PERAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI KELUARGA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERAN ISTRI YANG TIDAK BEKERJA DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN

EKONOMI KELUARGA

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Laora Bramantika

  

NIM: 029114085

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  !" !

  " # # $

  $ # % $

  $

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Budaya patriarki yang begitu mengendap dan terinternalisasi dalam masyarakat membuat perempuan berada pada posisi yang subordinat dan tidak memiliki bargaining power. Kondisi demikian berimplikasi pada rendahnya kesempatan perempuan dalam hal mengambil keputusan. Dampak tersebut akan dialami pula oleh istri yang tidak bekerja, dimana mereka sangat tergantung pada suami terutama dalam hal ekonomi. Istri yang tidak bekerja tersebut, selain mengurus rumah tangga juga punya kesempatan yang lebih besar dalam berinteraksi dengan anak. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peran istri yang tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

  Peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga adalah perwujudan posisi yang diemban seseorang yang merupakan rangkaian harapan untuk mengevaluasi dan memilih beberapa kemungkinan berdasarkan fakta, nilai dan minat dalam rangka memilih istitusi pendidikan bagi anak dan pengalokasian keuangan (ekonomi) keluarga. Aspek peran pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga, yakni aspek kognitif, motivasi, afektif, dan konasi.

  Data diperoleh dengan metode pemberian skala peran istri tidak bekerja yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada 47 orang istri tidak bekerja. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif melalui program SPSS 11,5 for windows.

  Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa istri yang tidak bekerja memiliki peran yang signifikan dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Aspek motivasi merupakan aspek yang mendominasi peran istri tidak bekerja dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga. Ini dikarenakan mean empirik (111,85) lebih besar dari pada mean teoritik (87,5) serta perolehan t sebesar 23,007 memperlihatkan angka yang lebih besar daripada t

  hitung tabel sebesar 2,021 dengan taraf signifikansi 5% dan db = 40.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Patriarchal culture was really strong and internalized in our society; this made women in subordinate position and did not have bargaining power. This condition affected the low opportunity of women in making decision. Those effects will also felt by non working wives who really dependent on their husbands, especially in financial problem. Non working wives, besides taking care of the house, they also had greater opportunities to interact with their children. This research was a descriptive research which tries to identify how the role of non working wives in making decision about children’s education and family’s finance was.

  The role of making decision about children’s education and family’s finance was a form of showing the position that a person carries. It was a series of hope to evaluate and to choose several possibilities based on facts, values, and interests in choosing education institution for children and the allocation of family’s finance. The aspects of making decision about children’s education and family’s finance were cognitive aspects, motivation aspect, affective aspects, and conation aspect.

  The data were acquired by using the giving scale method to non working wives which had been tested its validity and reliability to 47 non working wives. Then the data were analyzed by using descriptive statistic method through SPSS 11,5 for windows.

  From the analysis we could see that the non working wives had a significant role in making decision about children’s education and family’s finance. Motivation aspect was the dominant aspect which encourages non working wives to made decision about children’s education and family’s finance. The analysis shows that empiric mean (111,85) is greater than theoretic mean (87,5) and also the result of t

  count

  of 23,007 shows a greater amount from t of 2,021 with the significant rate 5% and

  

table

db = 40.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Praise The Lord ! Hanya karena anugerahNya yang menuntun dan

  mengarahkan, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini demi meraih gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulis juga tidak melupakan pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, hingga memperlancar pengerjaan skripsi ini. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Tuhan Yesus Kristus. Bahwa Dia ada maka segala kesedihan yang kualami terasa tak berarti, dan yang selalu menemani serta menggandengku bahkan ketika aku berkutat dengan keegoisanku. Rasa syukur ini tak terungkapkan Bapa.

  2. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  3. Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Santa Dharma yaitu Ibu Sylvia Carolina CMYM, S.Psi., M.Si.

  4. Pembimbing skripsi saya yakni Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. yang telah dengan sangat sabar menghadapi keterbatasan saya dan membantu serta memberi pencerahkan kala kesuraman menghampiri hari-hari saya.

  5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tolong jangan pernah lelah mengajar dan mendidik kami ya Bapak dan Ibu Dosen.

  6. Semua karyawan Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan Mas- mas yang jaga parkir. Terima kasih buat curahan dedikasi kalian, membuatku tak merasakan cepatnya waktu berlalu. Tuhan memberkati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7. Bapak Agung Santoso, S.Psi., mantan pembimbing akademik-ku, karena kebaikan hatinya mau menjawab apapun pertanyaanku tentang statistik dan menerima berbagai obrolan tentang hal-hal yang nggak penting meski dari Negara Amerika sana. Terima kasih Master.

  8. Untuk Mas Gandung, Mba Nani, Mas Muji, Mas Doni dan Pa’ Gi…betapapun sibuknya, kalian selalu menghadapi dan membantu kami para mahasiswa dengan senyum dan ketulusan. Sekretariat Fakultas Psikologi memang paling oke! 9. Papa Asiang, karena doa tak terputus dan dukungan tak bersyarat menjadikan lelahku menjadi semangat. Terima kasih ya Pa . Mama…Sang Dewi dalam keluarga…yang selalu menerima segala keluh kesahku dengan hati yang luar biasa sabar dan bantuan tak terkira saat kapanpun kubutuhkan. Terima kasih ya Ma . Jangan lupa “selipannya”.

10. Bram, “taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat

  kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik (Pengkhotbah 11:6)” .

  Dalam diam kau menuntun, dalam diam kau mengajarkan. Terima kasih ya. Hehe.

  11. Mein Schatz…Kamu melihat apa yang tak kulihat dari diriku...Kamu memberi sangat banyak dalam hidupku lebih dari yang layak kuterima. Schatz, terima kasih karena sekarang hidupku dipenuhi oleh warna-warna cerah, and supaya kamu tahu aja, 50 lembar nggak cukup untuk ungkapkan kebaikanmu ke aku. (Huu!! Lebay! Lebay!) Hehe. Habe Dich sehr Lieb! 12. Keluarga besar Bapak Agustinus Elijanto, saya merasa sangat diterima sebagaimana apa adanya saya. Terima kasih buat segalanya. Tuhan memberkati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13. Elvin..the “Nenek”…selangkah demi langkah kita lalui bersama…Banyaknya kerikil bikin kita nangis bareng dan saat hujan turun tertawa juga kita bareng.

  Yang gua dapet dari persahabatan kita hanya arahanmu yang bikin hidup gua selalu melihat ke sisi yang positif. Makasih banyak Nek. I love you.

  14. Penghuni dan Pengikut Canna Exclusive Club: Dewi (Semangat! Ayo kita masuki dunia kerja), Mami “Ayu” (Nge-dur lagi yok!), Nyonya “Nur” (Hidup empe- empe! Tolong besarkan dan lestarikan keturunan Kiko Arcana Brown), Tinul (Dugem? Ayuk atuh!), Sasa (Ibu kita Kartini...Putri sejati), Fani (ibarat bumbu, kalo nggak ada kamu Canna jadi sepi..Cuih! Cuih!), Jegeg (wanna be). Untuk Cahya (jangan pernah lelah dan takut Cha, Yesus nggak pernah tinggal diam), Mba Martha & Uthe (Ayo aku dimasakin lagi), Yesi, Nana, Maya dan nama-nama lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu (Selamat berjuang!). I love you all.

  15. Teman-teman yang kusayangi: Dessy, Windra, Suko, Barjo, Adri, TN Family, PAT, Maria, Diana, Anggi (Cium sayang buat Rangga ya) dan semua teman yang tidak tersebut namanya, aku sangat bersyukur Tuhan mempertemukan aku dengan kalian, dan kala kebersamaan kita hanya kebahagiaan yang kurasakan. Terima kasih. Jesus bless you always.

  16. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini: Bude Tami (Wah, kalo nggak ada Bude saya belum selesai nih skripsinya. Makasih ya), dan nama-nama lain yang tidak bisa saya sebut satu-satu: Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Yah, seperti lagu yang dinyanyi-in Yuni Shara “Kau selalu dihati..ku ”. Tuhan memberkati.

  Yogyakarta, November 2007 Laora Bramantika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Halaman Judul………………………………………………………………… i Halaman Persetujuan………………………………………………………….. ii Halaman Pengesahan………………………………………………………….. iii Halaman Persembahan……………………………………………………….... iv Halaman Pernyataan Keaslian………………………………………………… v Abstrak………………………………………………………………………... vi Kata Pengantar………………………………………………………………… viii Daftar Isi………………………………………………………………………. xi Daftar Tabel…………………………………………………………………… xiv Daftar Lampiran………………………………………………………………. xv BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….

  1 A.

  1 Latar Belakang…………………………………………….

  B.

  5 Rumusan Masalah………………………………………… C.

  5 Tujuan Penelitian………………………………………….

  D.

  6 Manfaat Penelitian………………………………………… BAB II LANDASAN TEORI………………………………………….

  7 A.

  7 Istri yang Tidak Bekerja…………………………………… B. Peran dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dan

  Ekonomi Keluarga…………………………………………

  8 1.

  8 Peran…………………………………………………… a.

  8 Definisi Peran……………………………………… b.

  9 Dimensi Peran………………………………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2.

  13 Pengambilan Keputusan……………………………….

  3.

  16 Pendidikan Anak……………………………………….

  4.

  17 Ekonomi Keluarga……………………………………..

  C.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dan Ekonomi Keluarga……………………………………………………

  19 D. Peran Istri yang Tidak Bekerja dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dan Ekonomi Keluarga………………….

  21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….

  26 A.

  26. Jenis Penelitian…………………………………………….

  B.

  26 Definisi Operasional……………………………………….

  C.

  27 Subyek Penelitian………………………………………….

  D.

  29 Prosedur Penelitian………………………………………...

  1.

  29 Uji Coba (Try Out)…………………………………….

  2.

  29 Penelitian……………………………………………… E.

  30 Metode Pengumpulan Data………………………………..

  1.

  30 Penggunaan Skala……………………………………… 2.

  31 Indikator Skala………………………………………… 3.

  31 Blue Print dan Susunan Skala………………………….

  4.

  32 Penskoran Skala………………………………………..

  F.

  33 Kredibilitas Alat Pengumpul Data………………………..

  1.

  33 Validitas………………………………………………..

  2.

  34 Seleksi Item…………………………………………….

  3.

  34 Reliabilitas…………………………………………….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  G.

  35 Analisis Data……………………………………………… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….

  36 A.

  36 Persiapan Penelitian……………………………………….

  B.

  36 Lokasi Penelitian…………………………………………..

  C.

  36 Penentuan Subjek………………………………………… D.

  37 Tahap Uji Coba Penelitian (Try Out)……………………...

  1.

  37 Pelaksaan Uji Coba (Try Out)………………………… 2.

  37 Hasil Uji Coba (Try Out)……………………………… a.

  37 Seleksi Item………………………………………..

  b.

  39 Reliabilitas………………………………………… E.

  41 Pelaksaan Penelitian……………………………………….

  1.

  41 Penyebaran dan Pengumpulan Skala………………….

  2.

  41 Uji Normalitas………………………………………… 3.

  42 Hasil Analisis Data Penelitian………………………… a.

  42 Analisis Statistik Data Penelitian………………….

  b.

  44 Deskripsi Statistik Masing-masing Apek………….

  F.

  46 Pembahasan………………………………………………..

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….

  55 A.

  55 Kesimpulan………………………………………………..

  B.

  55 Saran………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

  57 LAMPIRAN…………………………………………………………………..

  60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR GAMBAR & TABEL

  Gambar 1. Skema Penelitian……………………………………………………

  25 Tabel 1. Distribusi Item Skala Peran Peran Pengambilan Keputusan saat Try Out …………………………………………………………………..

  32 Tabel 2. Skor Item berdasarkan Sifat Item……………………………………

  32 Tabel 3. Distribusi Item Setelah Try Out……………………………………..

  38 Tabel 4. Distribusi Jumlah Item Sahih………………………………………..

  38 Tabel 5. Distribusi Item Lolos Seleksi dengan Nomor Baru…………………

  39 Tabel 6. Tingkat Relibilitas berdasarkan Nilai Alpha………………………..

  40 Tabel 7. Hasil Uji Relibilitas Skala Peran Pengambilan Keputusan……..…..

  40 Tabel 8. Uji Normalitas Skala Peran Pengambilan Keputusan……………………………………………………………

  41 Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian…………………………………….……… 42 Tabel 10. Hasil Uji Signifikansi T Test Skala Peran Pengambilan Keputusan… 43 Tabel 11. Descriptive Statistics………………………………………………… 44 Tabel 12. Hasil Analisis Statistik per Aspek…………………………………...

  45 Tabel 13. Aspek Dominan berdasarkan Z Score……..………………………… 46 Tabel 14. Aspek Dominan berdasarkan Z Score……………………………….

  49 Tabel 15. Spesifikasi Subyek Penelitian……………………………………….

  50

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Peran Pengambilan Keputusan (Try Out)………………..

  61 Lampiran 2. Uji Reliabilitas Skala Try Out…………………………………..

  62 Lampiran 3. Uji Reliabilitas Item Sahih………………………………………

  64 Lampiran 4. Skala Peran Pengambilan Keputusan (Penelitian)………………

  66 Lampiran 5. Tabel Z Score dan Aspek Dominan……………………………..

  67 Lampiran 6. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Kognitif……………………………………………….

  71 Lampiran 7. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Motivasi………………………………………………

  72 Lampiran 8. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Afektif………………………………………………..

  73 Lampiran 9. Tabel Spesifikasi Data Subyek Penelitian berdasarkan Aspek Dominan Konasi………………………………………………...

  74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tahun 1805, Inggris memberlakukan Undang-undang yang membenarkan atau

  mengakui hak suami untuk menjual istrinya. Masyarakat Romawi Kuno menempatkan perempuan di bawah kekuasaan bapak atau saudara laki-laki, dan setelah menikah di bawah kekuasaan suami. Demikian pula masyarakat Hindu mengatur hak hidup perempuan sesuai dengan umur suaminya. Artinya jika suami meninggal maka istri pun harus mengakhiri hidupnya (Oedjoe dalam http://www.indomedia.com/poskup/2006/03/08/edisi08/0803pin1.htm, 2006). Kondisi yang sudah berjalan berabad-abad lamanya ini menunjukkan bahwa perempuan hidup dalam budaya patriarki. Budaya patriarki adalah budaya yang dikonstruksi berdasarkan dominasi dan sub ordinasi yang menempatkan (pandangan) laki-laki menjadi suatu hirarki dan norma (Manupil dalam http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/mar_08/lkOpin001.html, 2007).

  Wujud dari budaya patriarki yang umum terjadi di masyarakat adalah nama belakang (keluarga) ayah yang disandang anaknya. Fakta di Bali, jika seorang perempuan dari kasta yang rendah menikah dengan pria yang berkasta jauh diatasnya dan mereka mempunyai anak, maka si anak tidak diperbolehkan makan sepiring dengan ibunya. Sang ibu pun wajib berkomunikasi dengan anaknya dalam bahasa Bali halus (Maharatni, 2003).

  Budaya patriarki menempatkan kaum lelaki di posisi yang dominan atau superior, sehingga mau tidak mau kedudukan perempuan yang memiliki hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  interpersonal dengannya menjadi inferior atau posisinya lebih rendah. Adanya internalisasi dalam budaya yang sudah berkembang berabad-abad lamanya ini memberi kesempatan pada lelaki untuk menguasai hidup perempuan yang menjalin relasi dengannya (istri, adik). Umar (dalam http://www.sistersinislam.org.my/BM/Kudrat.pdf, 2006) mengatakan bahwa internalisasi budaya patriarki sudah berada dalam fase unconscious seseorang sehingga seakan-akan itu adalah sebuah kodrat (berasal dari bahasa Arab qudrah yang artinya ditentukan Tuhan). Internalisasi budaya dan kepatuhan terhadap ajaran agama semakin memperlemah posisi atau kedudukan perempuan yang hidup dalam budaya patriarki.

  Saat budaya patriarki begitu mengendap dalam tatanan masyarakat, maka dominasi lelaki begitu merajai setiap aspek / lapisan dalam kubu inferior (perempuan) serta menghalangi segala upaya dalam penyerataan gender. Perempuan tidak lagi punya kuasa untuk menyalurkan ide kreatifnya, adu argumentasi dengan kaum lelaki untuk mencari kebenaran, menyatakan opini ataupun sanggahan. Perempuan tidak lagi punya bargaining power. Dominasi kaum lelaki secara tidak langsung mengikis kekuasaan atau kemampuan perempuan dan menyamarkan haknya akan sebuah kehidupan yang setara dan seimbang.

  Inferioritas perempuan memicu munculnya berbagai tindakan diskriminatif. Karl Mannheim (http://matakala.wordpress.com/category/essay/, 2007) membedakan mata pencaharian antara perempuan dan lelaki, dimana laki-laki bekerja sebagai prajurit dan pemburu yang dianggap sebagai pekerjaan mulia, sedangkan perempuan bekerja di bidang pertanian, yang dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Dalam bidang politik, partisipasi perempuan di lembaga eksekutif pemerintah Indonesia tergolong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  rendah yakni dibawah 20 % dari 30 % kuota yang disediakan. Data hasil pemilu legislatif 2004 mengungkapkan hanya 11,09 % jumlah perempuan anggota legislatif dengan spesifikasi bahwa dari 17 parpol yang memiliki kursi di DPR, hanya 9 parpol yang memiliki wakil perempuan (http://www.kalteng.go.id/FORYOU/00000023.htm, 2006). Masih banyaknya perempuan pekerja yang rentan terhadap PHK, tidak tersentuh pendidikan, pelatihan dan promosi, rentan pelecehan seksual, pembagian upah, tunjangan keluarga dan kesehatan yang tidak seimbang, serta minimnya kebebasan hak reproduksi, cuti haid dan melahirkan, merupakan bentuk diskriminasi perempuan di tempat kerja (http://www.lbh-apik.or.id/kpkb-profil.htm, 2006).

  Diskriminasi perempuan merupakan implikasi dari anggapan masyarakat akan kedudukan perempuan yang rendah, menilai bahwa mereka lemah dan tidak berdaya.

  Perempuan dianggap remeh dan dianggap tidak memiliki power untuk melakukan apapun. Ketiadaan power ini menghilangkan hak perempuan untuk ikut serta dalam proses penentuan dan pengambilan keputusan dalam bidang apapun. Suara perempuan diabaikan, bahkan sengaja dilupakan karena ada kepentingan pribadi, kelompok dan golongan dari kaum lelaki. Mereka seakan-akan tidak rela memberi kesempatan pada perempuan untuk mengambil keputusan di bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif (hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pikas/artikel210403.htm, 2003).

  Kondisi di atas mencerminkan realita umum masyarakat perempuan saat ini. Bisa dibayangkan betapa besar dampaknya jika yang mengalaminya adalah perempuan (atau dalam hal ini istri) yang tidak bekerja karena mereka adalah orang-orang yang sangat tergantung pada suami, terutama dalam hal ekonomi.

  Istri yang tidak bekerja bukan hanya bergantung pada suami, tetapi juga terbiasa atau terkondisi untuk tidak mengekspresikan diri dan menyatakan eksistensinya di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tempat lain. Kondisi tersebut akan semakin memperlebar jurang kedudukan antara lelaki dan perempuan. Ini mengakibatkan proses kerjasama antara suami dan istri tidak akan lancar atau berjalan dengan baik, sehingga sebagian besar beban akan jatuh ke pundak suami karena ketergantungan yang sangat besar dari istri yang tidak bekerja.

  Perempuan selain berperan sebagai seorang istri, juga berperan sebagai ibu. Istri yang tidak bekerja tentunya akan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga. Secara langsung kesempatan untuk berinteraksi dengan anak juga akan lebih besar dibandingkan dengan suami (ayah).

  Kuantitas waktu yang sedemikian tinggi juga membuka kesempatan yang lebih luas bagi seorang istri yang tidak bekerja untuk lebih mengenal kepribadian, mengetahui kebutuhan dan permasalahan serta mendidik anaknya, maka bisa dikatakan bahwa perempuan sebagai ibu punya akses yang sangat besar terhadap perkembangan dan pendidikan anak.

  Ditambahkan pula, istri yang mengurus rumah tangga sering disebut sebagai “ratu rumah tangga” dan merupakan “pekerjaan” mulia. Sebutan “ratu” seharusnya berimplikasi pada peran perempuan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan di tingkat keluarga, namun faktanya, bukan perempuan yang lebih berperan dalam pengambilan keputusan penting, melainkan laki-laki (http://www.rahima.or.id/SR/12- 04/Fokus.htm).

  Istri yang tidak bekerja memiliki peran yang besar terhadap anak. Peran tersebut tidak akan teraplikasi dengan baik jika istri tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapat dalam pengambilan keputusan (bargaining power).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pola yang sama berlaku dalam hal ekonomi rumah tangga. Meski istri (dengan status tidak bekerja itu) yang mengatur jalannya roda kehidupan rumah tangga, menarik pula untuk diketahui apakah istri tersebut punya peran dalam memutuskan pengalokasian dana (penghasilan) keuangan keluarga.

  Saat lelaki dan perempuan memutuskan untuk hidup bersama dan berkeluarga, ada pembagian tugas dan tanggung jawab. Artinya, mereka harus bekerja sama agar pernikahan atau rumah tangga tersebut berjalan dengan baik dan bahagia, termasuk diantaranya dalam hal pengambilan keputusan.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah istri yang tidak bekerja, yang tergantung pada suami dan hidup dalam budaya patriarki, mempunyai peran dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

B. PERUMUSAN MASALAH

  Dari uraian di atas, peneliti mengajukan permasalahan “Apakah istri yang tidak bekerja mempunyai peran dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga?” C.

TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah istri yang tidak bekerja mempunyai peran dalam pengambilan keputusan pendidikan anak dan ekonomi keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. MANFAAT PENELITIAN 1. MANFAAT TEORITIS

  Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan psikologi, khususnya psikologi keluarga, dalam kaitannya dengan peran istri yang tidak bekerja.

2. MANFAAT PRAKTIS

  Dalam prakteknya, penelitian ini bermanfaat bagi suami dan istri agar keseimbangan peran yang terwujud dalam keseharian membawa keadilan yang berujung pada kebahagiaan pernikahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. ISTRI YANG TIDAK BEKERJA Pada umumnya, sebagian besar wanita memilih jalan hidup untuk menjadi

  seorang ibu dan atau seorang istri. Sebagai istri, seorang wanita diharapkan dapat mendampingi suami dan sebagai ibu, wanita diharapkan dapat mendidik dan membesarkan anaknya. Ini sesuai dengan pendapat Susanto (1997) yang mengatakan bahwa segenap cinta, waktu dan tenaga seorang wanita banyak dicurahkan bagi suami dan anaknya.

  Van Vuuren (dalam Dwijanti, 1999) melihat istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebagai seseorang yang bertanggung jawab bukan hanya untuk memelihara keharmonisan hubungan antara ibu dengan anak, melainkan juga keharmonisan hubungan antara istri dengan suami. Lebih lanjut Van Vuuren menggambarkan istri yang tidak bekerja sebagai seorang yang sering berada di rumah, memelihara, mendidik, dan mengasuh anaknya berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat.

  Menurut Bernadib (1982) istri yang tidak bekerja adalah orang-orang yang menghabiskan banyak waktunya di rumah untuk mengurusi keperluan domestik rumah tangga. Sedangkan bagi Haditono (1989) istri yang tidak bekerja tidak memiliki pekerjaan formal sehingga tidak memiliki jadwal yang tetap dan lingkup pekerjaannya hanya di sekitar rumah.

  Pendapat Hawari (2004) tentang istri yang tidak bekerja adalah wanita yang kegiatannya bukan mencari nafkah, tetapi mendampingi dan merawat suami serta memelihara dan mendidik anak. Tidak berbeda dengan Kholil (1999) yang menyebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  istri yang tidak bekerja sebagai seseorang yang hanya berperan mengurus rumah tangga, mengasuh anak, dan melayani suami sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat setempat.

  Sesuai dengan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri istri yang tidak bekerja dalam penelitian ini adalah seorang wanita menikah yang memiliki suami dan anak dan yang tidak bekerja sehingga tidak memiliki sumber mata pencaharian lain kecuali dari suaminya. Lingkup kegiatannya hanya di sekitar rumah mengurusi kebutuhan rumah tangga, mendampingi dan melayani keperluan suami, merawat serta mendidik anak-anaknya sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

B. PERAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI KELUARGA 1. PERAN a.

   Pengertian peran

  Peran adalah perilaku yang secara konsisten dilakukan seseorang sebagai kontribusinya saat ia berhubungan dengan orang lain, baik yang stabil / tidak.

  Bagi Newcomb dkk, perilaku peran bisa dikategorikan menjadi dua. Pertama, perilaku peran yang ditentukan (prescribed role or idealize). Kedua, perlaku peran yang dilakukan (actual behavioral) (Newcomb dkk, 1965).

  Lindgren (1981) mendefinisikan peran sebagai pola perilaku yang menunjukkan posisi yang kita emban atau fungsi yang harus ditampilkan pada situasi tertentu. Ini sejalan dengan pendapat Newcomb dkk (1965) yang mendefinisikan penentuan peran (role prescriptions) sebagai sebuah deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  untuk mengeluarkan fungsi dari sebuah posisi yang secara normatif telah disetujui oleh kelompok masyarakat.

  Menurut Sarbin (1959) peran adalah seperangkat perilaku yang sudah terpola yang dipelajari seseorang dalam sebuah interaksi. Pendapat tersebut di dukung oleh Heiss (1981) yang menganggap peran sebagai seperangkat perilaku yang dianggap sesuai saat seseorang memakai identitas tertentu ketika berinteraksi dengan orang lain.

  Perilaku peran merupakan seperangkat hak dan kewajiban. Ada hak dan kewajiban yang harus dijalankan. Ini sejalan dengan pendapat Suhardono (1994) yang mengatakan peran sebagai perangkat hak dan kewajiban yang dipatokkan kepada setiap individu yang menduduki suatu status sosial dimana individu berada.

  Kimmel (1990) berpendapat bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang ketika menduduki sebuah posisi. Ada harapan akan perilaku yang berbeda dari peran sebagai “ibu”, “istri” dan atau “wanita karier”, meski posisi ini diemban oleh satu orang yang sama.

  Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para tokoh tersebut mengenai peran, dapat disimpulkan bahwa peran adalah sebuah perilaku yang dapat dipelajari dan mencakup hak serta kewajiban yang dilakukan seseorang yang memegang sebuah posisi saat berinteraksi dengan orang lain.

b. Dimensi peran

  Krech (1962) mengatakan bahwa harapan yang membentuk sebuah peran bukan hanya berupa tindakan atau perilaku semata, melainkan juga harapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tentang motivasi, keyakinan (beliefs), perasaan (feelings), sikap (attitudes), dan nilai (values). Misalnya peran seorang guru bukan hanya mencakup harapan berupa tindakan (mengajar murid), tetapi juga harapan akan keinginan dan tujuan (guru diharapkan untuk tetap tertarik memperdalam kemampuan mengajarnya), perasaan (merasa puas misalnya dengan tidak berat sebelah atau adil kepada sesama murid), sikap (guru diharapkan untuk bisa membimbing atau membina dimanapun tempatnya), dan nilainya (guru diharapkan dapat menjunjung tinggi pengetahuan sebagai cara untuk mencerdaskan dan memperkaya kehidupan).

  Nilai-nilai (values) dan keyakinan (beliefs) yang dianut oleh si pemegang posisi merupakan perwujudan dari sisi kognitif dalam sebuah peran, oleh karenanya sisi kognitif sebuah peran dipengaruhi oleh faktor budaya yang berkembang di masyarakat. Sistem patriaki sudah begitu mengendap dalam tatanan atau ikatan kekeluargaan (Indonesia) sehingga dianggap sebagai sebuah budaya di masyarakat. Pengendapan atau internalisasi ini tentu mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama perempuan karena posisinya

  

dianggap lebih rendah dibanding laki-laki, bagaimana ia seharusnya bertindak

(berperan).

  Ada dua kemungkinan pola pikir yang bisa mempengaruhi perwujudan dari sisi kognitif dalam sebuah peran, yaitu: 1).

  Tradisional Cara berpikir tradisional merupakan sebuah konsep penerimaan seseorang untuk dihargai dan menanggung konsekuensi, baik di rumah maupun di masyarakat, berdasarkan aturan gender. Pola ini menempatkan laki-laki berada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pada posisi pertama dalam segala hal (Holter dalam Scanzoni & Szinovacz, 1980). Spiegel (dalam Scanzoni & Szinovacz , 1980) memberi gambaran tradisional sebagai berikut: Pertama, suami mengharapkan istri untuk mengutamakan kepentingan (tujuan) suami lebih dari kepentingan istri sendiri dan sebagai pengasuh utama (primary caretaker) anak-anak. Kedua, suami akan ikut membantu dalam membesarkan anak-anak dengan cara-cara tertentu yang sudah diatur secara jelas pun terbatas. Ketiga, istri memberi keleluasan pada suami untuk mengejar karier tanpa gangguan, selama suami bisa memberi kecukupan (good provider).

  2).

  Modern atau egaliter (seimbang) Pola berpikir modern merupakan sebuah cara berpikir yang mendukung (menuntut) adanya keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan (suami dan istri). Fakta terkini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah laki-laki yang menginginkan perempuan mendapat lebih banyak kesempatan (dan tanggung jawab) di tempat kerja, dan bagi laki-laki untuk mendapatkan tanggung jawab (dan kesempatan) yang lebih besar di bidang domestik. Disebutkan juga bahwa perkembangan sekarang orang lebih cenderung menyukai pola yang modern daripada pola tradisional (Holter dalam Scanzoni & Szinovacz, 1980). Kedua pola berpikir di atas, yang terbentuk dari hasil pembelajaran, ditambah dengan sistem patriakis yang sudah mengendap sedemikian hingga, tentunya mempengaruhi nilai (values) dan kepercayaan (beliefs) seseorang dalam mewujudkan hak dan kewajibannya sesuai dengan peran yang diemban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Huffman dan Vernoy (1987) menyebut motivasi sebagai sebuah proses menggerakkan, menjaga, dan mengarahkan perilaku demi tercapainya tujuan tertentu, sedangkan Holonen dan Santrock (1999) mendefinisikan motivasi sebagai alasan mengapa seseorang berperilaku, berpikir, dan merasa. Sesuai dengan pendapat Krech dkk (1962) dan Newcomb dkk (1965) tentang kontribusi pemegang posisi dalam masyarakat guna tujuan dari masyarakat itu sendiri (mereka menyebutnya fungsi posisi), maka motivasi disini berkaitan dengan dorongan untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang memang merupakan bagian dari sebuah peran, apa yang seharusnya (should be) dilakukan dan diberikan kepada masyarakat oleh si pemegang posisi.

  Dorongan pada motivasi ini juga menunjukkan adanya keinginan-keinginan atau harapan yang dimiliki oleh si pelaku peran.

  Segi afektif merupakan perasaan (feelings) yang dialami seseorang saat ia mengemban sebuah posisi. Bagaimana seseorang melaksanakan fungsi dari posisi yang diduduki dan merasakan bagaimana ia menjalankan perannya merupakan pemaknaan si pemegang posisi akan peran yang diembannya.

  Dalam hal ini, kedekatan hubungan (closeness) ibu dan anak serta intimacy (keintiman) antara suami dan istri bisa mempengaruhi perasaan (feelings) seorang perempuan dalam menjalalankan perannya.

  Perilaku nyata yang ditunjukkan si pelaku peran merupakan sisi konasi dari sebuah peran. Artinya adalah bagaimana seseorang mengaplikasikan atau mewujudkan fungsi dari posisi dan menjalankan perannya dalam keseharian. Hal ini sejalan dengan pendapat Linton (dalam Lindgren, 1981) bahwa peran adalah perilaku yang ditunjukkan untuk melegalkan posisi. Perilaku yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ditunjukkan tersebut berupa perilaku nyata yang dilakukan oleh si pelaku peran dalam kehidupan sehari-hari.