SKRIPSI BELAJAR DARI MAZMUR 13: MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

BELAJAR DARI MAZMUR 13:
MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
MELALUI KATEKESE MODEL SCP
(SHARED CHRISTIAN PRAXIS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Disusun oleh:
Paulina Rahayu Setyaningrum
NIM: 031124024
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

SKRIPSI


BELAJAR DARI MAZMUR 13:
MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN
APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SCP
(SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

Disusun oleh:

Paulina Rahayu Setyaningrum
NIM: 031124024

Telah disetujui oleh

Pembimbing

Drs. FX. Heryatno Wono Wulung., S.J, M.ED.

ii

Tanggal 10 September 2007


SKRIPSI

BELAJAR DARI MAZMUR 13:
MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
MELALUI KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Paulina Rahayu Setyaningrum
NIM: 031124024

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal: 28 September 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama

Tanda tangan


Ketua

: Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed.

.......................

Sekretaris

: FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd.

.......................

Anggota

: 1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed.

.......................

2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A.


……………...

3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si.

.......................

Yogyakarta, 28 September 2007
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D
iii

PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang tercinta di hati:
Almarhum kakek Yacobus Dariman, bapak dan ibuku, adik-adikku di Lampung,
sahabat-sahabatku, dan kekasihku.

iv


MOTTO
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan,
jadilah padaku menurut perkataanMu itu.”
(Luk 1:38)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 September 2007
Penulis

Paulina Rahayu Setyaningrum

vi


ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah: “Belajar Dari Mazmur 13: Memaknai Penderitaan
Orang Benar Dan Aplikasinya Melalui Katekese Model SCP (Shared Christian
Praxis)”. Judul ini dipilih dengan berpangkal dari kenyataan bahwa orang Kristiani
yang beriman kepada Allah mempunyai ketakutan ketika harus berhadapan dengan
penderitaan. Akibat ketakutan ini manusia melalui berbagai cara berusaha untuk
menghindar dari penderitaan. Penderitaan yang ada tidak memandang siapapun.
Orang kaya, miskin, orang benar maupun orang jahat. Penderitaan tidak hanya
menimpa orang jahat namun juga orang benar. Tidak ada pengecualian bagi orang
baik. Penulis mengungkapkan bahwa penderitaan berasal dari berbagai hal di
antaranya: penderitaan karena diri sendiri, penderitaan karena bencana alam,
penderitaan yang disebabkan oleh orang lain, penderitaan karena penyakit dan lain
sebagainya.
Iman kristiani merefleksikan penderitaan orang benar ini dengan belajar dari
penderitaan pemazmur dalam Mazmur 13 dan juga berdasarkan misteri penderitaan,
wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai orang benar yang menderita. Maka,
penderitaan bagi orang Kristiani bukanlah suatu kehancuran atau akhir segalanya
melainkan awal dari perjuangan hidup yang lebih baik. Dengan mengalami
penderitaan, manusia diharapkan dapat semakin kuat, tegar, tabah, sabar dan tahan

banting dalam menghadapi hidup. Selain itu, dengan penderitaan manusia diajak
untuk semakin rendah hati, menyadari bahwa dirinya adalah makhluk lemah dan
senantiasa bergantung pada Tuhan. Dengan penderitaan pula, manusia diajak untuk
peka, solider, tersentuh, dan tergerak hatinya melihat penderitaan sesama di sekitar.
Untuk itu pengharapan dalam menghadapi penderitaan ini terungkap dalam katekese
yang bertemakan penderitaan orang benar jaman sekarang.
Skripsi ini ditulis dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang
menguraikan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode serta
sistematika penulisan. Bab II mengupas tentang penderitaan orang benar dalam
konteks Kitab Suci yaitu Kitab Mazmur yang secara khusus Mazmur 13. Bab III
akan memaparkan penderitaan orang benar jaman sekarang yang dibagi dalam empat
bagian. Bagian pertama akan membahas pengertian penderitaan secara umum.
Bagian kedua menguraikan berbagai macam penderitaan manusia jaman sekarang.
Bagian ketiga membicarakan tentang penderitaan Yesus sebagai inspirasi untuk
memaknai penderitaan. Bagian keempat membahas penderitaan Allah sebagai wujud
pengidentifikasianNya dalam diri orang benar yang menderita dan tersingkir.
Kemudian bab IV mencoba memberi jawaban tentang penderitaan orang benar
melalui katekese dengan model SCP(Shared Christian Praxis) yang terdiri dari tiga
bagian yaitu yang pertama; katekese sebagai salah satu model pendampingan iman
umat dalam memaknai penderitaan. Kedua; arah dan tujuan katekese dalam

memaknai penderitaan orang benar. Ketiga; contoh persiapan katekese dengan model
SCP (Shared Christian Praxis) dalam membantu memaknai penderitaan orang benar
dengan belajar dari Mazmur 13. Bab V merupakan kesimpulan dan saran.

vii

ABSTRACT

This thesis is entitled “Learn from Psalm 13: the meaningful of suffering of
the righteous people and its applications through model catechesis SCP (Shared
Christian Praxis)”. The title of this thesis was originated chosen from the fact that
Christian people who have faith in God has the fear when times accross to face the
suffering. Because of this fear, human being in various ways tried to avoid
themselves from anxious. The suffering doesn’t only gazed to the rich or the poor,
righteous nor wicked people. No exception even for good people. the suffering
doesn,t only descend upon the wicked but also to the righteous people. The writter
expressed that the suffering comes from different cases such as: suffered because of
one self, others, natural calamity, deseases and so on.
The Christian faith had reflected on the suffering of the righteous people by
studying from the suffering of Psalmist in Psalm 13 and based on the mystery of

suffering, death, and resurrection of Jesus Christ as the righteous person who
suffered. So the suffering of Christian people is not a destruction or the end of
everything but infact it is the begining of struggle for a better life. Through the
experience of suffering, human being are expected to be more strong, patient and
firm in facing life its self. Aside from this, in the suffering, human being are invited
to be meek, have a contrite heart, and conscious of one self as weacked creature
which always depending to God. With this suffering than, human being are asked to
be sensitive, tolerance, simpatic and moved to see others suffering in its surounding
or society. Therefore, its a reliance in confronting this suffering which revealed in
cathecesis theme; the suffering of righteous people at present.
This thesis written down into five chapters. The first chapters is an
introduction that ilustrate about the background , problems, the aim of the writter,
method and systematic writting. The second chapter analyzed the suffering of the
righteous people in the Bible context particularly from Psalm 13. Third chapter
relating to the suffering of the righteous people at present which divided into four
parts. The first part discussed about the understanding of suffering generally. The
explanation of different kinds of sufferings of todays which is taken in the second
part. The third part is the discussion of Jesus suffering as inspirations to have
profound meaning of suffering and the last part is speaks about God’s suffering as
the aim of His identification in the self of righteous people who suffered and

eliminated. And chapter four is trying to give respons to the suffering of the
righteous people through cathecesis with SCP model which contains of three
important parts. First: catechesis is one of the methode used to humanity faith
association in total comprehention of suffering. Second: catechesis direction and goal
in comprehending the suffering of righteous people. Third: an example of catechesis
preparation with SCP model to help to signify suffering of righteous people by
learning from Psalm 13. The fifth, last chapter ends with conclusions and
suggestions.

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah Bapa di sorga atas limpah kasihNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul BELAJAR DARI MAZMUR
13: MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA
MELALUI KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS).
Skripsi ini diilhami oleh realita hidup manusia yang tak pernah terlepas dari
problematika kehidupan. Dalam hidup, manusia akan selalu berhadapan dengan
masalah baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun yang berasal dari luar

dirinya. Permasalahan yang datang dalam hidup manusia, tidak pernah pandang bulu.
Problematika hidup melanda semua orang baik orang jahat maupun orang benar.
Skripsi yang penulis angkat merupakan salah satu cara belajar dari Mazmur 13
untuk menanggapi penderitaan yang dialami umat manusia khususnya orang benar.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu umat beriman khususnya umat
beriman Katolik untuk bisa belajar dari Mazmur 13 dalam menghadapi penderitaan.
Selain itu umat beriman Katolik diajak untuk mencoba mengkaitkannya dengan
penderitaan Allah yang terealisasi dalam penderitaan Yesus di kayu salib. Penulis
menggunakan katekese model SCP untuk membantu orang benar jaman sekarang
dalam proses berkatekese dari skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:

ix

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung., S.J. M.Ed selaku dosen pembimbing utama
yang dengan keterbukaan hati telah memberikan perhatian, waktu, kesabaran
dalam membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini sehingga penulis
dapat sungguh-sungguh termotivasi dalam menuangkan ide-ide atau buah-buah
pikiran dari awal sampai akhir proses penulisan skripsi ini.
2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A selaku dosen wali yang selalu membantu penulis
selama menempuh pendidikan di kampus IPPAK sampai selesainya penyusunan
skripsi ini.
3. Dra. J. Sri Murtini., M.Si., selaku dosen penguji yang dengan sabar mendampingi
penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.
4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama belajar hingga selesainya skripsi ini.
5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan
bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
6. Almarhum kakek Yacobus Dariman, bapak, ibu, dan adik-adik di Lampung yang
dengan cintanya senantiasa memberikan semangat, doa, dan dukungan baik
material, moral dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta
sampai pada penyusunan skripsi ini.
7. Pankrasius Arwiyadi yang pernah dengan cinta, perhatian serta dukungan selalu
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2003-2004 yang turut berperan
dalam membentuk dan menempa penulis menjadi seorang pribadi yang kuat dan
x

tidak pernah takut dalam menghadapi masa depan sebagai seorang pekerja di
kebun anggur Tuhan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan
tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.
Sebuah istilah mengatakan, “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, penulis
menyadari adanya banyak ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Maka
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Yogyakarta, 10 September 2007
Penulis

Paulina Rahayu Setyaningrum

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
MOTTO ..............................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................

1

A. Latar Belakang ........................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................

9

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................

9

D. Manfaat Penulisan...................................................................................

9

E. Metode Penulisan .................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10

BAB II. BELAJAR DARI MAZMUR 13 DALAM
MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR ............................ 13
A. Gambaran Umum Tentang Kitab Mazmur ............................................. 13
1. Pengertian Mazmur ............................................................................. 13
2. Sejarah Kitab Mazmur ........................................................................ 15
3. Jenis-jenis Mazmur ............................................................................. 17
a. Mazmur Orientasi ............................................................................ 17
b. Mazmur Disorientasi........................................................................ 19
c. Mazmur Orientasi Baru.................................................................... 26

xii

B. Mazmur 13 .............................................................................................. 28
1. Mazmur 13 sebagai Mazmur Disorientasi .......................................... 28
2. Struktur................................................................................................ 30
3. Tafsir ................................................................................................... 31
4. Pokok Pewartaan Mazmur 13 ............................................................. 34
C. Makna Penderitaan Orang Benar ............................................................ 35
1. Penderitaan Bukan Semata-mata Akibat Dosa ................................... 36
2. Semakin Dekat Dengan Allah............................................................. 38
3. Semakin Percaya dan Pasrah pada Kehendak Allah ........................... 38

BAB III. PENDERITAAN ORANG BENAR JAMAN SEKARANG .............. 40
A. Pengertian Penderitaan Secara Umum .................................................... 43
B. Macam-macam Penderitaan Manusia Jaman Sekarang .......................... 45
1. Penderitaan karena Diri Sendiri .......................................................... 45
a. Penderitaan yang terjadi karena kesalahan sendiri........................... 45
b. Penderitaan Dialami karena Pilihan dan Tugas Perutusan Tuhan ... 47
c. Penderitaan demi Orang Lain............................................................ 50
2. Penderitaan yang Disebabkan oleh Orang Lain .................................. 51
3. Penderitaan Karena Bencana............................................................... 52
4. Penderitaan Karena Penyakit .............................................................. 53
C. Penderitaan Yesus sebagai Inspirasi Untuk Memaknai Penderitaan
Orang Benar Jaman Sekarang ................................................................. 54
1. Penderitaan Yesus ............................................................................. 54
a. Yesus yang Tersalib sebagai Orang Benar yang Menderita ............ 54
b. Yesus Manusia Sejati yang Mederita............................................... 57
c. Allah yang Menderita....................................................................... 58
d. Kebangkitan Kristus......................................................................... 60
e. Keselamatan Manusia ...................................................................... 62
2. Makna Penderitaan Orang Benar Jaman Sekarang ........................... 63
D. Allah Mengidentifikasikan DiriNya dalam Diri Orang Benar
yang Menderita dan Tersingkir ............................................................... 67

xiii

BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI SALAH SATU
MODEL KATEKESE UNTUK MENANGGAPI ORANG
BENAR DALAM MEMAKNAI PENDERITAAN ............................ 69
A. Katekese Sebagai Salah Satu Bentuk Pendampingan Iman Umat
dalam Memaknai Penderitaan ................................................................. 71
1. Gambaran Umum Katekese ................................................................ 71
2. Katekese Umat .................................................................................... 74
a. Pengertian Katekese Umat ............................................................... 73
b. Isi Katekese Umat ............................................................................ 75
c. Peranan Katekis Dalam Katekese Umat .......................................... 76
d. Suasana Katekese Umat ................................................................... 77
B. Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese dalam
Menanggapi Penderitaan Orang Benar ................................................... 78
1. Pengertian SCP ................................................................................. 80
a. Shared .............................................................................................. 80
b. Christian........................................................................................... 81
c. Praxis ............................................................................................... 81
2. Tujuan Katekese dengan Model SCP................................................ 82
3. Langkah-langkah Katekese Model SCP ........................................... 83
a. Langkah Nol: Pemusatan Aktivitas..................................................
b. Langkah Pertama: Mengungkap pengalaman hidup peserta............
c. Langkah Kedua: Mendalami pengalaman hidup peserta .................
d. Langkah Ketiga: Menggali pengalaman iman Kristiani ..................
e. Langkah Keempat: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi
konkrit peserta..................................................................................
f. Langkah Kelima: Mengusahakan suatu aksi konkrit .......................

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 99
A. Kesimpulan ............................................................................................. 99
B. Saran ..................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102
xiv

LAMPIRAN........................................................................................................ 103
Lampiran 1: Lagu pembukaan “Tuhan Pengharapanku”.
Lagu penutup “Seperti Yang Kau Ingini”...................................... (1)
Lampiran 2: Teks Mazmur 13............................................................................. (2)
Lampiran 3: Teks cerita pendalaman “Sampai Kapan Saya Kuat dan Tabah..... (3)
Lampiran 4: Potret Pendalaman “Paijem dan Anaknya” .................................... (4)

xv

DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat
(Dipersembahkan kepada Umat Katolik oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen
Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,
hal 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT

: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada
uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16
Oktober 1979.

SD

: Salvifici Doloris, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang arti
Kristiani dari Penderitaan Manusia, 11 Februari 1984

C. Singkatan Lain
AIDS

:Acquired Immunodeficiency Syndrome Human Immunodeficiency Virus

Art

: Artikel

Ay

: Ayat

Dsb

: Dan sebagainya

GAM

: Gerakan Aceh Merdeka

HAM

: Hak Asasi Manusia

IPDN

: Institut Pemerintahan Dalam Negeri

KKN

: Korupsi Kolusi Nepotisme

Lamp

: Lampiran

PKKI

: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se- Indonesia

PT

: Perseroan Terbatas

SCP

: Shared Christian Praxis

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sejak dilahirkan, manusia diciptakan memiliki suatu kehidupan yang penuh

dengan berbagai keunikan dan keistimewaan. Peristiwa hidup yang penuh dengan
warna adalah bagian yang terindah dan tak terpisahkan dari hidup manusia.
Kebahagiaan dan penderitaan dalam dunia fana merupakan realita yang biasa terjadi
dalam kehidupan manusia.
Pada umumnya manusia jarang berpikir “mengapa dirinya bahagia?” Namun
yang terbiasa terjadi adalah keluhan-keluhan manusia tentang penderitaan. Mereka
bertanya-tanya, mengapa saya harus mengalami ini? Mengapa saya menderita? Apa
salah dan dosa saya? Hal itu adalah wajar. Penderitaan dalam hidup memang sesuatu
yang manusiawi. Berbagai macam penderitaan memang digulati manusia.
Penderitaan-penderitaan terjadi dari berbagai faktor di antaranya karena
kesalahan diri sendiri, karena orang lain, karena faktor alam seperti bencana, dan ada
juga karena memang kerelaan ingin menderita demi orang lain.Penderitaan yang
disebabkan karena diri sendiri misalnya budaya hidup malas. Orang yang malas
akan mengalami kesulitan dalam menghadapi hari-hari dalam hidupnya. Hal seperti
ini merugikan diri sendiri dan orang lain contohnya, anak SMU yang malas belajar
dan selalu membolos, tidak naik kelas. Akibat tidak naik kelas tentu saja dia akan
sedih dan inilah yang disebut penderitaan karena kesalahan diri sendiri. Contoh
lainnya lagi adalah orang yang malas bekerja. Ia tidak akan mendapatkan nafkah
untuk menghidupi keluarganya. Akhirnya ekonomi keluarga berantakan dan para

2

anggotanya menderita karena tidak ada yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Penderitaan yang disebabkan orang lain misalnya ketika tidak dihargainya
HAM di bumi ini. Situasi ketidakadilan merebak di mana-mana, seperti yang terjadi
pada bangsa Indonesia. Para wakil rakyat memiliki budaya melakukan korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang mengakibatkan kebobrokan dalam berbagai bidang di
Indonesia khususnya perekonomian sangat kacau. Dari tahun ke tahun harga barangbarang kebutuhan pokok semakin naik dan rakyat kecil sangat menderita. Banyak
rakyat kecil kelaparan.
Mereka menderita berbagai penyakit seperti busung lapar, padahal dahulu
bangsa Indonesia adalah negara agraris dan pernah menyandang gelar sebagai bangsa
swasembada pangan. Namun sekarang, beras harus mengimpor dari luar. Rakyat
kecil menderita karena perbuatan orang lain yang memiliki kekuasaan. Masalah
penderitaan akibat orang lain misalnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak-anak, masalah diskriminasi agama yang terjadi di Indonesia seperti peledakan
gereja Santa Anna Duren Sawit Jakarta Timur pada malam Natal sekitar tahun 2000,
masalah GAM, dan masalah di Poso serta Ambon.
Banyak orang tak bersalah harus menjadi korban. Kemudian penderitaan yang
disebabkan oleh faktor alam seperti yang terjadi di beberapa tahun terakhir ini dan
kejadiannya sangat beruntun, yaitu bencana Tsunami yang melanda Aceh pada
tanggal 26 Desember tahun 2004. Tsunami itu memporak-porandakan semuanya.
Dapat dicatat, korban jiwa yang meninggal pada saat Tsunami adalah sekitar 200.000
jiwa. Menyusul juga bencana-bencana alam lainnya seperti tanah longsor di daerah
Banjarnegara, kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera Selatan, banjir Lumpur

3

Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang sampai sekarang belum dapat diatasi dan
semakin parah. Akibat lumpur itu, banyak penduduk kehilangan tempat tinggal serta
mata pencaharian, kemudian bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan
daerah Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006. Menyusul kemudian pada akhir
bulan Desember 2006, terjadi kecelakaan pesawat Adam Air yang sampai sekarang
tidak diketahui bagaimana riwayatnya, juga tenggelamnya kapal laut KM. Senopati
Nusantara dan semuanya itu juga menelan banyak korban.
Yang menjadi pertanyaan manusia saat ini, mengapa bencana demi bencana
terjadi secara beruntun menghantam Bangsa Indonesia? Tidak ada yang tahu
jawaban itu.

Selain penderitaan yang terjadi karena faktor alam, ada juga

penderitaan yang terjadi karena wabah penyakit seperti flu burung dan demam
berdarah yang menyebabkan banyak korban berjatuhan.
Dari semua penderitaan-penderitaan di atas, ada jenis penderitaan yang terjadi
demi orang lain. Penderitaan ini dialami seorang tokoh pada masa ribuan tahun
silam. Tokoh ini adalah Yesus Kristus. Yesus adalah manusia sejati yang menderita.
Dialah Orang benar yang rela menderita bagi karya penebusan dosa manusia. Kini
yang menjadi pertanyaan, apakah itu penderitaan? Mengapa harus selalu hadir dalam
hidup manusia? Apakah karena dosa, Tuhan akhirnya memberikan hukuman? Semua
ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk menggugat keberadaan
penderitaan. Namun bagaimanapun manusia berusaha untuk menyingkirkan
keberadaan penderitaan yang akan menimpa atau sedang menimpa, manusia tetap
tidak bisa menyingkirkannya, mereka tetap tidak bisa menghindari dan tidak bisa
menerima bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup manusia. Dalam hal mencari

4

makna penderitaan ini, penulis mengutip tulisan dari Bapa Suci Yohanes Paulus II
dalam Salvifici Doloris yang mengatakan bahwa “dalam bentuk yang bagaimanapun,
penderitaan agaknya dan memang hampir tak terpisahkan dari eksistensi manusia di
dunia ini.” (SD, art. 3). Dari ungkapan tersebut sudah sangat jelaslah bahwa ada
relasi yang erat dan tak terpisahkan antara penderitaan dan hidup manusia. Selama
manusia masih berada dan menghirup nafas kehidupan di dunia ini, permasalahan
yang mengakibatkan penderitaan akan selalu datang dan dari hal ini pulalah lahir
suatu pendapat bahwa penderitaan adalah hal yang wajar, hal yang sudah biasa.
Dari apa yang dipaparkan di atas, bagaimanakah umat beriman memaknai
penderitaannya? Selama ini sering terdengar bahwa manusia mengeluh, marah,
kecewa karena mengalami kegagalan dan menderita hingga akhirnya bertanya dan
terus bertanya. Mereka sering mengatakan, mungkinkah ini hukuman atas dosa-dosa
yang diperbuat? Manusia sering menggambarkan bahwa Tuhan sebagai hakim yang
akan mengadili umatNya, dan menjatuhkan vonis hukuman. Padahal

sungguh

membahagiakan bila manusia itu bisa melihat Tuhan sebagai sosok seorang Bapa
yang welas asih serta maha pengampun dan tidak pernah membenci umatNya.
Sebuah ungkapan mengatakan barang siapa berbuat kejahatan maka ia akan
menuai kejahatan pula dan mereka yang menanamkan kebaikan maka akan menuai
kebaikan juga. Namun apakah selamanya seperti itu? Realita yang terjadi, tidak
sedikit orang yang baik, jujur, setia, dan berbelaskasih yang mengalami penderitaan.
Justru yang hidupnya bahagia dan berkelimpahan adalah orang–orang yang picik,
egois, mementingkan diri sendiri, serta yang tak pernah peduli nasib orang lain.
Mungkinkah Allah membiarkan orang benar menderita? Pada masa Perjanjian Lama,

5

keluhan, ratapan penderitaan orang-orang benar terealisasi pada syair-syair yang
ditulis dalam Kitab Mazmur. Ada tiga jenis Mazmur yaitu yang pertama, Mazmur
Orientasi atau yang lebih dikenal dengan Mazmur Pujian. Kedua, Mazmur
Disorientasi yang biasa dikenal dengan Mazmur Keluhan. Yang terakhir adalah
Mazmur Orientasi Baru yang dikenal dengan Mazmur yang memiliki nuansa
kejutan/surprise.
Biasanya orang-orang pada masa Perjanjian Lama, bila menghadapi
permasalahan dan penderitaan, mereka akan membahasakannya dalam jenis Mazmur
Disorientasi. Mazmur Disorientasi lebih dikenal sebagai Mazmur keluhan/ratapan.
Mazmur jenis ini merupakan ungkapan pengalaman pergulatan orang benar dalam
menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Mungkin dalam terang iman, setiap orang
bisa mengatakan bahwa dengan berbagai pergulatan hidup mereka akan menemukan
dan peka akan kasih Tuhan. Namun apakah ini masuk akal? Secara nyata setiap
manusia pasti akan menghindar dari penderitaan atau masalah hidup.
Salah satu contoh Mazmur yang yang sangat inspiratif dalam mengungkapkan
sebuah penderitaan orang benar adalah Mazmur 13. Dari Mazmur ini digambarkan
secara singkat situasi orang benar yang menderita. Pemazmur selalu bertanya dan
meratap pada Tuhan, sampai kapan Tuhan akan meninggalkan dan memberikan
cobaan yang berat. Mazmur 13 mengungkapkan bahwa pemazmur marah, sedih,
kecewa dan meratapi nasibnya. Sang pemazmur dalam Mazmur 13 ini senantiasa
menanti-nantikan pertolongan, dan tidak tahan menunggu tanpa kepastian. Selain itu
dalam kekuatiran yang parah, pemazmur dihadapkan kepada musuh, yaitu orang
yang menang dan berhasil menaklukkan dia. Musuh dalam hal ini adalah orang fasik

6

dalam wujud teman atau orang terdekatnya yang ingin menjatuhkan dengan fitnah,
ketidakadilan, dsb. Pemazmur protes, kecewa, mengeluh, dan marah karena Tuhan
tidak berada di pihaknya. Ia merasa ditinggalkan Tuhan. Akhirnya, sang pemazmur
sampai pada ungkapan terakhir yaitu tentang harapan dan kepercayaan yang tertuang
dalam ayat 6 yang berbunyi: ”Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku
bersorak-sorak karena penyelamatanMu. Aku mau bernyanyi untuk Tuhan, karena Ia
telah berbuat baik kepadaku”.
Kedengarannya memang tidak adil bila orang yang benar menderita dan orang
yang jahat hidupnya bahagia. Namun sesungguhnya di balik penderitaan itu,
tersembunyi maksud dari rencana Tuhan. Dari Mazmur 13 sebenarnya umat beriman
bisa belajar. Belajar memaknai penderitaan dengan percaya pada pengharapan seperti
sang pemazmur. Belajar menggulati, menerima dan akhirnya dapat mengambil
hikmah atau ilham positif dari penderitaan yang sedang menimpanya.
Untuk mendapatkan jawaban atas rencana Tuhan dari derita manusia, memang
cukup sulit dan tidak bisa dimengerti. Dalam hal ini umat beriman dapat belajar dari
Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Putra Allah yang menderita. Yesus adalah 100%
Orang benar. Ia sama dalam segala hal dengan manusia kecuali dalam hal dosa.
Selama Yesus hidup di dunia, Dialah sosok yang paling menderita demikian hebat.
Dia ditolak, dihina, dikhianati, sampai akhirnya disalibkan kendati tidak bersalah.
Yesus mengalami pergulatan sebagai seorang manusia. Ia minta kepada BapaNya di
sorga untuk membebaskan dari penderitaan yang akan dijalaniNya, namun cinta yang
demikian hebat mengalahkan keinginanNya. Yesuspun bersedia merelakan diriNya
untuk sengsara dan wafat di kayu salib. Suatu hukuman yang sungguh tidak layak

7

dan dengan cara yang paling hina pada masa itu. Salib adalah tanda kehinaan namun
kini jadi lambang kemenangan. Kemenangan atas maut dan sebagai suatu awal
kehidupan baru yang penuh harapan bagi manusia.
Dari penderitaan Yesus, manusia bisa belajar. Belajar untuk tetap setia dan
senantiasa mengandalkan Tuhan. Secara tidak langsung penderitaan dapat menjadi
kesempatan untuk sesuatu yang lebih baik. Penderitaan yang memimpin manusia di
luar kemampuannya sendiri yang dapat dipakai sebagai kesempatan untuk
mematangkan kepribadian atau memperdalam kehidupan rohani, sehingga si
penderita sungguh-sungguh diperkaya dalam menghadapi hidup. Dalam Kitab Suci,
penderitaan dipandang sebagai suatu sarana pendidikan yang digunakan oleh Tuhan.
Pendidikan itu dapat dipergunakan untuk menuntun si pendosa kembali kepada
kesetiaan, untuk menguji, memurnikan manusia atau untuk mendekatkan manusia
pada Tuhan (Weiden, 1995: 216). Dari ungkapan ini, hikmah yang bisa dipetik dari
sebuah penderitaan adalah manusia belajar semakin rendah hati, dan yang terpenting
manusia semakin mendekatkan diri dan setia pada Tuhan Sang Pemberi Kehidupan.
Tidak hanya manusia yang menderita, Allah juga menderita. PenderitaanNya
terwujud dalam diri PutraNya Yesus Kristus. Dari ungkapan ini dinyatakan bahwa
Yesus tidak pernah mencari penderitaan dengan sengaja atau sebagai tujuan,
sebaliknya karena penderitaan dan kebangkitanNya, kehidupan telah mencapai
kemenangan atas maut, kebaikan atas kejahatan, kebahagiaan atas penderitaan.
Kemenangan akhir Kristus itulah yang memberi arti kepada penderitaan yang telah
Dia alami dan yang manusia alami, sebab manusia diciptakan Allah agar hidup
bahagia bukannya untuk menderita. Inilah wujud kasih Allah untuk manusia yang

8

terealisasi dalam diri PutraNya Yesus Kristus. Namun pengharapan untuk bebas dari
penderitaan tidak berdasarkan keinginan atau kehendak dan kemauan manusia
sendiri namun tetap berpangkal pada kebaikan Tuhan. Kasih Allah akan melampaui
segala harapan dan dugaan manusia. Seperti yang tertulis pada Surat Rasul Paulus
kepada jemaat di Roma “…Sebab penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang dinyatakan kepada kita” (Rm 8:18).
Sekarang yang menjadi tantangan bagi penulis adalah bagaimana bisa
memaknai dengan sungguh-sungguh penderitaan, terutama penderitaan orang benar
sehingga penulis dapat menemukan suatu sikap iman yang tepat dalam
menghadapi/memaknai penderitaan. Dalam menanggapi tantangan ini, penulis akan
menggali makna dari Mazmur 13 khususnya penderitaan yang dialami oleh orangorang benar dan penulis juga akan mengusulkan katekese yang relevan dengan
situasi kaum beriman Katolik jaman sekarang, melalui katekese model SCP (Shared
Christian Praxis). Akhirnya, penulis mengajak semua untuk belajar bersama dan
secara khusus belajar bersama dari Mazmur 13 dalam mencari makna atas
penderitaan orang-orang benar. Untuk itu penulis memberi judul karya tulis ini :
BELAJAR DARI MAZMUR 13: MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG
BENAR DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SCP
(SHARED CHRISTIAN PRAXIS).
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan antara lain:
1.

Bagaimana penderitaan orang-orang benar dimaknai di dalam Mazmur 13?

9

2.

Bagaimana orang-orang benar di jaman sekarang memaknai penderitaan
mereka?

3.

Bagaimana katekese model SCP membantu orang benar memaknai
penderitaan?

C.

Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:

1.

Dapat mengungkapkan proses bahwa penderitaan orang-orang benar dimaknai
dalam Mazmur 13.

2.

Memaparkan cara orang-orang benar di jaman sekarang memaknai penderitaan.

3.

Memaparkan katekese model SCP membantu orang-orang benar memaknai
penderitaan.

4.

Memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.

D.

Manfaat Penulisan

1.

Bagi penulis sendiri, sebagai seorang calon katekis, dapat menemukan ilham
dan inspirasi dalam memaknai penderitaan orang-orang benar dalam Mazmur
13 sehingga nantinya dapat meningkatkan pelayanan kepada umat Tuhan.

2.

Penulis mendapatkan gambaran dan inspirasi, cara orang benar memaknai
penderitaannya.

3.

Memberikan gambaran bahwa Katekese melalui Model SCP (Shared Christian
Praxis) dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada, misalnya
dalam menghadapi pengalaman pahit atau dalam mendampingi umat untuk
menemukan makna penderitaan dalam hidup.

10

E.

Metode Penulisan
Berhubungan dengan masalah yang dipaparkan di atas, dalam penulisan skripsi

ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan
hal-hal yang diperoleh dari hasil pustaka dan menginterpretasikan/menafsirkan
berdasarkan studi tentang Kitab Mazmur khususnya Mazmur 13 dalam memaknai
sebuah penderitaan.
F.

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I

:

berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,
perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.

BAB II :

mendeskripsikan tentang Mazmur 13 dan makna penderitaan orang
benar yang diuraikan dalam tiga bagian yaitu: pertama; pengertian serta
sejarah penulisan Kitab Mazmur, jenis-jenis Mazmur. Bagian kedua
yaitu; Mazmur 13 yang meliputi: teksnya, Mazmur 13 sebagai Mazmur
Disorientasi, strukturnya, tafsirannya, pokok utama Mazmur 13, pokok
pewartaan Mazmur 13 dan bagian ketiga yaitu; makna penderitaan
orang benar dalam Mazmur 13.

BAB III :

membicarakan empat bagian yaitu: pertama, pengertian penderitaan
secara umum. Kedua, macam-macam penderitaan manusia jaman
sekarang. Ketiga, penderitaan Yesus sebagai inspirasi untuk memaknai
penderitaan

orang

benar

jaman

sekarang.

Keempat,

Allah

mengidentifikasikan diriNya dalam diri orang benar yang menderita
dan tersingkir.

11

BAB IV :

memaparkan tiga bagian penting yaitu; yang pertama, katekese sebagai
salah satu bentuk pendampingan iman umat dalam memaknai
penderitaan.

Kedua;

SCP

sebagai

model

berkatekese

dalam

menanggapi penderitaan orang benar. Ketiga; penulis akan membuat
contoh persiapan proses pelaksanaan katekese dengan model SCP.
BAB V :

penulis akan menutup penulisan skripsi ini dengan membuat
kesimpulan dan saran.

BAB II
BELAJAR DARI MAZMUR 13 DALAM MEMAKNAI PENDERITAAN
ORANG BENAR
Bab II ini merupakan langkah awal untuk memahami Kitab Mazmur khususnya
Mazmur secara umum dan Mazmur 13. Pada bab I sudah disinggung sedikit tentang
Mazmur. Selanjutnya, bab II ini akan memaparkan sejarah terbentuknya Kitab
Mazmur dan Mazmur 13 dalam rangka memaknai penderitaan orang-orang benar Isi
pokok dalam bab II ini yaitu pengertian Mazmur dan terbentuknya Kitab Mazmur,
lalu akan disinggung pula tentang jenis-jenis Mazmur. Setelah itu, akan dipaparkan
secara khusus Mazmur 13. Penulis berharap mampu menarik suatu kesimpulan
tentang belajar dari Mazmur 13 dalam memaknai penderitaan serta pokok pewartaan
yang disampaikan Mazmur 13 dalam memaknai penderitaan orang benar.
Penulisan pada bab II ini terdiri dari tiga bagian pokok yaitu gambaran Kitab
Mazmur pada umumnya, Mazmur 13, dan yang terakhir adalah makna penderitaan
orang benar dalam Mazmur 13. Dalam pembahasan mengenai gambaran Kitab
Mazmur, terdiri dari tiga bagian kecil yaitu: pengertian Mazmur, sejarah
terbentuknya Mazmur, dan jenis Mazmur. Kemudian pada pembahasan mengenai
Mazmur 13 akan dibahas secara lebih khusus tentang Mazmur 13 sebagai Mazmur
Disorientasi, strukturnya, tafsirannnya, inti utama dari Mazmur 13, pokok pewartaan
dalam Mazmur 13. Selanjutnya pada pembahasan mengenai makna penderitaan
orang benar dalam Mazmur 13 ini akan dibahas tiga hal yaitu penderitaan bukan
akibat dosa, penderitaan membuat manusia semakin percaya dan penderitaan
membuat manusia pasrah pada kehendak Allah.

13

A.

Gambaran Umum Tentang Kitab Mazmur
Umat Kristiani selama ini mungkin tidak terlalu tahu bagaimana Mazmur bisa

ada dalam upacara keagamaan di Gereja. Kitab Mazmur dalam tradisi Kristen
diterjemahkan sebagai, “nyanyian pujian”. Sekarang ini umat Kristiani mengenal
Mazmur sebagai bagian dari liturgi Gereja. Mereka bisa saja tidak mengerti
bagaimana awal kemunculan Mazmur dalam Gereja. Mereka mengenal Mazmur
hanya sebatas rutinitas ritual Gereja. Maka untuk mengenal, mengerti dan memahami
Kitab Mazmur harus diketahui sejarah munculnya Mazmur dalam Gereja.
1.

Pengertian Mazmur
Bagi jemaat Yahudi yang berbahasa Ibrani atau Aram pada masa Perjanjian

Lama menyebut Kitab Mazmur sebagai sefer tebillim, artinya kitab puji-pujian atau
singkatnya tebillim (Barth & Pareira, 1999: 21). Dalam bahasa Arab, sering dikenal
dengan nama tahlil yang sudah sering terdengar dan tidak asing lagi di telinga bangsa
Indonesia. Tahlil itu sendiri merupakan suatu puji-pujian, syukur, keluhan dan
permohonan kepada Tuhan.
Gereja para rasul menggunakan Kitab Suci berbahasa Ibrani yakni Septuaginta.
Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim yang artinya
kitab-kitab lain. Mazmur secara istimewa sering disebut dalam Lukas 24:44 karena
memang termasuk yang paling banyak digunakan dalam gereja dan oleh para rasul
digunakan untuk menerangkan misteri Kristus. Seperti yang diungkapkan tentang
misteri Kristus dalam Injil Lukas 24 ayat 44, “Inilah perkataanKu, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni ada
tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi dan kitab
Mazmur”. Dari ungkapan ayat tersebut sangat jelaslah bahwa Mazmur disebut-sebut

14

sebagai ungkapan misteri keselamatan Tuhan kepada umat manusia. Selain itu dalam
Septuaginta, Kitab Mazmur ini disebut Psalmoi yang artinya nyanyian-nyanyian
yang biasanya diiringi musik. Pada waktu itu alat musik yang digunakan untuk
mengiringi adalah kecapi. Dalam bahasa Indonesia, Mazmur berasal dari bahasa
Arab yang artinya sama dengan terjemahan dari Psalmos (Bahasa Ibrani) yaitu
Mizmor. Mazmur ini dipakai dalam Septuaginta lalu diambil alih oleh Perjanjian
Baru (Luk 20:42; 24:44; Kis 1:20; 13:33 dsb) dan sejak saat itu kata Mazmur
menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen. Dalam tradisi Kristen, Mazmur
digolongkan dalam kelompok Kitab-kitab Kebijaksanaan dan nyanyian (Barth &
Pareira, 1999: 20).
Untuk memahami pengertian Mazmur secara lebih jelas, penulis mencoba
memaparkan pemikiran dari Barth & Pareira dan Martin Harun. Menurut Barth &
Pareira (1999: 14), Mazmur merupakan doa umat yang telah mengalami kasih setia
Tuhan. Mazmur bukan sebuah doa yang diungkapkan oleh para imam atau raja dan
tua-tua yang mengepalai suatu bangsa, suku, keluarga saja namun Mazmur adalah
sebuah doa yang diungkapkan baik secara personal maupun komunal. Menurut
Harun (1998: 11), Mazmur merupakan jawaban manusia atas sabda atau tindakan
Allah. Mazmur adalah suatu bentuk doa yang dinyanyikan. Mazmur adalah suatu
reaksi spontan atas tindakan Allah yang terjadi pada manusia.
Dari apa yang dipaparkan di atas, penulis mencoba menarik suatu kesimpulan
bahwa Mazmur lahir dari suatu pengalaman iman umat baik secara pribadi maupun
kelompok. Pengalaman iman bisa berisi ungkapan syukur terutama karena pemazmur
merasakan kasih setia dan kebaikan Tuhan, namun pengalaman iman itu juga bisa
berasal dari penderitaan berupa ratapan kepada Tuhan. Mazmur lahir dari

15

pengalaman iman jemaat akan relasinya dengan Tuhan dalam kehidupan setiap hari.
Mazmur merupakan sarana berdialog antara umat Israsel pada masa itu dengan
Tuhan dalam bentuk ungkapan syukur, keluhan/ratapan serta permohonan berdasar
pergulatan hidup sehari-hari sebagian umat beriman. Oleh sebab itu, Mazmur bisa
disebut juga ungkapan hati terdalam umat beriman untuk disampaikan kepada Tuhan.
2.

Sejarah Kitab Mazmur
Sejak dahulu bangsa Israel adalah suatu bangsa yang gemar melakukan ritual

keagamaan (doa) dengan nyanyian. Mereka memvisualisasikan doa itu dengan
nyanyian puji-pujian dan permohonan kepada Tuhan. Doa permohonan serta pujipujian yang dinyanyikan itu berdasar atas pengalaman-pengalaman hidup yang
terjadi setiap hari. Mazmur-mazmur tidak diciptakan sebagaimana sastra modern
diciptakan, melainkan tahap demi tahap berkembang dari kepentingan ibadat umat
Israel. Mazmur lahir dari pengalaman iman pemazmur dengan Tuhannya.
Pengalaman hidup berupa kekaguman akan totalitas karya Tuhan seperti
keindahan alam, kelimpahan rejeki dan hal-hal baik lainnya juga menimbulkan reaksi
spontan berupa pujian akan karya agung Tuhan. Dalam pengalaman hidup yang berat
seperti musim paceklik, kalah dalam peperangan, ditekan oleh musuh, dilanda wabah
penyakit serta musibah lainnya menimbulkan reaksi spontan berupa keluhan kepada
Tuhan sang pencipta.
Selanjutnya, pengalaman hidup pemazmur akan suatu pembebasan dari
berbagai masalah yang melanda menimbulkan reaksi berupa ungkapan syukur karena
rahmat Tuhan yang telah menyelamatkannya. Peristiwa-peristiwa yang melahirkan
Mazmur-mazmur itu sendiri tidak terjadi dalam ibadat, melainkan dalam kehidupan
seseorang atau kehidupan bangsa. Peristiwa itu bisa terjadi di mana saja, bisa di

16

kebun, ladang, medan perang, padang belantara, rumah, perjalanan, lapangan, pintu
gerbang kota, bahkan di dalam penjara. Menurut Weiden (1991: 48), bangsa Israel
menyusun Mazmur sebagai reaksi atas aksi Allah dan proses penyusunannya
memerlukan waktu yang sangat lama. Dari ribuan lagu yang telah disusun oleh
penyair-penyair Israel, sampai kini tersimpan sekitar 250 lagu, 150nya ada dalam
kitab Mazmur, sejumlah kidung dalam kitab lain dari Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Informasi tentang pengarang/penyairnya serta kapan penyusunan masingmasing Mazmur kurang begitu jelas.
Sebagian besar Mazmur yang tersimpan sampai kini disusun demi kepentingan
liturgi khususnya untuk perayaan besar. Ketidakjelasan informasi tentang siapa
penyair dan waktu penyusunan Mazmur membuat asal-usul Mazmur ketika
ditemukan hanya dikumpulkan berdasarkan tempat darimana Mazmur itu berasal.
Mengenai penyair dan waktu pembuatan sulit diidentifikasi dengan jelas. Mazmur
yang berhasil dikumpulkan, dijadikan koleksi dan sampai sekarang Kitab Mazmur
berupa kumpulan dari beberapa koleksi yang lebih kecil. Mazmur yang dikenal di
seluruh dunia, ada 150 buah dan ini terdapat dalam Kitab Mazmur. Satu hal yang
merupakan keunikan Mazmur dibandingkan sastra modern yaitu Mazmur tidak
ditulis dulu baru dinyanyikan namun sebaliknya didoakan atau dinyanyikan baru
kemudian ditulis dan dikumpulkan.
3.

Jenis-jenis Mazmur
Untuk membicarakan jenis-jenis Mazmur, penulis menggunakan pemikiran

Walter Brueggemann yang disadur oleh Heryatno (2002: 10-52). Penulis sengaja
memakai alur pemikiran Walter Brueggemann untuk melihat jenis-jenis Mazmur
dikarenakan bahwa jumlah seluruh Mazmur yang tercantum dapat dilihat dengan

17

jelas pembagiannya dalam Kitab Mazmur, selain itu akan lebih mudah dimengerti
karena berdasarkan pengalaman pemazmur setiap harinya. Menurut skema Walter
Brueggemann (1984: 10-52) yang disadur oleh Heryatno (2002: 10-51) jenis-jenis
Mazmur digolongkan dalam tiga jenis:
a.

Mazmur Orientasi
Mazmur Orientasi, menempatkan Tuhan sebagai yang utama. Mazmur ini

berisi pengalaman iman pemazmur karena ia mendapatkan kelimpahan berkat Tuhan.
Semua itu mendorong pemazmur untuk selalu memuji dan menyembah Tuhan
karena kebaikan dan kemurahan hatiNya atas umat manusia. Kebaikan-kebaikan
Tuhan ini dibuktikan melalui berkatNya yang berlimpah kepada pemazmur.
Pemazmur bisa merasakan suatu kehidupan yang harmonis, bahagia, tenteram, damai
karena penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Pemazmur meyakini bahwa Tuhan dapat
diandalkan karena selalu setia. Ungkapan Tuhan yang setia ini dipercayai karena
Tuhan selalu berada di pihak pemazmur.
Para ahli Kitab Suci membedakan Mazmur Orientasi menjadi dua bagian yaitu
Mazmur-mazmur Pujian dan Mazmur-mazmur Syukur. Mazmur Orientasi disebut
Mazmur Pujian semata-mata dengan maksud untuk memuliakan serta mengagumi
kebesaran karya dan tindakan Tuhan. Mazmur Pujian ini bersifat deskriptif. Isi pujian
itu di antaranya: memuji Tuhan yang maha besar, Tuhan pencipta dan Tuhan sejarah,
Tuhan maha baik karena Dialah yang melindungi dan menyelamatkan serta
menyelenggarakan suatu kehidupan yang baik adanya.
Sedangkan untuk Mazmur-mazmur Syukur disebut pula sebagai Mazmur
Pujian

Deklaratif

karena

tindakan

Tuhan

kepada

pemazmur

yang

telah

menyelamatkan dan membebaskan pemazmur dari malapetaka dan penderitaan.

18

Ungkapan syukur biasanya dilakukan sebagai tanggapan spontan atas pertolongan
Tuhan. Hal yang sangat membedakan antara Mazmur Pujian dan Mazmur Syukur
adalah motif dan obyeknya. Mazmur Pujian lebih ditujukan untuk menghormati
Allah dalam wujud pengakuan iman, sedangkan Mazmur Syukur merupakan reaksi
spontan pemazmur atas tindakan Tuhan yang berkenan menolong dan membebaskan
dari penderitaan (Heryatno, 2002: 11-12).
Kesimpulan dari apa yang dipaparkan di atas yaitu motif Mazmur Pujian lebih
pada ungkapan kekaguman akan karya Tuhan yang maha agung. Kekaguman itu bisa
karena keindahan alam maupun berkat Tuhan yang melimpah. Objek dari Mazmur
Pujian ini lebih kepada totalitas tindakan Tuhan kepada pemazmur yang layak untuk
dipuji. Sedangkan motif Mazmur Syukur lebih kepada ungkapan syukur dan terima
kasih karena pemazmur sudah dibebaskan dari pengalaman disorientasi yang
membuat dirinya merasa kehilangan pegangan dalam hidup. Objek dari Mazmur ini
merupakan wujud tindakan nyata yang diberikan Tuhan untuk menyelamatkan
pemazmur dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan. Ungkapan
syukur pemazmur merupakan reaksi spontan atas tindakan Tuhan yang berkenan
menolong dan membebaskan dari penderita