PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI LEMARI DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) DI CV. EMWE RONA JAYA BUDURAN - SIDOARJO.
PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI LEMARI
DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
DI CV. EMWE RONA J AYA
BUDURAN - SIDOARJ O
SKRIPSI
Oleh :
ADDO PERMANA PUTRA
NPM : 0932010029
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”
J AWA TIMUR
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI LEMARI DENGAN METODE
ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
(STUDI KASUS : CV. EMWE RONAJ AYA, BUDURAN - SIDOARJ O)
Disusun Oleh :
ADDO PERMANA PUTRA
0932010029
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skripsi
J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i
Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 J uni 2013
Tim Penguji :
1.
Pembimbing :
1.
Ir. Handoyo, MT
NIP. 19570209 198503 1 003
Dr. Ir. Minto Waluyo, MM
NIP. 19611130 199003 1 001
2.
2.
Ir. Er lina P, MT
NIP. 19580828 198903 2 001
Dwi Sukma D, ST. MT
NIP. 19810726 20050 1 002
3.
Drs. Pailan, M.Pd
NIP. 19530504 198303 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Surabaya
Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
penelitian dengan
judul
“PERENCANAAN
KAPASITAS
PRODUKSI
LEMARI DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING
(RCCP) DI CV. EMWE RONA J AYA BUDURAN - SIDOARJ O”.
Penelitian ini merupakan tugas wajib dan sebagai syarat untuk
menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1) di Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Dalam menyusun penelitian ini, penulis tidak lepas dari banyak pihak,
yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan
mendukung penyelesaian tugas penelitian ini yang semuanya sangat besar artinya
bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
2.
Bapak Ir. Sutiyono, MS. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
3.
Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo.MM Selaku Kepala Jurusan Teknik Industri
4.
Bapak Drs. Pailan, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
i
5.
Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo.MM selaku dosen pembimbing I
6.
Bapak Dwi Sukma D. ST, MT selaku dosen pembimbing II
7.
Bapak Moch. Wahib selaku pemimpin CV. EMWE RONA JAYA
8.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9.
Kedua Orang Tua Penulis yang senantiasa dan selalu memberikan dukungan
baik materi maupun moril.
10.
Sayangku Widhi Ayu Puspita yang selalu memberi bantuan dan semangat.
11.
Seluruh angkatan 2009 TI dari paralel A sampai D,
12.
Seluruh angkatan 2009 TI khususnya paralel B tercinta, yang menemani
suka maupun duka disaat menjalani kuliah yang tidak bisa disebutin satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.
Surabaya, Juni 2013
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR …………………………………….....……………
i
DAFTAR ISI ……………………………………………………....………
iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………..…………. viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………......……
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….....…….
xi
ABSTRAKSI ……………………………………………………....……..
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian .......………......………………….... 1
1.2.
Perumusan Masalah ................................................................. 2
1.3.
Batasan Masalah ...................................................................... 3
1.4.
Asumsi ..............……………...……………………........…… 3
1.5.
Tujuan Penelitian ........................……………….....…………. 4
1.6.
Manfaat Penelitian ……………........………………………… 4
1.7.
Sistematika Penulisan ………........…………………………… 5
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Pengukuran Waktu Kerja ...........………………..…………… 7
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti ................. 8
2.1.2. Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja ..................... 9
2.1.3. Cara Pegukuran dan Pencatatan Waktu Kerja ................10
2.1.4. Langkah – langkah dalam melaksanakan Pengukuran
Waktu Kerja ...........………………..……………........ 12
2.1.5. Melakukan Pengukuran Waktu ...........……………….. 14
2.1.6. Perhitungan Waktu Baku ...........…………………....... 19
2.1.7. Penyesuaian dan Kelonggaran ...........……………....... 20
2.2. Perencanaan Produksi .................................……………........ 25
2.2.1. Sifat – sifat Perencanaan Produksi ...........……………. 25
2.2.2. Jenis – jenis Perencanaan Produksi ...........………….... 27
2.2.3. Perencanaan Produksi Agregat ...........………………... 28
2.3. Perencanaan Kapasitas Produksi ...........………………......... 31
2.3.1. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek ...........………. 32
2.3.2. Perencanaan Kapasitas Jangka Menengah ………........ 32
2.3.3. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang ........................ 32
2.4. Waktu Produksi Tersedia ....................................................... 33
2.5. Peramalan ................................................................................ 34
2.5.1. Jenis – Jenis Peramalan .................................................. 35
2.5.2. Prosedur Peramalan ....................................................... 36
2.5.3. Metode Peramalan ........................................................ 36
2.5.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ……................…….. 43
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.6. Uji Kondisi Diluar Kendali (MRC) ............................................ 46
2.7. Jadwal Induk Produksi (JIP) ...................................................... 48
2.8. Perencanaan Kapasitas (RCCP) ................................................. 52
2.8.1. Teknik – Teknik RCCP ................................................ 56
2.9. Peneliti Terdahulu ....................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 65
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ......................... 65
3.2.1. Definisi Operasional Variabel ......................................... 65
3.2.2. Identifikasi Variabel ........................................................ 65
3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 67
3.4. Metode Pengolahan Data ........................................................... 67
3.5. Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah .............. 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data ..................................................................... 79
4.1.1. Jumlah Stasiun Kerja Pada Bagian Produksi ................... 79
4.1.2. Perincian Jam dan Hari Kerja Karyawan ......................... 80
4.1.3. Pengukuran Waktu Kerja ................................................. 80
4.1.4. Data Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Karyawan Tiap
Stasiun Kerja ..................................................................... 82
4.1.5. Data Permintaan ............................................................... 83
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2. Pengolahan Data ......................................................................... 83
4.2.1. Pengukuran Waktu Kerja ................................................. 83
4.2.2. Uji Keseragaman Data ..................................................... 87
4.2.3. Uji Kecukupan Data ......................................................... 87
4.2.4. Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu
Baku ................................................................................ 87
4.3. Peramalan ..................................................................................... 88
4.3.1. Data Permintaan ................................................................ 88
4.3.2. Membuat Plot Diagram Permintaan .................................. 89
4.3.3. Penetapan Metode Peramalan ........................................... 89
4.3.4. Menghitung MSE (Mean Square Error) ........................... 90
4.3.5. Memilih Metode dengan Nilai MSE Peramalan
Terkecil .............................................................................. 90
4.3.6. Uji Verifikasi Data dengan MRC
(Moving Range Chart) ..................................................... 90
4.3.7. Hasil Peramalan dengan Metode yang Dipilih ................ 94
4.4. Jadwal Induk Produksi (JIP) ........................................................ 94
4.5. Matrik Produksi ........................................................................... 95
4.6. Matrik Waktu Baku .................................................................... 96
4.7. Waktu Produksi Tersedia (Rated Production Time) ................... 96
4.8. Perencanaan Waktu Produksi dengan Rought Cut Capacity
Planning (RCCP) ........................................................................ 98
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.9. Hasil dan Pembahasan ............................................................... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……………………………………………........... 103
5.2. Saran ………………………………………………………..... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Pengukuran Waktu Kerja …………………………………… 15
Tabel 2.2.
Performance Rating dengan Sistem Westing House ………. 24
Tabel 2.3.
Matriks Waktu ……..................................…………………. 58
Tabel 2.4.
Matriks Produksi ……..............................,,,,,………………. 58
Tabel 2.5.
Rought Cut Capacity Planning ( RCCP ) …..………………. 58
Tabel 4.1.
Data Stasiun Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan …. 79
Tabel 4.2.
Daftar Jam Kerja ……………………………………………. 80
Tabel 4.3.
Pengamatan waktu proses Pengukuran ……………………… 81
Tabel 4.4.
Pengamatan waktu proses Pemotongan ……………………... 81
Tabel 4.5.
Pengamatan waktu proses Penggosokan ……………………. 81
Tabel 4.6.
Pengamatan waktu proses Perakitan ………………......……. 82
Tabel 4.7.
Pengamatan waktu proses Finishing ………………………… 82
Tabel 4.8.
Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Tiap Stasiun Kerja ….. 82
Tabel 4.9.
Data Permintaan Lemari April 2012 – Maret 2013 ….......... 83
Tabel 4.10.
Pengukuran Waktu Kerja pada Proses Pengukuran ………… 83
Tabel 4.11.
Hasil Uji Keseragaman Data ………………………………… 87
Tabel 4.12.
Hasil Uji Kecukupan Data …………………………………… 87
Tabel 4.13.
Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku... 88
Tabel 4.14.
Data Permintaan Lemari Dua Pintu April 2012 – Maret 2013. 89
Tabel 4.15.
Hasil MSE (Mean Square Error) ……...…………………….. 90
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.16.
Perhitungan Moving Range ………………………………….. 92
Tabel 4.17.
Hasil Peramalan Permintaan Lemari Dua Pintu
April 2013 – Maret 2014 ........................................................ 94
Tabel 4.18.
Jadwal Induk Produksi Produk ...............................…………. 95
Tabel 4.19.
Matriks Produksi …………………....……………………….. 95
Tabel 4.20.
Matriks Waktu Baku …..............…………………………….. 96
Tabel 4.21.
Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Kapasitas Waktu
Produksi Tersedia ………............................………………. 100
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Peta Kontrol untuk Test Keseragaman Data ………………… 18
Gambar 2.2.
Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi ……………. 29
Gambar 2.3.
Prosedur Perencanaan Produksi Agregat …………………… 30
Gambar 2.4. Hasil Aktivasi Perencanaan Kapasitas dengan
Perencanaan/Pengendalian Produksi ……………………….. 33
Gambar 2.5. Proses Penjadwalan Produksi Induk ……………………….. 50
Gambar 2.6. Peranan RCCP dalam perencanaan dan pengendalian
produksi…………………………………………………….. 56
Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah …… 72
Gambar 4.1. Grafik Uji Keseragaman Data Kegiatan Pengukuran …….. 85
Gambar 4.2. Plot Diagram Permintaan Lemari …...........………………. 89
Gambar 4.3. Peta Kendali Moving Range ……………………………….. 93
x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
LAMPIRAN II
: PENGUKURAN WAKTU KERJA
LAMPIRAN III
: PERHITUNGAN PENYESUAIAN DAN
KELONGGGARAN
LAMPIRAN IV
: HASIL PERAMALAN DENGAN WINQSB
LAMPIRAN V
: PERHITUNGAN WAKTU PRODUKSI TERSEDIA
LAMPIRAN VI
: PERHITUNGAN ROUHGT CUT CAPACITY
PLANNING (RCCP)
LAMPIRAN VII
: TABEL ALLOWANCE
LAMPIRAN VIII
: TABEL APPENDIX
LAMPIRAN IX
: GAMBAR PRODUK
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI
DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING ( RCCP )
ABSTRAKSI
Perkembangan dunia usaha industri diwarnai dengan persaingan yang
semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan tersebut, setiap perusahaan pasti
dituntut untuk melakukan perencanaan dan pengendalian produksi sebaik
mungkin dalam menghasilkan suatu produk tertentu. Perencanaan dan
pengendalian tersebut meliputi bagaimana perusahaan mampu mengolah sumber
daya yang dimiliki, seperti tenaga kerja, modal, mesin, bahan baku dan metode
kerja sebaik mungkin agar menghasilkan jumlah produksi yang optimal dengan
tetap memperhatikan jumlah permintaan pelanggan. Selain menghasilkan jumlah
produksi yang optimal, perusahaan juga harus memperhatikan kapasitas sumber
daya perusahaan yang ada, misalnya bahan baku, agar tidak terjadi kelebihan
ataupun kekurangan bahan baku yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan,
serta berusaha menghasilkan produk dalam waktu yang cepat dan tepat.
CV Emwe Rona Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang furniture yang fokus memproduksi lemari. Dalam aktifitas setiap harinya
perusahaan memproduksi lemari tersebut sesuai dengan pesanan yang berasal dari
konsumen. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini yaitu adanya
ketidakseimbangan antara permintaan konsumen dengan tenaga kerja yang ada
dan jumlah produksi lemari sehingga berdampak pada ketersediaan produk.
Dari permasalahan tersebut dilakukan evaluasi perencanaan antara
permintaan, apakah perlu dilakukan penambahan tenaga kerja untuk mencukupi
permintaan kapasitas produksi lemari dengan menggunakan metode Rought Cut
Capacity Planning (RCCP).
Rought Cut Capacity Planning merupakan “analisis untuk menguji
ketersediaan kapasitas fasilitas produksi yang tersedia didalam memenuhi jadwal
induk produksi (Master Production Schedule) yang telah ditetapkan” dengan
Teknik Bill Of Labor (BOL).
Dari hasil penelitian, dengan melakukan perhitungan dan peramalan
perencanaan kapasitas produksi (RCCP) untuk memenuhi permintaan konsumen
maka dapat disimpulkan bahwa Jadwal Induk Produksi mengalami peningkatan,
yang pada awalnya sebanyak 153 unit setelah diramalkan mengalami peningkatan
yaitu sebanyak 165 unit dengan peningkatan sebesar 8,07 %.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa pada stasiun kerja proses pengukuran,
pemotongan, penggosokan, perakitan dan finishing produk sudah memenuhi
kebutuhan kapasitas produksi dikarenakan waktu yang tersedia lebih besar dari
kebutuhan kapasitas, maka perusahaan tidak memerlukan tambahan jam lembur,
mesin dan tenaga kerja.
Kata Kunci : Kapasitas, Master Production Schedule (MPS), Rought Cut
Capacity Planning (RCCP), Bill Of Labor (BOL).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xii
PLANNING OF CAPACITIES TIME PRODUCE
WITH METHOD OF ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING ( RCCP )
ABSTRACT
The development of the corporate world industry tinged with an
increasingly tight competition. To win the competition, every company must have
been required to do the planning and control of production as possible in making a
particular product. This includes planning and controlling how the company was
able to cultivate resources which are owned, such as labor, capital, machinery,
raw materials and working methods as well as to generate optimal production
numbers with fixed amount of attention to customer requests. In addition to
generating the optimal production quantities, the company must also pay attention
to the capacity of the company's resources, such as raw materials, so that isn't the
case surplus or shortage of raw materials which cause harm to the company, as
well as trying to deliver products in a quick and precise.
CV Emwe Rona Jaya is one of the companies that engaged in furniture that
focus is producing cabinets. In the daily activities of companies producing
wardrobes in accordance with orders coming from the consumer. The problems
faced by companies today that there is an imbalance between consumer demand
and the existing workforce and production number of the closet so it imposes on
product availability.
The problem of evaluation planning between requests, whether the need for
additional manpower to fullfill the request production capacity of the cabinets
using Rought Cut Capacity Planning (RCCP).
Rought Cut Capacity Planning is "analysis to test the availability of the capacity
of the production facilities available in the master production schedule meet
(Master Production Schedule) that has been established with engineering Bill Of
Labor (BOL)".
Of research results, by performing calculations and forecasting capacity
planning (RCCP) production to meet consumer demand can be deduced that the
Master Production Scheduling experience increased, initially as many as 153 units
after the foreseen increase of as much as 165 units with an increase of 8.07%.
From these results it is known that the work process measurement, cutting,
polishing, assembling and finishing products already meet the needs of production
capacity. Because the time available is greater than capacity needs, the company
does not require additional overtime hours, machines and labor.
Keywords: Capacity, Master Production Schedule (MPS), rought Cut Capacity
Planning (RCCP), Bill Of Labor (BOL).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia usaha industri dewasa ini dan masa mendatang
diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan
tersebut, setiap perusahaan pasti dituntut untuk melakukan perencanaan dan
pengendalian produksi sebaik mungkin dalam menghasilkan suatu produk
tertentu. Perencanaan dan pengendalian tersebut meliputi bagaimana perusahaan
mampu mengolah sumber daya yang dimiliki, seperti tenaga kerja, modal, mesin,
bahan baku dan metode kerja sebaik mungkin agar menghasilkan jumlah produksi
yang optimal dengan tetap memperhatikan jumlah permintaan pelanggan. Selain
menghasilkan
jumlah
produksi
yang
optimal,
perusahaan
juga
harus
memperhatikan kapasitas sumber daya perusahaan yang ada, misalnya bahan
baku, agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku yang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan, serta berusaha menghasilkan produk
dalam waktu yang cepat dan tepat.
CV Emwe Rona Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang furniture yang fokus memproduksi lemari. Dalam aktifitas setiap harinya
perusahaan memproduksi lemari tersebut sesuai dengan pesanan yang berasal dari
konsumen. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini yaitu adanya
ketidakseimbangan antara permintaan konsumen yang rendah dengan jumlah
tenaga kerja yang ada.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari permasalahan tersebut dilakukan evaluasi perencanaan antara
permintaan dan tenaga kerja, apakah perlu dilakukan penambahan atau
pengurangan tenaga kerja untuk memenuhi permintaan kapasitas produksi lemari
dua pintu untuk satu tahun kedepan dengan menggunakan metode Rought Cut
Capacity Planning (RCCP). Rought Cut Capacity Planning merupakan
perencanaan untuk menguji ketersediaan kapasitas produksi yang tersedia didalam
memenuhi jadwal induk produksi (JIP) yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
proses ini akan menghasilkan jadwal induk produksi yang telah disesuaikan,
karena telah memberikan gambaran tentang ketersediaan kapasitas untuk
memenuhi target produksi yang diusun dalam jadwal induk produksi. Waktu
produksi secara umum diukur dalam bentuk waktu (jam/bulan) yang ditunjukkan
berdasarkan kemampuam manusia dengan bantuan mesin yang tersedia setiap
periode operasi. (Smith B, Spencer. 2010)
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capaciy Planning tersebut
diharapkan perusahaan mampu membuat perencanaan produksi yang tepat
sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, perumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
“Berapakah kapasitas perencanaan produksi lemari dua pintu untuk satu tahun
kedepan dengan Metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP) pada CV. Emwe
Rona Jaya ? ”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.3
Batasan Masalah
Agar permasalahan yang akan di pecahkan tidak terlalu meluas maka
diperlukan batasan sebagai berikut:
1.
Data permintaan produksi lemari dua pintu pada CV. Emwe Rona Jaya yang
diambil periode April 2012 - Maret 2013.
2.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi yang dibahas hanya
perencanaan waktu produksi menggunakan Rought Cut Capacity Planning
(RCCP) berdasarkan Bill of Labor (BOL) dan tidak membahas masalah
laba perusahaan.
3.
Pada perusahaan ini tidak memperhitungkan biaya (finansial yang terkait).
1.4
Asumsi
Adapun asumsi – asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1.
Tidak adanya perubahan bahan baku pembuatan produk selama periode
perencanaan.
2.
Fasilitas produksi berjalan pada kondisi normal dan lancar.
3.
Material dan bahan – bahan penunjang lainnya selalu tersedia.
4.
Tenaga kerja mempunyai kemampuan yang sama.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.5
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Merencanakan kapasitas waktu produksi dan kapasitas waktu produksi
lemari dua pintu untuk mengevaluasi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
2.
Meramalkan kapasitas produksi lemari dua pintu untuk satu tahun ke depan.
1.6
Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian skripsi didalam perusahaan, maka maka
manfaat yang didapat adalah antara lain :
1.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari waktu standart dan waktu baku yang dibutuhkan oleh
semua pekerja untuk menyelesaikan suatu elemen pekerjaan.
2.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari jam kerja menganggur dan jam kerja aktual
3.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari utilisasi dan efisiensi kerja yang digunakan untuk
menghitung kapasitas tersedia.
4.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari waktu produksi tersedia.
5.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari waktu produksi yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.7
Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan laporan penelitian ini sesuai dengan yang ditetapkan
oleh pihak fakultas secara berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang
jelas dan terarah adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, asumsi yang digunakan, dan manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang relavan dan sesuai dengan topik
penelitian yang dilakukan serta teori tentang metode yang digunakan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas metodologi penelitian yang dirancang untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang kegiatan penelitian tugas
ahkir ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam analisa masalah yang
menujang
tercapainya
tujuan
penelitian.
Kemudian
dilakukan
pengolahan data sesuai dengan prosedur yang terdapat pada metode
Rought Cut Capacity Planning.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini dikemukakan kesimpulan yang merupakan hasil dari analisa dan
pembahasn penelitian yang dilakukan. Serta berisikan saran dan sebagai
pertimbangan perbaikan selanjutnya untuk meningkatkan kapasitas
produksi di CV. Emwe Rona Jaya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan
manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran
waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha – usaha menetapkan waktu baku
yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat
diperlukan terutama sekali untuk :
a. Man Power Planning ( perencanaan kebutuhan tenaga kerja ).
b. Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawan atau pekerja.
c. Penjadwalan produksi dan pengangguran.
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau
pekerja yang berprestasi.
e. Indikasi keluaran ( output ) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Pada garis besarnya teknik – teknik pengukuran waktu kerja ini dapat
dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan
pengukuran waktu secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena
pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan
yang diukur dijalankan. Dua cara termasuk didalamnya adalah cara pengukuran
kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja
(work sampling). Sebaliknya pengukuran waktu secara tidak langsung yaitu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus di tempat pekerjaan
yang di ukur.
(Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan J am Henti ( Stop watch )
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop-watch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan – pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang – ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran
maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan,
yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan
bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu.
Secara garis besar langkah – langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja
dengan stop watch adalah :
1.
Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
dan supervisor yang ada.
2.
Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian
pekerjaan seperti lay out, karakteristik / spesifikasi mesin atau peralatan kerja
lain yang digunakan.
3.
Membagi operasi kerja dalam elemen – elemen kerja sedetail – detailnya tapi
masih dalam batas – batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4.
Mengamati, mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh operator
untuk menyelesaikan elemen – elemen kerja tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5.
Menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Meneliti
apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau
tidak. Dan kemudian menguji keseragaman data yang diperoleh.
6.
Menetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas
kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh
mesin maka performance dianggap normal (100 %).
7.
Menyesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditujukkan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8.
Menetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna mengahadapi kondisi – kondisi
seperti kebutuhan
personil
yang
besifat
pribadi,
faktor
kelelahan,
keterlambatan material.
9.
Menetapkan waktu kerja baku (standart time), yaitu jumlah total antara
waktu normal dan waktu longgar. (Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.2 Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang
harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Jadi
waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu
sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut. Dari hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran waktu kerja hendaknya
dilaksanakan apabila kondisi dan metoda kerja dari pekerjaan yang akan diukur
sudah baik. Jika belum maka, kondisi yang ada ini hendaknya diperbaiki dan
kemudian distandartkan terlebih dahulu. Mempelajari kondisi kerja dan cara /
metoda kerja kemudian memperbaiki serta membakukannya adalah sesuatu yang
dilakukan dalam langkah penelitian pendahluan yang harus dipersiapkan dalam
pengukuran waktu kerja.
(Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.3 Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja
Ada tiga metode umum yang dipakai untuk mengukur elemen – elemen
kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch) yaitu pengukuran waktu secara
terus menerus (continous timing), pengukuran waktu secara berulang – ulang
(repetitive timing), dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative
timing).
Adapun uraian cara pengukuran dan pencatatan waktu kerja adalah sebagai
berikut :
1.
Pengukuran waktu kerja secara terus menerus (continous timing).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus ini, pengamat kerja akan
menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan
membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus menerus sampai
periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Disini pengamat kerja terus
mengamati jalannya jarum stop watch dan mencatat pembacaan waktu yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ditujukan setiap akhir dari elemen – elemen kerja pada lembar pengamatan.
Waktu sebenarnya dari masing – masing elemen diperoleh dari pengurangan
pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan.
2.
Pengukuran waktu kerja secara berulang – ulang (repetitive timing).
Pada pengukuran ini kadang – kadang disebut snap back method. Disini
jarum penunjuk stop watch akan selalu di kembalikan (snap – back) lagi ke
posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan
dicatat waktu kerja diukur kemudian tombol ditekan lagi dan segera jarum
penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Dengan cara
demikian maka data waktu untuk setiap elemen kerja yang diukur akan dapat
dicatat secara langsung tanpa ada pekerjaan tambahan untuk pengurangan
seperti yang dijumpai dalam metoda pengukuran secara terus menerus
(continous timing).
3.
Pengukuran waktu kerja akumulatif.
Pada metode pengukuran waktu secara akumulatif ini memungkinkan
pembaca membaca data secara langsung untuk masing – masing elemen kerja
yang ada. Dalam cara ini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan
bekerja sama secara bergantian. Stop watch ini akan didekatkan sekaligus
pada papan pengamatan dan dihubungkan dengan suatu tuas. Apabila stop
watch pertama dijalankan, maka stop watch kedua dan ketiga berhenti dan
jarum akan tetap pada posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka
tuas ditekan yang akan menghentikan gerakan jarum dari stop watch pertama
dan menggerakkan stop kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Metode akumulatif ini memberikan keuntungan didalam hal pembacaan akan
mudah dan lebih teliti karena jarum stop watch tidak dalam keadaan bergerak
pada saat pembacaan data waktu dilaksanakan seperti halnya yang kita
jumpai untuk pengukuran kerja dengan menggunakan satu stop watch.
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.4
Langkah – langkah Dalam Melaksanakan Pengukuran Waktu Kerja
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam mengukur waktu kerja, maka
tidaklah
cukup
sekedar
melakukan
beberapa
kali
pengukuran
dengan
menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya
dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran dan jumlah pengukuran.
Adapun langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam mengukur waktu kerja
yaitu :
1.
Menetapkan tujuan pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal–hal penting
yang harus diperhatikan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan,
berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil
pengukuran.
2.
Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mempelajari sistem dan kondisi
kerja yang ada dengan maksud melakukan perbaikan jika diperlukan agar
diperoleh kondisi kerja yang baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.
Memilih operator
Operator yang melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu
saja diambil dari pabrik. Operator ini haruslah mempunyai persyaratan
tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Starat – syarat tersebut adalah
kemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
4.
Melatih operator
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu, karena sebelum
diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan. Terutama bila kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama
dengan yang biasa dijalankan operator.
5.
Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecahkan menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen – elemen inilah
yang diukur waktunya (waktu siklus). Adapun alasan yang menyebabkan
pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen – elemenya yaitu
untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, untuk
memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen , untuk
memudahkan
mengamati terjadinya
elemen
yang
tidak
baku,
dan
memungkinkan dikembangkannya data waktu standart atau tempat kerja yang
bersangkutan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6.
Menyiapkan alat –alat pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, maka langkah terakhir
sebelum melakukan pengamatan yaitu menyiapkan alat – alat yang
diperlukan, yaitu :
a. Jam henti
b. Lembaran – lembaran pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
2.1.5 Melakukan Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu –
waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat – alat
yang telah dipersiapkan. Adapun langkah – langkah dalam pengukuran waktu
kerja yaitu :
1.
Pengukuran pendahuluan
Cara
pertama yang dilakukan untuk melakukan pengukuran waktu kerja
adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pendahuluan ini untuk
mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat – tingkat
ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Sub
Rata – rata
Jumlah Sub Group
∑ X ij
X ln
∑ X 1n
∑ X 1n2
X 2n
∑ X 2n
∑ X 2n2
X 3n
∑ X 3n
∑ X 3n2
∑ X Ln
∑ X Ln 2
Waktu Pengamatan
Group
Sub Group
1
X11 X12 X13
…
X1n
2
X21 X22
X23
…
X2n
3
X31 X32 X33
...
X3n
L
XL1 XL2 XL3 … XLn
X Ln
n
L
∑ X IJ
i =1
l =1
L
∑
i =1
(Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
Keterangan :
Xij = Waktu pengamatan berturut – turut
(i = 1,2,3,…,1 ; j = 1,2,3,…,n)
X ij = Rata – rata waktu pengamatn berturut – turut
n
= Jumlah sub group
L = Ukuran Sub Group
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
n
L
∑ X IJ
i =1
l =1
L
∑
i =1
nL
X IJ 2
i∑=1
l =1
2.
Uji keseragaman data
Fungsi dari uji keseragaman data ini adalah untuk mendapatkan data seragam.
Karena ketidak seragaman data datang tanpa disadari maka diperlukan suatu
alat yang dapat “mendeteksi”. Data yang dikatakan seragam, adalah data yang
berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol,
dan data tidak seragam adalah data yang berasal dari sistem yang berbeda,
jika berada diluar batas kontrol. Jadi yang diperhatikan dalam pengujian
keseragaman data adalah data yang berada di dalam batas – batas kontrol
tersebut.
a. Menghitung rata – rata dari rata – rata sub group.
X ij =
∑X
ij
L
b. Menghitung standart deviasi dari waktu pengamatan.
Adalah akar dari varians dimana semakin kecil standart deviasi sebuah
data,
maka semakin tidak bervariasi data tersebut dan sebaliknya,
semakin besar standart deviasi sebuah data, maka semakin bervariasi data
tersebut.
σ =
∑ (X
ij
− X ij
N −1
)
2
c. Menghitung standart deviasi sebenarnya dari waktu pengamatan.
Adalah standart deviasi dibagi dengan akar sub grup data pengamatan.
σX =
σ
L
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Menghitung derajat ketelitian tiap operator.
Adalah
penyimpangan
maksimumhasil
pengukuran
dari
waktu
penyelesaian sebenarnya.
S=
σX
x 100%
X
f. Menghitung tingkat keyakinan (confidence interval)
Adalah menunjukkan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang
diperoleh memenuhi syarat ketelitian.
CL = 100 % - S %
g. Menghitung batas Kontrol :
a.
Batas Kontrol Atas (BKA) :
Garis yang menyatakan penyimpangan paling tertinggi dari “ nilai
baku “ terdapat sejajar diatas central.
BKA = X + kσ x
b.
Batas Kontrol Bawah (BKB) :
Garis bawah yang sejajar garis sentral.
BKB = X - kσ x
h. Analisa keseragaman data
Hasil data yang dikatakan seragam, jika harga rata – rata dari sub group
berada dalam batas control atas (BKA) dan batas control bawah (BKB).
Setelah data terkumpul, maka diteruskan dengan mengidentifikasikan data
yang terlalu besar atau data yang terlalu kecil, dan menyimpangdari harga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
rata – ratanya yang disebabkan hal – hal tertentu. Kemudian data ekstrim
ini dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya.
1,4
Batas Kontrol Atas
1,2
1,0
Harga Rata - rata
0,8
0,7
Batas Kontrol Bawah
0,5
0,3
0,2
0
1
2
3
4
5
Gambar 2.1 Peta Kontrol untuk Test Keseragaman Data
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2003).
i. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dipakai untuk mendapatkan tingkata ketelitian dan
tingkat keyakinan yang merupakan pencerminan tingkat kepastian yang
diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan
pengukuran yang sangat banyak karena data sudah mencukupi. Uji ini
dilakukan setelah data hasil pengukuran setelah seragam. Uji kecukupan
data dapat dihitiung dengan rumus :
'
N=
k
s
N ∑ X ij −(∑ X ij )
X
∑ ij
2
2
2
N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang harus dilakukan / diperlukan.
N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan.
S = Tingkat ketelitian.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan :
k = 1 untuk tingkat keyakinan (CL) = 68,26 %
k = 2 untuk tingkat keyakinan (CL) = 95,46 %
k = 3 untuk tingkat keyakinan (CL) = 99,73%
Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh, yaitu :
a. Apabila N’ ≤N, berarti jumlah pengamatan yang kita butuhkan sudah
cukup.
b. Apabila N’ > N, berarti jumlah pengamatan yang kit butuhkan harus
ditambah lagi sesuai dengan tingkat kepercayaan dan ketelitian yang
diharapkan.
( Wignjosoebroto Sritomo, 2003 ).
2.1.6 Perhitungan Waktu Baku
Jika pengukuran – pengukuran telah selesai,langkah selanjutnya mengolah
adalah mengolah data tersebut sehinggga memberikan waktu baku. Untuk
mendapatkan waktu baku (output standart) maka ditempuh langkah – langkah
berikut :
a. Menghitung waktu siklus rata – rata setiap elemen kegiatan (Ws) :
Ws =
∑X
ij
N
b. Menghitung waktu normal (Wn) :
Wn = Ws x p
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini digunakan untuk
menormalkan dari pengamatan yang diperoleh jika operator bekerja dengan
kecepatn tidak wajar.
c. Menghitung waktu baku ( Wb ) :
Wb = Wn x
100%
100% − (% )allowance
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
2.1.7 Penyesuaian dan Kelonggaran
1.
Faktor kelonggaran (Allowance )
Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya
dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata – ratanya.
Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian satu
hal yang lain kerap kali terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu
normal yang telah didapatkan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi (personil)
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal – hal yang secara nyata dibutuhkan
oleh pekerja, dan yang selama pengukuran ini tidak diamati, diukur, dicatat,
ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan. (Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
2.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah
hal – hal seperti
minum sekedarnya untuk menhilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap–
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
cakap
dengan teman sekerja
sekedar untuk
menhilangkan
ketegangan
ataupunkejenuhan dalam bekerja.
Kebutuhan – kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak tidak
bisa, misalnya sesorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau
melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap – cakap sepanjang jam kerja.
Larangan demikian tidak sengaja merugikan pekerja ( karena merupakan tuntutan
psikologis dan fisiologis yang wajar ) tetapi juga merugikan perusahaan karena
dengan kondisi demikan pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan
hamper dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti ini
berbeda – beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan
mempunyai karakteristik sendiri – sendiri dengan tuntutan yang berbeda – beda.
Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnyakelonggaran
ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis.
Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan – pekerjaan ringan
pada kondisi – kondisi kerja normal pria memerlukan 2 – 2,5 % dan wanita 5 %.
persentase ini adalah (waktu normal).
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
3.
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mencatat ada saat – saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya
adalah kesulitan dalam menentukan pada saat – saat mana menurunya hasil
produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak
kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan
performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerjja lebih besar dari
normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini berlangsung terus pada
akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggita badan yang besangkutan
sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat
dikehendaki.
Hal demikian jrang terjadi karena berdasrkan pengalamannya, pekerja dapat
mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gearakan –
gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
4.
Kelonggaran untuk hambatan – hambatan tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidaka akan lepas dari berbagai “
hambatan “. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan mengaggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tidak
terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.
Bagi
hambatan
yang
pertama
jelas
tidaka
ada
pilihan
selain
menghilangkannya, sedangkan bagi hambatan yang kedua walaupun harus
diusahakan serend
DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
DI CV. EMWE RONA J AYA
BUDURAN - SIDOARJ O
SKRIPSI
Oleh :
ADDO PERMANA PUTRA
NPM : 0932010029
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”
J AWA TIMUR
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SKRIPSI
PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI LEMARI DENGAN METODE
ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
(STUDI KASUS : CV. EMWE RONAJ AYA, BUDURAN - SIDOARJ O)
Disusun Oleh :
ADDO PERMANA PUTRA
0932010029
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skripsi
J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i
Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 J uni 2013
Tim Penguji :
1.
Pembimbing :
1.
Ir. Handoyo, MT
NIP. 19570209 198503 1 003
Dr. Ir. Minto Waluyo, MM
NIP. 19611130 199003 1 001
2.
2.
Ir. Er lina P, MT
NIP. 19580828 198903 2 001
Dwi Sukma D, ST. MT
NIP. 19810726 20050 1 002
3.
Drs. Pailan, M.Pd
NIP. 19530504 198303 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Surabaya
Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
penelitian dengan
judul
“PERENCANAAN
KAPASITAS
PRODUKSI
LEMARI DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING
(RCCP) DI CV. EMWE RONA J AYA BUDURAN - SIDOARJ O”.
Penelitian ini merupakan tugas wajib dan sebagai syarat untuk
menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1) di Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Dalam menyusun penelitian ini, penulis tidak lepas dari banyak pihak,
yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan
mendukung penyelesaian tugas penelitian ini yang semuanya sangat besar artinya
bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
2.
Bapak Ir. Sutiyono, MS. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
3.
Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo.MM Selaku Kepala Jurusan Teknik Industri
4.
Bapak Drs. Pailan, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
i
5.
Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo.MM selaku dosen pembimbing I
6.
Bapak Dwi Sukma D. ST, MT selaku dosen pembimbing II
7.
Bapak Moch. Wahib selaku pemimpin CV. EMWE RONA JAYA
8.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9.
Kedua Orang Tua Penulis yang senantiasa dan selalu memberikan dukungan
baik materi maupun moril.
10.
Sayangku Widhi Ayu Puspita yang selalu memberi bantuan dan semangat.
11.
Seluruh angkatan 2009 TI dari paralel A sampai D,
12.
Seluruh angkatan 2009 TI khususnya paralel B tercinta, yang menemani
suka maupun duka disaat menjalani kuliah yang tidak bisa disebutin satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.
Surabaya, Juni 2013
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR …………………………………….....……………
i
DAFTAR ISI ……………………………………………………....………
iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………..…………. viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………......……
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….....…….
xi
ABSTRAKSI ……………………………………………………....……..
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian .......………......………………….... 1
1.2.
Perumusan Masalah ................................................................. 2
1.3.
Batasan Masalah ...................................................................... 3
1.4.
Asumsi ..............……………...……………………........…… 3
1.5.
Tujuan Penelitian ........................……………….....…………. 4
1.6.
Manfaat Penelitian ……………........………………………… 4
1.7.
Sistematika Penulisan ………........…………………………… 5
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Pengukuran Waktu Kerja ...........………………..…………… 7
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti ................. 8
2.1.2. Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja ..................... 9
2.1.3. Cara Pegukuran dan Pencatatan Waktu Kerja ................10
2.1.4. Langkah – langkah dalam melaksanakan Pengukuran
Waktu Kerja ...........………………..……………........ 12
2.1.5. Melakukan Pengukuran Waktu ...........……………….. 14
2.1.6. Perhitungan Waktu Baku ...........…………………....... 19
2.1.7. Penyesuaian dan Kelonggaran ...........……………....... 20
2.2. Perencanaan Produksi .................................……………........ 25
2.2.1. Sifat – sifat Perencanaan Produksi ...........……………. 25
2.2.2. Jenis – jenis Perencanaan Produksi ...........………….... 27
2.2.3. Perencanaan Produksi Agregat ...........………………... 28
2.3. Perencanaan Kapasitas Produksi ...........………………......... 31
2.3.1. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek ...........………. 32
2.3.2. Perencanaan Kapasitas Jangka Menengah ………........ 32
2.3.3. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang ........................ 32
2.4. Waktu Produksi Tersedia ....................................................... 33
2.5. Peramalan ................................................................................ 34
2.5.1. Jenis – Jenis Peramalan .................................................. 35
2.5.2. Prosedur Peramalan ....................................................... 36
2.5.3. Metode Peramalan ........................................................ 36
2.5.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ……................…….. 43
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.6. Uji Kondisi Diluar Kendali (MRC) ............................................ 46
2.7. Jadwal Induk Produksi (JIP) ...................................................... 48
2.8. Perencanaan Kapasitas (RCCP) ................................................. 52
2.8.1. Teknik – Teknik RCCP ................................................ 56
2.9. Peneliti Terdahulu ....................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 65
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ......................... 65
3.2.1. Definisi Operasional Variabel ......................................... 65
3.2.2. Identifikasi Variabel ........................................................ 65
3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 67
3.4. Metode Pengolahan Data ........................................................... 67
3.5. Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah .............. 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data ..................................................................... 79
4.1.1. Jumlah Stasiun Kerja Pada Bagian Produksi ................... 79
4.1.2. Perincian Jam dan Hari Kerja Karyawan ......................... 80
4.1.3. Pengukuran Waktu Kerja ................................................. 80
4.1.4. Data Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Karyawan Tiap
Stasiun Kerja ..................................................................... 82
4.1.5. Data Permintaan ............................................................... 83
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2. Pengolahan Data ......................................................................... 83
4.2.1. Pengukuran Waktu Kerja ................................................. 83
4.2.2. Uji Keseragaman Data ..................................................... 87
4.2.3. Uji Kecukupan Data ......................................................... 87
4.2.4. Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu
Baku ................................................................................ 87
4.3. Peramalan ..................................................................................... 88
4.3.1. Data Permintaan ................................................................ 88
4.3.2. Membuat Plot Diagram Permintaan .................................. 89
4.3.3. Penetapan Metode Peramalan ........................................... 89
4.3.4. Menghitung MSE (Mean Square Error) ........................... 90
4.3.5. Memilih Metode dengan Nilai MSE Peramalan
Terkecil .............................................................................. 90
4.3.6. Uji Verifikasi Data dengan MRC
(Moving Range Chart) ..................................................... 90
4.3.7. Hasil Peramalan dengan Metode yang Dipilih ................ 94
4.4. Jadwal Induk Produksi (JIP) ........................................................ 94
4.5. Matrik Produksi ........................................................................... 95
4.6. Matrik Waktu Baku .................................................................... 96
4.7. Waktu Produksi Tersedia (Rated Production Time) ................... 96
4.8. Perencanaan Waktu Produksi dengan Rought Cut Capacity
Planning (RCCP) ........................................................................ 98
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.9. Hasil dan Pembahasan ............................................................... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ……………………………………………........... 103
5.2. Saran ………………………………………………………..... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Pengukuran Waktu Kerja …………………………………… 15
Tabel 2.2.
Performance Rating dengan Sistem Westing House ………. 24
Tabel 2.3.
Matriks Waktu ……..................................…………………. 58
Tabel 2.4.
Matriks Produksi ……..............................,,,,,………………. 58
Tabel 2.5.
Rought Cut Capacity Planning ( RCCP ) …..………………. 58
Tabel 4.1.
Data Stasiun Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan …. 79
Tabel 4.2.
Daftar Jam Kerja ……………………………………………. 80
Tabel 4.3.
Pengamatan waktu proses Pengukuran ……………………… 81
Tabel 4.4.
Pengamatan waktu proses Pemotongan ……………………... 81
Tabel 4.5.
Pengamatan waktu proses Penggosokan ……………………. 81
Tabel 4.6.
Pengamatan waktu proses Perakitan ………………......……. 82
Tabel 4.7.
Pengamatan waktu proses Finishing ………………………… 82
Tabel 4.8.
Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Tiap Stasiun Kerja ….. 82
Tabel 4.9.
Data Permintaan Lemari April 2012 – Maret 2013 ….......... 83
Tabel 4.10.
Pengukuran Waktu Kerja pada Proses Pengukuran ………… 83
Tabel 4.11.
Hasil Uji Keseragaman Data ………………………………… 87
Tabel 4.12.
Hasil Uji Kecukupan Data …………………………………… 87
Tabel 4.13.
Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku... 88
Tabel 4.14.
Data Permintaan Lemari Dua Pintu April 2012 – Maret 2013. 89
Tabel 4.15.
Hasil MSE (Mean Square Error) ……...…………………….. 90
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.16.
Perhitungan Moving Range ………………………………….. 92
Tabel 4.17.
Hasil Peramalan Permintaan Lemari Dua Pintu
April 2013 – Maret 2014 ........................................................ 94
Tabel 4.18.
Jadwal Induk Produksi Produk ...............................…………. 95
Tabel 4.19.
Matriks Produksi …………………....……………………….. 95
Tabel 4.20.
Matriks Waktu Baku …..............…………………………….. 96
Tabel 4.21.
Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Kapasitas Waktu
Produksi Tersedia ………............................………………. 100
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Peta Kontrol untuk Test Keseragaman Data ………………… 18
Gambar 2.2.
Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi ……………. 29
Gambar 2.3.
Prosedur Perencanaan Produksi Agregat …………………… 30
Gambar 2.4. Hasil Aktivasi Perencanaan Kapasitas dengan
Perencanaan/Pengendalian Produksi ……………………….. 33
Gambar 2.5. Proses Penjadwalan Produksi Induk ……………………….. 50
Gambar 2.6. Peranan RCCP dalam perencanaan dan pengendalian
produksi…………………………………………………….. 56
Gambar 3.1. Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah …… 72
Gambar 4.1. Grafik Uji Keseragaman Data Kegiatan Pengukuran …….. 85
Gambar 4.2. Plot Diagram Permintaan Lemari …...........………………. 89
Gambar 4.3. Peta Kendali Moving Range ……………………………….. 93
x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
LAMPIRAN II
: PENGUKURAN WAKTU KERJA
LAMPIRAN III
: PERHITUNGAN PENYESUAIAN DAN
KELONGGGARAN
LAMPIRAN IV
: HASIL PERAMALAN DENGAN WINQSB
LAMPIRAN V
: PERHITUNGAN WAKTU PRODUKSI TERSEDIA
LAMPIRAN VI
: PERHITUNGAN ROUHGT CUT CAPACITY
PLANNING (RCCP)
LAMPIRAN VII
: TABEL ALLOWANCE
LAMPIRAN VIII
: TABEL APPENDIX
LAMPIRAN IX
: GAMBAR PRODUK
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI
DENGAN METODE ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING ( RCCP )
ABSTRAKSI
Perkembangan dunia usaha industri diwarnai dengan persaingan yang
semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan tersebut, setiap perusahaan pasti
dituntut untuk melakukan perencanaan dan pengendalian produksi sebaik
mungkin dalam menghasilkan suatu produk tertentu. Perencanaan dan
pengendalian tersebut meliputi bagaimana perusahaan mampu mengolah sumber
daya yang dimiliki, seperti tenaga kerja, modal, mesin, bahan baku dan metode
kerja sebaik mungkin agar menghasilkan jumlah produksi yang optimal dengan
tetap memperhatikan jumlah permintaan pelanggan. Selain menghasilkan jumlah
produksi yang optimal, perusahaan juga harus memperhatikan kapasitas sumber
daya perusahaan yang ada, misalnya bahan baku, agar tidak terjadi kelebihan
ataupun kekurangan bahan baku yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan,
serta berusaha menghasilkan produk dalam waktu yang cepat dan tepat.
CV Emwe Rona Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang furniture yang fokus memproduksi lemari. Dalam aktifitas setiap harinya
perusahaan memproduksi lemari tersebut sesuai dengan pesanan yang berasal dari
konsumen. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini yaitu adanya
ketidakseimbangan antara permintaan konsumen dengan tenaga kerja yang ada
dan jumlah produksi lemari sehingga berdampak pada ketersediaan produk.
Dari permasalahan tersebut dilakukan evaluasi perencanaan antara
permintaan, apakah perlu dilakukan penambahan tenaga kerja untuk mencukupi
permintaan kapasitas produksi lemari dengan menggunakan metode Rought Cut
Capacity Planning (RCCP).
Rought Cut Capacity Planning merupakan “analisis untuk menguji
ketersediaan kapasitas fasilitas produksi yang tersedia didalam memenuhi jadwal
induk produksi (Master Production Schedule) yang telah ditetapkan” dengan
Teknik Bill Of Labor (BOL).
Dari hasil penelitian, dengan melakukan perhitungan dan peramalan
perencanaan kapasitas produksi (RCCP) untuk memenuhi permintaan konsumen
maka dapat disimpulkan bahwa Jadwal Induk Produksi mengalami peningkatan,
yang pada awalnya sebanyak 153 unit setelah diramalkan mengalami peningkatan
yaitu sebanyak 165 unit dengan peningkatan sebesar 8,07 %.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa pada stasiun kerja proses pengukuran,
pemotongan, penggosokan, perakitan dan finishing produk sudah memenuhi
kebutuhan kapasitas produksi dikarenakan waktu yang tersedia lebih besar dari
kebutuhan kapasitas, maka perusahaan tidak memerlukan tambahan jam lembur,
mesin dan tenaga kerja.
Kata Kunci : Kapasitas, Master Production Schedule (MPS), Rought Cut
Capacity Planning (RCCP), Bill Of Labor (BOL).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xii
PLANNING OF CAPACITIES TIME PRODUCE
WITH METHOD OF ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING ( RCCP )
ABSTRACT
The development of the corporate world industry tinged with an
increasingly tight competition. To win the competition, every company must have
been required to do the planning and control of production as possible in making a
particular product. This includes planning and controlling how the company was
able to cultivate resources which are owned, such as labor, capital, machinery,
raw materials and working methods as well as to generate optimal production
numbers with fixed amount of attention to customer requests. In addition to
generating the optimal production quantities, the company must also pay attention
to the capacity of the company's resources, such as raw materials, so that isn't the
case surplus or shortage of raw materials which cause harm to the company, as
well as trying to deliver products in a quick and precise.
CV Emwe Rona Jaya is one of the companies that engaged in furniture that
focus is producing cabinets. In the daily activities of companies producing
wardrobes in accordance with orders coming from the consumer. The problems
faced by companies today that there is an imbalance between consumer demand
and the existing workforce and production number of the closet so it imposes on
product availability.
The problem of evaluation planning between requests, whether the need for
additional manpower to fullfill the request production capacity of the cabinets
using Rought Cut Capacity Planning (RCCP).
Rought Cut Capacity Planning is "analysis to test the availability of the capacity
of the production facilities available in the master production schedule meet
(Master Production Schedule) that has been established with engineering Bill Of
Labor (BOL)".
Of research results, by performing calculations and forecasting capacity
planning (RCCP) production to meet consumer demand can be deduced that the
Master Production Scheduling experience increased, initially as many as 153 units
after the foreseen increase of as much as 165 units with an increase of 8.07%.
From these results it is known that the work process measurement, cutting,
polishing, assembling and finishing products already meet the needs of production
capacity. Because the time available is greater than capacity needs, the company
does not require additional overtime hours, machines and labor.
Keywords: Capacity, Master Production Schedule (MPS), rought Cut Capacity
Planning (RCCP), Bill Of Labor (BOL).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia usaha industri dewasa ini dan masa mendatang
diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan
tersebut, setiap perusahaan pasti dituntut untuk melakukan perencanaan dan
pengendalian produksi sebaik mungkin dalam menghasilkan suatu produk
tertentu. Perencanaan dan pengendalian tersebut meliputi bagaimana perusahaan
mampu mengolah sumber daya yang dimiliki, seperti tenaga kerja, modal, mesin,
bahan baku dan metode kerja sebaik mungkin agar menghasilkan jumlah produksi
yang optimal dengan tetap memperhatikan jumlah permintaan pelanggan. Selain
menghasilkan
jumlah
produksi
yang
optimal,
perusahaan
juga
harus
memperhatikan kapasitas sumber daya perusahaan yang ada, misalnya bahan
baku, agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku yang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan, serta berusaha menghasilkan produk
dalam waktu yang cepat dan tepat.
CV Emwe Rona Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang furniture yang fokus memproduksi lemari. Dalam aktifitas setiap harinya
perusahaan memproduksi lemari tersebut sesuai dengan pesanan yang berasal dari
konsumen. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini yaitu adanya
ketidakseimbangan antara permintaan konsumen yang rendah dengan jumlah
tenaga kerja yang ada.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari permasalahan tersebut dilakukan evaluasi perencanaan antara
permintaan dan tenaga kerja, apakah perlu dilakukan penambahan atau
pengurangan tenaga kerja untuk memenuhi permintaan kapasitas produksi lemari
dua pintu untuk satu tahun kedepan dengan menggunakan metode Rought Cut
Capacity Planning (RCCP). Rought Cut Capacity Planning merupakan
perencanaan untuk menguji ketersediaan kapasitas produksi yang tersedia didalam
memenuhi jadwal induk produksi (JIP) yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
proses ini akan menghasilkan jadwal induk produksi yang telah disesuaikan,
karena telah memberikan gambaran tentang ketersediaan kapasitas untuk
memenuhi target produksi yang diusun dalam jadwal induk produksi. Waktu
produksi secara umum diukur dalam bentuk waktu (jam/bulan) yang ditunjukkan
berdasarkan kemampuam manusia dengan bantuan mesin yang tersedia setiap
periode operasi. (Smith B, Spencer. 2010)
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capaciy Planning tersebut
diharapkan perusahaan mampu membuat perencanaan produksi yang tepat
sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, perumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
“Berapakah kapasitas perencanaan produksi lemari dua pintu untuk satu tahun
kedepan dengan Metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP) pada CV. Emwe
Rona Jaya ? ”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.3
Batasan Masalah
Agar permasalahan yang akan di pecahkan tidak terlalu meluas maka
diperlukan batasan sebagai berikut:
1.
Data permintaan produksi lemari dua pintu pada CV. Emwe Rona Jaya yang
diambil periode April 2012 - Maret 2013.
2.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi yang dibahas hanya
perencanaan waktu produksi menggunakan Rought Cut Capacity Planning
(RCCP) berdasarkan Bill of Labor (BOL) dan tidak membahas masalah
laba perusahaan.
3.
Pada perusahaan ini tidak memperhitungkan biaya (finansial yang terkait).
1.4
Asumsi
Adapun asumsi – asumsi dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1.
Tidak adanya perubahan bahan baku pembuatan produk selama periode
perencanaan.
2.
Fasilitas produksi berjalan pada kondisi normal dan lancar.
3.
Material dan bahan – bahan penunjang lainnya selalu tersedia.
4.
Tenaga kerja mempunyai kemampuan yang sama.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.5
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Merencanakan kapasitas waktu produksi dan kapasitas waktu produksi
lemari dua pintu untuk mengevaluasi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
2.
Meramalkan kapasitas produksi lemari dua pintu untuk satu tahun ke depan.
1.6
Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian skripsi didalam perusahaan, maka maka
manfaat yang didapat adalah antara lain :
1.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari waktu standart dan waktu baku yang dibutuhkan oleh
semua pekerja untuk menyelesaikan suatu elemen pekerjaan.
2.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari jam kerja menganggur dan jam kerja aktual
3.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari utilisasi dan efisiensi kerja yang digunakan untuk
menghitung kapasitas tersedia.
4.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari waktu produksi tersedia.
5.
Dengan menggunakan metode Rought Cut Capacity Planning dapat
diketahui hasil dari waktu produksi yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.7
Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan laporan penelitian ini sesuai dengan yang ditetapkan
oleh pihak fakultas secara berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang
jelas dan terarah adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, asumsi yang digunakan, dan manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang relavan dan sesuai dengan topik
penelitian yang dilakukan serta teori tentang metode yang digunakan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas metodologi penelitian yang dirancang untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang kegiatan penelitian tugas
ahkir ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam analisa masalah yang
menujang
tercapainya
tujuan
penelitian.
Kemudian
dilakukan
pengolahan data sesuai dengan prosedur yang terdapat pada metode
Rought Cut Capacity Planning.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini dikemukakan kesimpulan yang merupakan hasil dari analisa dan
pembahasn penelitian yang dilakukan. Serta berisikan saran dan sebagai
pertimbangan perbaikan selanjutnya untuk meningkatkan kapasitas
produksi di CV. Emwe Rona Jaya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan
manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran
waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha – usaha menetapkan waktu baku
yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat
diperlukan terutama sekali untuk :
a. Man Power Planning ( perencanaan kebutuhan tenaga kerja ).
b. Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawan atau pekerja.
c. Penjadwalan produksi dan pengangguran.
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau
pekerja yang berprestasi.
e. Indikasi keluaran ( output ) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Pada garis besarnya teknik – teknik pengukuran waktu kerja ini dapat
dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan
pengukuran waktu secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena
pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan
yang diukur dijalankan. Dua cara termasuk didalamnya adalah cara pengukuran
kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja
(work sampling). Sebaliknya pengukuran waktu secara tidak langsung yaitu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus di tempat pekerjaan
yang di ukur.
(Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Dengan J am Henti ( Stop watch )
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop-watch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan – pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang – ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran
maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan,
yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan
bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu.
Secara garis besar langkah – langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja
dengan stop watch adalah :
1.
Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
dan supervisor yang ada.
2.
Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian
pekerjaan seperti lay out, karakteristik / spesifikasi mesin atau peralatan kerja
lain yang digunakan.
3.
Membagi operasi kerja dalam elemen – elemen kerja sedetail – detailnya tapi
masih dalam batas – batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4.
Mengamati, mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh operator
untuk menyelesaikan elemen – elemen kerja tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5.
Menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Meneliti
apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau
tidak. Dan kemudian menguji keseragaman data yang diperoleh.
6.
Menetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas
kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh
mesin maka performance dianggap normal (100 %).
7.
Menyesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditujukkan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8.
Menetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna mengahadapi kondisi – kondisi
seperti kebutuhan
personil
yang
besifat
pribadi,
faktor
kelelahan,
keterlambatan material.
9.
Menetapkan waktu kerja baku (standart time), yaitu jumlah total antara
waktu normal dan waktu longgar. (Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.2 Persiapan Awal Pengukuran Waktu Kerja
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang
harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Jadi
waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu
sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut. Dari hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran waktu kerja hendaknya
dilaksanakan apabila kondisi dan metoda kerja dari pekerjaan yang akan diukur
sudah baik. Jika belum maka, kondisi yang ada ini hendaknya diperbaiki dan
kemudian distandartkan terlebih dahulu. Mempelajari kondisi kerja dan cara /
metoda kerja kemudian memperbaiki serta membakukannya adalah sesuatu yang
dilakukan dalam langkah penelitian pendahluan yang harus dipersiapkan dalam
pengukuran waktu kerja.
(Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.3 Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja
Ada tiga metode umum yang dipakai untuk mengukur elemen – elemen
kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch) yaitu pengukuran waktu secara
terus menerus (continous timing), pengukuran waktu secara berulang – ulang
(repetitive timing), dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative
timing).
Adapun uraian cara pengukuran dan pencatatan waktu kerja adalah sebagai
berikut :
1.
Pengukuran waktu kerja secara terus menerus (continous timing).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus ini, pengamat kerja akan
menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan
membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus menerus sampai
periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Disini pengamat kerja terus
mengamati jalannya jarum stop watch dan mencatat pembacaan waktu yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ditujukan setiap akhir dari elemen – elemen kerja pada lembar pengamatan.
Waktu sebenarnya dari masing – masing elemen diperoleh dari pengurangan
pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan.
2.
Pengukuran waktu kerja secara berulang – ulang (repetitive timing).
Pada pengukuran ini kadang – kadang disebut snap back method. Disini
jarum penunjuk stop watch akan selalu di kembalikan (snap – back) lagi ke
posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan
dicatat waktu kerja diukur kemudian tombol ditekan lagi dan segera jarum
penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Dengan cara
demikian maka data waktu untuk setiap elemen kerja yang diukur akan dapat
dicatat secara langsung tanpa ada pekerjaan tambahan untuk pengurangan
seperti yang dijumpai dalam metoda pengukuran secara terus menerus
(continous timing).
3.
Pengukuran waktu kerja akumulatif.
Pada metode pengukuran waktu secara akumulatif ini memungkinkan
pembaca membaca data secara langsung untuk masing – masing elemen kerja
yang ada. Dalam cara ini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan
bekerja sama secara bergantian. Stop watch ini akan didekatkan sekaligus
pada papan pengamatan dan dihubungkan dengan suatu tuas. Apabila stop
watch pertama dijalankan, maka stop watch kedua dan ketiga berhenti dan
jarum akan tetap pada posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka
tuas ditekan yang akan menghentikan gerakan jarum dari stop watch pertama
dan menggerakkan stop kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Metode akumulatif ini memberikan keuntungan didalam hal pembacaan akan
mudah dan lebih teliti karena jarum stop watch tidak dalam keadaan bergerak
pada saat pembacaan data waktu dilaksanakan seperti halnya yang kita
jumpai untuk pengukuran kerja dengan menggunakan satu stop watch.
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2003).
2.1.4
Langkah – langkah Dalam Melaksanakan Pengukuran Waktu Kerja
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam mengukur waktu kerja, maka
tidaklah
cukup
sekedar
melakukan
beberapa
kali
pengukuran
dengan
menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya
dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran dan jumlah pengukuran.
Adapun langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam mengukur waktu kerja
yaitu :
1.
Menetapkan tujuan pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal–hal penting
yang harus diperhatikan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan,
berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil
pengukuran.
2.
Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mempelajari sistem dan kondisi
kerja yang ada dengan maksud melakukan perbaikan jika diperlukan agar
diperoleh kondisi kerja yang baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.
Memilih operator
Operator yang melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu
saja diambil dari pabrik. Operator ini haruslah mempunyai persyaratan
tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Starat – syarat tersebut adalah
kemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
4.
Melatih operator
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu, karena sebelum
diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan. Terutama bila kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama
dengan yang biasa dijalankan operator.
5.
Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecahkan menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen – elemen inilah
yang diukur waktunya (waktu siklus). Adapun alasan yang menyebabkan
pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen – elemenya yaitu
untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, untuk
memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen , untuk
memudahkan
mengamati terjadinya
elemen
yang
tidak
baku,
dan
memungkinkan dikembangkannya data waktu standart atau tempat kerja yang
bersangkutan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6.
Menyiapkan alat –alat pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, maka langkah terakhir
sebelum melakukan pengamatan yaitu menyiapkan alat – alat yang
diperlukan, yaitu :
a. Jam henti
b. Lembaran – lembaran pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
2.1.5 Melakukan Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu –
waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat – alat
yang telah dipersiapkan. Adapun langkah – langkah dalam pengukuran waktu
kerja yaitu :
1.
Pengukuran pendahuluan
Cara
pertama yang dilakukan untuk melakukan pengukuran waktu kerja
adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pendahuluan ini untuk
mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat – tingkat
ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Sub
Rata – rata
Jumlah Sub Group
∑ X ij
X ln
∑ X 1n
∑ X 1n2
X 2n
∑ X 2n
∑ X 2n2
X 3n
∑ X 3n
∑ X 3n2
∑ X Ln
∑ X Ln 2
Waktu Pengamatan
Group
Sub Group
1
X11 X12 X13
…
X1n
2
X21 X22
X23
…
X2n
3
X31 X32 X33
...
X3n
L
XL1 XL2 XL3 … XLn
X Ln
n
L
∑ X IJ
i =1
l =1
L
∑
i =1
(Wignojosoebroto, Sritomo. 2003).
Keterangan :
Xij = Waktu pengamatan berturut – turut
(i = 1,2,3,…,1 ; j = 1,2,3,…,n)
X ij = Rata – rata waktu pengamatn berturut – turut
n
= Jumlah sub group
L = Ukuran Sub Group
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
n
L
∑ X IJ
i =1
l =1
L
∑
i =1
nL
X IJ 2
i∑=1
l =1
2.
Uji keseragaman data
Fungsi dari uji keseragaman data ini adalah untuk mendapatkan data seragam.
Karena ketidak seragaman data datang tanpa disadari maka diperlukan suatu
alat yang dapat “mendeteksi”. Data yang dikatakan seragam, adalah data yang
berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol,
dan data tidak seragam adalah data yang berasal dari sistem yang berbeda,
jika berada diluar batas kontrol. Jadi yang diperhatikan dalam pengujian
keseragaman data adalah data yang berada di dalam batas – batas kontrol
tersebut.
a. Menghitung rata – rata dari rata – rata sub group.
X ij =
∑X
ij
L
b. Menghitung standart deviasi dari waktu pengamatan.
Adalah akar dari varians dimana semakin kecil standart deviasi sebuah
data,
maka semakin tidak bervariasi data tersebut dan sebaliknya,
semakin besar standart deviasi sebuah data, maka semakin bervariasi data
tersebut.
σ =
∑ (X
ij
− X ij
N −1
)
2
c. Menghitung standart deviasi sebenarnya dari waktu pengamatan.
Adalah standart deviasi dibagi dengan akar sub grup data pengamatan.
σX =
σ
L
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Menghitung derajat ketelitian tiap operator.
Adalah
penyimpangan
maksimumhasil
pengukuran
dari
waktu
penyelesaian sebenarnya.
S=
σX
x 100%
X
f. Menghitung tingkat keyakinan (confidence interval)
Adalah menunjukkan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang
diperoleh memenuhi syarat ketelitian.
CL = 100 % - S %
g. Menghitung batas Kontrol :
a.
Batas Kontrol Atas (BKA) :
Garis yang menyatakan penyimpangan paling tertinggi dari “ nilai
baku “ terdapat sejajar diatas central.
BKA = X + kσ x
b.
Batas Kontrol Bawah (BKB) :
Garis bawah yang sejajar garis sentral.
BKB = X - kσ x
h. Analisa keseragaman data
Hasil data yang dikatakan seragam, jika harga rata – rata dari sub group
berada dalam batas control atas (BKA) dan batas control bawah (BKB).
Setelah data terkumpul, maka diteruskan dengan mengidentifikasikan data
yang terlalu besar atau data yang terlalu kecil, dan menyimpangdari harga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
rata – ratanya yang disebabkan hal – hal tertentu. Kemudian data ekstrim
ini dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya.
1,4
Batas Kontrol Atas
1,2
1,0
Harga Rata - rata
0,8
0,7
Batas Kontrol Bawah
0,5
0,3
0,2
0
1
2
3
4
5
Gambar 2.1 Peta Kontrol untuk Test Keseragaman Data
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2003).
i. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dipakai untuk mendapatkan tingkata ketelitian dan
tingkat keyakinan yang merupakan pencerminan tingkat kepastian yang
diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan
pengukuran yang sangat banyak karena data sudah mencukupi. Uji ini
dilakukan setelah data hasil pengukuran setelah seragam. Uji kecukupan
data dapat dihitiung dengan rumus :
'
N=
k
s
N ∑ X ij −(∑ X ij )
X
∑ ij
2
2
2
N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang harus dilakukan / diperlukan.
N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan.
S = Tingkat ketelitian.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan :
k = 1 untuk tingkat keyakinan (CL) = 68,26 %
k = 2 untuk tingkat keyakinan (CL) = 95,46 %
k = 3 untuk tingkat keyakinan (CL) = 99,73%
Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh, yaitu :
a. Apabila N’ ≤N, berarti jumlah pengamatan yang kita butuhkan sudah
cukup.
b. Apabila N’ > N, berarti jumlah pengamatan yang kit butuhkan harus
ditambah lagi sesuai dengan tingkat kepercayaan dan ketelitian yang
diharapkan.
( Wignjosoebroto Sritomo, 2003 ).
2.1.6 Perhitungan Waktu Baku
Jika pengukuran – pengukuran telah selesai,langkah selanjutnya mengolah
adalah mengolah data tersebut sehinggga memberikan waktu baku. Untuk
mendapatkan waktu baku (output standart) maka ditempuh langkah – langkah
berikut :
a. Menghitung waktu siklus rata – rata setiap elemen kegiatan (Ws) :
Ws =
∑X
ij
N
b. Menghitung waktu normal (Wn) :
Wn = Ws x p
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini digunakan untuk
menormalkan dari pengamatan yang diperoleh jika operator bekerja dengan
kecepatn tidak wajar.
c. Menghitung waktu baku ( Wb ) :
Wb = Wn x
100%
100% − (% )allowance
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
2.1.7 Penyesuaian dan Kelonggaran
1.
Faktor kelonggaran (Allowance )
Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya
dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata – ratanya.
Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian satu
hal yang lain kerap kali terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu
normal yang telah didapatkan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi (personil)
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal – hal yang secara nyata dibutuhkan
oleh pekerja, dan yang selama pengukuran ini tidak diamati, diukur, dicatat,
ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan. (Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
2.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah
hal – hal seperti
minum sekedarnya untuk menhilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap–
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
cakap
dengan teman sekerja
sekedar untuk
menhilangkan
ketegangan
ataupunkejenuhan dalam bekerja.
Kebutuhan – kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak tidak
bisa, misalnya sesorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau
melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap – cakap sepanjang jam kerja.
Larangan demikian tidak sengaja merugikan pekerja ( karena merupakan tuntutan
psikologis dan fisiologis yang wajar ) tetapi juga merugikan perusahaan karena
dengan kondisi demikan pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan
hamper dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti ini
berbeda – beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan
mempunyai karakteristik sendiri – sendiri dengan tuntutan yang berbeda – beda.
Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnyakelonggaran
ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis.
Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan – pekerjaan ringan
pada kondisi – kondisi kerja normal pria memerlukan 2 – 2,5 % dan wanita 5 %.
persentase ini adalah (waktu normal).
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
3.
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mencatat ada saat – saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya
adalah kesulitan dalam menentukan pada saat – saat mana menurunya hasil
produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak
kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan
performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerjja lebih besar dari
normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini berlangsung terus pada
akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggita badan yang besangkutan
sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat
dikehendaki.
Hal demikian jrang terjadi karena berdasrkan pengalamannya, pekerja dapat
mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gearakan –
gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
(Sutalaksana, Ifikar Z . 2005).
4.
Kelonggaran untuk hambatan – hambatan tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidaka akan lepas dari berbagai “
hambatan “. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan mengaggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tidak
terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.
Bagi
hambatan
yang
pertama
jelas
tidaka
ada
pilihan
selain
menghilangkannya, sedangkan bagi hambatan yang kedua walaupun harus
diusahakan serend