PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MOJOKERTO.

PENGARUH KESADARAN WAJ IB PAJ AK DAN PELAYANAN
FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN
PAJ AK PRATAMA MOJ OKERTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

Far id Wijanar ko
0913010094/FE/AK

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MOJOKERTO
Disusun Oleh :
Farid Wijanarko
0913010094 / FE / AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekomnomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur
Pada tanggal : 16 Januari 2014
Tim Penguji :
Ketua

Pembimbing Utama

DRA. Ec. Sri Hastuti, M.Si
NIP.19560318 198803 2001


Prof. Dr. H. Soeparlan P. SE, MM, CA
Sekretaris

DRA. Ec. Sri Hastuti, M.Si
Anggota

DRA. Ec. Sari Andayani, M.Aks

Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM
NIP. 1960030 198603 1003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MOJOKERTO

Yang Diajukan
Farid Wijanarko
0913010094
Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh:

PembimbingUtama

Tanggal :……………….

DRA. Ec. Sri Hastuti, M.Si
NIP. 195603181988032001

Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


Drs.Ec. R.A. Suwaidi, MS
NIP. 1960030 198603 1003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MOJOKERTO

Yang Diajukan
Farid Wijanarko
0913010094

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

PembimbingUtama


DRA. Ec. Sri Hastuti, M.Si
NIP.195603 18198803 2001

Tanggal :……………….

Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Hero Priono.SE, Msi, Ak
NIP. 19611011 199203 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmad dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Sripsi dengan judul
“PENGARUH KESADARAN WAJ IB PAJ AK DAN PELAYANAN

FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK ORANG
PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK PRATAMA
MOJ OJ KERTO” dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyususnan skripsi ini adalah untuk memenuhi
sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Dalam Penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan dorongan dari banyak pihak, maka melalui
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat
dalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.

Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.


Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Dr. Hero Priono. SE, MSi, Ak selaku Ketua Progdi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Ibu Dra. Ec. Sri Hastuti, MSi selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan kerelaan telah membmbing dan memberi petunjuk yang
sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6.

Ibu Dra. Ec Diah Ratnasari, MAks selaku Dosen Wali yang telah
memberi bantuan dan nasihat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7.

KPP Pratama Mojokerto, Segenap Staff KPP Pratama Mojokerto yang
telah memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi
ini.

8.

Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

9.

Bapak, Ibu, dan adik-adiku yang telah memberikan doa, kasih sayang,
dukungan dan bantuannya secara moril maupun materil sehingga
mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.


10. Semua teman-temanku yang selalu saling memberikan suport dalam
menempuh kuliah terutama disaat-saat ujian dan untuk teman-teman
yang lainnya baik teman-teman dalam lingkup kampus UPN dan diluar
UPN.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas do’a, dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik
dan saran bagi perbaikan dimasa datang. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkenan membantu
dalam penyusunan skripsi ini, semoga sumbangan dan amal kebaikan yang
telah diberikan diterima oleh Allah SWT dan mendapat imbalan dari-Nya.
Amin

Sur abaya, September 2013

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

BAB I

: PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Rumusan Masalah

7

1.3. Tujuan Penelitian


7

1.4. Manfaat Penelitian

8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pajak

9
9
11
11

2.2.1.1. Definisi Pajak

11

2.2.1.2. Fungsi Pajak

13

2.2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

14

2.2.1.4. Pengelompokan pajak

17

2.2.1.5. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

18

2.2.2. Pajak Penghasilan

20

2.2.2.1. Definisi Pajak Penghasilan

20

2.2.1.2. Wajib Pajak

23

2.2.2.3. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

24

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.2.4. Objek Pajak Penghasilan

26

2.2.2.5. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi

29

2.2.3. Kesadaran Wajib Pajak

29

2.2.4. Pelayanan Fiskus

31

2.2.5. Kepatuhan Wajib Pajak

33

2.2.5. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak

35

2.2.6. Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak

37

2.3. Diagram Kerangka Pikir

39

2.4. Hipotesis

39

BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

40
40

3.1.1. Definisi Operasional

40

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

42

3.2. Teknik Penentuan Sampel

43

3.2.1. Populasi

43

3.2.2. Sampel

43

3.3. Teknik Pengumpulan Data

45

3.3.1. Jenis Data

45

3.3.2. Sumber Data

45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3.3. Pengumpulan Data
3.4. Teknik Analisis
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Objek Penelitian

46
46
52
52

4.1.1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto

52

4.1.2. Struktur Organisasi

53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

55

4.2.1. Karakteristik Responden

55

4.2.2. Karakteristik Jawaban Responden

57

4.3. Hasil Partial Least Square
4.3.1. Evaluasi Hasil Pengukuran

69
69

4.3.1.1. Convergent Validity

69

4.3.1.2 Discriminant Validity

74

4.3.2. Uji Model Struktural

77

4.3.3. Uji Kausalitas

78

4.3.3.1. Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1)

79

4.3.3.2. Variabel Pelayanan Fiskus (X2)

79

4.4. Pembahasan

80

4.4.1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi
4.4.2. Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

80

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

83
84

5.1. Kesimpulan

84

5.2. Saran

84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH KESADARAN WAJ IB PAJ AK DAN PELAYANAN FISKUS
TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK ORANG PRIBADI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK PRATAMA
MOJ OKERTO

Oleh :
Far id Wijanar ko
0913010094/FE/AK
Abstr aks

Peran pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan
ekonomi di negara tersebut, di Indonesia sendiri pendapatan dari sektor pajak
merupakan sumber utama dari devisa negara. Pengenaan pajak mempunyai dua
fungsi yaitu, sebagai sumber keuangan negara atau budgetair dan alat untuk mengatur
dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Namun
pada kenyataanya, peningkatan jumlah wajib pajak tiap tahunya tidak diimbangi
dengan peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Masalah
kepatuhan tersebut menjadi kendala dalam pemaksimalan penerimaan pajak. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi dan mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak ini.
Dalam penelitian ini mengkaji tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang ada
pada KPP Pratama Mojokerto dengan menggunakan variabel bebas seperti kesadaran
wajib pajak dan pelayanan fiskus. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
kesadaran wajib pajak, dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan
kepada Wajib pajak. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis SEM variance
atau partial least square.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa variabel kesadaran wajib
pajak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
pribadi pada KPP Pratama Mojokerto. Sedangkan variabel pelayanan fiskus
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
pada KPP Pratama Mojokerto.

Key Words : kepatuhan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan pelayanan fiskus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui peran pajak pada suatu Negara sangat
penting di dalam perkembangan ekonomi. Besar kecilnya tarif pajak pada
suatu Negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat Negara
tersebut. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam pajak sangatlah
penting, karena dapat mempengaruhi laju pertumbuhan Negara itu sendiri.
Pengertian pajak menurut pasal 1 UU No.28 tahun 2007 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan adalah “kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak dapat timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Menurut Soemitro Mardiasmo (2009:1), “pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Berdasarkan definisi tersebut bisa dikatakan bahwa pajak tidak hanya
digunakan untuk membiayai tugas-tugas dan aktivitas kenegaraan pemerintah
1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

melainkan juga digunakan untuk membayar pengeluaran umum yang
mempunyai kaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat seperti dalam hal
penyediaan fasilitas umum.
Di Indonesia pajak juga merupakan sumber penerimaan terbesar bagi
Negara, penerimaan dalam sektor pajak terus meningkat dari tahun ke tahun.
Begitu besarnya peran pajak bagi Negara, maka usaha untuk meningkatkan
penerimaan pajak terus dilakukan oleh Pemerintah yang dalam hal ini
merupakan tugas Direktorat Jenderal Pajak. Berbagai upaya dilakukan
Direktorat Jendral Pajak agar penerimaan pajak maksimal, antara lain adalah
dengan ekstensifikasi dan insifikasi pajak. Hal tersebut dilakukan dengan cara
perluasan subjek dan objek pajak, dengan menjaring wajib pajak baru.
Usaha memaksimalkan penerimaan pajak

tidak dapat

hanya

mengandalakan peran Direktorat Jendral Pajak maupun petugas pajak, tetapi
dibutuhkan juga peran aktif dari wajib pajak itu sendiri. Penerapan sistem
Self Assesment, memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakanya
sendiri. Hal ini menjadikan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak menjadi
faktor yang sangat penting dalam hal untuk mencapai keberhasilan
penerimaan pajak. Dianutnya sistem self assessment membawa misi dan
konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar
pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

kewajiban pajak secara sukarela merupakan tulang punggung sistem self
assessment.
Menurut Setiawan (2008: 6) ukuran tingkat kepatuhan wajib pajak
yang paling utama adalah tingkat kepatuhanya dalam penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) tahunan dan masa secara benar dan tepat waktu.
Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, memperhitungkan,
ketepatan menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara
benar dan tepat waktu, diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya.
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto , pada tahun 2011
terdapat sebanyak 176.063 wajib pajak terdaftar dan wajib pajak efektif
sebanyak 174.511 , namun hanya 34.988 wajib pajak yang menyerahkan SPT
kepada KPP Pratama Mojokerto, ini hanya 19,14% dari wajib pajak terdaftar
yang melaporkan SPT. Hasil tahun 2011 ini merupakan penurunan jika
dibanding dengan hasil pada tahun 2010 dimana sebanyak 75.611 wajib pajak
yang melaporkan SPT kepada KPP Pratama Mojokerto dari 150.811 wajib
pajak efektif, sebesar 50,14% wajib pajak yang melaporkan SPT pada tahun
2010. Penurunan jumlah SPT disetor pada tahun 2011 sangatlah drastis
sebesar 46,27% dari SPT yang dilaporkan di tahun 2010, kemungkinan yang
menjadi penyebab adalah beberapa kasus korupsi yang melibatkan petugas
pajak hal ini mempengaruhi kepatuhan wajib pajak karena wajib pajak tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

ingin pajak yang telah dibayarkan akhirnya disalahgunakan oleh aparat pajak.
Oleh karena itu, beberapa masyarakat dan wajib pajak cenderung menghindar
dari pajak. Untuk melihat tingkat rasio kepatuhan pelaporan Surat
Pemberitahuan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto dapat dilihat
dari tabel berikut ini.
Tabel 1.1 : Tabel Presentase Kepatuhan WP pada KPP Pratama Mojokerto

No.

Tahun

Wajib Pajak

Wajib Pajak

terdaftar

Efektif

Jumlah SPT
yang
dilaporkan

Persentase
kepatuhan

1.

2008

63.533

61.999

30.675

49,48%

2.

2009

103.571

102.025

48.703

47,74%

3.

2010

152.363

150.811

75.611

50,14%

4.

2011

176.063

174.511

34.988

20,05%

(Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto)
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan peningkatan jumlah Wajib Pajak
yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2011. Selain itu jumlah SPT yang dilaporkan dari tahun
2008 sampai dengan 2010 terus mengalami peningkatan, tapi seperti yang
telah dijelaskan dia atas penurunan jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

di tahun 2011 mengalami penurunan. Hal ini menunjukan turunya tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibanya untuk melaporkan SPT.
Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan
Negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
(Jatmiko, 2006). Masyarakat harus sadar keberadaanya sebagai warga Negara
yang selalau

menjujung

tinggi

UUD 1945

sebagai dasar hukum

penyelenggaraan Negara. Wajib pajak melaporkan dan membayar pajak
hanya dalam keadaan terpaksa dan kepentingan mendadak, bukan karena
kesadaran mereka. Rendahnya kesadaran wajib pajak akan fungsi pajak akan
mempengaruhi tindakan untuk melakukan penghindaran pajak. Salah satu
contoh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pajak adalah masih
banyaknya wajib pajak yang menghindar dalam melaporkan SPT, bukti nyata
akan hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 di atas dimana dari sekian
banyaknya wajib pajak terdaftar dalam KPP Pratama Mojokerto hanya
sebagian saja yang melaporkan SPT secara rutin. Pandangan negatif wajib
pajak akan pajak maupun petugas pajak, dan juga kurangnya sosialisasi yang
berdampak pada kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai pajak itu
sendiri serta pertimbangan kebutuhan ekonomi cenderung membuat wajib
pajak menomor duakan urusan dalam melaporkan pajak terutangnya. Menurut
Suryadi (2006: 107-108), kesadaran wajib pajak akan meningkat bilamana
dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

meningkatkan pengetahuan perpajakan masyarakat melalaui sosialisasi dan
penyuluhan tentang pajak baik formal maupun non formal akan berdampak
positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk melaporkan SPT dan membayar
pajak.
Selain

itu,

pelayanan

fiskus

yang

baik

diharapakan

dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian Supadmi (2010),
disebutkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakanya, kualitas

pelayanan

pajak harus

ditingkatkan oleh petugas pajak. Pelayanan fiskus yang baik akan
memberikan kenyamanan bagi wajib pajak. Keramah-tamahan petugas pajak
serta kemudahan dalam pembayaran dan sistem informasi perpajakan akan
memberikan kesan yang baik bagi setiap wajib pajak dalam membayar pajak,
sehingga diharapakan pelayanan fiskus yang baik ini akan meningkatkan
kepatuhan wasyarakat atau wajib pajak dalam membayar pajak. Diharapkan
juga dengan pelayanan fiskus yang baik pandangan negatif masyarakat
terhadap petugas pajak dapat berangsur membaik sehingga timbul
kepercayaan antar keduanya dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pajak.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KESADARAN WAJ IB
PAJ AK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

WAJ IB PAJ AK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN
PAJ AK PRATAMA MOJ OKERTO”.
1.2.

Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi di KPP Pratama Mojokerto?
2. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama Mojokerto?

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan dan menguji secara empiris pengaruh kesadaran
wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Mojokerto.
2. Untuk membuktikan dan menguji secara empiris pengaruh pelayanan
fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Mojokerto.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian antara lain dapat memberikan masukan bagi
beberapa pihak antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bagi wajib pajak
Hasil penelitian indapat memberikan informasi tentang perpajakan kepada
masyarakat untuk lebih mengetahui tentang pajak dan manfaat yang
diterima dari pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam melaporkan pajak.
2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi Kantor
Pelayanan Pajak dalam meningkatkan kepatuhan dalam pelaporan SPT
dan pembayaran pajak.
3. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dalam hal perpajakan dan
mengaplikasikan teori-teori perpajakan yang diperoleh saat kuliah.
4. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang
berharga bagi pihak universitas dan uga sebagai bahan referensi bagi
peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti oleh penulis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu
Berikut ini penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai
bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
Supriyati dan Nur Hidayati (2008), dengan penelitian berjudul
“Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak”. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah
pengetahuan tentang pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak?; 2) Apakah persepsi terhadap petugas pajak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak?; 3) Apakah persepsi terhadap kriteria wajib
pajak patuh memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?. Hasil dari
penelitian ini adalah pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi wajib pajak terhadap petugas
pajak dan persepsi kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Ni luh Supadmi (2008) melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan”.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakanya kualitas pelayanan harus

9

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan
dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan
kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Agus Nugroho Jatmiko (2006) melakukan penelitian “Pengaruh Sikap
Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus Dan
Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di
KPP Pratama Kota Semarang” . analisis data yang digunakan menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda, dengan rumusan masalah: 1) Apakah
sikap WP pada pelaksanaan sanksi denda mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak orang pribadi di KPP Pratama Kota Semarang?; 2) Apakah sikap wajib
pajak terhadap pelayanan fiskus mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di KPP Pratama Kota Semarang?; 3) Apakah sikap wajib pajak
terhadap kesadaran perpajakan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di KPP Pratama Kota Semarang?. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,
pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Semarang.
Trisna Gardina dan M.Y. Dedi Haryanto (2006) melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak”. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)apakah ada
perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh dengan yang tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

patuh?; 2) apakah ada perbedaan persepsi petugas pajak antara wajib pajak
patuh dan tidak patuh?; 3) apakah ada perbedaan persepsi terhadap kriteria
wajib pajak patuh dengan yang tidak patuh?. Hasil dari penelitian adalah
terdapat perbedaan pengetahuan pajak antara wajib pajak patuh dan tidak
patuh, ada persamaan persepsi antara wajib pajak patuh dan tidak patuh
terhadap petugas pajak, ada perbedaan persepsi antara wajib pajak patuh dan
tidak patuh terhadap kriteria wajib pajak patuh.
Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai pendamping baik
landasan teori maupun uji hipotesisnya. Penelitian terdahulu digunakan
sebagai argumentasi yang kuat dan logis bahwa penelitian dengan
permasalahan yang dimaksudkan dipandang perlu untuk dilaksanakan.
Penelitian yang dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian terdahulu.
Adapun perbedaanya terletak pada obyek, tempat dan lokasi penelitian serta
waktu penelitian.
2.2.

Landasan Teor i

2.2.1. Pajak
2.2.1.1 Definisi Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang

bersifat

memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tidak

12

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets (Waluyo dan Ilyas, 2002: 5), pajak
adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum
dan dapat dipaksakanya, tnapa ada kontraprestasi yang dapat ditujukan dalam
hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. (Resmi,
2005: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Definisi pajak yang dikemukakan Mr. Dr. N. J. feldmann (Resmi,
2005: 1), pajak adalh prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkanya secara umum),
tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009: 1), pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Dari semua definisiyang telah duraikan diatas dapat disimpulkan
bahwa pajak mempunyai unsur-unsur sbb:
1. Iuran rakyat kepada negara, yang dipungut pemerintah (baik pusat
maupun daerah)
2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dengan kata lain dapat
dipaksakan sesuai dengan aturan pelaksanaanya.
3. Pajak tidak memberikan jasa timbal-balik (kontraprestasi) secara
langsung.
4. Hasil pemungutan pajak diguanakan untuk membiayai pengeluaran umum
negara demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
2.2.1.2 Fungsi Pajak
Fungsi pajak seperti dikemukakan Ilyas dan Burton (2004), yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair disebut juga fungsi fiskal, yaitu untuk mengumpulkan
uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai undang-undang yang berlaku yang
pada

waktunya

akan

digunakan

untuk

membiayai

pengeluaran-

pengeluaran negara.
2. Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend merupakan fungsi dimana pajak-pajak akan digunakan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidan
keuangan. Pajak digunakan sebagai alat kebijaksanaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

3. Fungsi demokrasi
Fungsi demokrasi yaitu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan
atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan
pembangunan demi kemaslahatan manusia.
4. Fungsi distribusi
Fungsi distribusi adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.
2.2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu dipeggang teguh asasasas pemungutan dalam memilih alternative pemungutanya. Dengan demikian
terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih
diperlukan lagi, yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas
pemungutan pajak menurut Waluyo dan Ilyas (2002) dalam bukunya
Perpajakan Indonesia dibagi dalam:
1. Asas Menurut Falasafah Hukum
Hukum pajak harus berdasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan ini
sebagai asas pemungutan pajak. Untuk menyatakan keadilan kepada hak
negara untuk memungut pajak.
2. Asas Yuridis
Untuk menyatakan

suatu keadilan, hukum pajak harus memberikan

jaminan hukum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Landasan
hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah Pasal 23 ayat (2) UndangUndang Dasar 1945.
3. Asas Ekonomis
Seperti pada uraian sebelumya, pajak mempunyai fungsi regular dan
fungsi budgeter , asas ekonomi ini lebh menekankan pada pemikiran
bahwa negara menghendaki bahwa kehidupan ekonomi masyarakat terus
meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak
menghambat kelancaran ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak
terganggu.
4. Asas Pemungutan Pajak Lainya
Terdappat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam Pajak
Penghasilan,yaitu:
a. Asal tempat tinggal
Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan
Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak
yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai atas pajak penghasilan
yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau luar
negeri (Pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

b. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara, asas ini
diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
c. Asas sumber daya
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan
yang bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan
demikian

wajib

pajak

yang

menerima

atau

memperoleh

penghasilan dari Indonesia dikenai pajak di Indonesia tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
Sistem pemungutan pajak ada 3 macam (Waluyo dan Ilyas, 2002: 16), yaitu:
1. Official Assessment System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada
pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Cirri-ciri
Official Assessment System:
a. Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang berada pada
fiscus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketapan pajak oleh
fiscus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2. Self Assessment System
Merupakan

sistem

penerapan

pajak

yang

member

wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
3. Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
2.2.1.4. Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokan kedalam kelompok (Waluyo dan Ilyas,
2002: 11), antara lain:
1. Menurut golongan
a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebananya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib
pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Bumi
da Bangunan.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebananya dapat
dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat, maksudnya pembedaan dan pembagianya
berdasarkan pada ciri-ciri prinsip:
a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya yang selanjutnya dicari secara objektifnya, dalam
arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak
Penghasilan
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak penjualan atas Barang
Mewah.
3. Menurut pemungutan
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh,
PPn, PPnBM, PBB, dan Bea Materai
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh:
Pajak reklame, Pajak hiburan.
2.2.1.5. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
Menurut Mardiasmo (2009: 54-55), hak dan kewajiban wajib pajak
adalah sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

a. Kewajiban Wajib Pajak
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan
ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang ditentukan.
5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
6. Jika diperiksa wajib:
a) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas WP atau objek terutang pajak.
b) Memberikan kesempatan untuk: memasuki tempat atau ruangan
yang dipandang perlu dan member bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
7. Apabila dalam waktu mengungkap pembukuan, pencatatan atau
dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh
suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk
merahasiakan itu untuk keperluan pemeriksaan.
b. Hak-Hak Wajib Pajak
1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukan.
4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.
5. Mengajukan

permohonan

penundaaan

atau

pengangsuran

pembayaran pajak.
6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam
surat ketapan pajak.
7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,
serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.
9. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban
pajaknya.
10. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.
11. Mengajukan keberatan dan banding.
2.2.2. Pajak Penghasilan
2.2.2.1. Definisi Pajak Penghasilan
Sejarah pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia dimulai dengan
adanya tenement tax (huistaks) pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang
dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai
tempat berdirinya rumah atau bangunan. Pada periode sampai dengan tahun
1908 terdapat perbedaan perlakuan perpajakan antara penduduk pribumi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

dengan orang Asia dan Eropa, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
terdapat banyak perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam perlakuan
perpajakan Tercatat beberapa jenis pajak yang hanya diperlakukan kepada
orang Eropa seperti "patent duty". Sebaliknya bussinees tax atau
bedrijfsbelasting untuk orang pribumi. Di samping itu, sejak tahun 1882
hingga 1916 dikenal adanya Poll Tax yang pengenaannya berdasarkan status
pribadi, pemilikan rumah dan tanah. Pada 1908 terdapat Ordonansi Pajak
Pendapatan yang diperlakukan untuk orang Eropa, dan badan-badan yang
melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang
sahamnya. Dasar pengenaan pajaknya penghasilan yang berasal dari barang
bergerak maupun barang tak gerak, penghasilan dari usaha, penghasilan
pejabat pemerintah, pensiun dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat
proporsional dari 1%, 2% dan 3% atas dasar kriteria tertentu. Selanjutnya,
tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang selama
ini ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya General income tax yakni
Ordonansi pajak pendapatan yang diperbaharui pada tahun 1920 (Ordonantie
op de Herziene Inkomstenbelasting 1920, Staatsblad 1920 1921, No.312)
yang berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa.
Dalam Ordonansi pajak pendapatan ini telah diterapkan asas-asas pajak
penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
pajak (Resmi, 2005: 74). Pajak penghasilan termasuk dalam kategori sebagai
pajak subjektif artinya pajak dikenakan karena adanya subjek pajak yang telah
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan.
Penghasilan yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) UU PPh no.36 Tahun 2008
adalah “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang berasal dari Insonesia
maupun luar negeri yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan dengan nama dan bentuk apapun”. Pajak Penghasilan
(PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen
oleh
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Perubahan Undang-undang pajak Penghasilan tersebut dilakukan dengan tetap
berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu
keadilan/efisiensi administrasi dan produktivitas penerimaan negara (Resmi,
2005: 73).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.2.2.2 Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Subyek pajak pribadi, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Subyek pajak harta warisan belum dibagi, yaitu warisan dari seseorang
yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan,
maka pendapatan itu dikenakan pajak.
3. Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:
a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara;
4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang
tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan
di Indonesia.
Pengertian wajib pajak dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Pasal 1 adalah “wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan
perundan-undangan perpajakan”.
Sebagai wajib pajak penghasilan, seorang tidak harus bertempat
tinggal atau berdomisilli di Indonesia, setiap orang mempunyai kedudukan
atau status yang sama dalam hubunganya dengan kewajiban pajak. Jadi wajib
pajak orang pribadi adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban
perpajakan yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar
negeri (Handarani, 2009: 17).
2.2.2.3. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pr ibadi
Subjek pajak penghasilan orang pribadi terbagi atas dua golongan
(Resmi, 2005: 76), yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

a) Subjek pajak dalam negeri
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia;
b) Subjek pajak luar negeri
1.orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2.orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.2.2.4. Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan
dasar untuk menghitung pajak terutang. Yang menjadi objek pajak
penghasilan adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun (Resmi, 2005: 62).
Menurut Pasal 4, ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan, yang termasuk penghasilan sebagai objek pajak
adalah:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
c. Laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

1. Keuntungan

karena

pengalihan

harta

kepada

perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya;
3. Keuntungan

karena

likuidasi,

penggabungan,

peleburan,

pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan; dan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
s. Surplus Bank Indonesia.
2.2.2.5. Tar if Pajak Penghasilan Orang Pr ibadi
Sesuai dengan Pasal 17 UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, besarnya tariff pajak penghasilan adalah sebagai Berikut:
Tabel 2.1 : Tar if Pajak Penghasilan Orang Pr ibadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000

5%

Diatas Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000

15%

Diatas Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000

25%

Diatas Rp 500.000.000

30%

Sumber: Mardiasmo, 2009: 142
Tarif pajak penghasilan wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap adalah 25% mulai berlaku sejak Tahun pajak 2010.
2.2.3. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk memahami
realitas dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas.
Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui
atau mengerti. Irianto (2005) dalam Widayati dan Nurlis (2010) menguraikan
beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini,
wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari
pemungutan pajak yang dilakukan.
Kedua,

kesadaran

bahwa

penundaan

pembayaran

pajak

dan

pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau
membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial
yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga,
kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap
warga negara.
Dalam Jatmiko (2006), Sumarso (1998) menyatakan bahwa kesadaran
perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab
banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Masih dalam Jatmiko
(2006), Larche (1980) juga mengemukakan bahwa kesadaran perpajakan
seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari
masyarakat. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi
kesadaraan perpajakan wajib pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan
wajib pajak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

2.2.4. Pelayanan Fiskus
Pelayanan

adalah

cara

melayani

(membantu

mengurus

atau

menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu,
fiskus merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan
sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah wajib
pajak (Jatmiko, 2006).
Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat
agar menyampaikan SPT tepat waktu, termasuk penyuluhan secara kontinyu
melalui berbagai media, serta pawai peduli NPWP di jalan, patut untuk dipuji.
Dengan

penyuluhan

secara

terus-menerus

kepada

masyarakat

agar

mengetahui, mengaku

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur)

6 34 60

Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus dan Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jepara).

5 72 10

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

2 10 8

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Penyuluhan Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

3 20 92

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, SANKSI WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Stu

0 8 16

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada WPOP Pribadi di KPP Pratama Surakar

0 2 18

PENGARUH SENSUS PAJAK NASIONAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PAJAK, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN Pengaruh Sensus Pajak Nasional, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Emp

0 2 15

PENGARUH SENSUS PAJAK NASIONAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PAJAK, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN Pengaruh Sensus Pajak Nasional, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Emp

1 3 15

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan

0 1 16

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan

0 4 20