POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN NaCl 1% pH 4 JENUH CO2.

(1)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

Oleh

LIA ISTIQOMAH FAUZIYAH NIM 1003086

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


(2)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Oleh

Lia Istiqomah Fauziyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Lia Istiqomah Fauziyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

Hak Cipta dilindungi undang–undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LIA ISTIQOMAH FAUZIYAH

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Yayan Sunarya, M.Si. NIP. 196102081990031004

Pembimbing II

Dr. Iqbal Musthapa, M.Si. NIP. 197512232001121001


(4)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002


(5)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi ABSTRAK

Korosi merupakan salah satu penyebab vital dari kerugian dan kegagalan material industri migas. Minyak mentah yang diproduksi dari sumur-sumur produksi minyak bumi banyak mengandung unsur-unsur korosif dan berpotensi untuk menyebabkan korosi. Dalam penanggulangannya, penggunaan inhibitor korosi merupakan salah satu cara yang efisien dan mudah untuk diterapkan. Sejauh ini inhibitor korosi yang ramah lingkungan banyak dikembangkan dari ekstrak tumbuhan. Pada penelitian ini akan digunakan ekstrak rempah-rempah dari umbi bawang merah sebagai alternatif inhibitor korosi. Berdasarkan uji fitokimia, umbi bawang merah diketahui mengandung senyawa flavonoid, tanin dan terpenoid yang dapat berpotensi sebagai inhibitor korosi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efisiensi dan mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam larutan NaCl 1% jenuh CO2 pada pH dan temperatur

sesuai dengan kondisi pipa sumur minyak bumi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode polarisasi potensiodinamik dan spektroskopi impedansi elektrokimia (EIS). Dari hasil pengujian diketahui bahwa ekstrak umbi bawang merah dapat menginhibisi baja karbon dengan efisiensi inhibisi mencapai 96,91% pada 318 K dengan konsentrasi 120 ppm. Mekanisme inhibisi korosi berlangsung secara fisik (fisiosorpsi) dengan ∆G°ads sebesar -23,895 kJ/mol mengikuti isoterm

adsorpsi Langmuir. Dengan demikian, ekstrak umbi bawang merah berpotensi sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2.

Kata kunci: Baja karbon, korosi, eco-friendly inhibitor, umbi bawang merah.

ABSTRACT

Corrosion was one of the causes of losses and material failures in oil and gas industries. Crude oils produced from mining activity were contain many elements of corrosive and potentially to caused corrosion in pipeline production wells. In mitigation, the use of corrosion inhibitor was one of the best option that was efficient and easy to apply. So far, many eco-friendly inhibitors developed from plant extracts. In this study, spice extracts from onions will be used as an alternative corrosion inhibitor. Based on phytochemical test, onions were known to contain flavonoids, tannins, and terpenoids, that had a potential to be corrosion inhibitor. The purpose of this study was to determine the efficiency and inhibition mechanism of onion extracts on carbon steel in NaCl 1% solution saturated by CO2 with pH and temperature in accordance with the condition of the pipeline in oil and gas industries. Several tests were determined by potentiodynamic polarization and electrochemical impedance spectroscopy (EIS). The results showed that the onion extract can inhibited corrosion with optimum efficiency of inhibition reached 96,91% at temperature 318 K with concentration of 120 ppm. The inhibition mechanism was fisiosorpsi with ∆G°ads -23,895 kJ/mol obeys Langmuir isoterms adsorption. Onion extracts has a potential to be corrosion inhibitor on carbon steels in NaCl 1% solution of pH 4 saturated by CO2.


(6)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi


(7)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Korosi ... 6

2.2 Proses Korosi ... 7

2.2.1 Reaksi Reduksi ... 7

2.2.2 Reaksi Oksidasi ... 7

2.3 Proses Kororsi dalam Larutan Jenuh CO2 ... 8

2.4 Jenis Korosi ... 9

2.4.1 Korosi Seragam (Uniform Attack) ... 9

2.4.2 Korosi Sumuran (Pitting Corrosion) ... 9

2.4.3 Korosi Erosi (Errosion Corrosion) ... 10

2.4.4 Korosi Galvanis (Galvanic Corrosion) ... 11

2.4.5 Korosi Retak Tegangan (Stress Corrosion Cracking) ... 12


(8)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

2.4.7 Korosi Mikrobiologi (Microbiology Corrosion) ... 13

2.4.8 Korosi Lelah (Fatigue Corrosion) ... 14

2.5 Korosi pada Baja Karbon ... 15

2.5.1 Korosi pada Pipa Pertambangan Minyak Bumi ... 15

2.6 Perlindungan Terhadap Korosi ... 16

2.6.1 Proteksi Katodik ... 16

2.6.2 Proteksi Anodik ... 18

2.6.3 Pelapisan (Coating) ... 18

2.6.4 Pemilihan Material ... 19

2.6.5 Inhibitor ... 19

2.6.5.1 Jenis Inhibitor ... 20

2.7 Eco-Friendly Inhibitor ... 22

2.8 Mekanisme Adsorpsi Inhibitor Organik ... 23

2.9 Umbi Bawang Merah ... 23

2.10 Perhitungan Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor ... 25

2.10.1 Spektroskopi Impedansi Elektrokimia ... 25

2.10.2 Komponen Rangkaian Listrik pada EIS ... 26

2.10.3 Polarisasi Potensiodinamik ... 27

2.10.4 Efisiensi Inhibisi ... 29

2.11 Tinjauan Termodinamika ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

3.2 Alat dan Bahan ... 33

3.2.1 Alat ... 33

3.2.2 Bahan ... 33

3.3 Tahapan Penelitian ... 34

3.4 Prosedur penelitian ... 36


(9)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

3.4.1.1 Maserasi ... 36

3.4.1.2 Soxhletasi ... 36

3.4.2 Fraksinasi Hasil Ekstrak ... 37

3.5 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi ... 37

3.5.1 Uji KLT ... 37

3.5.2 Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR ... 38

3.5.3 Uji Fitokimia ... 38

3.6 Prosedur Pengukuran Efisiensi dan Mekanisme Inhibisi ... 39

3.6.1 Persiapan Material ... 39

3.6.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk ... 40

3.6.3 Pengukuran Laju Korosi ... 41

3.7 Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) ... 43

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Ekstrak Umbi Bawang Merah ... 44

4.1.1 Preparasi Sampel ... 44

4.1.2 Ekstraksi Senyawa ... 44

4.1.3 Fraksinasi ... 48

4.2 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi ... 49

4.2.1 Uji KLT ... 49

4.2.2 Analisa FTIR ... 50

4.2.3 Uji Fitokimia ... 51

4.3 Peran Ekstrak Umbi Bawang Merah Sebagai Inhibitor Korosi ... 52

4.3.1 Proses Korosi pada baja Karbon ... 52

4.3.2 Potensi Ekstrak Umbi Bawang Merah Sebagai Inhibitor Korosi ... 53

4.3.3 Pengaruh Penambahan Inhibitor Terhadap Spektra Impedansi ... 54

4.4 Efisiensi Inhibisi Ekstrak ... 56


(10)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

4.4.2 Efisiensi Inhibisi Ekstrak Hasil Fraksinasi ... 58

4.5 Mekanisme Inhibisi ... 59

4.5.1 Tinjauan Termodinamika ... 59

4.5.2 Tinjauan Kinetika ... 60

4.5.3 Uji SEM dan EDS ... 62

4.5.4 Tinjauan Potensiodinamik ... 64

4.5.4.1 Pengaruh Temperatur Terhadap Polarisasi Baja Karbon ... 64

4.5.4.2 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Umbi Bawang Merah Terahadap Daya Inhibisi Korosi ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2


(12)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada suatu logam karena logam bereaksi dengan lingkungan. Sehingga terjadi suatu degradasi material yang menyebabkan hilangnya bagian dari material tersebut (Umoren, 2009).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh korosi sangat berdampak buruk bagi peralatan suatu industri, sehingga menyebabkan proses produksi terganggu bahkan terhenti yang akan berakibat pada kerugian ekonomi dan keselamatan pekerja.

Korosi juga merupakan penyebab vital dari kerugian dan kegagalan material industri migas. Salah satu aset penting dalam industri migas yang rentan terhadap korosi adalah pipa penyaluran minyak dan gas bumi dari sumur-sumur minyak di lepas pantai dan laut. Jaringan pipa sumur minyak bumi ini secara ironi menjadi pemilik persentase kerusakan material tertinggi pada industri migas yang diakibatkan oleh korosi. Berdasarkan data NACE (National Association of

Corrosion Engineers), biaya yang dikeluarkan oleh USA untuk penanggulangan

korosi pada eksplorasi dan pemurnian minyak bumi dan gas sebesar $ 1,4 milyar pertahun. Sedangkan, di Indonesia sendiri biaya yang dikeluarkan oleh PT. Pertamina EP Cepu untuk perbaikan sumur produksi minyak bumi mencapai $ 1 juta pertahun (Akbar, 2012).

Minyak mentah yang diproduksi dari sumur-sumur produksi minyak bumi banyak mengandung unsur-unsur korosif seperti garam-garam klorida, sulfat dan karbonat; asam-asam organik dengan massa molekul rendah; juga gas yang bersifat asam seperti CO2 dan H2S. Campuran air dan zat-zat yang terkandung


(13)

2

terhadap korosi. Umumnya, komponen utama yang menyababkan korosifitas pada pipa sumur produksi adalah garam klorida, asam organik dan gas CO2.

Berdasarkan data lapangan dalam sumur produksi minyak bumi diketahui memiliki kandungan ion Cl- dengan konsentrasi 10000 ppm – 25000 ppm, pH media 3,5 – 5,5 dan tekanan gas CO2 berkisar antara 0,04 atm – 0,10 atm (Nice

dalam Sunarya, 2008).

Korosi logam pada dasarnya tidak dapat dihentikan lajunya, namun korosi ini dapat dikendalikan/ditanggulangi dengan berbagai macam cara, tergantung dari aplikasi dan kebutuhannya. Pada umumnya, korosi yang terjadi pada bagian luar atau permukaan pipa dapat ditanggulangi melalui cara pelapisan (coating) menggunakan cat dan/atau dengan perlindungan katodik. Sedangkan pada bagian dalam pipa bisa ditanggulangi dengan metode inhibisi atau pemberian zat inhibitor (Ketis, 2010).

Metode inhibisi, yaitu pemberian zat antikorosi (inhibitor) dengan konsentrasi yang kecil ke dalam lingkungannya, baik secara kontinu maupun periodik menurut selang waktu tertentu. Metode inhibisi merupakan salah satu pengendalian korosi logam dalam lingkungannya dengan cara mudah dan murah.

Inhibitor korosi terbagi atas dua jenis yaitu inhibitor organik dan anorganik. Beberapa senyawa anorganik seperti fosfat, kromat dan borat sering digunakan sebagai inhibitor korosi. Namun demikian, bahan kimia sintesis ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya mahal, dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu, mulai dicari alternatif lain yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.

Penggunaan inhibitor organik dari ekstrak alam sangat menarik dikarenakan ekstrak bahan alam ini aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, ekonomis, dan ramah lingkungan. Ekstrak bahan alam yang digunakan adalah senyawa karbon heteroatom yang mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas (Ludiana, 2012). Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya akan membentuk lapisan protektif sehingga dapat melindungi logam dari serangan korosi (Haryono, 2010). Kemampuan inhibisi dari senyawa karbon didasarkan pada kekuatan adsorpsi terhadap permukaan logam.


(14)

3

Banyak usaha yang telah dilakukan dengan melakukan pengujian dan ekstraksi bahan alam yang cocok digunakan sebagai inhibitor korosi pada berbagai media korosif diantaranya yaitu lidah buaya (Sangetha, 2011), daun teh (Ludiana & Sri, 2012), getah pinus (Haryono, 2010) dan daun pepaya (Hasan & Edrah, 2011). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, masih belum banyak penelitian yang menggunakan rempah-rempah, padahal rempah-rempah memiliki potensi yang baik sebagai eco-friendly inhibitor.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah, yang biasanya digunakan sebagai bahan maupun bumbu masakan khas Indonesia. Dalam penelitian ini, akan digunakan rempah-rempah yang berasal dari umbi bawang merah sebagai alternatif eco-friendly inhibitor korosi pada baja karbon.

Produksi umbi bawang merah di Indonesia semakin hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan, tentu dengan peningkatan jumlah produksi maka jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin banyak, dan ini akan memberikan dampak yang cukup serius bagi lingkungan jika tidak ditangani secara optimal, seperti diketahui bahwa umbi bawang merah memiliki kulit terluar yang biasanya dibuang atau tidak digunakan.

Berdasarkan uji skrining fitokimia, kulit umbi bawang merah diketahui mengandung senyawa alkaloid, flavonoida, saponin, tanin, glikosida, antrakuinon, dan triterpenoida (Margareta, 2011). Dari beberapa penelitian yang dilakukan diketahui bahwa beberapa senyawa seperti alkaloid, flavonoid dan tanin memiliki potensi sebagai inhibitor korosi karena memiliki pasangan elektron bebas, pasangan elektron bebas ini nantinya akan teradsorpsi pada permukaan logam sehingga dapat melindungi logam dari serangan korosi (Radja & Sethurahman, 2008). Dengan demikian, ekstrak kulit umbi bawang merah dapat berpotensi sebagai inhibitor korosi. Namun, penelitian mengenai ekstrak kulit umbi bawang merah (Allium cepa) sebagai inhibitor ramah lingkungan masih sangat terbatas, umumnya lebih banyak mengacu pada efektivitas dari senyawa antioksidannya. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi dari ekstrak kulit umbi bawang merah dalam menghambat terjadinya korosi pada baja karbon dalam


(15)

4

lingkungan sesuai dengan kondisi pipa sumur minyak bumi yaitu larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan masalah yang dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengekstrak umbi bawang merah untuk digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja karbon?

2. Metabolit sekunder apa yang terdapat dalam ekstrak umbi bawang merah?

3. Bagaimana potensi dan efisiensi inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah dalam menghambat laju korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2?

4. Bagaimana mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah pada korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan bisa mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan, maka diperlukan pembatasan-pembatasan dalam variabel yang dikaji. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Logam yang digunakan dalam penelitian adalah baja karbon API 5L-X56.

2. Temperatur dibuat dalam tiga rentang variasi, yaitu pada 298 K, 308 K dan 318 K.

3. Konsentrasi ekstrak umbi bawang merah diujikan dalam rentang 40 satuan, dari konsentrasi 40 ppm sampai 200 ppm.

4. Kondisi medium larutan NaCl 1% pH 4 dijenuhkan dengan gas CO2

secara bubbling bersifat terbuka pada tekanan atmosfer.


(16)

5

Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi ekstrak umbi bawang merah sebagai alternatif inhibitor korosi untuk menginhibisi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2. Adapun secara khusus, penelitian

yang dilakukan bertujuan untuk:

1. Memanfaatkan limbah umbi bawang merah, agar bisa ditangani secara optimal.

2. Mengetahui efisiensi dan mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah dalam menginhibisi korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2.

3. Memperoleh inhibitor korosi yang ramah lingkungan dan ekonomis dari umbi bawang merah.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam hal pengembangan inhibitor korosi yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi, sehingga diharapkan dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh korosi.


(17)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai juni 2014 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Laboratorium Kimia Instrumen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia serta dilakukan di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan untuk proses ekstraksi umbi bawang merah baik menggunakan teknik maserasi maupun soxhletasi adalah blender, kaca arloji, spatula, batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, termometer, erlenmeyer berpenghisap, corong buchner, set alat soxhlet, hotplate, magnetic stirer, heating

mantel, penangas air, batu didih, kertas saring, neraca analitik, tabung reaksi, chamber, botol vial, set alat rotary evaporator, freeze dryer, set alat

spektrofotometer FTIR, sel elektrokimia, Gamry Instrument dan set alat SEM-EDS.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu umbi bawang merah (Allium cepa), metanol teknis, aquades, n-hexan, etil asetat, asam asetat 98%, natrium asetat, natrium klorida, aseton, HCl 2 M, NaOH 2 M, serbuk Mg, padatan KI, asam asetat glasial, HCl pekat, FeCl3 1%, kloroform, pereaksi Mayer,

pereaksi Wagner, lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) dan baja karbon API 5L- X56.


(18)

34

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi dan mekanisme inhibisi dari ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam media uji sesuai kondisi pipa pertambangan minyak bumi, yaitu NaCl 1% pH 4 jenuh CO2. Secara keseluruhan, prosedur penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Persiapan alat dan bahan.

2. Ekstraksi umbi bawang merah menggunakan teknik soxhletasi dan maserasi. 3. Karakterisasi senyawa hasil ekstraksi, menggunakan:

 Uji KLT

 Uji fitokimia

 FTIR

4. Pengukuran efisiensi dan mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah meggunakan metode EIS dan Tafel.


(19)

35

Ekstrapolasi Tafel Metode EIS

Bagan alur penelitian ditunjukkan oleh gambar 3.1: Umbi bawang merah

Ekstrak umbi bawang merah Ekstak pekat

Sel elektrokimia Baja karbon

Spektra impedansi Kurva Polarisasi

Efisiensi dan mekanisme inhibisi

Dicuci, dibersihkan dan dikeringkan

Dihaluskan

Direndam dalam metanol yang telah didestilasi selama 3 x 24 jam

Disaring Dievaporasi menggunakan

rotary evaporator pada

temperatur 45°C

Ditimbang sebanyak 1 gram

Dilarutkan dalam NaCl 1% pH 4

Difraksinasi menggunakan n-hexan pada temperatur 40°C selama 6 jam

Didiamkan selama 1 hari kemudian disaring SEM-EDS Filtrat Residu Dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada temperatur 45°C

Difraksinasi menggunakan etil asetat pada temperatur 40°C selama 6 jam

Didiamkan selama 1 hari kemudian disaring

Residu Filtrat

Dievaporasi menggunakan rotary

evaporator pada temperatur 45°C

Ekstrak hasil fraksinasi Karakterisasi

Uji KLT

Uji fitokimia

Analisa FTIR Larutan induk 10000 ppm

ekstrak umbi bawang merah


(20)

36

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Ekstrak Umbi Bawang Merah

Umbi bawang merah yang akan digunakan dibersihkan dari kotorannya kemudian dicuci hingga bersih dan keringkan dengan cara di angin-anginkan pada udara terbuka selama 2 hari. Setelah dipastikan sudah kering umbi bawang merah selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender dan siap untuk diekstraksi.

Proses ekstraksi umbi bawang merah dilakuakan dengan dua metode, yaitu menggunakan cara panas (soxhletasi) dan cara dingin (maserasi). Penggunakan dua metode ekstraksi ini dimaksudkan untuk mengetahui baik secara kualitatif maupun kuantitatif jenis ekstraksi mana yang lebih baik digunakan untuk mengekstrak umbi bawang merah.

3.4.1.1 Maserasi

Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol yang telah didestilasi. Metanol yang dibutuhkan untuk mengekstrak 511 gram umbi bawang merah yaitu sebanyak 13 L. Proses ekstraksi dengan metode maserasi ini dilakukan dengan cara melarutkan umbi bawang merah dalam pelarut metanol, kemudian didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya ekstrak disaring menggunakan corong buchner dan dipisahkan dari residunya. Residu hasil eksrak kemudian diekstraksi kembali dengan metanol baru. Proses ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak yang didapat dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan dengan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak padat berbentuk serbuk yang sudah terbebas dari pelarutnya.

3.4.1.2 Soxhletasi

Umbi bawang merah yang telah siap selanjutnya di ekstrak menggunakan set alat soxhlet selama 6 jam dengan pelarut metanol yang telah didestilasi. Untuk mengekstrak 478 gram umbi bawang merah dibutuhkan 6 L metanol. Sama seperti dengan metode maserasi, hasil ekstrak selanjutnya dipekatkan menggunakan

rotary evaporator dan dikeringkan menggunakan freeze dryer sampai sampel


(21)

37

3.4.2 Fraksinasi Hasil Ekstrak

Ekstrak yang didapatkan dari teknik maserasi dan soxhletasi yang telah benar-benar kering dan terbebas dari pelarutnya selanjutnya difraksinasi. Fraksinasi dilakukan masing-masing menggunakan pelarut n-hexan dan etil asetat yang telah didestilasi.

Ekstrak umbi bawang merah di fraksinasi menggunakan pelarut n-hexan selama 6 jam pada temperatur 40°C dan diaduk secara terus menerus menggunakan magnetik stirer. Setelah didiamkan selama 24 jam, senyawa yang telah terekstrak kemudian disaring menggunakan corong buchner. Residu yang diperoleh selanjutnya di fraksinasi kembali menggunakan pelarut n-hexan, proses fraksinasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Filtrat yang didapatkan dipekatkan dengan rotary evaporator lalu dikeringkan sampai berbentuk padatan menggunakan freeze dryer.

Residu yang dihasilkan dari fraksinasi n-hexan, di fraksinasi kembali menggunakan etil asetat selama 6 jam pada temperatur 40°C dan diaduk secara terus menerus menggunakan magnetik stirer. Proses fraksinasi dilakukan sebanyak 3 kali sama seperti pada fraksinasi menggunakan n-hexan. Filtrat yang telah disaring selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator dan dikeringkan sampai berbentuk padatan menggunakan freeze dryer.

Hasil proses ekstraksi dan fraksinasi didapatkan 4 ekstrak padatan umbi bawang merah, yaitu ekstrak hasil pelarut metanol awal, fraksi n-hexan, fraksi etil asetat dan metanol akhir yaitu ekstrak yang tidak larut dalam pelarut n-hexan dan etil asetat.

3.5 Karakterisasi Senyawa Hasil Ekstraksi 3.5.1 Uji KLT

Analisa KLT dilakukan untuk membandingkan jumlah senyawa yang terekstrak dalam metode maserasi maupun soxhletasi. Lempeng KLT yang digunakan dalam pengujian dipotong terlebih dahulu dengan ukuran 1,5 cm x 7


(22)

38

cm, dengan batas atas 1,5 cm dan batas bawah 2 cm. Ekstrak umbi bawang merah hasil maserasi maupun soxhletasi juga hasil fraksinya kemudian diteteskan pada lempeng KLT dengan bantuan pipa kapiler. Lempeng KLT yang telah siap dimasukkan ke dalam chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan eluen n-hexan: etil asetat : metanol dengan perbandingan 3 : 7 : 1. Setelah noda sampai pada batas atas lempeng kemudian diambil dan dibandingkan hasilnya dari ekstrak dengan teknik soxhletasi dan maserasi juga hasil fraksinasinya dibawah sinar UV.

3.5.2 Analisa Gugus Fungsi dengan FTIR

FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak hasil maserasi maupun soxhletasi juga hasil fraksinasinya. Pengujian dilakukan menggunakan set alat FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400) di Laboratorium Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

3.5.3 Uji Fitokimia

Uji fitokimia ini dimaksudkan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak umbi bawang merah. Uji fitokimia dilakukan dengan mendeteksi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan, yaitu golongan senyawa alkaloid, terpenoid, steroid, saponin, tanin dan flavonoid. Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Alkaloid

Pemeriksaan adanya alkaloid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah ditambahkan dengan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Mayer atau pereaksi Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih ketika ditambahkan pereaksi Mayer atau terbentuknya endapan coklat ketika ditambahkan pereaksi Wagner.

b. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid

Pemeriksaan adanya terpenoid dan steroid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan 1 mL CH3COOH glasial

dan 1 mL H2SO4 pekat. Adanya terpenoid ditandai dengan perubahan warna

merah pada larutan, sedangkan adanya steroid ditandai dengan timbulnya warna biru atau ungu pada larutan.


(23)

39

c. Pemeriksaan Saponin

Pemeriksaan adanya saponin dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan air panas selanjutnya dikocok secara cepat. Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil selama ± 10 menit.

d. Pemeriksaan Tanin

Pemeriksaan adanya tanin dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan beberapa tetes FeCl3 1%. Adanya tanin

ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi hijau kebiruan. e. Pemeriksaan Flavonoid

Pemeriksaan adanya flavonoid dalam ekstrak dilakukan dengan mereaksikan 1 mL ekstrak umbi bawang merah dengan 1 gram serbuk Mg dan beberapa mL HCl pekat. Adanya flavonoid ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi warna merah, kuning atau jingga.

3.6 Prosedur Pengukuran Efisiensi dan Mekanisme Inhibisi 3.6.1 Persiapan Material

Spesimen uji atau elektroda kerja yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari baja karbon jenis API 5L-X65, yang diperoleh dari Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA ITB. Elektroda ini dibuat dengan memotong baja karbon, dibubut dengan diameter 1,5 cm2 yang kemudian direkatkan menggunakan resin epoksi. Seperti pada gambar 3.1


(24)

40

Sebelum digunakan sebagai elektroda kerja, permukaan baja karbon dihaluskan dahulu menggunakan amplas silikon karbida (grade 600 - 1200) selanjutnya dibilas dengan aquades dan aseton yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa elektroda kerja telah terbebas dari kotoran dan lemak. Selain elektroda kerja juga digunakan elektroda platina dan kalomel jenuh yang telah disediakan di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia FMIPA ITB.

3.6.2 Pembuatan Larutan Uji dan Larutan Induk a. Pembuatan Larutan Uji

Larutan uji untuk media korosif yang digunakan yaitu NaCl 1% dengan penambahan buffer pH 4. Larutan uji dibuat dengan melarutkan 10 gram NaCl dalam 1 L aquades dan 5 mL asam asetan dengan 8,2 gram natrium asetat dalam 1 L aquades.

Gambar 3.3Larutan NaCl 1% pH 4

b. Pembuatan Larutan Induk

Larutan induk pengujian dibuat dalam konsentrasi 10000 ppm, yang dibuat dengan melarutkan 1 gram ekstrak umbi bawang merah kedalam 10 mL metanol dan ditempatkan dalam labu ukur 100 mL untuk selanjutnya ditambahkan larutan NaCl 1% pH 4 hingga tanda batas. Begitupula untuk pembuatan larutan induk hasil fraksi n-hexan, etil asetat dan metanol akhir dibuat dalam konsentrasi yang sama, masing-masing dalam 10000 ppm. Dengan cara melarutkan 1 gram ekstrak hasil fraksinasi kedalam 10 mL pelarutnya dan ditempatkan dalam labu ukur 100 mL untuk selanjutnya ditambahkan larutan NaCl 1% pH 4 hingga tanda batas.


(25)

41

Gambar 3.4Larutan Induk Umbi Bawang Merah 10000 ppm

3.6.3 Pengukuran Laju Korosi a. Persiapan Sel Elektrokimia

Kedalam sel elektrokimia dituangkan 100 mL larutan uji dengan dan tanpa penambahan inhibitor, selanjutnya dialiri gas CO2 secara terus menerus pada

tekanan ± 0,1 atm dan diaduk menggunakan magnetik stirer. Elektroda kerja (baja karbon), elektroda acuan (elektroda kalomel jenuh, SCE), dan elektroda bantu (platina) direndam dalam media uji dengan jarak antarmuka elektroda ± 1 cm. Ketiga elektroda tersebut kemudian dihubungkan dengan Gamry Ref 3000.

Sebelum dilakukan pengukuran secara elektrokimia, sel elektrokimia dibiarkan beberapa saat ± 20 menit yang dimaksudkan agar antaraksi antarmuka baja karbon dengan larutan mencapai keadaan mantap (steady state). Tercapainya keadaan mantap ini ditunjukkan dengan nilai open circuir potential (OCP), yang menyatakan hubungan potensial sel sebagai fungsi waktu. Pengukuran dengan metode EIS maupun dengan metode polarisasi potensiodinamik dapat dilakukan jika nilai potensial sel telah menunjukkan harga yang relatif konstan, selisihnya < 0,1 mV/menit (Ismail, 2007)


(26)

42

Gambar 3.5 Sel Elektrokimia

b. Uji Impedansi Dengan Metode EIS

Penerapan metode EIS pada pengukuran impedansi dan kapasitansi baja karbon dalam media uji, nilai potensial DC yang diterapkan adalah “free”, yang artinya nilai potensial yang dioperasikan dalam sel besarnya sama dengan potensial sel yang terukur berdasarkan hasil OCP versus SCE. Sinyal potensial AC yang diterapkan yaitu 10 mV dan rentang frekuensi yang diterapkan mulai dari 50.000 sampai 0,05 Hz.

Pengujian impedansi dengan metode EIS dilakukan pada berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran dilakukan secara

discontinue pada temperatur 298 K, 308 K dan 318 K dengan rentang konsentrasi

40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Pengukuran blangko juga dilakukan pada berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Spektra impedansi yang dihasilkan dari pengukuran EIS ini disajikan dalam aluran Nyquist.

c. Uji Polarisasi Dengan Metode Tafel

Penerapan metode polarisasi potensiodinamik dengan menggunakan Tafel pada pengukuran laju korosi baja karbon dalam media uji tidak berbeda dengan metode uji impedansi. Pada uji polarisasi potensiodinamik, potensial DC yang diterapkan adalah -0,075 sampai 0,075 mV relatif terhadap nilai potensial korosi. Kurva polarisasi dipindai dengan laju sapuan konstan (scanning rate) 0,5 mVs-1 dan sampel area 1,13 cm2.

Pengujian polarisasi dengan metode Tafel juga dilakukan dengan berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda, yaitu pada temperatur 298 K, 308 K dan 318 K, dengan konsentrasi 40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Sama seperti pada metode EIS pengukuran blangko juga dilakukan pada berbagai rentang temperatur dan konsentrasi yang berbeda. Adapun besaran-besaran listrik yang berkaitan dengan proses korosi dan inhibisi baja karbon ditentukan melalui ekstrapolasi kurva dengan metode Tafel.


(27)

43

3.7 Analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-

Ray Spectroscopy (EDS)

SEM-EDS digunakan untuk mengetahui morfologi dan unsur kimia yang terdapat dalam sampel baja karbon dengan dan tanpa adanya penambahan ekstrak umbi bawang merah. Dalam pengujiannya baja karbon dipotong dengan ukuran 1 x 1 x 0,05 cm, selanjutnya permukaan baja karbon dihaluskan menggunakan amplas silikon karbida (grade 600 - 1200) kemudian dibilas dengan aquades dan aseton yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa baja karbon telah terbebas dari kotoran dan lemak. Baja karbon selanjutnya direndam dalam larutan uji dengan dan tanpa adanya penambahan ekstrak umbi bawang merah yang memiliki efisiensi paling tinggi selama 24 jam. Kemudian dianalisis menggunakan SEM-EDS dengan pembesaran 5000 dan 10000 kali.


(28)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penggunaan teknik ekstraksi umbi bawang merah dengan teknik maserasi maupun soxhletasi dihasilkan komponen senyawa yang tidak jauh berbeda. Namun, secara kuantitas ekstraksi menggunakan teknik soxhletasi didapatkan hasil ekstrak 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan maserasi.

2. Senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak umbi bawang merah yang berpotensi sebagai inhibitor korosi adalah tanin, flavonoid dan terpenoid. 3. Ekstrak umbi bawang merah berpotensi sebagai inhibitor korosi baja

karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 dengan efisiensi inhibisi

mencapai 96,91% pada temperatur 318 K dan konsentrasi 120 ppm. 4. Mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam

larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 berlangsung secara fisik (fisiosorpsi) dengan ∆Gads sebesar -23,895 kJ/mol mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir.

5.2 Saran

1. Pengukuran korosi/inhibisi baja karbon dalam penelitian ini hanya dilakukan secara elektrokimia, agar data yang diperoleh bisa diaplikasikan dilapangan maka perlu diadakan pengujian lain sebagai rujukan, berupa metode kehilangan berat (weigh loss) yang dilakukan secara langsung dilapangan.

2. Selain variabel uji seperti temperatur dan konsentrasi inhibitor, perlu juga ditambahkan variabel lain seperti pH media dan komposisi media berupa campuran dengan minyak mentah.


(29)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Gaber, A. M., khamis, E., Abo-Ei Dahab, H., & Adeel, S. (2008).

“Inhibition of Aluminium Corrosion in Akaline Solutions Using Natural Compound”. Materials Chemistry and Physics. 109: 297-305.

Akbar, R. (2012). “Analisa Kegagalan pada Tubing Gas Sumur 15 PT. Pertamina EP Field Subang”. Jurnal Teknik Pomits. 1(1), 1-6.

Asmara, Yuli panca. (2007). “Pengaruh Sifat Fisik Minyak Bumi Terhadap Kecepatan Korosi Baja Karbon”. Jurnal Matematika & Sains, Vol. 8 No. 2. Baskoro, D. Aswin, Sudjari & Peppy Tria Yuliami. (2011). “Uji Potensi Ekstrak

Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.) Sebagai Penolak Hinggapan (Repellent) Terhadap Nyamuk Culex sp Dengan Metode Gelang Anti Nyamuk”. Jurnal Penelitian, FKUB.

Bentis, F. M. (2004). “Bis(4-dimethylaminophenyl)-1,3,4-oxadiazole and 2,5-bis(4-dimethylaminophenyl)-1,3,4-thiadiazole as Corrosion Inhibitors of Mild Steel Corrosion in acid Media”. Iranian Journal of Chemistry and

Chemicals Engineering. 28(1), 77-84.

Butarbutar Sofia Loren & geni Rina Sunaryo. (2011). “Analisis Mekanisme Pengaruh Inhibitor Sistem Pada Material Baja Karbon”. Proseding

Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. ISSN, 0854-2910.

Dalimunthe, Surya Indra. (2004). Kimia dari Inhibitor Korosi. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara.

Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 8-9, 11-12.


(30)

69

Eko, Ratnaningsih & Gebi Dwiyanti. (2002). Petunjuk Praktikum Kimia Organik

II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Erna, Maria. (2009). Karboksimetil Kitosan sebagai Inhibitor Korosi pada Baja

Lunak dalam Media Air Gambut. Skripsi, Jurusan Kimia FPMIPA

Universitas Andalas.

Firmansyah, Dede. (2011). Studi Inhibisi Baja Karbon Dalam Larutan Asam 1 M

HCl Oleh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata). Tesis, Fakultas Teknik

Program Studi Metalurgi dan Material. UI.

Haryono Gatot, Bambang Sugiarto, Hanima Farid & Yudi Tanoto. (2010).

“Ekstrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi”. Pengembangan

Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN,

1693-4393.

Hasan, S. K. & Edrah, S. (2011). “Rosemary Extract as Eco Friendly Corrosion Inhibitor for Low Carbon Steel in Acidic Medium”. J. Ind. Res Tech. Vol. 1, No. 2.

Ismail K. M. (2007). “Evaluation of cystein as environmentally friendly corrosion inhibitor for copper in neutral and acidic chloride solutions”. Electrochim

Acta. 52: 7811-7819.

Jones, D. A. (1992). Principles and Prevention of Corrosion. Machmillan Publishing Company. New York.

Kesavan Devarayan, Mayakrishnan gopirman & Nagarajan Sulochana. (2012).

“Green Inhibitor for Corrosion of Metals: A Review”. Chemical Science

Review and Letters. 1: 1-8.

Ketis Ni Ketut, Deana Wahyuningrum, Sadijad Achmad & Bunbun Bundjali. (2010). “Efektivitas Asam Glutamat Sebagai Inhibitor Korosi pada Baja


(31)

70

Karbon dalam Larutan NaCl 1%”. Jurnal Matematika dan sains. Vol 15, No 1.

Korb. Lawrence J. & David L. Olson. (1992). Etals Handbook Volume 13:

Corrosion. Philadelphia, ASM International.

Linter B. R. & Burstein G. T. (1999). “Reaction of Pipeline Steels in Carbon Dioxide Solution”. Corrosion Science. 41: 117-139.

Ludiana Yonna & Sri Handayani. (2012). “Pengaruh Konsentrasi Inhibisi Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B Erw”. Jurnal Fisika Unpad. Vol 1, No 1.

Majeha, I. M., A. A., Okeoma, K. B., & Alozie, G. A. (2010). “The Inhibitive Effect of Solanum Melongena L. Leaf Extract On The Corrosion of Aluminium In Tetraoxsulphate (VI) acid”. African Journal of Pure and Applied Chemistry. 4: 158-165.

Margaretha Uliartha Sari, Rudi Hartono & Luthfi Hakim. (2011). “Sifat Anti rayap Ekstrak Kulit Bawang merah (Allium cepa L.). Program Studi

Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Vol 139-145.

McCafferty, E. (2009). Introduction to Corrosion Science. Springer. Washington DC.

Nugroho, Adhi. (2011). Pengaruh Penambahan Inhibitor Organik Ekstrak Ubi

Ungu Terhadap Laju Korosi Pada Material Baja Low Carbon di Lingkungan NaCl 3,5%. Skripsi, FT UI, S757.

Raja, P. B., & Sethuraman, M. G. (2008). “Natural Products as Corrosion Inhibitor for Metal In Corrosive Media - a review”. Materials Letters. 62: 113-116.


(32)

71

Risandi Yuliana, Emriadi & Yeni Stiadi. (2012). “Ekstrak Daun Pepaya (Carica

papaya) Sebagai Inhibitor Korosi Baja St. 37 Dalam Medium Asam Sulfat”.

Jurnal Kimia Unpad. Vol. 1 No. 1.

Roberge, Pierre R. (1999). Handbook of Corrosion Engineering. Mc Graw-Hill

Book Company. New York.

Sangeetha M., Rajendran S., Sathiyabama J. & Prabhakar P., (2012). “Asafoetida extract (ASF) as Green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Sea Water”.

International Research Journal of Environtment Sciences. 1(5), 14-21

Umoren, S.A. (2009). “Polymers as corrosion Inhibitor for Metals in different Media – A Review”. The Open Corrosion Journal. 2: 175-188.

Utomo, Budi. (2009). Jenis Korosi dan Penanggulangannya. KAPAL, Vol 6 No. 2.

Valentino, Leon P. (2012). Studi Pengaruh Penambahan Sirup Ubi Ungu

(Solanum andigenum) Sebagai Green Corrosion Inhibitor Pada Material Baja Karbon Rendah di Lingkungan NaCl 3.5% Dengan Metode Immersion.

Skripsi, FT UI, S1862.

Wahyuningrum Deana, Nuning Nuraini & Novriana Sumarti. (2012). “Model Matematika Pada Mekanisme Laju Korosi Logam Baja Karbon dengan Penambahan Inhibitor”. Jurnal Matematikan & Sains. Vol. l17 No. 1.

Wahyuningtyas Asri, Yayan Sunarya & Siti Aisyah. (2010). “Metamina Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Dengan Kondisi Pertambangan Minyak Bumi”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. ISSN 2087-7412, Vol. 1 No.1.

Yonna Ludiana & Sri Handani. (2012). “Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule


(33)

72

40 Grade Berw”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. ISSN 2302-8491, Vol. 1 No. 1.


(1)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penggunaan teknik ekstraksi umbi bawang merah dengan teknik maserasi maupun soxhletasi dihasilkan komponen senyawa yang tidak jauh berbeda. Namun, secara kuantitas ekstraksi menggunakan teknik soxhletasi didapatkan hasil ekstrak 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan maserasi.

2. Senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak umbi bawang merah yang berpotensi sebagai inhibitor korosi adalah tanin, flavonoid dan terpenoid. 3. Ekstrak umbi bawang merah berpotensi sebagai inhibitor korosi baja

karbon dalam larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 dengan efisiensi inhibisi mencapai 96,91% pada temperatur 318 K dan konsentrasi 120 ppm. 4. Mekanisme inhibisi ekstrak umbi bawang merah pada baja karbon dalam

larutan NaCl 1% pH 4 jenuh CO2 berlangsung secara fisik (fisiosorpsi)

dengan ∆Gads sebesar -23,895 kJ/mol mengikuti isoterm adsorpsi

Langmuir.

5.2 Saran

1. Pengukuran korosi/inhibisi baja karbon dalam penelitian ini hanya dilakukan secara elektrokimia, agar data yang diperoleh bisa diaplikasikan dilapangan maka perlu diadakan pengujian lain sebagai rujukan, berupa metode kehilangan berat (weigh loss) yang dilakukan secara langsung dilapangan.

2. Selain variabel uji seperti temperatur dan konsentrasi inhibitor, perlu juga ditambahkan variabel lain seperti pH media dan komposisi media berupa campuran dengan minyak mentah.


(2)

Fauziyah, Lia Istiqomah. 2014

POTENSI EKSTRAK UMBI BAWANG MERAH (Allium cepa) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN

NaCl 1% pH 4 JENUH CO2

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Gaber, A. M., khamis, E., Abo-Ei Dahab, H., & Adeel, S. (2008). “Inhibition of Aluminium Corrosion in Akaline Solutions Using Natural Compound”. Materials Chemistry and Physics. 109: 297-305.

Akbar, R. (2012). “Analisa Kegagalan pada Tubing Gas Sumur 15 PT. Pertamina EP Field Subang”. Jurnal Teknik Pomits. 1(1), 1-6.

Asmara, Yuli panca. (2007). “Pengaruh Sifat Fisik Minyak Bumi Terhadap Kecepatan Korosi Baja Karbon”. Jurnal Matematika & Sains, Vol. 8 No. 2. Baskoro, D. Aswin, Sudjari & Peppy Tria Yuliami. (2011). “Uji Potensi Ekstrak

Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.) Sebagai Penolak Hinggapan (Repellent) Terhadap Nyamuk Culex sp Dengan Metode Gelang Anti Nyamuk”. Jurnal Penelitian, FKUB.

Bentis, F. M. (2004). “Bis(4-dimethylaminophenyl)-1,3,4-oxadiazole and 2,5-bis(4-dimethylaminophenyl)-1,3,4-thiadiazole as Corrosion Inhibitors of Mild Steel Corrosion in acid Media”. Iranian Journal of Chemistry and Chemicals Engineering. 28(1), 77-84.

Butarbutar Sofia Loren & geni Rina Sunaryo. (2011). “Analisis Mekanisme Pengaruh Inhibitor Sistem Pada Material Baja Karbon”. Proseding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. ISSN, 0854-2910.

Dalimunthe, Surya Indra. (2004). Kimia dari Inhibitor Korosi. e-USU Repository. Universitas Sumatera Utara.

Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 8-9, 11-12.


(3)

69

Eko, Ratnaningsih & Gebi Dwiyanti. (2002). Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Erna, Maria. (2009). Karboksimetil Kitosan sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Lunak dalam Media Air Gambut. Skripsi, Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Andalas.

Firmansyah, Dede. (2011). Studi Inhibisi Baja Karbon Dalam Larutan Asam 1 M HCl Oleh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata). Tesis, Fakultas Teknik Program Studi Metalurgi dan Material. UI.

Haryono Gatot, Bambang Sugiarto, Hanima Farid & Yudi Tanoto. (2010). “Ekstrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi”. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN, 1693-4393.

Hasan, S. K. & Edrah, S. (2011). “Rosemary Extract as Eco Friendly Corrosion Inhibitor for Low Carbon Steel in Acidic Medium”. J. Ind. Res Tech. Vol. 1, No. 2.

Ismail K. M. (2007). “Evaluation of cystein as environmentally friendly corrosion inhibitor for copper in neutral and acidic chloride solutions”. Electrochim Acta. 52: 7811-7819.

Jones, D. A. (1992). Principles and Prevention of Corrosion. Machmillan Publishing Company. New York.

Kesavan Devarayan, Mayakrishnan gopirman & Nagarajan Sulochana. (2012). “Green Inhibitor for Corrosion of Metals: A Review”. Chemical Science Review and Letters. 1: 1-8.

Ketis Ni Ketut, Deana Wahyuningrum, Sadijad Achmad & Bunbun Bundjali. (2010). “Efektivitas Asam Glutamat Sebagai Inhibitor Korosi pada Baja


(4)

Karbon dalam Larutan NaCl 1%”. Jurnal Matematika dan sains. Vol 15, No 1.

Korb. Lawrence J. & David L. Olson. (1992). Etals Handbook Volume 13: Corrosion. Philadelphia, ASM International.

Linter B. R. & Burstein G. T. (1999). “Reaction of Pipeline Steels in Carbon Dioxide Solution”. Corrosion Science. 41: 117-139.

Ludiana Yonna & Sri Handayani. (2012). “Pengaruh Konsentrasi Inhibisi Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B Erw”. Jurnal Fisika Unpad. Vol 1, No 1.

Majeha, I. M., A. A., Okeoma, K. B., & Alozie, G. A. (2010). “The Inhibitive Effect of Solanum Melongena L. Leaf Extract On The Corrosion of Aluminium In Tetraoxsulphate (VI) acid”. African Journal of Pure and Applied Chemistry. 4: 158-165.

Margaretha Uliartha Sari, Rudi Hartono & Luthfi Hakim. (2011). “Sifat Anti rayap Ekstrak Kulit Bawang merah (Allium cepa L.). Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Vol 139-145. McCafferty, E. (2009). Introduction to Corrosion Science. Springer. Washington

DC.

Nugroho, Adhi. (2011). Pengaruh Penambahan Inhibitor Organik Ekstrak Ubi Ungu Terhadap Laju Korosi Pada Material Baja Low Carbon di Lingkungan NaCl 3,5%. Skripsi, FT UI, S757.

Raja, P. B., & Sethuraman, M. G. (2008). “Natural Products as Corrosion Inhibitor for Metal In Corrosive Media - a review”. Materials Letters. 62: 113-116.


(5)

71

Risandi Yuliana, Emriadi & Yeni Stiadi. (2012). “Ekstrak Daun Pepaya (Carica

papaya) Sebagai Inhibitor Korosi Baja St. 37 Dalam Medium Asam Sulfat”.

Jurnal Kimia Unpad. Vol. 1 No. 1.

Roberge, Pierre R. (1999). Handbook of Corrosion Engineering. Mc Graw-Hill Book Company. New York.

Sangeetha M., Rajendran S., Sathiyabama J. & Prabhakar P., (2012). “Asafoetida extract (ASF) as Green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Sea Water”. International Research Journal of Environtment Sciences. 1(5), 14-21 Umoren, S.A. (2009). “Polymers as corrosion Inhibitor for Metals in different

Media – A Review”. The Open Corrosion Journal. 2: 175-188.

Utomo, Budi. (2009). Jenis Korosi dan Penanggulangannya. KAPAL, Vol 6 No. 2.

Valentino, Leon P. (2012). Studi Pengaruh Penambahan Sirup Ubi Ungu (Solanum andigenum) Sebagai Green Corrosion Inhibitor Pada Material Baja Karbon Rendah di Lingkungan NaCl 3.5% Dengan Metode Immersion. Skripsi, FT UI, S1862.

Wahyuningrum Deana, Nuning Nuraini & Novriana Sumarti. (2012). “Model Matematika Pada Mekanisme Laju Korosi Logam Baja Karbon dengan Penambahan Inhibitor”. Jurnal Matematikan & Sains. Vol. l17 No. 1.

Wahyuningtyas Asri, Yayan Sunarya & Siti Aisyah. (2010). “Metamina Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon Dalam Lingkungan Sesuai Dengan Kondisi Pertambangan Minyak Bumi”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. ISSN 2087-7412, Vol. 1 No.1.

Yonna Ludiana & Sri Handani. (2012). “Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis) Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule


(6)

40 Grade Berw”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. ISSN 2302-8491, Vol. 1 No. 1.