Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

  Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Nikolas Aditya Prawira NIM : 029114025 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

    SKRIPSI PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

  Oleh : Nikolas Aditya Prawira NIM : 029114025

  Telah disetujui oleh : Pembimbing

A. Tanti Arini, S.Psi., M.si. tanggal 9 November 2009

  

SKRIPSI

PERBEDAAN PENGENDALIAN EMOSI

ANTARA MEDITATOR DAN NON-MEDITATOR

  

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Nikolas Aditya Prawira NIM : 029114025 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

  Pada tanggal 9 November 2009 dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Tanda tangan

  Ketua A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si ……………..

Anggota Agung Santoso, MA. ……………..

Anggota Y. Heri Widodo, M.Psi. ……………..

  Yogyakarta. 9 November 2009 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,

  

Dengan perencanaan yang hati-hati dan mendetail,

Seseorang pasti menang.

  

Dengan perencanaan yang ceroboh dan tidak mendetail,

Seseorang tidak bisa menang.

  

Betapa kekalahan seseorang lebih pasti kalau dia

Tidak memiliki rencana sama sekali!

Dari cara bagaimana perencanaan itu dibuat sebelumnya,

Kita dapat memprediksi kemenangan atau kekalahan

  Sun Tzu

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk : Orang Tua ku Adikku Saudara-saudaraku

  Teman-temanku Dan semua orang yang telah membantu penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Penulis, Nikolas Aditya Prawira

  

ABSTRAK

 

  

Nikolas Aditya Prawira (2009). Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. dan Non-meditator.

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan

pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu, pengendalian emosi meditator lebih tinggi daripada non-

. Meditator yang dimaksud adalah orang-orang yang mengikuti meditasi meditator

buka hati dan non-meditator adalah orang-orang yang sama sekali tidak mengikuti

meditasi jenis apapun. Meditasi buka hati adalah meditasi yang menekankan santai,

seyum, dan pasrah sebagai intinya.

  

  Jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Subjek penelitian ini

berjumlah 50 orang, yang terdiri dari 25 orang meditator dan 25 orang non-meditator.

  

Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala pengendalian emosi

kepada subjek untuk diisi. Skala pengendalian emosi yang diberikan telah diuji

validitas dan reliabilitasnya. Reliabilitas diuji menggunakan koefisien Alpha

Cronbach , hasilnya ditemukan nilai reliabilitas sebesar 0,865 dan korelasi aitem total

antara 0,311 sampai 0,619.

    Hasil analisis uji-t menunjukkan nilai t = 6,078 dengan probabilitas 0,000 ( ρ <

0,05). Mean meditator adalah 74,52 dan mean non-meditator adalah 63,96.

  

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pengendalian emosi

Meditator lebih tinggi daripada Non-meditator.

  

ABSTRACT

Nikolas Aditya Prawira (2009). The Difference of Emotional Control Between

Meditators and Non-Meditators. Yogyakarta : Sanata Dharma University

  This research aimed to find the difference of emotional control between

meditators and non-meditators. The hypothesis of this research was the emotional

. Meditators are people who were control of meditators is higher than non-meditators

already practice open heart meditation and non-meditators are people who didn’t

practice any meditation at all. Open heart Meditation focus on relax, smile, and

surrender.

  This research was a comparative study. The subjects of research was 50

people, consist of 25 meditators and 25 non-meditators. The method of collecting

data was done by giving a scale to the subject, called the emotional control scale. The

validity and reliability of the scale had been tested before. The reliability has been

tested using Alpha Cronbach Coefisien, the reliability value is 0.865 and the item

total correlations are between 0.311 and 0.619.

  The result from t-test showed the value of t-test equal to 6.078 with the probability of 0,000 ( ρ < 0,05). Mean of meditators was 74.52; while mean of non-

meditators was 63.96. Based on this result of data analysis, it can be concluded that

the emotional control of meditators are higher than non-meditators.

   

  Lembar Pernyataan Persetujuan

Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Nikolas Aditya Prawira

  Nomor Mahasiswa : 029114025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepasa Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan Pengendalian Emosi antara Meditator dan Non-Meditator

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk meyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 8 Desember 2009 Yang menyatakan Nikolas Aditya Prawira  

KATA PENGANTAR

  

Saya mengucap syukur kepada Tuhan YME yang telah menganugerahkan kasih dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat memulai dan menyelesaikan tugas akhir ini

dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

  1. Ibu A. Tanti Arini S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak meluangkan waktunya, memberikan saran-saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

  2. Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Si. dan Bapak Agung Santoso, S.Psi, MA. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

  3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah membimbing dan mengajar selama masa perkuliahan.

  4. Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu penulis.

  5. Orang tua dan adik saya yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi.

  6. Seluruh Staf dan Karyawan Yayasan Padmajaya yang membantu saya dalam pengambilan data.

  7. Para peserta Meditasi Buka Hati yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi angket.

  8. Seluruh teman-teman di kantor yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket.

  9. Teman-teman penulis yang memberi semangat dan membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

  Beserta pihak-pihak lain yang telah turut serta dalam proses pengerjaan skripsi hingga penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

  Penulis, Nikolas Aditya Prawira

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.……………. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.……………………………. iii HALAMAN MOTTO………………………………………………….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………. vi

ABSTRAK……………………………………………………………… vii

ABSTRACT……………………………………………………………. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…….

  KATA PENGANTAR…………………………………………………. ix DAFTAR ISI…………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... xv BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...

  1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah……………………………………………….

  7 C. Tujuan Penelitian………………………………………………...

  7 D. Manfaat Penelitian………………………………………………

  7 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………….

  8 A.

  8 Pengertian Meditasi…………………………………………….. C. Emosi……………………………………………………………

  12 a.

  12 Pengertian Emosi…………………………………………… b.

  15 Teori Emosi………………………………………………… c.

  16 Bentuk-bentuk Emosi………………………………………

  D. Pengendalian Emosi……………………………………………

  20

a. Pengertian Pengendalian Emosi……………………………

  20 b. Ketrampilan Mengendalikan Emosi……………………….

  21 c. Model Pengendalian Emosi………………………………..

  24 d.

  25 Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Emosi………….

  E.

  26 Perbedaan Pengendalian Emosi Meditator dan Non-Meditator..

  F.

  30 Hipotesis………………………………………………………..

  BAB III METODE PENELITIAN……………………………………...

  31 A. Jenis Penelitian…………………………………………………..

  31 B. Identifikasi Variabel……………………………………………..

  31 C. Definisi Operasional……………………………………………..

  31

1. Pengendalian Emosi…………………………………………

  31 2.

  32 Meditator dan Non-Meditator………………………………… D.

  33 Subjek Peneltitian………………………………………………….

  E.

  34 Alat Pengumpul Data……………………………………………… F. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………..

  34 1. Validitas………………………………………………………..

  34 2. Seleksi Aitem…………………………………………………..

  35

G. Analisis Data……………………………………………………….

  37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………

  39 A.

  39 Orientasi Kancah Penelitian………………………………………..

  B.

  39 Pelaksanaan Penelitian……………………………………………… C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………..

  40 D. Analisis Data……………………………………………………….

  40 1. Uji Normalitas………………………………………………….

  40 2. Uji Homogenitas……………………………………………….

  41 3.

  41 Uji Hipotesis…………………………………………………..

  E.

  42 Pembahasan……………………………………………………….

  F.

  45 BAB V PENUTUP……………………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………………………..

  45 B. Saran……………………………………………………………

  45 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

  46 LAMPIRAN………………………………………………………………

  49

  

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1. Item Pengendalian Emosi sebelum pengujian…………………….

  38 Tabel 2. Item Pengendalian Emosi sesudah pengujian…………………….

  38 Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov………..

  41 Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas………………………………

  41 Tabel 5. Hasil Uji t…………………………………………………………

  42 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A 1.

  Reliabilitas 2. Uji Normalitas 3. Uji t LAMPIRAN B

  1. Skala untuk Tryout

  2. Skala untuk penelitian            

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang awam pada umumnya menganggap bahwa emosi itu adalah

  rasa marah. Emosi bukan hanya marah saja tetapi juga ada rasa takut, khawatir, bahagia, dan lain-lain. Menurut Albin (1986) emosi dapat diartikan sebagai perasaan yang dimiliki dan dialami oleh setiap manusia. Ada 2 jenis emosi menurut Albin (1986), yaitu emosi negatif dan emosi positif. Emosi negatif adalah perasaan yang tidak menyenangkan seperti marah, iri, dan cemburu, sedangkan emosi positif adalah perasaan yang menyenangkan seperti bahagia dan kasih sayang.

  Emosi yang dirasakan manusia memang rumit. Emosi tidak selalu berlangsung sempurna dan menyenangkan, bahkan kadang menyakitkan seperti perasaan sedih saat seseorang ditinggalkan orang yang dicintainya. Emosi dapat juga menjadi tak terkendali, dan menegangkan seperti yang dialami seorang ayah saat menanti kelahiran anaknya, sesaat ia tegang menanti sesaat kemudian bergembira saat anaknya lahir. Emosi yang seperti itu sering dianggap kalah penting dibandingkan pikiran, tetapi pada kenyataannya hidup ini tidak pernah lepas dari emosi. Manusia cenderung berperilaku berdasarkan emosi daripada pikiran atau logika. (Covey, dalam Wijokongko, 1997)

  Emosi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dikatakan tidak lengkap jika tidak ada emosi, sebab manusia tidak akan dapat merasakan bahagia, sedih, kecewa, dan perasaan-perasaan lainnya. Hal yang terjadi apabila manusia tidak mempunyai emosi yaitu ketidakmampuannya untuk berkembang. Manusia yang merasa kecewa karena mengalami kegagalan tentunya akan berusaha lebih untuk memperbaikinya, hal ini membuat manusia berkembang. Perasaan lain seperti perasaan senang karena mengalami keberhasilan akan membawa pengalaman emosi yang lain pula. Pengalaman- pengalaman emosi yang berbeda membuat manusia menjadi berkembang dan membuat hidup ini berarti. Manusia yang tidak dapat merasa sedih atau gembira dalam segala hal tidak ada bedanya dengan sebuah robot.

  Kehidupan emosi erat kaitannya dengan kehidupan sosial manusia, setiap hubungan seseorang dengan orang lain pasti melibatkan emosi. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap manusia untuk dapat mengendalikan emosi. Emosi yang terkendali secara benar dapat menjadi kekuatan luar biasa untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Wijokongko (1997) mengatakan emosi adalah suatu kekuatan kalau manusia mampu mengendalikannya. Sebaliknya, emosi dapat merusak kalau diri manusia yang dikuasai emosi. Contohnya adalah emosi marah yang berlebihan dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku agresif. Perang sebagai salah satu contoh pelampiasan kemarahan tanpa pihak yang saling bertikai tidak mampu mencari penyelesaiannya. Perang yang terus menerus dapat mengakibatkan musnahnya suatu peradaban dan kerugian harta benda yang tak terhitung jumlahnya. Jika saja orang tersebut mampu mengendalikan amarahnya dan tetap tenang, mungkin akan menemukan penyelesaian selain perang yang melibatkan banyak orang sehingga tercipta rasa aman dan puas. Contoh lainnya adalah euphoria, yaitu rasa gembira yang berlebihan. Perasaan gembira merupakan perasaan yang menyenangkan tetapi jika berlebihan dan tidak dikendalikan dapat mengakibatkan hal yang buruk terjadi seperti supporter klub sepakbola yang merayakan kemenangan teamnya secara berlebihan sehingga melakukan pengrusakkan dan pencurian di jalan-jalan yang mereka lewati, mabuk-mabukkan dan mengganggu orang lain di sekitarnya. Hal seperti ini dapat dihindarkan jika mereka mampu untuk mengendalikan emosinya.

  Berdasar contoh di atas, pengendalian emosi baik itu emosi positif maupun negatif diperlukan agar hal-hal tersebut dapat dihindarkan. Salah satu cara pengendalian emosi yang sedang berkembang saat ini yaitu dengan cara meditasi. Meditasi sebagai cara hidup sudah dikenal selama ribuan tahun, terutama dalam kebudayaan timur seperti di Cina dan India. Macam-macam teknik meditasi semakin berkembang dan maju hingga merambah ke kebudayaan barat. Meditasi yang berkembang di dunia barat membuat ketertarikan orang barat untuk belajar bermeditasi ke Asia

  Kini siapapun yang ingin belajar bermeditasi dapat mempelajarinya di berbagai tempat dan aliran melalui kursus, seminar, lokakarya dan kelas meditasi. Setiap orang yang ingin belajar meditasi pun dapat mendapat informasi dengan cepat sebab saat ini berbagai media komunikasi seperti internet, televisi, radio, maupun surat kabar sering memuat topik mengenai meditasi. Orang-orang yang belajar dan melakukan meditasi dalam penelitian ini disebut meditator dan orang yang tidak melakukan meditasi disebut non-meditator.

  Humphrey (2000) mengatakan tidak ada definisi yang pasti mengenai pengertian meditasi sebab setiap orang memiliki definisinya masing-masing. Definisi tersebut bergantung pada pengalaman dan pemahaman seseorang dalam melakukan meditasi, setiap orang akan merasakan sensasi yang berbeda-beda dan hal tersebut akan mempengaruhi pendapat orang itu mengenai meditasi. Seorang meditator akan mendefinisikan meditasi berdasarkan apa yang telah ia alami, pahami, dan rasakan dalam melakukan meditasi. Sedangkan seorang non- meditator mungkin akan mendefinisikan meditasi berdasar apa yang ia lihat atau dengar dari orang lain. Menurut Humphrey (2000) lagi, meditasi adalah jalan ke dalam diri, suatu keadaan kesadaran yang berguna untuk mengembangkan diri secara menyeluruh dan alat yang sangat berguna untuk mengatasi masalah fisik, emosi, dan jiwa.

  Keuntungan dari bermeditasi berdasarkan hasil penelitian Bogart keseimbangan antara pikiran dan emosi, dan menjadi lebih percaya diri. Selain itu, seseorang menjadi lebih mudah menyesuaikan diri, perubahan perilaku yang bersifat negatif, dan menciptakan ketenangan yang membawa pada efisiensi kerja, keterbukaan perasaan, penerimaan, dan membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi di kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa meditasi menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk mengendalikan emosi, mengurangi stress, bahkan dapat membuat seseorang berubah perilakunya.

  Penelitian lain yang mendukung kelebihan meditasi adalah penelitian oleh Psikolog Universitas California, San Fransisco, Paul Ekman (dalam Lominto, 2003). Ia meneliti 15 orang guru yang mengikuti kursus meditasi selama 5 minggu. Para guru tersebut mengikuti sederetan tes psikologi sebelum dan sesudah pelatihan. Hasilnya adalah tanggapan- tanggapan emosional para subjek menjadi lebih positif setelah mengikuti pelatihan daripada sebelumnya.

  Meditasi yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah Meditasi Buka Hati. Meditasi ini menekankan santai, senyum, dan pasrah dalam prakteknya. Meditasi buka hati diajarkan oleh seorang Reiki Master. Reiki Master adalah orang yang berwenang mengajar Reiki dan meditasi buka hati. Tujuan utama dari meditasi buka hati adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Effendi, 2003). Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan seorang Reiki Master di Yogyakarta, banyak manfaat yang fisik. Menurut beliau, meditasi buka hati tidak hanya membuat badan lebih sehat dan lebih baik tetapi juga membuat menjadi lebih tenang dan lebih dekat pada Tuhan. Hal ini akan banyak mempengaruhi tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari, terutama menyangkut hubungan dengan orang lain.

  Hasil wawancara lainnya dengan beberapa peserta meditasi buka hati yakni kebanyakan dari mereka dapat menghentikan kebiasaan- kebiasaan buruknya seperti merokok atau berjudi. Ada peserta yang dulunya mudah marah dan dianggap galak oleh anak-anaknya, setelah ikut meditasi menjadi berkurang marah-marahnya. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa dengan melakukan meditasi buka hati, dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih bersahaja, tidak hanya mampu mengendalikan emosi, tetapi juga mampu mengubah perilaku seseorang.

  Ada berbagai macam cara untuk mengendalikan emosi selain dengan menggunakan meditasi, antara lain dengan pengalihan, penyesuaian kognisi, dan sebagainya (dalam Hude, 2006). Para non- meditator umumnya menggunakan berbagai cara untuk mengendalikan emosinya, cara ini diperoleh antara lain melalui pengalaman-pengalaman hidup. Keuntungan meditator buka hati selain dapat menggunakan cara- cara tersebut mereka terbantu dengan latihan meditasi yang dilakukannya. Latihan meditasi menekankan pada latihan kesadaran yang penting dalam proses mengendalikan emosi dan latihan tersebut dilakukan secara memiliki keuntungan dalam pengendalian emosi dibandingkan non- meditator. Namun hal ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut apakah meditator dan non-meditator berbeda dalam pengendalian emosi.

  B. RUMUSAN MASALAH Apakah ada perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator?

  C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengendalian emosi antara meditator dan non-meditator.

  D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas dapat kita simpulkan manfaat penelitian ini.

1. Manfaat teoritis

  Secara teoritis penelitian ini menambah kajian dalam psikologi klinis, yaitu mengenai efek meditasi buka hati dan pengendalian emosi.

  2. Manfaat praktis Penelitian ini memberi gambaran pada masyarakat mengenai cara mengendalikan emosi dengan menggunakan santai, senyum, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MEDITASI Banyak cara mendefinisikan meditasi. Banyaknya definisi

  mengenai meditasi tidak lepas dari banyaknya jenis meditasi. Definisi meditasi yang sering kita dengar yaitu meditasi adalah kegiatan bermeditasi itu sendiri. (Wilson, 2003)

  Menurut Humphrey (2000) meditasi hanya dapat dikenal melalui pengalaman. Meditasi hanya dapat dipahami jika dilakukan. Meditasi tidak dapat dipahami secara intelektual, sama seperti cinta tidak dapat dipahami dengan membaca novel romantis, atau seperti menjelaskan rasa jeruk kepada orang yang belum pernah memakannya. Menurut Humphrey (2000) lagi, meditasi merupakan kegiatan mental yang berkenaan dengan kesadaran. Dalam hal ini, kesadaran tidak ada kaitannya dengan kemampuan intelektual, latar belakang pendidikan ataupun kepribadian. Meditasi dapat dianggap kesadaran atau persepsi total.

  Pandangan di atas hampir sama dengan definisi meditasi yang diungkapkan Wilson (2003) yaitu bahwa meditasi berarti meningkatkan kesadaran. Wilson juga menambahkan meditasi berarti berada dalam meditasi. Dalam meditasi, seseorang belajar untuk hidup pada saat ini, tak ada apapun yang dapat mengganggu kita, kita tidak terikat dengan masa sebagai pelayan dibandingkan tuan. Pada saat itulah, kesadaran kita berada pada keadaan yang sempurna. Keadaan ini disebut “berada dalam”.

  Meditasi adalah tentang bagaimana “berada dalam” dan bukan melakukan. (2003) Krishna (2006) mengatakan bahwa meditasi adalah gaya hidup.

  Meditasi harus menjadi dasar kehidupan seseorang, baru ia dapat disebut meditator. Khrisna juga berpendapat meditasi sama dengan perluasan kesadaran dan hasil akhir dari meditasi adalah Samadhi atau keseimbangan. Setelah mencapai keseimbangan diri, manusia tidak merasa gelisah, takut, cemas, atau khawatir lagi.

  Lain lagi dengan Pokharna (2003) yang mengatakan bahwa meditasi adalah proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh pikiran, tunuh, dan jiwa. Ia menambahkan kata meditation, medicine, dan

  

medication memiliki kesamaan kata dasar bahasa latin yaitu medicus yang

  berarti “untuk pengobatan”. Kata meditation ini kemungkinan didapat dari akar bahasa latin mederi yang berarti “untuk menyembuhkan”.

  Menurut ajaran Sahajayoga, meditasi adalah suatu tingkatan dimana terjadi kedamaian dan ketenangan dalam pikiran seseorang, diam namun sepenuhnya siaga. Kekuatan utama dari meditasi adalah membawa kita secara nyata kedalam tingkatan kesadaran yang lebih tinggi yang akan membantu kita manusia untuk mendapatkan sebuah kebenaran dalam sebuah hal. (about sahaja, 2008)

  Saraydarian (2007) mengatakan meditasi adalah suatu proses pemekaran batin (inner blooming), suatu proses pengisian wahana-wahana dalam tubuh dengan energy spiritual. Energi ini meregenerasi tubuh, membersihkan wahana emosional, dan memurnikan pikiran manusia sehingga membuat seseorang tampak lebih muda, hati masuk kea lam kedamaian dan pikiran menjadi lebih tajam dan berjangkauan lebih luas.

  Dari beberapa definisi meditasi di atas, dapat disimpulkan meditasi adalah suatu kegiatan mental guna meningkatkan kesadaran, yang mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan dari seluruh tubuh, pikiran, dan jiwa serta memurnikan pikiran sehingga tercipta kedamaian dan ketenangan dalam pikiran, membuat pikiran menjadi lebih tajam dan berjangkauan lebih luas dan hati masuk ke alam kedamaian.

  B. MEDITASI BUKA HATI Meditasi buka hati diajarkan dan disebarluaskan oleh Yayasan

  Padmajaya yang berpusat di Jakarta. Cabang Yayasan Padmajaya sudah ada di beberapa kota di Indonesia bahkan mulai meluas ke mancanegara.

  Metode yang digunakan untuk mengajarkan meditasi ini yaitu dengan mengadakan lokakarya dan diadakan retret untuk lebih mendalaminya.

  Meditasi buka hati merupakan jenis meditasi yang menggunakan doa. Konsep utama meditasi ini yaitu bahwa tujuan hidup yang sebenarnya adalah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan membuka dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhanlah tujuan hidup satu-satunya dan hanya berkat Tuhanlah yang terbaik. (Effendi, tanpa tahun)

  Kunci penting dalam berlatih meditasi buka hati adalah santai, senyum lepas, dan pasrah (tidak membiarkan otak bekerja secara berlebihan) dengan begitu kita akan mencapai hasil yang terbaik. Santai sebab hanya disaat santai dominasi otak berkurang sehingga dapat membiarkan perasaan hati bekerja, senyum lepas sebab dengan tersenyum lepas maka perasaan hati akan menjadi lebih kuat, dan pasrah sebab hanya disaat otak tidak bekerja secara berlebihan, hati tidak ditahan oleh otak. (Effendi, 2006)

  Saat melakukan meditasi buka hati, biasanya meditator menyentuh bagian tengah dada yang merupakan letak keberadaan hati manusia agar hati menjadi lebih sensitive dan pikiran tidak mudah melayang, jika pikiran kita melayang atau melamun berarti kita tidak berada dalam hati.

  Dalam meditasi buka hati, peranan hati sangat penting. Hati yang dimaksud disini bukanlah organ tubuh fisik yang biasa juga disebut dengan liver, maupun jantung (heart). Yang dibicarakan adalah pusat perasaan dan kasih yang ada pada setiap manusia yang merupakan sesuatu non-fisik dan terletak di dalam rongga dada. Hati adalah pusat perasaan halus dan kasih karena hati merupakan kunci hubungan kepada Tuhan.

  Manusia memilki roh yang merupakan diri sejati seorang manusia. Roh

  Sang Pencipta. Oleh karena keberadaan zat Sang Pencipta di dalam hati, maka hati dapat terhubung kepada Tuhan dan menjadi kunci hubungan manusia kepada Tuhan. (Effendi, 2006)

  Ada dua tingkatan dalam meditasi ini, yaitu : 1) Tingkat 1, untuk mengenal hati, menguatkan, dan membuka hati supaya hati lebih terbuka dan terhubung kepada

  Tuhan YME. Pada tingkat ini kita para meditator mulai dapat mempergunakan hati secara sadar untuk berbagai kegiatan tertentu. 2)

  Tingkat 2, membuka hati lebih lanjut dan dapat mempergunakan hati dalam hampir semua kegiatan.

  Dalam penelitian ini, orang-orang yang melakukan meditasi buka hati disebut meditator dan orang-orang yang sama sekali tidak melakukan meditasi disebut non-meditator.

  C. EMOSI

  a. Pengertian Emosi Dalam masyarakat, emosi lazim dipahami sebagai marah.

  Namun pendapat itu salah, emosi bukan hanya rasa marah saja, ada sedih, gembira, kecewa, semangat, benci, dan cinta.

  Jung (dalam Widjokongko, 1996) mengatakan tanpa emosi, terang. Emosi mengubah orang apatis menjadi aktivis. Emosi merupakan kekuatan luar biasa, siap untuk dibangunkan dan dimanfaatkan oleh mereka yang tahu caranya.

  Menurut Widjokongko (1996), emosi adalah bahasa komunikasi dalam diri kita dan kita perlu mempelajari maknanya.

  Menurutnya, kita harus menemukan makna positif di balik berbagai emosi dan perasaan yang ada dalam diri, kita perlu mengerti makna dari emosi sehingga dapat bertindak dengan bijaksana. Dengan demikian, emosi bukanlah lawan, melainkan kawan yang akan banyak membantu dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup.

  Lazarus, seorang professor dari Universitas California yang telah malang melintang dalam penelitian emosi, mengutip definisi emosi dari para pendahulunya seperti Hillman dan Drever sebagai berikut : (dalam Hude, 2006)

  Emosi : Dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh para psikolog, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari suatu karakter (misal dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan, dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari tingkah laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat disasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji.

  Hude (2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala psiko- fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan secara psiko-fisiologis karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik manusia. Lebih lanjut lagi dalam Hude (2006) dikatakan bahwa emosi adalah sesuatu yang dirasakan pada saat terjadinya, bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional. Emosi juga menimbulkan efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku dan menimbulkan dorongan atau motivasi.

  Pendapat yang hampIr sama dikatakan oleh Hurlock (1967). Ia mengatakan emosi adalah sumber dari motivasi, semua emosi mendorong individu melakukan aksi. Emosi juga merupakan sumber kenikmatan, sebagai contoh seseorang yang merasa lelah oleh rutinitas sehari-hari akan memasuki tahap relaksasi yang selalu dapat dinikmati.

  Magoenprasodjo (2005) mengatkan emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap.

  Emosi merupakan keadaan di dalam (inner state) dengan manifestasi di luar. Dua hal tersebut dibentuk, diatur, dan ditentukan oleh norma budaya dan tidak dibangun berdasarkan keadaan biologis atau fisik yang konkrit dan pasti seperti umur dan jenis kelamin.

  (Heider, 1991)

  Berdasar pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan emosi adalah perasaan dalam diri manusia, merupakan sumber motivasi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi tertentu dan menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.

  b.

  Teori Emosi Teori James-Lange merupakan perpaduan teori dari

  William James dan Carl Lange. Lange (dalam Hude, 2006) mengemukakan bahwa emosi identik dengan perubahan-perubahan dalam sistem peredaran darah. Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan- rangsangan yang datang dari luar. Dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange menempatkan aspek persepsi terhadap respon fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang sebagai pemicu emosi yang dialami manusia.

  Teori Cannon-Bard menolak teori James-Lange yang lebih dulu dikenal. Teori ini menjelaskan bahwa persepsi terhadap objek yang dapat menimbulkan emosi diproses secara simultan oleh dua instansi, yakni sistem syaraf otonom dan cerebral cortex. Degup jantung, begidik (bulu roma berdiri), atau napas berat terengah- dengan perubahan fisiologis terjadi secara simultan. Bisa saja perubahan fisiologis muncul belakangan, tapi selisihnya sangat tipis. Menurut teori ini, tidak mungkin terjadi perubahan faali yang menyebabkan kemunculan emosi sebagaimana deskripsi teori James-Lange. (dalam Hude, 2006)

  Teori Schachter-Singer menempatkan kognisi pada posisi yang sangat menentukan. Teori ini meyakini bahwa emosi merupakan fungsi interaksi antara faktor kognitif dan keadaan keterbangkitan fisiologis. Teori Schachter-Singer sering pula disebut sebagai two-factor theory of emotion, karena teori ini didasarkan pada dua hal yang terjadi, yakni perubahan fisiologis.

  (dalam Hude, 2006) c.

  Bentuk-bentuk Emosi Mangoenprasodjo (2005) menguraikan bentuk-bentuk emosi yang sering dialami sebagai berikut :

  1) Takut Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya kondisi ketakutan pada suatu objek yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap atau sepi.

  2) Khawatir Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau khayalan. Kekhawatiran muncul kalau intensitas katakutan meningkat. Misalnya, khawatir kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian. 3)

  Marah Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakuan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam interkasi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, serta otot menegang.

  4) Sebal

  Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul berkaitan dengan hubungan antar pribadi, misalnya kita sebal melihat teman atau si pacar yang tidak perhatian. 5) Frustasi

  Rasa frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respon positif terhadap rasa frustasi kalau mampu memahami sumber-sumber frustasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada objek lain, serta penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas hidupnya.

  6) Cemburu

  Merupakan suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini muncul dikarenakan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama orang lain ataupun kalau sahabat kita mulai dekat dengan teman lain. 7) Iri Hati

  Emosi ini ditujukan terhadap orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal ini bisa menjadi halo yang berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri melihat si A lebih cantik, kaya, popular daripada kita.

  8) Dukacita Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kita kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.

  9) Afeksi atau Kasih Sayang

  Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan objeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalu kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin dimiliki dan dicintai.

  10) Bahagia

  Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan. D. PENGENDALIAN EMOSI

  a. Pengertian Pengendalian Emosi Rasa marah, kesal, sebal, sedih, atau gembira adalah hal yang wajar yang tentunya sering dialami meskipun tidak setiap saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa mengekpresikan emosi secara tepat, kita perlu pengendalian emosi.

  Hurlock (1980) mengatakan pengendalian bukan berarti menekan atau menghilangkan, melainkan belajar untuk mengatasi situasi dengan sikap rasional, untuk merespon secara realistik, tidak secara emosional. Hurlock (1980) menambahkan pengendalian emosi sendiri berarti mengendalikan overt expression atau perilaku yang tampak, dalam bentuk motor ataupun verbal, terhadap emosi yang tidak dapat diterima secara sosial.

  Mangoenprasodjo (2005) juga berpendapat pengendalian emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan : 1) Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional.

  2) Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respons emosional. 3) Bagaimana memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosial.

  4) Belajar mengenal, menerima, dan mengekspresikan emosi positif (senang, sayang atau bahagia) dan negative (khawatir, sebal, sedih, atau marah).

5) Belajar menunda pemuas kebutuhan.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian emosi bukan berarti kita melawan atau berusaha menghilangkan dan menekan emosi melainkan kita belajar untuk memahami den mengenal emosi baik dari perasaan maupun pikiran dan mengontrol ekspresi yang muncul sehingga dapat bertindak sesuai dengan diri dan lingkungannya.

  b.

  Ketrampilan Mengendalikan Emosi Mangoenprasodjo (2005) mengatakan kegagalan mengendalikan emosi terjadi karena seseorang kurang mau berusaha menilai sesuatu dengan kepala dingin. Karena itu, ketrampilan mengendalikan emosi diperlukan. Ketrampilan itu antara lain :

  1) Mengenali dan mendefinisikan perasaan yang muncul.

  2) Mengemukakan perasaan dan dapat menilai

  3) Mengelola perasaan. 4) Mengandalikan diri sendiri. 5) Mengurangi stress. 6) Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

  Thompson (1994) mendefinisikan regulasi-emosi (mengelola emosi) sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan individu tersebut. Indikator dari regulasi emosi adalah sebagai berikut : 1)

  Kemampuan memonitor (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya, pikirannya, dan latar belakang dari tindakannya. Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek lainnya, yang berarti kesadaran-diri ini akan mebantu tercapainya aspek-aspek yang lain. Arti lainnya adalah individu mampu terhubung dengan emosi-emosinya, pikiran-pikirannya dan keterhubungan ini membuat individu mampu menamakan dari setiap emosi yang muncul.