KONSEP INTERNALISASI NILAI-NILAI TAUHID PADA KISAH NABI IBRAHIM AS DI DALAM AL-QUR�AN

(1)

i

KONSEP INTERNALISASI NILAI-NILAI TAUHID

PADA KISAH NABI IBRAHIM AS

DI DALAM AL-

QUR’AN

SKRIPSI

Oleh :

ANGGA PRASETYA NUGRAHA NIM. 201110010311009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

2015


(2)

ii

KONSEP INTERNALISASI NILAI-NILAI TAUHID

PADA KISAH NABI IBRAHIM AS

DI DALAM AL-

QUR’AN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh :

ANGGA PRASETYA NUGRAHA NIM. 201110010311009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

2015


(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Carilah kebenaran, bukan pembenaran…”

Persembahan: Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Ibuku Ena Dariyati dan Bapakku Budi Kartiko beserta segenap keluargaku

2. Calon istriku beserta keluarga calon mertua

3. Sahabat-sahabat yang selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan


(6)

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya berupa kesehatan dan kesempatan yang sangat besar hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam membimbing umatnya untuk menempuh jalan yang terang benderang yakni agama Islam, bersamaan dengan itu beliau juga menerangi jalan Islam dengan pentingnya menuntut dan memiliki ilmu.

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Konsep Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid

pada Kisah Nabi Ibrahim AS di dalam Al-Qur‟an”, adalah merupakan salah satu

tahapan dalam menempuh proses perkuliahan dan menjadi tugas akhir sebelum menyandang gelar sarjana di jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.

Selama penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi dalam penyelesaiannya, namun dengan kehendak, rahmat dan kesempatan yang diberikan Allah SWT serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi dengan lancar. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang sangat berjasa tersebut :

1. Kedua orang tua tercinta, Ibuku Ena Dariyati dan Bapakku Budi Kartiko

beserta seluruh anggota keluarga yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan dengan do‟a, nasehat, ilmu dan materinya untuk penulis.


(8)

viii

2. Calon istri serta keluarga calon mertua yang senantiasa menanti kelulusan

penulis dengan hantaran do‟a nasehat serta motivasi.

3. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah memberikan peluang dan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Drs. Faridi, M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam sekaligus Dosen Wali

kelas Tarbiyah A angkatan 2011. Terimakasih atas segala perhatian, motivasi, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada kami.

5. Nur Afifah Khurrin Maknin, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah yang

telah membimbing dan memberi kelancaran untuk kami.

6. Dr. Abdul Haris, MA selaku dosen pembimbing I, yang selalu memberikan

bimbingan terbaiknya untuk penulis dan selalu memberikan ilmu-ilmu baru selama masa bimbingan skripsi ini.

7. Drs. Khozin, M.Si selaku dosen pembimbing II yang tak henti-hentinya

mengkoreksi dalam membimbing penulis dalam pengerjaan skripsi ini dan selalu mendorong penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

8. Para Dosen Fakultas Agama Islam yang telah ikhlas meluangkan banyak

waktu dan ilmunya dalam membimbing penulis sejak awal perkuliahan di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang hingga sekarang

9. Sahabat-sahabatkuku Aldinol Muhammad Agama Dinul Haq, Cecario Dwi

Saputro, dan Muhammad Iqbal Rahman yang selalu memberikan “ejekan

-ejekan” yang bermuatan motivasi pada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.


(9)

ix

10. Teman-temanku Tarbiyah A angkatan 2011, yang selalu memberikan

motivasi pada teman lainnya.

Penulis sadar tidak bisa membalas semua kebaikan pada orang-orang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis berharap semoga Allah senantiasa akan selalu membalas kebaikan saudara sekalian dengan memberikan pahala yang berlipat ganda. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya kelak.

Malang, 2015 Penyusun,


(10)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ……….………..…………. 1

B. Rumusan Masalah ……….…. 10

C. Tujuan ………...………....…...…... 10

D. Manfaat ……….…………. 10

E. Pengertian-Pengertian Istilah ……….……… 11

F. Sistematika Penulisan ……….... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….………. 16

A. Kajian Teori ………..… 16

B. Temuan Hasil yang Relevan .……… 35

BAB III METODE PENELITIAN ………...……….……….. 39

A. Pendekatan Penelitian .……….. 39


(11)

xi

C. Teknik Pengumpulan Data ……….…………. 41

D. Teknik Analisa Data ………... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ……….……… 45 A. Sekilas Riwayat Hidup Nabi Ibrahim AS ……….. 45

B. Penyajian dan Analisa Data ………... 55

C. Diskusi Hasil Penelitian ………..….. 97

BAB V PENUTUP ……….... 113

A. Kesimpulan ……….……….… 113

B. Saran ……….……….... 115


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan : Membangun Warga

Negara yang Demokratis.Bandung : Grafindo Media Pratama.

Abdullah al-Fauzan, Shalih bin Fauzan. (2008). Kitab Tauhid Jilid I, (Terj. Agus

Hasan Bashori). Jakarta : Darul Haq.

Abdul Wahhab, Muhammad. (2004). Kasyfu Syubuhat (Membongkar Akar

Kesyirikan), (Terj. Bayu Abdurrahman).Yogyakarta : Media Hidayah.

_____. (2004). Kitab Tauhid, (Terj. Eko Haryono). Yogyakarta : Media

Hidayah.

Ansari, Ismail. (2011, Agustus) Metodologi Pendidikan Al-Ibrah dalam Al-

Qur’an : Kajian Historis-Paedagogis terhadap Kisah Nabi Ibrahim dalam Surat Maryam ayat 42-48. Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII No. I

Agustus, 2011. 43-58.

an-Nahlawi, Abdurahman. (1996) Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat, (terj. Shihabuddin). Jakarta: Gema Insani Press.

Bahri, Nurul Utami. (2013). Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid dalam Kisah Nabi

Ibrahim (Kajian Tafsir QS. Ash Shaffat ayat 100-110). Skripsi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2013.

Chaplin, J.P. (2005) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta :


(13)

xiii

Herimanto & Winarni. (2011). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi

Aksara.

Huda, Miftahul. (2008). Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur'an Mendidik Anak.

UIN Malang Press : Malang.

Ihsan, Nurul. (2008). Ulul Azmi; Kisah Nabi yang Luar Biasa. Jakarta : Qultum

Media.

Isnaini. (2014) Konsep Pendidikan Islam dalam Kisah Nabi Ibrahim AS dalam

Al-Quran. Tesis program pasca sarjana Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2014.

Jadul Mawla, M. Ahmad & M. Abu al-Fadhl Ibrahim. (2009) Kisah-Kisah al-

Qur’an. Jakarta : Zaman.

Katsir, Ibnu. (1993) Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid I.(Terj. Salim

Bahreisy & Said Bahreisy) Surabaya : PT. Bina Ilmu.

_____. (1993) Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid III.(Terj. Salim Bahreisy

& Said Bahreisy) Surabaya : PT. Bina Ilmu.

_____. (1993) Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid IV.(Terj. Salim Bahreisy

& Said Bahreisy) Surabaya : PT. Bina Ilmu.

_____. (1993) Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid VII.(Terj. Salim

Bahreisy & Said Bahreisy) Surabaya : PT. Bina Ilmu.

_____. (1993) Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid VIII.(Terj. Salim

Bahreisy & Said Bahreisy) Surabaya : PT. Bina Ilmu.

Muchsin, Misri A. (2002). Filsafat Sejarah dalam Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz


(14)

xiv

Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung :

Alfabeta.

Muhaimin. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : Citra Media.

Muhjidin, dkk. (2011) Akhlaq Lingkungan. Jakarta : Kementrian Lingkungan

Hidup dan PP. Muhammadiyah.

Nashih Ulwan, Abdullah. (1999) Tarbiyatul Aulad fil Islam terj. Pendidikan Anak

dalam Islam. Jakarta : Pustaka Amani,

Pawito, Ph.D. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Dalam Jaringan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 2031 WIB

Sidik, Hasbi. (Tth) Metode Pendidikan Tauhid Nabi Ibrahim AS di dalam Al-

Qur’an. Sorong : STAIN Sorong.

S. Suriasumantri, Jujun. (Tth). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam. Jakarta :

Pusjarlit dengan Penerbit Nuansa.

Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an vol. 1. Tangerang : Penerbit Lentera Hati.

_____. (2002). Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

vol. 4. Tangerang : Penerbit Lentera Hati.

_____. (2002). Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

vol. 7. Tangerang : Penerbit Lentera Hati.


(15)

xv

vol. 12. Tangerang : Penerbit Lentera Hati.

_____. (2002). Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

vol. 14. Tangerang : Penerbit Lentera Hati.

Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu.

Jakarta : Balai Pustaka.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualtitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Tafsir, Ahmad. (2012). Filsafat Pendidikan Islam; Integrasi Jasmani, Rohani, dan

Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Thoha, Chabib. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Wahyuni, Sari. (2012). Qualitative Research Method ; Theory and Practice.

Jakarta, Salemba Empat.

Zed, Mestisa. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, kehadiran era globalisasi merupakan sesuatu yang menjadi fakta yang tak terelakkan. Kehadiran globalisasi telah menjadi aktor besar sejarah dunia yang telah mewarnai hampir setiap lini pada tiap-tiap lapisan masyarakat manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, globalisasi didefinisikan

sebagai suatu proses masuknya ke ruang lingkup dunia1. Menurut Selo

Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan

kaidah-kaidah yang sama.2

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan ujung tombak yang senantiasa diandalkan globalisasi, oleh karena itu selalu diasah ulang untuk mempertahan dan mempertajam performanya.

Revolusi di bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan keberadaan internet sebagai panglimanya telah menjelma menjadi salah satu pilar penyokong dunia. Tidak hanya memfasilitasi komunikasi dan informasi antar manusia semata, tapi juga untuk keperluan perbankan bahkan hingga keperluan intelejen.

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 2031 WIB

2

Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan : Membangun Warga Negara yang Demokratis (Bandung : Grafindo Media Pratama, 2006) hlmn. 81.


(17)

2

Internet benar-benar telah menghilangkan batasan geografis manusia. Dunia kini seolah tanpa sekat, dimana semua orang yang berada di negaranya masing-masing dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka yang berada di negara lain.

Selain itu, globalisasi di ranah perekonomian juga memberikan sumbangsih yang besar. Keberadaan pasar terbuka membuat persaingan pasar semakin ketat yang memicu peningkatan produktivitas. Dengan demikian, taraf hidup masyarakat dapat meningkat secara signifikan.

Namun, arus globalisasi ini sayangnya tidak hanya membawa pengaruh-pengaruh positif tapi juga pengaruh-pengaruh negatif. Terkadang, sebagian masyarakat

justru memandang bahwa globalisasi hanya membawa pengaruh negatif pada

kehidupan. Walaupun demikian, tetap saja kesalahan tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya pada globalisasi, sebagaimana telah diketahui, manusia pada umumnya tetap membutuhkan perkembangan yang dibawa oleh globalisasi.

Dari sinilah peran pendidikan itu muncul sebagai tameng utama untuk membendung arus negatif tersebut. Selain itu pendidika juga sebagai upaya untuk “mengarahkan” agar anak didiknya mampu memanfaatkan perkembangan globalisasi itu dengan semestinya.

Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Pada hakekatnya pendidikan itu terdiri dari aksi dan reaksi yang tak terbilang banyaknya, baik antara perorangan maupun antara


(18)

3

kelompok. Oleh karenanya pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial

yang telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia3.

Agar mampu menjalankan perannya yang sedemikian rupa ini, pendidikan harus disusun dan didesain disesuaikan hingga cocok dengan arah perubahan zaman. Desain yang dimaksud meliputi pengembangan kurikulum, perbaikan manajemen, hingga peningkatan kualitas tenaga kependidikan.

Pendidikan juga sebagai jalan untuk meningkatkan kualitas SDM suatu Negara agar ia lebih mampu menyesuaikan diri dan mempunyai daya saing di era ini. Hal ini juga merupakan salah satu upaya membentuk identitas Negara, dimana apabila pendidikan suatu Negara itu maju dan menghasilkan output yang berkualitas, maka akan mendapatkan nilai tambah di era persaingan global ini.

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk menjadikan manusia sebagai individu itu dari tidak tahu menjadi tahu, mendidik manusia agar menjadi manusia seutuhnya, mempersiapkan diri untuk menjadi sosok manusia yang mandiri dan dapat menopang dirinya kelak.

Sebagai suatu cabang dari Pendidikan Indonesia, sudah merupakan rahasia umum jika Pendidikan Agama Islam dipandang sebagai pondasi yang sangat penting untuk ditanamkan kepada para anak didik. Salah satu tujuannya ialah untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa

3

Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur'an Mendidik Anak, (UIN Malang Press : Malang, 2008) hlmn. 2


(19)

4

kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Pendidikan Agama Islam dipandang sebagai cabang pendidikan yang special. Pelaksanaannya bisa dilakukan dimana saja dan siapa saja yang memiliki kompetensi, baik oleh orang tua di rumah, guru di lembaga sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Pendidikan Agama Islam memuat berbagai ajaran-ajaran tentang keislaman. Diantaranya adalah akidah, ibadah, muamalah dan akhlak.

Akidah merupakan akar dalam agama Islam. Di dalam akidah Islam terdapat suatu konsep yang disebut dengan “Tauhid”. Secara bahasa

kata tauhid (ديح ت) berasal dari bahasa Arab (ديح ت – دح ي – دح ) yang berarti

menjadikan satu.

Dalam definisi akidah, tauhid adalah mengesakan Allah SWT dalam

beribadah. Tauhid merupakan inti agama para Rasul yang Allah SWT utus

untuk mendakwahkan agama itu kepada para hamba-Nya4.

Dengan demikian, tauhid menempati posisi terpenting dalam ajaran keislaman. Tauhid merupakan landasan awal dan ruh atas ajaran-ajaran keislaman yang lain seperti ibadah, muamalah dan lain sebagainya.

Bila dihubungkan masalah tauhid dengan al-Qur‟an maka akan banyak

ayat yang berhubungan dengan tauhid, karena al-Qur‟an adalah kitab tauhid

terbesar dan terlengkap bagi umat Islam.

4

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kasyfu Syubuhat (Membongkar Akar Kesyirikan), terj. Bayu Abdurrahman. (Yogyakarta : Media Hidayah, 2004) hlmn. 13.


(20)

5

Tauhid sebagai wujud kepatuhan dan loyalitas kepada Allah sangat diperlukan manusia untuk meneguhkan keyakinan dan memusatkan seluruh

pengabdian kepada satu Rabb tunggal.

Kemudian, apabila tauhid dihubungkan lebih jauh, maka akan

menjangkau pada ranah fitrah. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad

SAW :

دل ي اَإ د ل م نم ام

ناراص ي نادا ي ا بأف ةرطفلا ىلع

ناساجمي

“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanya (yang menjadikannya) yahudi, atau nasrani, atau majusi”. (HR. Muslim no. 4803)

Allah SWTdalam al-Qur‟an berfirman :

ق قو

ك ۡ ق قخ

ل

ۡٱ

ۡ

قو

ق نل

ۡٱ

ۡ

لنوكدك ۡعق لِ

َلإ

٦

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz Dzariyat : 56)

Dari ayat diatas dapat memberikan batasan pada ranah fitrah manusia, yakni salah satunya ialah untuk beribadah kepada Penciptanya. Lalu apa hubungannya dengan tauhid?

Tauhid adalah salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam ibadah. Agar dapat diterima, ibadah harus dilandaskan pada tauhid yang murni tanpa

unsur menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun. Tanpa didasari

dengan tauhid yang murni, maka ibadah seorang hamba itu akan sia-sia.

Allah SWT memerintahkan pada para Rasul-Nya untuk mendakwahkan


(21)

6

Nuh AS5. Diantara para Rasul yang diutus, terdapat suatu golongan yang

disebut dengan Ulul Azmi. Ulul Azmi berarti mempunyai keteguhan hati dan

kesabaran luar biasa dalam menyampaikan wahyu Allah SWT.

Dalam al-Qur‟an, Allah SWT berfirman :

ۡلب ۡصٱقف

قص ق قك

ْا كلْو

ك

أ ق قب

لمۡ قعۡلٱ

ق ل

للك ُ لٱ

ۚۡ ك

ل للجۡعق ۡ قت قَقو

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (QS. Al Ahqaf : 35)

Salah satu Rasul yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi adalah

Ibrahim AS. Ibrahim termasuk utusan yang istimewa. Bahkan Allah SWT

menyebut Ibrahim sebagai Kekasih-Nya. Allah SWT pun mengangkat para

Nabi-Nabi-Nya dari garis keturunan Ibrahim, sehingga beliau juga digelari

sebagai Bapak Para Nabi6.

Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada

Rasulullah Muhammad SAWsebagai petunjuk bagi umat Islam. Di dalamnya

terdapat berbagai kabar gembira, peringatan, perintah, larangan dan juga kisah-kisah.

Menurut Misri A Muchsin bahwa Islam menaruh perhatian yang besar terhadap sejarah. “al-Qur‟an yang merupakan sumber inspirasi, pedoman hidup dan sumber tata nilai bagi umat Islam. Sekitar dua pertiga dari

5

Ibid

6

Nurul Ihsan. Ulul Azmi; Kisah Nabi yang Luar Biasa. (Jakarta : Qultum Media, 2008) hlmn. 8.


(22)

7

keseluruhan ayat al-Qur‟an yang terdiri atas 6660 ayat lebih itu, memiliki

nilai-nilai atau norma sejarah.”7

Di dalam al-Qur‟an, terdapat berbagai kisah-kisah tentang umat

terdahulu. Di dalam kisah-kisah tersebut terdapat unsur tertentu yang dapat menjadi model dan teladan bagi pembentukan watak seseorang.

Kisah-kisah yang terkenal di dalam al-Qur‟an salah satunya adalah kisah

tentang peneguhan keesaan Tuhan oleh Ibrahim yang berujung pada pengangkatannya sebagai seorang Rasul oleh Allah SWT, dan perdebatannya dengan kaum penyembah berhala.

Allah SWTberfirman di dalam al-Qur‟an surat Yusuf ayat 111 :

ۡدق قل

لِْو

ك

ّ وةق ۡبلع ۡ ل لص قصق لِ قن

ل

ّ

قَ

ل ٰ قب

ۡلق ّۡٱ

ٰىق قَۡ كي مثيلدقح قن قَ ق

ق يلد ۡصق لكٰقلقو

يل

َٱ

م ق ۡۡقرقو ى مدك قو لث ۡ قَ ل

ّ كك قلي لصۡ قتقو ل ۡيقدقي ق ۡۡقب

قن ك ل ۡؤكي لمۡ ق ل

ّل

١

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Dari kisah-kisah yang dipaparkan dalam ayat-ayat al-Qur‟an diantaranya

terdapat kisah bagaimana ketauhidan Ibrahim AS, dari awal beliau

menemukan dan bagaimana beliau mempraktekkannya.

Ketauhidan Ibrahim AS merupakan sesuatu yang luar biasa. Ibrahim menjalani suatu proses dimana beliau merasakan bagaimana meragukan tuhan-tuhan dan sesembahan-sesembahan umatnya di kala itu, kemudian

7

Misri A. Muchsin, Filsafat Sejarah dalam Islam, (Yogjykarta: Ar-Ruzz Press, 2002) hlmn.23


(23)

8

melakukan proses peneguhan terhadap Tuhan yang sebenarnya melalui berbagai kekuasaan-Nya yang ditunjukkan pada Ibrahim, hingga beliau dihadapkan pada kebenaran dan diangkat menjadi seorang Rasul oleh Allah SWT.

Dari kisah Ibrahim tersebut dapat dirumuskan suatu langkah bagaimana seharusnya mengajarkan tauhid sebagai inti dari ajaran Islam yang kemudian bisa diintegrasikan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Internalisasi nilai-nilai tauhid seyogyanya diajarkan pada Pendidikan Agama Islam di lingkungan keluarga masing-masing oleh orang tua (informal), di lingkungan sekolah oleh ibu/bapak guru (formal), dan di lingkun.gan masyarakat oleh masyarakat sekitar (non-formal).

Tauhid nilai dasar dalam Islam dan merupakan bagian utama dan pertama yang harus ditanam secara utuh dan integral dalam diri manusia, sebab dari konsep tauhid inilah dimulainya perumusan hakikat dan tujuan

pendidikan Islam, sebagaimana yang diinginkan al-Qur‟an agar manusia

mengabdi kepada Allah dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan sunnah dari Rasul-Nya.

Esensi dari Pendidikan Agama Islam tidak hanya sebatas sebuah pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik, baik orang tua maupun guru kepada anak didiknya. Termasuk di dalamnya ialah internalisasi nilai-nilai tauhid sebagai landasan ajaran-ajaran Islam yang lainnya.

Menjadikan Tauhid sebagai landasan beragama Islam merupakan sesuatu yang mutlak. Maka dari itu pendidik yang bertanggung jawab pada proses


(24)

9

pendidikan agama Islam, baik itu yang formal di lembaga-lembaga pendidikan oleh guru, informal oleh keluarga, dan non formal di lingkungan sosial oleh masyarakat.

Lalu bagaimanakah metode atau cara untuk melakukan internalisasi nilai-nilai Tauhid ini secara tepat kepada anak didik? Apabila dikembalikan pada al-Qur‟an, maka didapati suatu kisah yang didalamnya memuat tentang proses pencapaian ketauhidan yang luar biasa, yakni kisah Nabi Ibrahim AS.

Pada kisah Nabi Ibrahim AS ini terdapat serangkaian peristiwa dari mulai peneguhan tauhid Ibrahim hingga diangkat menjadi Rasul yang dikenal sebagai kekasih Allah dan Bapak Para Nabi.

Kisah ini kemudian diuraikan menjadi sebuah konsep yang mengungkapkan ide-ide di dalamnya sehingga dapat diketahui bagaimana

proses internalisasi Tauhid pada kisah Nabi Ibrahim ASini.

Selanjutnya, dapat dirumuskan bagaimana metode yang tepat untuk melakukan internalisasi nilai-nilai Tauhid itu kepada anak didik secara tepat dan efektif melalui pendidikan agama Islam. Sehingga nantinya anak didik diharapkan akan benar-benar mampu mengimplementasikan nilai-nilai Tauhid itu tidak hanya pada pelaksanaan ibadah, namun juga pada pelaksanaan seluruh aspek kehidupannya.


(25)

10

B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai tauhid pada kisah Nabi Ibrahim

AS di dalam al-Qur‟an?

Adapun dalam penelitian ini, ayat-ayat al-Qur‟an yang digunakan

dibatasi pada surat al Surat al-Baqarah ayat 132, surat al-„An‟am ayat 74-79,

surat ash-Shaffat ayat 102, surat Ibrahim ayat 37 dan surat Al Mumtahanah ayat 4.

Pembatasan ayat-ayat yang dipilih dalam penelitian ini didasarkan pada muatan-muatan yang menunjukkan proses internalisasi nilai-nilai tauhid. Masih ada banyak ayat-ayat lain yang memuat tentang hal tersebut, namun peneliti menimbang kandungan yang berbeda dan yang sama terkait aktualisasi nilia-nilai tauhid pada diri Ibrahim AS dan pelaksanaan proses internalisasi pada anak keturunannya.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan proses internalisasi nilai-nilai tauhid pada kisah

Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas, maka diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi pendidikan agama Islam. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(26)

11

1. Secara teoritis

a. Memberikan gambaran terkait pendidikan Islam pada umumnya dan

mengenai nilai-nilai tauhid yang terkandung dalam kisah Nabi Ibrahim

AS di dalam al-Qur‟an.

b. Sebagai pengembangan pendidikan agama Islam terkait proses

internalisasi nilai-nilai tauhid dengan merujuk pada kisah Nabi

Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an.

2. Secara Praktis

a. Bagi pendidik, baik orang tua maupun guru dapat mencontoh cara

melakukan internalisasi nilai-nilai tauhid sebagaimana diungkapkan

prosesnya pada kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an.

b. Sebagai bahan introspeksi kepada umat Islam pada umumnya dan pada

diri sendiri pada khususnya, terkait urgensi internalisasi nilai-nilai tauhid dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

E. Pengertian-Pengertian Istilah

Berikut ini adalah beberapa pengertian-pengertian istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang dimaksudkan oleh peneliti : 1. Internalisasi

Internalisasi pada hakikatnya ialah “menanam pada jiwa manusia, sehingga akan nampak buahnya berupa perilaku manusia tersebut”.


(27)

12

Berdasarkan KBBI, internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan

kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku8.

Reber, sebagaimana dikutip Mulyana mengartikan internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi

merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan – aturan

baku pada diri seseorang9.

Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam kepribadian10.

Pengertian diatas semuanya mengisyaratkan bahwa hasil internalisasi harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang.

Internalisasi merupakan sebuah upaya dalam tahapan proses pembelajaran dimana sebuah pesan yang terkandung dalam suatu hal itu dapat dimasukkan secara mendalam pada manusia, sehingga manusia tersebut

mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan11.

8

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 2031 WIB

9

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2004) hlmn. 21

10

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hlmn. 256.

11

Pesan yang terkandung disini bias berarti pengetahuan, nilai, norma, aturan, hukum, adat istiadat, kepercayaan, doktrin, dan lain sebagainya.


(28)

13

2. Nilai-Nilai

Menurut Richard T. Schaefer dan Robert P.Lmm (1998), nilai merupakan gagasan kolektif (bersama-sama) tentang apa yang dianggap baik, penting, diinginkan, dan dianggap layak. Sekaligus tentang yang dianggap tidak baik, tidak penting, tak layak diinginkan dan tidak layak dalam hal kebudayaan. Nilai menunjuk pada hal yang penting dalam kehidupan

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat12.

Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki beberapa sifat

berikut ini : menyenangkan (peasent), berguna (useful), memuaskan

(satisfying), menguntungkan (profitable), menarik (interesting), keyakinan (belief) 13.

Nilai, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan value memiliki makna

sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Ketika dinyatakan bahwa sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Jika disebut nilai-nilai, maka ia merupakan bentuk jamak yang berarti sekumpulan nilai.

3. Tauhid

Tauhid merupakan suatu bentuk keimanan bagian dari akidah yang bermakna pengesaan terhadap Allah SWT. Tauhid berkedudukan sebagai nilai dasar dalam akidah Islam.

12

Saptono.dkk, Sosiologi Kelas X. (Jakarta : Phibeta, 2006) hlmn. 43. 13

Herimanto & Winarni, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2011) hlmn. 126-127.


(29)

14

Dalam definisi akidah, tauhid adalah mengesakan Allah SWT dalam

beribadah. Tauhid merupakan inti agama para Rasul yang Allah SWT utus

untuk mendakwahkan agama itu kepada para hamba-Nya14.

Ketika keyakinan didasarkan pada keesaan Allah, maka amalan juga akan diamalkan sesuai keyakinannya, ibadah juga diikhlaskan hanya kepada

Allah dan berdoa kepada Allah SWT semata. Tauhid mengajarkan untuk

mengimani Allah pengatur semua urusan dan pencipta seluruh makhluk, hanya Allah semata-lah Dzat yang berhak untuk diibadahi dan dimintai pertolongan bukan selain-Nya dan Dia pemilik asmaul husna dan sifat yang sempurna.

F. Sistematika Penulisan

Pada penyusunan penelitian ini, penulis berpedoman pada “Buku

Panduan Penulisan Research Brief, Proposal & Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2014.

Adapun terkait sistematika penulisan pada penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

Bagian awal, pada bagian ini memuat sampul depan dan sampul dalam, lembar persetujuan dan lembar pengesahan, moto dan persembahan, pernyataan keaslian tulisan, abstrak, kata pengantar, panduan transliterasi serta daftar isi.

14

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kasyfu Syubuhat (Membongkar Akar Kesyirikan), terj. Bayu Abdurrahman. (Yogyakarta : Media Hidayah, 2004) hlmn. 13.


(30)

15

Bagian inti, pada bagian ini memuat pembahasan penelitian yang

keseluruhan terdiri dari lima BAB. BAB I merupakan bagian pendahuluan

yang berisi pemaparan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pengertian-pengertian istilah dan sistematika

penulisan. Selanjutnya, BAB II yang memuat kajian teori tentang

internalisasi, nilai, internalisasi nilai, tauhid dan internalisasi nilai-nilai tauhid, juga memuat pemaparan singkat tentang beberapa penelitian

serupa yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. BAB III merupakan bagian

yang membahas metodologi penelitian yang didalamnya memuat pemaparan tentang jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

analisa data. Selanjutnya BAB IV, yakni bagian pembahasan yang menjadi

inti dari penelitian ini, yakni memuat tentang penelitian yang dimaksudkan,

mulai dari latar belakang Nabi Ibrahim AS, dan beberapa ayat-ayat al-Qur‟an

yang memuat kisah beliau. Selanjutnya akan dipaparkan tentang penafsiran ayat-ayat tersebut dengan kitab tafsir yang sudah ditentukan, dan dari sini kemudian peneliti mulai melakukan analisa terkait Konsep Internalisasi

Nilai-Nilai Tauhid pada Kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an. Pada BAB ini

juga akan dipaparkan mengenai diskusi hasil penelitian dengan teori yang

sebelumnya dipaparkan pada BAB II. Terakhir, BAB V yang merupakan

bagian akhir dan penutup dari pembahasan penelitian ini, memuat pemaparan tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran.


(31)

16

Bagian akhir, pada bagian ini memuat daftar pustaka rujukan dan referensi yang digunakan dalam penelitian ini. Lampiran-lampiran yang dimuat dalam penelitian ini juga akan dimasukkan pada bagian akhir ini.


(1)

1. Secara teoritis

a. Memberikan gambaran terkait pendidikan Islam pada umumnya dan mengenai nilai-nilai tauhid yang terkandung dalam kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an.

b. Sebagai pengembangan pendidikan agama Islam terkait proses internalisasi nilai-nilai tauhid dengan merujuk pada kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an.

2. Secara Praktis

a. Bagi pendidik, baik orang tua maupun guru dapat mencontoh cara melakukan internalisasi nilai-nilai tauhid sebagaimana diungkapkan prosesnya pada kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an.

b. Sebagai bahan introspeksi kepada umat Islam pada umumnya dan pada diri sendiri pada khususnya, terkait urgensi internalisasi nilai-nilai tauhid dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

E. Pengertian-Pengertian Istilah

Berikut ini adalah beberapa pengertian-pengertian istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang dimaksudkan oleh peneliti :

1. Internalisasi

Internalisasi pada hakikatnya ialah “menanam pada jiwa manusia, sehingga akan nampak buahnya berupa perilaku manusia tersebut”.


(2)

Berdasarkan KBBI, internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku8.

Reber, sebagaimana dikutip Mulyana mengartikan internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan – aturan baku pada diri seseorang9.

Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam kepribadian10.

Pengertian diatas semuanya mengisyaratkan bahwa hasil internalisasi harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang.

Internalisasi merupakan sebuah upaya dalam tahapan proses pembelajaran dimana sebuah pesan yang terkandung dalam suatu hal itu dapat dimasukkan secara mendalam pada manusia, sehingga manusia tersebut mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan11.

8

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 2031 WIB

9

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung : Alfabeta, 2004) hlmn. 21

10

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hlmn. 256.

11

Pesan yang terkandung disini bias berarti pengetahuan, nilai, norma, aturan, hukum, adat istiadat, kepercayaan, doktrin, dan lain sebagainya.


(3)

2. Nilai-Nilai

Menurut Richard T. Schaefer dan Robert P.Lmm (1998), nilai merupakan gagasan kolektif (bersama-sama) tentang apa yang dianggap baik, penting, diinginkan, dan dianggap layak. Sekaligus tentang yang dianggap tidak baik, tidak penting, tak layak diinginkan dan tidak layak dalam hal kebudayaan. Nilai menunjuk pada hal yang penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat12.

Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki beberapa sifat berikut ini : menyenangkan (peasent), berguna (useful), memuaskan (satisfying), menguntungkan (profitable), menarik (interesting), keyakinan (belief) 13.

Nilai, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan value memiliki makna sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Ketika dinyatakan bahwa sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Jika disebut nilai-nilai, maka ia merupakan bentuk jamak yang berarti sekumpulan nilai.

3. Tauhid

Tauhid merupakan suatu bentuk keimanan bagian dari akidah yang bermakna pengesaan terhadap Allah SWT. Tauhid berkedudukan sebagai nilai dasar dalam akidah Islam.

12

Saptono.dkk, Sosiologi Kelas X. (Jakarta : Phibeta, 2006) hlmn. 43. 13

Herimanto & Winarni, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2011) hlmn. 126-127.


(4)

Dalam definisi akidah, tauhid adalah mengesakan Allah SWT dalam beribadah. Tauhid merupakan inti agama para Rasul yang Allah SWT utus untuk mendakwahkan agama itu kepada para hamba-Nya14.

Ketika keyakinan didasarkan pada keesaan Allah, maka amalan juga akan diamalkan sesuai keyakinannya, ibadah juga diikhlaskan hanya kepada Allah dan berdoa kepada Allah SWT semata. Tauhid mengajarkan untuk mengimani Allah pengatur semua urusan dan pencipta seluruh makhluk, hanya Allah semata-lah Dzat yang berhak untuk diibadahi dan dimintai pertolongan bukan selain-Nya dan Dia pemilik asmaul husna dan sifat yang sempurna.

F. Sistematika Penulisan

Pada penyusunan penelitian ini, penulis berpedoman pada “Buku Panduan Penulisan Research Brief, Proposal & Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2014.

Adapun terkait sistematika penulisan pada penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

Bagian awal, pada bagian ini memuat sampul depan dan sampul dalam, lembar persetujuan dan lembar pengesahan, moto dan persembahan, pernyataan keaslian tulisan, abstrak, kata pengantar, panduan transliterasi serta daftar isi.

14

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Kasyfu Syubuhat (Membongkar Akar Kesyirikan), terj. Bayu Abdurrahman. (Yogyakarta : Media Hidayah, 2004) hlmn. 13.


(5)

Bagian inti, pada bagian ini memuat pembahasan penelitian yang keseluruhan terdiri dari lima BAB. BAB I merupakan bagian pendahuluan yang berisi pemaparan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pengertian-pengertian istilah dan sistematika penulisan. Selanjutnya, BAB II yang memuat kajian teori tentang internalisasi, nilai, internalisasi nilai, tauhid dan internalisasi nilai-nilai tauhid, juga memuat pemaparan singkat tentang beberapa penelitian serupa yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. BAB III merupakan bagian yang membahas metodologi penelitian yang didalamnya memuat pemaparan tentang jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. Selanjutnya BAB IV, yakni bagian pembahasan yang menjadi inti dari penelitian ini, yakni memuat tentang penelitian yang dimaksudkan, mulai dari latar belakang Nabi Ibrahim AS, dan beberapa ayat-ayat al-Qur‟an yang memuat kisah beliau. Selanjutnya akan dipaparkan tentang penafsiran ayat-ayat tersebut dengan kitab tafsir yang sudah ditentukan, dan dari sini kemudian peneliti mulai melakukan analisa terkait Konsep Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid pada Kisah Nabi Ibrahim AS di dalam al-Qur‟an. Pada BAB ini juga akan dipaparkan mengenai diskusi hasil penelitian dengan teori yang sebelumnya dipaparkan pada BAB II. Terakhir, BAB V yang merupakan bagian akhir dan penutup dari pembahasan penelitian ini, memuat pemaparan tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran.


(6)

Bagian akhir, pada bagian ini memuat daftar pustaka rujukan dan referensi yang digunakan dalam penelitian ini. Lampiran-lampiran yang dimuat dalam penelitian ini juga akan dimasukkan pada bagian akhir ini.