KUALITAS SEMEN SEGAR DAN ESTIMASI BREEDING UNIT PADA SAPI BALI (Bos javanicus) DENGAN JARAK PENAMPUNGAN YANG BERBEDA - UNS Institutional Repository
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Umum Kualitas Semen Segar Sapi Bali Selama Penelitian
Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar hasil penampungan sebanyak 10 kali dalam 5 minggu yang berasal dari 5 ekor pejantan yang berumur 4 tahun, secara umum meliputi warna, konsistensi, volume, pH, konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas dan keutuhan membran plasma semen segar yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali
Parameter Semen Min Mean Max Standar Deviasi
Makroskopis
Warna - Putih susu - - Konsistensi - Sedang - - Volume (ml) 2,80 4,53 7,20 1,02 pH 6,40 6,50 6,80
0.12 Mikroskopis Konsentrasi (×10
6
sel/ml) 647,00 1.091,00 1.461,00 190,48 Motilitas Massa (+) 2,00*) 2,00*) 2,00*) 0,00*) Motilitas Individu (%) 35,00 67,60 75,00 6,64 Viabilitas (%) 43,00 71,00 86,00 7,30 Abnormalitas Primer (%) 0,00 1,08 2,86 0,65 Abnormalitas Sekunder (%) 0,85 3,64 7,98 1,30 Keutuhan Membran Plasma (%) 37,85 61,15 83,65 9,95
- ) penilaian dipindahkan dalam angka (+ = 1, ++ = 2, +++ = 3)
Hasil evaluasi kualitas semen yang diperoleh menunjukkan semen berwarna putih susu dan berkonsistensi sedang, sesuai dengan pendapat Susilawati (2013) yang menyatakan bahwa semen segar berwarna kekuningan atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere (1981), yang menyatakan bahwa sapi menghasilkan volume yang bervariasi antara 1,0 sampai 15,0 ml. Konsentrasi rata-rata 1.091,00×10
6
± 190,48×10
6
sel/ml, hasil tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa semen dengan konsistensi sedang memiliki konsentrasi 1000 - 2000 juta atau lebih sel spermatozoa/ml. Rata-rata pH dalam penelitian ini diperoleh data 6,50 ± 0,12, hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2013) yang menyatakan bahwa nilai pH semen bervariasi dengan kisaran sekitar 6,4
- – 6,8.
Pengaruh Frekuensi Penampungan Semen terhadap Kualitas Semen Segar
Hasil pemeriksaan semen segar yang diamati dengan menggunakan 5 ekor pejantan Sapi Bali (Bos javanicus) dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pemeriksaan Semen Segar Sapi Bali dengan Frekuensi Penampungan yang Berbeda.
Parameter yang diamati Interval Penampungan Nilai P
3
4 Volume (ml) 4,39 ± 1,11 4,67 ± 1,00 0,3461 Motilitas (%) 68,20 ± 0,06 67,00 ± 0,07 0,5286
6 Konsentrasi(×10 ml) 1116,92 ± 193,08 1065,84 ± 188,24 0,3483
Abnormalitas Primer (%) 1,01 ± 0,01 1,12 ± 0,01 0,4371 Abnormalitas Sekunder (%) 3,53 ± 0,01 3,76 ± 0,01 0,5316
b a
Viabilitas (%) 68,68 ± 0,08 73,92 ± 0,06 0,0097 a, b Estimasi Breeding Unit 273,28 ± 56,94 265,64 ± 62,23 0,6527 superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya beda nyata (P < 0,05).
Volume
Volume semen hasil pengamatan berkisar antara 1 - 8 ml dengan rata-rata pada penampungan 3 hari sebesar 4,39 ± 1,11 ml dan penampungan 4 hari sebesar 4,67 ± 1,00 ml. Hasil analisa statistik volume semen antar indvidu (ulangan) menunjukkan bahwa volume semen segar pada bangsa Sapi Bali (Bos javanicus) dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Metode koleksi semen dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan, karena perbedaan perlakuan sangat kecil pengaruhnya. Sumeidiana et al (2007) menyatakan bahwa metode koleksi dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan, ejakulasi 2 kali sehari setiap 2 - 4 hari mampu menghasilkan volume semen yang optimal.
Motilitas
Rata-rata motilitas yang diperoleh pada penampungan 3 hari sebesar 68,2 ± 0,06% dan 4 hari sebesar 67,0 ± 0,07%, hal ini menjelaskan bahwa motilitas spermatozoa masih dalam kisaran normal. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa pengaruh antara interval koleksi 3 hari dengan koleksi 4 hari sangat kecil, sehingga hasil yang diperoleh yaitu tidak berbeda nyata (P>0,05). Tidak adanya perbedaan dari hasil evaluasi ini kemungkinan karena perlakuan memiliki perngaruh yang sangat kecil pada saat proses spermatogenesis, sehingga interval koleksi tidak memiliki pengaruh terhadap motilitas spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa motilitas sperma lebih banyak dipengaruhi oleh proses metabolisme didalam ekor sperma, yang berasal dari pemecahan fruktosa sebagai sumber energi.
Konsentrasi
Rata-rata konsentrasi yang diperoleh dari hasil pengamatan penampungan
6
3 hari yaitu sebesar 1116,92 ± 193,08 × 10 /ml dan penampungan 4 hari sebesar
6
1065,84 ± 188,24 × 10 /ml. Hasil analisa statistik konsentrasi semen segar tidak menunjukan adanya perbedaan (P>0,05). Jarak penampungan 3 dan 4 hari tidak berpengaruh terhadap proses spermatogenesis, (Sumeidiana et al., 2007) menyatakan bahwa, konsentrasi spermatozoa yang relatif sama mungkin disebabkan oleh adaptasi dengan lingkungan, frekuensi ejakulasi, metode koleksi semen sehingga konsentrasi sperma yang dihasilkan juga tidak berbeda. Ditambahkan dengan pernyataan Toelihere (1981) yang menjelaskan bahwa produksi spermatozoa adalah suatu proses yang berkesinambungan dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi, secara teoritik seharusnya tidak ada batas pemakaian pejantan.
Viabilitas dan Abnormalitas
Rata-rata nilai viabilitas pada pengamatan semen sega Sapi Bali (Bos
javanicus ) dengan jarak penampungan 3 hari sebesar 68,68 ± 0,08% dan
penampungan 4 hari sebesar 73,92 ± 0,06%. Hasil analisa statistik viabilitas pada pengamatan dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), hal ini dipengaruhi oleh faktor penanganan terlalu lamanya proses evaluasi dengan jarak setelah semen diejakulasikan, karena pada dasarnya daya hidup sperma diluar tubuh hanya bisa bertahan beberapa jam, hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarti et al. (2004), yang menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya waktu akan terjadi penurunan jumlah substrat, penurunan pH, pertumbuhan bakteri, yang akan menimbulkan efek mematikan terhadap sperma.
Rata-rata abnormalitas primer pada pengamatan semen segar Sapi Bali (Bos javanicus) dengan jarak penampungan 3 hari sebesar 1,01 ± 0,01% dan penampungan 4 hari sebesar 1,12 ± 0,01%. Abnormalitas sekunder dengan penampungan 3 hari memiliki rata-rata 3,53 ± 0,01% dan penampungan 4 hari sebesar 3,76 ± 0,01%. Hasil analisa statistik abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder pada pengamatan dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda tidak menjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Abnormalitas sperma lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi dan proses spermatogenesis pada masing-masing individu, hal lain yang menyebabkan abnormalitas sekunder sebagian besar disebabkan oleh kesalahan preparasi sehingga menyebabkan tingginya prosentase (Arifiantini et al., 2006). Jumlah spermatozoa yang abnormal pada spermatozoa Sapi Bali ini termasuk sedikit, hal ini disebabkan ternak yang digunakan merupakan sapi yang telah terlatih untuk ditampung semennya, selain itu juga sistem manajemen pakan dan handling terhadap spermatozoa sudah baik.
Breeding Unit
Breeding unit merupakan jumlah straw yang dapat dihasilkan setiap kali
proses penampungan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai estimasi yang dihasilkan pada jarak penampungan 3 hari sebesar 273.28 ±
breeding unit
56.94 jumlah straw dan jarak penampungan 4 hari sebesar 265.64 ± 62.23 jumlah
straw . Hasil analisa statistik estimasi breeding unit pada pengamatan dengan
perlakuan jarak penampungan yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05), hal ini disebabkan perlakuan jarak penampungan tidak memiliki frekuensi yang terlalu lama sehingga tidak berpengaruh terhadap konsentrasi dan volume yang dihasilkan pada saat penampungan (Sukhla, 2011). Breeding unit erat kaitanya dengan konsentrasi dan volume semen sehingga apabila tidak terdapat perbedaan pada volume dan konsentrasi secara otomatis juga tidak berpengaruh terhadap estimasi breeding unit yang dihasilkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah interval koleksi 3 hari dengan interval 4 hari secara umum dapat meningkatkan viabilitas spermatozoa pada semen segar Sapi Bali.
B. Saran
Penampungan semen dengan interval jarak 3 hari dan 4 hari tidak mengakibatkan perbedaan kualitas semen yang dihasilkan, sehingga layak digunakan sebagai semen beku. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan perbedaan interval jarak penampungan 3 hari dan 4 hari dalam waktu yang lama dan terus menerus untuk mengetahui perbedaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Affandhy, L., A Rasyid, dan N. H Krishna. 2010. Pengaruh Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Pedet Sapi Potong Terhadap Kinerja Reproduksi Induk Pasca beranak (Studi Kasus Pada Sapi Induk PO Di Usaha Ternak Rakyat Kabupaten Pati Jawa Tengah) (Effect of Improved Management on Ongole Grade Calves Rearing on.” Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan
Veteriner : 40 –46.
Afianti, F., Herdis dan S. Syahruddin. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta. Ahmed, K.U., M.R. Islam. M.K.U. Talukder. Z. Rahman. M.M. Hossain and
M.M.U. Bhuiyan. 2014. Influence of breed, age and collection interval on semen quality of a dairy bulls in Bangladesh. Bangladesh Research Publications Journal. 10: 275 - 282
Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin. Universitas Brawijaya, Malang. Annisa. N., T. Susilawati., dan N. Isnaini. 2015. Kualitas Semen Segar dan
Produksi Semen Beku Sapi Simmental pada Umur yang Berbeda. Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Ari, U. C., C. L. Necdet. Y. Savas. K. Recai and O. Yavuz. 2011. Effects of semen collection interval on fresh and frozen semen parameters in tushin rams. Bulletin of the Veterinary Institute in Pulawy. 55: 67 - 70. Arifiantini, R. I., T. Wresdiyati dan E.F. Retnani. 2006. Pengujian morfologi spermatozoa sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan williams.
Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 31: 105 –110. Campbell, J. R. dan J. F. Lasey. 1985. The Science of Animals That Serve Humanity. 3rd ed. McGraw Hill Book Company, New York.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung. Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Longivitas Pasca Thawing Semen Beku Sapi FH (Frisian Holstein) Menggunakan Berbagai Bahan Pengencer. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Gunawan., D. Pamungkas dan L. Affandy. 1998. Sapi Bali Potensi, Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.
Gunawan, M., F. Afiati, E.M. Kaiin, S. Said dan B. Tappa. 2004. Pengaruh media pengencer terhadap kualitas spermatozoa beku sapi PO. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan veteriner. hal. 61 –66. Hardjosubroto, W. dan J. M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. Jakarta: PT Gramedi Widiasarana Indonesia.
21 Hawk, P. B., B. L. Oscar and W. H. Summer Son. 1965. Practical Phisiologycal Chemistry. Mc. Graw Hill Book Compagni. New York. Toronto London. pp. 1077-1103. Ismaya. 2014. Boteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kusnadi, U. 2008. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman
Ternak untuk Menunjang Swasembada Daging Sapi. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(3): 189 –205. Mahmud, A. T. B. A. 2014. Evaluasi Kemurnian Genetik Sapi Bali di Kabupaten Barru Menggunakan DNA Penciri Mikrosatelit Lokus Inra035. Melita, D., Adam dan D. Mulyadi. 2014. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi ejakulasi terhadap kualitas spermatozoa Sapi Aceh. Jurnal Medika
Veterinaria. 8: 15 –19. Mukminat, A., S. Suharyatib., Siswanto. 2011. Pengaruh Penambahan Berbagai
Sumber Karbohidrat pada Pengencer Skim Kuning Telur Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Bali: 87 –92.
Narato. 2009. Teknik Pengawetan dan Pewarnaan Sperma. Jakarta. Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya.
Jakarta. Priyanto. L., R. I. Arifiantini., T. L. Yusuf. 2015. Deteksi Kerusakan DNA
Spermatozoa Semen Segar dan Semen Beku Sapi Menggunakan Pewarnaan Toluidine Blue. 16 (1) : 48 –55.
Rice, V. A. 1956. Breeding and Improvement of Animals. McGraw – Hill Book Company, New York. Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Shukla, M. K. 2011. Applied Veterinary Andrology and Frozen Semen Technology. New India Publishing Agency. New Delhi, India.
Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Stout. Michael A. 2004. Comparison of Epididymal and Ejaculated Sperm
Collected the Same Holstein Bulls . Desertation. University of Louisiana Lafayette.
Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Situmorang, R.G. Sianturi dan D.A.
Kusumaningrum. 2004. Penggunaan katalase dalam produksi semen dingin sapi. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. hal. 215 –220.
22 Sumeidiana, I., S. Wuwuh, dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan
Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas Diponegoro Semarang. Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Universitas Brawijaya Press. Malang. Talib, C. K. Entwistle., A. Siregar., S. Budiarti-Turner and D. Lindsay. 1991.
Survey of population and production dynamics of bali cattle and existing breeding programs in indonesia. ACIAR Proceedings No. 110 (printed version published in 2003. Talib, C. 2002. Sapi Bali di Daerah Sumber Bibit Dan Peluang
Pengembangannya. Bogor. Wartazoa 12 (3): 100 –107. Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung. Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.
23 Lampiran 1. Identitas Ternak dan foto ternak.
Nama Pejantan
Kode Pejantan
Tanggal lahir Bobot Badan (kg)
Lingkar Skrotum
(cm) Body
Condition Score
(BCS) Bedugul 11293
31 Desember 2012 656 29,5 4,25 Grogak 11292
22 Desember 2012 618 27,25 4,25 Penebel 11291
12 Juni 2012 655 27,25 4,25 Sapta 11288
16 Mei 2012 698 25,5 4,25 Tanjung 11289
1 Juni 2012 572 27,25 4,25 Nama Pejantan Foto
Bedugul Grogak
Penebel
24 Sapta
Tanjung
25 Lampiran 2. Abnormalitas Spermatozoa
Abnormalitas Foto Abnormalitas Sekunder / Abnormalitas pada ekor
Abnormalitas Primer / Abnormalitas pada kepala
26 Lampiran 3. Viabilitas Spermatozoa
Viabilitas Foto Sperma Hidup
Sperma Mati