NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS DALAM SURAT NUH

  NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS DALAM SURAT NUH Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : Ani Maslihatul Maghfiroh NIM : 111 03 024 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Yedi Efriadi, M.Ag.

NOTA PEMBIMBING

  Lamp. : 3 Eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga

  Di Salatiga A ssa la m u 'a la ik u m wr. wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama : Ani Maslihatul Maghfiroh

  NIM : 111 03 024 Jurusan : Tarbiyah Program Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam Surat Nuh

  Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian surat ini, harap menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  W assa la m u 'a la ik u m wr. wb.

  Salatiga, 21 September 2007 Pembimbing ffiadi, M.Ag.

  NIP. 150 318 023

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  

PENGESAHAN

  Skripsi Saudari : Ani Maslihatul Maghfiroh dengan Nomor Induk Mahasiswa

  

: 111 03 024 yang berjudul : Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam

Surat Nuh, telah dimunaqasahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah

  STAIN Salatiga, pada hari Senin_tanggal 19 Ramadhan 1428 H yang bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 2007 M, dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 19 Ramadhan 1428 H

  1 Oktober 2007 M Panitia Ujian,

  Sekretaris Sidang Penguji II

  t Drs. Masykur Minan, M. A.

  Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. NIP. 150182685 NIP. 150284602

  Pembimbing Yedi Efriadi, M.Ag,

  NIP. 150318023

  

MOTTO

"Emasmu adalah agamamu,

perhiasanmu adalah budi pekertimu,

dan hartamu adalah sopan santunmu".

  

“JCemwiin a d a la h m im pi yon # telah bentala,

c&ok fuvd a d alah cita-cita yang- indah,

dan dani ini a d a la h kenyataan”

  PERSEMBAHAN Karya Ini teudedlteasltean teepada :

❖ ibu (Aterom Tarblyah) danB>apafe (i^arocjjl) y an g telah mengasuh

dlrlleu, terima teaslh atas segala pengorbanannya balte lahir m.aupuiA, batin.

  

❖ Abah Habib d a n u.m .1 inayah y an g senantiasa kuharapkan berkah

Ilmu darlruya.

  ❖ A dikku ishlah d an TKosyad terlila kasih atas bantuan kailan berdua.

  

♦ ♦ ♦ Mas A ' a u. y an g selalu menemani dalam, m eniti langkahku terlupa

kasih atas spirit da ia ,ju g a d o 'a n y a.

  

❖ Teman-teman PA i 2003 : Lala, onnle, tsna, Tsai^l, y atl, N a'lm , ils,

6 ny, w lda, wldle, < 2 un, persahabatan kita belum, berakhir dl slnl.

  ❖ Teman-teman gedung putih : Am lr,J a y ,J azull, N aslrjan g an lupakan ieebersamaan kita sa a t rn.enlm.ba Ilmu.

  ♦ ♦ ♦ Tem.an-tem.an sepetjuangan : yull, Alda, Clun, ‘g.asthoml, Arlep dan Kemplang, ayo sem.angat...! sem.ua pembaca yang budiman.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafa'at beliau besok di Yaumul Qiyamah. Amiin....

  Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam

  

Surat Nuh ” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka memperoleh

  gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., S.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  3. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi pengarahan sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

  4. Semua Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan yang telah memberi bekal

  5. Suluruh keluarga dan rekan-rekan yang telah membantu dan memberi dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka penulis memohon kepada para pembaca atas saran dan perbaikan yang membangun bilamana skripsi ini terdapat kesalahan.

  Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

  Salatiga, 22 September 2007 Penulis

  Ani Maslihatul M NIM 111 03 024

  

DAFTAR ISI

  Halaman Halaman Judul ...

  Nota Pembimbing

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Lingkunganlah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Lingkungan yang terdekat adalah keluarga, setelah itu masyarakat sekitar dan dunia pada umumnya. Seorang anak akan mendapatkan pendidikan yang pertama dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya, serta mengajak anak-anak untuk meneladani sikap-sikap yang baik.

  Rasulullah SAW telah bersabda :

  2 s * o £ , sH o ^ .X 2 X > %.* A ' ? .t, ^ f ',0 f

  1 j ) J j \ j O j & A JI

  . . J)

4 j O ^J

   d) JujJ i / / ✓

  “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.... ” . (H.R. Al-Bukhari)

  Sejalan dengan hadist di atas, Abudin mengutip pendapat Al-Ghazali yang mengatakan bahwa jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan 1 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Thoha Putra, Semarang, t.t., him. 104.

  2 perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek.2

  Manusia lahir ke dunia dalam keadaan suci seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih ini nantinya akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Lingkungan keluarga, terutama orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan anak. Apabila anak mempunyai orang tua yang baik dan mengajarkan kepada dirinya prinsip-prinsip iman dan islam, maka anak akan tumbuh dalam akidah iman dan islam.

  Ngalim Purwanto ketika menguraikan pentingnya pendidikan dalam keluarga, ia mengutip pendapat Comenius yang menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak. Comenius menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan dalam keluarga yang disebutnya

  scola materna

  (sekolah ibu).3 Selain dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, pendidikan anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau masyarakat. Apabila lingkungan itu baik, maka seorang anak akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila lingkungan sosial itu tidak baik, maka seorang anak akan menjadi tidak baik pula.

  Tidak semua anak yang dilahirkan dan hidup dalam keluarga yang baik akan tumbuh dengan baik. Seorang anak yang dijuluki nakal dan brutal ternyata cukup

  2Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. Ke-1, 1997, him. 162. J M. Ngalim Purwanto., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm.79.

  3 banyak yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar dan taat beragama.

  Sebaliknya, tidak sedikit anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga bodoh dan miskin atau bahkan tidak taat beragama.

  Dalam Al-Qur'an terdapat kisah seorang putra nabi yang hidup dalam keadaan tidak beriman kepada Allah swt, yaitu putra Nabi Nuh as yang bernama Kan an. Kan an adalah seorang anak yang kafir dan tidak mau menaati perintah ayahnya. Dia tidak mau mentaati perintah ayahnya meskipun ayahnya seorang nabi, bahkan Kan an juga bergabung dengan kaum Nabi Nuh as yang menentangnya. Nabi Nuh as sudah berusaha menyadarkan dan menghimbau agar anaknya mau mengikuti perintah ayahnya untuk senantiasa menyembah Allah swt dan minta perlindungan kepada-Nya, tetapi dia tidak menghiraukan nasihat ayahnya.

  Nabi Nuh as merupakan salah satu utusan Allah yang diberi gelar “ULUL ‘AZMI”. Disebut ULUL 'AZMI karena berhati teguh dan berkemauan keras menghadapi cobaan-cobaan yang sangat berat. Ada di antara rasul yang bersabar menghadapi cobaan dan pendustaan kaumnya selama berabad-abad. Abad demi abad berlalu, karena nabi ini berumur panjang, namun seluruh hidupnya berlalu penuh dengan ujian dan penderitaan yang berat. Nabi Nuh as hidup di tengah kaumnya selama hampir seribu tahun, sedangkan yang beriman kepadanya dari kaumnya hanya sedikit saja4.

4 M. Ali ash-Shabuni, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, Lentera, Jakarta, November 2001, hlm.26.

  4 Selain sebagai Rasul Ulul 'Azmi, Nabi Nuh as juga merupakan manusia pilihan Allah yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Nabi Nuh as memberi peringatan dan nasihat kepada mereka, menyeru mereka ke jalan Allah swt, namun dia hanya mendapat pengingkaran dan penindasan dari kaumnya.

  Nabi Nuh as merupakan manusia pilihan Allah sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:

  r*"- . ' ' n *

  4&I (1)^

  Artinya Sesungguhnya Allah swt telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (dari masa mereka masing- masing) ”.5(Q.S. Ali Imran : 33)

  Kisah Nabi Nuh as dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu Surat Nuh. Isi surat Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as kepada kaumnya untuk beriman kepada Allah swt serta bertaubat kepada-Nya; perintah memperhatikan alam semesta dan kejadian manusia yang merupakan manifestasi kebesaran Allah swt; siksaan Allah di dunia dan akhirat bagi kaum Nuh yang tetap kafir dan do'a Nabi Nuh as.6

  Nabi Nuh as menghadapi semua ini dengan penuh kesabaran kemudian diakhiri dengan datangnya azab yang menimpa mereka yang ingkar yaitu air bah

  5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Q ur'an Dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1995, him. 80.

  

6 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilm u Al-Q ur'an, Amzah, Wonosobo, 2005, him. 226.

  5 yang menenggelamkan segala sesuatu serta selamatnya orang-orang yang beriman pada ajarannya.

  Dari satu sisi Nabi Nuh as adalah manusia terpilih untuk membimbing kaumnya. Terpilihnya ia pasti karena Allah swt Maha Mengetahui kredibilitas dia untuk mendidik umatnya. Namun, di sisi yang lain ternyata Nabi Nuh as tidak berhasil mendidik umatnya, termasuk anaknya untuk menjadi lebih baik.

  B. Rumusan Masalah.

  Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana peran Nabi Nuh as sebagai pendidik dalam Al-Qur'an ?

  2. Mengapa Nabi Nuh as gagal memperbaiki sebagian besar umatnya termasuk anaknya ? C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana peran Nabi Nuh as sebagai pendidik dalam Al- Qur'an.

  2. Untuk mengetahui mengapa Nabi Nuh as gagal memperbaiki sebagian besar umatnya termasuk puteranya.

  D. Penjelasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan tejadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

  6

  1. Nilai Edukatif Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Edukatif adalah berbagai hal yang bersifat mendidik.

  Maksud dari nilai-nilai edukatif dalam penelitian ini adalah hal-hal yang penting dan berguna dalam rangka membimbing dan membentuk manusia agar sesuai dengan fitrahnya.

  2. Kisah Nabi Nuh as dalam Surat Nuh Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kisah adalah riwayat, cerita, suatu peristiwa/kejadian.7

  8 berarti kisah, cerita, berita atau kejadian. Qashash, bentuk jamak dari Qishah yang secara istilah berarti kisah-kisah (dalam Al-Qur'an) tentang para nabi dan rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa sekarang.10 *

  9 Kisah berasal dari Bahasa Arab Qishah, yang

  Sedangkan Nabi Nuh as adalah nama di antara para nabi dalam kepercayaan Islam.11 Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah Yang Maha Pengasih dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia.12 7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him.

  677.

  

8 Djaka P, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Mandiri, Surakarta, t.t., him. 82.

  9 Ibid., hlm.207.

  10H. Ahmad Syadali & H. Ahmad Rofi'i, Ulumul Q ur'an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997, him. 27. " W.Al-Hafidz, op.cit., him. 225.

12 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep Pustaka Hidayah, Bandung, 1996, him. 67.

  Islam Secara Mudah,

  7 Surat Nuh adalah nama sebuah surah yang ke-71 di antara surah-surah dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 28 ayat dan termasuk dalam golongan surah-surah makkiyah.13

  Maksud dari kisah Nabi Nuh as dalam penelitian ini adalah riwayat perjalanan hidup Nabi Nuh as sebagai seorang nabi, dalam menyebarkan misi dan ajarannya, cara-cara mendidik kaumnya, serta cobaan-cobaan berat yang dialaminya.

  Jadi, secara keseluruhan maksud dari judul * Nilai-nilai edukatif pada

  kisah Nabi Nuh as dalam Surat Nuh ” adalah pemahaman tentang nilai-nilai

  pendidikan yang dapat diambil dari kisah perjalanan hidup Nabi Nuh as yang terdapat dalam Surat Nuh.

E. Manfaat Hasil Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi ilmiah maupun dari segi sosial.

  1. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan pemikiran tentang pendidikan melalui kisah dalam Al-Quran pada khalayak umum, khususnya bagi para pendidik.

  2. Sedangkan dari segi sosial, diharapkan dapat membuka cakrawala baru tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

13 W. Al-Hafidz, op.cit., him 226.

  8

F. Metodologi Penelitian

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian literer karena didasarkan pada studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan. Dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama- tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan.14

  2. Metode Pengumpulan Data Data diperoleh melalui 2 sumber data yaitu :

  a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung berkaitan dengan objek riset yaitu Al-Quran.

  b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang digunakan untuk melengkapi dan merupakan penunjang yang dijadikan sebagai alat bantu dalam menganalisa permasalahan yang muncul, yaitu melalui literatur- literatur tafsir dan sumber lain yang mendukung, seperti buku-buku tentang pendidikan, ensiklopedi, filsafat dan sejarah nabi. Literatur tafsir yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir An-Nuur, Al- Mishbah, Al-Mizan dan tafsir terjemahan Al-Qur'an.

  14Anton Bakker & Achmad Charris Zubair, M etodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 63.

  9

  3. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian. Analisis dalam penelitian ini penulis menggunakan Content Analysis (analisis isi). Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.15 Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber data yang digunakan, kemudian data yang telah tersusun dipahami untuk dianalisis dan ditarik beberapa kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi: A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Penjelasan Istilah E. Manfaat Hasil Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Skripsi 15 Noeng Muhadjir, M etodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, him. 49.

  10

  BAB II : Pada bab ini akan dijelaskan tentang : A. Pengertian kisah B. Konsep Kenabian, meliputi:

  1. Pengertian Nabi dan Rasul

  2. Sifat-sifat Nabi dan Rasul

  3. Fungsi kenabian

  C. Kata Nuh dalam Alqur’an

  BAB III : KISAH NABI NUH AS DALAM SURAT NUH

  A. Masa hidup Nabi Nuh as

  B. Dakwah Nabi Nuh as kepada kaumnya

  C. Nabi Nuh as membuat kapal

  BAB IV : PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS

  A. Peran Nabi Nuh as sebagai pendidik

  B. Kegagalan Nabi Nuh as dalam mendidik kaum dan puteranya BABY

  : PENUTUP

  Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran serta kata-kata penutup dari penulis.

BAB II A. PENGERTIAN KISAH ^ Banyak perbedaan pendapat dalam memberikan interpretasi tentang kisah, baik secara bahasa maupun secara istilah. Namun, pada intinya adalah sama.

  5* ** Secara etimologi, kisah berasal dari Bahasa Arab Qishah ( ^ bentuk jamaknya adalah Qishash ( ), yang berarti cerita, kisah, hikayat.1 Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kisah berarti riwayat, cerita, suatu peristiwa atau kejadian.1

  2 Dalam Ulumul Qur'an, Qashashul Qur'an ialah kisah-kisah dalam Al- Qur'an tentang para nabi dan rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.3

  Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, kisah ialah pengajaran-pengajaran dan petunjuk-petunjuk yang berguna bagi para penyuruh kebenaran dan bagi orang- orang yang diseru kepada kebenaran.4

  Dalam Al-Qur'an terdapat sekian banyak kisah indah dan mengesankan yang pantas dan perlu diceritakan kepada anak-anak, seperti kisah-kisah Nabi dan

  1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Ponpes Al-Munawwir, Yogyakarta, 1984, him. 1211.

  2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, hlm.207.

  3H. Ahmad Syadali, & H. Ahmad Rofi'i, Ulumul Q ur'an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997, him. 27.

  4Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Q ur'an/tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, him. 160. Rasul, kisah Luqman, Raja Iskandar Dzulqamain, Ashabul Kahfi, kisah Kan an, kisah Fir'aun, Abrahah dan sebagainya.

  Kisah-kisah tersebut akan lebih mengena, membekas dan memberikan pengaruh pada jiwa anak. Anak akan bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah itu, apalagi kisah-kisah Al-Qur'an seluruhnya adalah kisah-kisah faktual, nonfiksi, benar-benar teijadi, bukan rekaan dan khayalan.

  Pada prinsipnya, kisah-kisah dalam Al-Qur'an memuat asas-asas pendidikan, tidak hanya pendidikan sosiologis, tetapi aspek rasio juga.5 Pada kisah-kisah tersebut dapat juga kita temukan sejumlah pelajaran untuk dijadikan dasar dalam membina individu. Ayat yang menerangkan tujuan diuraikannya kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukanlah sekedar hiburan dan pelepas lelah melainkan untuk diambil pelajaran adalah sebagai berikut:

  Artinya : “Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat pengajaran

  bagi orang-orang yang mempunyai a k a l...”(Q. S. Yusuf: 111 )6

  Ayat lain juga mengisyaratkan untuk mengambil manfaat dari kisah-kisah Al-Qur'an dengan menggunakan pemikiran serta merenungi riwayat-riwayat itu, serta mengikuti jejak para nabi dan rasul Allah swt.

  

5 Syaikh M. Al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Q ur'an, Mizan, Bandung, 1997, hlm.68.

  6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Q ur'an dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1995, hlm.366.

  13

  ' 0 f ' ss 0 % ^ s ' s s ' ° f ° ""

j 0 ^2 J i j & « a i

  . p^l*J jl 13 ---- Artinya : "... Ceritakanlah kisah-kisah itu semoga mereka berfikir”. (Q.S.

  Al-A'raf :176)7 Dalam memaparkan riwayat atau kisah, Al-Qur'an mempunyai berbagai tujuan. Di antara tujuan kisah adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengukuhkan wahyu dan risalah.

  Al-Qur'an menerangkan bahwa kisah-kisah itu datang melalui wahyu. Para Rasul menyampaikan agama yang mereka bawa melalui wahyu dari Allah swt. Disampaikannya kisah-kisah dalam Al-Qur'an dengan teliti dan uraian indah menjadi bukti yang kuat bahwa kisah-kisah itu adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah swt.

  2. Untuk menerangkan bahwa agama itu sepenuhnya dari sisi Allah.

  Sejak Nabi Nuh as sampai Nabi Muhammad saw, agama semuanya berasal dari Allah swt. Orang-orang yang beriman merupakan umat yang satu dan hanya Allah tuhan mereka semua.

  3. Menerangkan dakwah para rasul.

  Sarana yang digunakan oleh para nabi dalam berdakwah adalah sama. Para nabi dan rasul memusatkan perhatian pada satu tujuan yaitu meyakini kepercayaan terhadap Allah Yang Maha Tunggal yang menjadi sasaran dakwah dari para rasul.

7 Ibid., him. 251.

  4. Menunjukkan sikap umat terhadap nabinya.

  Tanggapan setiap umat terhadap dakwah para nabi adalah hampir sama, walaupun agama yang mereka sampaikan berasal dari sisi Allah swt, dan bahwa agama itu berdiri di atas landasan yang sama. Mereka memperolok dakwah para rasul, tidak hanya dengan kata-kata kasar tetapi juga berkeinginan untuk membunuh para rasul.

  5. Menunjukkan hubungan erat antara semua syariat dan agama.

  Semua agama datang dari sumber yang satu yaitu Allah swt penguasa alam semesta. Setiap nabi datang membawa ajaran yang sifatnya melanjutkan atau menyempurnakan ajaran yang sebelumnya, menyeru orang untuk beriman kepada ajaran yang disampaikan serta meyakini agama yang datang dari Allah swt.

  6. Menerangkan kemenangan bagi para nabi.

  Pada akhirnya Allah swt menolong para nabi-Nya dan membinasakan orang-orang yang mendustakan. Yang demikian adalah untuk menguatkan jiwa para nabi, memberi harapan dan menghibur mereka, di mana Allah akan membahagiakan mereka di dunia dengan membinasakan mereka yang mendustakan para nabi dan rasul.

  7. Menerangkan kekuasaan Allah swt dalam menampilkan hal-hal luar biasa atau mukjizat.

  Salah satu tujuan kisah dalam Al-Qur'an adalah untuk menerangkan kekuasaan Allah terhadap peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti kisah penciptaan Adam dan kelahiran Isa anak Maryam. Adam lahir tanpa bapak tanpa ibu, Isa lahir dari seorang ibu tanpa bapak. Semua itu sebagai bukti kekuasaan Allah yang luar biasa.

  8. Menerangkan akibat kebaikan dan akibat kejahatan.

  Kisah dalam Al-Qur'an bertujuan untuk menerangkan akibat sesudah kebaikan dan akibat sesudah kejahatan dan kerusakan. Semua kisah diceritakan untuk menerangkan akibat kebaikan yaitu akan menghasilkan pahala dan kebaikan, sedangkan akibat kejahatan akan mengakibatkan keburukan dan azab yang pedih. Contoh dalam hal ini adalah kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil), kisah pemilik dua buah kebun, kisah “Ashhabul Ukhdud” (orang-orang yang dimasukkan ke dalam parit berapi).

B. KONSEP KENABIAN

1. Pengertian Nabi dan Rasul

  Kata nabi berasal dari kata naba' yang berarti berita. Menurut bahasa, nabi berarti orang yang menyampaikan berita. Sedangkan menurut istilah,

  18 disebutkan dalam Al-Qur'an, setiap muslim wajib percaya dan beriman bahwasannya ada nabi-nabi selain mereka yang 25 itu.

  Berapa sebenarnya jumlah nabi, tidak ada orang yang tahu. Al-Qur'an melalui ayat-ayatnya di berbagai tempat, hanya menyebutkan nama-nama rasul Allah yang berjumlah 25 orang. Mereka itulah yang wajib dipercayai oleh kaum muslimin.

  Para nabi dan rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau tingkatan yang berbeda-beda. Ada 4 orang rasul yang diberi kitab suci, yaitu Nabi Musa as, Nabi Daud as, Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw. Masing-masing dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an.

  Di antara ke-25 nabi yang wajib diimani setiap muslim terdapat lima nama dengan status ulul 'azmi atau yang diunggulkan karena dianggap telah menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai nabi, yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw.13 Ulul 'Azmi artinya adalah orang-orang yang mempunyai keteguhan hati.

  Maksudnya telah mempunyai keteguhan hati dalam menyampaikan wahyu Allah kepada umat mereka masing-masing, sekalipun mendapatkan perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari musuh-musuhnya.14

  13 Ash-Shabuni, op.cit., him. 158.

  14 Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya, 1990, him. 134.

  <3

2. Sifat-sifat Nabi dan Rasul

  Para nabi dan rasul merupakan manusia pilihan Allah yang diangkat untuk menjadi utusan-Nya, dengan memiliki keistimewaan yang berbeda dengan manusia lain serta sifat-sifat yang agung. Adapun sifat-sifat nabi dan rasul adalah sebagai berikut:

  1) Ash-Shidiq, artinya benar atau jujur.

  Seorang nabi tidak mungkin melakukan tindakan yang mengurangi kesempurnaannya, seperti : dusta, khianat, mengambil harta milik orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan dan sifat-sifat lain yang tercela. Jika sekiranya dusta itu teijadi pada seorang nabi, maka kepercayaan terhadap berita-berita wahyu yang mereka sampaikan akan hilang.

  2) Amanah, artinya dapat dipercaya.

  Maksudnya ialah dapat dipercaya dalam menyampaikan segala yang diperintahkan oleh Allah swt tanpa ditambah atau dikurangi. Semua nabi dapat dipercaya dalam menyampaikan perintah Allah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah kepada mereka. Mereka tidak mungkin berkhianat atau menggelapkan (tidak menyampaikan perintah-Nya), sebab berkhianat itu berlawanan dengan amanah.

  3) Tabligh, artinya menyampaikan.

  Sifat ini merupakan sifat khusus bagi para rasul utusan Allah. Yang dimaksud dengan tabligh ialah menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah kepada manusia, sekalipun untuk itu harus menghadapi berbagai macam rintangan.

  4) Fathonah, artinya cerdas.

  Allah swt tidak mengutus seorang nabi melainkan dilengkapi dengan kecerdasan luar biasa, di samping kesempurnaan akal dan kecerdasan pribadi. Allah menganugerahkan atas mereka akal yang sehat dan kedewasaan jiwa, kecerdikan dan ketanggapan supaya dapat mengajukan argumentasi yang tepat kepada kaumnya. Daya pikir dan kekuatan akal mereka tidak mungkin menjadi lemah atau lumpuh, karena yang demikian itu merupakan karunia Allah yang dianugerahkan kepada orang yang dikehendaki-Nya.

  5) Ishmah, artinya terpelihara dari berbuat salah dan dosa.

  Pengertian “ishmah” adalah perlindungan yang diberikan oleh Allah swt kepada para nabi dan rasul sehingga tidak teijerumus melakukan maksiat dan perbuatan dosa, munkar dan haram. Para nabi dan rasul adalah pemimpin, maka bagaimana mungkin seorang pemimpin memerintah bawahannya melakukan kebajikan dan melarang mereka melakukan kejahatan padahal dia sendiri melakukan berbagai kekejian dan perbuatan mungkar.

3. Fungsi Kenabian (Nubuwah)

  Nubuwah adalah anugerah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang dikehendaki-Nya. Nubuwah tidak dapat diperoleh dengan keija keras atau dengan usaha dan jerih payah, atau dengan ketaatan dan banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak ada yang dapat memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang layak untuk mengembannya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat. Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan menguasai.

  Para nabi dan rasul merupakan manusia pilihan dari hamba-hamba Allah. Allah swt telah memuliakan para nabi dan rasul dengan nubuwah.

  Allah swt memilih mereka untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya, menyampaikan perintah Allah, memperingatkan agar manusia terhindar dari murka dan siksa-Nya serta memberi petunjuk kepada hal-hal yang akan membahagiakan manusia di dunia dan akhirat.

  Nabi dutus Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang shaleh.15 Manusia membutuhkan rasul sebagaimana manusia membutuhkan agama atau wahyu, sebab agama atau wahyu itulah yang dibawa oleh seorang rasul. Dibutuhkannya rasul oleh manusia terutama disebabkan karena kelemahan akal manusia dalam memecahkan problema-problema tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.

15 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Q ur'an, Pustaka, Bandung, 1996, hlm.l 19.

  Wahyu bukan sekedar kata-kata ghaib atau magis, melainkan berisi hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan hidup manusia, mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling besar. Agama datang dari Tuhan sedangkan Tuhan tidak menampakkan diri-Nya secara langsung, maka dibutuhkanlah seorang nabi.

  Fungsi nabi adalah menyampaikan semua kemauan, perintah, aturan, syariah, undang-undang dari Tuhan kepada umat manusia. Seorang nabi tidak diberi wewenang untuk menciptakan ajaran sendiri. Seorang nabi mendapat wahyu dari Tuhan serta mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan agar tidak melakukan kesalahan. Fungsi seorang nabi yang tidak boleh dilupakan yaitu sosok diri seorang nabi dijadikan suri tauladan , contoh hidup yang nyata, dan model untuk bisa ditiru oleh manusia.16

  Wahyu atau agama tidak dapat diterima langsung oleh sembarang manusia, sebab untuk itu diperlukan kualitas spiritual yang tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia. Maka diperlukanlah manusia istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau penghubung antara alam kemanusiaan dengan kehendak-kehendak Tuhan. Selanjutnya lewat dia inilah wahyu atau agama

  Allah itu disampaikan kepada umat manusia. Manusia istimewa yang berfungsi sebagai penghubung atau perantara itulah yang disebut Rasul.

  Fungsi kenabian ini menjadi suatu keharusan karena pada dasarnya manusia adalah umat yang satu. Manusia semula berada dalam kebenaran dan

16 Karakteristik Agama Samawi, di http : eramuslim.com, 28 Juni 2007.

  agama yang suci, namun kemudian mereka berselisih, merusak bumi ini, mereka menyimpang dari jalan yang lurus, maka Allah swt mengutus kepada mereka para nabi.

  Allah swt telah menjadikan para nabi sebagai penyelamat bagi kaumnya dari gelapnya kebodohan dan kesesatan. Allah swt menerangkan diutusnya para rasul dalam firman-Nya sebagai berikut:

  Artinya : “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita

  

gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia

membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha

Perkasa Lagi Maha Bijaksana". (Q.S. An-Nisa' : 165)17

  Para nabi telah mengeluarkan umat manusia dari kesesatan kepada petunjuk yang benar atau hidayah. Misi para nabi adalah menyelamatkan umat-umat dari cengkeraman syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain) dan keberhalaan, mensucikan masyarakat dari kotornya kerusakan moral dan disintegrasi, anarki dan kekacauan.

17 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 151.

  C. KATA NUH DALAM AL-QUR'AN18 Dalam Al-Qur'an, kata NUH terdapat dalam beberapa surat sebagai berikut: 1. Kata NUH ( £ JA) dengan huruf ha ( £ ) berharakat fathah —► (nuhan). terdapat dalam surat dan ayat sebagai berikut:

  NO SURAT AYAT 1. 3 (Ali Imran)

  33 2. 6 (Al-An'am)

  84 3. 7 (Al-A'raf)

  59 4. 11 (Huud)

  25 5. 21 (Al-Anbiya)

  76 6. 23 (Al-Mukminuun)

  23 7. 29 (Al-Ankabut)

  14 8. 42 (Asy-Syuura)

  13 9. 57 (Al-Hadid)

  26 10. 71 (Nuh)

  1 18 Ali Audah, Konkordansi Al-Q ur'an, Litera Antar Nusa, Jakarta, 1991, hlm.481-482.

  s

  2. Kata NUH dengan huruf ha ( £ ) berharakat kasrah —► ( nuhin) terdapat dalam surat dan ayat berikut: NO SURAT AYAT

  1. 4 (An-Nisa') 163

  2. 7 (Al-A'raf)

  69 3. 9 (At-Taubah)

  70 4. 10 (Yunus)

  71 5. 11 (Huud) 36 & 89

  6. 14 (Ibrahim)

  9 7. !7 (Al-Isra) 3 & 17 8. 19 (Maryam)

  58 9. 22 (Al-Hajj)

  42 10. 25 (Al-Furqan)

  37 11. 26 (Asy-Syu'ara)

  105 12. 33 (Al-Ahzab)

  7 13. 37 (Ash-Shaffaat)

  79 14. 38 (Shaad)

  12 15. 40 (Al-Mukmin) 5 & 31 16. 50 (Qaaf)

  12 17. 51 (Adz-Dzariyaat)

  46

  %

  28. 53 (An-Najm)

  52 19. 54 (Al-Qamar)

  9 20. 66 (At-Tahrim)

  10

  3. Kata NUH (^_^) dengan huruf ha (£ ) berharakat dhommah —> £ J-5

  (nuhun) terdapat dalam surat dan ayat berikut:

  NO SURAT AYAT 1. 11 (Huud)

  32,42,45, 46 & 48 2. 26 (Asy-Syu'ara) 106 & 116 3. 37 (Ash-Shaffaat)

  75 4. 71 (Nuh) 21 & 26

BAB III KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA Nabi Nuh as sebagai manusia pilihan Allah diutus kepada penduduk bumi untuk

  memberi peringatan dan memberi ancaman kepada kaumnya dari siksa Allah swt. Ia memperingatkan manusia untuk senantiasa menyembah Allah swt dan bukan menyembah selain Dia. Allah swt juga memerintahkan kepada Nabi Nuh as untuk mengancam kaumnya yang ingkar bahwa azab Allah akan datang yaitu banjir bandang yang akan menenggelamkan seluruh manusia yang ingkar dan kafir.

  Kehidupan Nabi Nuh as merupakan kehidupan yang penuh dengan penderitaan. Dia adalah rasul yang paling panjang usianya dan paling gigih perjuangannya. Dia hidup dalam masa yang sangat panjang dan hidup beratus- ratus tahun. Hidup di tengah kaumnya sembilan ratus lima puluh tahun, memberi peringatan dan nasihat kepada kaumnya, serta menyeru mereka ke jalan Allah swt.

A. Masa Hidup Nabi Nuh as

  Nabi Nuh as adalah generasi yang ke sepuluh dari Nabi Adam as.1 Nuh adalah bin (anak) Lamak bin Metusylah bin Akhnukh, yaitu Idris. Silsilah (nasab) . 9 • • • • mi berkelanjutan sampai syith bin Adam as, bapak semua manusia. 1

  2

1 Rafi'uddin, Kisah Keteladanan Para Rasul Allah, Intermasa, Semarang, 2001, him. 17.

2 M. Ali ash-Shabuni, Kenabian & Riwayat Para Nabi, PT Lentera Basritama, Jakarta, November 2001, him. 168.

  28 Nabi Nuh as mempunyai empat orang putera, mereka adalah Sam, Ham,

  Yafith dan Qan'an. 3 Qan'an adalah putera Nabi Nuh as yang tenggelam dalam taufan karena dia tidak mau mengikuti seruan ayahnya. Dia adalah anak yang inkar dan kafir sehingga dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari banjir yang menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh as yang kafir. Adapun ketiga puteranya yang lain, mereka telah selamat.

  Sam adalah bapak bangsa Arab (Smith). Ham adalah bapak orang-orang Ethiopia. Yafith adalah bapak bangsa Romawi. Ada beberapa hadist yang berhubungan dengan soal ini, di antaranya ash-Shabuni mengutip hadist riwayat Imam Ahmad dari Nabi saw, sabdanya :”Sam bapak bangsa Arab, Ham bapak bangsa Ethiopia dan Yafith bapak bangsa Romawi”.4

  Nabi Nuh as menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah” yaitu masa kekosongan di antara dua rasul di mana manusia secara berangsur- angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka. Ketika Nabi Nuh as datang ke tengah-tengah kaumnya, mereka sedang melakukan penyembahan berhala. Mereka memberi nama berhala-berhala itu Wad, Suwa', Yaghuts, Ya'uq danNasr.5 3 Ibid., him. 182.

4 Ibid., him. 183.

  5Munawwaroh, Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul, Eska Media, Jakarta, September 2005, him.

  24.

  29 Mereka adalah nama orang-orang saleh dari kaum Nuh as dan setelah mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaumnya agar mendirikan di tempat tinggal mereka patung-patung mereka dan berikan pada patung-patung itu nama-nama mereka. Orang-orang melakukannya dan mereka tidak menyembah patung-patung itu, namun setelah orang-orang ini meninggal dunia dan melupakan ilmu lalu disembahlah patung-patung itu.6

  Sekian lamanya kaum Nuh as menyembah berhala. Mereka menjadikan berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan dan memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya.

  Oleh karena itu, Allah swt mengutus Nabi Nuh as untuk menyeru dan memberi peringatan kepada mereka. Allah swt telah berfirman sebagai berikut:

  • 0 £ i

  O f X %* . ? i 0„ O ✓ 1^0» o * °, f ° 'i ^ O p-JI j l j \ 4 j »

  { j* L S e "

  Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya:

  ‘Hendaklah engkau memberikan peringatan kepada kaummu, sebelum siksaan yang pedih menimpamu’”.(Q. S. Nuh : 1)

  Allah swt mengutus Nabi Nuh as, seorang yang jelas ucapannya, cerdas dan lembut. Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan kemampuan mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh kaumnya. Nabi Nuh as menyeru kaumnya agar beribadah

6 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Al-M izan f i Tafsiril Qur'an, juz 20, Beirut, Libanon, 1991, him. 38.

  30 kepada Allah saja, namun mereka berpaling. Ia juga memberikan peringatan dengan siksa yang pedih, serta memberikan kabar gembira dengan ganjaran yang besar, namun mereka tetap buta dan tidak mau mendengar, serta menyombongkan diri.

  Betapa berat penderitan Nuh as dalam perjuangan ini serta musibah besar yang dialami nabi ini dalam masa yang panjang. Kehidupan yang merupakan rentetan penderitaan, siksa dan bencana yang tidak dapat ditanggung kecuali oleh nabi-nabi yang sangat sabar dan teguh hati. Oleh karena itu Nabi Nuh as termasuk salah satu rasul U lul' Azmi.

  Nuh as, sebagai rasul Allah, di samping meluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia, ia pun merupakan tonggak pemacu perkembangan sosial budaya umat manusia. Dia telah mencoba mengadakan revolusi pemikiran terhadap kaumnya dari menyembah berhala kepada menyembah Allah swt. Nuh as, dengan bimbingan Allah, telah membuat perahu guna menyelamatkan umatnya dan budaya manusia dari kehancuran (bencana alam/banjir besar).

B. Dakwah Nabi Nuh as Kepada Kaumnya.

  Nabi Nuh as hidup di tengah-tengah kaumnya beberapa abad, namun yang dijumpai dari kaumnya hanyalah telinga-telinga yang tersumbat, hati-hati yang terkunci serta akal pikiran yang telah membatu. Nasihat dan peringatan tidak ada manfaatnya bagi mereka. Ancaman akan adanya pembalasan tidak mampu

  31 menjauhkan mereka dari perbuatan jahat. Setiap kali diperingatkan akan azab Allah, mereka bertambah jauh menempuh jalan kesesatan, tidak memperdulikan seruan Nabi Nuh as.

1. Isi Dakwah Nabi Nuh as.

  Nabi Nuh as berdakwah memberi peringatan kepada kaumnya supaya meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah, Tuhan Penguasa Alam Semesta. Hal tersebut tertuang dalam Surat Nuh ayat 2 dan 3 berikut in i:

  'l 0 > 0 . 'i- f O ' ' i * . . -*-*«, . r ■* ° . S D » C . ' ' i . c ,U y u b \ j o j A j

  I j J ' > j3 b J l i Artinya : ”JV ii A mengatakan: Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah

  pemberi peringatan yang terang kepadamu. Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya, serta turutilah perintahku”. (Q.S. Nuh : 2-3)

  Nabi Nuh as memberi peringatan kepada kaumnya untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan, menjauhkan mereka dari penyembahan berhala dan mengajak mereka untuk menyembah Allah swt supaya mereka terhindar dari azab Allah yang akan menimpa mereka.

  Dalam An-Nuur dijelaskan tentang ajakan Nuh as kepada kaumnya untuk menyembah Allah swt. Perintah menyembah Allah mencakup perintah mengeijakan semua yang wajib dan yang sunnat, baik dengan perbuatan hati maupun dengan perbuatan anggota tubuh7 Nabi Nuh as memerintah kaumnya

7 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Q ur'anul M ajid An-Nuur, Jilid 5, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2003, him. 4359.

  32 supaya bertakwa kepada Allah dan takut kepada azab-Nya, dengan jalan menjauhkan semua yang diharamkan oleh Allah dan segala dosa, menaati perintah dan menjauhi larangan-N y a serta menerima nasihat yang disampaikan oleh Nabi Nuh as.

  Quraish Shihab mengutip pendapat Thabathaba'i bahwa ayat ketiga di atas mengandung tiga prinsip pokok akidah keagamaan. Perintah menyembah Allah berarti perintah mengesakan-Nya, perintah bertaqwa berarti perintah mempercayai hari kemudian di mana akan ada perhitungan atas amal-amal manusia, maka ketaqwaaan yang diajarkan agama akan muncul, yakni rasa takut yang mendorong seseorang beramal saleh dan menghindari amal-amal buruk.

  Sedang perintah untuk taat kepada beliau adalah keyakinan akan kenabian.8 Nabi Nuh as mengalihkan perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dan matahari, bulan dan bintang- bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atasnya memberi kenikmatan hidup bagi manusia, pergantian malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Kesemuanya itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Allah yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.9 Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu surga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi