ANALISIS PENGARUH SIKAP, MEREK DAN FAKTOR BUDAYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Studi kasus pada Bakpao Merek Larissa di Surakarta) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada program Studi Manajemen
ANALISIS PENGARUH SIKAP, MEREK DAN FAKTOR BUDAYA TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Studi kasus pada Bakpao Merek Larissa di Surakarta) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada program Studi Manajemen oleh : Mahendra Joesoef NIM : 042214102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
MOTTO
“Hadapilah Hidup Ini dengan Senyum, Maka Segala Permasalahan Yang Dihadapi Akan Terasa Ringan”
“ Mencapai Kesuksesan Tidaklah Mudah, Ia Akan Bekerja Melewati Malam Di saat Yang Lain Sedang Terlelap”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk : Mama
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur penulis persembahkan kepada Tuhan
Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul “
Analisis Pengaruh Sikap, Merek dan Faktor Budaya terhadap Minat Beli
Konsumen”. Studi Kasus pada Bakpao Merek Larissa di Surakarta.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya bantuan pihak lain yang
dengan tulus ikhlas dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing
penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt. Q.I.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak V. Mardi Widyadmono, SE., M.B.A., selaku Ketua Program Studi
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Ibu Ike Janita Dewi, S.E, M.B.A. Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata dharma,
Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh kuliah.
6. Mamaku yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi serta nasehat-
nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Untuk semua orang yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas dukungan dan partisipasinya.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan yang sedang menyusun skripsi.
Yogyakarta, Maret 2009 Penulis, Mahendra Joesoef
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH SIKAP, MEREK, DAN FAKTOR BUDAYA
TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN
Studi Kasus pada Bakpao Merek Larissa Surakarta
Mahendra Joesoef
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) ada tidaknyaperbedaan sikap dan merek yang lebih tinggi pada produk bakpao merek Larissa
dengan produk bakpao merek bukan Larissa; 2) ada tidaknya pengaruh etnisitas
terhadap minat beli konsumen pada produk bakpao; 3)ada tidaknya pengaruh
sikap terhadap minat beli konsumen.Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada Konsumen Bakpao
Larissa Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada partisipan. Populasi penelitian ini adalah Konsumen Bakpao
Merek Larissa Surakarta. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden. Teknik
sampling yang digunakan adalah Random Assigment. Uji validitas menggunakan
teknik Korelasi Pearson’s Product Moment dan Uji Reliabilitas menggunakan
rumus Spearman Brown. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji T-Test, Analisis Regresi Linier Sederhana, Uji Asumsi Klasik.Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa : 1) Faktor sikap dan
merek mempunyai perbedaan yang lebih tinggi pada produk bakpao merek
Larissa dengan produk bakpao merek bukan Larissa; 2) Faktor Etnisitas
berpengaruh pada minat konsumen terhadap produk bakpao; 3) Sikap berpengaruh
pada minat beli konsumen.
ABSTRACT
ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF ATTITUDE BRAND AND
CULTURAL FACTORS TO CONSUMERS BUYING INTEREST
Case Study in on Larissa-Branded Bakpao of Surakarta
Mahendra Joesoef
Management Study Program, Faculty of Economy
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009
The purposes of this research were to know whether there were: 1)
differences of attitude towards Larissa-branded bakpao product with non Larissa
branded Bakpao product 2) whether there was ethnicity’s influence on consumer’s
attitude 3) effect of attitude on purchase intention.This research was conducted on the consumers of Larissa Bakpao in
Surakarta. Were collected by distributing questionnaire to participants. The
participants studied were 100 persons Validity test was conducted using Pearson’s
product Moment Correlation and Reliability Test was conducted using the
Spearman Brown’s Formulation. The technique of data analysis used in this
research was T-test and simpler linear regression analysis.Result show that : 1) there was a positive difference of attitude between
Larissa-branded and non Larissa-brand bakpao 2) ethnicity influences consumers
attitude 3) attitude influences consumers purchase intention
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................................. vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1 B. Rumusan Masalah ......................................................................
2 C. Batasan Masalah .........................................................................
3 D. Tujuan Penelitian .......................................................................
3 E. Manfaat Penelitian .....................................................................
4 F. Sistematika Penelitian ................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Merek .......................................................................
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...........................................................................
33 I. Teknik Pengujian Instrumen ......................................................
33 H. Skenario Eksperimen .................................................................
32 G. Pemilihan Partisipan .................................................................
32 F. Metode Pengumpulan Data ........................................................
30 E. Jenis dan Sumber Data ................................................................
29 D. Variabel Penelitian .....................................................................
29 C. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................
29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
27 K. Kepuasan Pelanggan ..................................................................
6 B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Suatu Merek ...............................................................
25 J. Nilai Pelanggan ..........................................................................
22 I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen...........
21 H. Teori Perilaku Konsumen ..........................................................
21 G. Perilaku Konsumen ....................................................................
19 F. Loyalitas Konsumen ...................................................................
18 E. Klasifikasi Produk.......................................................................
17 D. Tingkatan Produk ......................................................................
15 C. Produk ........................................................................................
36
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Umum Perusahaan ........................................................
45 B. Visi dan Misi Perusahaan ...........................................................
46 C. Nilai-Nilai Utama Perusahaan ....................................................
47 D. Prinsip Operasi Perusahaan ........................................................
48 E. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................
50 F. Pengembangan Produk Baru ......................................................
52 G. Tantangan Perusahaan.................................................................
53 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ..........................................
54 B. Identitas Responden ...................................................................
56 C. Uji t-test ......................................................................................
59 D. Uji Asumsi Klasik .......................................................................
64 E. Analisis Regresi Linear Sederhana ............................................
67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
70 B. Saran ...........................................................................................
71 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
73 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu produk yang telah lama beredar di pasaran tentunya memberikan
nilai tersendiri bagi konsumen yang telah mengkonsumsinya. Konsumen akan mengetahui banyak mengenai produk itu setelah konsumen mencoba mengkonsumsi dan menikmati produk itu untuk memenuhi kebutuhannya, daripada hanya sekedar mengetahui dari iklan semata atau informasi dari pihak lainnya. Loyalitas dari konsumen akan produk itu sangat penting guna mempertahankan posisi perusahaan di pasar dan sekaligus untuk menjamin penjualan dan laba yang diperoleh.
Loyalitas konsumen dari suatu produk akan turut pula menentukan pola pembelian kembali oleh konsumen terhadap produk tersebut dan sebaliknya juga pola pembelian kembali oleh konsumen terhadap produk tersebut akan menunjukkan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut.
Tentunya merek produk, citra perusahaan, dan rasa produk akan menciptakan loyalitas konsumen. Atribut-atribut yang disebutkan diatas yang dapat mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Hal ini tidak terlepas juga dengan bakpao Larissa, sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan produk makanan bagi masyarakat. Di samping pentingnya loyalitas konsumen akan produk, juga diperlukan suatu strategi ke depan untuk tetap bertahan bahkan memenangkan persaingan secara berkelanjutan produk yang sejenis. Maka dalam hal ini bakpao Larissa juga terus mempertahankan atribut produk yang selam ini telah memberikan loyalitas bagi konsumennya, juga harus mempunyai strategi bisnis ke depan guna tetap menjadi market leader di Surakarta dan di Yogyakarta khususnya untuk masa yang akan datang.
Dalam situasi ini tentulah diperlukan langkah dan kebijakan yang tepat dari perusahaan bakpao Larissa untuk tetap bertahan dan semakin maju dalam bisnisnya untuk tetap tumbuh dan berkembang. Selain perilaku konsumen yang semakin variatif harus dipahami dan dicermati juga diperlukan suatu strategi ke depan untuk memenangkan persaingan, sebab disadari pula bahwa era sekarang ini yang mampu bersaing dan bahkan memenangkan persainganlah yang akan tetap survive.
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah faktor sikap dan merek mempunyai perbedaan yang lebih tinggi pada produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao merek bukan Larissa?
2. Apakah Etnis Tionghoa cenderung lebih kritikal dibanding dengan Etnis Non Tionghoa?
3. Apakah sikap akan mempengaruhi minat beli konsumen?
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti jelas dan tidak terlalu luas, serta sesuai dengan yang dianalisis, maka penulis membuat batasan masalah yaitu :
1. Konsumen yang dimaksud adalah pembeli atau pelanggan bakpao Larissa.
2. Loyalitas merek: Ukuran kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek itu mengalami perubahan baik menyangkut harga maupun atribut yang lainnya.
Selain itu penulis juga membatasi bahwa perencanaan strategi dalam penelitian ini hanya untuk perencanaan strategi di bidang pemasaran saja.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah sikap dan merek mempunyai perbedaan yang lebih tingi pada produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao merek bukan Larissa.
2. Untuk mengetahui apakah Etnis Tionghoa cenderung lebih kritikal dibanding dengan Etnis Non Tionghoa.
3. Untuk mengetahui apakah sikap akan mempengaruhi minat beli konsumen pada produk bakpao merek Larissa.
E. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Perusahaan Bakpao Larissa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada bakpao Larissa untuk membuat kebijakan dan keputusan di waktu mendatang terutama berkaitan dengan kebijakan pemasaran produk dan strategi untuk memenangkan persaingan di masa mendatang khususnya untuk wilayah Yogyakarta
2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan sebagai acuan untuk penelitian bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wahana utuk memperdalam dan menerapkan pengetahuan penulis dalam penulis dalam ilmu manajemen dan ilmu lainnya yang terkait yang sudah diperoleh
selama ini, untuk memecahkan persoalan-persoalan nyata dilapangan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori Meliputi uraian berbagai teori-teori dan pengertian-pengertian di bidang manajemen pemasaran dan khususna perilaku konsumen serta konsep perencanaan strategi untuk memenangkan persaingan. Dimana hal ini semua yang akan mendukung dan menjadi acuan dalam penulisan skripsi. Bagian akhir ini juga berisi hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian Meliputi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, metode pengukuran data dan metode analisis data.
BAB IV : Gambaran Umum Perusahaan Meliputi gambaran informasi tentang perusahaan yang menjadi tempat dilakukannya penelitian. BAB V : Analisis Data dan Pembahasan Meliputi uraian tentang hasil pengolahan data, analisa data,
pembahasan, dan jawaban dari masalah yang diajukan.
BAB VI : Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian Meliputi kesimpulan yang diambil dari penelitian dan saran-saran kepada pihak perusahaan disertai pernyataan penulis akan keterbatasan penelitian yang dilakukannya.BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Merek Brand atau Merek merupakan nama atau simbol yang bersifat
membedakan, dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual tertentu. Merek memberi tanda pada konsumen mengenai sumber merek tersebut, dan melindungi konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk- produk yang tampak identik.
Nilai-nilai dari merek yang dimiliki oleh perusahaan dapat menyampaikan 5 tingkat gambaran merek kepada konsumen, yaitu:
1. Atribut: Merek pertama-tama akan mengingatkan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk.
2. Manfaat: Suatu merek lebih daripada fungsi serangkaian atribut. Pada dasarnya konsumen tidak membeli atribut, akan tetapi mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional, terlebih lagi aspek emosional.
3. Nilai: Merek harus dapat mencerminkan sesuatu hal mengenai nilai-nilai pembeli.
4. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu, yang lebih identik pada customer habit .
5. Kepribadian: Perlu diketahui juga bahwa merek dapat menggambarkan kepribadian dari pemakainya.
Elemen-elemen Brand Equity atau ekuitas merek merupakan
seperangkat asset dan liabilitas pembentuk merek yang berkaitan dengan suatu
merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan
perusahaan.Asset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek dapat dikelompokan ke dalam lima kategori: Brand Loyalty (Loyalitas merek) 1.
Loyalitas merek merupakan ukuran kedekatan atau keterikatan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya konsumen berlaih ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Konsumen yang loyal pada umumnya akan melanjutkan penggunaan merek terserbut, walaupun dihadapkan dengan banyak alternative merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk
Beberapa fungsi yang dapat diberikan Brand Loyalty kepada perusahaan yaitu: a) Mengurangi biaya pemasaran.
b) Meningkatkan perdagangan.
c) Menarik minat pelanggan baru.
d) Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing.
Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang
memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi sehingga membentuk piramida loyalitas merek. Tingkatan loyalitas merek dibagi menjadi:a. Switcher (konsumen yang berpindah-pindah) Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang berada pada tingkat yang paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apapun, karena karakteristik konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk (apapun mereknya) dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan yang kecil dalam keputusan untuk membeli.
b. Habitual Buyer (pembelian yang berdasarkan kebiasaan) Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang telah mereka konsumsi.para pembeli tipe ini memilih merek hanya sebagai faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen yang termasuk dalam kategori ini adalah jarang c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan) Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, namun konsumen mungkin saja berpindah ke merek lain dengan menanggung switch cost yang terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.
d. Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek) Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Preferensi mereka dilandaskan pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.
e. Commited Buyer (pembeli yang setia) Pada tingkatan ini, pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek sudah menjadi hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan jati diri. Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini ditunjukkan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut pada pihak lain.
2. Brand Awareness (Kesadaran Nama)
Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah
Jangkauan kontinum ini diwakili oleh 4 tingkat kesadaran merek, yaitu: a. Top of Mind (puncak pikiran) Merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara spontan dan menempati tempat khusus atau istimewa dibenak konsumen.
b. Brand Recall (pengingatan kembali merek) Mencerminkan merek-merek apa saja yang diingat oleh konsumen setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek- merek yang disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang menempati Brand Recall dalam benak konsumen.
c. Brand Recognition (pengenalan merek) Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek, daftar gambar, atau cap merek. Dan merek yang masuk dalam ingatan konsumen disebut Brand Recognition.
d. Unware of Brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida Brand Awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu merek.
Peran Brand Awareness terhadap Brand Equity dapat dipahami
dengan membahas bagaimana Brand Awareness menciptakan suatu nilai.
Penciptaaan nilai ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a) Anchor to other association which can be attached.
Pada dasarnya suatu merek dapat memiliki hubungan dengan hal-hal lain.
b) Familiarity-liking.
Suatu upaya mengenalkan sebuah merek dengan cara menimbulkan suatu hal yang familiar. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang berpengaruh dalam membuat keputusan.
c) Substance atau commitment.
Kesadaran akan merek dapat menandakan keberadaan, komitmen yang penting bagi suatu perusahaan.
d) Brand to consider.
Penyeleksian suatu kelompok merek yang telah dikenal sebagai suatu upaya mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan untuk digunakan. Keputusan pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh ingatan konsumen terhadap merek yang paling diingat.
3. Perveived Quality (Persepsi kualitas)
Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan konsumen. Persepsi terhdap kualitas keseluruhan dari produk atau jasa tersebut dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh langsung kepada keputusan pembelian dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek.
Persepsi kualitas tidak dapat ditetapkan secara objektif, karena akan melibatkan hal-hal apa saja yang dianggap penting bagi pelanggan.
Sedangkan antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya memiliki kepentingan yang relative berbeda terhadap suatu produk dan jasa.
Terdapat beberapa dimensi yang mendasari penilaian persepsi kualitas terhadap produk antara lain:
1. Karakteristik produk.
2. Kinerja merek.
3. Feature (bagian tambahan/elemen sekunder pada produk) 4. Kesesuaian dengan spesifikasi.
5. Keandalan.
6. Ketahanan.
7. Pelayanan
8. Hasil akhir (fit and finish) Secara umum persepsi kualitas dapat menghasilkan beberapa nilai- nilai, yaitu: a. Alasan konsumen untuk membeli.
b. Differensiasi atau positioning produk.
c. Harga optimum.
d. Kepentingan berbagi saluran distribusi.
e. Perluasan merek.
4. Brand Association (Asosiasi merek)
Asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul dan terkait
mencerminkan pencitraan suatu merek terhdap suatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk,
geografis, harga, pesaing, dll. Suatu merek yang telah mapan sudah pasti
akan memiliki posisi yang lebih menonjol daripada pesaing, bila didukung
oleh asosiasi yang kuat.Berbagai Asosiasi merek yang saling berhubungan akan
membentuk suatu rangkain yang disebut Brand Image, semakin banyak
asosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat Brand Image yang
dimiliki merek tersebut. Image merek yang baik sangat penting dimata
konsumen, karena dapat menjadi value added dalam pengambilan
keputusan pemilihan merek.Fungsi Asosiasi merek dalam pembentukan Brand Equity adalah sebagai berikut:
1. Membantu penyusunan informasi merek.
2. Membedakan merek tersebut dengan merek yang lainnya.
3. Sebagi alas an konsumen untuk membeli.
4. Menciptakan sikap positif terhadap merek tersebut.
5. Sebagai landasan untuk melakukan Brand Expansion.
Selain itu merek juga memberikan manfaat baik bagi produsen,distributor, dan bagi konsumen itu sendiri.
Manfaat bagi produsen:
1. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri
masalah yang ada.
2. Merek memberikan perlindungan hukum atas tampilan produk yang
unik sehingga tidak dapat ditiru oleh pesaingnya.
3. Merek memberikan penjual kesempatan untuk menarik pelanggan
yang setia dan menguntungkan.4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
5. Merek yang baik membantu membangun citra perusahaan.
Manfaat bagi distributor: 1. Memudahkan penanganan produk.
2. Mengidentifikasi pemasok.
3. Menjaga mutu produk.
4. Meningkatkan preferensi produk.
Sedangkan manfaat bagi konsumen yaitu membantu
mengidentifikasi perbedaaan mutu dan dapat memilih produk secara lebih
efisien. Dan dalam pemilihan nama merek perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Merek harus menyampaikan sesuatu mengenai manfaat atau kualitas
produk.2. Merek mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.
3. Merek harus berbeda dari yang lain.
4. Merek harus terdaftar dan memiliki perlindungan hukum.
Demikian halnya dengan bakpao Larissa. Penulis berargumentasi
bahwa merek dapat membentuk suatu image produk selain itu dengan
adanya merek, konsumen akan lebih mudah mengingat produk tersebut. kesempatan kepada penjual untuk menarik minat konsumen untuk membeli suatu produk, merek juga membantu membangun citra perusahaan dan dengan adanya merek, proses pemesanan produk lebih mudah.
Sehingga dalam hal ini, penulis merumuskan hipotesis yaitu: H1 : Faktor sikap dan merek mempunyai perbedaan yang lebih tinggi pada produk bakpao merek Larissa dengan produk bakpao merek bukan Larissa.
a. Sikap terhadap Bakpao larissa dengan merek Larissa lebih tinggi dibandingkan dengan bakpao bukan Larissa dengan merek Larissa.
b. Sikap terhadap Bakpao bukan Larissa dengan merek Larissa lebih tinggi dibandingkan dengan bakpao Larissa dengan merek bukan Larissa.
c. Sikap terhadap Bakpao Larissa dengan merek bukan Larissa lebih tinggi dibandingkan dengan bakpao bukan Larissa dengan merek bukan Larissa.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap
Suatu Merek1. Besarnya biaya untuk berpindah ke merek barang atau jasa yang lain.
2. Adanya kesamaan mutu, kualitas atau pelayanan dari jenis barang atau jasa pengganti.
3. Adanya resiko perubahan biaya akibat barang atau jasa pengganti dan
berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari merek baru dibandingdengan pengalaman terhadap merek sebelumnya yang pernah digunakan
Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya akanmembeli produk dengan merek tertentu. Apabila merek yang dipilih
konsumen itu dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya, maka
konsumen akan mempunyai suatu ingatan yang kuat terhadap merek tersebut.
Dalam keadaan semacam ini, kesetiaan konsumen akan mulai timbul,
berkembang dan dalam pembelian berikutnya, konsumen tersebut akan
memilih produk dengan merek yang telah memberinya kepuasan sehingga
akan terjadi pembelian yang berulang-ulang terhadap merek tersebut.Kesetiaan merek juga terbentuk melalui proses pembelajaran, yaitu
suatu proses dimana konsumen melalui pengalamannya berusaha
menggunakan merek yang paling sesuai untuknya, dalam arti produk dari
merek tersebut dapat memberikan kepuasan yang sesuai dengan harapan dan
kebutuhannya. Konsumen akan terus menerus mencoba berbagai macam
merek sebelum menemukan merek yang benar-benar cocok. Kesetiaan merek
biasanya mengakibatkan repeat buying dan recommended buying. Jika
konsumen puas akan performance suatu merek maka konsumen akan membeli lain akan kelebihan merek tersebut. Jika konsumen sering membeli produk tersebut maka dapat dikatakan tingkat kesetiaan merek itu tinggi, sebaliknya jika konsumen tidak terlalu puas akan produk dan cenderung untuk membeli produk dengan merek yang berbeda maka kesetiaan merek rendah. Kepuasan konsumen perlu dipelihara dan ditingkatkan agar dapat menciptakan dan mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap merek.
C. Produk
Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang diinginkan maka sebuah perusahaan perlu merancang produk yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan pasar. Produk menurut Dharmmesta (1984:94) didefinisikan sebagai berikut:
Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat dirasakan maupun tidak dapat dirasakan termasuk kemasan, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.
Sedangkan menurut Kotler (1989:3) menyatakan bahwa: Produk adalah segala sesuatu yang bias ditawarkan kepada pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai dan dikonsumsi sehingga mungkin bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.
Dari kedua definisi diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa produk adalah suatu sifat kompleks baik yang dapat dirasakan maupun tidak dapat dirasakan, termasuk kemasan, warna, bentuk, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang dapat ditawarkan kepada
pasar agar diperhatikan, diminta atau dikonsumsi sehingga bisa memuaskan
keinginan atau kebutuhan konsumen.Konsep produk tidak hanya terbatas pada benda fisik saja, segala
sesuatu yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dapat
dikatakan sebagai produk. Disamping barang dan jasa, produk mencakup pula
manusia, tempat, organisasi, kegiatan dan gagasan.Dalam hal ini produk bakpao Larissa merupakan produk fisik dan
merupakan barang yang tahan lama untuk disimpan. Walaupun tidak memakai
bahan pengawet, bakpao Larissa dapat bertahan cukup lama dengan disimpan
di lemari pendingin. Rasa dari produk juga tidak berubah walaupun disimpan
cukup lama di lemari pendingin (freezer).Dalam hal ini faktor kemasan, harga, bentuk produk sangat
berpengaruh terhadap loyalitas konsumen dimana bentuk kemasan dari produk
yang baik dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut.
Faktor harga juga berpengaruh sehingga dalam penetapan harga diperlukan
pertimbangan-pertimbangan sehingga harga yang akan ditetapkan dapat
dijangkau oleh konsumen. Selain itu bentuk dari produk juga mempengaruhi
sikap konsumen dalam membeli produk dimana dengan bentuk produk yang
unik, kualitas yang baik maka konsumen akan lebih tertarik untuk membeli
produk tersebut disbanding jika suatu produk tidak mempunyai bentuk yang
unik.D. Tingkatan Produk
Kalau lebih jauh lagi menurut Kotler (1989:4), sesungguhnya suatu produk mempunyai tiga tingkatan pengertian. Tiga tingkatan tersebut yaitu:
1. Inti produk, merupakan tingkat yang paling dasar dari tingkatan produk.
Inti produk ini merupakan hal yang paling substansial dari suatu produk, sesuatu yang sebenarnya dibeli oleh konsumen, maka tugas seorang pemasar adalah menjual manfaat intinya dan bukanlah ciri-ciri produknya.
2. Wujud produk merupakan pengubahan dari inti produk yang berupa gagasan yang hendak dijual menjadi suatu wujud fisik produk, misalnya gagasan tentang produk diwujudkan dalam bentuk bakpao, roti, dan sebagainya. Wujud produk ini sedikitnya mempunyai lima karakteristik, yaitu: kualitas, ciri khas, model, merek dan kemasan.
3. Produk tambahan merupakan bentuk penyempurnaan produk dengan memberikan jasa dan manfaat tambahan pada suatu produk sehingga menjadi produk yang disempurnakan.
Dengan memelihara hal tersebut, maka seorang pemasar akan menjumpai banyak peluang untuk selalu berinovasi terhadap produknya.
E. Klasifikasi Produk
Klasifikasi produk menurut Kotler (1989:54) bisa dilakukan atas berbagi macam sudut pandang. Berdasarkan daya tahan produk dapat diklasifikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Barang tidak tahan lama Barang yang biasanya habis dikonsumsi satu atau beberapa kali pemakaian. Misalnya: sabun, roti, mie instant,dll.
2. Barang tahan lama Barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian. Contohnya: alat-alat elektronik, mobil, dll.
3. Jasa Merupakan aktivitas, manfaat yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya: bengkel, salon, hotel, dll.
Selain berdasarkan daya tahannya, produk dapat diklasifikasikan
berdasarkan siapa konsumennya. Berdasarkan criteria tersebut produk dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:1. Barang konsumen Merupakan barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir, barang konsumen dapat dibedakan menjdai empat jenis, yaitu:
a) Convenience goods adalah barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum dalam pembandingan dan pembeliannya.
b) Shopping goods adalah barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai barang yang tersedia. Contohnya: alat-alat rumah tangga, pakaian, sepatu, dll. c) Specialty goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi mereka yang unik pada umumnya konsumen bersedia melakukan usaha-usaha khusus untuk membelinya. Misalnya: model pakaian yang dirancang oleh perancang terkenal seperti Ramli, Christian Dior.
d) Unsought goods adalah barang-barang yang tidak diketahui oleh konsumen ataupun jika sudah diketahui konsumen pada umumnya tidak terpikirkan untuk membelinya. Contonya: peti mati, ensiklopedia.
2. Barang industri Barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara) untuk keperluan lain, yaitu:
a) Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali b) Untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi)
F. Loyalitas Konsumen
Dalam ilmu ekonomi istilah loyalitas konsumen memiliki arti yang menunjukkan pada kesetiaan konsumen akan suatu produk. Menurut Kotler (1989:54), loyalitas konsumen adalah : Loyalitas konsumen adalah ukuran kedekatan atau keterikatan pelanggan pada sebuah merek dimana ukuran ini menggambarkan
tentang mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain. Loyalitas konsumen merupakan manifestasi dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas merupakan bukti konsumen yang selalu menjadi konsumen, yang mempunyai kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu G. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan bagian dari kegiatan manusia. Perilaku konsumen berubah-ubah dan berbeda satu dengan yang lain, karena kegiatan tiap manusia berbeda-beda sesuai dengan pengaruh sosial yang semakin mendesak. Kebutuhan konsumen semakin meningkat, sehingga para pengusaha harus dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada, maka dari itu perlu dilakukan suatu penelitian sebagai langkah awal untuk mengetahui perilaku konsumen.
(Dharmmesta dan Handoko, 1987:10) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang- barang dan jasa-jasa termasuk didalam proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Analisis perilaku konsumen yang realistis hendaknya menganalisis juga proses-proses yang tidak dapat atau sulit diamati, yang selalu menyertai setiap pembelian. Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaannya, dan dalam kondisi apa barang-barang dan jasa-jasa dibeli.
H. Teori Perilaku Konsumen Agar dapat memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen di dalam melakukan pembelian, maka kita
perlu mempelajari beberapa teori sosiologis, dan teori antropologis
(Dharmmesta dan Handoko, 1987:27)1. Teori Ekonomi Mikro Menurut ahli ekonomi klasik, keputusan pembelian merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar, pembeli individual berusaha menggunakan barang-barang yang memberikan kegunaan (kepuasan) paling banyak, sesuai dengan selera dan harga-harga relatif. Teori ini disempurnakan oleh ahli-ahli ekonomi neo klasik yang disebut juga teori keputusan marjinal. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Alfred Marshall menjadi apa yang disebut teori kepuasan modern. Menurut teori ini setiap konsumen akan mendapatkan kepuasan maksimum, dan konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama, jika konsumen tersebut sudah memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya.
2. Teori Psikologis Teori ini selalu dipengaruhi oleh kekuatan lingkungan. Ada beberapa teori yang termasuk teori psikologis yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua teori yaitu (Dharmmesta dan Handoko, 1987:30): a) Teori Belajar Teori ini didasarkan pada tiga komponen yaitu: dorongan, petunjuk, dan tanggapan. Beberapa teori yang menjelaskan penafsiran dan peramalan proses belajar konsumen ini adalah:
1. Teori Rangsangan Tanggapan
Menurut teori ini, proses belajar merupakan suatu tanggapan dari seseorang terhadap rangsangan apa yang dihadapinya.
2. Teori Kesadaran Menurut teori ini, proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sikap, keyakinan, dan pengalaman masa lalu.teori ini lebih menekankan pada proses pemikiran seseorang karena sangat menentukan dalam pembentukan pola perilakunya.
a) Teori Bentuk dan Bidang Menurut teori ini, perilaku secara umum adalah hasil interaksi yang tampak antara individu dengan lingkungan psikologis, karena lingkungan psikologis dapat mempengaruhi seseorang dalam memuaskan kebutuhannya.
b) Teori Psikoanalitis Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil kerja sama antara tiga aspek dalam struktur kepribadian manusia, yaitu: Id, ego, dan superego. Id adalah aspek biologis yang merupakan wadah dari dorongan-dorongan yang ada dalam diri manusia. Ego adalah aspek psikologis darii kepribadian manusia yang timbul karena kebutuhan organisasi untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang menyalurkan dorongan-dorongan nalurinya ke dalam tindakan-tindakan yang tidak bertentangan dengan norma-norma sosial dan adapt kebiasaan masyarakat.
c) Teori Sosiologis Teori ini lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan kelompok, seperti keluarga, teman-teman sekerja, perkumpulan olahraga dan sebagainya. Perusahaan diharapkan dapat menentukan lapisan- lapisan sosial mana yang mempunyai pengaruh paling besar
terhadap permintaan akan produk yang dihasilkan.
e) Teori Antropologis Teori ini menekankan perilaku dari suatu kelompok masyarakat.
Namun kelompok masyarakat yang diutamakan dalam teori ini bukannya kelompok kecil, melainkan kelompok yang besar atau kelompok yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kultur, dan kelas sosial. Faktor-faktor tersebut merupakan petunjuk penting mengenai nilai-nilai yang dianut oleh seorang konsumen.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen
a. Faktor Individual Setiap orang mempunyai sikap, bakat, minat, motivasi, dan selera yang berbeda-beda. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor emosional, sebagian lagi perlu bantuan ilmu psikologi untuk menjelaskannya. Tetapi ada juga faktor objektif, seperti umur, kelompok umur (anak, remaja, dewasa, berkeluarga) dan lingkungan yang mempengaruhi tidak hanya apa saja yang dikonsumsi tetapi juga kapan, berapa, model-modelnya dan sebagainya.
b. Faktor Ekonomi Selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya substitusi, ada beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap loyalitas seseorang atau keluarga.
1) Lingkungan fisik. 2) Kekayaan yang sudah dimiliki. 3) Pandangan atau harapan mengenai penghasilan di masa datang. 4) Besarnya keluarga. 5) Tersedia tidaknya kredit murah untuk konsumsi.