ANALISIS PENAMPANG RESISTIVITAS DAN ANALISIS KEKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI SESAR DI KABUPATEN POSO.

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika

Oleh

Wilman Hanggara Saleh NIM 092288

PROGRAM STUDI FISIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DI KABUPATEN POSO

Oleh

Wilman Hanggara Saleh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wilman Hanggara Saleh 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Sulawesi terletak diantara tiga pertemuan lempeng besar yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia serta sejumlah lempeng kecil lainnya yang menyebabkan kondisi tektonik Pulau Sulawesi sangat komplek. Pertemuan dari ketiga lempeng tersebut bersifat konvergen dan ketiganya betumbukan secara relatif yang mengakibatkan daerah Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia. Untuk level lempeng mikro yang lebih detail dapat dilihat adanya tumbukan antara blok Sunda bagian tenggara dan blok Sula yang

membentuk pulau Sulawesi sekarang. Tumbukan itu menyebabkan

ketidakstabilan tektonik di daerah jazirah selatan Sulawesi, akibat dari tumbukan itu sendiri diantaranya adalah terbentuknya sesar Palu-Koro pada batas barat daya, sesar Matano pada batas selatan, sesar Walanae di jazirah selatan, serta pemekaran dasar laut di Selat Makasar dan Teluk Bone.

Berdasarkan citra satelit IFSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar), Kabupaten Poso dilalui oleh beberapa sesar, yaitu sesar Sausu Parigi, sesar Poso, sesar Kasiguncu, sesar Poso Kota, dan sesar Tojo (Soehaimi, 2012). Sesar yang berada di Kabupaten Poso merupakan sesar aktif yang bergerak setiap tahunnya. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten ini termasuk daerah rawan bencana gempa. Gempabumi yang sering dikarenakan oleh proses pergeseran antar sesar dalam kerak bumi sebagai akibat dari pelepasan energi secara mendadak (Lomnitz dan Rosenblueth, 1976).

Kabupaten Poso dan sekitarnya merupakan wilayah dengan kejadian bencana yang cukup besar mulai dari bencana geologi, vulkanik, klimatologi, tsunami, dan lain-lain. Kerawanan gempabumi dan tsunami daerah ini sudah dibuktikan dengan beberapa catatan sejarah gempabumi dan tsunami yang berlangsung sejak tahun 1927, seperti gempabumi dan tsunami tahun 1927,


(5)

gempabumi dan tsunami Parigi 1938, dan juga gempabumi dan tsunami yang terjadi di Tambu pada tahun 1968.

Melihat kondisi Kabupaten Poso yang rawan terhadap berbagai bencana geologi tersebut, maka sudah seharusnya setiap pembangunan fisik di wilayah ini dilakukan dengan perencanaan penataan ruang yang berbasis bencana. Infrastruktur yang memiliki nilai strategis bagi masyarakat seperti rumah sakit, sekolah, dan jalan harus ditempatkan pada ruang yang aman dari ancaman bahaya bencana alam. Dengan demikian, dampak-dampak yang terjadi akibat bencana dapat diminimalisasi sehingga kerusakan dan korban jiwa dapat dikurangi. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 pasal 6 ayat 1 (a), mengatur tentang

Penataan Ruang, yang isinya menyatakan “penataan ruang harus memperhatikan

kondisi fisik negara yang rentan terhadap bencana”. Dalam undang-undang

tersebut juga dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota harus menyusun detail peruntukan ruang sebagai upaya meminimalisasi terjadinya bencana oleh alam dan manusia.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka untuk rencana tata ruang yang baik di daerah Kabupaten Poso dibutuhkan referensi geologi dan geofisika daerah sekitar. Informasi geologi yang dimaksudkan adalah pola sesar aktif yang berada di Kabupaten Poso, dan untuk mengidentifikasi sesar aktif tersebut diperlukan penelitian langsung di lapangan. Hal ini yang mendorong para ahli kebumian, khususnya geologi dan geofisika untuk mendapatkan lebih banyak data bawah permukaan sekitar sesar-sesar yang terdapat di Kabupaten Poso.

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan metode geolistrik resistivitas dan juga pengambilan data kekar meliputi jurus (strike) dan kemiringan (dip) di sekitar sesar. Metode tersebut dapat digunakan untuk mengindentifikasi sesar di sekitar daerah penelitian. Metode geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang didalamnya mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian metode geolistrik di atas permukaan meliputi pengukuran potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara ilmiah maupun akibat dari penginjeksian arus ke dalam bumi. Pada penelitian geolistrik ini digunakan


(6)

metode resistivitas konfigurasi dipole-dipole. Dengan menganalisis data hasil pengukuran geolistrik dan didukung oleh informasi geologi (analisis kekar) wilayah penelitian, maka karakteristik tipe dan pola sesar yang terdapat di daerah penelitian dapat diketahui. Sehingga dengan teridentifikasinya sesar di wilayah penelitian, dapat dijadikan sebagai data dasar pengembangan wilayah, sumber referensi tata ruang kota dan peta mitigasi bencana wilayah Kabupaten Poso.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan sesar yang berada di Poso Provinsi Sulawesi Tengah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana jenis sesar berdasarkan analisis kekar, penampang resistivitas 2D dan 3D konfigurasi dipole-dipole di daerah Kabupaten Poso?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sesar berdasarkan model penampang resistivitas konfigurasi dipole-dipole dan analisis kekar (Strike

and dip) di daerah Kabupaten Poso.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai geometri struktur, jenis batuan bawah permukaan serta posisi sesar di wilayah Poso, sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai data dasar pengembangan wilayah, sumber referensi untuk rencana tata ruang dan peta mitigasi bencana bagi pemerintah daerah Kabupaten Poso.

1.4 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang uurtan penulisan dari setiap bab dan bagian dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V.

Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal dari skripsi yang terdiri dari :

1. Latar Belakang Penelitian


(7)

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

5. Struktur Organisasi Skripsi

Bab II berisi uraian tentang kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting, kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis, Bab II terdiri dari :

1. Pembahasan teori-teori dan konsep dan turunannya dalam bidang yang

dikaji.

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitiaan yang terdiri dari :

1. Lokasi Penelitian

2. Alat dan Bahan

3. Pengambilan Data

4. Pengolahan dan Interpretasi Data

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari:

1. Hasil Pengolahan Data Geolistrik

2. Hasil Pengolahan Parameter Kekar

3. Analisis Struktur Geologi Kabupaten Poso

4. Analisis Struktur Sesar

Bab V menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan uraian pada, bab V terdiri dari :

1. Simpulan


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah

yang mempunyai letak geografis 10 06’ 44” – 20 12’ 53” LS dan anatar 1200 05’

09” – 120052’ 04” BT. Penelitian ini dilakukan dalam periode antara bulan Mei -Oktober 2012.

Gambar 3.1 Peta wilayah Poso (http://loketpeta.pu.go.id/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-poso-2008)

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:


(9)

1. Supersting R8/IP

2. Switch box R8/IP

3. Laptop

4. 4 unit kabel @350 meter

5. Elektroda sebanyak 60 buah

6. Palu

7. 2 unit DC Batterai 12V/50Ah

8. Toolkit

9. Inverter DC-AC Komputer

10.GPS Navigasi

11.Kamera

12.Alat tulis

Gambar 3.2 Peralatan Supersting R8/I

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif analitik dari data sekunder geolistrik resistivitas dan parameter kekar yang diperoleh dari Pusat Survei Geologi Bandung. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut digunakan


(10)

untuk menentukan bidang sesar, geometri struktur dan jenis batuan penyusun yang terdapat di bawah permukaan daerah pengukuran.

3.4 Pengambilan Data

Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan pengukuran secara langsung, data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Survei Geologi Bandung.

Gambar 3.3 Diagram alur metode pengambilan data

1. Pengambilan data geolistrik

Sebelum melakukan pengukuran, kita dapat membuat perencanaan survey dengan membuat comand file dengan menggunakan perangkat lunak AGI Supersting Administrator. Comand file bertujuan untuk mengendalikan pengukuran sesuai dengan parameter kontrol yang diinginkan seperti metode yang akan digunakan dalam penelitian, spasi elektroda dan kedalaman yang akan diteliti.

Pengukuran geolistrik dalam penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) lintasan, yaitu 5 (lima) lintasan pada sistem lajur patahan Sausu-Parigi dan 3 (tiga) lintasan lajur patahan Pinedapa. Lintasan dibuat tegak lurus memotong lajur

Mulai

Akuisisi Data

Data Resistivitas Data Longitude,

latitude dan elevasi

Pengukuran Resistivitas Pengukuran Koordinat setiap

Lintasan Geolistrik

Pengolahan Data Pengukuran Parameter Kekar

Data strike dan dips


(11)

sesar, lintasan yang memotong lajur sesar bertujuan untuk mengetahui penampang bawah permukaan serta pola sesar yang terdapat di lajur sesar Sausu-Parigi dan lajur sesar Pinedapa. Panjang bentangan lintasan pengamatan antara 165 meter sampai dengan 316 meter yang disesuaikan dengan kondisi geologi lapangan. Besarnya nilai n pada penelitian ini dibatasi hingga n = 6.

Pada penelitian ini dipilih metode konfigurasi dipole-dipole karena metode ini dapat mencapai kedalaman yang lebih dalam dibandingkan dengan konfigurasi wenner, schlumberger dan square, selain itu konfigurasi ini sangat baik untuk pengukuran CST (Constant Separation Traversing) (Reynold. 1997). Pengukuran CST lebih dikenal sebagai metode Profiling

Horizontal yang digunakan untuk menentukan variasi tahanan jenis secara

horizontal.


(12)

Tabel 3.1 Lokasi lintasan pengukuran geolistrik

No.

Lokasi

Kode lokasi Nama daerah

Bujur (BT) Lintang

(LS)

1 120

o 24’ 39,1”

00o58’

59,9” Lintaasan 1

Lebago, Balinggi, Parigi Moutong

2 120

o 26’ 02,3”

01o00’

22,0” Lintaasan 2

Sausu Gandasari, Sausu, Parigi Moutong

3 120

o 26’ 13,4”

01o01’

55,3” Lintaasan 3

Sausu Gandasari, Sausu, Parigi Moutong

4 120

o 28’ 37,4”

01o03’

40,3” Lintaasan 4

Torono, Sausu, Parigi Moutong

5 120

o 33’ 43,3”

01o12’

08,3” Lintaasan 5

Toreno, Poso Pesisir Utara, Poso

6 120

o 38’ 14,3”

01o21’

23,1” Lintaasan 6

Tokorondo, Poso Pesisir Utara, Poso

7 120

o 36’

33,6”

01o26’

23,6” Lintaasan 7

Padalamara, Kasiguncu, Poso

8 120

o 37’ 19,1”

01o23’

32,8” Lintaasan 8

Pinedapa, Poso Pesisir Utara, Poso

2. Pengambilan data parameter kekar

Pengukuran struktur geologi dilakukan pada batuan yang mengalami pengkekaran. Kekar atau rekahan adalah jenis struktur yang umum dijumpai pada batuan. Struktur kekar didefinisikan sebagai bidang rekahan atau pecahan pada batuan yang sedikit atau tidak sama sekali mengalami pergeseran. Berikut cara mengukur struktur geologi dengan kompas geologi:

a. Pengukuran Jurus

Bagian sisi kompas (sisi "E") ditempelkan pada bidang yang diukur. Kedudukan kompas dihorisontalkan, ditunjukkan oleh posisi level dari nivo "Mata Sapi" ( Bull's Eye Level ), maka nilai yang ditunjuk oleh


(13)

jarum utara kompas adalah jurus jurus bidang yang diukur. Buatlah tanda garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah jurusnya.

b. Pengukuran Kemiringan

Kompas pada posisi tegak, tempelkan sisi 'W' kompas pada bidang yang diukur dengan posisi yang tegak lurus jurus pada garis jurus yang telah dibuat pada butir (a). Kemudian Dinometer diatur sehingga gelembung udaranya tepat berada ditengah (Posisi Level). Nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer adalah besarnya sudut kemiringan dari bidang yang diukur.

c. Pengukuran Arah Kemiringan

Tempelkan sisi "S" kompas pada bidang yang diukur. Posisikan kompas, sehingga. horizontal (nivo "mata lembu" level), baca angka yang ditunjuk oleh jarum utara kompas. Nilai ini merupakan arah kemiringan (dip direction) dari bidang yang diukur.


(14)

3.5 Pengolahan dan Interpretasi Data

1. Pengolahan Data

Untuk mengolah data hasil pengukuran di lapangan, data pengukuran yang tersimpan di memori alat kemudian dicopy atau dipindahkan dengan cara mendownload data dari alat ke komputer. Alat Supersting R8/IP dihubungkan dengan kabel koneksi ke komputer, dengan menggunakan perangkat lunak AGI Administrator maka data akan dicopy atau dipindahkan ke komputer. Proses download dilakukan di lapangan dan dibuat backupnya di flashdisk. Setelah data tersebut berhasil dipindahkan, maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi data dengan format .stg ke format .dat menggunakan perangkat lunak AGI Supersting Administrator. Format data .dat kemudian di olah menggunakan perangkat lunak

Res2Dinv. Untuk model 3D digunakan perangkat lunak RockWorks 15,

sedangkan untuk pengolahan data jurus (strike) dan kemiringan (dip) menggunakan perangkat lunak Dips 5.

2. Pemilahan Data Geolistrik, GPS dan Struktur Geologi

Setelah semua data diperoleh, maka proses selanjutnya adalah pemilihan data lapangan. Pemilahan data geolistrik bisa dilakukan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv sedangkan untuk data struktur geologi dikelompokan dengan data yang hampir identik. Proses yang dilakukan adalah membaca file dan mengedit data dengan mempertimbangkan kualitas dari data itu sendiri. Dari data yang diperoleh tersebut, kemudian mengkelompokan berdasarkan wilayah pengukuran sesuai dengan koordinat-koordinat pada GPS.

3. Pemodelan 2D

Pemodelan 2D memberikan informasi berupa penampang sebaran nilai resistivitas bawah permukaan secara horizontal. Untuk memodelkan informasi tersebut digunakan perangkat lunak Res2Dinv, dari hasil pengolahan data akan diperoleh penampang 2D yang menunjukan nilai resisitivitas semu yang terukur, resisitivitas semu yang terhitung, dan


(15)

gambaran kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas semu yang terukur dan terhitung.

Langkah pertama pengolahan data geolistrik adalah mengatur parameter awal untuk forwad modeling dan resistivity inversi. Selanjutnya, melakukan edit data elektroda yang dianggap sebagai noise pada tiap lintasan supaya hasil penampang resistivitasnya baik. Kemudian inversi data geolistrik untuk mendapatkan model penampang resistivitas 2D. Apabila model yang dihasilkan kurang baik dan besarnya RMS kurang baik, maka dilakukan kembali ke edit data dan kemudian inversi kembali

sehingga didapatkan model penampang resistivitas yang baik.

Simpatmodel penampang 2D dalam format “.jpg”.

4. Pemodelan 3D

Model penampang 2D kurang memberikan gambaran nyata yang dapat diinterpretasikan, karena kenyataannya adalah bumi merupakan bentuk 3D. Dengan demikian model 3D digunakan untuk membantu menginterpretasi model 2D itu sendiri, meskipun model 3D ini masih kasar karena data yang digunakan adalah data resistivitas yang teknik pengukurannya menggunakan tenkik pengukururan 2D. Pemodelan 3D menggunakan perangkat lunak RockWork 15 dengan input data dari hasil inversi resistivitas model 2D berdasarkan kedalaman dan koordinat-koordinat tiap elektroda.

5. Pengolahan Data Kekar

Pada perangkat lunak Dips 5 akan dibuat model beachball. Input yang dapat dimasukan kedalam perangkat lunak ini berupa nilai dari strike dan dip sekitar lintasan pengukuran geolistrik. Model ini dibuat dengan tujuan sebagai data pendukung bagi identifikasi sesar yang diteliti menggunakan metode geolistrik.

6. Interpretasi Data

Pada tahapan ini akan dijelaskan mengenai informasi dari masing-masing penampang resistivitas yang telah dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv, RockWork 15 dan juga model beachball hasil pengolahan


(16)

menggunakan perangat lunak Dips 5. Gambaran lapisan batuan bawah permukaan dapat diperoleh dari hasil intepretasi data yang dilakukan dengan melihat nilai reisitivitas yang mengacu pada nilai reistivitas acuan atau standar yang ada (Telford, dkk. 1990: 285, 290), data geologi yaitu peta geologi. Selanjutnya dari hasil interpretasi tersebut dapat diketahui letak suatu sesar dan struktur geologi atas dan dan bawah permukaannya.


(17)

Gambar 3.6 Diagram alur metode pengolahan data

tidak

Res2DInv Dips 5

Mulai

Data geolistrik, longitude, latitude dan parameter

kekar (strike dan Dips)

Forward modeling

Model penampang hasil Inversi Data Resistivitas

Inversi Edit Data

Visualisasi Model 3D Sebaran Resistivitas Data resistivitas Hasil Inversi, Data

Longitude & Latitude

Pemodelan Solid

Peta Geologi

Data kekar (strike & dip)

Visualisasi Model

Stereonet

Perencanaan Bidang

Simpulan

Selesai Analisis

Analisis

RockWorks 15

RMS error kecil ?


(18)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian dugaan sesar di dua lajur patahan yaitu lajur Sausu-Parigi dan lajur Pinedapa dengan menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole-dipole, dapat disimplkan sebagai berikut:

Diskontinuitas batuan secara umum terdapat di kedalaman 16 meter dan 12 meter dari permukaan setiap penampang resistivitas hasil pengolahan perangkat lunak Res2Dinv. Berdasarkan interpretasi analisis kekar, jenis sesar yang terdapat di lajur Sausu-Parigi merupakan jenis sesar oblique dengan komponen geser menganan, sedangkan untuk lajur sesar Pinedapa sesar yang terdeteksi berjenis sesar geser dengan komponen geser menganan (dextral). Model 3D dibuat untuk memudahkan dalam visualisasi sesar geser yang terdapat di lajur Sausu-Parigi dan lajur Pinedapa, dalam model tersebut dapat dilihat letak posisi sesar beserta posisi dari hanging wall. Bidang yang menempati bagian timur merupakan hanging wall dari sesar Sausu-Parigi, karena bidang tersebut relatif bergerak naik. Sedangkan untuk lintasan Sausu 2, bidang yang relatif bergerak naik berada di sebelah barat laut dari model 3D.

5.2 Saran

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan akuisisi data geolistrik 3D atau memperbanyak lintasan pengukuran di sepanjang lajur sesar untuk mendapatkan hasil data pengukuran yang lebih optimal.

2. Analisis kekar sebaiknya dilengkapi dengan parameter kekar lainnya yaitu


(1)

jarum utara kompas adalah jurus jurus bidang yang diukur. Buatlah tanda garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah jurusnya.

b. Pengukuran Kemiringan

Kompas pada posisi tegak, tempelkan sisi 'W' kompas pada bidang yang diukur dengan posisi yang tegak lurus jurus pada garis jurus yang telah dibuat pada butir (a). Kemudian Dinometer diatur sehingga gelembung udaranya tepat berada ditengah (Posisi Level). Nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer adalah besarnya sudut kemiringan dari bidang yang diukur.

c. Pengukuran Arah Kemiringan

Tempelkan sisi "S" kompas pada bidang yang diukur. Posisikan kompas, sehingga. horizontal (nivo "mata lembu" level), baca angka yang ditunjuk oleh jarum utara kompas. Nilai ini merupakan arah kemiringan (dip direction) dari bidang yang diukur.


(2)

3.5 Pengolahan dan Interpretasi Data 1. Pengolahan Data

Untuk mengolah data hasil pengukuran di lapangan, data pengukuran yang tersimpan di memori alat kemudian dicopy atau dipindahkan dengan cara mendownload data dari alat ke komputer. Alat Supersting R8/IP dihubungkan dengan kabel koneksi ke komputer, dengan menggunakan perangkat lunak AGI Administrator maka data akan dicopy atau dipindahkan ke komputer. Proses download dilakukan di lapangan dan dibuat backupnya di flashdisk. Setelah data tersebut berhasil dipindahkan, maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi data dengan format .stg ke format .dat menggunakan perangkat lunak AGI Supersting Administrator. Format data .dat kemudian di olah menggunakan perangkat lunak

Res2Dinv. Untuk model 3D digunakan perangkat lunak RockWorks 15,

sedangkan untuk pengolahan data jurus (strike) dan kemiringan (dip) menggunakan perangkat lunak Dips 5.

2. Pemilahan Data Geolistrik, GPS dan Struktur Geologi

Setelah semua data diperoleh, maka proses selanjutnya adalah pemilihan data lapangan. Pemilahan data geolistrik bisa dilakukan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv sedangkan untuk data struktur geologi dikelompokan dengan data yang hampir identik. Proses yang dilakukan adalah membaca file dan mengedit data dengan mempertimbangkan kualitas dari data itu sendiri. Dari data yang diperoleh tersebut, kemudian mengkelompokan berdasarkan wilayah pengukuran sesuai dengan koordinat-koordinat pada GPS.

3. Pemodelan 2D

Pemodelan 2D memberikan informasi berupa penampang sebaran nilai resistivitas bawah permukaan secara horizontal. Untuk memodelkan informasi tersebut digunakan perangkat lunak Res2Dinv, dari hasil pengolahan data akan diperoleh penampang 2D yang menunjukan nilai resisitivitas semu yang terukur, resisitivitas semu yang terhitung, dan


(3)

gambaran kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas semu yang terukur dan terhitung.

Langkah pertama pengolahan data geolistrik adalah mengatur parameter awal untuk forwad modeling dan resistivity inversi. Selanjutnya, melakukan edit data elektroda yang dianggap sebagai noise pada tiap lintasan supaya hasil penampang resistivitasnya baik. Kemudian inversi data geolistrik untuk mendapatkan model penampang resistivitas 2D. Apabila model yang dihasilkan kurang baik dan besarnya RMS kurang baik, maka dilakukan kembali ke edit data dan kemudian inversi kembali sehingga didapatkan model penampang resistivitas yang baik.

Simpatmodel penampang 2D dalam format “.jpg”.

4. Pemodelan 3D

Model penampang 2D kurang memberikan gambaran nyata yang dapat diinterpretasikan, karena kenyataannya adalah bumi merupakan bentuk 3D. Dengan demikian model 3D digunakan untuk membantu menginterpretasi model 2D itu sendiri, meskipun model 3D ini masih kasar karena data yang digunakan adalah data resistivitas yang teknik pengukurannya menggunakan tenkik pengukururan 2D. Pemodelan 3D menggunakan perangkat lunak RockWork 15 dengan input data dari hasil inversi resistivitas model 2D berdasarkan kedalaman dan koordinat-koordinat tiap elektroda.

5. Pengolahan Data Kekar

Pada perangkat lunak Dips 5 akan dibuat model beachball. Input yang dapat dimasukan kedalam perangkat lunak ini berupa nilai dari strike dan dip sekitar lintasan pengukuran geolistrik. Model ini dibuat dengan tujuan sebagai data pendukung bagi identifikasi sesar yang diteliti menggunakan metode geolistrik.

6. Interpretasi Data

Pada tahapan ini akan dijelaskan mengenai informasi dari masing-masing penampang resistivitas yang telah dibuat dengan menggunakan perangkat


(4)

menggunakan perangat lunak Dips 5. Gambaran lapisan batuan bawah permukaan dapat diperoleh dari hasil intepretasi data yang dilakukan dengan melihat nilai reisitivitas yang mengacu pada nilai reistivitas acuan atau standar yang ada (Telford, dkk. 1990: 285, 290), data geologi yaitu peta geologi. Selanjutnya dari hasil interpretasi tersebut dapat diketahui letak suatu sesar dan struktur geologi atas dan dan bawah permukaannya.


(5)

Gambar 3.6 Diagram alur metode pengolahan data tidak

Res2DInv Dips 5

Mulai

Data geolistrik, longitude, latitude dan parameter

kekar (strike dan Dips)

Forward modeling

Model penampang hasil Inversi Data Resistivitas

Inversi Edit Data

Visualisasi Model 3D Sebaran Resistivitas Data resistivitas Hasil Inversi, Data

Longitude & Latitude

Pemodelan Solid

Peta Geologi

Data kekar (strike & dip)

Visualisasi Model Stereonet Perencanaan Bidang

Simpulan

Selesai Analisis

Analisis RockWorks

15

RMS error kecil ?


(6)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian dugaan sesar di dua lajur patahan yaitu lajur Sausu-Parigi dan lajur Pinedapa dengan menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Dipole-dipole, dapat disimplkan sebagai berikut:

Diskontinuitas batuan secara umum terdapat di kedalaman 16 meter dan 12 meter dari permukaan setiap penampang resistivitas hasil pengolahan perangkat lunak Res2Dinv. Berdasarkan interpretasi analisis kekar, jenis sesar yang terdapat di lajur Sausu-Parigi merupakan jenis sesar oblique dengan komponen geser menganan, sedangkan untuk lajur sesar Pinedapa sesar yang terdeteksi berjenis sesar geser dengan komponen geser menganan (dextral). Model 3D dibuat untuk memudahkan dalam visualisasi sesar geser yang terdapat di lajur Sausu-Parigi dan lajur Pinedapa, dalam model tersebut dapat dilihat letak posisi sesar beserta posisi dari hanging wall. Bidang yang menempati bagian timur merupakan hanging wall dari sesar Sausu-Parigi, karena bidang tersebut relatif bergerak naik. Sedangkan untuk lintasan Sausu 2, bidang yang relatif bergerak naik berada di sebelah barat laut dari model 3D.

5.2 Saran

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan akuisisi data geolistrik 3D atau memperbanyak lintasan pengukuran di sepanjang lajur sesar untuk mendapatkan hasil data pengukuran yang lebih optimal.

2. Analisis kekar sebaiknya dilengkapi dengan parameter kekar lainnya yaitu nilai rake.