ARTIKEL ILMIAH Analisis Faktor-Faktor Determinan Keberhasilan Pembinaan Guru SD Pascasertifikasi di Kabupaten Demak.

ARTIKEL ILM IAH
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR DETERM INAN
KEBERHASILAN PEM BINAAN GURU SD PASCASERTIFIKASI
DI KABUPATEN DEM AK

Oleh :
SRI UTAM ININGSIH
NIM : Q 100110174

PROGRAM STUDI M AGISTER M ANAJEM EN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS M UHAM ADIYAH SURAKARTA
2013

1

2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DETERM INAN
KEBERHASILAN PEM BINAAN GURU SD PASCASERTIFIKASI
1

2
3
Oleh : Sri Ut aminingsih , Sut ama , Suyat mini
1)
M ahasisw a Pascasarjana Universit as M uhamadiyah Surakarta
2)
St af Pengajar Universit as M uhamadiyah Surakart a
3)
St af Pengajar Universit as M uahamadiyah Surakart a

Abst ract
This research aims t o analyze t he fact ors det erminant Post cert ified t eacher
ment oring in Demak. To answ er t he problem how t o influence direct ly t he w orking
mot ivat ion, abilit ies and at t it udes of t eachers t ow ard success coaching supervisor
t hrough t he met hod and principles of const ruct ion of the primary school t eachers
Post cert ified. This research is expect ed t o benefit t he coaching w isdom of Post
Cert ified t eacher primary school t eachers. The subject of research is t he primary
t eachers of post cert ificat ion in Demak as much as 285 as t he sample by using t he
purposive propot ional met hod sampling and quant it at ive research met hod
paradigm of pat h analysis. The findings of t his research is a det erminant fact or of

models are said t o be in accordance w it h t he empirical dat a in t he field, and aft er
having t est ed t he hypot hesis t hat exogenous variables know n t o w ork mot ivat ion
of t eachers, t eachers ' skills, and at t it ude of supervisors has direct and indirect
influence t hrough t he t echniques and principles of supervise t o supervise
successfull. Cont ribut ion of t he mot ivat ion of w orking w it h 0, 101, influence 10 %
cont ribut ion of capabilit y of t eachers as 0 .9 w it h influence 9%, at t it udes of
supervisors 9 0,122 w it h 45% influences, and t he rest is influenced by ot her
fact ors. The conclusion is t hat t he model of fact ors – fact ors of det erminat ion
pascasert ifikasi t eacher ment oring generally accept ed t heoret ical models as fit or
in accordance w it h t he dat a in t he field. Suggestions or recommendat ions is t he
need t o incorporat e t he element of mot ivat ion in t he const ruct ion of t he t eacher
w ho had been less aw are of.
Keyw ords : analysis, supervise , t eacher, post cert ified

PENDAHULUAN

Pembinaan guru pascasert ifikasi pent ing dilakukan unt uk perbaikan dan
peningkat an kualit as pendidikan. Keberhasilan Pembinaan guru pascasert ifikasi
dapat dipakai unt uk menut upi at au melengkapi kekurangan pelaksanaan
sert ifikasi yang belum mampu mengangkat kinerja guru.

Beberapa hasil kajian menunjukan bahw a sert ifikasi guru t ernyat a belum
mampu meningkat kan kualit as kinerja guru, kajian Dit jen Peningkat an M ut u
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PM PTK) Depdiknas t ahun 2008 dimana nilai
kompet ensi guru meskipun lulus sert ifikasi rat a-rat a di angka kisaran 52-64

3

persen.

Kemudian dilihat dari kelayakan guru mengajar, untuk t ingkat SD baik

negeri maupun sw ast a ternyat a hanya 28,94%, guru SM P 54,12% dan sw ast a
60,99%. Hasil penelit ian Koswara dkk (2009;27) dimana sert ifikasi memiliki
pengaruh yang rendah terhadap profesionalisme dan mut u pembelajaran. M odelmodel pembinaan guru pascasert ifikasi sudah banyak

dikembangkan, hasil

penelit ian Sant yasa (2012:7) menemukan perlunya pembelajaran dan asesmen
inovat if, lesson st udy, dan penelit ian t indakan kelas. Ngabiyant o (2011: 17- 28)
menganjurkan unt uk peningkat an kompet ensi paedagogik dengan menggunakan

lesson st udy, case st udy, dan t eaching clinic. M enurut Haryono (2010:47)

pembinaan guru harus mengident ifikasikan adanya kebut uhan guru sepert i model
t eaching clinic (TC) , hanya karena ket erbat asan dana model ini w alau baik belum

banyak membant u keberhasilan proses pembinaan guru pascasert fikasi.
Keberhasilan t ent ang pembinaan guru t olok ukurnya adalah t ercapainya
t ujuan

pembinaan

yait u

unt uk

peningkat an

kualit as

pembelajaran


dan

peningkat an kinerja profesionalisme, oleh karena it u merujuk pada hal t ersebut
keberhasilan pembinaan paramet ernya adalah peningkat an kualit as pembelajaran
dengan

indikat or

guru

mampu

membedakan

karakt erist ik

pesert a

didik,


melaksanakan pembelajaran dengan prinsip pakem dan melaksanakan evaluasi
sesuai mat eri dan karakt erist ik sisw a. Kinerja profesional indikat ornya adalah ada
peningkat an hasil t est KUA, Peningkat an hubungan dengan kolega dan Lebih
paham t ent ang fungsi profesinya. (Hammond,2000; Brew er,1997; Heck,2007;
M onk, 1994; St rauss and Saw yer,1986; Suyant o,2012; C.Houle,1980).
Penelit ian t ent ang fakt or-fakt or yang berpengaruh pada keberhasilan
pembinaan guru banyak di t elit i oleh para pakar, Bafadal (2001:1) menemukan
pengaruh ket eguhan prinsip pembinaan. Prinsip adalah acuan yang dipakai dalam
pembinaan, dalam penelit ian ini indikat ornya yait u pembinaan dilaksanakan
secara ilm iah, demokrat is, komperenship dan konst rukt if sert a memperhat ikan
aspek penunjang seperti ketersedian narasumber atau instruktur, sarana prasarana serta
dana. (Segiovani, 1987; Glickman,1981; Gw yn, 2002)

Sundari

(2002)

lebih


m elihat

pada

t eknik

yang

diambil

unt uk

melaksanakan pem binaan. Teknik pembinaan adalah cara yang dipakai dalam

4

pembinaan dengan Indikat or yait u t eknik

perorangan, apabila guru mem int a


bimbingan sendiri dapat melalui orent asi guru, kunjungan pribadi dll, dan t eknik
kelompok jika banyak guru yang mengalami perm asalahan yang sama bisa melalui
rapat , w orkshop, seminar, dll. Tehnik langsung misalnya menyelenggarakan rapat
guru,

w orksop, mengunjungi kelas, mengadakan conference. Sedangkan t idak

langsung misalnya melalui bullet in board dan quist ionaire. ( Gwynn,2002 dalam
Bafadal,2006:13 ; Sahaert ian dalam Sagala,2010:173).
Yung (2009:17) mengat akan supervisi at au pembinaan
kinerja guru m emerlukan sikap yang sabar dan

peningkat an

t oleransi. Indikat or sikap

supervisor dalam penelit ian ini dilihat dari posisi supervisor

yait u at asan


langsung at au t idak langsung guru, akt if dan hubugan manusiaw i sepert i t erbuka,
humanis, menem pat kan guru sebagai obyek dan subyek. (M ant ja, 1998:8 ;
Baedhow i, 2001:4). Hasil penelit ian Yung juga m enyebut kan bahw a kinerja guru
dit ent ukan oleh mot ivasi guru secara pribadi unt uk meningkat kan diri dengan
Indikat onya dorongan/ m ot if, t ujuan kerja dan mot ivasi berprest asi (Sant rock,
1997:132);

Kennet h dkk,1977:77; M c. Cleland, 1987). Selain it u keberhasilan

pembinaan guru juga dit ent ukan oleh kemampuan guru it u sendiri. Kemampuan
guru dilihat dari kemampuan melakukan administ rasi, kemampuan dalam
pembelajaran dan pembimbingan sisw a. (Garry Thomas,1997 ;M argaret h Thomas,
2007)
M erujuk pada diskusi diat as maka dapat disimpulkan adanya sejumlah
fakt or yang mempengaruhi pembinaan guru pascasert ifikasi dan penelit ian

ini

mencari fakt or-fakt or yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembinaan
guru pascasert ifikasi di SD. Permasalahan


yang diangkat adalah apakah fakt or

mot ivasi kerja, kemampuan guru dan sikap supervisor, prinsip dan t ehnik
pembinaan berpengaruh langsung dan t idak langsung t erhadap

keberhasilan

pembinaan guru SD pascasert ifikasi di Kabupat en Demak. Tujuannya adalah
menemukan model keberhasilan pembinaan guru SD pascasert ifikai di Kabupat en
Demak. Hasil kajian ini diharapkan dengan menemukan fakt or det erminan dalam
proses pembinaan peningkat an kinerja guru pascsert ifikasi.

5

M etode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berdasarkan ex-post karena
bertujuan untuk merekonstruksi atau mengkonfirmasi teori atau faktor-faktoryang
mempengaruhi keberhasilan pembinaan guru SD pascasertifikasi. (Dantes, 2012:60-62).


Penelit ian ini dilaksanakan pada guru-guru SD pascasert ifikasi di Kabupat en
Demak. Populasi dari penelit ian ini adalah semua guru SD di Kabupat en Demak
yang bersert ifikat pendidik mulai t ahun 2006-2011 berjumlah..... Besarnya sampel
n=285, dit ent ukan dengan rumus yang dikembangkan Isaac dan M ichael (Sugiono,
2006:126-128).
Pengambilan sampel dilakukan secara propusive proport ional rondom
sampling dengan

krit eria: t elah memperoleh pembinaan guru pascasert ifikasi,

guru SD di baw ah Kement rian Pendidikan Nasional, t inggal diw ilayah t erjangkau
maka dipilih 3 kecamat an yait u kecamat an Demak Kot a mew akili kot a kabupat en
dan Kecamat an M ranggen mew akili kecamat an yang dekat dengan Kot a Semarang
dan Kecamat an Karangnyar.
Teknik pengumpulan dat a yang digunakan meliput i: kuesioner, w aw ancara,
dan dokument asi. Inst rumen penelit ian berupa angket dan pedoman w aw ancara.
Angket yang dipakai unt uk mengambil dat a t elah memenuhi uji validit as dengan
rumus product momet dan dan reabilit as. K-12. (Sugiyono,2006: Arikunt o,2006
:168).
Tehnik analisa dat a dengan menggunakan pat h analisis diolah dengan lisrel
unt uk memperoleh goodnes of fit model dan soft w are spss versi 16 . (Ghozali,
2005: 306). Persamaan regresinya....Uji asumsinya......

6

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan analisis data diketahui nilai tertinggi dari responden untk motivasi
kerja 100 dan nilai yang paling rendah 69. Hasil perhitungan nilai rata rata-rata motivasi
kerjasebesar 84.51, median sebesar 84.00 dan modus sebesar 80.00, serta standart
deviasinya 6.29 serta rentang skor 31. Deskript if variabel mot ivasi kerja guru

menunjukan bahw a hanya 27% responden guru yang mempunyai mot ivasi kerja di
baw ah rat a-rat a, 27% pada kelas rat a-rat a, 45% diat as rat a-rat a.
variabel mot ivasi kerja

Kont ribusi

t erhadap t eknik pembinaan sebesar 0,101, prinsip

pembinaan sebesar 0,26, keberhasilan pembinaan 0,27 dengan arah posit if,
art inya semakin baik mot ivasi kerja

semakin baik pula

t eknik dan prinsip

pembinaan akan dit erapkan dan hal t ersebut akan mempengaruhi keberhasilan
pembinaan.
Hasil penelit ian t ent ang mot ivasi kerja guru pascasert ifikasi ini sejalan
dengan t emuan Yung bahw a pengembangan kompet ensi guru sangat dipengaruhi
oleh m ot ivasi, t eknik pembinaan dan juga kemampuan dasar guru. M ot ivasi
merupakan dorongan unt uk melakukan sesuat u. Dalam pembinaan m ot ivasi kerja
guru diperlukan, karena akan mendorong seorang guru kearah yang lebih baik.
Seseorang dalam mengerjakan sesuat u at au mencapai t arget t ert ent u diperlukan
dorongan, dorongan dari dalam (int ernal) bisa karena kebut uhan maupun dari luar
(ekst ernal) karena fakt or lingkungan. (M ulyasa,2005:47; Tilar,2002:67, Robbin,
2003;187).
Hasil penelit ian mot ivasi kerja guru pascasert ifikasi ini juga sama dengan
pendapat Elaw ar, Lizarraga, bahw a mot ivasi memberikan dorongan unt uk
keberhasilan pencapaian suat u pelat ihan. M ot ivasi guru merupakan w ujud dari
keinginan at au dorongan meningkat kan kemampuan dengan suka rela at au
dengan rasa senang, t idak t erpaksa dalam mengikut i pembinaan. Dengan
demikian maka dapat dipahami adanya ket erkait an ant ara mot ivasi kerja dengan
keberhasilan pembinaan karena fungsi pembinaan bila dilaksanakan dengan
sunggu-sungguh dapat meningkat kan mot ivasi kerja guru. Selain it u selama ini
dalam melaksanakan pemilihan t eknik pembinaan, para pembina berusaha
menggunakan

t eknik

yang

variat if,

mot ivasi

7

kerja

guru

seringkali

akan

meningkat kan t eknik dalam pembinaan, jika mot ivasi kerja guru dalam mengikut i
pembinaan baik, maka akan dengan mudah beradapt asi dengan t eknik pembinaan
yang dipakai. Pembinaan dilakukan dengan

berkelanjut an dengan mat eri

bervariasi (Poerksen,2005 ;Elaw ar,Lizarraga,2007:565-592; Sergiovani,1987:47;
Bafadal, 2006:45)
Secara

umum

aspek-aspek

dalam

mot ivasi

kerja

t ersebut

dapat

dibandingkan dengan pembagian m ot ivasi menurut M c. Clelland dalam Widiyant o
bahw a

mot ivasi

dibagai

dibagi

3

yait u:

persahabat an, dan m ot ivasi berkuasa.

mot ivasi

berprest asi,

mot ivasi

Hal ini juga pernah digunakan unt uk

mengecek mot ivasi guru di Korea ke 3 mot ivasi t ersebut pada sejumlah guru SM P
di Korea, hasil t emuan t ersebut unt uk mot ivasi berprest asi meningkat kan guru
dalam semangat menambah penget a-huannya, mot ive persahabat an maka
meningkat kan guru dalam sharing dengan t eman-t eman sekoleganya unt uk
meningkat kan pembelajaran di kelas, mereka saling berbagi dan t ukar pengalaman
pada

kelompok

yang

difasilit asi

oleh

dist rik,

sedang

mot ivasi

berkuasa

meningkat kan sikap kepemimpinan dan ant usias dalam usaha unt uk membimbing
anak didiknya.(Widiyant o,2010:17-27; Yang,2011: 385-405)
Aspek mot if at au dorongan

kerja dalam penelit ian ini menunjukkan

adanya mot ivasi yang cukup t inggi,

dilihat hasil penelit ian memiliki pengaruh

hampir 45 % dari 51 % pengaruh t ot al mot ivasi t erhadap keberhasilan pembinaan.
Hal ini dapat dirujukkan dengan penelit ian t erdahulu dimana dorongan kerja
dalam crit eria adalah menunjukkan keinginan berprest asi. Aspek

Kemampuan

menyelesaikan t ugas yang sulit merupakan keinginan berprest asi juga dan juga
bisa digolongkan pada aspek mot ivasi berkekuasaan karena dengan kemampuan
menyelesaikan

hal

sulit

kan

memberikan

prest ise

dan

w ibaw a

yang

memungkinkan unt uk memperoleh klas t ersendiri, hal ini jika dihubungkan dengan
mot ivasi secara social sepert i yang dikemukakan At kinson dalam Widiyant o,
kinerja merupakan hasil yang muncul dari adanya mot ivasi dipadukan dengan
keadaan yang ada, hal ini muncul karena suat u mot if at au keinginan, merupakan
kecenderungan unt uk berusaha khususnya pada sat u jenis (bagian) dari keinginan

8

at au t ujuan misalnya: prest asi, hubungan, dan kekuat an. (Hart oyo ,2009:7;
Widiyant o, 2010, 17-27),
Aspek umpan balik ini bisa masuk kat egori unt uk persahabahan dalam M c
Clelland, karena akan menghasilkan hubungan dengan kelomok yait u kolega, guru,
sisw a dan bahkan mungkin akan memberikan umpan balik pada skala yang lebih
luas. Dalam pembinaan mempunyai t ujuan jelas dan t arget jelas menunjukan
aspek hasil pekerjaan opt imal (M ant ja, 1987:17; Baedhow i dan Hart oyo ,2009:7)
Ada sedikit perbedaan mot ivasi kerja guru dalam penelit ian ini dengan
hasil penelit ian lain unt uk menget ahui kom pet ensi guru pascasert ifikasi, bahw a
mot ivasi guru unt uk segera ikut sert ifikasi bukanlah unt uk meningkat kan
profesionalisme at au kompet ensi mereka, t et api t erkesan semat a-mat a unt uk
mendapat kan t ambahan penghasilan melalui t unjuangan profesi. Hal yang serupa
dit emukan Direkt orat Jenderal PM PTK Depdiknas ket ika melakukan kajian serupa
di Provinsi Sumat era Barat , Jaw a Timur, Jaw a Tengah, Sulaw esi Selat an, dan Nusa
Tenggara Barat t ahun 2008. Kajian t ersebut menemukan bahw a alasan guru
mengikut i sert ifikasi, ant ara lain, agar mendapat t unjangan profesi, segera
mendapat uang unt uk memenuhi kebut uhan hidup, t unjangan unt uk biaya kuliah,
biaya pendidikan anak, merenovasi rumah, dan membayar ut ang. (Baedhow i dan
Hart oyo,2009:7
Agung,2009:17).

;Dirjen

PM PTK

Depdiknas,2008

;

Suhart a,Sudiart a

dan

Sedangkan dalam penelit ian ini m ot ivasi digunakan unt uk

melandasi keikut sert aan guru dalam pembinaan.
Hasil pem bahasan di at as maka dapat disimpulkan jika keberhasilan
pembinaan dapat didasarkan pada mot ivasi kerja guru. Semakin baik mot ivasi
kerja guru maka t ehnik dan prinsip pembinaan juga lebih baik dan hal t ersebut
mempengaruhi keberhasilan pembinaan guru pascasert ifiksasi.
Berdasarkan analisis dat a kemampuan guru diket ahui nilai t ert inggi 130
dan nilai yang paling rendah 75. Hasil perhit ungan nilai rat a rat a-rat a kemampuan
guru sebesar 99.07, median sebesar 97.00 dan modus sebesar 97.00, sert a
simpangan bakunya 1.03. sert a rent ang skor 55. Deskript if variabel kemampuan
guru bahw a 40 % responden guru yang mempunyai kemampuan di baw ah rat arat a, 60% pada kelas rat a-rat a dan diat as rat a-rat a. Hasil penelit ian menunjukan

9

bahw a ada pengaruh langsung dan t idak langsung kemampuan guru. Kont ribusi
variabel kemampuan guru t erhadap t eknik pembinaan sebesar 0,69, prinsip
pembinaan sebesar 0,40, keberhasilan pembinaan sebesar 0,28 dengan arah
posit if, art inya semakin baik kemampuan guru

semakin baik pula t eknik dan

prinsip pembinaan yang dit erapkan dan hal t ersebut mempengaruhi keberhasilan
pembinaan. Hasil analisis t ersebut juga menunjukkan 9 % perubahan yang t erjadi
pada t eknik pembinaan, prinsip pembinaan, keberhasilan pembinaan secara
langsung disebabkan perubahan pada kemampuan guru.
Ada 3 aspek yang dikembangkan dalam penelit ian ini yait u (1) Kemampuan
yang t erkait melakukan administ rasi; (2) Kemampuan yang t erkait pembelajaran;
dan (3) Kemampuan yang t erkait pembimbingan. Dari aspek t ersebut secara rinci
sebenarnya adalah kemampuan ut amanya dalam kompet ensi paedagogik.
Aspek kemampuan yang t erkait melakukan adm inist rasi, dari hasil jaw aban
maka guru yang dinyat kan cukup ke at as lebih dari 52 %, dan hanya sekit ar 11%
dinyat akan kurang, dari jaw aban t ersebut maka dapat dikat akan sebenarnya
kemampuan aw al guru dapat dikat akan cukup baik unt uk hal hal yang bersifat
administ rasi, kemampuan merupakan daya dukung bagi guru unt uk kesuksesan
dalam pendidikan, hal ini t erkait dengan masalah penilaian, absensi dan t ugast ugas sisw a lainnya. Kemampuan administ rasi juga sangat mendukung pada
ket ert iban dan kedisiplinan guru, selanjut nya akan meningkat kan efisiensi dan
efekt ivit as

pelaksanaan

kerja

guru

(M ulyasa,2005:47;

Tilaar,2002:67);

Sundari,2002:47).
Aspek kemampuan yang t erkait pembelajaran, hasil dari responden sangat
moderat sekali dimana ant ara yang cukup dan yang agak kurang hampir sebanding
yait u 51 % dibanding dengan 49 % unt uk kurang, padahal kemampuan ini sangat
pent ing bagi guru, paradigma mengajar yang benar harus didasari pada
kemampuan guru, kemampuan t ersebut bukan hanya pada penget ahuan yang
dimiliki guru saja, t et api kemampuan t ersebut adalah sejumlah kompet ensi yang
harus dimiliki oleh guru, dan kemampuan sert a m ot ivasi dalam pembinaan sangat
diperlukan unt uk dasar pembinaan guru (Poerksen ,2005, 471-484; Danziger &
Shermer 2004,147; Elaw ar, Irw in & Lizarraga ,2007, 565-592)

10

Aspek kemampuan yang t erkait pembimbingan, fungsi pembimbingan bagi
guru unt uk para sisw a diperlukan hal ini ut amanya dalam kegiat an belajar
mengajar dan lainnya. M enyadari pembinaan pada kemampuan maka diperlukan
pemahaman t ent ang bat as kemampuan guru, hal ini karena yang menyat akan
t ujuan ut ama pembinaan unt uk meningkat kan kualit as pembelajaran dan
profesionalit as. Profesionalit as guru menunjuk pada produkt ivit as, oleh karena it u
dapat dikat akan t ujuan pembinaan guru mencakup pada: pert umbuhan keilmuan,
w aw asan berpikir, sikap t erhadap pekerjaan dan ket rampilan dalam pelaksanaan
t ugasnya

sehari-hari

hingga

produkt ivit asnya

dapat

dit ingkat kan.

(Sundari:2002;47)
Dalam pembinaan guru pascasert ifikasi t idak didahului dengan ident ifikasi
secara jelas sesuai karakt erist ik permasalahan, padahal pembinaan t anpa
menget ahui kemampuan aw al guru sebet ulnya t idak berguna, dikarenakan susah
diukur keberhasilan dan kegagalannya. (Agee, 2004, 747-774; Poerksen ,2005,
471-484; Danziger & Shermer 2004,147; Elaw ar, Irw in & Lizarraga ,2007, 565-592).
Pengenalan dasar pada kemampuan guru dan mot ivasi unt uk pembinaan
memiliki t ujuan unt uk meningkat kan t eknik dalam pembinaan, ket epat an
pemilihan t eknik berlanjut pada t ingkat keberhasilan, w alaupun hal ini bukan
penent u mut lak, t et api 80 % hasil penelit ian menunjukkan hal t erebut .
M emanfaat kan kemampuan dasar guru unt uk keberhasilan supervise dapat
dilakukan dengan mendet eksi guru secara cross sect ional yait u melalui ident ifikasi
guru secara pribadi, t anggapan sisw a t erhadap kemampuan guru dalam
pembelajaran, dan informasi t eman sejaw at. ( Bembenut t y,2007:165; Perry
(2008;271)
Jadi jelaslah bahw a variable kemampuan guru berdasarkan t emuan
penelit ian dan juga hasil penelit ian t erdahulu ada ket erkait annya dengan
keberhasilan pembinaan. Unt uk it u dalam pembinaan perlu melakukan ident ifikasi
kemampuan aw al guru sehingga pembinaan lebih t epat sasaran dan sesuai
permasalahan yang dihadapi guru pascasert ifikasi.
Berdasarkan analisis data diketahui nilai tertinggi dari responden untuk sikap
supervisor 55 dan nilai yang paling rendah 33. Hasil perhitungan nilai rata rata-rata sikap

11

supervisor sebesar 44,74, median sebesar 44.00 dan modus sebesar 43.00, serta
simpangan bakunya 4,23. serta rentang skor 55. Deskript if variabel sikap supervisor

bahw a hanya 13% responden guru yang menyatakan sikap supervisor di baw ah
rat a-rat a, 27% pada kelas rat a-rat a, 87% pada kelas rat a-rat a dan diat as rat a-rat a.
Sikap supervisor dalam pembinaan mempunyai pengaruh langsung dan t idak
langsung. Hal ini dilihat dari kont ribusi variabel sikap supervisor t erhadap t eknik
pembinaan sebesar

0,122, prinsip pembinaan sebesar 0,40, keberhasilan

pembinaan sebesar 0,79
supervisor

dengan arah posit if, art inya semakin baik sikap

semakin baik pula

t eknik dan prinsip pembinaan. Hasil analisis

t ersebut juga menunjukkan 45 % perubahan yang t erjadi pada t eknik pembinaan
secara langsung disebabkan perubahan pada sikap supervisor.
Hasil

penelit ian

t ersebut

menunjukan

bahw a

secara

kemampuan

supervisor t elah memenuhi syarat sebagai pembina. Hal ini dipert egas pandangan
guru bahw a supervisor dalam pembinaan dengan menggunakan beberapa t eknik,
baik t eknik it u secara kelompok maupun individual dan langsung maupun t idak
langsung. Walaupun begit u dari hasil w aw ancara ada beberapa supervisor yang
mempunyai kemampuan t erbat as karena menjadi supervisor karena jabat an. Guru
lebih semangat bila supervisor t idak mempunyai kait an langsung at au bukan
at asan langsung sepert i kepala sekolah, pengaw as dan pembina dari dinas
pendidikan. Seorang supervisor harus memiliki syarat ant ara lain: (1) mempunyai
keyakinan bahw a guru mem iliki kemampuan at au pot ensi unt uk memecahkan
masalah sendiri dan mengembangkan dirinya; (2) memiliki kemauan dan
kemampuan unt uk dapat membina hubungan yang akrab dan hangat dengan
semua orang t anpa pandang bulu; (3) memiliki kemampuan unt uk mendengarkan
sert a keinginan unt uk memanfaat kan pengalaman pengalaman guru sebagai nara
sumber membuat nya berusaha mencapai t ujuan; (4) memiliki ant usiaisme dan
keyakian at as supervise klinis sebagai proses kegiat an yang t erus menerus unt uk
melayani pert umbuhan dan perkembangan pribadi sert a profesi guru; (5)
mempunyai ket rampilan dalam berkom unikasi, mengobservasi, dan menganalisis
t ingkah laku guru mengajar, dan (6) mempunyai suat u kom it men unt uk

12

mengabdikan dirinya

sert a berkeinginan keras unt uk t erus memperdalam

supervisi.
Selama ini masih ada hubungan supervisor dan guru pascasert ifikasi kurang
maksimal diant aranya disebabkan jum lah guru pascasert fikasi banyak sedangkan
supervisor t erbat as.

Harapan guru t erhadap supervisor ant ara lain ingin

mendapat pelayanan secara maksimal t anpa rasa t akut , maka guru menginginkan
seorang supervisor yang menguasai pembelajaran, ramah dan menghargai guru.
Hal ini sesuai pendapat Sagala bahw a harapan guru yang disupervisi kepada
supervisor ant ara lain (1) mempunyai perhat ian yang sungguh-sungguh t erhadap
pembelajaran dan manajemen sekolah; (2) bersikap simpat ik, t erbuka, percaya
diri; (3) mempunyai daya humor t idak mudah t ersinggung; (4) krit is t api bersifat
membangun;(5) luas penget ahuannya; (6) sehat fisik, berpakaian rapi dan sopan.
(Sagala, 2010: 236)
Kegiat an fasilit asi supervisor dalam pembinaan t okoh sent ralnya adalah
guru yang mana diharapkan mampu unt uk meningkat kan kualit asnya, sedangkan
supervisor yang bert indak sebagai fasilit at or merupakan fact or ut ama yang harus
mendorong kepada guru, unt uk it u peran fasilit at or harus memberikan fasilit asi
kepada guru agar mencapai t ujuannya dengan memberikan kesempat an pada
guru unt uk: (1) menguji, mendiskusikan dan menjelaskan secara lengkap programprogam pembelajaran; (2) menerima umpan balik yang obyekt if pada program
program yang dilat ih/ diprakt ikkan; (3) menguji hubungan perilaku nyat a dan yang
diant isipasi di kelas; (3) menguji hubungan ant ara konsekw ensi yang diinginkan
dan konsekw ensinyat a dari perilaku supervisor dan guru; (4) menguji hubungan
ant ara program disert ai asumsi-asumsi, t eori-t eori dan riset t ent ang pengajaran
yang

efekt if;

(6)

mengembangkan,

mengim plement asikan

dan

menerima

dukungan t ent ang perubahan-perubahan yang sesuai dengan program -program
pendidikan yang prakt is. Semangat dan paradigm t ersebut sesuai dengan
paradigm baru t ent ang pembinaan t erhadap guru yang harus manusiaw i, t idak lagi
memandang guru sebagai obyek pembinaan at au dalam bahasa ekonomi sebagai
fact or produksi t et api sebagai asset yang harus dijaga dan dikembangkan. Hasil
t emuan penelit ian lain menyebut kan pengembangan pendidikan pada guru-guru

13

melalui organisasi profesi lebih berhasil bila diperlakukan sama dan sejajar.
Adanya fasilit at or dalam organisasi lebih dianggap menghargai guru karena t idak
bersikap

arogan,

t et api

benar-benar

memfasilit asi.

(.(Sergiovani,

1983:87;M art oyo, 2008; M ant ja, 1998:17; Kusw andi, 2000:16).
Dalam supervise minimalnya ada 2 sisi yang terlibat yait u supervisor dan
subyek yang disupervisi, kerja sama ant ar keduanya harus dijaga, keset araan
dalam hubungan akan sangat berpengaruh pada hasil supervise. M enjaga
hubungan pembinaan t ersebut maka seorang supervisor hendaknya memiliki sifat
luw es (flexible) dalam art ian mau memaham i subyek yang harus dibina. Ket idak
luw esan seorang Pembina (supervisor) sering kali menghalangi dalam proses
pengembangan ilmu, dalam pola-pola penyampaian informsi baru, pengenalan
hasil inovasi at aupun penyampaian sejumlah at uran dan kebijakan seorang
komunikat or

perlu

bersifat

t idak

over

act ing dan

arogan, karena akan

menghambat proses penerimaan. (Schofield, 2004:217, Keat ing,2003:367, M uller
,2000:316)
Hubungan

keberhasilan

pembinaan

dengan

sikap

supervisor

dapat

dikat akan cukup kuat baik dilihat dari hasil penelit ian ini maupun sejumlah
penelit ian lain cukup memberikan deskripsi besarnya pengaruh sikap supervisor
dalam

pembinaan.

Respek t idaknya seorang pembina t erhadap subyek

pembinaan akan sangat mempengaruhi keberhasilan pembinaan. (Taylor, 1988:
283-295)
Berdasarkan analisis hasil penelit ian dan

pendapat ahli menunjukan

bahw a sikap supervisor berpengaruh t erhadap keberhasilan pembinaan guru
pascasert ifikasi sehingga dalam pembinaan diharapkan sikap supervisor lebih
menghargai, humanis, dinam is dan t idak memposisikan sebagai at asan.
Simpulan

Hasil

pengujian

disimpulkan sebagai

analisis

berikut :

fakt or

dengan

menggunakan

SEM

dapat

M asing-masing variable independen memiliki

pengaruh langsung dan t idak langsung sert a sumbangan t erhadap variable
dependen yang dapat dirinci sebagai berikut kont ribusi mot ivasi kerja secara
langsung sebesar 0,27 t idak langsung sebesar 0,5124; kont ribusi kemampuan guru

14

secara langsung sebesar 0,28, t idak langsung sebesar 0,3424; kont ribusi sikap
supervisor secara langsung sebesar 0,79, t idak langsung sebesar 0,886; Terbukt i
bahw a keberhasilan pem binaan guru pascasert ifikasi dipengaruhi oleh variable
prinsip pembinaan dan t ehnik pembinaan.

Sekecil apapun pengaruh fakt or

t ersebut t idak bisa diabaikan, karena hal ini mempengaruhi t ingkat keberhasilan
pembinaan guru SD pascasert ifikasi di Kabupat en Demak; t erbukt i variable
eksogen mot ivasi kerja, kemampuan guru, dan sikap supervisor berpengaruh
t erhadap t ehnik dan prinsip pembinaan guru SD pascasert ifikasi di Kabupat en
Demak, hal ini membukt ikan bahw a variable yang dipilih unt uk mendukung
variable t eknik dan prinsip pem binaan memiliki signifikansi.
Berdasarkan simpulan di at as maka dapat disarankan sebagai berikut : (1)
M odel

ini

dapat

digunakan

unt uk

menguji

hal-hal

yang mempengaruhi

keberhasilan pembinaan, karena memiliki kepercayaan dengan t erpenuhinya
Goodnes of Fit ; (2) Variabel yang sumbangannya kecil dalam pelaksanaan

pembinaan sebaiknya t et ap digunakan karena memiliki peranan yang cukup
pent ing;(3) Fakt or t ehnik pembinaan dan prinsip pembinaan

yang baik perlu

mendapat perhat ian inst ansi t erkait dalam mew ujudkan keberhasilan pem binaan;
(4) Perlu dilakukan penelit ian lebih lanjut unt uk mengungkapkan fakt or-fakt or lain
yang

dapat

memberikan

kont ribudi

t erhadap

peningkat an

keberhasilan

pembinaan
Penulis
M uhamadiyah

mengucapkan
Surakart a,

t erimakasih

Direkt ur

kepada

Pascasarjana

dan

Rekt or

Universit as

Kaprodi

M anajemen

Pendidikan UM S, dosen pembimbing t esis sert a guru-guru SD pascasert ifikasi di
Kabupat en Demak yang t elah membant u penelit ian ini. Harapan penulis penelit ian
dapat memberikan kont ribusi pemikiran dan pengembangan dalam pembinaan
guru-guru SD pascasert ifikasi sehingga lebih profesional.
A. Daftar Pustaka
Agee, J. 2004, Negot iat ing a t eacher ident it y: An African-American t eacher’s
st ruggle t o t each in t est -driven cont ext s. Teachers-College Record
Baedhow i dan Hart oyo. 2005. Laporan 2005 Learning Round-tabel on Advanced
Teacher Profesionalism . Bangkok, Thailand 13-14 Juni 2005.

15

Bafadal, Ibrahim 2006. Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1, Nomor 2, Maret
2006
Barnes, James G. 2003. Secret s of Cust omer Relat ionship M anagement (rahasia
M anajemen Hubungan Pelanggan). Andi, Yogyakart a.
Bembenut t y, H. 2007. Pre-service Teachers’ M ot ivat ional Beliefs and SelfRegulat ion of Learning . Paper present ed at t he annual meet ing of t he
American Educat ional Research Associat ion, Chicago.
Dant es, Nyoman, 2012. M et ode Penelit ian . Andi Offset , Yogyakart a.
Danziiger, Kurt & Shermer, P. 2004. The Variet ies of Replicat ion: A hist orical
Int roduct ion. Ablex Publishing Corporat ion :Norw ood New Jersey
Elaw ar1, M aria Cardelle; Irw in, Leslie, Lizarraga, M aría Luisa Sanz de Acedo 2007.
A Cross Cult ural Analysis of M ot ivat ional Fact ors That Influence Teacher
Ident it y; Elect ronic Journal of Research in Educat ional Psychology, N. 13
Vol 5 (3), 2007. ISSN: 1696-2095
Gw ynn, Port er 2002. A Cross Cult ural Analysis of M ot ivat ional Factors That
Influence Teacher Ident it y; Elect ronic Journal of Research in Educat ional
Psychology, N. 13 Vol 5 (3), . ISSN: 1696-2095
Koont z , Harold, 1997. M anagement Nint h Rdit ion . M c. Graw Hill Book Company,
New York. The manufact ured crisis: M yt hs, frauds, and t he at t ack on
M aerica’s public schools. Whit e Plains: Longman

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. PT Indeks
Kelompok Gramedia: Jakarta
M oore, R. and M uller, J. 2002. The Grow t h of Know ledge and t he Discursive Gap ,
Brit ish Journal of Sociologyo f Educat ion.
Poerksen, Bernhard, 2005. Learning how to learn, Kybernet es, Vol. 34 No. 3/ 4,
2005 pp. 471-484, Emerald Group Publishing Lim it ed
Robbins,St epphen P. 2003; Organizat ional Behaviour: Consept s, Cont roversies,
Applicat ions. Prent ice Hall: New Jersey

Russell. Lincoln Ackoff, 2009. Was an American organizational theorist,
consultant, and Anheuser-Busch Professor Emeritus of Management
en.wikipedia.org/wiki/Russell_L._Ackof

16

Schofield, K. & M cDonald, R. 2004. M oving on report o f t he highl evel review o f
t raining packages. Brisbane, Aust ralian Nat ional Training Aut horit y:
Aust ralian
Sergiovanni, T.J, 1987. The Principalship: A Reflective Practice Perspectives, Allyn &
Bacon,:Bost on
Sundari, Sri 2002.Upaya M eningkat kan M ut u Proses Belajar M engajar Di SD
Pert iw i II Dengan Pemahaman Kurikulum Berbasis Kompet ensi , Dinas
Pendidikan Kot a Bandung Propinsi Daerah Tingkat I Jaw a Barat
Yang , M ing Chou 2011. M ot ivat ion in Adult Educat ion: A problem solver or a
euphemism for direct ion and cont rol. Internat ional Journal of Lifelong
Educat ion; USA

17