KONFLIK BATIN TOKOH BASRI DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH KARYA HAMSAD RANGKUTI (ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA) Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  

KONFLIK BATIN TOKOH BASRI

DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH

KARYA HAMSAD RANGKUTI

(ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA)

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh

Fransiskus Kresno Widiat Moko

NIM : 004114062

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.

  Bapak dan I bu tercinta 2. Kedua Adikku Yoyok dan D evi yang kusayang 3. M bah Sastrorejo Kakung dan Puteri 4. M bah Kartorejo Kakung (Alm) dan Puteri

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

kasih, kekuatan dan rahmat-Nya dari hari ke hari sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dorongan dan

bimbingan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, skripsi ini tidak

dapat terselesaikan. Untuk itu dengan tulus dan kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum dosen pembimbing I yang telah membantu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari awal hingga akhir skripsi selesai.

  2. Ibu S.E. Peni Adji, S.S. M. Hum dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan pertimbangan dengan penuh kesabaran.

  3. Drs. Hery Antono, M, Hum dosen Sastra Indonesia yang selalu memberi dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan kuliahnya.

  4. Dra. Tjandrasih Adji, M. Hum dosen Sastra Indonesia terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing kepada penulis.

  5. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum; Dr. Alex Sudewa; Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum; Drs. FX. Santoso, M.S; Drs. P. Ari Subgyo, M. Hum dosen Sastra Indonesia penulis mengucapkan terimakasih banyak atas ilmu yang telah diajarkan kepada penulis. Semoga berguna bagi penulis.

6. Bapak dan ibuku tersayang yang telah dengan sabar mendoakan,

  memperlancar penulisan skripsi ini. Maaf kalau terlalu lama, tetapi akhirnya selesai juga.

  7. Kedua adik-adikku tersayang, Yoyok dan Devi yang selalu memberi semangat dan dorongan. Mas salut sama semangat dan kerja keras kalian sehingga dapat menyelesaikan studi dengan nilai yang memuaskan. I miss you a ll.

  8. Mbah kakung dan mbah putri yang dengan penuh kasih sayang mendoakan, memberi semangat, memberi nasihat-nasihat dan juga omelan-omelan tetapi hal ini membuatku terus maju dan berkembang. Serta uang sakunya setiap kali mau pulang ke Jogya walau kadang kutolak tetapi mba h kadang memaksa sampai-sampai hilang dua kali.

  9. Om dan bulikku tersayang yang selalu mendoakan memberi nasihat dan dukungannya. I’ll always remember that.

  10. Retha tersayang yang sudah menemaniku selama aku kuliah di Jogya. Aku tida k akan pernah melupakan sayang yang kamu telah berikan. Tanpa kamu aku belum bisa menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Tuhan memberkatimu.

  11. Anak-anak angkatan 2000 yang sudah mau berbagi sama aku terutama Dion, Eko, Sigit, Kelik, Hendro, Yadi, dan Alm Joe (semoga kebaikanmu diterima di sisi-Nya).

  12. Teman-temanku Gagat, Dika, dan Faqih. Thanks atas pinjemannya good luck. langsung maupun tidak langsung. Penulis berharap semoga Tuhan akan membalas semua kebaikan yang telah anda berikan pada penulis.

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Namun,

penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat berguna bagi banyak pihak

dan khususnya bagi para pembaca sekalian.

  Yogyakarta, 24 Nove mber 2006 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 24 November 2006 Penulis

  

ABSTRAK

Widiat Moko, Kresno. 2006. Konflik Batin Tokoh Basri dalam Novel Ketika Lampu

Berwarna Merah. Karya Hamsad Rangkuti: Analisis Psikologi Sastra.

  Skripsi S-1. Sastra Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Penelitian ini mengkaji konflik batin Basri dalam novel Ketika Lampu

Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif. Metode ini digunakan untuk memaparkan antara lain: tokoh, alur, latar

serta relasi antarunsur dan digunakan untuk memaparkan konflik batin tokoh Basri

dalam Novel Ketika Lampu Berwarna Merah.

  Konflik batin Basri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (i) konflik batin Basri sebelum pergi ke ibu kota; (ii) konflik batin Basri sesudah pergi ke ibu kota. Konflik batin yang terjadi sebelum tokoh Basri pergi ke ibu kota disebabkan

oleh keramaian kota Jakarta yang dilihatnya lewat layar televisi di halaman kantor

kelurahan.

  Konflik batin yang terjadi sesudah tokoh Basri pergi ke ibu kota dibedakan

berdasarkan peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya konflik batin, yaitu: (i) Basri

mengalami penolakan dari pedagang martabak; (ii) saat Basri menceritakan

perasaannya pada teman-teman betapa ia merindukan kampung halaman, ayah, dan

ibunya; (iii) ketika Basri menolong Sulistinah saat digendong laki-laki yang tidak

dikenal; (iv) saat Basri menolak ikut pergi bersama ayah, ibu, dan penduduk desa ke

tempat mereka dipindahkan.

  Kebutuhan-kebutuhan dasar tokoh Basri selalu muncul lebih dari satu secara

bersamaan. Di dalam pemenuhannya tokoh Basri tidak mungkin memenuhinya

dalam waktu yang bersamaan.

  

ABSTRACT

Widiat Moko, Kresno. 2006. The Inner Conflict of Basri Character on Ketika Lampu

Berwarna Merah. The work of Hamsad Rangkuti: Psychological

  Literatur Analysis. S-1 Thesis. Indonesian Literature. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. The research investigated the innfer conflict of Basri character on the novel

of Hamsad Rangkuti, Ketika Lampu Berwarna Merah. The research uses a

descriptive method. The method was used to explain: character, plot, background and

the relation of interelement and to explain the inner conflict of Basri character on

Ketika Lampu Berwarna Merah.

  The inner conflict of Basri character can be divided into: (i) the inner conflict

of Basri character before he go to the capital city, (ii) the inner conflict of Basri

character after he went to the capital city.

  The inner conflict of Basri character before he go to the capital city caused by after he seen the lively of Jakarta city on the television at the village office. The inner conflict after Basri character went to the capital city differended

based on the accident which forms the inner conflict of Basri character, the

researcher divides into: (i) Basri experienced the refusal of martabak seller, (ii) Basri

revealed his feeling to his friends about how much he longing to his village, his

father and mother, (iii) Basri helped Sulistinah when she was carried by an unknown

man, (iv) Basri refused to go with his father, mother and another villagers to the

place where they were moved.

  The basic needs of Basri character was always appear more than one at once.

In the fulfillment of the needs, it was impossible for him to fulfill the needs at once.

This make the researcher to conclude that Basri character experienced the inner

conflict.

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

  

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.............................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv

KATA PENGANTAR........................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ viii

ABSTRAK............................................................................................................ ix

ABSTRACT ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

  1 1.1 Latar Belakang ................................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................

  3 1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................

  3 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................

  4 1.5 Tinjauan Pustaka / Landasan Teori .................................................

  4 1.5.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................

  4 1.5.2 Teori Struktural.........................................................................

  5 1.5.2.1 Tokoh..............................................................................

  6 1.5.2. 2 Alur .................................................................................

  7

  1.5.2.3.2 Latar Sosial.........................................................

  11 1.5.2.3.3 Latar Waktu........................................................

  11 1.5.3 Psikologi Sastra.........................................................................

  12 1.5.4 Psikologi Abraham Maslow ......................................................

  13 1.5.4.1 Kebutuhan Fisik .............................................................

  15 1.5.4.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman..........................................

  16 1.5.4.3 Kebutuhan Akan Dicintai dan Dimiliki..........................

  17 1.5.4.4 Kebutuhan Akan Penghargaan .......................................

  17 1.5.4.5 Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri...................................

  18 1.5.5 Konflik Batin Tokoh .................................................................

  19 1.6 Metode Penelitian.............................................................................

  20 1.6.1 Pengumpulan Data ....................................................................

  20 1.6.2 Pendekatan................................................................................

  20 1.6.3 Metode Penelitian .....................................................................

  21 1.6.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................

  22 1.7 Sumber Data .....................................................................................

  22 1.8 Sistematika Penyajian ......................................................................

  22 BAB II ANALISIS STRUKTUR TOKOH, ALUR, LATAR DAN RELASI ANTARUNSUR .....................................................................

  24 2.1 Tokoh ...............................................................................................

  24 2.1.1 Tokoh Protagonis ......................................................................

  24

  

2.1.2.1 Pipin ................................................................................

  29

2.1.2.2 Sulistinah ........................................................................

  30

2.1.2.3 Kartijo .............................................................................

  34 2.2 Alur .................................................................................................

  36 2.2.1 Paparan......................................................................................

  37 2.2.2 Rangsangan...............................................................................

  38 2.2.3 Gawatan ....................................................................................

  39 2.2.4 Tikaian ......................................................................................

  40 2.2.5 Rumitan.....................................................................................

  41 2.2.6 Klimaks .....................................................................................

  42 2.2.7 Leraian ......................................................................................

  43 2.2.8 Selesaian....................................................................................

  43 2.3 Latar .................................................................................................

  45 2.3.1 Latar Tempat.............................................................................

  45

2.3.1.1 Perempatan Lampu Lalu Lintas .....................................

  45

  2.3.1.2 Pedagang Martabak Dekat Restoran Can Nyan di Jalan Sabang...............................................................

  46

2.3.1.3 Monumen Nasioal ..........................................................

  46

2.3.1.4 Panggung Orkes .............................................................

  47

2.3.1.5 Belakang Tembok Gudang Beras...................................

  47

2.3.1.6 Emper Toko....................................................................

  48

  2.3.3 Latar Sosial ...............................................................................

  51 2.4 Relasi Antarunsur .............................................................................

  54 BAB III ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH BASRI MENGGUNAKAN TEORI ABRAHAM MASLOW ...........................

  56 3.1Konflik Batin.....................................................................................

  58

  3.1.1 Konflik Batin yang Terjadi Sebelum Tokoh Basri Pergi ke Ibu Kota .....................................................................................

  60

  

3.1.2 Konflik batin yang Terjadi Sesudah Tokoh Basri Pergi ke

Ibu Kota .....................................................................................

  62

  3.1.2.1 Basri Mengalami Penolakan dari Pedagang Martabak........................................................

  63 3.1.2.2 Perasaan Basri tentang Kampung Halaman.......

  64

  3.1.2.3 Ketika Basri Menolong Sulistinah Saat Digendong Laki-Laki tidak Dikenal .................................................

  66

  3.1.2.4 Saat Basri Menolak Ikut Pergi Bersama Orang tua dan Penduduk Desa ke Tempat Mereka Dipindahkan...

  67 BAB IV PENUTUP ..............................................................................................

  72 4.1Kesimpulan........................................................................................

  72 4.2Saran..................................................................................................

  76 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 1979: 1). Menurut Luxemburg (1989: 12) dalam suatu cerita, novel atau sajak, hubungan antara tokoh atau situasi yang digambarkan sesuai dengan kenyataan sama sekali lain. Pada umumnya tak mungkin diteliti apakah dalam teks semacam itu keadaan yang digambarkan sesuai dengan kenyataan: kalaupun mungkin, tidak ada gunanya.

  Menurut Oemardjati (1970: 153-154) sastra tidak saja lahir karena fenomena logis, tetapi juga karena kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, juga fiktif yang dapat dipertanggungjawabkan. Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapatnya, kesan-kesan, perasaannya terhadap sesuatu. Apa yang dikemukakan Oemarjati benar. Ketika menciptakan novel KLBM, Hamsad Rangkuti ingin menyampaikan pikiran, pendapat, kesan-kesan, dan perasaannya tentang orang-orang kecil. Jadi novel KLBM karya Hamsad Rangkuti tidak lahir begitu saja, tetapi karena sastrawan ingin menyampaikan pikiran, pendapat, kesan-kesan, dan perasaannya tentang orang-orang kecil.

  Apabila ditinjau dengan saksama, apa yang dilakukan oleh seorang kritikus sastra sebenarnya sangat sederhana. Ia mengambil setiap karya sastra yang mana pun dan bagaimanapun wujudnya untuk dibaca. Ia membaca setiap karya yang bisa dia dapatkan, entah siapa pun penulisnya, lepas dari rasa senang atau tidak, baik terhadap buku itu maupun penulisnya (Hardjana, 1985: 19).

  Penulis merasa tertarik dengan novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti karena kehidupan yang tercermin dalam novel ini, yakni kehidupan sekelompok anak-anak pengemis yang kerap ditemukan di perempatan jalan utama ibu kota. Selain itu, ada kehidupan lain yang saling bersinggungan, seperti peminta -minta, pemulung, pelacur, dan tentang robohnya bangunan sebuah komunitas untuk dan atas nama pembangunan (Hamsad, 2001: vi). Kehidupan yang pelik dengan permasalahan fisik maupun psikis.

  Basri sebagai tokoh utama dalam novel ini, dilukiskan sebagai tokoh yang memiliki intensitas keterlibatan yang lebih banyak dengan tokoh lain di dalam cerita. Sebab dari awal cerita pun penga rang telah melukiskan Basri sebagai anak laki-laki yang memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh lainnya. Selain itu, konflik batin tokoh Basri dalam novel yang kemudian disingkat KLBM karya Hamsad Rangkuti sejauh pengetahuan penulis belum pernah ditulis baik sebagai karya ilmiah maupun makalah-makalah ilmiah. Oleh karena itu, penulis mengangkat permasalahan tersebut menjadi topik pembicaraan dalam karya tulis ini.

  Dalam kajian ini, penulis mencoba menangkap dan menyimpulkan aspek- aspek psikologis yang tercermin dalam perwatakan tokoh-tokoh dalam karya sastra dengan tanpa mempertimbangkan aspek biografi pengarangnya. Penulis dapat menganalisis psikologi para tokoh melalui dialog dan perilakunya dengan menggunakan sumbangan pemikiran dari aliran psikologi Abraham Maslow. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh penulis sastra dalam kajian ini lebih merupakan upaya mencari kesejajaran aspek-aspek psikologi dalam diri Basri melalui dialog, perwatakan dan sebagainya dalam suatu karya dengan pandangan tentang psikologis manusia menurut aliran psikologi tertentu (Roekhan via Nurhadi, 1987: 148-149).

  Dengan permasalaha n yang belum pernah ditulis baik sebagai karya ilmiah maupun makalah-makalah ilmiah, penulis berusaha menerangkan novel KLBM dengan merumuskan bebe rapa permasalahan sebagai berikut:

  1.2 Rumusan Masalah

  1.2.1 Bagaimana unsur-unsur tokoh, alur, latar serta jalinan antarunsur dalam novel KLBM?

  1.2.2 Bagaimana konflik batin yang dialami tokoh Basri dalam novel KLBM karya Hamsad Rangkuti?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan unsur-unsur tokoh, alur, dan latar serta jalinan antarunsur dalam novel KLBM.

  1.3.2 Mendeskripsikan konflik batin yang dialami tokoh Basri dalam novel KLBM karya Hamsad Rangkuti.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Dari segi praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan apresiasi Sastra Indonesia khususnya novel KLBM.

  1.4.2 Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah cara seorang penulis mengkritik sebuah karya sastra, khususnya karya sastra yang banyak mengandung pendekatan di bidang psikologi sastra.

  1.4.3 Dalam bidang psikologi, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang jiwa seseorang tokoh yang ada dalam sebuah karya sastra yang berbentuk novel yang berjudul KLBM.

1.5 Tinjauan Pustaka / Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

  Novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti ini sempat mendapat penghargaan dalam Sayembara Penulisan Roman Dewan Kesenia Jakarta (DKJ) tahun 1981 ini. Sebelumnya, novel yang mengambil setting social pada tahun 1970-an ketika DKI Jakarta di bawah pemerint ahan Gubernur Ali Sadikin itu pernah dimuat secara bersambung di harian Kompas, 10 Juni-16 Juli 1981.

  Rangkuti lebih dikenal khalayak sastra Indonesia sebagai cerpenis, seperti halnya karya -karya Hamsad dalam bentuk cerpen, novel ini pun berbicara tentang orang-orang kecil, yakni sekelompok anak-anak pengemis yang kerap ditemukan diperempatan jalan utama ibu kota tempat lampu pengatur lalu lintas berada. Dibalik keberadaan mereka ternyata ada rantai kehidupan lain yang saling bersinggungan, seperti peminta-minta, pemulung, pelacur, dan tentang robohnya bangun sebuah komunitas untuk dan atas nama pembangunan. Jalinan kisah yang memayungi keberadaan sekelompok anak-anak pengemis itu disajikan pengarang dengan gayanya yang khas: sederhana, namun tanpa kehilanga n daya tariknya sebagai sebuah cerita.

  Menurut Sarjono dalam (Horison, 2001) yang menjadi cirri khas penulisan karya sastra ini dari Hamsad Rangkuti adalah tema yang pada dasarnya sederhana, ibarat batu yang tidak kelewat mulia, digosok sedemikian rupa sehingga memancarkan berbagai sisi warna yang memikat. Dalam novel ini Hamsad tidak bercerita mengenai golongan atas. Golongan atas hanya sayup-sayup kita duga dari akibat-akibatnya terhadap kehidupan kaum miskin dan rakyat kecil tempat Hamsad begitu setia menceritakannya bagi kita.

1.5.2 Teori Struktural

  Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyarankan pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) seperti: alur, latar, tokoh (penokohan), sudut pandang, tema yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiantoro, 1995: 36).

  Jadi tujuan pemaparan adalah mengetahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhannya (Nurgiantoro, 1995: 37).

  Dengan demikian penulis mencoba menguraikan struktur novel ini yang terdiri dari tokoh, alur, latar serta jalinan antarunsur. Pemilihan struktur novel ini menurut penulis karena struktur yang seperti tema, amanat, sudut pandang yang ada dalam novel ini tidak mendukung analisis konflik batin tokoh Basri.

1.5.2.1 Tokoh

  Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya be rwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Sudjiman, 1988: 16). Berdasarkan sudut fungsi penampilannya. Menurut Nurgiantoro (1995) tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu: tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis selalu memberi simpati dan empati kepada pembaca karya sastra.

  Tokoh-tokoh yang mengalami peristiwa dalam novel yang dipilih penulis berwujud manusia. Oleh sastrawan salah satu tokohnya diberi nama Basri.

  Namun, penulis tidak mengetahui kebenaran tokoh-tokoh ini nyata atau rekaan yang memiliki sifat, kebiasaan tertentu sama atau mirip dengan individu dalam kenyataan.

  Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiantoro, 1995:177).

  Tokoh antagonis adalah tokoh yang kehadiran atau pemunculannya di dalam sebuah cerita lebih sedikit, namun kehadiran tokoh antagonis akan sangat mendukung tokoh protagonis. Jadi, tokoh antagonis adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam sebuah cerita.

  Pemunculan tokoh antagonis dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak diperhitungkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh protagonis secara langsung ata upun tidak langsung (Nurgiantoro, 1995: 177).

  Menurut penulis fungsi unsur tokoh dalam karya tulis ini adalah mengetahui mana-mana saja tokoh yang termasuk tokoh protagonis dan antagonis.

  Selain itu, penulis ingin menganalisis konflik batin tokoh Basri. Jadi perlu memasukkan unsur tokoh sebagai landasan teori.

1.5.2.2 Alur

  Alur sama dengan plot. Secara komplementer berkaitan dengan cerita (story). Cerita sama dengan urutan peristiwa secara kronologis (Hartoko & B.

  Rahmanto, 1986: 10).

  Alur ialah peristiwa-peristiwa yang diurutkan yang membangun tulang punggung cerita. Peristiwa-peristiwa tidak hanya meliputi yang bersifat fisik seperti cakapan atau lakuan, tetapi juga termasuk perubahan sikap tokoh yang merubah jalan nasib. Alur dengan susunan yang kronologis disebut alur linier.

  Menyajikan rentetan peristiwa dalam rentetan peristiwa dalam urutan temporal bukanlah satu-satunya cara dan cara yang utama dalam penyusunan cerita rekaan (Sudjiman, 1988: 26).

  Suatu cerita mengandung urutan kronologis peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka terjadilah apa yang disebut sorot balik. Sorot balik ini ditampilkan dalam dialog, dalam bentuk mimpi, atau sebagai lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya, atau yang teringat kembali kepada sesuatu peristiwa dimasa lalu (Sudjiman, 1988: 29).

  Struktur alur biasanya terdiri atas awal, tengah, dan akhir. Bagian awal ini terdiri atas: paparan (expositin ), rangsangan (inciting moment), dan gawatan (rising action). Pada bagian tengah terdiri atas tikaian (conflict), rumitan (complication), dan klimaks. Pada bagian akhir terdiri atas leraian (falling action ), dan selesaian (denoument) (Sudjiman, 1988: 30).

  Paparan atau (expositin) adalah suatu penyampaian informasi kepada pembaca. Paparan ini biasanya merupakan fungsi utama awal atau suatu cerita. Di sini penulis memberikan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti cerita selanjutnya. Situasi yang digambarkan pada awalnya harus membuka kemungkinan cerita untuk berkembang (Sudjiman, 1988: 32).

  Rangsangan, yaitu peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan atau (inciting moment) sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator (Sudjima n, 1988: 32). Rangsanga n dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula serasa selaras. Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman, 1988: 33).

  Gawatan atau (rising action) menurut Sudjiman terjadi setelah paparan disusul oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada tahap ini (Sudjiman, 1988: 35).

  Tikaian atau (conflict) adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekua tan yang bertentangan. Satu di antaranya diwakili oleh manusia sebagai pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita. Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, ataupun pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1988: 35).

  Rumitan atau (complication) adalah perkembangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks cerita. Dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban.rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Penciptaan dan cara mengendalikan rumitan menunjukkan kemahiran pengarang (Sudjiman, 1988: 35).

  Klimaks dalam sebuah cerita menurut Sudjiman tercapai apabila rumitan mencapai puncak ke hebatannya. Dari titik ini penyelesaian cerita biasanya sudah dapat dibayangkan karena sejak titik alur ini menurun ada yang menyebutnya titik balik atau krisis (Sudjiman, 1988: 35)

  Bagian struktur alur sesudah klimaks, meliputi: leraian dan selesaian. Leraian adalah perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Patut dicatat yang dimaksud dengan selesaian di sini bukan penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh cerita. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending), boleh jadi juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan. Boleh juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan, penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpahaman (Sudjiman, 1988: 36).

  Menurut penulis unsur alur dalam karya tulis ini adalah mengerti jalan cerita novel KLBM. Untuk itu penilis perlu memasukkan unsur alur sebagai data yang penting dalam menganalisis konflik batin tokoh Basri.

1.5.2.3 Latar

  Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Sudjiman, 1988: 46). Fungsi latar di antaranya: pertama, memberi informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya; kedua, ada latar yang berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh (Sudjiman, 1988: 46). O leh penulis kedua fungsi latar ini dimasukkan dalam analisis struktur dan analisis konflik batin. Fungsi latar dalam analisis struktur digunakan untuk menganalisis latar tempat, sedangkan fungsi yang kedua digunakan penulis untuk membedakan latar yang menyebabkan konflik batin tokoh Basri.

  Menurut Nurgiantoro (1995: 27) ada tiga unsur pokok latar yaitu: latar tempat, latar sosial, dan latar waktu.

  1 . Latar Tempat

  Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat dengan nama tertentu, misal inisial tertentu, mungkin lokasi berupa tempat-tempat tertentu tanpa nama jelas (Nurgiantoro, 1995: 228).

  Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur

  

local colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam

  karya sastra yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional. Namun perlu ditegaskan bahwa sifat ketipikalan daerah tidak hanya ditentukan oleh rincian deskripsi lokasi, melainkan lebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya (Nurgiantoro, ibid. hlm: 229).

  2 . Latar Sosial

  Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

  Tata cara kehidupan sosial mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berubah kebiasaan hidup, adat istiadat, tra disi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual (Nurgiantoro, ibid . hlm: 223).

  3 . Latar Waktu

  Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual fakta yang ada kaitanya atau dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiantoro, ibid . hlm: 230).

  Pengangkatan unsur sejarah ke dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang diceritakan menjadi bersifat khas, tipikal, fungsional, sehingga tidak dapat digantikan dengan waktu yang lain tanpa mempengaruhi perkembangan cerita yang lain (Nurgiantoro, ibid. hlm: 231).

  Menurut penulis latar waktu dalam karya tulis ini digunakan untuk menunjukkan “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan konflik batin tokoh Basri.

1.5.3 Psikologi Sastra

  Psikologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi (Hartoko & B. Rahmanto, 1986: 126). Jadi, penulis berusaha menerangkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan tokoh Basri yang ada dalam novel KLBM karya Hamsad Rangkuti. Menurut Sukada, (1987: 102) psikologi merupakan ilmu yang dapat membantu memecahkan masalah- masalah kejiwaan.

  Berbicara tenta ng permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan jiwa tokoh Basri, menurut Wellek dan Warren (1995) terdapat empat aspek yang saling bersinggungan antara psikologi dengan karya sastra, yaitu: pertama, studi mengenai aspek psikologi penulis sebagai pengarang. Kedua, studi mengenai aspek psikologi tokoh-tokoh dalam karya sastra. Ketiga, studi mengenai efek karya sastra terhadap psikologi pembaca. Keempat, studi mengenai tipe -tipe dan hukum -hukum karya sastra.

  Dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra yang menunjuk pada studi mengenai aspek psikologi tokoh-tokoh dalam karya sastra (aspek kedua) penulis hendak menerangkan permasalah-permasalahan yang berkaitan erat dengan konflik batin tokoh Basri.

  Penulis menerangkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan konflik batin tokoh Basri menggunakan pendekatan psikologi Abraham Maslow.

1.5.4 Psikologi Abraham Maslow

  Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak psikologi humanistik. Psikologi Humanistik ini merupakan psikologi yang meras a tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri eksistensinya. psikologi ini kemudian dikenal dengan psikologi humanistik (Misiak dan Sexton dalam Bimo Walgito, 1991:78)

  Berdasarkan fokus dari perhatian Abraham Maslow tersebut, dan sehubungan dengan objek permasalahan dari karya tulis ini adalah konflik batin tokoh maka penulis mencoba menerapkan teori bapak psikologi humanistik untuk mengupas struktur intrinsik (tokoh) novel yang dipilih penulis dengan tanpa mempertimbangkan aspek biograf pengarang

  Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang tampak juga mempelajari perilaku yang tidak tampak: mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran (Walgito, 1991: 79). Hal inilah yang tercermin di kehidupan Basri dalam novel KLBM perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak; ketidaksadaran juga kesadaran acapkali juga dilupakan oleh manusia sehingga manusia tersebut masuk ke dalam masalah. Hal tersebut oleh penulis disebut konflik batin yang perlu diselesaikan atau dipenuhi.

  Kriteria manusia atau tokoh masuk ke dalam masalah yang disebut konflik batin oleh penulis. Bisa kita lihat dari perilaku manusia tersebut memandang kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi seperti dikemukakan oleh Maslow dalam Ladislaus Naisaban (2004: 278-279), yaitu: (1) kebutuhan fisik; (2) kebutuhan rasa aman; (3) kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki; (4) kebutuhan akan harga diri; (5) kebutuhan aktualisasi diri.

  Fungsi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia di atas dipakai penulis untuk mendukung penyataan para ahli seperti Daradjat dan Irwanto yang menyatakan batasan tentang seorang tokoh mengalami konflik batin adalah munculnya dua kebutuhan atau lebih yang tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.

  Konsep fundamental Maslow adalah manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan ini juga bersifat psikologis, bukan hanya fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang keliru (Maslow via Goble, 1987: 70).

  Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia menurut Maslow yang akan diuraikan sesuai kebutuhan yang berkaitan dengan konflik batin tokoh Basri. Adapun kebutuhan-kebutuhan itu adalah kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan dicintai dan dimiliki, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan aktualisasi diri, seperti berikut:

1.5.4.1 Kebutuhan fisik

  Kebutuhan fisik adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah kebutuhan akan makan, minum, oksigen, kegiatan, dan istirahat, seks, proteksi dari cuaca yang ekstrem (panas-dingin), dan rangsangan-rangsangan sensoris (Maslow via Naisaban, 2004: 278-279).

  Kebutuhan adalah kebutuhan yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas dari antara sekalian kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen (Goble, 1987: 71).

  Menurut Maslow (Goble, 1987: 71) kendati kebutuhan fisiologis ini dapat dipilah-pilah dan diidentifikasikan secara lebih mudah dibandingkan kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih tinggi, namun kebutuhan-kebutuhan tersebut dianggap sebagai fenomena yang terpisah-pisah, yang berdiri sendiri-sendiri.

  Dalam karya tulis ini kebutuhan fisik digunakan penulis untuk melihat kebutuhan tokoh Basri akan makan, minum, tempat berteduh dan lain-lain yang perlu dipenuhinya dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.4.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman

  Manusia memiliki beragam kebutuhan, salah satunya adalah akan rasa aman. Kebutuhan ini sungguh perlu dipenuhi setelah kebutuhan lainnya terpenuhi.

  Menurut Maslow dalam (Koeswara, 1991: 12) kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.

  Indikasi lain dari kebutuhan akan rasa aman pada anak-anak adalah ketergantungan. Menurut Maslow, anak-anak akan memperoleh rasa aman yang cukup apabila mereka berada dalam ikatan dengan keluarganya. Sebaliknya, jika ikatan ini tidak ada, maka si anak akan merasa kurang aman, cemas, dan kurang percaya diri, yang akan mendorong si anak untuk mencari area-area hidup di mana dia bisa memperoleh kententraman, dan kepastian atau rasa aman (Koeswara, 1991: 12).

  Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak-anak yang mengalami gangguan neurotik (Maslow via Goble, 1987: 73).

  Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebiha n serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada orang neurotik (Maslow via Goble, 1987: 73).

  1.5.4.3 Kebutuhan akan Dicintai dan Dimiliki

  Kebutuhan akan dicintai dan dimiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis, da lam lingkungan keluarga atau lingkungan kelompok dalam masyarakat. Kebutuhan ini muncul dalam bentuk merasa diterima dalam keanggotaan kelompok, mengalami rasa kekeluargaan, persahabatan antar dua orang, kekaguman, dan kepercayaan (Maslow via Naisaban, 2004: 279).

  1.5.4.4 Kebutuhan Akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan oleh Maslow dibagi ke dalam dua bagian.

  Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari diri orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetisi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasa, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian yang kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa-apa yang dilakukan (Koeswara, 1991: 124).

  Terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, rasa mampu, dan perasaan berguna. Sebaliknya, frustasi atau terhambatnya pemuasan kebutuhan akan rasa harga diri itu akan menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu, dan rasa tak berguna, yang menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan, dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan-tuntutan hidupnya, serta memiliki penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Maslow menegaskan bahwa rasa harga diri yang sehat lebih didasarkan pada prestas i ketimbang prestise, status, atau keturunan. Dengan perkataan lain, rasa harga diri individu yang sehat adalah hasil usaha individu yang bersangkutan. Dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koeswara, 1991: 125).

1.5.4.5 Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

  Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.

  Atau, hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya (Koeswara, 1991: 125).

  Kebutuhan aktualisasi diri adalah hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya (Maslow via Naisaban, 2004: 279).

  Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai “hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.” Maslow menemukan bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai (Maslow via Goble, 1987: 77).

1.5.5 Konflik Batin Tokoh

  Nurgiantoro (1995: 124) membagi konflik menjadi dua kategori, yaitu konflik fisik (internal conflict) dan konflik sosial (external conflict). Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan sesuatu yang ada di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam atau lingkungan manusia.

  Konflik eksternal dibedakan lagi menjadi konflik fisik dan konflik sosial. Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita atau konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Lebih lanjut, penulis akan meneliti konflik jenis ini, khususnya yang dialami oleh tokoh Basri.

  Menurut Daradjat (1985: 26-27) menjelaskan konflik atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. Kecemasan merupakan manifestasi dari pertentangan batin (konflik).

  Menurut Irwanto (2002) dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan (dorongan) dalam diri seseorang tidak selalu muncul satu demi satu. Seringkali muncul dua atau lebih dorongan (kebutuhan) dalam diri seseorang dalam waktu yang bersamaan ini disebut konflik batin.

  Dalam karya tulis ini penulis membutuhkan kejelasan mengenai batasan tentang seorang tokoh mengalami konflik batin atau tida k. Jadi penulis membutuhkan pandangan dari para ahli seperti Daradjat dan Irwanto untuk membantu penulis memberikan batasan tentang seorang tokoh mengalami konflik batin atau tidak sehingga penulis mudah dalam pengerjaan karya tulis ini.

1.6 Metodologi Penelitian

  1.6.1 Pengumpulan Data

  Dalam karya tulis ini, pe nulis melakukan pengumpulan data dengan jenis penelitian studi pustaka (library research ). Berarti data-data yang berhubungan dengan permasalah. Berasal dari buku-buku referensi yang penulis baca sehingga penulis menemukan jawaban atas permasalahan yang ditemukan.

  1.6.2 Pendekatan