PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006 2007 SKRIPSI

  

PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH

AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI

THAILAND SELATAN

  

TAHUN 2006 / 2007

SKRIPSI

  

D ia j u k a n u n tu k M e m e n u h i T u g a s d a n M e l e n g k a p i S y a r a t G u n a

M e m p e r o l e h G e la r S a r ja n a P e n d id ik a n I s la m ( S .P d .I )

D a l a m I lm u T a r b iy a h

  

NIM : 1*1 02 063

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2007

  

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

JURUSAN TARBIYAH

j (.Tentara pelajar No.02 Telp.(0298) 323706,323433 fax.(0298 »323433 salat iga 50721

W ebsite:

  

PENGESAHAN

  Skripsi saudara: MR.MUHATROM WING dengan nomor induk mahasiswa: 11102063 yang berjudul: “PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

  

AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI

  telah

  PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007”

  dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari selasa tanggal 02 Oktober 2007 M. yang bertepatan dengan tanggal 20 Ramadhan 1428 H. dan telah diterima sebagai sebagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelaran sarjana dalam ilmu Tarbiyah.

  02 Oktober 2007 M Salatiga

  20 Ramadhan 1428 H

  

PANITIA

fmad Maim u n M. Ag.

  NIP. 150289271

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  jl.T entara pelajar No.02 Telp.(0298) 323706,323433 fax.(0298)323433 salatiga 50721

W ebsite :

Achmad Maimun M.Ag

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga

  Salatiga 3 Agustus 2007

  NOTA PEMBIMBING Lamp : Hal : Naskah Skripsi Sdr. Mr. Muhatrom wing A ssa la m u ’a la ik u m W r. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Mr. Muhatrom Wing Nim : 111 02 063 Judul skripsi : PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

  AGAMA ISLAM DI M A’HAD AL-DIRASAH AL-ISL AMI Y AH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006/2007

  Untuk itu kami mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan Demikian harap menjadi perhatian.

  W assalam u ’a la ik u m W r. Wb.

  NIP.150289271

  MOTTO j a j j J j ^ - a

  4 U U A U fk ll j a j t o ^ia / ^ ^ > J* Se6enamya, fll-Q u r’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang di6eri iCmu dan tida^ada yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zalim

  (QS Al Ankabuut :49)‘

1 Depag R\Al-Qur ’an dan Terjemahnya, Surabaya, Mahkota,!989,hlm.628

  

< P E < R S T .M ® M { W

Skripsi in i penulis persem6ahkgn kepada:

  S a th o p h a ) T a tim o h )

  V J4yaf (K . dan I6u (K j. yang tercinta yang seCaCu

menjadi dorongan pertam a 6agi ku agar ku 6isa menyelesaikan tugas kuRah in i

  V JAdikzodk&u (S u fia, S o f i d a n S o fa ) yang tersayang. M ereda adalah semangat Sagi ku untufjaku menjalan kegiatan 6eCajar.

  V Teman-teman seperjuanganku (keluarga 6esar M ahasisw a Islam (Patani di Indonesia) yang selalu mem6erikgn m otivasi dan dorongan yang 6aik,6agi ku.

  V Teman-teman A ngkatan 2002 khususnya Tar6iyah.

  Tidak^ada kgta lain yang aku 6isa mem6eri dalam saat in i hanya “<XJ(B'VjWT!EqUMJL ly L S M V J L V A M E O gK JL SE M V JL*

  Semoga kelaikan mereka d i terima d i sisi Tuhan Yang M aha d s a ....... Jbm en

  • ************************************************************************

  

KATA PENGANTAR

. V _ - * >4

  A$jil jjja l£ il o jS jlJ AiS jJAl) ^jlc. o jg ia J J a J ^ P j t 5 - ^ J A lj^ij (J^ jl ^ a

  II <&A a ^J1

  j A a 2»- o U JLbai ^gic. c^ljljj ^I ujj (Jj-a ^ ill Ajjxajj eAjfrlAAa-a (jl A^- uj

  I j <dllV' 4-1'V {J

  • A j u

  L g

  I c j j j j L A S k l 4_ia_x-<a J A li

  Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusunkan Skripsi ini sebagaimana semestinya.

  Shalawat serta salam tercurahkan kepada bapak revolusioner Nabi Muhammad SAW. yang telah berubah alam jahiliyah menuju alam terang menerang, tidak lupa salam muhibbah kami sampaikan kepada para shahabat dan pengikutnya yang telah setia hingga akhir zaman.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan, Untuk itu penulis dengan sadar keterbatasan bagi diri penulis sendiri, maka dengan rendah hati mengucap banyak terimakasih kepada:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak fatchurrohman, M.Pd selaku ketua Progdi PAI yang telah memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini

  3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan kepada penulis.

  4. Segenap staf dan dosen STAIN Salatiga yang selama ini telah memberikan ilmu dan pelayanan kepada penulis.

  5. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dorongan guna menyelesaikan tugas studi di STAIN Salatiga, serta semua yang diberikan.

  6. Tuan guru H. Muhammad Arafah Waebuesa selaku Kepala M a’had al- Dirasah al-Islamiyah yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.

  7. Teman-teman seperjuangan, terutama keluarga besar Persatuan Mahasiswa Islam Pattani Selatan Thailand di Indonesia (PMIPTI) Salatiga, yang telah mengambil perhatian secara langsung dan tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

  8. Semua pihak yang terkait yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, untuk itu penulis dengan rendah hati memohon kritik dan saran demi membangun, membina dan kesempurnaan skripsi ini.

  Kendatipun penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis sendiri juga pembaca pada umumnya, serta membawa hasil yang positif. Amin Yarabbal a’lamin.

  Salatiga, 1 Agustus 2007 Penulis,

  Mr. Muhatrom wins 111 02 063 DAFTAR ISI Halaman

  

  

  

  

  

  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

  

  

  

  

  

  

   BAB H LAND ASAN TEORI

  A. Kurikulum

  

  

  

   viii

  

  

  6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan

  

  

  

  3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama

  

  

  5. Bentuk Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama

  

  

   BAB n i Gambaran Umum Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah Propinsi Pattani

  Thailand Selatan Tahun 2006/2007

  

  

  

  

  

  

  7. Pelaksanaan kurikulum pendidikan agama islam di ma’had al-dirasah al-islamiyah

  IX

  

  

  

  2. Pelaksanaan Kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP x

  

DAFTAR TABEL

Tabel

  Halaman

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   Tabel XIV : Tentang Siswa Dapat Menjelaskan Pengertian

   Tabel XV : Tentang Siswa Mengetahui Rukun Islam Secara Lengkap

  79 Tabel XVI : Tentang Siswa Diajarkan oleh Guru untuk

  

  

  

  

   Tabel XX : Tentang Siswa Senang Belajar Pendidikan Agama Islam

  82 Tabel XXI : Tentang Setiap hari Jum ’at Siswa di Wajib Sholat

  

  

  

  

  

  

B A B I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia dapat belajar menghadapi segala problematika yang ada di alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Pendidikan dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat membentuk kepribadian seseorang dan pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat meningkatkan prestasi dan produktifitas seseorang. Dengan bantuan pendidikan, seseorang memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, sehingga ia mampu menciptakan karya yang gemilang dalam hidupnya atau dengan kata lain manusia dapat mencipta suatu peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi dengan bantuan pendidikan.

  Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin Islam .1 Kurikulum merupakan salah satu aspek pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu membantu anak didik mengembangkan kepribadiannya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan salah satu aspek yang mempegaruhi anak didik di sekolah. *

  

M. Ali Hasan & Mukti Ali. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,

2003, him.

  1

  1 Dalam kaitan dengan strategi integrasi nasional secara keseluruhan, yang dirancangkan oleh Marsekal Sarit Thanarat, pemerintah pusat merancangkan program perbaikan pendidikan pondok pada tahun 1961, dengan tujuan untuk mengubah lembaga tersebut menjadi pelopor perubahan dan modernisasi. Kementerian Pendidikan diberi tugas untuk mendaftarkan semua pondok yang ada guna menentukan pondok mana yang “memenuhi persyaratan untuk mencapai bantuan pemerintah” sebelum inisiatif tahun 1961 itu, Kementerian Pendidikan tidak mempunyai wewenang yang tegas berdasarkan hukum untuk mengatur pondok. Selama itu pondok dianggap sebagai “lembaga keagamaan” dari pada “lembaga pendidikan”.

  Keempat propinsi yang berbatasan juga dikelompokkan bersama menjadi satu unit administratif dengan nama Wilayah Pendidikan II. Sebuah pusat penelitian dan koordinasi khusus didirikan di Yala dengan tugus tunggal: memasukkan kurikulum sekuler Thai ke dalam struktur pendidikan tradisional. Pandangan pemerintah ketika itu adalah, dari pada membangun sekolah-sekolah baru yang akan menelan biaya yang sangat besar dan dapat dipastikan akan ditentang keras oleh komunitas Melayu-Muslim akan lebih baik untuk menyesuaikan lembaga-lembaga yang sudah ada, dan secara berangsur-angsur mendorongnya agar menerima perubahan-perubahan yang diperlukan. Jika lembaga- lembaga itu harus diberikan status baru. Oleh karena pendidikan dasar dan menengah di Negara Thai diselenggarakan oleh

  i

  pemerintah dan swasta, maka pondok tidak dapat dimasuk an ke dalam salah satu kategori. Pondok merupakan milik pribadi yang semata-mata bertujuan memberi pelajaran agama; karena itu pemerintah berusaha membujuk pondok- pondok, dengan menawarkan bantuan keuangan, untuk menerima perubahan.

  Lalu ditetapkanlah suatu kategori khusus: Sekolah Swasta untuk Pendidikan Islam (rongrian rasdr son sasna Islam). Ini merupakan suatu inovasi yang memungkinkan pondok tetap “swasta”, tetapi dalam pada itu harus tunduk kepada peraturan-peraturan pemerintah jika ingin mendapat dukungan pemerintah.

  Status baru sebagai “sekolah swasta” mengharuskan pondok, yang secara tradisional berstruktur longgar, untuk menyesuaikan diri kepada peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan formal bagi lembaga pendidikan moderen. Kelas-kelas harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat prestasi intelektual yang terukur melalui ujian-ujian yang teratur. Mata pelajaran-mata pelajaran harus direncanakan dan kemajuan murid harus dipantau dengan seksama.2

  M a ’had al-D irasah al-lslam iyah merupakan sebuah lembaga

  pendidikan Islam swasta, di sini telah diajarkan dua bagian pendidikan, yaitu pendidikan agama Islam dan pendidikan umum, sehingga siswa dapat meraih ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, dan juga memperoleh dua ijazah, yaitu ijazah pendidikan agama Islam, dan ijazah pendidikan umum.

  Pada bagian agama mempunyai kelas Ibtidaiyah, Mutawassithoh, dan Tsanawiyyah (Aliyah). Adapun bagian pendidikan umum mempunyai kelas 1-

  

2 Surin Pitsuwan. Islam di Muang Thai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani. Jakarta : LP3ES,

1989,hlm.l45

  

3

  3 SMP (sokolah lanjutan pertama) yaitu M .l s/d M. 3, dan kelas 1-3 SMA (sekolah lanjutan atas) yaitu M.4 s/d M.6 sesuai dengan kurikulum yang di tawarkan pemerintah.

  Namun demikian masih banyak lembaga pendidikan di Thailand khususnya lembaga pendidikan swasta yang belum mengimplementasikan kurikulum secara optimal, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam undang- undang tentang pendidikan. Ini merupakan suatu kelemahan yang perlu dicari penyebabnya.

  Berangkat dari latar belakang masalah inilah, peneliti merasa tertarik untuk meneliti secara mendalam tentang Pelaksanaan Kurikulum PAI di

  

M a’had al-Dirasah al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan

Tahun 2006/2007.

B. RUMUSAN MASALAH

  Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, dapat penulis rumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

  1. Bagaimana bentuk kurikulum PAI di Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah..

  2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al-Islamiyah

  3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan kurikulum PAI di Ma’had al- Dirasah al-Islamiyah

  4. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI di Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah

  4 C.

TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian atau penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bentuk kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al- Islamiyah

  2. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah al- Islamiyah

  3. Untuk pengetahui hasil yang dicapai oleh M a’had al-Dirasah al-Islamiyah

  4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

  Kegunaan penelitian adalah :

  1. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah dalam upaya penyempurnaan pelaksanaan kurikulum PAI.

  2. Kegunaan secara teoritis, sebagai bahan sumbangsih bagi pengembangan kurikulum lembaga pendidikan Islam.

  E. DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari kesalahpahaman serta untuk memperoleh kejelasan tentang judul di atas, perlu kiranya penulis memberikan beberapa penegasan istilah, sebagai berikut:

  5

1. Kurikulum

  Definisi tentang kurikulum adalah sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis dan metodologis untuk melancarkan proses belajar-mngajar di bawah bimbingan serta tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya/

  Memilih melakukan pembahasan tahun 2006/2007 dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kondisi dari kurukulum PAI tersebut.

2. PAI (Pendidikan Agama Islam)

  Pendidikan Islam ialah suatu aktivitas/usaha pendidikan terhadap anak didik menuju ke arah terbentuknya kepribadian muslim yang muttaqien.*

  4 Adapun pendapat lain, menurut Drs. H. Zuhairini “Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam”5

3. M a’had al-Dirasah al-Islamiyah

  Sekolah Ma’had al-Dirasah al-Islamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam formal yang dikelola oleh swasta, beralamat di jalan Phetkasim 93/2 M. 1 T. Dhon A. Phanarik Ch. Pattani 94190

  Thailand Selatan yang didirikan oleh Tuan Guru H. Ibrahim Waebuesar bersama anggotanya, pada tahun 2513 B/1970 M.

  Nasution. S.. Prof. Dr.. M.A.. Kurikulum dan pengajaran. Bina Aksara. Jakarta. 1989, hlm.5

  4 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001,him. 111

  3 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Op.Cit.,hlm.l 11

  6

4. Propinsi Pattani Thailand Selatan

  Pattani merupakan salah satu propinsi atau wilayah yang berbatasan dengan Malaysia dan berada di Thailand Selatan yang meliputi empat propinsi (wilayah), yaitu Wilayah Yala, Narathiwat, Songkhla dan Pattani sendiri. Mayoritas penduduk menganut agama Islam.

  Dari uraian yang telah penulis kemukakan maka proposal skripsi yang beijudul : “Pelaksanaan Kurikulum PAI di M a’had al-Dirasah

  al-Islamiyah Propinsi Pattani Thailand Selatan 2006/2007” adalah

  suatu penelitian atau penyelidikan tentang pelaksanaan kurikulum pendidikan agama Islam tingkat Tsanawiyah yang berlokasi di M a’had al- Dirasah al-Islamiyah

F. Metode Penelitian

  Dalam suatu penelitian, metode penelitian mutlak diperlukan karena merupakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa dan melaporkan data.

  Disamping itu metode penelitian diperlukan guna mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan. Berkaitan dengan metode penelitian ini dapat diuraikan hal- hal sebagai berikut:

  1. Subyek Penelitian Metode ini sering disebut penentuan sumber subyek, atau tempat diperolehnya data. Adapun pihak yang dijadikan sumber data adalah : a. Kepala sekolah.

  b. Bagian tata usaha.

  7 c. Guru agama.

  d. Siswa.

  2. Teknik sampling Karena ada keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel.

  Adapun dalam penulisan ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa di Sekolah M a’had al-Dirasah al-Islamiyah Namun karena jum lah keseluruhan siswa 837 orang, maka sebagai sampel penelitian adalah siswa tingkat Tsanawiyah kelas I, II, III, sebanyak 125 siswa, dengan rincian, kelas I sebanyak 31 siswa, kelas II sebanyak 67 siswa, dan kelas

  III sebanyak 27 siswa. Dari data-data tersebut penulis memperoleh data pada angkatan 2006/2007 sebagai pedoman. Untuk mendapatkan sampel yang representatif dari keseluruhan populasi, penulis menggunakan pedoman seperti yang dikemukakan sebagai berikut:

  Untuk sekadar ancar-ancar maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya perupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jum lah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih Berdasarkan pedoman diatas, maka penulis mengambil sampel sebesar 20% dari 125 orang siswa, yakni 25 orang siswa, terdiri dari 6 siswa kelas I, 13 siswa kelas II, dan 6 siswa kelas III tingkat Tsanawiyah.

  Selanjutnya teknik sampel yang penulis pergunakan adalah teknik sampel proporsi atau proporsional sampel, yaitu teknik pengambilan

  8 dengan mempertimbangkan banyaknya subjek dalam setiap strata. Adapun teknik pengambilan sampel dalam setiap strata adalah secara random dengan cara undian.

  3. Metode Pegumpulan Data

  a. Observasi Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki.0 Metode ini digunakan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek penelitian. Peneliti secara langsung akan mengadakan observasi ke M a ’had al-D irasah al-Islam iyah. Metode observasi ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data megenai sarana dan prasarana, keadaan sekolah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. r b. Wawancara (Interview)

  Yang dimaksud dengan metode wawancara atau interview adalah suatu cara untuk mendapatkan data-data keterangan yang dilakukan dengan jalan tanya jaw ab secara lisan terhadap data-data atau fakta-fakta yang perlu untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

  Metode ini juga dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jaw ab yang dikeijakan dengan sistematik dan berlandaskan tujuan penyelidikan.' 6

  7

  6 Sutrisno Hadi. Metode Reseach /-//. Yogyakarta : Andi Offset, 1986,hlm.l36

  7 Sutrisno Hadi, Op.Cit.,him. 136

  'yietode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data dari kepala sekolah, para pendiri, para guru, dan pihak-pihak yang kiranya dapat memberikan keterangan yang diperlukan yang belum dapat diperoleh secara observasi. Teknik wawancara yang penulis pergunakan adalah bebas terpimpin, yaitu sebelum penulis melakukan wawancara, pokok-pokok persoalan telah penulis persiapkan sebelumnya. Sedangkan dalam pelaksanaannya penulis tidak terikat pada daftar pertanyaan yang penulis ajukan, tetapi melihat pada situasi dan kondisi agar wawancara dapat berjalan dengan lancar,

  c. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui penyelidikan benda- benda tertulis seperti buku- buku, majalah, dokumen- dokumen, catatan harian dan sebagainya.0

  Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan berwujud dokumentasi yaitu mengenai jum lah guru, jum lah siswa, struktur organisasi, kurikulum pendidikan agama Islam dan arsip-arsip lain yang berkaitan dengan penelitian. Adapun digunakannya metode dokumentasi ini adalah sebagai pelengkap dari pada metode interview dan metode observasi.

  

s Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta,

  1996,hlm.234

  10 d. Angket (Questioner) Yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang pribadinya atau hal yang ia ketahui.9 1

  Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi siswa di sekolah.

  4. Metode Analisis Data Metode analisa yang digunakan dalam penyusunan proposal skripsi ini adalah analisa data kualitatif. Alasan penulis menggunakan analisa tersebut dalam penelitian ini karena mengingat data-data yang diperoleh berupa keterangan atau uraian-uraian kalimat (data kualitatif) yang tidak berhubungan dengan angka-angka. Di samping itu metode ini bersifat umum, menginterpretasikan data yang ada, yang mana dalam pelaksanaan tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan saja, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu.

  Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa hasil penelitian ini adalah : a. Metode induktif

  Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa- peristiwa yang konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat um um .'0

  9 Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,him 124

  10 Sutrisno Hadi, Op.Cit.,h\mA2

  11 Berarti metode induktif ini yaitu pengambilan dari peristiwa atau fakta yang bersifat khusus, kepada peristiwa atau fakta yang bersifat umum dari gejala-gejala konkret dari kesimpulan.

  b. Metode deduktif Metode ini merupakan kebalikan dari metode induktif, dengan prinsip dari metode deduktif ini adalah : “Apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis itu”.“

G. Sistematika Skripsi

  Untuk memperjelaskan gambaran umum kajian skripsi ini, maka digunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.

  Bagian awal meliputi halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel. Bagian inti terdiri dari 5 bab yaitu:

BAB I: Membahas tentang pendahuluan, latar belakang masalah,

  rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 1

  1

11 Sutrisno Hadi, Op.Cit.,hlm.36

  12

  3A B II:

  kurikulum, konsep kurikulum, komponen-komponen kurikulum, prinsip pengembangan kurikulum, pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang mempengaruhi, pengertian kurikulum pendidikan agama Islam, landasan kurikulum pendidikan agama Islam, prinsip pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam, ciri-ciri kurikulum pendidikan agama Islam, bentuk kurikulum pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, dan materi pendidikan agama Islam. Gambaran umum M a ’had al-D irasah al-Islam iyah Pada gambaran umum ini, akan dibahas tentang sejarah berdirinya, tujuan berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan sarana prasarana.

BAB III: BAB IV: BAB V: Landasan teori, meliouti uraian tentang pengertian

  Penyajian data dan Pembahasan Bentuk Kurikulum PAI di

  M a ’had al-D irasah al-Islam iyah, pelaksanaan kurikulum

  PAI di Ma ’had al-D irasah al-Islam iyah, hasil yang dicapai oleh

  M a ’had al-D irasah al-Islam iyah,

  dan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kurikulum PAI.

  Penutup, bab yang terakhir berisi kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup.

  

13

BAB II LANDASAN TEORI

1. Kurikulum

a. Pengertian kurikulum

  a. Pengertian Kurikulum secara Etimologi

  Webster’s Third New International Distionery menyebut Curriculum

  berasal dari kata curere. Dalam bahasa latin currere berarti: 1) Berlari cepat (pada perlombaan lari di stadion)

  2) Tergesa-gesa 3) Menjalani

  Currere dikatabendakan menjadi curriculum berarti: 1) Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki.

  2) Peijalanan, satu pengalaman tanpa berhenti. 3) a) Jalan, larinya

  b) Perlombaan, pacuan, balap c) Peredaran, gerakan berkeliling.

  4) Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan.

  Menurut satuan pelajaran yang dibuat oleh Dep. P&K, Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “jarak yang ditempuh”.

  Semula dipakai dalam lapangan olahraga.1 *

  

Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta :

Bumi Aksara, 1993.hlm.12

  15 b. Pengertian Kurikulum secara Terminologi Menurut J. Lloyd Trump dan F. M iller dalam buku Secondary menganut definisi kurikulum yang luas.

  School Improvement (1973)

  Menurut mereka kurikulum juga termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal- hal struktural mengenai waktu, jumlah ruang serta kemungkinan memilih mata pelajaran, Sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau semua aspek tersebut tidak diperhatikan.2

  Menurut Romine, (1945:14) yang penulis kutip dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran oleh Oemar Hamalik (2005:18) pengertian ini menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisah yang tegas antara intra dan ektra kurikulum.

  Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakekatnya adalah kurikulum.

2. Konsep Kurikulum

  Konsep kurikulum menurut Eisner:

  a. Pengembangan proses kognitif

  b. Teknologi

  c. Humanistik atau aktualisasi diri anak,

2 S. Nasution. Asas- asas Kurikulum. Bandung: Jemars, 1990.hlm.4

  16 b. Kurikulum Sebagai Teknologi Kemajuan dalam teknologi menghasilkan sejumlah alat-alat termasuk elektronik yang kian lama kian banyak dimanfaatkan dalam pendidikan seperti proyektor, TV, radio, video taperecorder, film, computer, dan sebagainya. Alat-alat ini lazim disebut “hardware ” atau perangkat keras dalam pendidikan. Banyaknya alat-alat serupa itu yang digunakan menimbulkan istilah teknologi pendidikan.

  Akan tetapi ada lagi aspek lain dalam teknologi pendidikan, yakni apa yang disebut “software” yang mempengaruhi teknik atau cara mengajar dan belajar. Salama ini mengajar ini dianggap masih terlampau banyak bercorak seni dan sangat ditentukan oleh keterampilan dan kepribadian masing-masing guru. Apa yang dilakukan dengan sukses oleh seorang guru belum tentu dapat diulangi atau ditiru guru lain dengan hasil yang sama. Teknologi pendidikan berusaha agar teknik mengajar ini dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat dijamin hasil yang sama lepas dari faktor kepribadian guru atau murid. Teknologi pendidikan bermaksud memberikan dasar ilmiah dan empiris kepada proses belajar mengajar.3

  c. Kurikulum Sebagai Aktualisasi Diri Konsep ini dapat dipandang sebagai suatu aspek falsafah John

  Dewey yang menekankan bahwa tugas pendidikan yang utama ialah

3 S.Nasution Pengembangan Kurikulum. Bandung : Alumni, 1987,hlm.l8-19

  18 mengembangkan anak sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dilakukan bila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan potensi anak, khususnya imajinasi yang kreatif. Unutk itu perlu diberikan kebebasan, kemandirian, hak untuk menemukan diri serta pengembangan kemampuan fisik dan emosionalnya, jadi perkembangan anak itu sebagai keseluruhan. Kurikulumnya sering berdasarkan konsepsi

  “child-centered” yang mengutamakan ekspresi diri secara kreatif, individualitas, aktivitas pertumbuhan “dari dalam”, bebas dari paksaan dari luar. Kurikulum ini memelihara keutuhan anak sebagai “keseluruhan”. Khusunya mengenai kreativitas dan spontanitas anak (Taba,1962,h.28).

  d. Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial Pendidikan dapat mengubah manusia dalam pikiran, perasaan, dan perbuatannya, oleh karena itu dapat mempunyai peranan dalam mengubah masyarakat dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan lazim digunakan oleh pemerintah untuk mengubah individu dan masyarakat menurut falsafah dan cita-cita baru.

  John Dewey,

  memandang pendidikan sebagai alat rekonstruksi sosial yang paling efektif. Dengan membentuk individu dapat dibentuk masyarakat. Pendidikan merupakan badan yang konstruktif untuk memperbaiki masyarakat dan membina masa depan yang lebih baik.

  19

  George Counts, memberikan peranan yang lebih besar lagi

  kepada pendidikan. Ia berpendapat bahwa pendidikan sanggup mengatur dan mengendalikan perubahan sosial. Ia melihat kemungkinan menggunakan pendidikan sebagai alat “social dan peranan pendidikan sebagai “statesmen”, ahli

  engineering” Negara.

  Othanel Smith, juga mempunyai harapan yang tinggi tentang

  atau missi sosial sekolah. Dengan teknik “social

  “social mission" engineering” pendidikan dapat mengontrol perkembangan sosial,

  sebelum perkembangan bila tidak dikendalikan memperbudak atau menghancurkan manusia. Pendidikan dapat mengarahkan transformasi atau perubahan masyarakat.4

  e. Kurikulum Sebagai Rasionalisasi Akademik Pada tahun 1960-an, setelah Sputnik, pengetahuan akademis ini sangat menonjol kedudukannya dalam kurikulum, khususnya matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam untuk meningkatkan ilmu dan teknologi. Juga timbul pendekatan baru dalam pengajarannya yang dipelopori oleh Jerome Bruner melalui bukunya yang terkenal

  “The Process o f Education”. Ia mengemukakan bahwa dalam

  mempelajari disiplin ilmu harus diutamakan pemahaman konsep dan prinsip-prinsipnya yang paling fundamental. Prinsip-prinsip

4 S. Nasution , Op,Cit.,him.23-24

  20 d. Rekonstruksi sosial

  e. Akademik McNeil menggunakan istilah kurikulum yang humanistik, bersifat rekonstruksi sosial, teknologi dan akademik. Hilda Taba melihat kurikulum sebagai alat untuk transmisi kebudayaan, transformasi masyarakat,dan pengembangan anak sebagai individu. Konsep ketiga ahli kurikulum menunjukkan banyak persamaan,

  a. Kurikulum Sebagai Pengembangan Proses Kognitif Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, khususnya kemampuan berpikir agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Yang diutamakan ialah produknya. Yang harus dipentingkan ialah peningkatan cara ia berpikir, bagaimana berpikir “the how ” bukan apa,

  “the w hat ” yang dipikirkan. Untuk itu anak-anak perlu mendapat

  latihan dalam proses berpikir untuk mencapai otonomi intelektual yang memberikan kemampuan kepadanya untuk berpikir secara mandiri tentang berbagai masalah baru yang belum pernah dipelajarinya di sekolah. Orang yang terampil dalam proses berpikir akan sanggup menghadapi masa depan yang serba komplek dan penuh rahasia yang pada saat ini sulit diramalkan.

  17 fundamental itulah yang merupakan struktur disiplin itu. Prinsip fundamental yang dipahami akan dapat digunakan untuk memahami banyak hal, fakta, peristiwa, dan hubungan lainnya. Jadi mempelajari struktur disiplin adalah jalan yang paling efisien untuk mempelajari bidang ilmu itu.5

3. Komponen-komponen Kurikulum

  Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang miliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.

  Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai

  Kedua

  dengan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum, a. Tujuan

  Telah di kemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya.

5 Ibid

  26

  21 Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai- nilai filosofis, terutama falsafah negara.

  b. Bahan ajar Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersabut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar, yang mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan belajar, strategi mengajar, media dan sumber belajar, serta evaluasi hasil belajar.6 c. Strategi mengajar

  Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.

  Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97) membagi strategi mengajar itu atas

  

6 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005.hlm. 102-105

  

22

  

Exposition-Discovery learning dan Groups-Individual Learning.

  Ausubal and Robinsan (1969: 43-45) membaginya atas strategi

  

Reception Learning-Discovery Learning dan Rote Learning-

Meaningful Lerning.

  1) Reception/ Exposition Learning-Discovery Learning dan exposition sesungguhnya mempunyai makna

  Reception

  yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception Learning dilihat dari sisi siswa, sedangkan exposition dilihat dari sisi guru.

  Dalam exposition atau reception Learning keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Siswa tidak dituntut untuk mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya.

  2) Rote learning- Meaningful Learning Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa mempehatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam

  meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan makna bagi siswa.

  3) Group Learning- Individual Learning Pelaksanaan discovery learning menurut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam kelompok- kelompok kecil.

  Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaannya agak sukar

  23 dan mempunyai beberapa masalah. Masalah pertama, kerena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya dilakukan oleh siswa- siswa yang pandai dan cepat, siswa- siswa yang kurang dan lambat, akan meginkuti saja kegiatan dan menerima temuan- temuan anak- anak cepat,

  d. Media mengajar Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan untuk mendorong siswa belajar.

  Mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam yaitu

Interaksi insani, realita, pictorial, symbol tertulis, dan rekaman suara.

  1) Interaksi insani Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran sesuatu pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang lainnya.

  2) Realita Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang- orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati siswa. 3) Pictorial

  Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak,

  24 dibuat kertas, film, kaset, disket, dan media lainnya. Media

  pictorial mempunyai banyak keuntungan karena hampir semua

  bentuk, ukuran, kecepatan, makhluk, dan peristiwa dapat di sajikan dalam media ini.

  4) Simbol tertulis tertulis merupakan media penyajian informasi yang

  Simbol

  paling umum, tetapi tetap efektif. Ada beberapa macam bentuk media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul, dan majalah-majalah. 5) Rekaman suara

  Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara. Rekaman dapat disajikan secara tersendiri atau digabung dengan media pictorial. Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup efektif.

  e. Evaluasi pengajaran Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan media pengajaran adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi berfungsi untuk menilai pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan serta melalui proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.

  25

  1) Evaluasi hasil belajar-mengajar Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan- tujuan khusus yang ditentukan, diadakan suatu evaluasi. Evaluasi ini disebut juga evaluasi hasil belajar-mengajar. Dalam evaluasi ini disusun butir-butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Untuk tiap tujuan khusus minimal disusun satu butir soal. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

  Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek, tujuan pertama tujuan formatif sebenarnya lebih banyak ditujukan untuk menilai proses pengajaran .

  Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang lebih luas, satu semester, satu tahun atau selama jenjang pendidikan. 2) Evaluasi pelaksanaan mengajar

  Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan mengajar (yang menyangkut sekuens bahan ajar), strategi dan media pengajaran, serta komponen evaluasi mengajar sendiri.

  26 f. Penyempurnaan pengajaran Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan pengajaran secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Komponen apa yang disempurnakan, dan bagaimana penyempurnaan tersebut dilaksanakan. Sesuai dengan komponen yang di evaluasi, pada dasarnya semua komponen pengajaran mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dulu atau dapat penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya.7

4. Pengembangan Kurikulum

  Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat, a. Peranan Para Administrator Pendidikan