ANALISA HUBUNGAN LEADERSHIP STYLE TERHADAP LEARNING ORGANIZATION DALAM MENINGKATKAN COMPETITIVE ADVANTAGE PADA HOTEL BINTANG TIGA, EMPAT, DAN LIMA DI JAWA TIMUR
ANALISA HUBUNGAN LEADERSHIP STYLE TERHADAP
LEARNING ORGANIZATION DALAM MENINGKATKAN
COMPETITIVE ADVANTAGE PADA HOTEL BINTANG TIGA,
Fabiola Yoel dan Saarce Elsye Hatane
Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh positif dan signifikan darileadership style terhadap learning organization, learning organization terhadap competitive
advantage , dan leadership style terhadap competitive advantage pada Hotel Bintang Tiga,
Empat, dan Lima di Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, dimana
data diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada hotel bintang tiga hingga bintang lima di
Jawa Timur. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan software Smart PLS.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan dari leadership style
terhadap learning organization, learning organization terhadap competitive advantage,
leadership style terhadap competitive advantage pada Hotel Bintang Tiga, Empat, dan Lima
di Jawa Timur. Learning organization kurang dapat menjadi variabel perantara antara
leadership style dengan competitive advantage karena hubungan langsung antara leadership
style dengan competitive advantage lebih besar jika dibandingkan dengan melalui learning
organization .Kata kunci: Leadership Style, Learning Organization, dan Competitive Advantage.
ABSTRACT
This study aimed to examine the direct and significant influence of leadership styleto learning organization, learning organization to financial performance, and leadership style
to competitive advantage at the three-star hotel, four-star hotel, and five-star hotel in East Java. This study used quantitative approach and the data were obtained through thedistribution of questionnaire to three-star hotel until five-star hotel in East Java. The data that
were obtained, then processed by using PLS software. The result of this study showed that there was a positive and significant relationship of leadership style to learning organization, learning organization to competitive advantage, leadership style to competitive advantage at the three-star hotel until five-star hotel in East Java. Learning organization could n’t become as intervening variable to leadership style and competitive advantage because of the direct relationship between leadership style and competitive advantage gave bigger influence than through learning organization.Keywords : Leadership Style, Learning Organization, and Competitive Advantage.
PENDAHULUAN
Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya pejanjian khusus (Sulastiyono, 2006). Sektor perhotelan merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia karena sektor pariwisata Indonesia yang banyak dikunjungi s e r t a m e n j a d i p e n u n j a n g d a l a m perkembangan dan pembangunan hotel di Indonesia. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia per 2014 Jawa Timur berada pada posisi ke lima (setelah Jawa Tengah) dalam sektor perhotelan Indonesia dilihat dari banyaknya jumlah usaha hotel di Jawa Timur sebanyak 253.
Occupancy rate yang didapatkan dari data
BPS tersebut, yaitu dari hasil bagi jumlah tamu per hari dengan jumlah kamar masing- masing dalam setiap Provinsi, Jawa Timur berada posisi ke empat (setelah DKI Jakarta) dalam sektor perhotelan di Indonesia sebesar 67,73%. Persaingan dalam sektor perhotelan semakin ketat karena kebutuhan pelanggan yang se ma kin komp leks menghar uskan p e r u s a h a a n m e m p e r t a h a n k a n d a n m e n i n g k a t k a n k e u n g g u l a n k o m p e t i t i f perusahaan. Para pemimpin hotel di Jawa Timur perlu memperhatikan penerapan leadership style dalam organisasi yang sedang mereka pimpin, karena akan berdampak pada kualitas kerja, m u t u p e l a y a n a n , d a n k e t e p a t a n d a t a .
Keunggulan kompetitif dapat dihasilkan p e r u sa h a a n m e l a l u i kr e a ti v i t a s , d a p a t diterapkan dengan pengembangan inovasi. Kreativitas juga tergantung pada bagaimana pemimpin dapat menginspirasi setiap orang untuk mengembangkan kompetensi yang baik. Meningkat atau tidaknya competitive advantage sangat ditentukan oleh pemimpin yang cakap dalam menjalankan kepemimpinannya dan memotivasi karyawannya. Leadership style adalah suatu kemampuan dan metode yang bertujuan untuk mewujudkan target di dalam organisasi dan juga akan mempengaruhi semua kegiatan di dalam organisasi (Bass, Avolio, Jung, & Berson, 2003). Pemimpin diharuskan untuk dapat mengkomunikasikan dengan baik setiap visi misi serta arah perusahaan dan bagaimana cara mencapainya dengan cara pemimpin untuk berinteraksi itulah dapat kita sebut dengan leadership style. Kebutuhan pelanggan yang semakin kompleks mengharuskan perusahaan mempertahankan dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan (Awwad, 2011). Keunggulan kompetitif dapat dihasilkan perusahaan melalui kreativitas, dapat diterapkan dengan pengembangan inovasi (Li et al. 2006). Kreativitas juga tergantung pada bagaimana pemimpin dapat menginspirasi setiap orang untuk mengembangkan kompetensi yang baik (Agbor, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah meneliti pengaruh yang signifikan dari
leadership style terhadap learning organization, learning organization terhadap financial performance, dan leadership style terhadap financial performance pada sektor perhotelan di
Jawa Timur.
Pengertian Leadership dan Leadership Style Leadership adalah keterampilan manajemen
yang melibatkan kemampuan untuk mendorong sekelompok orang terhadap tujuan bersama dan berfokus pada pengembangan pengikut dan kebutuhan mereka (Ojokuku, Odateyo, & Sajuyigbe, 2012). Leadership menjadi sumber penting dalam semua organisasi dan ditunjukan kepada individu melalui lingkup yang luas yang terkait dengan bakat dan kemampuan setiap individu (Lester, 1975). Karena leadership style bertujuan untuk mewujudkan target di dalam organisasi dan juga akan mempengaruhi semua kegiatan di dalam organisasi (Bass, Avolio, Jung, & Berson, 2003). Penentu utama keberhasilan atau kegagalan dari setiap organisasi adalah leadership style yaitu dengan cara dan pendekatan , memberikan arahan, melaksanakan rencana, dan memotivasi orang untuk dapat mencapai tujuan perusahaan (Ojokuku, Odateyo, & Sajuyigbe, 2012). Yukl (2001) menyatakan bahwa fokus pada seluruh kepemimpinan dalam organisasi meliputi peran kepemimpinan yang dilakukan oleh orang-orang dalam posisi manajerial (bawahan) dan bukan hanya orang-orang di bagian atas organisasi saja (Yukl, 2001).
Model leadership style yang dikembangkan oleh Bass & Avolio (1998) yang dikutip oleh Cilliers (2006) adalah Full Range Leadership Model. Model yang terdiri dari tujuh model kepemimpinan yaitu:
Transformational leadership yang didefinisikan
sebagai adanya hubungan pengaruh pemimpin tersebut ada kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat dan pengikut dimotivasi untuk melakukan lebih dari yang mereka harapkan pada awalnya (Avolio, 1999; Bass, 1985; 1998; Yukl, 1998). Transformational leadership terdiri dari empat faktor yaitu sebagai berikut: Idealized
Influence, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation, dan Individualized Consideration. Transactional leadership yang berarti menyangkut
Watkins & Marsick (2003) mendeskripsikan tujuh dimensi dari learning organization, antara
8 dimensi CA menurut Ramaswami, Bhargava and Srivastava (2004), yaitu develop differentiated
Indikator Competitive Advantage
organisasi untuk membedakan dirinya dari para kompetitornya, didasari oleh adanya sebuah kompetensi unggul yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan nilai tambah dimata pelanggan dan menghasilkan keuntungan (Barney, 1991). Competitive advantage adalah kompetensi atau kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan yang membedakannya dengan pesaing sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisinya (Li, Ragu-Nathan, Ragu-Nathan & Rao, 2006).
Competitive advantage adalah kemampuan
kemampuan yang sangat penting didalam organisasi. Competitive advantage yang dimiliki organisasi berbeda dan tidak dimiliki oleh organisasi lainnya yang dapat menciptakan posisi yang kuat dipasar, serta dapat menarik minat pelanggan. Banyak para ahili yang mempercayai bahwa dengan competitive advantage dapat memberikan keuntungan bagi organisasi.
Pengertian Competitive Advantage Competitive advantage merupakan suatu
kinerja (Marsick dan Watkins, 2003). Berdasarkan Yang (2003), 7 item DLOQ tersebut telah cukup memadai dalam mengukur budaya pembelajaran dalam perusahaan. Tiga dimensi yang pertama adalah tentang pembelajaran individu dan kolaboratif, dua dimensi berikutnya berkonsentrasi pada kepemimpinan, dan dua dimensi terakhir adalah tentang struktur di alam.
organization dengan variable lainnya, seperti
’ (DLOQ). Kuisioner DLOQ terdiri dari 43 item, yang kemudian dapat diringkas menjadi 7 dimensi (Yang, 2003). Survey 43 item direkomendasikan untuk digunakan sebagai alat diagnostik untuk mengarahkan pada sebuah intervensi dalam organisasi tertentu. Survei dengan menggunakan 7 dimensi DLOQ direkomendasikan sebagai instrument penelitian untuk mengevaluasi hubungan learning
Questionnaire
Untuk memfasilitasi perhitungan pada dimensi learning organization, Marsick dan Watkins menemukan instrumen survei berjudul ‘Dimensions of a Learning Organization
team learning, embedded system, empowerment, system connection, dan strategic leadership.
organisasi yang terus menerus belajar dan dengan kapasitasnya untuk berubah (Watkins & Marsick, 2003). Berfokus pada bagaimana organisasi pembelajaran terjadi, meliputi kemampuan, proses, serta membangun dan memanfaatkan pengetahuan (Marquardt, 1996).
pertukaran atau transaksi yang didasarkan pada pemimpin yang membahas persyaratan peran mereka dengan pengikut dan menentukan imbalan yang akan diterima jika mereka memenuhi persyaratan (Bass & Avolio, 1994, dikutip dalam Engelbrecht, 2002). Transactional
Learning organization juga memiliki arti sebuah
merupakan tempat dimana orang belajar secara terus menerus untuk meningkatkan kapasitas agar hasil yang diinginkan tercapai dan timbul pola pikir baru, pola pikir yang diperluas terus dipertahankan, tempat dimana orang-orang pada semua level atau tingkat, baik secara individu maupun bersama, melakukan peningkatan kapasitas mereka untuk menghasilkan manfaat yang akan menjadi perhatian mereka atau sesuai keinginan mereka.
learning organization
Menurut Senge (1990) mendefinisikan
Pengertian Learning Organization
Leadership Questionnaire Form 6S. Kuisioner MLQ terdiri dari 21 item.
Untuk memfasilitasi perhitungan dimensi- dimensi leadership style, Bass & Avolio (1992) mengembangkan instrumen survei Multifactor
ada dalam pikiran orang ketika karyawan menggambarkan pemimpin ideal. Bass juga menyatakan transformational leadership lebih efektif dan sukses (Bass 1990).
leadership adalah prototipe kepemimpinan yang
seorang pemimpin melepaskan tanggung jawab dan menghindari membuat keputusan (Bass, 1998) Laizzes-faire leadership memiliki satu faktor yaitu laizzes-faire itu sendiri. Transformational
Management-By-Exception. Dan laizzes-faire leadership merupakan tanpa kepemimpinan,
sebagai berikut: Contigent Reward dan
leadership terbagi menjadi dua faktor yaitu
products, market sensing, collaboration with partner, focus on high value customer, market responsiveness, customer as assets, information
transparency, dan (networked) supply chain leadership.
performance. Competitive advantage suatu
learning organization dan memberikan pengaruh
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
leadership style memiliki dampak positif terhadap competitive advantage.
dapat menentukan kesuksesan suatu organisasi (Bass & Avolio, 1998). Peranan leadership style sangat penting untuk dapat mencapai competitive advantage karena leadership style dijalankan oleh seorang pemimpin yang dikenal sebagai tulang punggung organisasi dan sumber utama di dalam organisasi (Khan, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2013) menunjukkan bahwa
Leadership merupakan sebuah kunci yang
Hubungan Leadership Style terhadap Competitive Advantage
advantage.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa learning organization memberikan pengaruh positif terhadap competitive advantage. Sehingga hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H2: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara learning organization terhadap competitive
Kreativitas dapat digunakan untuk membantu, memimpin, dan mengubah organisasi untuk menciptakan competitive advantage terhadap kompetitor, namun kreativitas organisasi bukan hanya tergantung pada bagaimana pemimpin mendesain organisasi dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk mengembangkan kreativitas, tetapi juga tergantung pada bagaimana pemimpin dapat menginspirasi setiap orang untuk mengembangkan kompetensi dengan baik (Agbor, 2008). Inovasi dalam perusahaan secara tidak langsung merupakan salah satu dimensi dalam menciptakan competitive advantage (Li, B.Ragu- Nathan, & T. S. & Rao, 2006). Djonlagic, Delic, dan Kovacevic-Rahmanovic (2013) mengatakan bahwa learning organization merupakan konsep yang penting untuk pembentukan competitive advantage.
advantage suatu perusahaan (Slater & Naver, 1995).
suatu organisasi dan individu didalamnya belajar secara terus menerus serta mentransformasikan pengetahuan, keahlian organisasi diciptakan dalam organisasi sehingga mempunyai pengetahuan yang tinggi serta kemampuan tim yang dinamis dalam mencapai competitive
pengaruh yang positif terhadap organizational
Hubungan Leadership Style terhadap Learning Organization
behavioural and cognitive changes memiliki
O Garvin (1993) menyatakan bahwa
Hubungan Learning Organization terhadap Competitive Advantage
organization.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa leadership style memberikan pengaruh positif terhadap learning organization. Sehingga hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara leadership style dengan learning
leadership style memiliki pengaruh positif pada learning organization.
positif pada penekanan dan mendorong kerja sama tim dan keterlibatan di tempat kerja. Dan juga, Bass (1997) dan Bass & Avolio (1990) menemukan bahwa transactional leadership membantu mengembangkan efisiensi learning organization. Dengan demikian, dapat diduga bahwa kedua
transformational leadership memiliki pengaruh
Seorang pemimpin yang baik adalah mampu mengenali dan mengadopsi leadership style yang paling sesuai situasi (Mahseredjian, Karkoulian, & Messarra, 2011). Lam (2002) dan Sadler (2001) menemukan bahwa
dengan perubahan lingkungan dan meningkatkan tingkat inovasi berhubungan dengan proses kerja, produk dan aplikasi dan pengembangan teknologi (Senge , 1990 ; Watkins dan Marsick , 1993).
organization dapat beradaptasi ketika berhadapan
Pemimpin tidak hanya menggunakan satu cara untuk mempertahankan organisasi agar organisasi mampu beradaptasi terhadap keadaan lingkungan yang berubah secara terus menerus karena kondisi bisnis yang tidak menentu dan banyaknya kompetitor (Garvin, 1993). Marquardt (1996) mengatakan bahwa peran sebagai instruktor, pelatih, dan mentor merupakan aspek terpenting dari leadership dalam pembentukan learning organization. Pemimpin dapat membekali karyawannya dalam learning organization dengan pengetahuan yang efisien dan relevan untuk mengatasi situasi yang baru untuk tetap kompetitif di dunia bisnis. Salah satu manfaat menjadi learning organization adalah meningkatnya kemampuan beradaptasi. Learning
positif terhadap competitive advantage. Sehingga hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H3: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara leadership style terhadap competitive
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menguji hubungan leadership
style terhadap competitive advantage dengan learning organization sebagai interveving
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jawa Timur. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai informasi yang berhubungan dengan penelitian, meliputi model analisis, definisi operasional variabel, skala pengukuran, jenis dan sumber data, instrumen dan pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik sampling, unit analisis, rancangan kuisioner dan teknik analisi data.
Tabel 2. Menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki lama bekerja 3 hingga 10 tahun.
variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara leadership style dan
31 44% Total 70 100%
70 100% Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 39 56% Perempuan
7 10% 21-30 tahun 6 9% Total
Lama Bekerja Frekuensi Persentase 3-10 tahun 57 81% 11-20 tahun
Data berupa jawaban responden yang
Tabel 3. Menunjukan mayoritas responden memiliki jabatan sebagai staff.
12 17.2% Total 70 100%
50 71.4% Supervisor 8 11.4% Manajer
Tabel 3. Profil Responden Berdasarkan Jabatan Jabatan Frekuensi Persentase Staff
Tabel 2. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melaluipenyebaran kuisioner kepada para karyawan dengan pengalaman kerja 3 tahun pada perhotelan bintang tiga sampai lima yang berada di Jawa Timur. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka dan penyebaran kuisioner.
Tabel 1. Menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki- laki.
learning organization dalam meningkatkan competitive advantage pada industri perhotelan di
industri perhotelan di Jawa Timur. Kuisioner yang berhasil dikumpulkan didapatkan dari 41 hotel di Jawa Timur dengan masing-masing perusahaan diwakili 1 atau 2 karyawan dengan masa jabatan minimal 3 tahun sehingga kuisioner yang terisi ada 70 kuisioner.
learning organization, dan financial performance
Melalui penyebaran kuisioner, peneliti memperoleh data mengenai leadership style,
Manfaat dari kelompok pernyataan ini adalah untuk menganalisa hipotesa yang telah dibuat sebelumnya. Dalam penelitian kuantitatif, pemilihan teknik analisis statistiska merupakan bagian yang penting dalam menguji hipotesis Penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square).
c. Variabel Terikat: Competitive Advantage yang diadopsi dari Ramaswami, Bhargava and Srivastava (2004 yang disesuaikan dengan obyek peneliti.
b. Variabel Perantara: Learning organization yang diadopsi dari Demers, 2009 dikembangkan dari Marsick, dan Watkins, 2003.
Kuisioner yang dilampirkan terdiri dari tiga bagian: a. Variabel Bebas: Leadership style yang diadopsi dari Bass dan Avolio, 1998 dikutip oleh Cilliers, 2006.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa Partial Least Square (PLS) yang merupakan agian sekaligus alternatif dari analisa Structural Equation Modeling (SEM)
Populasi dalam penelitian ini adalah perhotelan di Jawa Timur bintang tiga hingga lima di Jawa Timur. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 41 hotel bintang tiga sampai lima di Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling.
Tabel 1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
- – Nilai Terendah = 4 = 0.8 Kelas Jumlah Kelas
System Connection
Dialogue and Inquiry
3.56 Mampu
Team Learning
3.44 Mampu
Embedded System
3.73 Mampu
Empowerment
3.74 Mampu
3.50 Mampu
ditabulasikan dan dicari nilai rata-ratanya setiap indikator ketiga variabel untuk mengetahui keadaan sebenarnya dilapangan. Untuk memperoleh rata- rata, sebelumnya peneliti menentukan interval kelas yang dicari dengan rumus:
Strategic Leadership
3.94 Mampu
3.62 Mampu Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) learning organization secara keseluruhan adalah 3.62. Hal ini menunjukkan bahwa responden, yaitu para karyawan hotel menilai tempat bekerja mereka mampu menerapkan
learning organization.
Indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah indikator strategic leadership, dimana indikator tersebut memiliki rata-rata sebesar 3.94 dan tergolong dalam kategori mampu. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran dalam industri perhotelan tersebut tinggi karena setiap pemimpin dalam perusahaan selalu mencari kesempatan untuk belajar secara secara terus-menerus.
Sedangkan indikator yang memiliki nilai rata-rata paling rendah adalah indikator
continuous learning dan team learning, dengan
nilai rata-rata sebesar 3.44 dan tergolong dalam kategori mampu. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin kurang memberikan kesempatan bagi setiap karyawan dalam perusahaan untuk belajar secara terus menerus dan setiap kelompok kurang mampu dalam memperbaiki pemikiran mereka sebagai hasil dari diskusi atau pengumpulan informasi.
3.44 Mampu
Tabel 6. Deskripsi Jawaban Responden Learning Organization Indikator Mean Kategori Continuous Learning
3.08. Hal ini menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan yang cenderung menarik diri dari peran kepemimpinan kurang cocok untuk diterapkan dalam industri perhotelan.
faire leadership, dengan nilai rata-rata sebesar
Sedangkan indikator yang memiliki nilai rata-rata paling rendah adalah indikator laissez-
Interval = Nilai Tertinggi
5 Berdasarkan interval kelas diatas maka
disusunlah kriteria rata- rata jawaban responden berikut ini :
Tabel 4. Kategori Rata-Rata Jawaban Responden Interval Kategori 4,20 < rata- rata ≤ 5,00
Sangat Mampu 3,40 <rata- rata ≤ 4,20 Mampu
MEAN TOTAL
3.39 Kadang- kadang Laizzes-faire
3.43 Mampu Management-by- Exception
3.50 Mampu Contingent Reward
3.08 Kadang- kadang
3.50 Mampu Intellectual Stimulation
3.40 Kadang- kadang Inspirational Motivation
Tabel 5. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Leadership Style Indikator Mean Kategori Idealized Influence
2,60 < rata- rata ≤ 3,40 Kadang- Kadang 1,80 < rata- rata Tidak Mampu 1,00 < rata- rata ≤ 1,80 Sangat Tidak Mampu
MEAN TOTAL
3.41 Mampu
Berdasarkan tabel 5, penilaian responden terhadap leadership style, menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) variabel leadership style secara keseluruhan adalah 3.41 dan tergolong dalam kategori mampu. Indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah indikator
intellectual stimulation yang termasuk dalam transformational leadership, dengan rata-rata
sebesar 3.55 dan tergolong dalam kategori mampu. Hal tersebut menunjukkan bahwa
transformational leadership dalam industri
perhotelan paling tinggi karena setiap pemimpin dalam industri perhotelan mampu memotivasi para karyawan untuk mencapai kinerja yang unggul.
3.55 Mampu Individualized Consideration
Tabel 7. Deskripsi Jawaban Responden Analisa Model Struktural Mengenai Competitive Advantage Gambar 1. Output Model Pengukuran Indikator Mean Kategori
Mampu
Develop
3.85 Differentiated
Products
Mampu
Collaboration with
3.54 Partners Mampu
4.00 Market Sensing Mampu
Responsiveness:
3.88 Customer and
Competitor Evaluasi Outer Model
Mampu
Focus on High-
3.95 Value Customers
Uji Validitas (Validitas Konvergen)
Mampu
3.99 Customer as Assets Mampu
Information Tabel 8. Nilai Outer Loading
4.08 Transparency CA LO LS
Mampu
(Networked) Supply CA1
0.713549 Chain Leadership
CA2 0.728888
MEAN TOTAL Mampu
3.89 CA3
0.858260 CA4
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rata- 0.774032 rata (mean) competitive advantage secara
CA5 0.796869
keseluruhan adalah 3.89 dan tergolong dalam
CA6 0.735249
kategori mampu. Hal ini menunjukkan bahwa
CA7 0.732931
responden, para karyawan hotel menilai tempat
CA8 0.669727
bekerja mereka memiliki keunggulan bersaing
LO1
tersendiri yang berbeda dibandingkan dengan
0.822125 perusahaan lain.
LO2 0.834561
Indikator yang memiliki nilai rata-rata
LO3 0.819361
paling tinggi adalah information transparency,
LO4 0.850146
dengan rata-rata sebesar 4.08 dan tergolong dalam
LO5 0.847067
kategori mampu. Hal ini membuktikan bahwa
LO6
responden, yaitu para karyawan hotel menilai
0.883807
tempat bekerja mereka mampu berbagi informasi
LO7 0.856982
dengan para supplier, termasuk travel agent dan
LS1 0.894444
online travel. Pelanggan dapat mengakses hotel
LS2 0.897117
dengan lebih mudah melalui travel agent dan
LS3 online travel, semakin banyaknya pelanggan yang
0.902899
memiliki loyalitas tinggi pada perusahaan,
LS4 0.920973
semakin tinggi pula pendapatan dan keuntungan
LS5 0.807105 yang didapat perusahaan.
LS6 0.784957
Sedangkan indikator yang memiliki nilai rata-rata
LS7
paling rendah adalah Collaboration with Partners, 0.649251 dengan rata-rata sebesar 3.54 dan tergolong dalam Table 8 di atas menunjukkan bahwa semua kategori mampu. Nilai tersebut menjelaskan
outer loading >0.50 sehingga dapat dinilai
bahwa responden, yaitu para karyawan hotel signifikan secara praktikal. Pada variable menilai bahwa tempat bekerja mereka kurang
leadership style, outer loading tertinggi tampak
mampu menggunakan tim lintas fungsi dalam pada dimensi LS4 yaitu individual consideration. mendesain produk baru.
Pada variable learning organization, outer loading tertinggi tampak pada dimensi LO6 yaitu system
advantage, outer loading tertinggi terdapat pada indikator CA3 yaitu market sensing.
2
LS-> CA 0.728764 14.967294
LS -> LO 0.441996 4.830022
Nilai R square 0.615692 menunjukkan bahwa variasi perubahan variabel competitive advantage dapat dijelaskan oleh variabel leadership style dan learning organization sebesar 61.57%. Nilai R² 0.195360 menunjukkan bahwa variasi perubahan variabel learning organization dapat dijelaskan oleh variabel leadership style sebesar 19.53%.
Total nilai R² di atas dapat digunakan untuk menghitung secara manual goodness of fit (GOF) model karena aplikasi perangkat lunak PLS tidak menyediakan menu khusus untuk menghitung GOF. Dari nilai R² di atas, maka nilai Q² = 1-((1-0.615692) x (1- 0.195360)) = 0.69077 = 69.08%. Dengan demikian model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan informasi yang terkandung dalam data sebesar 69.08% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain (variabel lain di luar penelitian ) sebesar 30.92%. Nilai Q2 semakin mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa model semakin baik, model tersebut fit dengan data atau dengan kata lain mampu mencerminkan realitas/fenomena yang ada di
Ave Akar Ave CA LO LS C A 0.5671
69 0.753106234
1 L O 0.7142 20 0.845115376
T Statistics (|O/STERR|)
7
0.58 3009
1 L S 0.7081 96 0.841543819
4
0.72 8764 0.44199
6
LO -> CA 0.324242 5.602985
Original Sample (O)
Uji Validitas (Validitas Diskriminan) Tabel 9. AVE dan Korelasi antar Konstruk Tabel 10. Nilai Cross Loading
Tabel 12. Nilai Cronbach’s Alpha
CA LO LS CA1 0,713459 0,569634 0,484319 CA2 0,728888 0,443562 0,608928 CA3 0,858260 0,532594 0,672898 CA4 0,774032 0,325370 0,644872 CA5 0,796869 0,486191 0,545859 CA6 0,735249 0,334728 0,508070 CA7 0,732931 0,472188 0,448825 CA8 0,669727 0,304016 0,415776 LO1 0,558309 0,822125 0,390480 LO2 0,456995 0,834561 0,320591 LO3 0,430910 0,819361 0,439853 LO4 0,449925 0,850146 0,372566 LO5 0,463283 0,847067 0,239865 LO6 0,503089 0,883807 0,425404 LO7 0,560487 0,856982 0,392399 LS1 0,692756 0,386361 0,894444 LS2 0,666229 0,341947 0,897117 LS3 0,696519 0,297837 0,902899 LS4 0,616981 0,396258 0,920973 LS5 0,645778 0,558000 0,807105 LS6 0,460473 0,365527 0,784957 LS7 0,443080 0,184869 0,649251
Berdasarkan table cross loading di atas dapat disimpulkan bahwa masing- masing indikator yang ada di dalam suatu variabel laten memiliki perbedaan dengan indikator di variabel lain yang ditunjukkan dengan skor loadingnya yang lebih tinggi di konstruknya sendiri. Dengan demikian, model telah mempunyai validitas diskriminan yang baik.
Tabel 11. Nilai Composite Reliability Composite Reliability
CA 0.912506
LO 0.945899
LS 0.943797
Cronbach ’s Alpha
Tabel 13. Hasil Inner Weight
CA 0.890267
LO 0.933338
LS 0.929290
Pada tabel 11 dan 12, menunjukkan bahwa baik composite reliability maupun nilai
cronbach’s alpha telah memenuhi rule of thumb. Hasil ini
menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini telah reliable.
1
- > Competitive
- 0.441996 x
Kenyataan yang terdapat dilapangan mencerminkan presepsi karyawan terhadap perusahaan. Karyawan menilai industri perhotelan di Jawa Timur lebih memperhatikan penerapan information
Pada variabel learning organization, indikator yang memiliki nilai outer loading tertinggi adalah system connection. Hal tersebut membuktikan bahwa system berpengaruh terhadap variabel learning
organization dalam penelitian ini, karena
organisasi dapat terus menerus belajar dengan perluasan kapasitasnya (Watkins & Marsick, 2003). Sedangkan jika dilihat dari hasil rata-rata (mean), indikator strategic
leadership memperoleh hasil mean yang
paling tinggi. Kenyataan yang terdapat dilapangan mencerminkan presepsi karyawan terhadap perusahaan. Karyawan menilai industri perhotelan di Jawa Timur lebih memperhatikan penerapan strategic
leadership dibandingkan dengan penerapan system connection.
Pada variabel competitive advantage, indikator yang memiliki nilai outer loading tertinggi adalah market sensing. Hal tersebut membuktikan bahwa market sensing adalah indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel competitive advantage. Sedangkan jika dilihat dari hasil rata-rata (mean), indikator memperoleh hasil mean yang paling tinggi adalah information transparency.
transparency dibandingkan dengan
paling tinggi. Kenyataan yang terdapat dilapangan mencerminkan presepsi karyawan terhadap perusahaan. Karyawan menilai industri perhotelan di Jawa Timur lebih memperhatikan penerapan intellectual
penerapan market sensing. Perusahaan harus lebih mengamati dan merespon tren dan kejadian di pasar secara terus menerus dan berkelanjutan. Dengan market sensing organisasi dapat menyadari keadaan pasar dan kebutuhan pelanggan, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih bagi pelanggan (Ramaswami, Bhargava and Srivastava, 2004).
Dari olah data yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa ketiga hipotesis dapat diterima: 1)
Terdapat hubungan positif dan signifikan
leadership style terhadap learning organization.
Dari hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa leadership style memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap
learning organization. Hal ini dapat dilihat
dari path coefficient dari variabel leadership
style terhadap learning organization sebesar
stimulation dibandingkan dengan penerapan individual consideration.
stimulation memperoleh hasil mean yang
bahwa model yang diuji menghasilkan nilai aktual tanpa error. Berdasarkan hasil tersebut, model struktural pada penelitian telah memiliki goodness of fit yang cukup baik.
Leadership Style -> Financial Performance
Tabel 14. Direct dan Indirect Effect
Pengaruh
Direct effect Indirect effect
Leadership Style -> Learning Organization
0.441996 -
Learning Organization
Advantage
0.324242 -
0.585451 -
membuktikan bahwa individual consideration adalah indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel leadership style dalam penelitian ini., karena kreativitas tergantung pada bagaimana pemimpin dapat menginspirasi setiap orang untuk mengembangkan kompetensi yang baik (Agbor, 2008). Sedangkan jika dilihat dari hasil rata-rata (mean), indikator intellectual
Leadership Style
terhadap Competitive
Advantage melalui Learning Organization
0.324242 = 0.143314
Berdasarkan tabel 14, hubungan yang paling berpengaruh langsung adalah hubungan antara
leadership style dan competitive advantage.
Berdasarkan nilai outer loading pada variabel leadership style, indikator yang memiliki nilai outer loading tertinggi adalah
individual consideration. Hasil tersebut
0.441996, dimana semakin mendekati angka 1 maka hubungan dinyatakan kuat berpengaruh. Pengaruh positif ditunjukkan dengan nilai original sample untuk menunjukkan sifat hubungan antar variabel tersebut, yaitu sebesar 0.441996 dan pengaruh sebesar 4.830022, dimana lebih besar dari nilai T-table 1.96. Nilai R square pada variabel
learning organization sebesar 0.195360, yang
oleh seorang pemimpin yang dikenal sebagai tulang punggung organisasi dan sumber utama di dalam organisasi (Khan, 2013). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sedangkan sisanya sebesar 38.43% dipengaruhi oleh variabel lain. Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara
leadership style dengan peningkatan competitive advantage dengan tingkat
kekuatan hubungan yaitu kuat.
Hasil penelitian ini didukung oleh
p enelitian yang dilakukan oleh Khan (2013)
menunjukkan bahwa leadership style memiliki dampak positif terhadap competitive
advantage. Peranan leadership style sangat
penting untuk dapat mencapai competitive
advantage karena leadership style dijalankan
learning organization dan memberikan
berarti variasi perubahan variabel competitive
pengaruh positif terhadap competitive
advantage. Leadership style merupakan
sebuah kunci yang dapat menentukan kesuksesan suatu organisasi (Bass & Avolio, 1998).
Pengaruh langsung leadership style (LS) terhadap competitive advantage (CA) lebih besar, yaitu sebesar 0.585451 dibanding dengan pengaruh tidak langsung melalui
learning organization. Variabel learning organization kurang dapat memediasi
hubungan antara variabel leadership style dan
competitive advantage. Pengaruh pemimpin
sangat kuat sekali, sehingga karyawan hotel masih sangat bergantung pada pemimpinnya.
KESIMPULAN
advantage dapat dijelaskan oleh variabel leadership style adalah sebesar 61.57%,
leadership style terhadap competitive advantage. Nilai R square pada variabel competitive advantage sebesar 0.615692, yang
berarti variasi perubahan variabel learning
berarti bahwa variasi variabel competitive
organization dapat dijelaskan oleh variabel leadership style adalah sebesar 19.54 %,
sedangkan sisanya sebesar 80.46% dipengaruhi oleh variabel lain. Hal ini berarti perbedaan leadership style yang diterapkan pada perhotelan di Jawa Timur mempengaruhi learning organization yang ada pada organisasi.
Hasil penelitian ini secara keseluruhan mendukung penelitian Mahseredjian, Karkoulian & Messarra, 2011 bahwa leadership style berpengaruh positif dan signifikan terhadap learning organization. Hal tersebut dikarenakan pemimpin memainkan peran penting dalam mendukung pembelajaran dalam organisasi karena pemimpin merupakan pembelajar sendiri yang bertanggung jawab untuk memotivasi pengikutnya untuk belajar terus-menerus untuk mencapai learning organization (Marquardt, 1996).
2) Terdapat hubungan positif dan signifikan
learning organization terhadap competitive advantage.
Pengaruh learning organization (LO) terhadap competitive advantage (CA) menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari path
coefficient dari variabel learning organization
terhadap competitive advantage sebesar 0.324242, dimana semakin mendekati angka 1 maka hubungan dinyatakan kuat berpengaruh. Pengaruh positif ditunjukkan dengan nilai original sample untuk menunjukkan sifat hubungan antar variabel tersebut, yaitu sebesar 0.324242 dan pengaruh signifikan ditunjukkan oleh nilai T-statistic sebesar 5.602985, dimana lebih besar dari nilai T-table 1.96. Nilai R-square pada variabel
competitive advantage adalah 0.615692 yang
advantage dapat dijelaskan oleh variabel learning organization sebesar 61.57%. Hal ini
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan
berarti learning organization pada perhotelan di Jawa Timur mempengaruhi competitive
advantage yang dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah learning
organization berpengaruh positif dan
signifikan terhadap competitive advantage sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh
(2013), yang mengatakan bahwa learning
organization merupakan konsep yang penting untuk pembentukan competitive advantage.
3) Terdapat hubungan positif dan signifikan
leadership style terhadap competitive advantage.
Kebutuhan pelanggan yang semakin kompleks mengharuskan perusahaan advantage perusahaan (Awwad, 2011). Competitive advantage dapat dihasilkan perusahaan melalui kreativitas, dapat diterapkan dengan pengembangan inovasi (Li et al. 2006). Kreativitas juga tergantung pada bagaimana pemimpin dapat menginspirasi setiap orang untuk mengembangkan kompetensi yang baik (Agbor, 2008). Oleh karena itu penelitian ini dibuat untuk meneliti Hubungan Leadership Style Terhadap Competitive Advantage melalui Learning Organization sebagai Intervening Variable pada Industri Perhotelan di Jawa Timur.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara leadership style terhadap learning organization.
Asiya, S., & Kazmi, Z. &. (2012). Entrenching Strategic Competitive Advantage through Transformational Leadership.
Agbor, E. (2008). Creativity and Inovation: The Leadership Dynamic. Journal of Strategic Leadership (1), 39-45.