarakat dewasa di Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, yang pernah melakukan pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan terakhir.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011 dan Depkes RI Tahun 2009, pada rentang usia 32-38 tahun berada dalam rentang usia produktif. Sebagian besar responden berada pada rentang usia produktif. Seseorang dapat melakukan usaha untuk mengobati dirinya sendiri pada saat bertambahnya usia dan seiring dengan bertambahnya pengetahuan (Arumwardhani, 2011). Saat bertambahnya usia, pengetahuan mengenai kesehatan akan meningkat.

2. Jenis kelamin

Pada hasil penelitian (Tabel I) mengenai karakteristik jenis kelamin diperoleh, yaitu berjenis kelamin perempuan (68%) dan berjenis kelamin laki-laki (32%). Pada penelitian ini lebih banyak diikuti oleh reponden berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan perempuan lebih sering melakukan pengobatan mandiri dan lebih peduli terhadap masalah kesehatan, untuk dirinya sendiri maupun keluarganya (Noviana, 2011). Pada


(51)

penelitian ini juga responden yang paling banyak melakukan pengobatan mandiri adalah responden dengan jenis kelamin perempuan.

3. Pekerjaan

Hasil penelitian (Tabel I) diperoleh karakteristik pekerjaan responden, dari 31 responden yang bersedia diwawancara yang paling banyak bekerja sebagai pedagang/ wirausaha (36%) dan petani (32%). Desa Dieng memiliki tanah yang subur sehingga cocok untuk bercocok tanam, selain itu juga Desa Dieng menjadi desa wisata yang sudah banyak dikunjungin oleh wisatawan dari dalam negeri maupun wisatawan dari luar negeri. Kedua hal tersebut membuat masyarakat Desa Dieng memiliki pekerjaan sebagian besar menjadi pedagang/ wirausaha dan petani.

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pengobatan mandiri karena adanya komunikasi dalam pekerjaan yang merupakan suatu kegiatan sosial (Sarwono, 2007). Kegiatan sosial menimbulkan interaksi antar individu sehingga saling terjadi pertukaran informasi mengenai kesehatan, pemilihan dan penggunaan obat. Pekerjaan juga berpengaruh terhadap pendapatan sehingga berpengaruh juga terhadap kesempatan untuk melakukan pemilihan pengobatan. Pekerjaan sebagai pedagang/ wirausaha membutuhkan komunikasi dengan pembeli, sesama penjual, dan masyarakat di sekitarnya yang merupakan kegiatan sosial.

4. Status pernikahan

Pada hasil penelitian (Tabel I) mengenai karakteristik status pernikahan diperoleh, yaitu sebesar 16% menjawab belum menikah dan sebesar 84%


(52)

menjawab sudah menikah. Sebagian besar responden pada penelitian ini sudah menikah dan tinggal bersama dengan keluarga.

Status pernikahan memiliki pengaruh terhadap tindakan self-care, termasuk melakukan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat tradisional (Widayati, 2012). Pada penelitian ini, responden yang sudah menikah paling banyak melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dibandingkan dengan responden yang belum menikah.

5. Pendidikan terakhir

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel I) diperoleh tingkat pendidikan terakhir responden paling banyak adalah SLTA (SMA/SMK) sebesar 45%. Pendidikan terakhir seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan dan informasi yang diperoleh oleh seseorang. Pendidikan terakhir merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, pengetahuan dapat berupa informasi-informasi mengenai pengobatan mandiri untuk mengatasi gejala maupun penyakit yang dialami oleh seseorang (Sarwono, 2007).

Individu dengan pendidikan tinggi cenderung akan lebih mudah menerima informasi, lebih baik untuk mengaplikasikan informasi yang diperoleh, memiliki daya tangkap dan cara berpikir yang lebih baik. Informasi tersebut termasuk informasi atau pengetahuan mengenai pengobatan mandiri. Masyarakat yang tingkat pendidikan akhir lebih tinggi akan lebih banyak memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai pengobatan. Pada penelitian ini, responden memiliki tingkat pendidikan terakhir paling banyak pada tingkat SLTA


(53)

(SMA/SMK). Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA (SMA/SMK) paling banyak melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional.

6. Pendapatan per bulan

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel I) diperoleh pendapatan per bulan responden, pendapatan responden dibagi menjadi enam kelas. Pendapatan per bulan Rp 1.000.000 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000 merupakan pendapatan yang paling banyak pada responden dalam penelitian ini.

Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi akan lebih mudah mengakses sarana kesehatan, sedangkan masyarakat yang memiliki pendapatan rendah akan cenderung menjadikan masalah biaya sebagai pertimbangan untuk melakukan pengobatan. Menurut penelitian yang telah dilakukan, tingkat ekonomi atau pendapatan seseorang berhubungan bermakna dengan penggunaan obat tradisional. Masyarakat desa dan masyarakat kota memiliki tingkat pendapatan yang berbeda. Diasumsikan bahwa masyarakat desa lebih banyak yang tingkat ekomoni kurang mampu daripada masyarakat kota. Masyarakat yang berlokasi di desa lebih banyak menggunakan obat tradisional dibandingkan masyarakat yang berlokasi di kota, masyarakat desa cenderung menggunakan obat tradisional karena ketersediaan tanaman obat sebagai bahan baku obat tradisional lebih banyak dan lebih dikenal di desa. Obat tradisional jamu gendong dan obat tradisional buatan sendiri lebih banyak digunakan di desa (Supardi dkk., 2003).

Pada penelitian ini, responden memiliki pendapatan per bulan yang dapat digunakan untuk melakukan pengobatan mandiri. Responden pada penelitian ini dapat melakukan pengobatan mandiri dari hasil pendapatan mereka


(54)

per bulan yang beragam, karena kesehatan merupakan hal yang penting sehingga banyak responden yang melakukan pengobatan mandiri untuk pencegahan penyakit.

B. Pola Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri Pola penggunaan obat tradisional dalam penelitian ini meliputi: frekuensi pengunaan, nama obat tradisional, yang menggunakan obat tradisional, bentuk obat tradisional yang digunakan, keluhan yang dialami, cara memperoleh, jarak untuk memperoleh, harga, cara penggunaan, lama penggunaan, yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional, efek samping yang dialami, obat tradisional yang digunakan sudah pernah digunakan sebelumnya dan sumber informasi mengenai obat tradisional. Berikut hasil penelitian mengenai pola penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri:

1. Frekuensi penggunaan obat tradisional

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 3) diperoleh frekuensi penggunaan obat tradisional responden sangat bervariasi. Frekuensi penggunaan dalam sebulan terakhir yang terbesar adalah 1-5x dalam sebulan (48%).

Menurut Pujiyanto (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa frekuensi minum ramuan obat tradisional bervariasi antara sehari satu-dua-tiga kali hingga seminggu sekali. Hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya mengungkapkan hal yang sama mengenai frekuensi penggunaan obat tradisional yang bervariasi.


(55)

Gambar 3. Frekuensi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dalam sebulan terakhir, n=31

Banyak responden melakukan pengobatan mandiri dalam kurun waktu sebulan terakhir dengan menggunakan obat tradisional 1-5x tiap bulan dan terdapat juga responden yang menggunakan obat tradisional setiap hari. Penggunaan obat tradisional setiap hari yang dilakukan responden untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit.

2. Nama-nama obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri Hasil yang diperoleh dari penelitian (Tabel II) mengenai obat tradisional yang paling banyak digunakan untuk penggobatan mandiri oleh responden adalah Tolak Angin® (42%). Suhu di dataran tinggi Dieng yang sangat rendah sehingga cuacanya juga sangat dingin. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Desa Dieng menggunakan Tolak Angin® karena berkhasiat untuk menghangatkan tubuh dan mencegah terjadinya masuk angin. Kandungan dari Tolak Angin® yang dapat menghangatkan tubuh adalah Jahe (Zingiber officinale).

Pada penelitian ini banyak responden memilih dan menggunakan obat tradisional berupa Tolak Angin® dalam melakukan pengobatan mandiri. Dari hasil wawancara, banyak responden yang belum dapat membedakan jenis obat tradisional yang terdiri dari jamu, OHT atau fitofarmaka. Tolak Angin®

48% 7%

3%

19% 23%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 1-5x tiap bulan

6-10x tiap bulan 11-15x tiap bulan kadang kala (saat sedang sakit) setiap hari


(56)

merupakan obat herbal terstandar yang terkenal di kalangan masyarakat baik di Indonesia maupun di luar negeri sebagai produk obat tradisional asli Indonesia. Tolak Angin® adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanannya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. Bahan baku Tolak Angin® merupakan tanaman herbal yang tumbuh di Indonesia dan telah dilestarikan oleh penduduk Indonesia.

Tabel II. Nama obat-obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri, n=31

Nama obat tradisional Persentase (%)

Tolak Angin® 42

Kunyit asam 17

Kunyit*, jahe*, kencur* 7

Purwaceng 7

Antangin® 3 Kunir*, kencur*, sirih** 3

Ricalinu 3

Terong Belanda 3 Jamu air mancur® 3

Naturindo 3

Jinten hitam 3 Larutan cap kaki 3 anak® 3 Jamu sawanan 3

Total 100

Keterangan: * direbus masing-masing (terpisah) untuk diminum ** direbus untuk pemakaian luar

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat obat yang digunakan oleh responden belum melakukan registrasi di BPOM RI diantaranya adalah obat Ricalinu dan Naturindo. Pengawasan obat tradisional yang beredar di masyarakat dilakukan oleh BPOM. Obat tradisional yang beredar seharusnya memperoleh izin dari BPOM sebelum produknya dipasarkan. Salah satu misi BPOM adalah meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan termasuk obat tradisional untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan obat. Sesuai Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM No. 14 Tahun 2014, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM


(57)

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan obat dan makanan, salah satunya meliputi pengawasan atas produk obat tradisional (BPOM RI, 2013).

3. Yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 4) diperoleh yang obat tradisional untuk pengobatan mandiri paling banyak dilakukan untuk mengobati diri sendiri (77%). Pengobatan mandiri bukan hanya dilakukan untuk diri sendiri saja, tetapi dapat dilakukan untuk keluarga di lingkungan sekitar responden.

Menurut Supardi dkk. (1997), pengobatan mandiri yang dilakukan sendiri oleh responden sebelumya diperoleh dari keluarga dan orang tua, sehingga pada usia produktif responden dapat melakukan pengobatan mandiri untuk dirinya sendiri. Responden pada penelitian ini semuanya tinggal di rumah bersama keluarga baik responden yang sudah menikah maupun yang belum menikah, dan responden terbanyak adalah perempuan. Menurut Noviana (2011), perempuan lebih peduli terhadap kesehatan keluarga, perempuan dalam hal ini adalah sebagai seorang ibu atau istri yang membantu dalam pemilihan pengobatan untuk keluarganya. Jadi, pengobatan mandiri dapat dilakukan untuk dirinya sendiri dan juga untuk keluarga.

Gambar 4. Yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, n=31

77% 13%

10%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% sendiri

keluarga sendiri dan keluarga


(58)

4. Bentuk obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri Hasil penelitian menunjukkan (Gambar 5) bentuk obat tradisional yang paling banyak digunakan untuk pengobatan mandiri adalah bentuk cair (80%). Bentuk sediaan lain dari obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri adalah serbuk (10%) dan kapsul (10%). Bentuk sediaan cair lebih mudah dan praktis digunakan sehingga banyak responden yang menggunakan bentuk sediaan obat tradisional dalam bentuk cair dibandingkan dengan bentuk yang lain.

Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk padat, cair, maupun semi padat. Bentuk sediaan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat beragam (Tabel III), mulai dari yang sederhana hingga yang membutuhkan teknologi yang tinggi dan untuk tujuan serta penggunaan yang bermacam-macam. Hanya bentuk sediaan padat (serbuk dan kapsul) dan cair yang digunakan oleh responden pada penelitian ini (Wasito, 2011).

Gambar 5. Bentuk sediaan obat tradisional yang digunakan responden untuk pengobatan mandiri, n=31

Obat tradisional banyak dipasarkan dalam bentuk sediaan obat cair, baik untuk penggunaan pemakaian obat dalam maupun sebagai obat luar. Cairan obat dalam merupakan sediaan obat tradisional berupan larutan emulsi atau suspensi dalam air yang bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam. Berbeda dengan cairan obat luar, yang

80% 10%

10%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% cair

serbuk kapsul


(59)

merupakan sediaan obat tradisional berupan larutan emulsi atau suspensi dalam air yang bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar (Wasito, 2011). Cairan obat dalam yang banyak digunakan oleh responden merupakan produk OHT untuk keluhan masuk angin dan cairan obat luar yang banyak digunakan oleh responden berupa larutan pembersih daerah kewanitaan.

Tabel III. Nama dan bentuk sediaan obat tradisional Nama obat tradisional Bentuk Sediaan

Tolak Angin® Cair Kunyit asam Cair Kunyit*, jahe*, kencur* Cair Antangin® Cair Kunir*, kencur*, sirih** Cair Terong Belanda Cair Larutan cap kaki 3 anak® Cair Ricalinu Kapsul Naturindo Kapsul Jinten hitam Kapsul Purwaceng Serbuk Jamu air mancur® Serbuk Jamu sawanan Serbuk

Keterangan: * direbus masing-masing (terpisah) untuk diminum ** direbus untuk pemakaian luar

Bentuk sediaan kering dari obat tradisional yang paling banyak beredar di pasaran adalah dalam bentuk serbuk, yang merupakan sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok dengan bahan baku berupa simplisia, sediaan galenik, atau campurannya. Sediaan serbuk juga dapat dibuat dari bagian tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alami dan dapat berasal seluruhnya dari bahan yang padat, kering, atau juga mengandung sejumlah kecil cairan atau ekstrak tumbuh-tumbuhan atau bahan lainnya yang disebarkan secara merata pada campuran bahan yang padat (Wasito, 2011). Obat tradisional


(60)

bentuk serbuk yang digunakan oleh responden pada penelitian ini seperti serbuk Purwaceng.

Bentuk sediaan obat tradisional yang lebih modern juga digunakan oleh responden untuk pengobatan mandiri adalah kapsul. Kapsul merupakan sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak dengan bahan bakunya terbuat dari sediaan gelanik dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan-bahan yang diisikan ke dalam kapsul biasanya berupa serbuk atau granul, sehingga sebelum diisikan dalam cangkang kapsul, bahan obat tradisional harus dalam keadaan kering dan homogen (Wasito, 2011). Obat tradisional bentuk kapsul yang digunakan oleh responden pada penelitian ini seperti Jinten hitam.

Responden melakuan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dengan bentuk sediaan cair dan padat. Bentuk sediaan cair banyak digunakan secara langsung oleh responden, sedangkan bentuk sediaan padat yang digunakan berupa serbuk dan ada yang sudah lebih modern dalam bentuk kapsul.

5. Keluhan yang dialami responden saat melakukan pengobatan mandiri Berdasarkan hasil penelitian (Tabel IV) keluhan yang paling banyak dialami oleh responden saat melakukan pengobatan mandiri adalah masuk angin (35%). Pengobatan mandiri untuk mengatasi keluhan masuk angin sering dilakukan oleh responden pada penelitian ini.

Pengobatan mandiri memiliki tujuan untuk mengobati penyakit ringan (minor illness) dan mencegah terjadinya suatu penyakit dari gejala yang sudah dikenali sendiri tanpa memeriksakan diri ke dokter sebelumnya, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang sebelumnya telah didiagnosis tegak oleh dokter


(61)

(WHO, 1998). Masuk angin merupakan salah satu penyakit ringan atau keluhan yang paling sering dialami oleh responden pada penelitian ini.

Tabel IV. Keluhan sakit yang dialami responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat tradisional, n=31

Keluhan sakit Persentase (%)

Masuk angin 35

Membersihkan daerah kewanitaan 16 Daya tahan tubuh 10

Pegal linu 6

Kelelahan 6

Sariawan 3

Radang tenggorokan 3

Pilek 3

Perut kembung 3 Penghangat badan 3 Penambah nafsu makan 3

Meriang 3

Menstruasi 3

ASI (Air Susu Ibu) tidak lancar 3

Kolesterol 3

Hipertensi 3

Penurun gula darah 3

Demam 3

Batuk 3

Keterangan: Responden boleh menjawab lebih dari satu jawaban

Masuk angin merupakan fenomena budaya dan medis. Masuk angin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kosmologi Jawa yang mendasari kerangka pikir masyarakat Jawa mengenai keseimbangan hubungan manusia, baik dengan alam, sesama manusia, unsur tubuh manusia, maupun asal usul kejadian alam. Ketidakseimbangan unsur di dalam tubuh dipercaya tidak hanya diakibatkan oleh faktor eksternal yang meliputi: cuaca, musim, angin, atau fisik dan juga internal yang meliputi: emosi, mental, atau sukma (Triratnawati, 2011).

Masuk angin merupakan penyakit ringan yang sering dialami oleh masyarakat di daerah yang bersuhu rendah dan cuaca dingin, seperti di dataran tinggi atau di daerah pengunungan. Cuaca yang dingin membuat masyarakat


(62)

Dieng sering mengeluh masuk angin. Masyarakat Dieng mengatasinya dengan mengonsumsi obat tradisional yang dapat membantu menghangatkan tubuh, sehingga dapat mencegah terjadinya masuk angin akibat cuaca dingin. Masuk angin juga dapat mengganggu aktivitas masyarakat Dieng dalam bekerja, oleh sebab itu masyarakat Dieng melakukan pengobatan mandiri dengan obat tradisional untuk mencegah terjadinya masuk angin.

Pada penelitian ini juga terdapat responden yang menggunakan obat tradisional untuk mengobati penyakit kronisnya yang sudah lama didiagnosis oleh dokter, seperti penyakit paru-paru basah yang dulu pernah dialami oleh responden. Dokter yang mendiagnosis responden tersebut juga menyarankan menggunakan obat tradisional untuk mencegah kekambuhan kembali dari gejala penyakitnya. Responden dalam penelitian ini menggunakan obat tradisional tidak hanya untuk mengobati satu macam keluhan, tetapi ada beberapa responden yang mengobati berbagai penyakit yang dialaminya dengan obat tradisional.

6. Cara responden memperoleh obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri

Hasil penelitian (Tabel V) mengenai cara responden memperoleh obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan mandiri dengan membeli sendiri (80%). Cara responden memperoleh obat tradisional dengan membeli dilakukan oleh 29 responden, proses membeli ada tiga macam, yaitu membeli bibit dan menanam (3%), membeli bahan dan membeli sendiri (11%) dan membeli langsung (80%).


(63)

Tabel V. Cara responden memperoleh obat tradisional (n=31) Sumber obat tradisional

(n=31)

Persentase (%)

Tetangga 3

Menanam sendiri 3

Membeli (n=29) Membeli bibit dan menanam 3 Membeli bahan dan membuat sendiri 11 Membeli langsung 80

Total 100

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel VI) tempat responden membeli obat tradisional yang paling banyak adalah di warung (52%), warung yang dekat dengan tempat tinggal responden. Obat tradisional yang dijual di warung dapat berupa jamu dan OHT. Warung di sekitar tempat tinggal responden menyediakan obat tradisional yang dibutuhan masyarakat di sekitarnya.

Warung berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat dalam pengobatan mandiri, hal tersebut karena semakin tersebarnya distribusi obat melalui warung. Pendistribusian obat tradisional di warung sekarang sudah semakin mudah dengan berkembangnya teknologi dan transportasi (Djunarko dkk., 2011). Di Dieng teknologi alat komunikasi seperti handphone dan akses internet sudah banyak digunakan, selain itu alat transportasi sudah banyak dan mudah ditemui. Kedua hal tersebut dapat mempermudah pendistribusian obat tradisional hingga sampai kepada masyarakat di Dieng.

Tabel VI. Tempat responden membeli obat tradisional (n=29) Tempat membeli OT

(n=29)

Persentase (%)

Warung 52

Pasar 14

Penjual keliling 14

Apotek 10

Tetangga 7

Swalayan 3


(1)

ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang meemberikanya?

c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang lain/keluarga, dll… mohon sebutkan)

d. Apa nama obatntya?

e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut?

f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut?

g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)? h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut? i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya?

j. Apakah ada efek samping yang dirasakan? k. Mengapa Anda memilih obat tersebut?

l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli (atau yang diberi oleh orang lain) tersebut?

m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum obat tersebut?

n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah diobati dengan obat tersebut?

=======

8. Apakah Anda mengenal obat tradisional?

a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda?

b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil, kapsul, serbuk, cairan, dll)

c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan.


(2)

i. Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA. 9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya. 10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping? 11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional

untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH: a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan

terakhir)?

b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan? c. Untuk siapa obat tradisional tersebut?

d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut? e. Untuk mengobati penyakit apa?

f. Darimana Anda memperolehnya?Kalau membeli, membeli obat tradisional dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat tradisional?Berapa harganya?

g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA PAKAI)

h. Berapa lama Anda menggunakannya?

i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut? j. Adakah efek samping yang Anda rasakan?

k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya?

l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda gunakan tersebut?

m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut?

n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek?


(3)

12.Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda sakit?

13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda sakit?

14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional? 15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern?

16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang Anda alami?

17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang anda alami?

======

18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami?

19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami?


(4)

Lampiran 5. Peta Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah


(5)

(6)

75

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Veronika. Penulis lahir di Kota Bogor pada tanggal 24 Januari 1994 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Kencana Purba dan Arta br Tarigan. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Mexindo Bogor (1998-2000), SD Mardi Yuana III Bogor (2000-2006), SMP Mardi Yuana I Bogor (2006-2009) dan SMA Budi Mulia Bogor (2009-2012). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2012 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan perkuliahan, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti menjadi Ketua Tim PKM-M “Pinbol Antik (Pengenalan Simbol-Simbol Kemasan Plastik dan Pengolahan Sampah Plastik) dengan Siswa-Siswi Kelas III dam IV SDN Karangasem” didanai DIKTI pada tahun 2014, Divisi Marketing & Promotion Tim Redaksi Majalah Pharmaholic (2013-2014), Anggota Divisi Pendamping Kelompok (Dampok) INSADHA 2014 dan Asisten Dosen pada Praktikum Botani Farmasi Tahun Akademik 2012/2013, 2014/2015 dan 2015/2016.


Dokumen yang terkait

KAJIAN POLA PERTANIAN DAN UPAYA KONSERVASI DI DATARAN TINGGI DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO

2 13 57

Faktor faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Wonosobo

4 22 100

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

1 3 13

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN SENDIRI PADA MASYARAKAT Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus Polanharjo Klaten.

0 1 15

Pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonoso Jawa Tengah.

0 13 111

Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

8 19 105

Kajian pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

0 0 90

MAKNA SIMBOLIK RUWATAN CUKUR RAMBUT GEMBEL DI DESA DIENG KEJAJAR WONOSOBO

0 0 14

POLA PENGGUNAAN OBAT, OBAT TRADISIONAL DAN CARA TRADISIONAL DALAM PENGOBATAN SENDIRI DI INDONESIA

0 0 7

Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah - USD Repository

0 5 142